KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR
HERLIANA RIDHAWATI A14105555
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN HERLIANA RIDHAWATI. Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT Agro Lestari, Bogor. Di Bawah Bimbingan FEBRIANTINA DEWI. Pertanian ramah lingkungan merupakan langkah yang menuju pada pertanian organik. Pertanian ramah lingkungan dan organik memiliki kesamaan konsep dimana sistem pertanian yang diterapkan mengacu pada pelestarian lingkungan hidup. Walau demikian, suatu produk yang dihasilkan dari pertanian ramah lingkungan belum bisa dikatakan sebagai produk organik. Hal ini dikarenakan label ”organik” hanya bisa dicantumkan pada produk pertanian yang sudah melalui tahap sertifikasi oleh badan sertifikasi resmi. Salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai komersil tinggi adalah Asparagus (Asparagus officionalis). Dalam kurun 2003-2006, perdagangan Asparagus mengalami peningkatan impor dan penurunan ekspor. Volume impor meningkat dari 9.235 kg pada tahun 2003, menjadi 94.119 kg pada tahun 2006. Peningkatan impor terbesar terjadi pada tahun 2004, dimana angka impor mencapai 309,9 persen. Berbeda dengan volume impor, volume ekspor mengalami penurunan dalam kurun waktu yang sama, yakni dari 4.435 kg pada tahun 2003, menjadi 545 kg pada tahun 2005. PT Agro Lestari mengalami permasalahan yang sama dari tahun ke tahun, yakni jumlah produksi Asparagus yang jauh di bawah total permintaan yang masuk ke perusahaan. Lahan yang dimiliki perusahaan tidak hanya digunakan untuk Asparagus saja, melainkan juga diperuntukkan untuk tanaman sayuran lainnya. Upaya lain yang selama ini dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan angka produksinya selain membuka lahan baru adalah dengan membentuk petani plasma yang tersebar di beberapa daerah sekitar Bogor. Analisis kelayakan proyek perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa proyek dapat berjalan secara teknis dan mampu menghasilkan keuntungan finansial bagi perusahaan. Analisis tersebut juga berguna untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian. Penelitian ini juga akan mencari switching value untuk mencari perubahan terbesar dari variabel yang tidak mengubah kelayakan proyek. Uji switching value akan membantu perusahaan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang diuji. Lokasi kebun baru yang dipilih adalah daerah Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode yang dipergunakan dalam penyusutan adalah metode garis lurus. Pengolahan data untuk data kuantitatif menggunakan Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan finansial. Kriteria kelayakan finansial yang digunakan antara lain: NPV, Net B/C, IRR, dan payback period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan di Desa Cibedug layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang masih tersedia, serta bauran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian antara kondisi iklim Desa Cibedug dengan kondisi iklim yang dibutuhkan oleh
asparagus, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan layout lahan. Kelayakan aspek manajemen terlihat dari adanya koordinasi pihak manajemen Agro Lestari untuk membentuk kegiatan usahatani yang utuh. Kelayakan aspek sosial terlihat dari adanya manfaat–manfaat sosial yang ditimbulkan dari adanya kegiatan usahatani asparagus ramah lingkungan. Berdasarkan analisis finansial, usahatani Asparagus ramah lingkungan layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai parameter-parameter kelayakan investasi yang berada pada range layak. NPV sebesar 7.124.166,90 menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan memberikan manfaat sebesar 7.124.166,90 kepada perusahaan selama umur proyek. IRR sebesar 10,04 persen menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal pada saat tingkat suku bunga mencapai 10,04 persen. Net B/C sebesar 1,04 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menghasilkan 1,04 manfaat. Payback period sebesar 3,60 menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal selama tiga tahun enam bulan. Uji switching value terhadap kenaikan harga-harga variabel menunjukkan bahwa usahatani akan tetap layak sampai terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45,51 persen dari Rp 450 per kg atau Rp 9.000 per karung, pupuk organik cair sebesar 170,66 persen dari Rp 15.000 per liter, pestisida organik sebesar 151,70 persen dari Rp 30.000 per liter, jerami sebesar 301,04 persen dari Rp 200.000 per truk, dan harga kemasan sebesar 27 persen dari Rp 500 per paket kemasan. Uji switcing value menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak sampai terjadi penurunan volume penjualan sebesar 42,7 persen per tahun dan penurunan harga jual sebesar 3,87 persen dari Rp 35.000. Berdasarkan hasil penelitian, aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial memiliki daya dukung sehingga usahatani Asparagus ramah lingkungan di PT Agro Lestari layak untuk dilakukan. Kelayakan aspek finansial didasarkan pada nilai dari kriteria-kriteria kelayakan yang berada pada range layak. Berdasarkan uji switching value, usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak sampai terjadi terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45,51 persen, pupuk organik cair sebesar 170,66 persen, pestisida organik sebesar 151,70 persen, jerami sebesar 301,04 persen dan harga paket kemasan sebesar 27 persen. Usahatani Asparagus masih tetap layak hingga penurunan volume produksi mencapai 42,7 persen per tahun. Usahatani Asparagus masih tetap layak hingga terjadi penurunan harga jual sebesar 3,87 persen dari Rp 35.000,00. Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka PT Agro Lestari disarankan dapat menjalankan proyek usahatani Asparagus ramah lingkungan di Desa Cibedug. Hal ini dikarenakan proyek dinilai menguntungkan serta adanya daya dukung dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Selain itu, PT Agro Lestari juga disarankan untuk menggunakan sepenuhnya bibit sendiri dan meminimalisasi penggunaan bibit dari petani lain.
KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR
HERLIANA RIDHAWATI A14105555
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi
:
Nama NRP
: :
Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan, PT Agro Lestari, Bogor Herliana Ridhawati A14105555
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Febriantina Dewi, SE. MSc NIP: 132 149 312
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M Agr NIP: 131 124 019
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”KELAYAKAN FINANSIAL (ASPARAGUS
INVESTASI
OFFICIONALIS)
RAMAH
USAHATANI
ASPARAGUS
LINGKUNGAN
PT
AGRO
LESTARI, BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU
MEMPEROLEH
LEMBAGA GELAR
LAIN
MANAPUN
AKADEMIK
UNTUK
TERTENTU.
SAYA
TUJUAN JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM PUSTAKA DI AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, September 2008
HERLIANA RIDHAWATI NRP A14105555
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 7 April 1984 dan merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dari ayahanda yang bernama Ismail Yahya dan ibunda yang bernama Suhirah (Almh). Pada tahun 1989 penulis mengawali jenjang pendidikan di TK Al–Ikhlas Kota Depok dan lulus pada tahun 1990. Kemudian pada tahun 1996 penulis lulus dari sekolah tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul ‘Aulad, Cibinong, Bogor. Pada tahun 1999 penulis lulus dari sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibinong, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Cibinong, Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma III Analisis Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2005. Selepas menempuh pendidikan Diploma III, pada tahun yang sama Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur selalu tercurahkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla, yang telah memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan, PT Agro Lestari, Bogor” dapat diselesaikan. Skripsi ini diajukan dalam rangka untuk mendapatkan Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kelayakan proyek usahatani Asparagus yang akan dilakukan di kebun baru, yaitu Desa Cibedug. Penelitian akan menyoroti kelayakan finansial sebagai aspek yang utama. Selain aspek finansial, penelitian ini juga akan mengkaji kelayakan dari aspek-aspek pendukung seperti aspek teknis, pasar, manajemen dan sosial. Upaya optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Aamin.
Bogor, September 2008
Herliana Ridhawati
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih tiada terkira kepada: 1. Ayahanda tersayang, Ibunda tercinta (yang ’kan selalu hidup dalam kenangan), teteh Diah dan keluarga kecilnya, dan Akung atas dukungan moril dan materiil. 2. Febriantina Dewi, SE, MSc, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas semua waktu, bimbingan dan kesabaran yang diberikan pada Penulis. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar rencana penelitian yang memberikan banyak saran dalam perencanaan penelitian. 4. Ir. Dwi Rachmina, MSi, selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. 5. Rahmat Yanuar, SP, MSi, selaku perwakilan dari Komisi Akademik. Terima kasih atas segala koreksi dalam hal penulisan skripsi ini. 6. Bapak Tri Judadmadji, SE, selaku pemilik PT Agro Lestari. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga Penulis dapat melakukan penelitian di PT Agro Lestari dan kesabaran dalam membimbing Penulis. 7. Alfredo Zebua yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian ini. 8. Sahabat dalam suka duka, Shanty, Ukir dan ’teh Eni, Heda, Moey, Edo, Ipeb dan Udut. Terima kasih untuk setiap detik moment tangis dan tawa yang Kita
habiskan bersama. Terima kasih karena telah membuat perjalanan di ekstensi menjadi lebih mudah dan menyenangkan. 9. Semua teman–teman Ekstensi MAB yang telah memberikan banyak kenangan serta semua pihak yang ikut melancarkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allahu Akbar melimpahkan rahmat dan membalas atas segala amal kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis. Aamin.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertanian Organik.................................................................... 9 2.2 Sayuran Organik.................................................................................. 11 2.3 Asparagus (Asparagus officionalis) 2.3.1 Deskripsi Asparagus .................................................................. 12 2.3.2 Syarat Tumbuh Asparagus ........................................................ 12 2.3.3 Perdagangan Asparagus ............................................................ 14 2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 15 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 19 3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Investasi .................................. 19 3.1.2 Analisis Switching Value............................................................ 24 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 25 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 28 4.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 28 4.3 Metode Analisis Data ......................................................................... 29 4.3.1 Analisis Kelayakan.................................................................. 29 4.3.1.1 Analisis Aspek Pasar ................................................... 29 4.3.1.2 Analisis Aspek Teknis ................................................ 29 4.3.1.3 Analisis Aspek Manajemen ....................................... 30 4.3.1.4 Analisis Aspek Sosial ................................................. 30 4.3.1.5 Analisis Aspek Finansial ............................................ 30 4.3.2 Analisis Switching Value......................................................... 33 4.4 Asumsi Dasar ................................................................................... 33 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Singkat Perusahaan .............................................................. 35 5.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 36 5.3 Sumberdaya Perusahaan ................................................................... 37 5.3.1 Sumberdaya Fisik .................................................................... 37
5.3.2 Sumberdaya Manusia .............................................................. 37 5.3.3 Sumberdaya Modal ................................................................. 38 5.4 Kegiatan Usahatani Asparagus officionalis ...................................... 39 5.4.1 Subsistem Pengadaan Input Asparagus officionalis ................ 39 5.4.2 Subsistem Budidaya Asparagus officionalis ............................ 40 5.4.2.1 Perencanaan Produksi ................................................. 40 5.4.2.2 Proses Produksi ........................................................... 41 5.5.2.3 Pengendalian Produksi ................................................ 44 5.4.3 Kegiatan Pemasaran ................................................................. 44 5.4.4 Pola Kemitraan......................................................................... 45 VI KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN DAN SOSIAL 6.1 Aspek Pasar ........................................................................................ 47 6.2 Aspek Teknis ...................................................................................... 50 6.2.1 Kesesuaian Kondisi Iklim dan Tanah Desa Cibedug ................ 51 6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ................................................... 53 6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ....................................................... 54 6.2.4 Layout Lahan ............................................................................. 55 6.3 Aspek Manajemen .............................................................................. 55 6.4 Aspek Sosial ....................................................................................... 56 VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1 Analisis Aspek Finansial .................................................................... 58 7.1.1 Arus Penerimaan Proyek ........................................................... 58 7.1.2 Arus Biaya Proyek .................................................................... 59 7.1.2.1 Biaya Investasi .............................................................. 60 7.1.2.2 Biaya Operasional ......................................................... 63 7.1.3 Kelayakan Finansial Proyek ...................................................... 65 7.1.4 Analisis Switching Value ........................................................... 67 7.1.4.1 Analisis Switching Value Jika Terjadi Kenaikan Harga-Harga Biaya Variabel .......................................... 67 7.1.4.2 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Volume Penjualan Per Tahun......................................... 68 7.1.4.3 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Jual ..................................................................... 69 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ..................................................................................... 70 8.2 Saran ................................................................................................ 71 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 72 LAMPIRAN ................................................................................................. 74
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Ekspor dan impor Asparagus (Asparagus officionalis), 2003-2006 ...................................................................................................3 2. Perkembangan produksi dan permintaan asparagus PT Agro Lestari, 2005-2007 .......................................................................................6 3. Sumberdaya Fisik PT Agro Lestari Tahun 2008 ......................................37 4. Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Tahun 2008 .............................38 5. Perincian Biaya Investasi Usahatani Asparagus PT Agro Lestari Tahun 2008 ....................................................................................60 6. Reinvestasi Tahun Ketiga Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008 ..................................................62 7. Nilai Sisa Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008 ......................................................................62 8. Biaya Tetap Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008 .......................................................................63 9. Penggunaan Lahan Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008...................................................63 10. Perincian Biaya Tenaga Kerja Karyawan Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008 ..................64 11. Biaya Variabel Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari tahun 2008 ......................................................................64 12. Analisis Finansial Usahatani Asparagus PT Agro Lestari Tahun 2008 ...............................................................................................66 13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Biaya Variabel PT Agro Lestari Tahun 2008......................................................................68 14. Analisis Switching Value Penurunan Volume Penjualan PT Agro Lestari Tahun 2008 Sebesar 42,7 Persen Per Tahun ...................69 15. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual PT Agro Lestari Tahun 2008 Sebesar 3,87 Persen ...................................69
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Hubungan Antara Penurunan Persentase Produksi Rebung Besar dan Rebung Total Selama Suatu Periode ..................................................14 2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................27
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jadwal Perencanaan Produksi dan Penjualan Usahatani Asparagus officionalis PT Agro Lestari Tahun 2008 ...............................75 2. Bagan Struktur Organisasi PT Agro Lestari .............................................76 3. Bagan Saluran Pemasaran Asparagus PT Agro Lestari .............................77 4. Laporan Rugi Laba Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari ..........................................................................................78 5. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008......................................................................80 6. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pupuk Kandang sebesar 45,51 Persen Tahun 2008 .............................................................81 7. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pupuk Organik Cair sebesar 170,66 Persen Tahun 2008 ....................................................82 8. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pestisida Organik Sebesar 151,70 Persen Tahun 2008 ...........................................................83 9. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Jerami Sebesar 301,04 Persen Tahun 2008 ........................................................................84 10. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Kemasan sebesar 27 Persen Tahun 2008 ................................................................................85 11. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Penurunan Volume Penjualan Sebesar 42,7 Persen Tahun 2008 ...............................................................86 12. Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Penurunan Harga Jual Sebesar 3,87 Persen Tahun 2008 ............................................................................87
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu sistem yang dijalankan dalam pengembangan pertanian adalah sistem pertanian organik. Sistem pertanian organik menghasilkan produk pertanian organik. Produk ini didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
menciptakan
produktivitas
yang
berkelanjutan.
