Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JERUK KEPROK SELAYAR Armiaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui; (1) keragaan teknologi budidaya jeruk keprok di kabupaten Selayar; (2) mengetahui kelayakan finansial usahatani berdasarkan nilai B/C; NPV dan IRR dan (3) menganalisis kepekaan usahatani jeruk keprok terhadap perubahan biaya produksi, harga produksi dan jumlah produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan 20 orang petani responden pada bulan Oktober sampai Desember 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk keprok yang ditanam oleh petani adalah hasil sambungan antara batang bawah JC (JC – Selayar) dengan Selayar – Selayar (SS). Jarak tanam 4 m x 4 m, namun pada tanah yang berbatu karang jarak tanamnya tidak teratur, tergantung kondisi tanah.Penggunaan teknologi masih belum sepenuhnya sesuai anjuran. Biaya investasi awal sebesar Rp. 5.285.000/100 pohon dan untuk pemeliharaan selanjutnya rata rata Rp.4.728.666/100 pohon/tahun. Pendapatan tertinggi diperoleh pada saat tanaman berumur 11-13 tahun yaitu Rp. 41.105.000/100 pohon/tahun. Pada tingkat suku bunga 14% menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk dikembangkan dengan nilai B/C 3,96; NPV 45.698.190 dan IRR 38,64%. Analisis sensitivitas terhadap peningkatan biaya produksi 25% mengakibatkan perubahan nilai B/C menjadi 3,15; NPV Rp. 45.507.487 dan IRR 36,91%. Penurunan harga produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,99; NPV Rp. 30.642.790 dan IRR 36,57%. Penurunan produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,44; NPV Rp.24.954.774 dan IRR 34,78%. Peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20% dan penurunan harga 20% mengakibatkan nilai B/C menjadi 1,44; NPV Rp.10.525.688 dan IRR 26,15%. Sedangkan peningkatan biaya produksi 30%; produksi turun 30% dan penurunan harga 20% suku bunga meningkat menjadi 14%, mengakibatkan usahatani tidak layak lagi untuk di kembangkan karena nilai B/C turun menjadi 0,795; NPV Rp-363.493 dan IRR 13,81%. Kata kunci: karakteristik, kelayakan finansial, jeruk keprok
PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan, karena usahataninya memberikan keuntungan yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Disamping itu, jeruk merupakan buah-buahan yang digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun olahan. Sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,serta memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian nasional sudah selayaknya pengembangan jeruk mendapat perhatian khusus.
473
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
Untuk memenuhi kebutuhan jeruk dalam negeri, komoditas ini diimpor dengan volume yang terus meningkat.Sampai saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor khususnya jeruk manis sebesar 127.041 ton selama kurun waktu 2005 – 2009 dengan rata – rata per tahun mencapai 25.408 ton atau setara dengan US $ 17.464.186/th. Salah satu jenis jeruk yang digemari konsumen adalah jeruk mandarin (keprok).Sejak beberapa tahun terakhir, permintaan akan jeruk keprok terus meningkat, yang ditandai dengan masih tingginya angka impor jeruk jenis tersebut. Impor jeruk keprok, selama kurun waktu 2005 – 2009 mencapai 504.063 ton atau sekitar 100.813 ton per tahun dengan nilai mencapai US $ 80.569.300 (BPS, 2010).
