VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7). Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan usahanya selama berada di bawah naungan TMF. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur ekonomis kandang. 7.1.
Inflow (Arus Manfaat) Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan
sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari penerimaan dan nilai sisa. 7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari
66
jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5 persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler per periodenya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka mortalitas setiap periode adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala dan karyawan kandang. Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup Tahun
Panen per periode (ekor)
Bobot Panen (kg/ekor)
Harga (Rp/kg)
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
1
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
2
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
3
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
4
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
5
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
Total penerimaan ayam broiler hidup
5.157.000.000,00
Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa penerimaan
yang
berasal
dari
penjualan
ayam
adalah
sebesar
Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka mortalitas 4,5 persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual
67
tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah periode yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu 6 periode. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar Rp 5.157.000.000,00. 7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap periode rata-rata menghasilkan 40 karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13) . Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
1
Kotoran per periode (Karung) 40
2
Tahun
Harga (Rp/50kg)
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
5.000,00
6
1.200.000,00
40
5.000,00
6
1.200.000,00
3
40
5.000,00
6
1.200.000,00
4
40
5.000,00
6
1.200.000,00
5
40
5.000,00
6
1.200.000,00
Total penerimaan penjualan kotoran ayam
6.000.000,00
Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara hasil kotoran ayam per periode yaitu sebanyak 40 karung dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah periode per tahun yaitu sebanyak 6 periode. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun adalah sebesar Rp 6.000.000,00. 7.1.3. Penerimaan Insentif Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di
68
bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas Panen per periode (ekor)
Bobot panen (kg/ekor)
1
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
2
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
3
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
4
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
5
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
Tahun
Insentif mortalitas (Rp/kg)
Jumlah periode
Total penerimaan insentif mortalitas
Penerimaan (Rp)
12.376.800,00
Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 30,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00. Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR Bobot panen (kg/ekor)
1.
Panen per periode (ekor) 8.595
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
1,6
Insentif FCR (Rp/kg) 190,00
6
15.677.280,00
2.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
3.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
4.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
5.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
Tahun
Total insentif FCR
78.386.400,00
69
Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 190,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00. 7.1.4. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16) 7.2.
Outflow (Arus Biaya) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha
peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 7.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air, ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas angin (Tabel 16).
70
Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan No.
Ket
Umur teknis (Thn)
Harga satuan (Rp)
5
135.000,00/m²
1
58.320.000,00
11.664.000,00
0
5
100.000,00/m²
1
30.000.000,00
6.000.000,00
0
10
2.000.000,00
1
2.000.000,00
200.000,00
1.000.000,00
10
2.000.000,00
1
2.000.000,00
200.000,00
500.000,00
5
12.000,00
270
3.240.000,00
648.000,00
0
5
60.000,00
144
8.640.000,00
1.728.000,00
0
5
8.000,00
180
1.440.000,00
288.000,00
0
5 10
750.000,00 4.000.000,00
12 1
9.000.000,00 4.000.000,00
1.800.000,00 400.000,00
Nilai investasi (Rp)
Q
Penyusutan
Perkiraan nilai sisa (Rp)
8. 9.
Kandang bertingkat Kandang panggung Instalasi listrik Instalasi air Tempat pakan Tempat minum otomatis Feeder Tray Gasolec Genset
10.
Seng
3
10.000,00
90
900.000,00
300.000,00
11. 12.
Drum air Ember Garpu pembalik sekam Sprayer Termo meter
5 2
80.000,00 10.000,00
2 4
160.000,00 40.000,00
32.000,00 20.000,00
0 1.500.000,00 315.000,00 (@3500) 0 0
5
75.000,00
2
150.000,00
30.000,00
0
5
500.000,00
1
500.000,00
500.000,00
0
5
300.000,00
2
600.000,00
300.000,00
16.
Timbangan
10
200.000,00
2
400.000,00
40.000,00
17. 18.
Pisau Kipas angin
1 5 Total
10.000,00 150.000,00
2 4
20.000,00 600.000,00 122.010.000,00
20.000,00 120.000,00 24.290.000,00
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
13. 14. 15.
300.000,00 (@150.000) 0 0 3.615.000
Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan ke dalam biaya operasional.
71
7.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan. Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 7.2.2.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya listrik dan biaya sewa lahan. Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar No.
Jenis biaya tetap
1.
Gaji kepala karyawan
2.
Gaji karyawan
3.
Listrik
4.
Sewa lahan Total
Jumlah biaya/periode (Rp)
Periode per tahun
Jumlah biaya/tahun (Rp)
675.000,00
6
4.050.000,00
5.400.000,00
6
32.400.000,00
500.000,00
6
3.000.000,00
-
1.000.000,00
6
40.450.000,00
6.575.000,00
Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per periode atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan per periodenya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00. Dalam setahun terjadi 6 kali periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00. Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih
72
kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar Rp 675.000,00 per periode atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun karena terjadi 6 kali periode, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00 dikali 6, yaitu sebesar
Rp 4.040.000,00.
Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per periode kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per periode dikali 6 periode. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu, penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun. 7.2.2.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar
FCR
Biaya pakan per ekor (Rp)
Biaya obatobatan per periode (Rp)
Biaya sekam (Rp/ekor)
Biaya LPG (Rp/ ekor)
1,6
1,8
13.147,20
900.000,00
200
350
4.656,30
1,6
1,8
13.410,14
900.000,00
200
350
3.593,00
4.749,43
1,6
1,8
13.678.35
900.000,00
200
350
4
3.750,00
4.844,42
1,6
1,8
13.951,92
900.000,00
200
350
5
3.911,00
4.941,30
1,6
1,8
14.230,94
900.000,00
200
350
Tahun
Harga DOC per ekor (Rp)
Harga pakan (Rp/kg)
Bobot panen (kg)
1
3.303,00
4.565,00
2
3.445,00
3
Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga DOC
73
meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga pakan meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per periode diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor, maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar Rp 13.147,20. Biaya obat-obatan per periode adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas (Tabel 19). Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar
Biaya DOC Thn (Rp)
Biaya pakan (Rp)
Total (Rp)
Persentase Kenaikan (%)
Biaya obatobatan (Rp)
Biaya sekam (Rp)
Biaya LPG (Rp)
1 178.362.000,00 709.948.800,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
923.410.800,00
2 186.030.000,00 724.147.560,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
945.277.560,00
2,36
3 194.022.000,00 738.630.900,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
967.752.900,00
2,37
4 202.500.000,00 753.403.680,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
991.003.680,00
2,40
5 211.194.000,00 768.470.760,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
1.014.764.760,00
2,40
Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen.
74
7.2.3. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan. Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar
Thn Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp)
Laba (Rp)
Laba bersih (Rp)
Pajak (Rp)
Persentase penurunan (%)
1
1.050.752.640,00
988.150.800,00
62.601.840,00 15.650.460,00
46.951.380,00
2
1.050.752.640,00
1.010.017.560,00
40.735.080,00 10.183.770,00
30.551.310,00
35
3
1.050.752.640,00
1.032.492.900,00
18.259.740,00
4.564.935,00
13.694.805,00
55
4
1.050.752.640,00
1.055.743.680,00
-4.991.040,00
0
-4.991.040,00
136
5
1.050.752.640,00
1.079.504.760,00 -28.752.120,00
0
-28.752.120,00
476
Total Laba bersih
57.454.335,00
Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00, menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali terjadi
pada
tahun
keempat
sebesar
136
persen
yaitu
menjadi
rugi
Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian. 7.3.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria
NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5
75
persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011, karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar Kriteria
Hasil
NPV (net present value)
Rp 45.021.751,00
Net B/C (net benefit cost ratio)
1,99
IRR (internal rate of return)
41,46 persen
Payback period
1,98627
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5 persen. Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan. Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah 41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan. Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak. Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C, IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
76
7.4.
Analisis Sensitivitas (Switching value) Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu. Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar Perubahan
Persentase (%)
Kenaikan harga DOC
16,6
Kenaikan harga pakan
6,1
Penurunan harga jual ayam
1,2
Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen. Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg, sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu
77
Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual ayam. Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak. Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak.
78