ANALISIS FINANSIAL…..(18):89-93
ANALISIS FINANSIAL PADA PERSEMAIAN KARET (Hevea Brasiliensis) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII DANAU SALAK I KECAMATAN MATARAMAN KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Oleh/by MUHAMMAD HELMI Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRACT
Rubber represent one of effort sector owning important role in yielding state's stock exchange of because rubber have come to especial exporting commodity of Indonesia. Rubber crop also give very important contribution in continuation of environment. Strive the continuation of environment latterly become important issue remember condition of most experienced forest more and more to concern. At Rubber crop, energi yielded like oxygen, wood, and biomassa applicable to support environmental repair function like rehabilitating the farm, floods and erosion prevention, arrangement arrange to utilize water for other dissimilar crop, and create free and healthy climate of pollution. At critical area, leaf of rubber which be fall able to fertilize land. Therefore, existence of rubber crop very strategic for continuity of life, because personating of depositor able to and source energi. Keywords : rubber crop, financial analyse
PENDAHULUAN Data Gabungan Pengusaha karet Indonesia, luas perkebunan karet Indonesia sebesar 3.413.717 Ha dengan produksi karet alam saat ini mencapai 2,8 juta ton per tahun. 2 juta ton ditujukan untuk pasar ekspor, dan sisanya diserap industri dalam negeri. Melihat potensi pasar karet yang cukup besar walaupun dengan keadaan harga karet mentah dunia yang anjlok dan dengan kenyataan bahwa 30% lebih perkebunan karet di Kalimantan Selatan kini usianya sudah sangat tua, sehingga tidak mampu berproduksi maksimal lagi karena idealnya perkebunan karet dengan kualitas bagus akan mampu menghasilkan antara 1-1,3 ton/Ha, namun karena usianya tua produksinya tinggal 600 Kg/Ha dimana dari 13 pabrik karet di Kalimantan Selatan yang seluruhnya berkapasitas 185 ribu ton per tahun, kini hanya mampu menyerap karet mentah antara 100-110 ribu ton per tahun, yang disebabkan minimnya bahan baku maka penulis mengharapkan pemerintah beserta seluruh aspek yang terkait mendorong terciptanya suatu lingkungan yang dapat mengoptimalkan kinerja karet nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui besarnya biaya dan pendapatan persemaian karet, titik impas (Break even Point), keuntungan dan efisiensi produksi pada perusahaan. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam usaha pengembangan penyediaan bibit untuk Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
89
ANALISIS FINANSIAL…..(18):89-93
menunjang usaha pelestarain produksi persemaian karet pada umumnya dan khususnya persemaian karet PT. Perkebunan Nusantara XIII Danau Salak I Kalimantan Selatan. Lokasi kebun terletak pada beberapa Kelurahan, namun kesemuanya dalam satu wilayah Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimatan Selatan. Sedangkan luas areal di Afdeling VII Desa Tanah Abang yang luasnya lebih kurang 816.01 Ha, namun yang digunakan untuk persemaian karet hanya seluas 3 ha. Kecamatan Mataraman secara geografis terletak diantara 113o45’ Bujur Timur dan 07o27’, Lintang Selatan dengan ketinggian 21–25 m dari permukaan laut. Jenis tanah di PT. Perkebunan Nusantara XIII Danau Salak I yaitu podsolik merah kuning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (PERSERO) Danau Salak I Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tepatnya di Afdeling VII Tanah Abang selama 3 bulan yaitu bulan Mei sampai dengan Juli 2005, dimulai dari persiapan, pelaksanaan di lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian. Objek penelitian adalah anakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) di areal persemaian PT. Perkebunan Nusantara XIII yang terletak di Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, kalkulator dan komputer. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang meliputi semua biaya yang digunakan dalam kegiatan persemaian (Biaya Persiapan Lahan, biaya pembuatan persemaian, biaya persemaian dan pemeliharaan persemaian, dan biaya pengadaan bahan). Data yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari data yang sudah ada seperti keadaan umum tempat penelitian meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya masyarakat, luas areal, topografi, iklim, serta sarana dan prasarana. Selain itu data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka atau literatur.
Pengolahan data 1. Biaya Produksi, terdiri dari : Biaya tetap (fixed cost) dan Biaya variabel (variabel cost), Biaya total yang dikeluarkan oleh suatu industri dapat dihitung dengan menggunakan rumus : TC = FC + VC Untuk menghitung biaya penyusutan digunakan rumus menurut Nugroho (2002) yaitu : Penyusutan
=
M Waktu
(Untuk alat tanpa nilai rongsok)
Penyusutan
=
M −R Waktu
(Untuk alat dengan nilai rongsok)
Dimana :M = Modal yang digunakan; R = Harga rongsokan 10% dari harga beli Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
90
ANALISIS FINANSIAL…..(18):89-93
2. Pendapatan a. Total Pendapatan (total revenue) TR = P x Q Dimana TR Q P
= Total pendapatan (Rp) = Jumlah output yang dijual/Quantity = Harga per satuan unit output/price (Rp)
b. Rata – rata pendapatan (average revenue)
AR =
TR Q
Dimana : TR Q AR
= Total pendapatan/total revenue (Rp) = Jumlah output yang dijual/Quantity = Rata-rata pendapatan (average revenue) (Rp)
3. Keuntungan Bersih NP = TR – TC Dimana : TR NP TC
= Total pendapatan/total revenue (Rp) = Besarnya keuntungan perusahaan/Net Profit (Rp) = Jumlah biaya yang dikeluakan/Total Cost (Rp)
4. Break Event Point (BEP) Dalam menentukan BEP menurut Nugroho (2000), menggunakan rumus sebagai berikut : a.
BEP Penjualan =
b.
BEP Produksi
Dimana : BEP
=
Biaya tetap Biaya variabel Penjualan Harga jual Unit produksi
= = = = =
=
Biaya Tetap 1 − Biaya Variabel Penjualan Biaya Tetap Harga Jual − Biaya Variabel Unit Produksi
Besarnya penjualan dimana tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian (Rp) Jumlah seluruh biaya tetap Jumlah seluruh biaya variabel Jumlah pendapatan dari hasil penjualan yang dilakukan Harga bibit per batang Jumlah bibit yang diproduksi
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
91
ANALISIS FINANSIAL…..(18):89-93
5. Efisiensi, Efisiensi =
Nilai jual produksi (output) Biaya produksi (input) HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Produksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan pada PTP. Nusantara XIII Danau Salak I tersebut maka dikelompokkan menjadi biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variabel Cost) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Biaya paling besar yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola persemaian adalah biaya gaji pegawai sebesar Rp. 48.000.000. Biaya penyusutan Rp. 36.703.750. Sehingga total biaya yang diperlukan Rp. 84.703.750. Perhitungan biaya tidak tetap (Variable Cost) merupakan penjumlahan dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya pengadaan. Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp. 504.108.114 yang terdiri dari biaya tetap Rp. 84.703.750. dan biaya tidak Rp. 419.386.364 tetap dalam rangka untuk memproduksi bibit karet. Tabel 1. Biaya Tetap Persemaian Karet (H. brasiliensis) No 1
Komponen Biaya Gaji Pegawai
Jumlah Biaya (Rp) 48.000.000
2
Penyusutan Jumlah
36.703.750
Tabel 2.
84.703.750
Biaya Variabel Persemaian Karet (H.brasiliensis)
No 1
Komponen Biaya Upah buruh
Jumlah Biaya (Rp) 129.440.000
2
Biaya Pengadaan Jumlah
289.946.364 419.386.364
Pendapatan. Jumlah produksi bibit karet PTP. Nusantara XIII Danau Salak I adalah sebanyak 180.000 batang dengan harga jual per batang yang berlaku sebesar Rp. 3.500, maka pendapatan yang diperoleh seandainya mereka melakukan penjualan bibit yang diproduksi adalah sebesar Rp. 630.000.000 Keuntungan. Besarnya nilai keuntungan yang didapat oleh perusahaan dapat diperoleh dengan menghitung total biaya produksi yang dikeluarkan serta pendapatan total yang diperoleh dari hasil penjualan bibit adalah sebesar Rp. 125.891.886. Keuntungan yang didapat dalam persemaian ini tergantung pada besarnya produksi yang dihasilkan, besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk. Semakin besar produksi yang dihasilkan dan banyaknya produk yang terjual semakin besar pendapatan yang dihasilkan. Break Event Point (BEP). Dari pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 1.080.000.000 maka Break event point atau titik impas penjualan senilai Rp. 249.128.676,47 dan BEP produksi 72.391,41 batang. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
92
ANALISIS FINANSIAL…..(18):89-93
Efisiensi. Dari perhitungan persemaian bibit karet dapat diketahui nilai efisiensinya adalah 1,24. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada tingkat produksi ini efisiensi pada PT. Perkebunan Nusantara XIII Danau Salak I tercapai karena penjualan berada diatas BEP atau lebih besar dari 1 dan ini akan semakin meningkat apabila produksi yang dihasilkan semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Besarnya biaya produksi persemaian karet PTP. Nusantara XIII Danau Salak I dengan tingkat produksi 180.000 batang adalah sebesar Rp. 504.108.114 2. Pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dalam persemaian karet ini adalah sebesar Rp. 630.000.000 3. Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah Rp. 125.891.886 4. Break Event Point (BEP) dalam persemaian karet di PTP. Nusantara XIII Danau Salak I adalah pada tingkat penjualan sebesar Rp. 249.128.676,47 atau pada tingkat produksi sebesar 72.391,41 batang dan perusahaan menguntungkan karena produksi/penjualan di atas BEP 5. Efisiensi persemaian sebesar 1,24 pada tingkat produksi 180.000 batang tercapai karena penjualan berada di atas Break Event Point atau lebih besar dari 1 dan akan semakin meningkat apabila nilai dari hasil produksi semakin tinggi. Saran. Dalam rangka untuk menjaga kelangsungan persemaian karet PT. Perkebunan Nusantara XIII Danau Salak I, disarankan agar BEP (Break Event Point) dijadikan standar dalam meningkatkan produksi penghasilan. Disamping itu dengan melakukan penjualan bibit karet kepada masyarakat luar, dan melakukan kerjasama dengan para pembeli bibit karet tersebut dimana mereka akan menjual lateks hasil sadapan mereka ke PT. Perkebunan Nusantara maka akan meningkatkan produktifitas perusahaan dalam penyedian karet. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S. 1993. Alat-alat Analisa Biaya dalam Pembelanjaan. Andi Offset Yogyakarta. Yaogyakarta. Erika, A. 2003. Analisi Break Event Point pada Industri Penggergajian Kayu di Martapura Kabupaten Banjar. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Tidak di publikasikan. Gittinger, J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian Edisi II. Universitas Indonesia. Jakarta. Nugrogo, Bramasto. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setyamidjaya 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Penerbitan Konisius. Yogyakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006
93