VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga layak untuk dijalankan. Kelayakan pada aspek finansial diukur dengan perhitungan beberapa kriteria kelayakan investasi, antara lain NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Perhitungan tersebut berdasarkan dari cashflow yang dibuat atas dasar informasi yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan perusahaan, dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan rugi laba. 7.1 Arus Masuk Penerimaan dari usaha budidaya tanaman nilam dalam penelitian ini berasal dari hasil penjualan jagung, penjualan nilam basah dan nilai sisa. Nilai sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir. Sedangkan nilai penjualan jagung dan nilam basah didapat dari hasil perkalian antara harga jual jagung dan nilam basah per kilogram dengan volume nilam basah yang dihasilkan. Volume produksi nilam basah yang diperhitungkan dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang tetap pada setiap panennya yaitu sebanyak 13 ton. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi minyak nilam. Penanaman tanaman nilam pada usaha budidaya yang akan dijalankan oleh PT Panafil Essential Oil menerapkan sistem pola tanam, dimana penanaman dilakukan secara bertahap, yaitu sebanyak tiga tahap dengan masing-masing tahapan seluas enam hektar. Pemanenan nilam dilakukan secara bergilir untuk masing-masing tahap Jarak dari panen satu ke panen lainnya adalah satu bulan. Waktu panen nilam basah dapat dilakukan pertama kali pada saat usia tanaman berusia enam bulan. Dan setelah panen pertama tanaman nilam dapat dipanen setiap bulan. Nilai penjualan jagung didapatkan hanya satu kali selama umur proyek, karena tanaman ini hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung pada saat 57
tanaman nilam baru ditanam hingga usia tiga bulan, agar intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman nilam tidak berlebih. Tanaman jagung dapat dipanen saat tanaman berusia 100 hari atau pada triwulan ke-2. Volume produksi jagung dalam satu hektar dapat menghasilkan 6 ton dengan harga per kilogram Rp 1.500,00. Sehingga nilai penjualan dari jagung untuk lahan ini didapat pada triwulan ke-2 adalah sebesar Rp 162.000.000,00. Panen nilam baru dapat dilakukan pada triwulan ke-3, sehingga pada triwulan ke-1 dan ke-2 belum ada nilam basah yang dapat dijual. Pada triwulan ke-3 tanaman nilam dapat dipanen dua kali, sedangkan pada panen ke-4 dan seterusnya tanaman nilam dapat dipanen tiga kali dalam satu triwulan, dengan volume panen per hektar sebanyak 13 ton nilam basah per hektar. Hasil panen pada setiap tahapan penanaman adalah sebanyak 78 ton nilam basah, dengan harga per kilogram nilam basah sebesar Rp 900,00. Sehingga hasil panen nilam basah pada triwulan ke-3 adalah sebanyak 117 ton dengan nilai penjualan sebesar Rp 105.300.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnya didapatkan hasil panen sebanyak 234 ton nilam basah dengan nilai penjualan sebanyak Rp 210.600.000,00. Selain dari berdasarkan nilai panen nilam, penerimaan usaha budidaya nilam ini juga berasal dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai dari investasi usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang pada akhir proyek masih memiliki umur ekonomis. Nilai ini diperoleh dari perhitungan penyusutan investasi per tahun dengan menggunakan metode garis lurus yang dikalikan dengan sisa umur ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa dari investasi usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dapat dilihat di Tabel 8. Selain itu, nilai sisa yang diperoleh perusahaan berasal dari nilai sisa tanaman nilam yang masih dapat dipanen sebanyak empat kali setelah umur proyek habis. Jumlah nilam basah tersebut adalah 312 ton, dengan nilai sisa sebesar Rp 280.800.000,00.
58
Tabel 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No 1 2 3 4 5 6
Uraian Instalasi Air Timbangan duduk Kereta sorong Komputer Bangunan Instalasi Listrik
Umur Ekonomis (tahun) 5 5 4 5 10 10 Total
Total (Rp)
Penyusutan per tahun (Rp)
10.000.000 1.100.000 1.050.000 5.000.000 63.000.000 1.500.000
2.000.000 220.000 262.500 1.000.000 6.300.000 150,000
Nilai Sisa (Rp) 4.000.000 1.100.000 262.500 2.000.000 44.100.000 1.050.000 52.512.500
7.2 Arus keluar Outflow atau arus keluar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan usaha budidaya yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal usaha. Sedangkan biaya opersional adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 7.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan perusahaan pada periode awal usaha yaitu triwulan pertama. Biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan perusahaan pada triwulan pertama usaha budidaya nilam ialah untuk mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam usaha budidaya nilam, antara lain: 1. Bibit nilam yang digunakan adalah bibit nilam jenis Nilam Aceh dalam bentuk polibag yang dibeli dari daerah Subang. Bibit yang dibutuhkan untuk penanaman seluas 18 ha yaitu sebanyak 198.000 polibag, dimana jumlah tersebut sudah termasuk bibit untuk penyulaman. Biaya bibit hanya dilakukan pada tahun pertama karena umur proyek ini adalah tiga tahun yang didasarkan pada umur ekonomis dari tanaman nilam, sehingga tidak dilakukan reinvestasi untuk bibit nilam.
59
2. Instalasi air yang dibuat berupa saluran pengairan untuk mengalirkan air yang berasal dari beberapa titik mata air ke lahan budidaya nilam. serta dibuat pula sumur bor untuk persediaan air pada musim kemarau. 3. Peralatan pertanian yang terdiri dari cangkul, linggis, sabit, alat semprot, sepatu boot yang digunakan untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman. Serta timbangan duduk yang digunakan untuk menimbang hasil panen dan kereta sorong yang digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke lahan serta hasil panen nilam basah ke kendaraan. 4. Bangunan yang terdiri dari kantor dan gudang untuk menyimpan peralatan pertanian dan pupuk serta pestisida. Luas bangunan tersebut adalah 42 mĀ². 5. Instalasi listrik yang digunakan untuk penerangan kantor dan lahan, serta kegiatan kantor lainnya. 6. Komputer dan perlengkapan kantor yang digunakan untuk keperluan kantor. Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bibit Instalasi Air Cangkul Golok Linggis Sabit Alat semprot Timbangan duduk Sepatu Boot Kereta sorong Komputer dan printer Bangunan Instalasi Listrik Perlengkapan Kantor
11 12 13 14
Umur Ekonomis (tahun) 3 5 3 3 3 3 3 5 1 4
Total (Rp)
9 9 9 9 9 1 36 3
500 10.000.000 25.000 15.000 20.000 15.000 80.000 1.100.000 35.000 350.000
99.000.000 10.000.000 225.000 135.000 180.000 135.000 720.000 1.100.000 1.260.000 1.050.000
1 42 1
5.000.000 1.500.000 1.500.000
5.000.000 63.000.000 1.500.000
-
1.000.000
1.000.000 184.305.000
Jumlah
Polibag Unit Unit Unit Unit Unit Unit pasang Unit
198.000
5 10 10
Unit MeterĀ²
3
-
Unit
Total
Harga (Rp)
Satuan
-
60
Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya reinvestasi untuk beberapa fasilitas yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek usaha tersebut. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan untuk budidaya nilam ini hanya dilakukan untuk mengganti sepatu boot yang umur ekonomisnya hanya satu tahun, sehingga dilakukan setiap tahun reinvestasi sebesar Rp 1.260.000,00 yaitu pada triwulan ke-5 dan ke-9. 7.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional dikeluarkan perusahaan untuk kelangsungan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sewa lahan sebesar Rp 2.000.000,00 per ha per tahun, sehingga biaya sewa lahan untuk lahan seluas 18 ha dalam sebulan adalah Rp 3.000.000,00. Biaya sewa lahan ini dikeluarkan oleh perusahaan bertujuan untuk mempertegas batasan usaha antara PT Panfil Essential Oil dan PT Panasia Indosyntec. Selain itu, biaya tetap ini terdiri dari biaya listrik, gaji tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian tetap, biaya komunikasi, biaya administrasi dan umum, serta biaya transportasi. Dan rincian biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya nilam ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil.