Kecenderungan meningkatnya impor tersebut mengindikasikan adanya
segmen pasar (konsumen) tertentu yang menghendaki jenis dan mutu buah jeruk tersebut. Tingginya permintaan lebih dikarenakan penampilan dan cita rasa jeruk keprok yang lebih disukai dari pada jeruk siam. Peningkatan preferensi konsumen tersebut, dapat dijadikan sebagai peluang pasar sekaligus peluang pengembangan jeruk keprok nasional kita Indonesia memiliki beragam jenis jeruk keprok berkualitas baik dan berpotensi untuk memenuhi permintaan dalam negeri yaitu jeruk keprok SoE (NTT), Batu 55, Pulung dan Madura (Jawa Timur), Garut (Jawa Barat), Tejakula (Bali), Siompu (Sulawesi Tenggara) dan Kelila (Papua), sedangkan di Sulawesi Selatan dikenal jeruk keprok Selayar yang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional dan spesifik daerah Sulawesi Selatan (Pasandaran 1996), selain itu, jeruk keprok selayar juga merupakan komoditas primadona bagi petani setempat. Pertanamannya tersebar di daratan Pulau Selayar terutama di Kecamatan Bontoharu, Bontomatene, dan Bontosikuyuyang berada pada ketinggian 50–200 m dari permukaan laut dengan keadaan tanah berbatu karang. Menurut pengalaman petani, jeruk tersebut sangat baik tumbuhnya pada tanah yang demikian. Pada dasarnya petani jeruk selayar telah berupaya untuk memadukan sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Namun
demikian
masih
berusahatani,diantaranya
banyak keterbatasan
kendala
yang
penggunaan
dihadapi inovasi
petani
dalam
teknologi,
serta
keterbatasan modal. Padahal sebagai komoditas unggulan daerah, usahatani jeruk mempunyai potensi pengembangan dan peluang pasar yang cukup luas, serta didukung oleh kesesuaian iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan dan produksinya. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selayar terdapat
474
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
sekitar 6.750 ha lahan yang potensial untuk pengembangan jeruk keprok di kabupaten Selayar Informasi mengenai kelayakan dan permasalahan usahatani jeruk di kabupaten Selayar masih terbatas,sedangkan
hasil dari analisis kelayakan finansial ini akan
menunjukkan apakah usahatani tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan. Informasi ini berguna bagi para petani maupun investor yang tertarik untuk mengembangkan atau menanamkan modalnya pada usahatani jeruk keprok. Dengan adanya investasi dalam pengembangan usahatani ini diharapkan akan meningkatkan jumlah produksi jeruk keprok Selayar dan pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan atau pendapatan petani dan investor itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk (1) mengidentifikasi/menginventarisir keragaan dan permasalahan usahatani jeruk keprok Selayar (2) menganalisis kelayakan finansial usahatani dan (3) menganalisis kepekaan
atau sensitivitas usahatani terhadap
perubahan biaya produksi, harga produksi dan jumlah produksi.
METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di kecamatan Bonto mate’ne, kabupaten Selayar pada bulan Agustus – Oktober 2010.Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi jeruk keprok Selayar.Pengambilan petani contoh dilakukan secara random sebanyak 20 orang. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung secara cermat dan sistimatik baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang terarah dan sesuai (Suratno dan Arsyad 1999) Data primer seperti aspek personal petani, penggunaan input, produktivitas, harga input, harga produksi, upah tenaga kerja diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan. Data penggunaan input dan produksi yang dikumpulkan adalah mulai dari persiapan (investasi awal) sampai 14 tahun. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data dari petani yang memelihara tanamannya dengan baik. Sedang data
sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti dinas
pertanian dan kantor ketahanan pangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan keadaan secara sistimatis sesuai kondisi lapangan.
475
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
Analisis
kuantitatif
digunakan
untuk
data
yang
berbentuk
angka
sehingga
mempermudah membuat kesimpulan. Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani digunakan tiga kriteria yaitu; Net Present Value (NPV); Internal Rate Of Return (IRR) dan Net B/C Ratio (Kadariah 1979; Malian 2004) dengan rumus sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah di-present value-kan. Dalam kriteria ini dikatakan bahwa proyek akan dipilih apabila nilai NPV lebih besar dari nol. n
NPV t 1
Bt Ct 1 i t
Keterangan : Bt = penerimaan usahatani pada tahun ke-t Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t n = umur ekonomis proyek (20 tahun) i = tingkat suku bunga yang berlaku (14%) 2. Internal Rate Return (IRR) Kriteria yang menunjukkan bahwa suatu usaha layak dijalankan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usahatani tersebut diusahakan .Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
IRR i1
NPV1 i2 i1 NPV1 NPV2
Keterangan : NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif I1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif I2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif 3. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio) Usahatani jeruk keprok Selayar dikatakan menguntungkan (profitable) apabila nilai Net B/C> 1. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: n
Net B / C
Bt Ct
1 i Ct Bt 1 i t 1 n t 1
t
t
Keterangan : Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek
Ct = biaya kotor pada tahun ke-t
i = tingkat suku bunga yang berlaku
476
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Selain perhitungan kriteria investasi juga perlu dilakukan analisis sensitivity untuk menjelaskan pada skala mana usahatani keprok selayar mampu bertahan terhadap perubahan yang tidak menguntungkan seperti penurunan produksi, penurunan harga atau peningkatan biaya produksi. Menurut Soekartawi (2002) dalam Trisnawati et al. (2006) setelah analisis proyek perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang terjadi terhadap analisa proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar dasar perhitungan biaya atau benefit, sehingga hal ini akan membantu memperkecil ketidakpastian. Parameter yang diuji pada perubahan usahatani pamelo adalah sebagai berikut:
Kenaikan biaya produksi. Berdasarkan pengalaman hampir setiap tahun terjadi perubahan harga sarana produksi terutama pupuk, pestisida maupun upah tenaga kerja. Peningkatan biaya tersebut rata rata 25% per tahun.
