Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
ISSN :0854-4778
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PADA INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET DENGAN APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN, Jakarta ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PADA INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET DENGAN APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR. Sebagai negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia, Indonesia diharapkan dapat menjadi pemasok bagi kebutuhan karet dunia yang terus meningkat. Aplikasi teknologi nuklir telah mampu menghasilkan karet alam/ lateks iradiasi yang kualitasnya lebih unggul dibanding lateks non radiasi. Salah satu industri berbahan baku lateks alam iradiasi yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah industri sarung tangan. Penelitian ini ditujukan untuk melakukan perhitungan kelayakan finansial investasi pada industri sarung tangan karet iradiasi. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan model perhitungan kelayakan berbasis spreadsheet, selanjutnya dilakukan perhitungan kelayakan finansial berdasar data masukan maupun parameter teknis dan ekonomi. Indikator kelayakan finansial yang digunakan dalam studi ini adalah Benefit Cost Ratio (BCR), Nilai Kini Bersih (NPV – Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (IRR-Internal Rate of Return). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan investasi pada industri sarung tangan karet alam iradiasi dinilai layak, ditunjukkan oleh nilai NPV yang positif (Rp 405.201.223.797,61), nilai BCR (1,44) > 1 dan nilai IRR (17,78%) > MARR (8%). Kata-kata kunci: kelayakan finansial, sarung tangan karet alam iradiasi, NPV, IRR, BCR ABSTRACT FINANCIAL ASSESSMENT ANALYSIS ON RUBBER GLOVES INDUSTRY INVESTMENT WITH NUCLEAR TECHNOLOGY APPLICATIONS. As the country's second-largest producer of natural rubber in the world after Thailand, Indonesia is expected to become a supplier for rubber demand in the world that continues to be increase. Applications of nuclear technology has been able to produce irradiation rubber/ latex that the quality is superior compared to non radiation latex. One of the industries with irradiation natural latex as raw material that are sufficient potential to be developed in Indonesia is the glove industry. This study aimed to perform the calculation of the financial feasibility of the investment in the irradiation rubber gloves industry. Research carried out by developing a spreadsheet-based model of the feasibility calculation, and then the feasibility assessment was performed based on the data input and the technical and economic parameters. Financial assessment indicators used in this study are Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR). The results showed that proposed investment in the irradiation natural rubber gloves industry is considered feasible,indicated by a positive NPV (Rp 405,201,223,797.61), the value of BCR (1.44) > 1 and the value of IRR (17.78 %) > MARR (8%). Keywords: financial assessment, irradiation natural rubber gloves, NPV, IRR, BCR
meningkat dengan cepat, tetapi juga 2 diantara 3 negara penghasil karet alam yaitu Malaysia dan Thailand akan mengalami kendala peningkatan produksi di samping juga adanya kemungkinan mereka akan menjadi generasi baru dari Newly Industrialized Countries (NICs) yang akan cenderung meninggalkan agrobisnis karet di sektor hulu. Mengingat Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar kedua di dunia, maka Indonesia
PENDAHULUAN
P
rospek perdagangan karet alam di pasar dunia dinilai sangat cerah. Konsumsi karet alam dan karet sintetik dunia yang pada tahun 2004 baru mencapai 20,03 juta ton diproyeksikan akan meningkat mencapai 28,67 juta ton pada tahun 2020[1]. Pada jangka panjang diperkirakan akan terdapat kekurangan pasokan karet alam. Hal ini tidak saja disebabkan oleh permintaan dunia yang
Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti
289
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
290 ISSN :0854-4778