18 -
Biaya Per Bulan (Rp) 3.000.000 100.000
Biaya Per Triwulan (Rp) 9.000.000 300.000
1 1 36 3 -
4.000.000 900.000 22.500.000 3.000.000 500.000 500.000 1,000.000
12.000.000 2.700.000 67.500.000 9.000.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000
No
Uraian
Satuan
Volume
1 2 3
Sewa Lahan Listrik Gaji Tenaga Kerja a. Kepala Kebun b. T.K Administrasi c. Tenaga Kerja Lapang d. T.K Keamanan Administrasi dan umum Komunikasi Transportasi
Ha -
4 5 6
Orang Orang Orang Orang Total
Selain biaya tetap, dalam kegiatan usaha budidaya nilam juga terdapat biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi bahan-bahan yang 61
dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk kandang, pupuk pendukung, pestisida, kapur pertanian dan bibit jagung manis. Biaya pupuk kandang dan pupuk pendukung pada setiap triwulan jumlahnya berbeda. Hal tersebut dikarenakan budidaya yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem pola tanam. Biaya pupuk kandang pada usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil pada triwulan pertama adalah sebanyak Rp 21.600.000,00, pada triwulan ke2 dan ke-3 adalah sebanyak Rp 7.200.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnnya yaitu sebanyak Rp 10.800.000,00. Biaya pupuk kandang merupakan biaya variabel yang jumlahnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang ini sangat diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu pemupukan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rendemen minyak nilam yang dihasilkan dari daun nilam hasil budidaya. Kebutuhan pupuk kandang per hektar pada triwulan pertama adalah 5 ton per hektar. Hal tersebut dikarenakan pada triwulan pertama pemupukan tidak hanya dilakukan untuk tanaman nilam saja, tetapi juga untuk kebutuhan tanaman jagung sebagai tanaman pelindung dari nilam. Sedangkan pada triwulan ke-2 kebutuhan pupuk kandang adalah sebesar 2,5 ton per hektar. Harga pupuk kandang per karung adalah Rp 6.000,00 dengan jumlah per karung sebanyak 25 kg. Selain pupuk kandang, digunakan juga pupuk perangsang atau penyubur yang terdiri dari tiga jenis N, P, dan K. Biaya pupuk penyubur yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis sebanyak dua kilogram per hektar per satu kali pemupukan, sehingga untuk lahan seluas enam hektar dibutuhkan sebanyak 12 kg pupuk pendukung, dengan harga satuan sebesar Rp 40.000,00. Biaya pupuk penyubur pada tiap triwulan berbeda tergantung pada jadwal kerja budidaya yang telah ditetapkan perusahaan (Lampiran 2). Biaya variabel lain yang dibutuhkan untuk budidaya nilam antara lain pestisida, kapur pertanian dan benih jagung manis yang hanya dilakukan pada triwulan pertama saja. Biaya pestisida dibutuhkan dalam budidaya nilam ini sebanyak satu liter per hektar lahan. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk mencegah tanaman terkena hama dan penyakit. Kapur
62
pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan kadar keasaman tanah yaitu sebanyak 1 ton per hektar. Benih jagung manis yang dibutuhkan per hektar adalah 4 kilogram. tanaman pelindung hanya dilakukan pada triwulan pertama. Rincian biaya variabel tersebut dapat dilakukan pada Lampiran 4. 7.2.3 Analisis Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan laporan yang berisi tentang penerimaan dan pengeluaran atau kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (triwulan). Laporan ini digunakan perusahaan untuk menentukan besarnya aliran kas triwulan yang diperoleh perusahaan. Komponen laporan rugi laba antara lain penerimaan dari penjualan nilam basah dan jagung hasil panen, biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya nilam, serta beban keuangan dalam menjalankan usaha yaitu berupa pajak penghasilan, penyusutan dan lainnya. Berdasarkan laporan rugi laba (Lampiran 4), usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil pada triwulan belum mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dikarenakan usaha ini pada triwulan pertama belum melakukan kegiatan pemanenan dan penjualan hasil panen sehingga penerimaan perusahaan belum ada. Penerimaan baru ada pada triwulan ke-2 yaitu dari hasil penjualan hasil panen jagung sebesar Rp 162.000.000,00 yang hanya dihasilkan pada triwulan ke-2 saja. Sedangkan pada triwulan ke-3 dan seterusnya penerimaan perusahaan hanya berasal dari penjualan hasil panen nilam basah. Besarnya penerimaan perusahaan pada triwulan ke-3 adalah Rp 105.300.000,00, dan pada triwulan ke-4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 210.000.000,00. Rugi laba yang diperoleh perusahaan setiap triwulannya berbeda, dan usaha ini hanya dikenakan biaya pajak saja sedangkan biaya bunga dikenakan karena modal yang digunakan perusahaan merupakan modal sendiri. Dan besarnya pajak yang diperhitungkan dalam usaha ini adalah sebesar 25 persen. Pada triwulan pertama dan ke-3 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 147.030.000,00 dan Rp 12.390.000,00 yang dikarenakan belum adanya penerimaan perusahaan (pada triwulan 1) dan produksi nilam yang hanya baru mencapai 117 ton nilam basah (triwulan 3). Sedangkan untuk triwulan ke-2 laba
63
yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 32.512.500,00, dan laba pada triwulan ke4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 66.262.500,00. 7.3 Kelayakan Finansial Proyek Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil antara lain dilihat dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Parameter tersebut diukur pada tingkat suku bunga kredit sebesar 4,25 persen per triwulan. Tabel 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR Payback Period
Satuan
Nilai Kriteria Investasi
Rp Persen Triwulan
293.338.047 1,89 14 7,71
Berdasarkan hasil analisis finansial usaha budidaya nilam yang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dilihat dari tingkat NPV yang diperoleh dari perhitungan kelayakan usaha budidaya ini lebih dari nol, yang berarti jika usaha ini dijalankan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 293.338.047,00 yang menunjukkan bahwa selama umur proyek usaha budidaya nilam akan memberikan manfaat bagi perusahaan sebesar Rp 293.338.047,00. Kriteria kedua dari analisis kelayakan usaha ini adalah Net B/C. Net B/C yang dihasilkan dari rencana usaha budidaya nilam ini adalah 1,89. Berdasarkan hal tersebut usaha ini dapat dinyatakan layak, karena nilai Net B/C yang didapat lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,89 berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk usaha budidaya nilam ini maka perusahaan akan memperoleh manfaat sebanyak 1,89 kali. Selanjutnya kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah IRR. Besarnya IRR yang diperoleh dari perhitungan kriteria investasi yang dilakukan perusahaan dari rencana usaha budidaya nilam yaitu 14 persen per triwulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan, karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito triwulan yang sedang
64
berjalan yaitu 4,25 persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 14 persen, dengan kata lain perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimiliki pada usaha budidaya nilam dibandingkan menyimpan uangnya dalam bentuk deposito di bank. Kriteria investasi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah payback period. Payback period yang dihasilkan dalam perhitungan adalah selama 7,71 triwulan, yang berarti modal yang digunakan perusahaan untuk usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil akan kembali dalam waktu 7,71 triwulan atau satu tahun 11 bulan 17 hari. Berdasarkan kriteria tersebut maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan karena waktu pengembalian investasi yang dilakukan perusahaan kurang dari umur proyek yang akan dijalankan. 7.4 Analisis Sensitivitas Menurut Gittinger (1986) analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha atau bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam menjalankan usaha menurut Nurmalina R. et al. (2009) umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil produksi. Analisis sensitivitas usaha budidaya nilam ini menggunakan metode nilai pengganti (switching value), karena usaha ini baru dalam tahap perencanaan sehingga perubahan pada komponen pendukungnya belum dapat diketahui secara empiris. Analisis switching value dilakukan untuk mengukur perubahan maksimum dari komponen arus masuk dan arus keluar yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam tetap layak. Variabel-variabel yang digunakan untuk melakukan uji switching value adalah kenaikan harga pupuk
65
kandang, penurunan volume penjualan, dan harga jual nilam basah. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Uraian Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Rp/kg) Penurunan Volume Produksi (kg/ha) Penurunan Harga Nilam Basah (kg)
Persentase 342,262191 23,2431157 23,2431157
Nilai Aktual (Rp) 240 13.000 900
Nilai Switching Value (Rp) 1.061 9.978 691
Berdasarkan analisis switching value usaha budidaya nilam tersebut, usaha ini akan tetap layak dijalankan hingga terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Harga pupuk kandang yang telah naik dari Rp 240 per kg menjadi Rp 1.061,00 per kg. Variabel lain yang dilakukan uji switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji menunjukkan bahwa usaha budidaya nilam direncanakan PT Panafil Essenetial Oil ini akan tetap layak apabila terjadi penurunan volume produksi sebesar 23,2431157 persen. Penurunan volume produksi tersebut yaitu dari 13.000,00 kg per hektar menjadi 9.978 kg nilam basah per per hektar. Selain penurunan volume produksi, penurunan harga nilam basah dari hasil analisis switching value yang dilakukan, didapatkan bahwa penurunan harga jual nilam basah hasil panen sebesar 23,2431157 persen tidak akan mengubah kelayakan dari usaha tersebut. Besarnya harga berdasarkan persentase tersebut yaitu apabila terjadi penurunan harga nilam basah dari Rp 900,00 per kg menjadi Rp 691,00 per kg. 7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Hasil perhitungan dari usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil didapatkan Harga Pokok Produksi sebesar Rp 667,40 per kg nilam basah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih baik membudidayakan tanaman nilam untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan membeli nilam basah dengan harga pasaran sebesar Rp 900,00 per kg.
66