Pangan
organik
merupakan produk pangan segar, setengah jadi, atau pangan jadi, dimana mulai dari penanganan bahan mentah, proses pengolahan dan distribusinya ditangani sesuai dengan SNI yang mengacu pada kaidah Codex Alimentarrius Commision (CAC) dan International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM).1 Permintaan akan pangan organik cenderung mengalami peningkatan walaupun harga yang ditetapkan berada di atas produk pangan non organik. Kenaikan permintaan ini bukan hanya terjadi pada tingkat masyarakat lokal, namun juga pada masyarakat dunia. Kenaikan permintaan di dunia mencapai 2030 persen per tahun, bahkan pada beberapa negara dapat mencapai 50 persen per tahun.2 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peluang yang masih lebar bagi para produsen Indonesia untuk mengembangkan usahataninya dan mewujudkan target pemerintah untuk menjadi
negara pengekspor terbesar pangan organik
pada tahun 2010 melalui program ”Go Organik 2010”. Pertanian ramah lingkungan merupakan langkah yang menuju pada pertanian organik. Pertanian ramah lingkungan dan organik memiliki kesamaan konsep dimana sistem pertanian yang diterapkan mengacu pada pelestarian
lingkungan hidup. Walau demikian, suatu produk yang dihasilkan dari pertanian ramah lingkungan belum bisa dikatakan sebagai produk organik. Hal ini dikarenakan label ”organik” hanya bisa dicantumkan pada produk pertanian yang sudah melalui tahap sertifikasi oleh badan sertifikasi resmi. Sayuran adalah salah satu tanaman yang digolongkan ke dalam hortikultura selain buah-buahan, tanaman hias, bumbu-bumbu masak dan tanaman obat-obatan. Kebanyakan tanaman sayur memiliki nilai komersial yang relatif tinggi. Hal ini dikarenakan sayuran seringkali dijumpai pada menu sehari-hari. Sekalipun tidak dijumpai dalam bentuk sayur, setidaknya tanaman sayur digunakan sebagai bumbu dalam masakan. Karena kontinuitas akan kebutuhan sayuran, maka tanaman ini memiliki nilai pasar yang cukup baik. Salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai komersil tinggi adalah Asparagus (Asparagus officionalis). Asparagus memiliki harga jual yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sayuran lain. Sebagaimana sayuran lainnya, Asparagus memiliki nilai gizi yang baik. Asparagus merupakan sumber terbaik asam folat nabati, sangat rendah kalori, tidak mengandung lemak atau kolesterol, serta mengandung sangat sedikit natrium.3 Asparagus mengandung berbagai vitamin seperti vitamin K, C, A, B1 dalam bentuk thiamin, B2 dalam bentuk riboflavin, B3 dalam bentuk niacin dan B6 dalam bentuk pyridoxine.4 Pada tahun 2004, negara-negara produsen Asparagus segar terbesar di dunia adalah China (587.500 ton), Peru (186.000 ton) dan Amerika (102.780 ton). Sedangkan, negara-negara pengekspor terbesar Asparagus terbesar berdasarkan kuantitas di dunia pada tahun 2004 adalah Peru (73.038 ton), Mexico (37.211 ton)
dan Amerika (11.818 ton).5 Pada tahun yang sama Indonesia juga berperan sebagai Negara pengekspor Asparagus segar walaupun dalam jumlah yang tidak besar, yakni hanya 2.118 kg. Saat itu, negara tujuan ekspor Asparagus segar dari Indonesia adalah Malaysia (BPS, 2004). Selain negara-negara produsen, juga terdapat negara-negara pengimpor Asparagus. Pada tahun 2004, urutan negara pengimpor Asparagus terbesar di dunia adalah Amerika (92.405 ton), Uni Eropa (18.565 ton) dan Jepang (17.148 ton).6 Pada tahun 2004, Indonesia juga mengimpor Asparagus. Beberapa negara yang mengekspor Asparagus untuk Indonesia antara lain Jepang, Korea, Cina, Thailand, Australia, New Zealand, Amerika, Mexico, Perancis dan Jerman (BPS, 2004). Secara umum, Asparagus memiliki potensi pasar yang cukup besar jika dilihat dari sisi permintaan. Indonesia masih mengimpor Asparagus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tabel 1 menyajikan data volume dan nilai ekspor-impor Asparagus segar tahun 2003-2006. Tabel 1 Ekspor-Impor Asparagus (Asparagus officionalis) Segar, 2003-2006 2003 2004 Vol Nilai Nilai Vol (kg) (kg) (USD) (USD) Ekspor 1.435 7.189 2.118 576 Impor 9.235 11.882 37.850 57.685 Sumber: Biro Pusat Statistik, 2008 Keterangan: * tidak ada datanya Indikator
2005 Vol Nilai (kg) (USD) 545 983 66.999 89.786
2006 Vol (kg) * 94.119
Nilai (USD) * 80.220
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa angka impor meningkat dalam kurun tahun 2003 hingga 2006. Peningkatan impor terbesar terjadi pada tahun 2004, dimana angka impor mencapai 309,9 persen. Berbeda dengan volume impor, volume ekspor mengalami penurunan dalam kurun waktu yang sama, yakni dari 4.435 kg pada tahun 2003, menjadi 545 kg pada tahun 2005.
Kondisi iklim Indonesia yang termasuk negara dengan iklim tropis juga mendukung untuk dilakukannya pemanenan Asparagus sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan tanaman Asparagus yang dikembangkan di negara dengan iklim subtropis. Asparagus di negara subtropis biasanya hanya bisa dipanen pada bulan–bulan tertentu yakni bulan April, Mei dan Juni (Kustara dalam Afifah, 1995). Mengingat potensi pasar dan potensi alam yang ada, maka sangat baik jika budidaya tanaman Asparagus terus dikembangkan di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Kebutuhan untuk mengimpor serta kemampuan untuk mengekspor dipengaruhi oleh angka produksi dan konsumsi. Namun, petani Asparagus seringkali mengalami kesulitan untuk melakukan produksi secara kontinu. Hal ini dikarenakan walaupun Asparagus toleran terhadap berbagai suhu rendah, namun kerusakan akibat penyakit dan penyiangan menyebabkan menurunnya produksi Asparagus. Penanaman Asparagus pada lahan yang sama tidak boleh dilakukan secara langsung pada lahan yang sama dengan penanaman sebelumnya. Hal ini dikarenakan tanaman Asparagus memiliki alelopati yang bersifat sementara dan bisa hilang dengan proses pencucian tanah. Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra sayuran. Berdasarkan Peta umum potensi produk pertanian organik Kabupaten Bogor, daerah potensial adalah Cisarua, Ciawi, Cijeruk, Megamendung, Caringin, Pamijahan dan Tamansari. Hal ini dikarenakan Bogor memiliki kondisi geografis yang strategis, kondisi klimatologi yang mendukung dan kondisi pasar yang potensial.7 Agro Lestari merupakan salah satu produsen sayuran eksklusif ramah lingkungan di Bogor dimana salah satu sayuran yang dibudidayakan adalah
Asparagus. Dalam kegiatan budidaya, perusahaan menggunakan bahan serta penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan. Sedangkan sayuran ekslusif ini
diartikan sebagai sayuran yang benihnya merupakan benih impor, yakni dari Korea, Jepang dan Amerika Serikat. Benih Asparagus yang digunakan saat ini antara lain benih yang diproduksi sendiri yang dikembangkan secara ramah lingkungan. Benih yang diproduksi sendiri merupakan benih persilangan sendiri dari varietas Mary Washington dari Amerika dan salah satu varietas dari Eropa. Harga benih yang relatif mahal dan sistem pertanian ramah lingkungan yang diterapkan menyebabkan harga jual Asparagus paling tinggi diantara harga sayuran lain yang diproduksi Agro Lestari. Walaupun demikian, permintaan akan Asparagus ke Agro Lestari cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, hingga saat ini Agro Lestari belum bisa memenuhi semua permintaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut adalah peluang bagi Agro Lestari untuk mengembangkan usahanya. Selain membentuk kerjasama dengan petani plasma, perusahaan berupaya terus untuk meningkatkan angka produksi dengan membuka lahan baru. Sebelumnya, Agro lestari sudah menjalankan usahataninya di Cisarua, Cigombong, dan Pasir Muncang. Perluasan lahan berikutnya akan dilakukan di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
1.2 Perumusan Masalah PT Agro Lestari adalah salah satu produsen sayuran ramah lingkungan yang sudah membudidayakan kurang lebih 83 jenis sayuran, termasuk Asparagus. Asparagus memiliki nilai jual yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis
sayuran lain karena harga benih yang mahal dan pemeliharaan yang relatif lebih sulit. Harga jual Asparagus saat ini mencapai Rp 35.000 per kg. Perusahaan mengalami permasalahan yang sama dari tahun ke tahun, yakni jumlah produksi Asparagus yang jauh di bawah total permintaan yang masuk ke perusahaan. Lahan yang dimiliki perusahaan tidak hanya digunakan untuk Asparagus saja, melainkan juga diperuntukkan untuk tanaman sayuran lainnya. Luasan lahan yang digunakan untuk Asparagus sampai saat ini hanya mencapai 1 ha yang tersebar di beberapa kebun, yakni kebun Pasir Muncang dan Cisarua. Proyek untuk membudidayakan Asparagus seluas 1 hektar pada lahan yang sama adalah proyek yang akan menghabiskan dana yang relatif besar. Sehingga sebelum pelaksanaannya harus dipastikan terlebih dahulu bahwa proyek dapat dijalankan secara teknis dan mampu menghasilkan keuntungan finansial bagi perusahaan. Upaya yang selama ini dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan angka produksinya adalah dengan membentuk petani plasma yang tersebar di beberapa daerah. Namun, dari keseluruhan volume produksi, Agro Lestari hanya mampu memenuhi kurang lebih sekitar 30 persen permintaan yang masuk. Permintaan yang besar adalah peluang bagi Agro Lestari untuk pengembangan usaha, diantaranya adalah dengan pembukaan lahan baru. Tabel 2 menyajikan data yang menunjukkan perkembangan atas permintaan dan produksi Asparagus di PT Agro Lestari. Tabel 2 Perkembangan Produksi dan Permintaan Asparagus PT Agro Lestari, 2005-2007 Tahun 2005 2006 2007
Permintaan (ton) 12,15 13,37 14,70
Peningkatan/penurunan (persen) 10,04 10,00
Produksi (ton) 3,6 3,96 4,36
Peningkatan/penurunan (persen) 9,95 10,10
Pada dasarnya, Asparagus adalah jenis tanaman dataran tinggi. Oleh karena itu, perlu disesuaikan antara pemilihan lahan baru dengan iklim yang dibutuhkan tanaman Asparagus. Beberapa upaya penyesuaian dilakukan agar tanaman ini dapat berproduksi baik di dataran lain. Hal ini ditujukan agar produksi Asparagus tidak terlalu dibatasi oleh ketinggian dataran. Lahan baru yang akan dijadikan lahan untuk penanaman Asparagus adalah Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya karena kondisi Desa Cibedug yang termasuk pada dataran tinggi dan memiliki iklim yang diperkirakan sesuai untuk budidaya Asparagus. Luas tanam yang direncanakan di Desa Cibedug adalah 1 ha. Lokasi ini dipilih setelah daerah Parung yang sebelumnya dijadikan lokasi perencanaan proyek dinyatakan oleh pihak perusahaan kurang baik untuk budidaya Asparagus. Hal ini dikarenakan kondisi iklim panas yang berkepanjangan yang terjadi beberapa waktu terakhir. Sehingga dikhawatirkan secara teknis proyek tidak dapat dilaksanakan di daerah Parung. Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam menilai kelayakan dari proyek ini akan dilakukan analisis switching value. Perubahan tersebut dapat berupa penurunan produksi ataupun kenaikan harga pada beberapa komponen yang diperlukan dalam kegiatan usahatani Asparagus. Dari analisis tersebut akan diketahui perubahan pada variabel yang bisa diterima agar usahatani Asparagus tetap layak untuk dilaksanakan. Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis switching value adalah kenaikan harga pada masingmasing komponen biaya variabel, penurunan volume penjualan dan penurunan harga jual Asparagus.
Dari perumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana daya dukung aspek teknis, pasar, manajemen dan sosial terhadap kelayakan usaha? 2. Apakah investasi usahatani Asparagus layak secara finansial? 3. Bagaimana Switching value dari kenaikan harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume penjualan dan penurunan harga jual Asparagus?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis daya dukung aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial terhadap kelayakan usaha. 2. Menganalisis kelayakan investasi usahatani secara finansial. 3. Menganalisis Switching value dari kenaikan harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume penjualan dan penurunan harga jual Asparagus.
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Agro Lestari, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan usaha 2. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pertanian Organik Berdasarkan keterangan dari SNI 01-6729-2002, istilah organik diartikan sebagai istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi. Sedangkan pertanian organik adalah sistem manajemen holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pada umumnya, penggunaan bahan kimia terbesar dalam pertanian konvensional adalah pada penyuburan tanah dan pemberantasan hama dan penyakit. Selain menggunakan pupuk kandang, tanaman yang berasal dari famili Leguminosae seperti kacang-kacangan, mempunyai bintil akar yang yang dapat menambat nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman (Pracaya, 2007). Pupuk organik memiliki peran penting, yakni terkait perbaikan struktur tanah dan kapasitas penahanan air dalam perakaran, aerasi yang meningkat dari media perakaran, kerapatan massa yang lebih rendah, dan meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) dan pemegangan nutrien utama lainnya, nitrogen dan phospor (Williams, 1993). Pemberian pupuk organik harus dilakukan dalam komposisi yang benar, dan harus memiliki nisbah nitrogen terhadap karbon yang tinggi agar dapat menahan nutrien meningkatkan pertumbuhan tanaman (Williams, 1993). Secara praktis, pupuk organik jarang digunakan langsung, melainkan dicampur dengan bahan lain, dan untuk menentukan takaran pemberiannya, diperlukan suatu analisis dengan contoh perlakuan. Selain pupuk organik,
pestisida organik juga memiliki peranan peranan penting dalam pemelihraan tanaman. Beberapa pestisida organik yang dapat digunakan antara lain nimba, kelor, mengkudu, awar-awar, brotowali, tuba, gadung merambat, ginseng kolesom dan kemangi. Badan Litbang Pertanian mengartikan dan mengelompokkan pertanian organik (penggunaan pupuk organik) atas dua pengertian, yakni: 1. Pertanian Organik ”Absolut” (POA) yang diartikan sebagai pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia anorganik, hanya menggunakan bahan alami berupa bahan atau pupuk organik. Sasaran utama dari produk ini adalah menghasilkan produk dan lingkungan yang bersih dan sehat. Sistem pertanian ini dinilai kurang mengutamakan produktivitas, namun memiliki nilai ekonomi yang relatif lebih tinggi. 2. Pertanian Organik ”Rasional” (POR) yang diartikan sebagai sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang berfungsi untuk pembenah tanah dan suplemen buatan (kimia anorganik). Dalam sistem POR masih digunakan biopestisida. Sistem pertanian ini mengutamakan produktivitas, efisiensi produksi, keamanan dan kelestarian lingkungan dan sumber daya. Pertanian absolut seperti yang dijabarkan di atas dikelola secara ketat berdasarkan SNI 01-6729-2002 tentang pertanian organik. SNI tersebut mengacu pada banyak hal untuk bisa menetapkan bahwa suatu produk bisa dikatakan organik. SNI mengacu pada pengelolaan lahan, air, tanaman dan ternak, pengemasan, pelabelan, dan sertifikasi. Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses
pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Indonesia belum memiliki regulasi mengenai sertifikasi/pelabelan produk organik dan akreditasi Lembaga Sertifikasi Pertanian Organik (LSPO). Saat ini sedang tahap penyusunan. Dari pengertian yang dijabarkan Badan Litbang Pertanian tentang pertanian organik, maka sistem pertanian yang dijalankan oleh Agro Lestari mengacu pada pertanian organik rasional. Hal ini dikarenakan masih adanya penggunaan biopestisida. Namun, produk yang dihasilkan belum bisa dikatakan sebagai produk organik karena Agro Lestari belum sampai pada tahap sertifikasi. Walau demikian, sampai saat ini PT Agro Lestari menjalankan usaha budidaya tanaman Asparagus dengan cara-cara yang ramah lingkungan, yakni dengan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan meminimumkan resiko dari residu bahan kimia dalam kegiatan budidayanya.
2.2 Sayuran Organik Istilah sayuran mengacu pada tunas, daun, buah dan akar tanaman yang lunak yang dapat dimakan secara utuh atau sebagian, segar/mentah atau dimasak, sebagai pelengkap pada makanan berpati dan daging (Williams, 1993). Sayuran dibedakan dari tanaman pangan (field crops) lainnya karena sayuran dipanen dalam keadaan segar dan memiliki kandungan air yang tinggi. Kandungan air yang tinggi pada sayuran menyebabkan penanganannya (handling), pengangkutan dan pemasarannya menjadi masalah khusus, terutama di daerah tropika. Selain kandungan air yang tinggi, sayur adalah sumber berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin A, Vitamin B1, B2 dan B6,Vitamin C, vitamin E, besi, kalsium, dan
fosfor (Williams, 1993). Selain itu, sayur juga merupakan sumber protein, karbohidrat dan bahan serat. Pada dasarnya semua jenis sayuran dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik. Hal ini dikarenakan sifat tanaman sayur yang pada mulanya tumbuh secara alami. Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis tanaman yang peka terhadap hama dan penyakit. Untuk jenis-jenis tanaman seperti itu, maka diperlukan pemeliharaan yang lebih intensif. 2.3 Asparagus (Asparagus officinalis) 2.3.1 Deskripsi Asparagus Asparagus adalah salah satu jenis sayuran yang bersifat tahunan (parennial) dan bagian yang dipanen dari tanaman ini adalah bagian rebung atau tunas muda. Rebung Asparagus yang diambil sebagai sayuran adalah rebung yang berwarna putih dan hijau. Kedua jenis rebung dapat dihasilkan dari satu tanaman dengan penanganan panen yang berbeda. Asparagus putih dipanen sebelum rebung keluar dari permukaan tanah. Warna putih dihasilkan karena terjadinya pemucatan. Sedangkan Asparagus hijau dipanen pada saat rebung sudah keluar beberapa centimeter dari permukaan tanah. Warna hijau dihasilkan karena terjadinya penyinaran oleh sinar matahari. Sayuran ini dapat dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau makanan olahan.