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
diharapkan dapat mengisi kekurangan pasok kebutuhan karet alam dunia tersebut[2]. Dari proyeksi kebutuhan sejumlah 28,67 juta ton pada pada tahun 2020, sebesar 11,5 juta ton diantaranya adalah karet alam dan Indonesia diharapkan dapat memasok sejumlah 3,5 juta ton[1]. Sebagian besar produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk bahan baku (sekitar 85%) dan hanya sekitar 15% hasil produksi yang digunakan oleh industry hilir di Indonesia[3]. Hal ini menunjukkan bahwa industri barang-barang dari karet dalam negeri belum berkembang dengan baik. Padahal mengingat potensi yang cukup besar, industri berbahan dasar karet alam ini sebenarnya menjadi peluang yang dapat dikembangkan untuk peningkatan nilai tambah (value added) komoditas karet dan pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Teknologi nuklir dapat diaplikasikan dalam industri berbahan dasar karet alam, yaitu teknologi pengolahan getah karet alam atau lateks dengan teknik iradiasi yang mampu menghasilkan lateks alam dengan kualitas yang lebih unggul dibanding lateks alam proses belerang. Lateks alam iradiasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk membuat barang karet seperti sarung tangan, balon, topeng, bola, produk dekorasi panggung/film, kondom, dan lainnya. Alat yang digunakan dalam teknologi iradiasi disebut irradiator, dimana didalamnya digunakan sinar gamma Cobalt-60 atau berkas elektron sebagai sumber energi[2]. Sebagai salah satu produk dari teknologi lateks alam iradiasi, sarung tangan karet merupakan produk yang banyak digunakan untuk keperluan medis, kimia, klinik, industri kimia dan makanan, serta keperluan rumah tangga (house hold). Permintaan komoditas sarung tangan karet dunia selalu meningkat rata-rata 20% per tahun terutama di negaranegara Afrika dan Asia[1]. Mengingat pasar yang masih cukup potensial, maka industri sarung tangan karet iradiasi ini dinilai cukup prospektif untuk dikembangkan. Salah satu tahapan yang harus dilakukan sebelum dibangunnya suatu pabrik atau industri, termasuk industri sarung tangan karet iradiasi, adalah studi kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan finansial dari usulan investasi pada industri sarung tangan karet dengan aplikasi teknologi nuklir. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan model perhitungan kelayakan finansial berbasis spreadsheet. Hasil penelitian ini
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat terkait aplikasi teknologi nuklir di dunia industri. TINJAUAN PUSTAKA 1.
Lateks Alam Iradiasi
Terdapat dua cara atau teknik yang dapat dilakukan dalam pengolahan lateks alam, yaitu teknik konvensional (lateks alam proses belerang) dan teknik iradiasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Secara visual antara lateks alam proses belerang dengan lateks alam iradiasi tidak dapat dibedakan, baik warna, bau maupun bentuknya sama, yaitu berupa cairan berwarna putih susu atau berbau. Namun berdasar tinjauan kualitas, lateks alam iradiasi dinilai memiliki berbagai keunggulan dibandingkan lateks alam proses belerang, diantaranya[2]: a.
Melalui “Scanning Electron Microscope” diketahui bahwa diameter rata-rata partikel lateks alam iradiasi lebih kecil dari pada lateks alam non iradiasi.
b.
Berdasar hasil uji fisik dan mekanik diketahui bahwa modulus dan tegangan putus film lateks alam iradiasi lebih kuat, ulet dan elastis dibanding lateks alam non radiasi.
c.
Daya simpan lateks alam iradiasi lebih tahan lama (hingga 6 bulan), sedangkan lateks alam vulkanisasi belerang hanya mampu disimpan sekitar 3 minggu.
d.
Lateks alam iradiasi bebas nitrosamin (bahan karsinogenik) dan rendah protein, sehingga bila digunakan untuk barang karet tidak menyebabkan kanker atau alergi.
e.
Vulkanisasi lateks alam dengan radiasi lebih hemat bahan kimia, tidak perlu diperam dan dipanaskan, serta langsung dapat diproses menjadi produk industri karet yang dikehendaki.
f.
Produk karet dari lateks alam iradiasi lebih mudah didegradasi oleh alam, karena energi aktivitasnya lebih rendah, sehingga tidak mencemari lingkungan.
Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
291 ISSN :0854-4778
Pemanasan Lanjutan
Produk
Suhu 70 C selama 2 jam
Suhu 100 C selama 1 jam Sulfur, anti oksidan, pencepat, pemantap
Dispersi
Pencampuran
Dilakukan di dalam penggilingan selama 24 jam
Pemanasan Awal
Pencelupan
Suhu 40 - 50 C selama 2 - 3 hari
Gambar 1. Proses Vulkanisasi Lateks Alam dengan Belerang[2]
Gambar 2. Proses Vulkanisasi Lateks Alam dengan Radiasi[2]
Teknologi iradiasi mulai berkembang ketika Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) - BATAN melakukan penelitian tentang vulkanisasi lateks alam iradiasi pada tahun 1974. Saat itu digunakan sumber radiasi berkapasitas sekitar 6.000 Curie, yang mampu meradiasi 2 liter setiap 17 jam. Selanjutnya tahun 1979 didirikan Iradiator Panoramic Serba Guna (Irpasena) berkapasitas 80.000 Curie dan mampu menghasilkan lateks alam iradiasi 400 kg setiap 30 jam. Penelitian ini makin berkembang pesat dengan didirikannya iradiator lateks alam yang diresmikan pada tanggal 8 Desember 1983. Iradiator lateks ini menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 berkapasitas 225.000 Curie serta dapat meradiasi lateks alam sebanyak 1.500 ton setahun (1.500 kg setiap 20 jam)[2]. Teknologi Lateks Alam Iradiasi adalah suatu teknologi untuk memproduksi barangbarang karet dari lateks alam iradiasi. Saat ini
Nama
ada lima cara membuat barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yaitu dengan cara celup, cara tuang, cara semprot, cara pelapisan dan cara pembusaan. Sarung tangan karet merupakan jenis produk dari teknologi lateks alam iradiasi dengan cara celup. Teknik celup dilakukan dengan memasukkan cetakan ke dalam lateks alam iradiasi, kemudian lateks yang menempel pada cetakan dikeringkan, selanjutnya dilepas dari cetakannya. Barangbarang karet yang dihasilkan dengan cara celup ini mempunyai ketebalan di bawah 0,5 mm. Indikator Kelayakan Finansial Indikator kelayakan proyek yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial investasi pada industri sarung tangan karet dengan aplikasi teknologi nuklir ini antara lain: Nilai Kini Bersih (Net Present Value – NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return – IRR), dan Benefit Cost Ratio (BCR).
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
292 ISSN :0854-4778
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
Nilai Kini Bersih (Net Present Value – NPV)
a.
Metode NPV menghitung selisih antara nilai kini dari investasi dengan nilai kini dari penerimaan kas bersih yang akan terjadi selama umur investasi. Formula untuk menghitung NPV diberikan pada persamaan 1[4].
Formula untuk menghitung IRR diberikan pada persamaan 2[4].
= 0 ............................................................... (2)
c. = …………………………………………(1) Keterangan: CF0 = Initial Investment
Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode BCR memberikan penekanan terhadap perbandingan antara sisi manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya yang ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut. Formula BCR diberikan pada persamaan 3.
CFt = Penerimaan kas bersih pada tahun ke - t r
=
tingkat diskonto (discount ditetapkan sebesar 10%
n
= umur proyek
Kriteria penilaian berdasarkan NPV:
kelayakan
proyek
-
Jika NPV > 0, maka usulan proyek layak untuk dilaksanakan
-
Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak layak untuk dilaksanakan
-
Jika NPV = 0, maka usulan proyek tidak untung dan tidak rugi (impas)
b.
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return - IRR)
IRR menginformasikan tingkat kemampuan cash flow investasi/pabrik dalam mengembalikan investasi, yang dinyatakan dalam prosentase[5]. Nilai IRR dibandingkan dengan MARR (Minimum Acceptable Rate of Return), yaitu tingkat pengembalian minimal yang masih dapat diterima oleh pelaku proyek[6]. Kriteria kelayakan berdasar nilai IRR adalah: -
Jika IRR > MARR, maka usulan investasi layak untuk dilaksanakan
-
Jika IRR < MARR, maka usulan investasi tidak layak untuk dilaksanakan
-
Jika IRR = MARR, maka pilih usulan investasi dengan resiko yang lebih kecil
Secara filosofi, IRR adalah nilai discount rate yang menyebabkan nilai NPV = 0, artinya nilai kini investasi sama dengan nilai kini penerimaan kas bersih pada masa mendatang.
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
.........................................(3)
rate), Cara perhitungan BCR ini berbeda dengan cara perhitungan IRR. Pada perhitungan BCR, tingkat diskonto yang dipakai adalah tertentu, sedangkan pada perhitungan IRR yang dicari adalah besaran tingkat diskonto tersebut. Dengan demikian nilai IRR yang optimum dapat diperoleh apabila B–C =0
.................................................(4)
dimana: B = discounted benefits (total penerimaan atau manfaat yang sudah didiskonto) C = discounted cost (total biaya yang sudah didiskonto) METODOLOGI PENELITIAN Studi dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a.