Penurunan harga produk. Sebagaimana dengan produk pertanian lainnya penurunan harga juga selalu terjadi pada jeruk keprok terutama pada saat musim panen raya atau saat panen bertepatan dengan musim panen buah buahan lainnya. Selain itu penurunan mutu buah juga dapat menyebabkan penurunan harga. Penurunan harga rata rata 20%.
Penurunan jumlah produksi. Penurunan produksi biasanya terjadi apabila terjadi perubahan cuaca.Ini terjadi apabila curah hujan tinggi pada saat fase pembungaan sehingga bunga gugur dan produksi
berkurang. Penurunan produktivitas
diperkirakan rata rata 20%.
Peningkatan biaya dan penurunan produksi. Pada kondisi ekstrim seandainya terjadi peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20% atau penurunan harga 20% suku bunga 14% .
Kenaikan biaya produksi, penurunan produksi dan penurunan harga. Pada kondisi ekstrim seandainya terjadi peningkatan biaya produksi 30% dan penurunan produksi 30% atau penurunan harga 20% suku bunga 14% .
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi pertanaman jeruk keprok Selayar Kabupaten Selayar mempunyai luas wilayah daratan kurang lebih 1.188,28 km persegi yang terdiri atas pulau besar dan kecil. Tipe iklim termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni.
477
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
Luas tanaman jeruk keprok Selayar terus bertambah dari 487,30 ha pada tahun 2005 menjadi 1.462,67 pada tahun 2009. Namun produktivitasnya tidak menunjukkan peningkatan yang nyata (Tabel 1).
Tabel 1. Luas panen dan produksi jeruk keprok Selayar perkecamatan di kabupaten Selayar, 2009 No
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009
Luas tanam (ha) 487,30 715,65 869,28 1.414,05 1.462,97
Luas Panen (Ha) 352,53 280,33 373,91 205,00 320,00
Produksi (Ton) 2.140,24 3.373,72 2.289,50 1.240,25 1.984,00
Produktivitas (Kw/phn) 60,70 120,30 61,23 60,50 62,00
Sumber: Dinas Tanaman pangan ,Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Selayar, 2010.
Informasi mengenai teknologi suatu komoditas yang berkembang di suatu daerah sangat penting artinya dalam perakitan teknologi spesifik lokasi, karena teknologi yang ada di masyarakat umumnya sudah menggambarkan berbagai faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi tersebut. Pemahaman yang benar tentang masalah yang ada di tingkatpetani akan memudahkan bagi perakit teknologi untuk memodifikasi atau memperbaiki teknologi yang ada sehingga lebih mudah diterima petani. Hal ini karena adopsi suatu teknologi bergantung kepada banyak faktor yang berhubungan dengan lingkungan permasalahan petani, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan petani, kebijakan dan keterbatasan dalam tindakan operasional, serta keterbatasan pada teknologi yang baru (Oka et al. 1993). Tanaman jeruk keprok Selayar yang ditanam oleh petani adalah hasil sambungan dengan batang bawah Japanise Citrus (JC) atau JC-Selayar dan Jeruk Selayar (S-S). Tanaman JC-Selayar menunjukkan pertumbuhan tanaman yang relative lebih pendek dengan kanopi yang lebih lebar sedang tanaman S-S cenderung lebih tinggi dengan kanopi yang tidak terlalu lebar (Gambar 1a dan 1 b). Jarak tanam yang digunakan tergantung kondisi lahan. Pada lahan yang berbatu karang jarak tanamnya tidak teratur, tergantung keadaan tanah (Gambar 2), sedang pada lahan yang kurang berbatu digunakan jarak 4m x 4 m atau populasi 625 ph/ha. Anjuran pemupukan spesifik lokasi dan teknik penentuan kebutuhan hara tanaman belum sepenuhnya dipahami petani. Umumnya petani memupuk dengan pupuk kandang dan pupuk kimia seadanya atau sesuai dengan pemahamannya dan dosisnya ditingkatkan sesuai dengan umur tanaman, dengan anggapan bahwa 478
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
semakin besar pohon maka semakin banyak jumlah pupuk yang dibutuhkan itupun hanya dilakukan oleh 65% responden. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kambing dengan dosis rata 2 kg/pohon per tahun
sedangkan pupuk an organic
menggunakan campuran Urea+KCl+SP36 perbandingan 1:1:1 sebanyak 1,5 kg/phn pada umur 1–2
tahun. Pada umur 5 tahun ke atas jumlah pupuk yang diberikan
ditingkatkan menjadi 2 kg/phn. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setahun. Demikian pula dengan pemberian pupuk kandang, pada umur 6 tahun ke atas pupuk kandang yang diberikan adalah 7 kg/phn/tahun.
Gbr.1a..Jeruk Selayar dengan batang JC bawah Selayar (S-S)
Gbr. 1b. Jeruk Selayar dengan batang (JC-S)
Sistem pemangkasan belum dilakukan secara optimal terutama pemangkasan bentuk. Pemangkasan hanya dilakukan untuk membuang cabang/ranting yang mati.Penyiraman dilakukan pada musim kemarau rata rata 16 kali setahun dengan takaran sekitar 5 ltr per pohon. Penyiangan dilakukan dua kali setahun. Pemantauan dan pengendalian hama penyakit hanya dilakukan oleh sebagian petani. Penyakit yang dominan dan banyak merusak/mematikan tanaman adalah Diplodia. Penyakit Diplodia disebabkan oleh jamur Botrydiplodia thebromae (Diplodia natalensis) dengan gejala kulit batang yang terinfeksi berwarna coklat kehitaman, terkelupas dan mengering ada yang memproduksi gom atau blendok dan ada juga yang tidak. Persentase pohon yang terserang pada setiap kebun yang diamati berkisar antara 20 – 80%. Menurut pemilik
kebun
yang
persentase
tanaman
terserang
penyakit
hingga
80%,
pemeliharaannya sangat kurang, terutama pemupukan. Penyakit lain yang ditemukan adalah gejala CVPD.
479
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
Hama yang banyak menyerang buah adalah lalat buah yang menyebabkan buah busuk dan berair. Hama burik yang mengakibatkan buah tidak berkembang dan penampilannya tidak menarik. Selain itu ditemukan pula ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella). Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara penyemprotan berbagai macam pestisida tanpa memperhatikan hama dan penyakit sasaran. Pestisida yang umum digunakan adalah Furadan dan Regent. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pengendalian penyakit Diplodia yang paling efisien adalah menggunakan teknik aplikasi dikerok kemudian dikuas dengan difenokonazol 250 g/l (Score 250 EC) dosis 5 ml/lt interval 1 minggu 3 kali aplikasi (Triwiratno et al. 2009). Tanaman mulai berproduksi pada umur 4-5 tahun. Panen raya dilakukan pada bulan Juli – September Harga jual ditingkat petani antara Rp. 500 – Rp.800/buah tergantung besarnya buah. Pemasarannya masih terbatas hanya di daerah kabupaten Selayar dan Makassar., karena produksi buah yang masih terbatas.
Gambar 2. Tanaman jeruk yang ditanam diantara batu karang Selain masalah teknis seperti penggunaan teknologi, hama dan penyakit, yang menjadi
penyebab
tidak
berkembangnya
usahatani
tersebut
adalah
tingkat
kemandirian petani yang masih kurang dalam mengelolah usahataninya. Mereka masih berharap bantuan dari pemerintah baik pupuk, pestisida, maupun biaya pemeliharaan tanaman.