2.3.2 Syarat Tumbuh Asparagus Dataran lahan yang dibutuhkan oleh sayuran Asparagus adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600-900 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh optimal pada suhu antara 15-25oC dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu
berkisar 2.500-3.000 mm/tahun. Oleh karenanya diusahakan lokasi budidaya tanaman ini berada dekat dengan sumber air. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga pasokan air untuk tanaman pada musim kemarau. Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, maupun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan tanah olah yang tebal. Asparagus tidak suka tanah yang berdrainase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6-6,5 karena ia tidak toleran terhadap tanah yang bereaksi masam. Tanah yang baik untuk tanaman ini adalah tanah yang banyak mengandung banyak bahan organik. Produksi dan masa hidup tanaman Asparagus dapat diperpanjang jika tanaman memiliki periode dorman. Namun, dormansi tidak dibutuhkan dalam produksi Asparagus untuk komersial. Dorman pada tanaman menyebabkan respirasi menjadi kecil sehingga terjadi penyimpanan karbohidrat yang akan tersedia bagi produksi rebung berikutnya. Ketika dorman, Asparagus agak toleran terhadap kekeringan. Pada wilayah dengan musim dingin sedang atau tropika, pertumbuhan daun terjadi secara terus menerus sehingga sulit untuk mengurangi respirasi. Pada kondisi ini, tanaman Asparagus tidak dorman dan cadangan makanan relatif sedikit (Rubatzky, 1999). Masa hidup tanaman Asparagus bervariasi antara 3 atau 4 sampai lebih dari 15 tahun. Walaupun Asparagus adalah tanaman tahunan, namun ketika telah terjadi penurunan persentase rebung besar yang dihasilkan, maka produksi perlu dihentikan. Hal tersebut dikarenakan penurunan tingkat keuntungan bersamaan dengan penurunan ukuran rebung besar (Rubatzky, 1999). Gambar berikut
menunjukkan hubungan antara
penurunan persentase produksi rebung total
Produksi rebung maksimum (% hasil maksimum)
selama suatu periode.
100 80
rebung total
60 40
rebung besar
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Waktu sejak penanaman (tahun)
Gambar 1 Hubungan Antara Penurunan Persentase Produksi Rebung Besar dan Rebung Total Selama Suatu Periode Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa produksi rebung besar dan rebung total mencapai titik maksimum pada tahun keempat. Oleh karena itu, usia produktif tanaman selama empat tahun akan dijadikan acuan untuk menentukan umur proyek dalam penelitian ini.
2.3.3 Perdagangan Asparagus Sampai dengan tahun 2006, perdagangan Asparagus Indonesia meliputi ekspor impor Asparagus segar dalam volume yang bervariasi. Namun, volume ekspor Asparagus jauh lebih rendah dibandingkan dengan volume impornya. Beberapa negara tujuan Indonesia untuk ekspor Asparagus antara lain Singapura dan Malaysia. Sedangkan, Indonesia juga mengimpor Asparagus dari beberapa negara seperti Jepang, China, Thailand, Australia, US, Netherland, Perancis dan Jerman.
2.4 Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai analisis kelayakan investasi.
Beberapa
di
antaranya
adalah
Analisis
Kelayakan
Investasi
Pengusahaan Pembibitan Durian (Durio zibethinus) CV Milad Perkasa Rancamaya, Bogor. Penelitian ini dilakukan oleh Dolly pada tahun 2006. Penelitian ini menggunakan tiga skenario untuk dipilih salah satunya sebagai skenario terbaik. Skenario pertama, seluruh bibit dijual ke proyek rehabilitasi hutan dan lahan dengan harga jual yang lebih rendah. Skenario kedua, Seluruh bibit dijual ke konsumen langsung dengan harga jual yang lebih tinggi. Skenario ketiga, bibit dijual ke proyek rehabilitasi hutan dan lahan dan konsumen langsung dengan perbandingan 50:50. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa usaha pembibitan durian layak untuk dijalankan pada ketiga skenario, namun skenario ketiga adalah skenario yang paling menguntungkan. Dari sisi aspek teknis, proyek ini dinilai layak dari segi kesesuaian iklim dan kondisi tanah serta ketersediaan batang bawah dan batang atas. Dilihat dari aspek pasar, proyek dinilai layak karena permintaan akan bibit durian yang masih tinggi terutama untuk program rehabilitasi hutan. Sedangkan dari aspek sosial, proyek dinilai layak karena memberikan dampak positif berupa distribusi pendapatan bagi masyarakat sekitar dan pendidikan mengenai pembibitan. Penelitian berikutnya adalah tentang Analisis kelayakan Finansial dan Ekonomi Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreotus), Studi Kasus PT Cipta Daya Agrijaya di Kebun Percobaan Cikarawang IPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Nugrahapsari pada tahun 2006. Penelitian ini menggunakan empat skenario dalam uji sensitivitas kelayakan.
Skenario untuk uji tersebut adalah kenaikan harga minyak tanah sebesar 100 persen, penurunan harga jual jamur tiram putih sebesar 36,36 persen, penurunan jumlah produksi jamur tiram putih sebesar 75,62 persen, dan penurunan jumlah produksi baglog sebesar 67,5 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha yang direncanakan layak secara finansial walau terjadi kenaikan harga minyak tanah. Namun, penurunan harga dan jumlah produksi jamur tiram putih serta penurunan jumlah produksi baglog sesuai skenario di atas menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis secara ekonomi, kenaikan harga minyak dan penurunan harga jual jamur tiram putih tidak berpengaruh terhadap kelayakan. Namun, penurunan jumlah produksi jamur tiram putih dan baglog menyebabkan usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Dari hasil analisis dengan switching value, didapatkan bahwa secara finansial, usaha ini tetap layak jika terjadi kenaikan harga minyak sampai dengan 201,7 persen dari Rp 7.844,2/L, penurunan harga jual jamur tiram putih sampai dengan 35,3 persen dari Rp 3.558,5/kg, penurunan jumlah produksi jamur tiram putih sampai dengan 27,5 persen dari 13.363,2 kg, dan penurunan jumlah produksi baglog sampai dengan 28 persen dari 22.464 kg. Sedangkan berdasarkan analisis secara ekonomi, usaha ini tetap layak jika terjadi kenaikan harga minyak tanah sampai dengan 250,73 persen dari Rp 3.301,67/L, penurunan harga jual jamur tiram putih sampai dengan 45,4 persen dari 3.003/kg, penurunan jumlah produksi sampai dengan 36,33 persen dari 11.698,79 kg, dan penurunan jumlah produksi baglog sampai dengan 60,94 persen dari 16.873,92 kg. Penelitian berikutnya adalah tentang Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sayuran Organik CV Civanamas, Bogor. Penelitian ini dilakukan oleh Indryasari
Fachri pada tahun 2006. Penelitian ini menggunakan tiga alternatif untuk meningkatkan produksinya yakni dengan pembukaan lahan baru, menambah jumlah mitra, dan pembukaan lahan baru bersama mitra. Dari hasil perhitungan secara finansial, pengusaha dapat memilih alternatif dengan membuka lahan baru, karena proyek ini memiliki nilai NPV dan Net B/C yang paling besar di antara alternatif lainnya. Sementara nilai IRR dan Payback Periood tiap alternatif menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap variabel penurunan volume produksi sebesar 90 persen dan kenaikan harga pupuk sebesar 15 persen pada alternatif satu. Pada tingkat diskonto 10 persen, proyek tersebut menjadi tidak layak. Tingkat perubahan yang bisa diterima adalah penurunan volume produksi sebesar 57,029 persen dan kenaikan harga pupuk sebesar 1.261 persen. Penelitian tentang Asparagus pernah dilakukan dengan judul Studi Kemungkinan Pembentukan Kerjasama Perkebunan Inti Rakyat Asparagus (Studi Kasus PT Hatari Multi Agro dan Petani Pemasok Kecamatan Pujun, Kabupaten Malang). Penelitian ini dilakukan oleh Jana Maesiati pada tahun 1995. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembentukan kerjasama PIR dengan petani pemasok yang ada layak untuk dilakukan. Dari segi finansial, hal ini terlihat dari kriteria kelayakan NPV, IRR dan Net B/C baik perusahaan dan petani menunjukan hasil yang layak. Usahatani perusahaan memiliki nilai NPV sebesar 10.537.296,467/ha, IRR sebesar 34,65 persen dan Net B/C sebesar 2,112. Sedangkan usahatani pemasok memiliki nilai NPV sebesar 3.339.125,657/ha, IRR sebesar 31,22 persen dan Net B/C sebesar 1,573. Walaupun nilai kriteria kelayakan petani berada di bawah nilai kriteria kelayakan perusahaan. Dari segi
kelembagaan, kerjasama ini dinilai layak karena dapat menguntungkan dua belah pihak, diantaranya meningkatkan volume produksi perusahaan dan memberikan kepastian pasar bagi petani. Penelitian di PT Agro Lestari sebelumnya dilakukan oleh Sundari pada tahun 2005. Sundari melakukan penelitian tentang Analisis Usahatani Sayuran Eksklusif di Perusahaan Agro Lestari, Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Bertolak dari permasalahan yang sama, yakni besarnya permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, Penelitian ini menganalisis usahatani ketiga komoditi unggulan di Agro Lestari. Komoditi tersebut adalah Cabai Kwari, Terong Nasubi dan Labu Korea. Hasil penelitian menunjukan bahwa Cabai Kwari menghasilkan R/C atas biaya total yakni 2,75 dan atas biaya tunai sebesar 2,86. Terong nasubi menghasilkan R/C atas biaya total sebesar 2,73 dan atas biaya tunai sebesar 2,83. Labu korea menghasilkan R/C atas biaya total sebesar 1,21 dan atas biaya tunai sebesar 1,29. Cabai Kwari menghasilkan keuntungan yang paling besar diantara dua komoditi unggulan lainnya. Berdasarkan dari permasalahan yang sama, dilakukan pula penelitian tentang Analisis Kelayakan Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) ramah lingkungan di PT Agro Lestari. Penelitian ini dimaksudkan untuk pengkajian alternatif solusi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada aspek-aspek yang dianalisis dan kriteria kelayakan dalam analisis aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan Payback Period (PP).
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan analisis kelayakan investasi, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis switching value.
3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Investasi Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya yang tertentu, dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk (deliverable) yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 2002). Sedangkan proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa proyek merupakan wadah untuk bisa melakukan berbagai kegiatan berupa perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan. Kajian kelayakan suatu usulan proyek terkait dengan kemungkinan tingkat keberhasilan dari tujuan yang ingin diraih dari proyek. Pengkajian ini bersifat menyeluruh dan berusaha menyoroti segala aspek kelayakan proyek. Studi kelayakan ini harus mempu memberikan analisis secara kualitatif dan kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Kajian kelayakan dilakukan untuk meminimalisasi resiko kerugian akibat proyek.
Tujuan dilakukan analisis kelayakan proyek adalah mempelajari usulan tersebut dari segala segi profesional agar setelah usulan proyek tersebut diterima dan dilaksanakan, proyek tersebut betul-betul dapat memberikan keuntungan seperti yang direncanakan oleh perusahaan. Kegiatan investasi melibatkan sejumlah anggaran yang besarnya tergantung dari skala proyek yang akan dijalankan. Semakin besar proyek, maka semakin besar anggaran yang diperlukan, dan akan semakin besar resiko dari kegagalan yang harus ditanggung pihak investor. Dipandang dari sudut pandang perusahaan, proyek yang melibatkan pengeluaran modal (capital expenditure) memiliki arti yang sangat penting karena menyangkut tiga hal. Hal tersebut meliputi konsekuensi jangka panjang pengeluaran modal, pengeluaran modal yang menyangkut jumlah dana yang relatif besar, dan komitmen pengeluaran modal yang tidak mudah untuk diubah (Husnan dan Muhammad, 2000). Dengan melihat pada kepentingan tersebut, maka untuk menghindari kerugian akibat pengeluaran modal atau investasi, maka dilakukan analisis kelayakan terhadap aspek-aspek kelayakan. Kriteria kelayakan berkaitan erat dengan suatu keberhasilan kegiatan investasi dan hal ini akan berbeda dari satu kepentingan dengan kepentingan yang lain. Bagi pemilik proyek swasta, titik utama keberhasilan diletakkan pada aspek finansial dan ekonomi. Bagi pemerintah, kriteria kelayakan dapat berupa pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan mendorong prakarsa swasta. Sedangkan bagi masyarakat sekitar, kelayakan proyek dinilai dari sudut pandang seberapa jauh mereka bisa diuntungkan dengan pembangunan proyek (Soeharto, 2002).
Dalam menilai kelayakan proyek terdapat aspek-aspek yang perlu dikaji dimana masing-masing aspek memiliki hubungan yang erat dengan aspek kelayakan yang lain. Artinya, setiap keputusan terhadap satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya. Husnan dan Muhammad (2000) mengemukakan aspek-aspek kelayakan yang sebagai berikut: 1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar berfungsi menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui informasi. Dalam aspek pasar, akan dilihat kondisi permintaan pasar dan bauran pemasaran (Marketting Mix) yang mencakup 4P (Product, Price, Place, dan Promotion) yang digunakan oleh perusahaan. 2. Aspek Teknis Pengkajian teknis dimaksudkan untuk memberikan batasan atas garis-garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek teknis, sebagian atau seluruhnya, dapat tercermin dalam perhitungan benefit dan biaya. Namun atas pertimbangan-pertimbangan teknis sudah dapat diputuskan apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak. 3. Aspek Manajemen Manajemen proyek tumbuh karena adanya dorongan untuk mencari pendekatan-pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan dengan sifat kegiatan proyek, yaitu suatu kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Kegiatan operasi perusahaan dan fungsi manajemen meliputi
teknis, koordinasi, keamanan, akuntansi, dan manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, staffing dan mengendalikan. Pengkajian meliputi manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam masa pembangunan proyek meliputi siapa pelaksana proyek, bagaimana jadwal penyelesaian proyek, dan siap yang melakukan pengkajian terhadap masing-masing aspek kelayakan. 4. Aspek Sosial Aspek ini didasarkan atas landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara menyeluruh karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial atau masyarakat
yang dapat diasosiasikan dengan kepentingan suatu kepentingan
nasional sustu negara (Soeharto, 2002). Pengkajian meliputi pengaruh proyek terhadap penambahan kesempatan kerja, pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap industri lain, dan pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial di lokasi pembangunan proyek. 5. Aspek Finansial Kegiatan investasi melibatkan sejumlah dana yang relatif besar, yang ditanamkan pada waktu tertentu dan diharapkan adanya manfaat di masa yang akan datang. Untuk menghindari kerugian akibat investasi tersebut, maka pengkajian terhadap aspek ini sangat perlu dilakukan bagi perusahaan terutama perusahaan swasta yang umumnya berorientasi pada keuntungan. Pengkajian meliputi perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan, sumber-sumber pembelanjaan,
taksiran penghasilan, taksiran biaya, manfaat dan biaya dalam arti finansial. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan antara lain: 1. Net Present Value (NPV), yaitu selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar selama umur proyek yang didiskontokan ke dalam nilai sekarang (Soeharto, 2002). Dalam perhitungan NPV, diperlukan suatu penetapan tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Salah satunya adalah menggunakan tingkat suku bunga yang berlaku di bank. Suku bunga dapat berupa suku bunga deposito atau pinjaman. Proyek dikatakan layak jika nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari nilai sekarang dari pengeluaran (NPV≥0). Hal ini menunjukkan bahwa proyek dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan. 2. Internal Rate of Return (IRR), yakni mencari tingkat suku bunga yang menyatakan nilai investasi sekarang sama dengan nilai penerimaan sekarang di masa yang akan datang (Husnan, 2000). Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV arus masuk sama dengan NPV arus keluar (NPV proyek = 0). IRR menggambarkan opportunity cost dari kegiatan investasi. Proyek dikatakan layak jika IRR proyek lebih besar dari tingkat suku bunga yang telah ditetapkan sebagai opportunity cost. Tingkat suku bunga deposito dapat digunakan sebagai acuan jika modal yang digunakan adalah modal sendiri. IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga deposito menggambarkan bahwa perusahaan lebih baik menggunakan uangnya untuk investasi dibanding dengan menyimpannya di bank. Sebaliknya, tingkat suku bunga pinjaman digunakan jika modal yang digunakan untu proyek adalah modal pinjaman.
3.
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), yakni angka perbandingan antara present value yang positif dengan present value yang negatif (Husnan, 2000). Kesimpulan dari nilai NPV akan konsisten dengan kesimpulan dari nilai Net B/C. Jika NPV ≥ 0, maka Net B/C ≥ 1. Net B/C menggambarkan efisiensi dari penggunaan biaya untuk investasi karena net B/C menggambarkan sejauh mana biaya yang digunakan menghasilkan manfaat.
4. Payback period (PP), yakni jangka waktu yang digunakan untuk bisa mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari arus kas bersih. Arus kas adalah adalah selisih antara pendapatan (revenue) dengan pengeluaran (expenses) per tahun. Payback period dinyatakan dalam satuan waktu per tahun. Proyek dikatakan layak jika masa pengembalian modal lebih cepat dari umur proyek. Sebaliknya, proyek dikatakan tidak layak jika masa pengembalian lebih lama dari umur proyek. Hal ini berarti proyek tidak menguntungkan karena tidak mampu mengembalikan sejumlah modal investasi.
3.1.2 Analisis Switching value Studi kelayakan proyek dinilai berdasarkan sejumlah asumsi. Hal ini dikarenakan banyak faktor ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Beberapa hal dapat mengalami perubahan seperti perubahan harga jual produk, biaya tetap dan biaya variabel produksi, dan perubahan dalam tingkat suku bunga pinjaman. Perubahan-perubahan pada unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Asumsi-asumsi yang digunakan merupakan alternatif-alternatif yang diangap terbaik berdasarkan data dan perkiraan pada
masa itu. Sehingga, asumsi yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Analisis switching value diperlukan karena bisa menggambarkan sejauh mana perubahan-perubahan dalam unsur-unsur kajian aspek finansial yang dapat ditolerir agar proyek tetap layak dilaksanakan. Berdasarkan pengertian tersebut switching value adalah nilai pengganti yang memberikan gambaran keuntungan normal, dimana Net B/C=1 dan NPV=nol.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PT Agro Lestari adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usahatani sayuran ramah lingkungan. Proyek yang direncanakan oleh perusahaan adalah upaya ekspansi dengan pembukaan lahan baru untuk Asparagus. Proyek pembukaan lahan baru ini adalah salah satu solusi untuk meningkatkan angka produksi Asparagus perusahaan selain kerjasama dengan petani plasma. Dari 83 jenis tanaman yang dibudidayakan perusahaan, Asparagus memiliki harga jual yang paling tinggi di antara sayuran lainnya, yakni mencapai Rp 35.000,00 per kg. Dalam kegiatan budidayanya, pengusahaan Asparagus memerlukan biaya yang relatif besar untuk pembelian bibit dan pemeliharaannya. Aspek Teknis akan menyoroti hal yang terkait dengan lokasi proyek seperti ketersediaan input, letak pasar yang dituju, sumber air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Hal lain yang akan dikaji adalah pemilihan dan ketersediaan teknologi yang akan digunakan. Aspek teknis ini menjadi sangat penting untuk dikaji karena tanaman Asparagus adalah tanaman yang rentan terhadap iklim panas yang merupakan
iklim dari sebagian besar wilayah di Indonesia. Aspek teknis dapat menggambarkan kebutuhan biaya proyek. Aspek finansial merupakan aspek yang perlu dikaji terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Sebagai pihak swasta, keuntungan menjadi salah satu orientasi dalam menjalankan usaha. Adapun pemilihan kriteria kelayakan dibatasi pada kriteria yang mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money) dan menggambarkan arus kas (cashflow). Sehingga dalam menilai kelayakan proyek ini, aspek finansial mengacu pada beberapa parameter, yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Payback period (PP). Selain aspek teknis dan finansial, dalam penelitian ini juga akan dikaji kelayakan usahatani dari aspek pasar, manajemen dan sosial. Aspek manajemen akan menyoroti kesiapan faktor internal perusahaan Agro Lestari untuk menjalankan proyek. Sedangkan aspek sosial akan mengkaji manfaat-manfaat sosial yang disebabkan dengan adanya proyek Asparagus ini. Selain
kajian
terhadap
aspek-aspek
kelayakan,
penelitian
juga
menganalisis switching value. Analisis ini berguna untuk memberikan gambaran sejauh mana perubahan-perubahan pada variabel-variabel agar tidak mengubah kelayakan. Variabel yang digunakan antara lain kenaikan harga-harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume produksi dan penurunan harga jual. Berikut adalah bagan kerangka pemikiran operasional yang akan dijalankan dalam melakukan penelitian.
Permintaan yang melebihi kapasitas, dimana perusahaan hanya mampu memenuhi ± 30 persen dari total permintaan Asparagus.
Pembukaan lahan baru untuk Budidaya Asparagus (Asparagus officinalis)
Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Teknis, Manajemen, Sosial dan Finansial
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Kriteria kelayakan investasi: 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. Payback Period
Layak
Analisis Switching Value
Tidak Layak
rekomendasi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan: Pembahasan tidak dilakukan secara mendalam
1V METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Agro Lestari yang berlokasi di Jalan Raya Ciawi No. 425 D, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan lokasi perkebunan yang dipilih adalah daerah Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan Agro Lestari sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Agro Lestari adalah salah satu produsen sayuran eksklusif di Kabupaten Bogor yang potensial untuk dikembangkan. Pengambilan data dilaksanakan selama tiga bulan, sejak bulan Mei–Juli 2008.
4.2 Metode Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan seperti pemilik perusahaan dan staf operasional perusahaan. Selain itu, pengambilan data primer juga melalui pengamatan langsung di lapang. Sedangkan data sekunder didapatkan dari penelusuran beberapa literatur dan institusi terkait yang terdiri atas dokumen–dokumen perusahaan, Pusat Data Informasi Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina produksi Hortikultura, Biro Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, dokumen Kantor Desa Cibedug dan data dari penelitian-penelitian sebelumnya.
4.3 Metode Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif digunakan untuk analisis daya dukung dan kelayakan proyek dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan proyek berdasarkan aspek finansial. Metode yang dipergunakan dalam penyusutan adalah metode garis lurus. Pengolahan data untuk data kuantitatif menggunakan Microsoft Excel.
4.3.1 Analisis Kelayakan Pemilihan aspek-aspek dalam analisis kelayakan tergantung pada beberapa hal, diantaranya tergantung pada karakter proyek serta besar kecilnya dana yang ditanamkan dalam investasi. Adapun aspek-aspek yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain aspek teknis, pasar, manajemen, sosial dan finansial.
4.3.1.1 Analisis Aspek Pasar Pengkajian terhadap aspek pasar meliputi pengkajian terkait masalah kondisi permintaan baik lokal maupun nasional, serta menguraikan bagaimana perusahaan akan memasarkan produknya melalui bauran pemasaran (Marketting Mix) yang mencakup 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang digunakan oleh perusahaan.
4.3.1.2 Analisis Aspek Teknis Pengkajian aspek teknis meliputi pengkajian terkait masalah kesesuaian lokasi produksi, tata letak lahan,
penyediaan sumber-sumber produksi dan
pemasaran hasil-hasil produksi. Pengkajian terhadap penyediaan meliputi
ketersediaan benih atau bibit,
pupuk, teknologi yang diterima secara sosial,
prasarana air, listrik, jalan raya, fasilitas penyimpanan dan pengiriman, dan ketersediaan tenaga kerja.
4.3.1.3 Analisis Aspek Manajemen Pengkajian aspek manajemen meliputi manajemen dalam rencana masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam masa pembangunan proyek meliputi siapa pelaksana proyek dan bagaimana jadwal penyelesaian proyek. Dalam aspek ini juga dilihat bagaimana sistem koordinasi yang ada agar proyek tersebut membentuk kesatuan kegiatan.
4.3.1.4 Analisis Aspek Sosial Aspek sosial merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat. Pengkajian aspek sosial meliputi pengaruh proyek terhadap penambahan kesempatan kerja, pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial di lokasi pembangunan proyek dan pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap lingkungan sekitar proyek.
4.3.1.5 Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui analisis biaya dan manfaat, analisis
rugi
laba,
analisis
kriteria
investasi.
Analisis
biaya
manfaat
mengidentifikasi biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diterima selama proyek dijalankan. Analisis rugi laba menghasilkan komponen pajak yang digunakan
dalam cashflow. Analisis kriteria investasi akan menyimpulkan layak tidaknya usaha secara finansial. Adapun kriteria kelayakan yang akan diperhitungkan antara lain: Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C). Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dihitung Payback Period (PP) untuk mengetahui periode pengembalian investasi oleh proyek. 1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV) Arus kas investasi yang dikaji meliputi keseluruhan, yakni biaya pertama, operasi, produksi, pemeliharaan, dan pengeluaran yang lain. Rumus NPV adalah: n
NPV = ∑
t=0
Bt-Ct (1+i)t
Keterangan : NPV Bt Ct n i t
= Nilai sekarang bersih. = Arus kas masuk tahun ke t. = Arus kas keluar tahun t. = Umur proyek. = Arus pengembalian (rate of return). = Waktu.
Kriteria: NPV = Positif, maka usulan proyek dapat diterima. NPV = Negatif, maka usulan proyek ditolak. NPV = Nol, usulan proyek dapat diterima namun tidak ada keuntungan finansial bagi pemilik proyek. 2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR) Mencari IRR proyek yang memiliki arus kas keluar yang berbeda setiap tahunnya dapat dilakukan dengan trial and error dan interpolasi (Soeharto, 2002). Perkiraan IRR dengan interpolasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: IRR = i1 +
NPV1 NPV1 – NPV2
x (i2 –i1)
Keterangan : i1 i2 NPV1 NPV2
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif. = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif. = NPV yang bernilai positif. = NPV yang bernilai negatif.
Kriteria: IRR ≥ i = Usulan proyek dapat diterima. IRR < i = Usulan proyek ditolak. 3. Rasio Manfaat-Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio Net B/C) n
Bt-Ct t t=0 (1+i) Net B/C = n ∑ Ct-Bt t t=0 (1+i) ∑
Untuk Bt-Ct > 0 Untuk Bt-Ct < 0
Keterangan : Net B/C Bt Ct n i t
= Rasio Manfaat-Biaya bersih. = Arus kas masuk tahun ke t. = Arus kas keluar tahun t. = Umur proyek. = Arus pengembalian (rate of return). = Waktu.
Kriteria: Net B/C ≥1 Net B/C ≤1
= Usulan proyek diterima. = Usulan proyek ditolak.
4. Periode Pengembalian (Payback Period/PP) Payback Period = (n-1) + Cf -
n-1
∑ An 1
1 An
Di mana: Cf An n
= Biaya pertama. = Arus kas pada tahun t. = Tahun pengembalian ditambah 1. Usulan proyek dapat diterima jika masa pengembalian investasi lebih
cepat dari umur proyek. Sebaliknya, usulan proyek ditolak jika masa
pengembalian lebih lama dari umur proyek, karena hal ini berarti proyek tidak mampu mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan guna membiayai proyek.
4.3.2 Analisis Switching Value Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan variabel-variabel yang bisa ditolerir agar proyek tetap layak untuk dilaksanakan. Switching value bisa membantu perusahaan untuk mengantisipasi perubahanperubahan yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Analisis switching value dilakukan dengan metode coba-coba memasukan angka perubahan variabel yang memberikan keuntungan sama dengan nol.
Variabel yang digunakan untuk
switching value antara lain kenaikan harga-harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume produksi dan penurunan harga jual. Switching value akan menghasilkan NPV = nol dan net B/C = 1 dan IRR menjadi sama dengan tingkat suku bunga. Dalam penelitian ini tidak digunakan uji sensitivitas karena tidak adanya data historis perusahaan yang menunjukkan adanya perubahan pada variabel-variabel tersebut di atas.
4.4 Asumsi Dasar 1. Modal yang digunakan oleh perusahaan Agro Lestari berasal dari modal sendiri. 2. Umur proyek adalah 4 tahun. Hal ini disesuaikan dengan usia produktif dari tanaman Asparagus. 3. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ditanggung oleh pemilik tanah.
4. Lahan
yang
digunakan
adalah
lahan
sewa
dengan
biaya
sewa
Rp 4.000.000,00/ha/tahun. 5. Semua Asparagus yang dihasilkan, terjual habis di pasar. 6. Harga yang digunakan adalah harga aktual pada saat dilakukan penelitian. 7. Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito tahunan (12 bulan), yakni sebesar 5,25 persen. 8. Besarnya pajak berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Badan. 9. Harga jual Asparagus per kg adalah Rp 35.000,00. Harga tersebut adalah harga rata-rata pada saat pengambilan data. 10. Dalam satu bulan terhitung 30 hari produksi, sehingga dalam satu tahun terhitung 360 hari produksi. 11. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus.
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Agro Lestari didirikan pada tahun 1983 oleh Tri Judadmadji yang juga pemilik perusahaan. Pada awal berdirinya, Agro Lestari memulai usaha di daerah Sukabumi dalam bidang budidaya. Tanaman yang dibudidayakan saat itu antara lain: kapulaga lokal, tanaman obat, serta rempah-rempah seperti berbagai jenis jahe. Selain itu, pada tahun yang sama, Agro Lestari juga mendirikan sebuah agroindustri dengan memproduksi arang batok kelapa, minuman sari temulawak, dan pengolahan asinan jahe. Tahun 1984 sampai dengan tahun 1986, Agro Lestari bekerjasama dengan salah satu perusahaan asal Tegal untuk membuka agrowisata dan budidaya sayuran istimewa di daerah Guci lereng Gunung Slamet. Setelah kembali dari Tegal, Agro Lestari meluaskan usahanya dengan membuka usaha agroindustri di daerah Sukabumi. Agroindustri yang dijalankan pada saat itu antara lain: pengalengan jamur, pengalengan buah-buahan, pembuatan nata de coco, sayuran semi hidroponik dan usaha beberapa jenis jamur. Tahun 1999 Agro Lestari bekerjasama dengan pengusaha dari Korea untuk membudidayakan sayuran khusus ramah lingkungan di Cisarua dan Lido. Jenis sayuran yang ditanam meliputi lebih dari 20 jenis tanaman yang bibitnya diimpor langsung dari Korea dan Jepang. Sampai saat ini, Agro Lestari memiliki lahan dengan luas total lima hektar yang tersebar di Bogor. Status kepemilikan lahan Agro Lestari terdiri atas kepemilikan pribadi dan lahan sewa, yakni dengan 3,5 ha milik pribadi yang
berada di Desa Cisarua dan Desa Pasir Muncang dan 1,5 ha lahan sewa yang berada di Desa Cigombong. Sampai saat ini Agro Lestari masih belum dapat memenuhi semua permintaan yang masuk ke perusahaan. Keterbatasan lahan menjadi alasan utama. Karena itu, Agro Lestari juga menerapkan sistem pertanian Inti Plasma untuk memenuhi sejumlah kekurangan pasokan ke konsumen. Jenis sayuran yang diusahakan sampai saat ini berjumlah kurang lebih 83 jenis sayuran. Selain usaha budidaya
dan
pemasaran
sayuran
ramah
lingkungan,
perusahaan
juga
menyediakan sarana produksi pertanian.
5.2 Struktur Organisasi Agro Lestari adalah perusahaan milik perseorangan dengan akte notaris No. 62/15 Febuari tahun 1984, dengan Tri Judadmadji, SE selaku permilik dan pimpinan perusahaan. Perusahaan ini memiliki 4 bagian, yakni: 1. Bagian Toko Saprotan, yaitu bertanggung jawab atas urusan administrasi dan sirkulasi barang dari toko saprotan Agro Lestari. 2. Bagian budidaya, yaitu bertanggung jawab terhadap rangkaian proses budidaya, dari mulai pembibitan, penyemaian, penanaman, perawatan sampai panen. 3. Bagian keuangan, yaitu bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan laporan laba rugi dan pencatatan arus kas. 4. Bagian Pemasaran, yaitu bertugas memperluas jaringan pemasaran serta bertanggung jawab dalam memasarkan produk ke konsumen.
5.3 Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya yang dimiliki Agro Lestari terbagi atas sumberdaya fisik, (natural resources), sumberdaya manusia (labour resources) dan sumberdaya modal (capital resources).
5.3.1 Sumberdaya Fisik (Natural Resources) Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi sumberdaya lahan, sarana dan prasarana pendukung. Sumberdaya lahan yang dimiliki perusahaan terbagi ke dalam tiga unit lokasi, yaitu 2,5 ha di Cisarua, 1,5 ha di Cigombong, dan 1 ha di Pasir Muncang, Kabupaten Bogor. Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prsarana produksi di kebun produksi dan sarana penunjang di kantor pusat dan kantor pemasaran. Sarana di kantor pusat meliputi komputer, printer, facsimilie, telepon, dan alat tulis. Sarana kantor pemasaran diantaranya mobil pick up, timbangan duduk, keranjang panen, gunting, hand wrapper, tempat sortasi, timbangan kecil dan besar, stepler dan sarana penunjang lainnya. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sumberdaya Fisik Perusahaan Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. 3.
Jenis Sumberdaya fisik Kantor dan toko saprotan Kantor pemasaran Lahan produksi Total
Luas (m2) 28 100 50.000 50.128
5.3.2 Sumberdaya Manusia (Labour Resources) Sumberdaya manusia di Agro Lestari terdiri atas tenaga kerja inti/tetap, tenaga harian tetap dan tenaga harian tidak tetap. Gaji tenaga kerja tetap dibayarkan satu
bulan sekali dengan besaran gaji yang disesuaikan dengan
jabatan. Tenaga kerja harian tetap dibayar setiap seminggu sekali dengan upah
sebesar Rp 20.000,00 per hari. Sedangkan tenaga kerja harian tidak tetap dibayarkan seminggu sekali dengan besaran upah Rp 15.000,00 per hari. Gaji dibayarkan langsung oleh pemilik perusahaan. Sedangkan upah dapat dibayarkan baik secara langsung oleh pemilik perusahaan atau mandor kebun. Daftar sumberdaya manusia di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2.
3.
Bagian Kantor pusat: - Direktur utama - Administrasi kantor - Sirkulator barang Bagian Keuangan Bagian budidaya: - Unit Cigombong - Unit Cisarua - Pasir Muncang
4.
Bagian pemasaran
Pendidikan
Keterangan
Jumlah (orang)
Sarjana ekonomi Sarjana SMA Sarjana Hukum
Pemilik perusahaan Administrasi perusahaan
1 1 1 1
- SMA - SMA - SMT pertanian - SMA dan SMP - SMT pertanian - SMA dan SMP - SMT pertanian - sarjana dan SMA - SMEA
Penanggungjawab Tenaga harian Penanggungjawab Tenaga harian Penanggungjawab Tenaga harian Penanggungjawab Distributor
1 2 1 6 1 6 1 2
supir
2 26
Total
5.3.3 Sumberdaya Modal (Capital Resources) Modal yang dimiliki perusahaan terdiri dari modal tetap dan modal lancar. Modal tetap meliputi gedung, lahan dan sarana pendukung. Sedangkan modal lancar berupa benih, bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, tenaga kerja, dan bahan penunjang lainnya. Lahan yang dikelola oleh perusahaan terdiri atas lahan dengan status kepemilikan pribadi dan status sewa. Modal lancar berasal dari modal perusahaan sendiri, yaitu dari toko saprotan yang dikelola sendiri oleh Agro Lestari.
5.4 Kegiatan Usahatani Asparagus officionalis Perusahaan memiliki empat subsistem usaha, yaitu usaha pengadaan input produksi, kegiatan budidaya, kegiatan pemasaran dan pola kemitraan. Adapun masing-masing subsistem tersebut memiliki keterkaitan yang dapat melancarkan kegiatan usahatani Asparagus.
5.4.1 Subsistem Pengadaan Input Asparagus officionalis Adapun beberapa input produksi yang dibutuhkan untuk budidaya Asparagus antara lain: 1. Lahan budidaya. 2. Peralatan, seperti pompa air, alat pengemas untuk kemasan sterofoam, alat pengemas untuk kemasan plastik, selang air, pipa air, cangkul, kored, ember plastik, sarung tangan, gunting, pisau panen, keranjang panen, ayakan, sekop dan sprayer. 3. Bahan-bahan produksi, seperti: bibit Asparagus, kapur dolomite, pupuk kandang, pupuk cair versiganic, biopestisida, jerami, plastik mulsa dan bambu. 4. Tenaga kerja yang akan dibutuhkan untuk setiap proses budidaya, yakni dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, sampai distribusi pemasaran. 5. Instalasi-instalasi, seperti instalasi listrik dan air. 6. Input non teknis berupa jadwal kerja untuk produksi. Sebagian dari sarana-sarana produksi yang disebutkan di atas, telah tersedia di toko saprotan yang juga dimiliki oleh Agro Lestari. Namun, untuk
sarana-sarana yang tidak tersedia, Agro Lestari mendapatkan dari pihak luar baik dari petani lain maupun dari toko saprotan lain. Agro Lestari memproduksi benih Asparagus dan membibitkannya sendiri. Selain untuk kebutuhan kebun sendiri, bibit yang diproduksi juga diperuntukkan untuk petani-petani plasma yang bekerjasama dengan Agro Lestari dan petanipetani lain. Namun, tidak selalu bibit yang digunakan adalah bibit sendiri, melainkan terkadang membeli dari petani lain. Hal ini dilakukan ketika persediaan bibit yang diproduksi oleh Agro Lestari tidak mencukupi. Harga bibit yang dijual Agro Lestari seharga Rp 3.500,00 per polybag. Media tanam yang digunakan adalah sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Selain bibit, Agro Lestari juga membuat sendiri untuk pupuk kandang dan biopestisida. Agro Lestari memiliki sejumlah tenaga kerja inti/tetap yang disebar ke dalam bagian-bagian. selain tenaga inti, Agro Lestari juga mempekerjakan tenaga harian tetap dan tidak tetap. Lahan budidaya untuk proyek akan ini berada di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Lahan yang akan digunakan adalah lahan sewa dengan biaya sebesar Rp 4.000.000,00/ha/tahun. Keputusan untuk menyewa lahan didasarkan atas beberapa keputusan seperti keterbatasan modal dan usia dari tanaman yang direncanakan.
5.4.2 Subsistem Budidaya Asparagus officionalis 5.4.2.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi menyangkut memperkirakan berapa jumlah bibit Asparagus yang akan ditanam, berapa jumlah kebutuhan bahan-bahan yang
diperlukan (pupuk kandang, pupuk cair, pestisida, dan lain-lain), serta bagaimana teknik budidaya yang akan diterapkan. Perencanaan produksi dapat membantu untuk penyusunan jadwal perencanaan produksi yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan usahataninya. Jadwal perencanaan produksi dapat dilihat pada tabel 1.
5.4.2.2 Proses Produksi Proses produksi Asparagus diawali dengan kegiatan pembukaan lahan, kemudian disusul dengan pembibitan/persemaian, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Proses produksi yang dijalankan perusahaan diusahakan untuk memaksimumkan penggunaan input yang ada diperusahaan. 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan diawali dengan kegiatan membersihkan lahan dari tanaman–tanaman yang berada di kebun yang bersifat mengganggu bagi pertumbuhan Asparagus. Langkah selanjutnya pengolahan tanah dengan pencangkulan dan perataan tanah kembali. Dengan ukuran bedeng 1 x 10 m, jarak antar antar tanaman dalam bedeng 50 cm dan jarak antar bedeng 50 cm, maka dalam satu ha akan terdapat kurang lebih 20.000 bibit tanaman. Setelah pengolahan tanah selesai, langkah selanjutnya adalah membiarkan tanah selama kurang lebih 15 hari agar tanah lebih mengering. Setelah tanah sudah lebih mengering, dilakukan pemberian kompos atau pupuk kandang dan kapur dolomite. Penggunaan pupuk kandang dipergunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, tanaman Asparagus juga diketahui memiliki daya serap yang baik untuk pupuk kandang dibanding dengan
pupuk sintesis (Agro Lestari, 2008). Dalam hal ini, pupuk kandang yang digunakan untuk usahatani Asparagus adalah kotoran ayam. Pemilihan kotoran ayam sebagai pupuk kandang didasarkan kotoran ayam memiliki kandungan Nitrogen tiga kali lebih besar dibanding dengan kotoran lain seperti kotoran kambing, babi, kuda dan sapi. Kandungan hara yang lebih besar tersebut dikarenakan bagian cair (urine) tercampur dengan bagian padat (Hardjowigeno, 1995). Selain pupuk kandang, pada lahan tersebut juga akan diberikan kapur dolomite untuk menetralkan keasaman tanah. 2. Pembibitan/persemaian Selain membeli dari petani lain, pihak Agro Lestari juga menyiapkan bibit Asparagus sendiri. Perusahaan menyiapkan bibit dari tanaman yang dinilai memiliki kualitas yang baik dan sudah berusia tua, yakni minimal berusia dua tahun. 3. Penanaman Sebelum ditanami oleh bibit Asparagus, kesuburan tanah terlebih dahulu disamaratakan. Tanah diberikan pupuk kandang kembali sebanyak 30 ton/ha. Setelah tanah siap, dibuat lubang tanam. Setelah lubang tanam siap, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3-5 cm, lalu ditimbun oleh tanah galian di sekitarnya. Bibit yang dimasukkan ke dalam lubang adalah bibit yang berusia kurang lebih tiga bulan dengan tinggi minimal 20 cm. Setelah penanaman bibit sudah selesai, tanah bedengan ditutupi oleh jerami. Penutupan tanah dengan jerami dimaksudkan untuk mengurangi penguapan air tanah sehingga kelembaban tanah terjaga. Sedangkan tujuan lainnya adalah untuk menghindari pertumbuhan gulma di sekitar tanaman Asparagus.
4. Pemeliharaan Pemeliharaan
dalam
budidaya
Asparagus
meliputi
penyiraman,
penyiangan dan pemupukan. Penyiraman ini disesuaikan dengan kondisi curah hujan di lahan. Penyiraman secara manual dibutuhkan lebih intensif pada saat musim kemarau tiba, atau pada saat curah hujan tidak mencukupi. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah penyiangan. Walaupun tanah sudah ditutupi oleh jerami, penyiangan adalah salah satu kegiatan yang perlu diperhatikan. Berikutnya meliputi pemupukan yang terdiri dari pemupukan pupuk kandang dan pupuk cair. Pupuk kandang diberikan enam bulan satu kali dengan kebutuhan 30 ton/ha/tahun atau 1500 karung. Sedangkan pupuk cair diberikan setiap empat bulan sekali dengan kebutuhan 240 liter/ha/tahun. Pupuk cair yang digunakan adalah versiganic yang berfungsi sebagai pupuk daun dan akar. Pupuk cair diberikan pertama kali pada saat memasuki bulan keempat setelah penanaman. Pupuk cair diencerkan terlebih dahulu, dimana 1 ml pupuk cair diencerkan dengan 1000 ml air. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah penyemprotan pestisida organik. Tanaman Asparagus relatif rentan terhadap jamur yang menimbulkan bercak pada daun. Untuk menghindarinya dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida organik. Beberapa jenis bahan yang digunakan oleh Agro Lestari untuk membuat pestisida organik antara lain tanaman tembakau, mindy, suren, sirsak, lengkoas, temulawak, sereh, bawang merah dan bawang putih. Adapun komposisi bahan pestisida akan disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang ingin dibasmi.
5. Panen Salah satu keunggulan dari membudidayakan tanaman Asparagus di Indonesia adalah Asparagus bisa dipanen sepanjang tahun. Pemanenan bisa dilakukan pertama kali pada bulan kedelapan sejak penanaman. Asparagus yang dipanen oleh Agro Lestari adalah Asparagus hijau. Asparagus hijau dipanen saat rebung sudah keluar dari permukaan tanah. Asparagus yang dipanen adalah rebung yang sudah berukuran 20-30 cm dan diameter 2 cm.
5.4.2.3 Pengendalian Produksi Pengendalian produksi ditujukan untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas usahatani. Dalam pengendalian produksinya, perusahaan selalu menjalankan usahataninya berdasarkan jalur yang telah direncanakan, baik merupakan ketetapan teknik budidaya ataupun dengan mengikuti jadwal perencanaan produksi. Jadwal perencanaan produksi dapat dilihat pada lampiran 1.
5.4.3 Kegiatan Pemasaran Agro Lestari memiliki berbagai macam konsumen Asparagus, yakni supermarket, minimarket, hotel, restoran, agen dan konsumen langsung. Berbagai kosumen tersebut tersebar di wilayah Bogor, Tangerang dan Jakarta. Kegiatan pemasaran perusahaan dijalankan oleh bagian pemasaran yang juga menangani pemasaran sayuran lainnya. Salah satu tugas bagian ini adalah bertugas untuk mencari tahu sayuran apa saja yang harus diproduksi untuk memenuhi keinginan pasar. Kegiatan bagian pemasaran antara lain:
1. Mengetahui permintaan pasar 2. Menyediakan produk 3. Kegiatan pasca panen yang meliputi trimming, sortir dan gradding 4. Menimbang dan mengemas produk 5. Melakukan pencatatan penjualan dan pembelian produk 6. Transportasi 7. Distribusi langsung ke konsumen
5.4.4
Pola Kemitraan Agro Lestari membangun kemitraan dengan petani plasma untuk
menambah volume produksinya. Kemitraan ini terjalin dari adanya permohonan pihak petani untuk bekerjasama dengan Agro Lestari. Kerjasama ini menyangkut kesepakatan kedua belah pihak mengenai kewajiban perusahaan dan petani plasma. Berikut adalah kesepakatan mengenai kewajiban perusahaan: 1. Menyediakan sarana dan prasarana produksi sperti bibit dan peralatan 2. Menentukan jenis komoditi sayuran yang akan ditanam 3. Membuat program tanam dan waktu panen 4. Memberikan bimbingan teknis 5. Membeli harga panen dengan harga yang telah disepakati Sedangkan kesepakatan mengenai kewajiban petani plasma adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti program kerja 2. Menerima bimbingan teknis 3. Menjual hasil panen ke perusahaan
4. Menyelesaikan pinjaman dalam jangka waktu sesuai kesepakatan Adapun manfaat bagi pihak perusahaan dengan membentuk kemitraan ini antara lain: 1. Meningkatkan volume produksi untuk suplai ke konsumen 2. Meningkatkan penjualan sarana dan prasarana produksi 3. Meningkatkan pendapatan 4. Menciptakan pengembangan usaha yang berkesinambungan dan lestari. Sedangkan manfaat bagi petani plasma bekerja sama sebagai petani plasma dengan Agro Lestari antara lain: 1. Memperoleh bimbingan teknis 2. Memperoleh pinjaman baik dalam bentuk sarana dan prasarana produksi 3. Meningkatkan hasil panen 4. Memiliki pasar yang pasti 5. Meningkatkan pendapatan petani yang bekerjasama Petani plasma yang memiliki kemitraan dengan Agro Lestari dalam memproduksi Asparagus adalah Bapak Sunaryo yang berlokasi di Desa Pasir Muncang, Bogor.
VI KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN DAN SOSIAL
6.1 Aspek Pasar Asparagus dinilai masih memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari adanya permintaan Asparagus yang belum bisa dipenuhi oleh perusahaan. Permintaan Asparagus yang masuk ke perusahaan adalah 50 kg/hari. Namun, perusahaan hanya mampu memenuhi sekitar 30 persen dari keseluruhan permintaan. Pada proyek ini direncanakan dari satu hektar lahan Asparagus, akan dihasilkan Asparagus sebanyak 30 kg/hari, dimana pemanenan dilakukan secara bergilir dengan jarak 20 hari. Selain hal di atas, Asparagus yang dikembangkan oleh Agro Lestari juga dinilai memiliki peluang yang baik karena sistem budidaya yang diterapkan adalah sistem budidaya ramah lingkungan. Sistem budidaya seperti ini memberikan pengertian pada konsumen bahwa Asparagus diproduksi dengan cara yang alami sehingga aman dikonsumsi. Berdasarkan masih tersedianya peluang pasar untuk Asparagus, maka usahatani Asparagus masih layak untuk dikembangkan. Berdasarkan kajian bauran pemasaran yang terdiri dari 4P (Product, Price, Place dan Promotion), dapat dipaparkan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan Agro Lestari. Penentuan bauran pemasaran dalam kegiatan pemasaran merupakan karakteristik yang sangat menentukan dalam keberhasilan pemasaran.
1. Produk (Product) Asparagus yang dihasilkan oleh Agro Lestari adalah Asparagus hijau. Alasan pemilihan jenis Asparagus ini dikarenakan pemeliharaan dan penanganan panen yang lebih mudah dibandingkan dengan Asparagus putih. Perusahaan memilahkan Asparagus ke dalam dua grade, yakni grade A dan B. Perbandingan rata-rata grade A dan grade B yang dihasilkan perusahaan masing masing adalah 50:50. Grade A dengan kriteria penampakan Asparagus lurus, panjang 20-30 cm dan diameter minimal dari dua cm. Sedangkan grade B dengan kriteria penampakan Asparagus bengkok, panjang 20-30 cm dan diameter kurang dari dua cm. Kedua kriteria di atas dikemas per 100 gram menggunakan kemasan plastik dan alas sterofoam. Pada kemasan plastik yang digunakan terdapat beberapa keterangan untuk meyakinkan pelanggan bahwa Asparagus dihasilkan dengan cara ramah lingkungan. Keterangan-keterangan tersebut antara lain: Organically grown, no chemical fertilizer, no pesticide, environtmental friendly. Sedangkan untuk Asparagus yang panjangnya melebihi 30 cm, hanya diikat dalam jumlah yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Pertanian ramah lingkungan yang diterapkan oleh Agro Lestari saat ini adalah salah satu cara untuk perbaikan mutu produk yang juga mempertimbangkan kesehatan lingkungan dan konsumennya. 2. Harga (Price) Agro Lestari menetapkan harga yang sama untuk grade yang berbeda, yakni Rp 35.000,00 per kg Asparagus atau Rp 4.000,00 per pack (100 gram). Harga tidak dibedakan karena Asparagus pada kedua grade dalam keadaan yang sama baik, perbedaan hanya terletak pada ukuran diameter dan penampakan
Asparagus yang lurus atau bengkok. Harga tersebut berlaku untuk setiap tipe konsumen yang ada, baik supermarket, restoran, users, agen ataupun rumah sakit. Diantara banyak konsumen yang ada, Asparagus grade B biasanya dijual ke rumah sakit. Dalam penetapan harga, Agro Lestari tidak menutup kemungkinan memberlakukan diskon kalau memang diperlukan negosiasi. Proses pembayaran dari konsumen ke Agro Lestari tergantung pada kesepakatan, namun lebih banyak yang menggunakan sistem pembayaran faktur. Faktur–faktur tersebut akan dibayar oleh pihak konsumen 2 minggu setelah pengiriman Asparagus. Hal ini dapat berubah jika terjadi perubahan kesepakatan di awal transaksi. 3. Tempat (Place) Sampai saat ini Agro Lestari masih mencakup pasar domestik. Daerahdaerah yang menjadi wilayah cakupan pemasaran Asparagus meliputi daerah Bogor, Tangerang dan Jakarta. Penentuan wilayah cakupan pemasaran tersebut mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya biaya transportasi untuk pasar yang dituju. Hal ini dikarenakan Agro Lestari yang menanggung biaya pengiriman ke konsumen. Dalam mendistribusikan Asparagus, Agro Lestari menggunakan 3 saluran pemasaran, yakni pihak Agro Lestari memasarkan secara langsung produk ke konsumen pengguna, Agro Lestari memasarkan produknya terlebih dahulu ke supplier and farmer, lalu supplier and farmer yang akan memasarkan produk ke konsumen pengguna; dan saluran terakhir dimana pihak Agro Lestari memasarkan produknya terlebih dahulu ke supplier, lalu supplier yang akan memasarkan produk ke konsumen pengguna. Untuk menjalankan kegiatan distribusi ini, Agro
Lestari memiliki tim distributor yang terdiri dari supir dan negosiator. Adapun bagan dari saluran pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 3. Agro Lestari selalu berusaha untuk menjaga kesegaran produk pada saat produk sampai di tangan konsumen. Oleh karena itu, Agro Lestari melakukan panen Asparagus di sore hari, kemudian dikemas pada malam hari dan langsung dikirim keesokan hari pada pukul 04.00 WIB ke konsumen. 4. Promosi (Promotion) Dalam hal penyebaran informasi, perusahaan tidak menggunakan media khusus, melainkan hanya mengandalkan penyampaian infomasi dari satu orang ke orang yang lain. Walaupun Agro Lestari tidak menggunakan media tertentu, namun jumlah konsumen yang masih bekerjasama dan jumlah permintaan Asparagus yang masuk ke Agro Lestari masih tinggi. Berdasarkan tersedianya peluang pasar untuk Asparagus yang terlihat dari excess demand, usahatani Asparagus dinilai layak untuk dilakukan. Selain itu, usahatani Asparagus juga dinilai layak karena adanya bauran pemasaran yang direncanakan perusahaan.
6.2 Aspek Teknis Aspek teknis adalah aspek yang bisa menggambarkan taksiran biaya investasi yang dibutuhkan. Kelayakan dari aspek teknis akan menyoroti beberapa hal, yakni kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Cibedug, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan.
6.2.1 Kesesuaian Kondisi Iklim dan Tanah Desa Cibedug Tanaman Asparagus tergolong dalam tanaman dataran tinggi. Tanaman ini juga bisa dikembangan dengan baik di kebun-kebun tropika jika teknik budidaya diikuti dengan baik. Tanaman ini dapat tumbuh optimal pada lahan dengan ketinggian permukaan di atas 600 sampai dengan 900 mdpl dan rentang suhu 15oC-25oC. Kondisi curah hujan yang dibutuhkan mencapai 2.500 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Artinya, tanaman ini membutuhkan kondisi iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan banyak air. Berdasarkan laporan profil Desa Cibedug tahun 2005, Desa Cibedug adalah Desa dengan ketinggian permukaan 650 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, suhu maksimum di Desa ini adalah 22oC. Hal ini sesuai dengan kebutuhan tanaman Asparagus akan iklim yang dingin. Asparagus adalah tanaman yang dapat beradaptasi luas terhadap berbagai suhu rendah. Kondisi curah hujan di daerah ini adalah 2500 mm/tahun dengan jumlah hari yang memiliki curah hujan terbanyak sebanyak 180 hari. Artinya, Desa ini memiliki potensi untuk pengembangan Asparagus karena ketersediaan air yang mencukupi. Curah hujan yang melebihi dari kebutuhan yang disyaratkan beresiko pada pembusukan tanaman. Namun, hal tersebut diantisipasi perusahaan dengan menggunakan jerami. Penggunaan jerami ini selain berfungsi untuk menghindari pertumbuhan gulma dan mengurangi penguapan air dari tanah, juga berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang langsung ke perakaran tanaman. Selain itu, Agro Lestari juga menyediakan sebuah sumur bor untuk sumber air, terutama pada saat terjadi musim kering. Adanya kesesuaian antara kondisi iklim lahan
Desa Cibedug dengan kebutuhan iklim Asparagus, maka kondisi iklim di Desa Cibedug dikatakan mendukung untuk budidaya Asparagus. Kondisi tanah di Desa Cibedug adalah bertekstur lempung dengan warna hitam, dengan kedalaman 50-200 m. Tekstur tanah yang cocok untuk Asparagus adalah agak berpasir, sehingga memiliki drainase yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan pasir pada lahan. Warna hitam pada tanah mengindikasikan bahwa tanah memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Tanah di Desa Cibedug juga memiliki kadar gambut dalam jumlah yang tidak tinggi. Keberadaan tanah gambut selain menambah bahan organik dalam tanah, keberadaannya harus diperhatikan karena kadar gambut beresiko meningkatkan keasaman tanah. Kondisi tersebut tidak dikehendaki oleh tanaman Asparagus karena tanaman ini rentan terhadap tanah yang masam. Untuk menyesuaikan dengan kondisi gambut yang ada di Desa Cibedug, karena itu Agro Lestari memberikan sejumlah 4.200 kg/ha kapur dolomite. Kondisi tanah di Desa Cibedug dinilai berada pada tingkat kesuburan yang baik karena memiliki bahan organik yang tinggi, tidak memiliki kandungan besi dan kadar gambut yang tinggi. Selain itu, Desa Cibedug memiliki beberapa tipe tanah, yakni tanah sawah sebesar 40 persen, tanah kering sebesar 58,15 persen, dan tanah fasilitas umum sebesar 1,85 persen. Persentase terbesar tipe tanah yang ada di Cibedug adalah tanah kering. Tanah kering ini sebagian besar digunakan untuk kebun dan tegalan, yakni sebesar 82,68 persen. Pada umumnya, tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman pangan. Selain karena kondisi iklim yang sesuai, tanah ini juga memiliki tingkat kesuburan yang relatif baik. Hal ini terbukti dimana sampai saat ini masih
banyak penduduk yang membudidayakan sayuran di Desa Cibedug. Berdasarkan adanya kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Cibedug dengan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman Asparagus, maka lahan di Desa Cibedug dikatakan mendukung untuk budidaya Asparagus.
6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi Selain menjalankan usaha budidaya tanaman sayuran, Agro Lestari juga memiliki toko saprotan yang dikelola sendiri oleh pemilik perusahaan. Adapun beberapa sarana produksi yang disediakan di toko tersebut antara lain benih, bibit,
pupuk organik, pestisida organik, polybag semai, arang sekam, dan
sebagainya. Sarana produksi seperti benih, pupuk organik, dan pestisida organik, selain didapatkan dari toko saprotan Agro Lestari, perusahaan juga mendapatkan dari pihak luar seperti petani-petani dan toko-toko saprotan lain. Bibit yang dikembangkan oleh Agro Lestari adalah bibit yang menggunakan benih hasil persilangan sendiri antara varietas Mary Washington dari Amerika dan varietas benih yang berasal dari Eropa. Sedangkan sarana yang didapatkan dari toko-toko lain seperti pompa air, selang dan pipa, sprayer, cangkul, karanjang panen, bambu, dan lain-lain. Sarana lain yang juga perlu diperhatikan adalah sumber air. Walaupun curah hujan di lokasi kebun dalam jumlah yang mencukupi, perusahaan juga menyiapkan sarana untuk sumber dan instalasi air. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi hari-hari dimana curah hujan tidak mencukupi. Sumber air yang disiapkan adalah sumur buatan dengan pompa litrik, sehingga biaya air digabung dengan biaya listrik.
Dalam mendukung pemasaran Asparagus, Agro Lestari memiliki satu buah mobil pick up yang dipersiapkan untuk pengangkutan sayuran. Pengangkutan ini dilakukan setiap hari dengan biaya BBM sebesar Rp 50.000,00 untuk sekali pengangkutan. Desa Cibedug memiliki fasilitas jalan. Kondisi jalan tersebut antara lain berupa jalan aspal sepanjang enam km, jalan diperkeras sepanjang 1 km dan jalan tanah sepanjang 1 km. Dengan tersedianya fasilitas jalan tersebut, maka akan mempermudah akses kendaraan ke kebun dan memperlancar arus pengangkutan sayuran ramah lingkungan perusahaan Agro Lestari.
6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya, perusahaan Agro Lestari sudah memiliki karyawan sebanyak 14 orang dan tanaga harian tetap sebanyak 12 orang. Tenaga kerja berasal dari Bogor. Dalam struktur organisasinya, setiap posisi memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Desa Cibedug adalah Desa dengan mata pencaharian penduduk terbesar sebagai buruh tani, yakni sebesar 30,34 persen. Hal ini disesuaikan dengan kondisi iklim Desa dan kemampuan kerja dari penduduk yang sebagian besar adalah tidak tamat SD. Berdasarkan keterangan tersedianya tenaga kerja untuk buruh tani dan pengalaman yang mereka miliki, maka dari sisi ketersediaan tenaga kerja, Desa ini memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam usahatani budidaya Asparagus.
6.2.4 Layout Lahan Pada lahan yang direncanakan untuk menjadi lokasi kebun, akan terdapat bangunan untuk gudang dan tempat pembibitan yang luasnya mencapai 200 m2. Kebun yang direncanakan untuk lokasi kebun tidak berbatasan dengan kebun lainnya. Tepatnya, lokasi lebih dibatasi oleh pemukiman warga Desa Cibedug. Pertimbangan dalam pemilihan lahan tersebut dikarenakan untuk memperkecil resiko penularan penyakit tanaman dan residu bahan kimia yang digunakan oleh kebun lain yang dibudidayakan secara intensif. Perusahaan telah melakukan survey sebelumnya untuk memastikan bahwa lahan yang dipilih adalah lahan yang tepat untuk pengembangan bubidaya Asparagus secara ramah lingkungan. Berdasarkan pemilihan lahan yang meminimumkan penularan penyakit dan residu bahan kimia, maka lahan di lokasi tersebut mendukung untuk dijadikan lahan budidaya Asparagus ramah lingkungan.
6.3 Aspek Manajemen Proyek pembukaan lahan baru untuk budidaya Asparagus akan dilaksanakan sendiri oleh pihak Agro Lestari, termasuk rencana jadwal pelaksanaan dan penyelesaian proyek akan ditentukan oleh pihak Agro Lestari. Proyek direncanakan berjalan selama empat tahun. Hal ini berdasarkan pada umur produktif dari tanaman Asparagus, dimana setelah tahun ke empat tanaman Asparagus akan mengalami penurunan produktivitas. Dalam menjalankan usahanya perusahaan Agro Lestari berusaha untuk menyesuaikan dengan permintaan yang masuk. Perusahaan memperkirakan volume yang harus diproduksi dengan mempertimbangkan tren dari permintaan
yang lalu yang masuk ke perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari produk yang tidak terjual, karena hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan. Untuk menciptakan koordinasi yang baik, Agro Lestari memiliki struktur organisasi dimana setiap bagian memiliki tanggung jawab masing–masing, yakni bagian toko saprotan, bagian budidaya, bagian keuangan dan bagian pemasaran. Struktur organisasi yang terdapat pada Agro Lestari merupakan struktur organisasi fungsional. Model struktur organisasi seperti ini membagi tugas ke spesialisasi fungsional, sehingga memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap tanggung jawab dari tugas yang ditetapkan. Untuk melihat sistem koordinasi yang ada di Agro Lestari, dapat dilihat bagan struktur organisasi pada lampiran 1. Berdasarkan tersedianya upaya manajemen untuk menjalankan proyek secara koordinatif agar usahatani berjalan lancar, maka PT Agro Lestari memiliki daya dukung aspek manajemen untuk usahatani budidaya Asparagus.
6.4 Aspek Sosial Dengan adanya proyek ini, maka terdapat beberapa manfaat positif baik untuk lingkup nasional ataupun lingkup daerah yang menjadi lokasi proyek lahan budidaya Asparagus. Untuk lingkup nasional, keberadaan usaha Agro Lestari seperti ini memberikan tambahan pasokan Asparagus, dalam hal ini adalah untuk daerah Jakarta, Bogor dan Tangerang. Selain itu, budidaya secara ramah lingkungan yang diterapkan perusahaan dapat meminimalkan semua bentuk polusi dari kegiatan pertanian perusahaan. Sedangkan beberapa manfaat yang bisa dirasakan masyarakat sekitar dengan
adanya proyek ini antara lain adanya penyerapan tenaga kerja dan
mengurangi
pengangguran.
Terlebih,
pengembangan
budidaya
tanaman
Asparagus bersifat padat karya karena relatif membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam melakukan kegiatan lapangnya. Untuk satu hektar lahan budidaya Asparagus, diperkirakan dapat menampung sebanyak tujuh orang untuk dipekerjakan sebagai pekerja lapang. (Afifah, 1995) Selain tenaga kerja tetap, perusahaan menggunakan tenaga harian tetap dan harian tidak tetap untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Tenaga kerja harian tetap diberikan upah sebesar Rp 20.000,00 per hari dan tenaga harian tidak tetap diberikan upah sebesar Rp 15.000,00 per hari. Selain itu, karena proses yang dijalankan adalah bubidaya secara ramah lingkungan, maka proyek ini diharapkan dapat menjaga kondisi alami lingkungan dan memberikan tempat kerja yang aman baik tenaga kerja perusahaan, ataupun petani-petani lain yang berada di Desa Cibedug. Berdasarkan adanya manfaat–manfaat sosial yang ditimbulkan dengan adanya proyek ini, baik yang dalam cakupan nasional ataupun hanya wilayah tertentu, maka PT Agro Lestari memiliki daya dukung aspek sosial untuk usahatani budidaya Asparagus ramah lingkungan.
VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
7.1 Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek finansial diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan diantaranya NPV, IRR, Net B/C dan payback period. Perhitungan tersebut didasarkan atas cashflow perusahaan dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan rugi laba.
7.1.1 Arus Penerimaan Proyek Penerimaan proyek dalam penelitian ini berasal dari hasil penjualan Asparagus dan nilai sisa. Nilai sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir. Sedangkan nilai penjualan didapatkan dari hasil perkalian antara harga jual Asparagus per kilogram dengan volume Asparagus yang dihasilkan per tahun. Nilai penjualan ini didapatkan setiap harinya dengan volume produksi yang berbeda setiap tahun. Perbedaan ini didasarkan pada kegiatan usahatani perusahaan berlangsung setiap hari dan produktivitas tanaman yang tidak selalu konstan. Produktivitas tanaman dapat mencapai titik optimum ketika usia tanaman mencapai empat tahun. Pemanenan akan dilakukan secara bergilir per 490 m2, sehingga jarak dari panen satu ke panen yang berikutnya rata-rata berjarak 20 hari. Produktivitas tanaman mencapai 40 persen pada tahun pertama, 80 persen pada tahun kedua, 95 persen pada tahun ketiga dan 100 persen pada tahun keempat.
Produksi
maksimum tanaman mencapai 29,4 kg/hari, sehingga produksi maksimum
mencapai 1293,6 kg pada tahun pertama, 8.467,2 kg pada tahun kedua, 10.054,8 kg pada tahun ketiga dan 10.584 kg pada tahun keempat. Tanaman Asparagus dapat mengelami penurunan produktivitas pada tahun-tahun berikutnya. Asparagus adalah tanaman tahunan, sehingga umur produktif tanaman dijadikan sebagai patokan dalam menentukan umur proyek. Volume produksi setiap tahun juga memperhitungkan resiko gagal panen karena penyakit sebesar 20 persen dan gagal karena gangguan iklim panas sebesar 20 persen. Sehingga, produksi hanya mencapai 716,16 kg pada tahun pertama, 5.080,32 kg pada tahun kedua, 6.032,88 kg pada tahun ketiga dan 6.350,4 kg pada tahun keempat. Dengan harga jual Asparagus adalah Rp 35.000,00 per kg, maka arus penerimaan penjualan perusahaan adalah sebesar Rp 27.165.600,00 pada tahun pertama, Rp 177.811.200,00 pada tahun kedua, Rp 211.150.800,00 pada tahun ketiga dan Rp 222.264.000,00 pada tahun keempat.
7.1.2 Arus Biaya Proyek Usahatani Asparagus Dalam proyek terdapat beberapa komponen biaya seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pertama kali pada saat proyek belum berjalan, yakni pada tahun ke nol. Sedangkan biaya operasional dikeluarkan pada tahun-tahun selama proyek berjalan. Biaya operasional terbagi kembali menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
7.1.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke nol. Pada tahun nol, perusahaan menyiapkan segala fasilitas yang diperlukan untuk kelangsungan usahatani. Fasilitas-fasilitas yang dipersiapkan pada tahun ke nol dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perincian Biaya Investasi Usahatani Asparagus PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1.
Uraian
Umur teknis (tahun) 4
Satuan
Jumlah
Harga
Total
-
20.580
3.500
72.030.000
-
kg
4.116
200
823.200
2 5 4
Batang m2 Unit
300 200 1
8000 25.000 4.000.000
2.400.000 5.000.000 48.192
3
Unit
1
2.000.000
24.096
3
Unit
1
1.000.000
12.048
5 3 3 3 3
Unit m m Buah Buah
1 100 200 4 4
2.500.000 5.000 2500 30.000 5.000
2.500.000 500.000 500.000 120.000 20.000
3
Buah
4
10.000
40.000
3
Unit
4
2.000
8.000
3 3
Buah Buah
4 4
5.000 5.000
20.000 20.000
3
Buah
10
60.000
600.000
3
Buah
1
15.000
15.000
18.
Bibit Kapur dolomite Bambu Bangunan Komputer* Mesin pengemas untuk sterofoam* Mesin pengemas untuk plastik* Pompa air Selang air Pipa air Cangkul Kored Ember plastik Sarung tangan Gunting Pisau panen Keranjang panen Ayakan
19
Sekop
3
Buah
1
10.000
10.000
20.
Sprayer Instalasi listrik Instalasi air
3
Buah
1
300.000
300.000
4
Unit
1
1.000.000
1.000.000
22. 4 Unit 1 1.000.000 Total Keterangan: * perhitungan biaya menggunakan persentase sebesar 1,2048 persen
1.000.000 86.990.536
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
21.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya biaya bibit yang dimasukkan ke dalam investasi. Hal ini dikarenakan tanaman Asparagus termasuk tanaman
tahunan dimana selama umur proyek biaya bibit dikeluarkan hanya satu kali. Umur proyek disesuaikan dengan umur produktif dari tanaman yakni empat tahun. Kebutuhan bibit untuk lahan seluas 9.800 m2 adalah 19.600. Dengan resiko kematian bibit sebesar 5 persen, maka kebutuhan bibit menjadi 20.580 bibit. Biaya investasi juga mencakup biaya bangunan. Bangunan tersebut diperuntukkan untuk keperluan penyimpanan bahan dan peralatan usahatani. Selain itu, bangunan tersebut juga diperuntukkan untuk tempat pembibitan Asparagus. Berdasarkan Tabel 5 juga terdapat beberapa aset investasi yang perhitungannya menggunakan persentase sebesar 1,2048 persen. Aset-aset tersebut adalah komputer, mesin pengemas untuk sterofoam dan mesin pengemas untuk plastik. Hal ini dikarenakan dalam penggunaannya, aset-aset tersebut juga digunakan oleh subsistem budidaya dan pemasaran sayuran dan buah lain yang berjumlah 83 jenis. Berdasarkan perbandingan antara umur ekonomis proyek dan umur ekonomis aset investasi, maka terdapat biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi ini adalah biaya yang dikeluarkan kembali untuk keperluan aset yang sudah habis umur ekonomisnya sebelum umur proyek berakhir. Pada tahun pertama tidak terdapat reinvestasi karena tidak ada aset yang habis umur ekonomisnya pada tahun pertama. Sedangkan reinvestasi tahun kedua dan keempat mencakup pembelian bambu sebesar Rp 2.400.000,00. Pada tahun ketiga terdapat banyak reinvestasi yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan banyak aset yang umur ekonomisnya berakhir pada akhir tahun ketiga. Perincian reinvestasi pada tahun ketiga dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Reinvestasi Tahun Ketiga Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Uraian Mesin pengemas untuk sterofoam* Mesin pengemas untuk plastik* Selang air Pipa air Cangkul Kored Ember plastik Sarung tangan Gunting Pisau panen Keranjang panen Ayakan Sekop Sprayer
Satuan
Jumlah
Harga
Unit
1
2.000.000
24.096
Unit
1
1.000.000
12.048
m m Buah Buah Buah Unit Buah Buah
100 200 4 4 4 4 4 4
5,000 2,500 30.000 5.000 10.000 2.000 5.000 5.000
500.000 500.000 120.000 20.000 40.000 8.000 20.000 20.000
Buah
10
60.000
600.000
12. Buah 1 15.000 13 Buah 1 10.000 14 Buah 1 300.000 Total Keterangan: * perhitungan biaya menggunakan persentase sebesar 1,2048 persen
Total
15.000 10.000 300.000 2.189.144
Berdasarkan uraian reinvestasi di atas, maka terdapat beberapa aset yang memiliki nilai sisa di akhir tahun proyek. Perincian mengenai aset-aset yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai Sisa Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Total
Uraian Bambu Bangunan Mesin pengemas untuk sterofoam* Mesin pengemas untuk plastik* Pompa air Selang air Pipa air Cangkul Kored Ember plastik Sarung tangan Gunting Pisau panen Keranjang panen Ayakan Sekop Sprayer
penyusutan per tahun 1.200.000 1.000.000 8.032 4.016 500.000 166.666,67 166.666,67 40.000 6.666,67 13.333,33 2.666.67 6.666,67 6.666,67 200.000 5.000 3.333.33 100.000
Nilai sisa 2.400.000 1.000.000 16.064 8.032 500.000 333.333,34 333.333,34 80.000 13.333,34 26.666,67 5.333,34 13.333,34 13.333,34 400.000 10.000 6.666,67 200.000 5.359.429,38
7.1.2.2 Biaya Operasional Biaya Operasional dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun proyek berjalan dan digunakan untuk kebutuhan proyek. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah pengeluarannya dipengaruhi oleh volume produksi. Komponen biaya yang termasuk biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Biaya Tetap Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Total
Uraian Sewa lahan Tenaga kerja Listrik dan air Transportasi Administrasi dan umum Komunikasi
Per Bulan (Rp) 1.000.000 1.500.000
Per Tahun (Rp) 4.000.000 38.963.846,4 12.000.000 18.000.000
200,000
2.400.000
250.000
3.000.000 78.363.846,4
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa terdapat biaya lahan pada komponen biaya tetap. Hal ini dikarenakan lahan yang digunakan memiliki status sewa. Harga sewa lahan adalah Rp 4.000.000 /ha/tahun. Adapun peruntukan untuk lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penggunaan Lahan Pengusahaan Usahatani Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. Total
Uraian Kebun Asparagus Bangunan
Asparagus
Ramah
Luas Lahan (m2) 9.800 200 10.000
Di dalam perincian biaya tetap yang tampak pada Tabel 8 juga terdapat komponen biaya untuk tenaga kerja. Pengeluaran untuk tenaga kerja adalah komponen yang membutuhkan dana paling besar diantara komponen–komponen lainnya. Pengeluaran untuk tenaga kerja tersebut meliputi pengeluaran gaji untuk tenaga kerja tetap dan upah harian untuk tenaga kerja harian. Sebagai perinciannya, pengeluaran untuk tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perincian Biaya Tenaga Kerja Karyawan PT Agro Lestari Tahun 2008 No.
Jabatan
Jumlah
Gaji/bulan (Rp)
Total/tahun (Rp)
1. Penanggungjawab 1 600.000 7.200.000 2. Administrasi keuangan* 1 500.000 6.000.000 3. Tenaga pemasaran* 1 1.000.000 12.000.000 4. Distributor* 2 600.000 14.400.000 5. Supir* 2 600.000 14.400.000 6. Harian tetap 4 500.000 24.000.000 7. Harian tidak tetap 4 150.000 7.200.000 Total Keterangan: * perhitungan biaya menggunakan persentase sebesar 1,2048 persen
Biaya gaji per tahun (Rp) 7.200.000 72.288 144.576 173.491 173.491 24.000.000 7.200.000 38.963.846,4
Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa terdapat beberapa perhitungan biaya tenaga kerja yang menggunakan persentase 1,2048. Hal ini dikarenakan beberapa tenaga kerja tersebut tidak hanya menangani usahatani Asparagus, melainkan juga menangani usahatani sayuran lainnya yang berjumlah 83 jenis. Selain biaya tetap, perusahaan Agro Lestari juga memiliki komponen biaya variabel. Biaya–biaya variabel meliputi sejumlah bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani Asparagus ramah lingkungan. Adapun perincian biaya variabel Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Biaya Variabel Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. Total
Uraian Pupuk kandang Pupuk cair Pestisida organik Jerami
Total (Rp) 13.230.000 3.528.000 3.969.000 2.000.000 22.727.000
Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa pupuk kandang adalah biaya variabel yang paling besar. Hal ini dikarenakan peranan pupuk kandang yang sangat penting dalam sistem pertanian ramah lingkungan dan kebutuhan yang banyak. Kebutuhan pupuk kandang per hektar adalah 30 ton atau 1500 karung. Sehingga kebutuhan pupuk kandang untuk lahan seluas 9800 m2 adalah 29,4 ton atau 1.470 karung. Dengan harga pupuk kandang per karung adalah Rp 9.000,00, maka pengeluaran untuk pupuk adalah Rp 13.230.000,00 per tahun.
Selain pupuk kandang, dalam usahatani Asparagus ramah lingkungan juga dibutuhkan pupuk cair. Pupuk cair berfungsi sebagai pupuk daun dan batang. Pupuk cair yang digunakan adalah versiganic. Kebutuhan pupuk cair adalah 240 L/ha, sehingga kebutuhan pupuk cair untuk lahan seluas 9800 m2 adalah 235,2 L. Dengan harga pupuk cair per liter Rp 15.000,00, maka pengeluaran untuk pupuk adalah Rp 3.528.000,00 per tahun. Pestisida yang digunakan oleh PT Agro Lestari adalah pestisida organik atau biopestisida. Kebutuhan pestisida organik adalah 135 per hektar, sehingga kebutuhan pestisida organik untuk lahan seluas 9800 m2 adalah 132,3 L. Dengan harga pestisida organik per liter Rp 30.000,00, maka pengeluaran untuk pestisida organik adalah Rp 3.969.000,00 per tahun. Jerami digunakan dalam usahatani Asparagus ramah lingkungan sebagai pengganti plasik mulsa. Kebutuhan jerami per hektar adalah 10 truk. Dengan harga jerami per truk adalah Rp 200.000,00, maka pengeluaran untuk jerami adalah Rp 2.000.000,00 per tahun. Selain pupuk kandang kandang, pupuk cair, pestisida organik dan jerami, terdapat biaya kemasan pada komponen biaya variabel. Biaya kemasan tergantung pada volume produksi. Biaya kemasan meliputi biaya pembelian sterofoam dan plastik. Untuk satu paket sterofoam, plastik, dan label biaya kemasan mencapai Rp 500,00. Biaya kemasan diperuntukkan untuk Asparagus per 100 gram.
7.1.3 Kelayakan Finansial Proyek Parameter–parameter yang digunakan untuk menilai kelayakan dalam penelitian ini adalah NPV, IRR, Net B/C,
dan payback period. Parameter-
parameter tersebut di ukur kalayakannya pada tingkat suku bunga 5,25 persen. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga deposito. Pertimbangan penggunaan tingkat suku bunga tersebut dikarenakan karena modal yang digunakan untuk proyek usahatani Asparagus ini adalah modal sendiri. Berdasarkan hasil analisis, rencana perusahaan untuk membuka lahan baru untuk Asparagus ramah lingkungan adalah layak untuk dilakukan. Penilaian ini didasarkan pada nilai–nilai dari parameter kelayakan yang berada di rentang nilai layak pada tingkat suku bunga 5,25 persen. Adapun nilai dari setiap parameter yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Analisis Finansial Usahatani Asparagus Officionalis PT Agro Lestari Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria investasi NPV Net B/C IRR Payback period
Satuan Rp % Tahun
Nilai kriteria investasi 7.124.166,90 1,04 10,04 3,60
Pada Tabel 12 terlihat nilai NPV yang berada di atas nol, sehingga usahatani layak dilakukan. Sedangkan NPV sebesar 7.124.166,90 menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan memberikan manfaat kepada perusahaan sebesar 7.124.166,90 selama umur proyek. Nilai parameter kedua adalah Net B/C sebesar 1,04. Nilai ini menunjukkan kelayakan karena memberikan nilai rasio Net B/C lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,04 berarti bahwa setiap satuan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menghasilkan manfaat sebesar 1,04 kali. Nilai parameter kedua adalah IRR sebesar 10,04 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan layak karena posisi nilai yang berada lebih besar dari tingkat suku bunga deposito yang berlaku, yakni 5,25 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 10,04
persen. Nilai IRR menunjukkan konsep opportunity cost yang berarti perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimilikinya pada usahatani Asparagus dibandingkan menyimpan uang di bank untuk didepositokan. Nilai parameter keempat yang digunakan adalah payback period sebesar 3,60. Nilai ini berarti bahwa seluruh modal yang digunakan untuk usahatani Asparagus akan kembali dalam waktu tiga tahun enam bulan. Nilai ini menunjukkan layak karena pengembalian investasi terjadi sebelum proyek usahatani berakhir. Berdasarkan nilai dari parameter–parameter kelayakan di atas, maka usahatani Asparagus perusahaan Agro Lestari dikatakan layak untuk dilakukan.
7.1.4 Analisis Switching Value Selain analisis finansial diuji dengan keadaan aktual, analisis finansial juga akan mencari perubahan-perubahan yang terbesar yang bisa diterima agar proyek tetap layak. Variabel yang digunakan untuk uji switching value adalah kenaikan pada harga-harga biaya variabel, penurunan volume penjualan, dan harga jual Asparagus.
7.1.4.1 Analisis Switching Value Jika Terjadi Kenaikan Pada Harga Biaya Variabel Komponen-komponen dalam biaya variabel usahatani Asparagus ramah lingkungan adalah pupuk kandang, pupuk organik cair, pestisida organik, jerami dan kemasan. Uji switching value menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak hingga terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45,51 persen, pupuk organik cair sebesar 170,66 persen, pestisida organik
sebesar 151,70 persen, jerami sebesar 301,04 persen dan harga kemasan sebesar 27 persen. Kenaikan harga komponen biaya variabel tersebut menyebabkan kenaikan harga pupuk kandang menjadi Rp 654,80 per kg atau 13.096 per karung, harga pupuk organik cair menjadi Rp 40.599 per liter, harga pestisida organik menjadi Rp 75.510 per liter, harga jerami menjadi Rp 802.080 per truk dan harga kemasan menjadi Rp 635 per paket kemasan. Nilai–nilai parameter kelayakan dengan uji switching value kenaikan harga biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Analisis Switching Value Jika Terjadi Kenaikan Harga Biaya Variabel No.
Variabel
1.
Pupuk kandang Pupuk Cair Organik Pestisida Organik Jerami Kemasan
2. 3. 4. 5.
2,58
1,00
5,26
Payback period (Tahun) 3,70
2,58
1,00
5,26
3,70
2,58 2,58 66.127,19
1,00 1,00 1,00
5,26 5,26 5,27
3,70 3,70 3,69
NPV (Rp)
Net B/C
IRR (%)
7.1.4.2 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Volume Penjualan Per Tahun Variabel lain yang dilakukan uji switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak hingga terjadi penurunan volume penjualan sebesar 42,7 persen. Dengan persentase penurunan tersebut, maka volume produksi turun dari yakni menjadi 741,23 kg pada tahun pertama, 4.851,71 kg pada tahun kedua, 5.761,40 kg pada tahun ketiga dan 6.064,63 kg pada tahun keempat. Nilai–nilai parameter kelayakan dengan uji switching value penurunan volume penjualan sebesar 42,7 persen dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Volume Penjualan 42,7 Persen Per Tahun No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria investasi NPV Net B/C IRR Payback period
Satuan Rp % Tahun
Nilai kriteria investasi 66.127,19 1,00 5,27% 3,69
Berdasarkan tabel 13, penurunan volume penjualan sebesar 42,7 persen menurunkan NPV yang diterima perusahaan, yakni dari 7.124.166,90 menjadi 66.127,19 dengan masa pengembalian modal juga semakin lama, yakni menjadi 3 tahun 6 bulan 9 hari.