Menetapkan asumsi dan parameter yang akan menjadi dasar perhitungan terkait pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi.
b.
Mengembangkan model perhitungan kelayakan finansial terhadap usulan investasi industri sarung tangan karet iradiasi, yang mana sering disebut model cash flow. Model ini mengakomodasi semua biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik maupun biaya operasional pembuatan sarung tangan karet, sekaligus proyeksi penerimaan yang akan diperoleh dari penjualan produk sarung tangan. Dengan
Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
293 ISSN :0854-4778
membandingkan besarnya penerimaan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selanjutnya dapat diketahui kelayakan dari usulan investasi tersebut.
e.
Analisis data, membuat penilaian dan menarik kesimpulan.
c.
Mengumpulkan data-data (teknis & ekonomi) yang diperlukan dalam analisis kelayakan finansial pabrik sarung tangan karet iradiasi.
d.
Memasukkan data teknis dan ekonomi ke dalam model perhitungan.
Sebelum dilakukan perhitungan kelayakan finansial investasi pada industri sarung tangan karet iradiasi, maka perlu didefinisikan terlebih dulu beberapa asumsi dan parameter yang akan menjadi basis perhitungan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
DATA
Tabel 1. Data Parameter Teknis dan Ekonomi Pabrik Sarung Tangan Karet Iradiasi No
1.
Keterangan
Satuan
Nilai
1.
Suku bunga pinjaman (untuk investasi maupun modal kerja)
%
8
2. 3.
Debt to Equity Ratio (DER) Kapasitas Produksi per tahun
% kg
70 : 30 2.634.000
4.
Target Produksi per hari
buah
320
5.
Harga jual/ buah
Rp
250
6.
Faktor kapasitas 6 tahunan (pola faktor kapasitas 6 tahunan relatif sama, bedanya pada tahun pertama operasi kapasitasnya baru sebesar 70%)
%
100, 87, 77, 67, 59, 52
7.
Umur Teknis dan ekonomis
Tahun
40
8.
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
%
8
Sumber dan Penggunaan Dana
Sumber dan penggunaan dana perlu dibahas untuk mengetahui darimana saja sumber dana yang digunakan dalam investasi serta untuk keperluan apa saja dana tersebut dialokasikan. Sumber dana diperoleh dari pinjaman Bank (debt) dan modal sendiri (equity) dengan proporsi 70% : 30%. Dana tersebut selanjutnya dibelanjakan untuk investasi pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi. Dalam dunia akuntansi, pembelanjaan untuk investasi pembangunan pabrik ini diistilahkan sebagai pengeluaran aktiva tetap. Aktiva tetap yang diperlukan dalam investasi dapat diklasifikasikan menjadi aktiva tetap berwujud (tangible asset) dan tidak berwujud (intangible asset). Untuk menaksir biaya ini, diperlukan informasi tentang kebutuhan fisik investasi yang dapat diperoleh dari detail rancangan dan spesifikasinya, serta harga per komponen. Tangible Asset mencakup tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan peralatannya, serta pabrik dan mesin. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tetap tidak berwujud adalah: aktiva terkait kekayaan intelektual (patent, lisensi, engineering fees,
Nama
copyright dan goodwill), biaya pendahuluan (studi pendahuluan, penyiapan pembuatan laporan Feasibility Study, survey pasar dan legal fee) dan biaya sebelum operasi (mobilisasi karyawan, pelatihan, beban bunga, biaya produksi percobaan). Rincian sumber dan penggunaan dana dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Sumber dan Penggunaan Dana Sumber Dana 1. Pinjaman Bank 70% 2. Modal sendiri 30% Total Sumber dana Penggunaan Dana 1. Peralatan dan bangunan 2. Tanah dan perijinan 3. Engineering & Construction 4. Biaya lain-lain Total Penggunaan Dana