480
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Analisis Biaya dan Pendapatan Biaya usahatani jeruk keprok Selayar meliputi biaya investasi awal dan biaya pemeliharaan. Biaya investasi meliputi penyiapan/pembersihan lahan (land clearing), pemagaran dan pengadaan peralatan yang meliputi cangkul, linggis, drum penampung an air, gerobak dan lain lain. Total investasi awal Rp. 5.285.500 (Tabel 2). Tabel 2. Biaya investasi awal usahatani jeruk keprok Selayar per 100 pohon di kabupaten Selayar Uraian Land Clearing Pagar Bibit Pembuatan lubang tanam Peralatan Cangkul Linggis Drum Air Gerobak Ember Gunting stek Jumlah
Harga satuan (Rp) 500.000 750.000 20.000 1.500 75.000 50.000 300.000 400.000 15.000 80.000
Jumlah fisik Borongan Borongan 100 100 1 2 4 1 2 1
Nilai (Rp) 500.000 750.000 2.000.000 150.000 1.885.000 75.000 100.000 1.200.000 400.000 30.000 80.000
Persen (%) 9,50 14,19 37,80 2,88 35,67
5.285.000
100
Sumber: Data Primer diolah, 2011
Biaya produksi yang termasuk biaya sarana produksi dan tenaga kerja menunjukkan trend yang cenderung meningkat setiap tahunnya dengan rata- rata Rp. 4.278.666/tahun/100
pohon.
Peningkatan
tersebut
terutama
disebabkan
oleh
penambahan penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan karena semakin tua umur tanaman, maka kebutuhan pupuk dan obat obatan terutama fungisida semakin banyak untuk menjaga kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan. Sedangkan penerimaan merupakan hasil kali antara produksi dan harga jual yang berlaku di daerah produsen.Jumlah penerimaan tersebut tergantung jumlah produksi dan harga jualnya. Harga jual jeruk keprok Selayar adalah Rp. 500 – Rp.800 per buah tergantung gradenya. Pada analisis ini digunakan harga rata rata Rp.700/buah. Sedangkan pendapatan usahatani diartikan sebagai selisih yang dihasilkan dari besarnya penerimaan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Produktivitas tanaman dari tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan. Dari sisi penerimaan diketahui bahwa penerimaan mulai diperoleh pada saat tanaman berumur 4 tahun, namun nilai penerimaan positif baru diperoleh pada saat tanaman berumur
5 tahun. Sedangkan pendapatan tertinggi diperoleh pada saat
481
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
tanaman berumur 11–13 tahun dan mulai menurun pada umur 14 tahun. (Tabel 3). Penerimaan tahunan senilai tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu indikasi bahwa usahatani jeruk keprok menguntungkan apabila diusahakan secara professional di kabupaten Selayar, apalagi menurut informasi petani, tanaman yang dipelihara dengan baik mampu berproduksi sampai umur 20 tahun atau lebih.
Tabel 3. Penggunaan biaya dan pendapatan usahatani jeruk keprok Selayar (JC-Selayar)/100 pohon. Umur (Tahun) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah Biaya (Rp) 5.285.500 3.170.000 3.585.000 4.195.000 4.195.000 4.195.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000 4.395.000
Penerimaan (Rp) 0 0 0 0 3.500.000 7.000.000 10.500.000 14.000.000 17.500.000 35.000.000 42.000.000 45.000.000 45.500.000 45.500.000 42.000.000
Pendapatan (Rp) -5.285.000 -3.170.000 -3.585.000 -4.195.000 -695.000 2.805.000 6.105.000 9.605.000 13.105.000 30.605.000 37.605.000 41.105.000 41.105.000 41.105.000 37.605.000
Sumber: Data Primer diolah, 2011
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani jeruk keprok dilakukan dengan menggunakan indikator NPV,IRR dan Net B/C Ratio. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang berlaku pada saat penelitian yaitu assumsi 14% per tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok selayar dengan batang bawah JC layak dikembangkan dikabupaten Selayar karena memiliki nilai Net B/C 3,956, NPV Rp. 45.698.190 dan IRR 38,64% (Tabel 4). Nilai B/C 3,956 diartikan bahwa setiap investasi Rp. 1 dikeluarkan dapat memberikan keuntungan Rp. 3,956. Nilai NPV bernilai positif menunjukkan bahwa manfaat yang diterima petani lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Analisis NPV merupakan metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai akan datang menjadi nilai sekarang menggunakan discount factor pada tingkat biaya modal/suku bunga tertentu (Yusuf et al. 2009). Sedangkan nilai IRR 38,64% lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku 482
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
menunjukkan bahwa menginvestasikan
modal untuk usahatani jeruk keprok lebih
menguntungkan dibanding dengan mendepositokannya ke bank. Tabel 4. Analisis kelayakan finansial usahatani jeruk keprok Selayar di Kabupaten Selayar, 2010. Kriteria kelayakan Net B/C NPV IRR
Nilai 3,956 Rp.45.698.190 38,64 %
kesimpulan Layak Layak Layak
Sumber: data primer diolah, 2011.
Analisis Sensitivitas Apabila diasumsikan bahwa perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu kenaikan 25% maka hasil analisis menunjukkan bahwa nilai B/C, NPV dan IRR berubah, namun masih memenuhi kriteria layak untuk dikembangkan. Peningkatan biaya tersebut mengakibatkan Net B/C, turun menjadi 3,15; NPV Rp.45.507.487 dan dan IRR 36,91%. Pada skenario penurunan harga produksi 20%, diassumsikan menyebabkan penerimaan usahatani juga turun karena kondisi lain seperti biaya, jumlah produksi, dianggap tetap. Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa pada penurunan harga produksi dari Rp. 700/buah menjadi Rp. 660/buah
usahatani jeruk keprok masih
memenuhi kriteria layak untuk dikembangkan dengan nilai Net B/C 2,99, NPV Rp. 30.642.790 dan IRR 36,57 Demikian pula halnya pada kondisi penurunan produksi 20%. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan karena masih memenuhi kriteria kelayakan yaitu Net B/C sebesar 2,44,NPV Rp. 40.202.488 dan IRR 34,78% Penurunan produksi jeruk keprok dapat terjadi akibat perubahan kondisi iklim (hujan terus menerus) sehingga tanaman tidak mengalami masa stress, hujan pada saat fase pembungaan sehingga terjadi gugur bunga atau tanaman sudah berumur diatas 20 tahun. Selain skenario tersebut, dilakukan pula analisis kepekaan pada kondisi kombinasi antara peningkatan biaya produksi dan penurunan produksi. Pada analisis ini diassumsikan terjadi kondisi ekstrim yaitu peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20% atau peningkatan biaya produksi 20% suku bunga 14%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi tersebut nilai Net B/C ratio1,44, NPV Rp. 10.526.688 dan IRR 26,15%. Demikian pula halnya apabila biaya produksi naik 30%; 483
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
produksi turun 30% dan penurunan harga 20 % suku bunga 16 %. Nilai Net B/C yang dihasilkan di bawah 1 yaitu 0,795, NPV –Rp. 363.493 dan IRR13,81% (Tabel 4). Kondisi ini dapat terjadi apabila ada peningkatan harga sarana produksi misalnya dengan pencabutan subsidi pupuk dan pestisida, peningkatan upah kerja dan penggunaan sarana produksi yang tidak efisien dan perubahan teknologi. Penurunan produksi dapat terjadi apabila pemeliharaan tidak dilakukan secara optimal utamanya pada tanaman yang berumur tua. Untuk itu diperlukan upaya upaya preventif terutama dari segi budidaya untuk mengatasi turunnya produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Tabel 4. Analisis kepekaan/sensitivitas usahatani jeruk keprok Selayar di Kabupaten Selayar, pada berbagai perubahan, 2010.
Kriteria kelayakan Peningkatan biaya produksi 25 % Net B/C NPV(Rp) IRR Penurunan harga produksi 20 % Net B/C NPV (Rp) IRR Penurunan produksi 20 % Net B/C NPV(Rp) IRR Peningkatan biaya produksi 20 % dan penurunan produksi 20% dan penurunan harga 20 % Net B/C NPV (Rp) IRR Peningkatan biaya produksi 30 %; produksi turun 30 % dan penurunan harga 20 % suku bunga meningkat menjadi 14 %. Net B/C NPV(Rp) IRR
Sumber: data primer diolah, 2011.
484
Nilai
Kesimpulan
3,15 45.507.487 36,91
Layak
2,99 30.642.790 36,57
Layak
2,44 24.954.774 34,78
Layak
1,44 10.525.688 26,15
Layak
0,795 -363.493 13,81
Tidak layak
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KESIMPULAN 1. Jeruk keprok yang ditanam oleh petani adalah hasil sambungan antara batang bawah JC (JC – Selayar) dengan Selayar – Selayar (S-S). Jarak tanam 4 m x 4 m, namun pada tanah yang berbatu karang jarak tanamnya tidak teratur, tergantung kondisi tanah. 2. Analisis terhadap biaya produksi, pendapatan dan penerimaan usahatani jeruk keprok di kabupaten Selayar menunjukkan bahwa usahatani tersebut dinilai layak untuk diusahakan karena menguntungkan (Profitable), dengan biaya investasi sebesar Rp. Rp. 5.285.000/100 pohon dan untuk pemeliharaan selanjutnya rata rata Rp. 4.728.666/100 pohon/tahun. Tingkat
penerimaan rata rata Rp.
21.892.857/100 pohon/tahun dan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 16.301. 046. 3. Analisis kelayakan usahatani jeruk keprok Selayar pada tingkat suku bunga 14% menunjukkan bahwa usahatani tersebut dinilai layak untuk dikembangkan karena diperoleh nilai net B/C 3,96; NPV Rp. 45.698.190 dan IRR 38,64%. 4. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada lima kondisi berikut:
Kenaikan biaya produksi 25 %, suku bunga 14%, mengakibatkan perubahan nilai B/C menjadi
3,15; NPV Rp. 45.507.487 dan IRR 36,91%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok Selayar masih layak untuk dikembangkan.
Penurunan harga produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,99; NPV Rp. 30.642.790 dan IRR 36,57%.
Nilai nilai dari kriteria
investasi
menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan.
Penurunan produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,44; NPV Rp. 24.954.774 dan IRR 34,78%. Nilai nilai dari criteria investasi menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan.
Peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20%
dan
penurunan harga 20% secara bersamaan mengakibatkan nilai B/C menjadi 1,44; NPV Rp.10.525.688 dan IRR 26,15%. Nilai nilai dari kriteria investasi menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan, walaupun tingkat pendapatannya sudah menurun.
Peningkatan biaya produksi 30%; produksi turun 30% dan penurunan harga 20% mengakibatkan usahatani tidak layak lagi untuk di kembangkan karena nilai B/C turun menjadi 0,795; NPV Rp-363.493 dan IRR 13,81%.
485
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
DAFTAR PUSTAKA Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selayar. 1996. Proposal Pengembangan Komoditas Kabupaten Dati II Selayar tahun1997/98. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Selayar, 26 hlm.
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Selayar. 1998. LaporanTahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Selayar, 32 hlm.
Abdul Wahib Mahaymin, 2009. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu Bestari di Kota Probolinggo Jawa Timur.Journal Agritek Vol.17.No.5 Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2009. Upaya Pengembangan Kawasan Buah buahan Unggul Tropika untuk Ekspor (http:// www.hortikultura. deptan.go.id) diakses tanggal 16 Oktober 2009. Dinas tanaman pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep. 2010. Selayang Pandang Komoditi Andalah Jeruk Besar Pamelo. Husnan dan Suwarno. 1994. Studi kelayakan Proyek . UPP. YKPN. Yogyakarta Husni Malian, 2004. Analisis Ekonomi Usahatani dan Kelayakan Finansial Teknologi Pada Skala Pengkajian. Makalah Pelatihan Analisis Presentasi dan Tabulasi Data Penelitian dan Pengkajian, Bogor 29 November – 9 Desember 2004. Kadariah,dkk 1979. Pengantar Evaluasi Proyek; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Suratno dan Lincolin Arsyad,1999. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Soekartawi, 2002.Dalam Trisnawati, W, Mahaputra dan Jemmy Renaldi, 2006.Kelayakan Pola Tumpang sari Kopi dengan jeruk di Desa Belatih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.Jour. Pengkajian dan Pengembangan teknologi Pertanian Vol.9 No.1. Triwiratno, A. Dwiastuti, ME, Widodo, B, 2004. Teknik Pengendalian Penyakit Diplodia dan Penyakit jamur Kerak menggunakan Fungisida Difeno-konazol 250 g/l pada Pamelo, dalam Kumpulan Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Jeruk. Pusat perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian Deptan, 2009. Puslitbang Hortikultura, 2010. Pedoman Umum Program Dukungan Pengem-bangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang pertanian. Kementrian Pertanian. Yusuf, Masniah, Masyhuri dan Irham, 2009. Analisis kelayakan Usahatani jeruk keprok Soe di kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.Jour. Informatika Pertanian Volume 18.No. 2.
486