7.1.4.3 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Jual Variabel kedua yang dilakukan uji switching value adalah terjadinya penurunan harga jual. Uji switching value menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak hingga terjadi penurunan harga jual sebesar 3,87 persen. Dengan persentase penurunan tersebut, maka harga jual turun dari yakni Rp 35.000 per kg menjadi Rp 33.646 per kg. Nilai–nilai parameter kelayakan dengan uji switching value penurunan harga jual sebesar 3,87 persen dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Analisis Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Jual Sebesar 3,87 Persen No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria investasi NPV Net B/C IRR Payback period
Satuan Rp % Tahun
Nilai kriteria investasi 3.420,51 1,00 5,26% 3,70
Berdasarkan tabel 14, penurunan harga jual sebesar 3,87 persen menurunkan NPV yang diterima perusahaan, yakni dari 7.124.166,90 menjadi 3.420,51 dengan masa pengembalian modal juga semakin lama, yakni menjadi 3 tahun 7 bulan.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial memiliki daya dukung terhadap kelayakan usahatani Asparagus ramah lingkungan di Desa Cibedug. Daya dukung aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang masih tersedia, serta bauran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan. Daya dukung aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian antara kondisi iklim Desa Cibedug dengan kondisi iklim yang dibutuhkan oleh asparagus, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan layout lahan. Daya dukung aspek manajemen terlihat dari adanya koordinasi pihak manajemen Agro Lestari untuk membentuk kegiatan usahatani yang utuh. Daya dukung aspek sosial terlihat dari adanya manfaat–manfaat sosial yang ditimbulkan dari adanya kegiatan usahatani asparagus ramah lingkungan. 2. Kelayakan aspek finansial didasarkan pada nilai kriteria kelayakan yakni NPV, IRR, Net B/C dan payback period yang berada pada range layak. 3. Proyek usahatani Asparagus ramah lingkungan tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45,51 persen, pupuk organik cair sebesar 170,66 persen, pestisida organik sebesar 151,70 persen, jerami sebesar 301,04 persen dan harga paket kemasan sebesar 27 persen. Usahatani Asparagus masih tetap layak hingga penurunan volume produksi mencapai 42,7 persen per tahun. Usahatani
Asparagus masih tetap layak hingga terjadi penurunan harga jual sebesar 3,87 persen dari Rp 35.000,00.
8.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat diajukan pada Agro Lestari antara lain: 1. Melaksanakan proyek usahatani Asparagus ramah lingkungan karena dinilai akan memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan. 2. Perusahaan juga disarankan untuk menggunakan seluruh bibit yang diproduksi sendiri dibanding membeli dari petani lain. Hal ini disarankan untuk menjaga keaslian dari varietas bibit.
DAFTAR PUSTAKA Afifah, A.1995. Upaya Peningkatan Kapasitas Terpakai Perusahaan Pengolah Asparagus PT Asparagus Nusantara Menuju Optimaliasasi. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Masyarakat (BPMKS). 2005. Sistem Pendataan dan Profil Desa dan Profil Kelurahan. Desa Cibedug. Kabupaten Bogor. Dolly. 2006. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Pembibitan Durian (Durio zibethinus) CV Milad Perkasa Rancamaya Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fachri, I. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sayuran Organik CV Civanamas, Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Gray, C, Lien Karlina, etc. 1985. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta Hardjowigeno, S.1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN. Yogyakarta. Maesiati, J. 1995. Studi Kemungkinan Pembentukkan Kerjasama Perkebunan Inti Rakyat Asparagus (Studi Kasus PT Hatari Multi Agro dan Petani Pemasok Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nugrahapsari, RA. 2006. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus PT Cipta Daya Agrijaya di Kebun Percobaan IPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik di kebun, Pot, dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. Rubatzky, VE., Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Soeharto, I. 2002. Sudi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga. Jakarta Sundari, TW. 2005. Analisis Usahatani Sayuran Eksklusif di Perusahaan Agro Lestari, Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Skripsi Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor. Williams, CN., JO Uzo, WTH Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Lampiran 1
Jadwal Perencanaan Produksi dan Penjualan Usahatani Asparagus officionalis PT Agro Lestari Tahun 2008 Uraian
Tahun 1 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
Tahun 2 9
10
11
12
1
2
3
4
5
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9
10
11
12
Persemaian Penanaman Penyulaman Pemupukan dengan pupuk kandang Pemupukan dengan pupuk cair Penyemprotan pestisida organik Panen Penjualan (lanjutan) Uraian Persemaian Penanaman Penyulaman Pemupukan dengan pupuk kandang Pemupukan dengan pupuk cair Penyemprotan pestisida organik Panen Penjualan
Tahun 3 6
7
8
Tahun 4 6
7
8
Lampiran 2
Bagan Struktur Organisasi PT Agro Lestari Pimpinan Perusahaan
Bagian Budidaya
Bagian Toko Saprotan
Bagian Keuangan
Bagian Pemasaran Pengepakan
administrasi Sirkulasi barang
Kepala Kebun Cisarua
Kepala Kebun Cigombong
Kepala Kebun Pasir Muncang
Transportasi Penjualan
karyawan
karyawan
karyawan
Petani plasma
Keterangan: : garis komando : garis koordinasi
Lampiran 3
minimarket
Saluran Pemasaran Asparagus officionalis PT Agro Lestari
hotel
restaurant
users
2
Supplier and farmer
hospital
agent
3
supplier
1
AGRO LESTARI
farmer
farmer
supermarket
farmer
Waste product
farmer
farmer
Lampiran 4
Laporan Rugi Laba Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Uraian
Pendapatan Biaya Tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja - Listrik dan air - Transportasi - Administrasi dan umum - Komunikasi Jumlah Biaya Tetap Biaya Variabel - Pupuk kandang - Pupuk cair - Pestisida - Jerami - Kemasan plastik dan sterofoam Total Biaya Variabel Biaya Penyusutan - Biaya penyusutan bibit - Biaya penyusutan kapur dolomite - Biaya penyusutan bangunan - Biaya penyusutan komputer - Biaya penyusutan pengemas sterofoam - Biaya penyusutan pengemas plastik - Biaya penyusutan pompa air - Biaya penyusutanselang air - Biaya penyusutan pipa air
1 27,165,600.00
Tahun 2 177,811,200.00
3 211,150,800.00
4 222,264,000.00
4,000,000.00 38,963,846.40 12,000,000.00 18,000,000.00 2,400,000.00 3,000,000.00 78,363,846.40
4,000,000.00 38,963,846.40 12,000,000.00 18,000,000.00 2,400,000.00 3,000,000.00 78,363,846.40
4,000,000.00 38,963,846.40 12,000,000.00 18,000,000.00 2,400,000.00 3,000,000.00 78,363,846.40
4,000,000.00 38,963,846.40 12,000,000.00 18,000,000.00 2,400,000.00 3,000,000.00 78,363,846.40
13,230,000.00 3,528,000.00 3,969,000.00 2,000,000.00 3,880,800.00 26,607,800.00
13,230,000.00 3,528,000.00 3,969,000.00 2,000,000.00 25,401,600.00 48,128,600.00
13,230,000.00 3,528,000.00 3,969,000.00 2,000,000.00 30,164,400.00 52,891,400.00
13,230,000.00 3,528,000.00 3,969,000.00 2,000,000.00 31,752,000.00 54,479,000.00
18,007,500.00 205,800.00 1,000,000.00 12,048.00 8,032.00 4,016.00 500,000.00 166,666.67 166,666.67
18,007,500.00 205,800.00 1,000,000.00 12,048.00 8,032.00 4,016.00 500,000.00 166,666.67 166,666.67
18,007,500.00 205,800.00 1,000,000.00 12,048.00 8,032.00 4,016.00 500,000.00 166,666.67 166,666.67
18,007,500.00 205,800.00 1,000,000.00 12,048.00 8,032.00 4,016.00 500,000.00 166,666.67 166,666.67
- Biaya penyusutan cangkul - Biaya penyusutan kored - Biaya penyusutan ember plastik - Biaya penyusutan sarung tangan - Biaya penyusutan gunting - Biaya penyusutan pisau panen - Biaya penyusutan keranjang panen - Biaya penyusutan ayakan - Biaya penyusutan sekop - Biaya penyusutan sprayer - Biaya penyusutan bambu - Biaya penyusutan instalasi listrik - Biaya penyusutan instalasi air Total Biaya Penyusutan Total Biaya Rugi/Laba
40,000.00 6,666.67 13,333.33 2,666.67 6,666.67 6,666.67 200,000.00 5,000.00 3,333.33 100,000.00 1,200,000.00 250,000.00 250,000.00 22,155,062.68 127,126,709.08 (99,961,109.08)
40,000.00 6,666.67 13,333.33 2,666.67 6,666.67 6,666.67 200,000.00 5,000.00 3,333.33 100,000.00 1,200,000.00 250,000.00 250,000.00 22,155,062.68 148,647,509.08 29,163,690.92
40,000.00 6,666.67 13,333.33 2,666.67 6,666.67 6,666.67 200,000.00 5,000.00 3,333.33 100,000.00 1,200,000.00 250,000.00 250,000.00 22,155,062.68 153,410,309.08 57,740,490.92
40,000.00 6,666.67 13,333.33 2,666.67 6,666.67 6,666.67 200,000.00 5,000.00 3,333.33 100,000.00 1,200,000.00 250,000.00 250,000.00 22,155,062.68 154,997,909.08 67,266,090.92
Lampiran 5
Cashflow Analisis Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Tahun 2008
Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi
222,264,000.00
b. Biaya operasional 1. Biaya tetap 4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
- Sewa lahan - Tenaga kerja - Listrik dan air
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
0
26,607,800.00
48,128,600.00
52,891,400.00
54,479,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
Total biaya variabel Total biaya operasional Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
4,000,000.00
104,971,646.40
126,492,446.40
131,255,246.40
132,842,846.40
90,990,536.00
104,971,646.40
128,892,446.40
133,444,390.40
135,242,846.40
(90,990,536.00)
(77,806,046.40)
48,918,753.60
77,706,409.60
92,380,582.98
0
0
2,916,369.09
6,161,073.64
7,589,913.64
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(77,806,046.40)
46,002,384.51
71,545,335.96
84,790,669.34
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(73,915,744.08)
41,540,153.21
61,385,898.26
69,104,395.51
NPV
7,124,166.90
PV possitif
172,030,446.98
PV negatif
(164,906,280.08)
Net B/C IRR PP
1.04 10.04% 3.60
Lampiran 6
Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 45,51 Persen Tahun 2008
Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
222,264,000.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
19,250,881.00
19,250,881.00
19,250,881.00
19,250,881.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
Total biaya variabel
0
32,628,681.00
54,149,481.00
58,912,281.00
60,499,881.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
110,992,527.40
132,513,327.40
137,276,127.40
138,863,727.40
90,990,536.00
110,992,527.40
134,913,327.40
139,465,271.40
141,263,727.40
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(79,635,581.03)
38,736,778.96
61,506,183.54
70,383,157.11
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
2.58
PV possitif
170,626,119.61
PV negatif
(170,626,117.03)
Net B/C IRR PP
1.00 5.26% 3.70
Lampiran 7
Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pupuk Organik Cair Sebesar 170,66 Persen Tahun 2008
Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
177,811,200.00
211,150,800.00
222,264,000.00
A. Inflow a. Penjualan b. Nilai sisa Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi
0
27,165,600.00
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
b. Biaya operasional 1. Biaya tetap 4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
- Sewa lahan - Tenaga kerja
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
9,548,881.00
9,548,881.00
9,548,881.00
9,548,881.00
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
Total biaya variabel
0
32,628,681.00
54,149,481.00
58,912,281.00
60,499,881.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
110,992,527.40
132,513,327.40
137,276,127.40
138,863,727.40
Total outflow
90,990,536.00
110,992,527.40
134,913,327.40
139,465,271.40
141,263,727.40
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(79,635,581.03)
38,736,778.96
61,506,183.54
70,383,157.11
C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
2.58
PV possitif
170,626,119.61
PV negatif
(170,626,117.03)
Net B/C IRR PP
1.00 5.26% 3.70
Lampiran 8
Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Pestisida Organik Sebesar 151,70 Persen Tahun 2008
Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
222,264,000.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
9,989,881.00
9,989,881.00
9,989,881.00
9,989,881.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
Total biaya variabel
0
32,628,681.00
54,149,481.00
58,912,281.00
60,499,881.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
110,992,527.40
132,513,327.40
137,276,127.40
138,863,727.40
90,990,536.00
110,992,527.40
134,913,327.40
139,465,271.40
141,263,727.40
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(79,635,581.03)
38,736,778.96
61,506,183.54
70,383,157.11
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
2.58
PV possitif
170,626,119.61
PV negatif
(170,626,117.03)
Net B/C IRR PP
1.00 5.26% 3.70
Lampiran 9
Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Jerami Sebesar 301,04 Persen Tahun 2008
Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
222,264,000.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
8,020,881.00
8,020,881.00
8,020,881.00
8,020,881.00
- Kemasan
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
Total biaya variabel
0
32,628,681.00
54,149,481.00
58,912,281.00
60,499,881.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
110,992,527.40
132,513,327.40
137,276,127.40
138,863,727.40
90,990,536.00
110,992,527.40
134,913,327.40
139,465,271.40
141,263,727.40
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(83,826,927.40)
42,897,872.60
71,685,528.60
86,359,701.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(79,635,581.03)
38,736,778.96
61,506,183.54
70,383,157.11
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
2.58
PV possitif
170,626,119.61
PV negatif
(170,626,117.03)
Net B/C IRR PP
1.00 5.26% 3.70
Lampiran 10 Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Kenaikan Harga Kemasan Sebesar 27 Persen Tahun 2008 Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
222,264,000.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
27,165,600.00
177,811,200.00
211,150,800.00
227,623,429.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
4,928,616.00
32,260,032.00
38,308,788.00
40,325,040.00
Total biaya variabel
0
27,655,616.00
54,987,032.00
61,035,788.00
63,052,040.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
106,019,462.40
133,350,878.40
139,399,634.40
141,415,886.40
90,990,536.00
106,019,462.40
135,750,878.40
141,588,778.40
143,815,886.40
(90,990,536.00)
(78,853,862.40)
42,060,321.60
69,562,021.60
83,807,542.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(78,853,862.40)
42,060,321.60
69,562,021.60
83,807,542.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(74,911,169.28)
37,980,470.40
59,684,214.53
68,303,147.53
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
66,127.19
PV possitif
165,967,832.47
PV negatif
(165,901,705.28)
Net B/C IRR PP
1.00 5.27% 3.69
Lampiran 11 Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Penurunan Penjualan Sebesar 42,7 Persen Tahun 2008 Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
25,943,148.00
169,809,696.00
201,649,014.00
212,262,120.00
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
25,943,148.00
169,809,696.00
201,649,014.00
217,621,549.38
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
3,706,164.00
24,258,528.00
28,807,002.00
30,323,160.00
Total biaya variabel
0
26,433,164.00
46,985,528.00
51,534,002.00
53,050,160.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
104,797,010.40
125,349,374.40
129,897,848.40
131,414,006.40
90,990,536.00
104,797,010.40
127,749,374.40
132,086,992.40
133,814,006.40
(90,990,536.00)
(78,853,862.40)
42,060,321.60
69,562,021.60
83,807,542.98
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(78,853,862.40)
42,060,321.60
69,562,021.60
83,807,542.98
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(74,911,169.28)
37,980,470.40
59,684,214.53
68,303,147.53
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
66,127.19
PV possitif
165,967,832.47
PV negatif
(165,901,705.28)
Net B/C IRR PP
1.00 5.27% 3.69
Lampiran 12 Cashflow Analisis Switching Value Usahatani Asparagus Ramah Lingkungan PT Agro Lestari Skenario Penurunan Harga Jual Sebesar 3,87 Persen Tahun 2008 Uraian
Tahun 0
1
2
3
4
A. Inflow a. Penjualan
0
26,114,679.36
170,932,446.72
202,982,280.48
213,665,558.40
b. Nilai sisa
0
0
0
0
5,359,429.38
0
26,114,679.36
170,932,446.72
202,982,280.48
219,024,987.78
86,990,536.00
0
2,400,000.00
2,189,144.00
2,400,000.00
Total inflow B. Outflow a. Biaya investasi/reinvestasi b. Biaya operasional 1. Biaya tetap - Sewa lahan - Tenaga kerja
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
4,000,000.00
0
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
38,963,846.40
- Listrik dan air
0
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
12,000,000.00
- Transportasi
0
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
18,000,000.00
- Administrasi dan umum - Komunikasi
0
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
2,400,000.00
0
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
4,000,000.00
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
78,363,846.40
- Pupuk kandang
0
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
13,230,000.00
- Pupuk organik cair
0
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
3,528,000.00
Total biaya tetap 2. Biaya variabel
- Pestisida
0
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
3,969,000.00
- Jerami
0
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
- Kemasan
0
3,880,800.00
25,401,600.00
30,164,400.00
31,752,000.00
Total biaya variabel
0
26,607,800.00
48,128,600.00
52,891,400.00
54,479,000.00
Total biaya operasional
4,000,000.00
104,971,646.40
126,492,446.40
131,255,246.40
132,842,846.40
90,990,536.00
104,971,646.40
128,892,446.40
133,444,390.40
135,242,846.40
(90,990,536.00)
(78,856,967.04)
42,040,000.32
69,537,890.08
83,782,141.38
0
0
0
0
0
E. Net Benefit After Tax
(90,990,536.00)
(78,856,967.04)
42,040,000.32
69,537,890.08
83,782,141.38
PV (5.25 %)
(90,990,536.00)
(74,914,118.69)
37,962,120.29
59,663,509.69
68,282,445.22
Total outflow C. Net Benefit Before Tax D. Tax
NPV
3,420.51
PV possitif
165,908,075.20
PV negatif
(165,904,654.69)
Net B/C IRR PP
1.00 5.26% 3.70