Rupiah 63.153.323.204 27.065.709.945 90.219.033.148
Rupiah 51.371.492.889 7.749.173.942 5.137.449.295 25.960.917.023 90.219.033.148
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
294 ISSN :0854-4778 2.
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
Biaya Investasi & Operasional
Biaya investasi merupakan pengeluaran yang harus diadakan baik untuk investasi pembangunan pabrik (menyangkut biaya lahan, biaya perijinan, biaya bangunan untuk
iradiator dan bangunan biasa untuk pabrik, serta biaya untuk infrastruktur yang menunjang) maupun untuk modal kerja (seperti tangki, sumber irradiator, dll). Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Investasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rincian Biaya Investasi
Jumlah (Rp)
Tangki pengenceran, penampung, pengawet, pelarutan, penerimaan, pengendapan, polimerisasi, penampung kotoran, iradiasi,
14.345.702.590
Pompa P-latex Centrifuge Bak penampung skim Cetakan sarung tangan Genset Sumber irradiator Bangunan biasa Bangunan irradiator Utilitas Tanah Perijinan Fasilitas umum Engineering and construction Contractor fee Contingency Biaya start-up Total Biaya Investasi
229.652.369 2.695.327.259 27.642.053 4.492.212.098 1.210.023.400 7.562.646.630 5.011.134.488 12.297.152.000 3.500.000.000 3.000.000 40.000.000 7.706.173.942 5.137.449.295 2.568.724.647 15.412.347.885 7.979.844.490 90.219.033.148
Sedangkan biaya operasional merupakan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk operasional pembuatan sarung tangan karet iradiasi serta pemeliharaan instalasi pabrik.
Biaya operasional terdiri atas biaya operasional langsung dan tak langsung. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya Operasional Tahunan No A 1 2 3 4 5 B 1 2 3 4 5
Rincian Biaya operasional langsung Raw Material Labor Supervisi Maintenance Plant supplies Biaya operasional tidak langsung Packaging Depresiasi Asuransi Admnistrasi Sales Total Biaya Operasinal Tahunan
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
Jumlah (Rp) 64.487.700.00 49.900.000 5.000.000 1.643.983.774 2.898.207.602 2.107.200.000 1.196.787.324 821.991.887 112.000.000 3.160.800.000 79.381.778.190
Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan sarung tangan dari lateks alam iradiasi yang dikerjakan oleh industri dapat menghasilkan rata-rata 160 pasang
295 ISSN :0854-4778
sarung tangan dengan harga per pasang Rp. 500. Dengan kapasitas produksi 2.634.000 kg dan target produksi 320 buah per hari, maka besarnya penerimaan dari penjualan produk dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kapasitas Produksi dan Penjualan Tahun 1 2 3 4 5 6
Kapasitas Produksi 70% 87% 77% 67% 59% 52%
Penjualan 147.504.000.000 183.326.400.000 162.254.400.000 141.182.400.000 124.324.800.000 109.574.400.000
Tahun 7 8 9 10 11 12
Kapasitas Produksi 100% 87% 77% 67% 59% 52%
Penjualan 210.720.000.000 183.326.400.000 162.254.400.000 141.182.400.000 124.324.800.000 109.574.400.000
Dengan pola kapasitas produksi tahunan tersebut, diperoleh biaya operasional tahunan yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kapasitas Produksi dan Biaya Operasional Tahun 1 2 3 4 5 6
Kapasitas Produksi 70% 87% 77% 67% 59% 52%
Biaya Operasional
Tahun
60.035.468.190 70.998.377.190 64.549.607.190 58.100.837.190 52.941.821.190 48.427.682.190
7 8 9 10 11 12
Kapasitas Produksi 100% 87% 77% 67% 59% 52%
Biaya Operasional 79.381.778.190 70.998.377.190 64.549.607.190 58.100.837.190 52.941.821.190 48.427.682.190
Berdasar data pada Tabel 5 dan Tabel 6 selanjutnya dapat dihitung indikator kelayakan finansial seperti NPV, IRR dan BCR. Hasil perhitungan indikator kelayakan finansial pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi dapat dilihat pada Tabel 7.
memperhatikan ketiga nilai indikator kelayakan finansial tersebut (NPV > 0, IRR > MARR serta nilai BCR > 1), maka usulan investasi pada industri sarung tangan karet alam iradiasi dinilai layak pada harga jual minimal sebesar Rp 500,- per pasang.
Tabel
Berdasar hasil analisis kelayakan finansial tersebut, mengingat potensi karet alam Indonesia yang cukup besar, maka industri sarung tangan karet alam dengan aplikasi teknologi nuklir dinilai potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu solusi bagi permasalahan ekonomi masyarakat. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika industri sarung tangan karet iradiasi dikembangkan antara lain:
7.
Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial Investasi pada Industri Sarung Tangan Karet Iradiasi
Indikator NPV IRR BCR
Satuan Rp %
Nilai 405.201.223.797,61 17,78 1,44
Berdasar Tabel 7 diketahui bahwa investasi menghasilkan nilai NPV yang positif (Rp 405.201.223.797,61). Karena nilai NPV > 0, maka investasi dinilai layak. Selain itu diperoleh nilai IRR sebesar 17,78%. Nilai ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai WACC sebagai nilai MARR (Minimum Acceptable Rate of Return). Karena nilai WACC sebesar 8%, maka IRR > MARR. Berdasar tinjauan IRR, investasi dinilai layak. Indikator terakhir adalah nilai BCR, diketahui bahwa nilai BCR sebesar 1,44 atau lebih besar dari 1. Dengan
Nama
a.
Menciptakan nilai tambah (value added) bagi komoditas sektor agrobisnis. Akan lebih menguntungkan jika diekspor sebagai produk jadi (seperti sarung tangan, ban, dll) dibandingkan jika harus diekspor sebagai karet alam mentah.
b.
Mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran[7].
c.
Tingginya kualitas sarung tangan karet alam iradiasi dibandingkan dengan teknologi konvensional (lateks alam
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
296 ISSN :0854-4778
Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014
proses belerang) diharapkan mampu menciptakan kepuasan pelanggan dan impak lanjutannya adalah terciptanya keberlanjutan usaha pada sektor tersebut.
Skripsi, Jakarta: Program Studi Teknik Industri Universitas Indonesia, 2010. 6.
MARTLAND, Carl D.,”Project Evaluation Choosing a Discount Rate”, http://ocw.mit.edu/courses/civiland-environmentalengineering/1-011-project evaluation-spring-2011/lecturenotes/MIT1_011S11_lec06.pdf
7.
HERWINARNI, dkk, “Perhitungan Tekno Ekonomi Produksi Lateks Pekat Pravulkanisasi Radiasi”, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TMBATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
KESIMPULAN Usulan investasi pada industri sarung tangan karet alam dengan aplikasi teknologi nuklir dinilai layak secara finansial, ditunjukkan oleh nilai NPV yang bernilai positif (yaitu sebesar Rp 405.201.223.797,61), nilai IRR (17,78%) yang lebih besar dari MARR (8%) serta nilai BCR (sebesar 1,44) yang lebih besar dari 1. DAFTAR PUSTAKA 1.
_______, “Peluang Investasi Industri Sarung tangan Karet Tahun Anggaran 2007”, http: //regionalinvestment.com/
2.
_______, “Lateks Alam Iradiasi Sebagai Bahan Baku Industri Rumah Tangga Barang Jadi Karet”, Pusat Diseminasi lptek Nuklir BATAN, Jakarta
3.
_______, “Identifikasi Peluang Investasi Sektor Agribisnis Strategis di Indonesia, Tahun Anggaran 2013”, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) & PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri.
4.
BLANK & TARQUIN, “Engineering Economy”, 6th, Mc Graw Hill, Singapore, 2008
5.
PERMATASARI, K.,”Analisis Kelayakan Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi oleh Pengembang Panas Bumi di Indonesia”,
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
TANYA JAWAB Ikin Sodikin.
Apa yang berpotensi menjadi kendala bagi pengembangan industri sarung tangan karer dengan aplikasi tenaga nuklir?
Mochamad Nasrullah
Yang menjadi kendala adalah munculnya produk sejenis dari negara-negara penghasil karet. Karena meraka juga sudah mulai beralih ke sektor industri nuklir produk ogrobisnis termasuk karet. Oleh karena itu dukungan pemerintah sangat diperlukan agaar industri di Indonesia mampu menghasilkan produk dengan harga yang bersaing, sehingga tejadi keberlangsungan usaha.
Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti