VIII. ANALISIS FINANSIAL
Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan analisis finansial ini diperlukan beberapa parameter-parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang di pakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi hargaharga.
A. ASUMSI PERHITUNGAN FINANSIAL Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri katekin dan tanin ini adalah sebagai berikut. a. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun. b. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50 persen dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10 persen dari nilai awal, nilai sisa kendaraan adalah 20 persen dari nilai awal, dan nilai sisa tanah diasumsikan tetap. c. Umur ekonomis mesin dan peralatan produksi, peralatan kantor, dan kendaraan adalah lima tahun. d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan adalah 2,5 persen dari harga mesin dan peralatan. e. Pada tahun keenam dilakukan perbaikan total mesin dan peralatan dengan menghabiskan biaya sekitar 40% dari nilai awal. f. Kapasitas produksi adalah 252 kg gambir asalan per hari dan menghasilkan 37.83 kg katekin per hari serta 85,12 kg tanin per hari. g. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam seminggu terdapat enam hari kerja dan dalam satu bulan terdapat 4 minggu serta dalam setahun terdapat 12 bulan. h. Discount factor diasumsikan sebesar 16 persen. i. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak badan. yaitu sebesar 28 persen.
107
j. Modal kerja dihitung berdasarkan asumsi biaya modal kerja adalah 10% dari penjualan pada tahun berikutnya. k. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 40 persen, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 60 persen, kapasitas produksi pada tahun ketiga adalah 80 persen, sedangkan kapasitas produksi tahun keempat dan seterusnya adalah 100 persen. l. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1. Asumsi-asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
B. BIAYA INVESTASI Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri katekin dan tanin. Biaya investasi meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap meliputi biaya perizinan, tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, alat kantor, dan sarana distribusi. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri katekin dan tanin adalah Rp 12.079.053.600,-. Biaya investasi tetap pendirian industri katekin dan tanin adalah Rp 8.374.740.000,-. Ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 27, sedangkan rinciannya disajikan pada Lampiran 10.
108
Tabel 27. Komponen Biaya Investasi Tetap yang Dibutuhkan dalam Pendirian Industri Katekin dan Tanin No
Komponen
1 Biaya prainvestasi 2 Tanah dan bangunan 3 Fasilitas Penunjang 4 Mesin dan Peralatan 5 Alat kantor 6 Sarana Distribusi Subtotal Kontingensi 10% Total
Nilai Total (Rp) 180.000.000 5.034.400.000 210.000.000 1.775.000.000 74.000.000 340.000.000 7.613.000.000 761.340.000 8.374.740.000
Menurut Husnan dan Muhammad (2000). modal kerja dapat diartikan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar. Total biaya modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik diasumsikan sebesar 10 persen dari total penjualan tahun berikutnya. Modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp. 3.707.060.257,- pada tahun pertama, Rp 1.853.530.129,- pada tahun kedua sampai tahun keempat. Sedangkan pada tahun berikutnya tidak dibutuhkan tambahan untuk modal kerja karena produksi pada tahap sebelumnya sudah mampu terjual dan menutupi biaya modal kerja yang dibutuhkan.
C. PRAKIRAAN BIAYA DAN PENERIMAAN Biaya yang digunakan dalam analisis finansial ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku dan penunjang, biaya kemasan, biaya bahan bakar, biaya listrik, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dan biaya distribusi. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh intensitas kegiatan. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya produksi tetap, biaya administrasi umum tetap, dan penyusutan. Rincian penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 11, komposisi biaya tetap dan biaya variabel diperlihatkan pada Lampiran 12 dan kebutuhan bahan bakar pada Lampiran 1, serta rincian biaya lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14. Prakiraan biaya produksi katekin dan
109
tanin pada tahun pertama sebesar Rp 27.107.674.640,-, pada tahun kedua Rp 39.246.326.960,-, tahun ketiga Rp. 51.384.979.280,-, pada tahun keempat Rp 63.523.631.600,-, pada tahun kelima Rp 64.181.631.600,-. sedangkan prakiraan biaya total pada tahun keenam dan seterusnya sebesar Rp 63.523.631.600,-. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun keempat dan seterusnya, hal ini dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun keempat dan seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%. Adapun pada tahun ketiga biaya total yang dikeluarkan pada tahun kelima jauh besar dibandingkan biaya total pada tahun lainnya, hal ini dikarenakan pada tahun kelima dilakukan perbaikan mesin dan peralatan dengan biaya yang dipersiapkan sebesar 40 persen dari harga mesin dan peralatan. Pada tahun pertama. perusahan memproduksi sebanyak 40% dari kapasitas total. Pada tahun kedua perusahaan memproduksi 60%, pada tahun ketiga adalah sebesar 80%, sedangkan pada tahun keempat sampai tahun kesepuluh perusahaan memproduksi dalam kapasitas total. Prakiraan penerimaan yang diperoleh pada tahun pertama adalah Rp 37.043.136.000,-, pada tahun kedua adalah Rp 55.564.704.000,-,
prakiraan
74.086.272.000,- sedangkan
penerimaan
pada
tahun
ketiga
adalah
Rp
prakiraan penerimaan pada tahun keempat dan
seterusnya adalah Rp 92.607.840.000,-. Harga dan prakiraan penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan prakiraan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 28 dan informasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
110
Tabel 28. Prakiraan Penerimaan Industri Katekin dan Tanin
Tahun ke-
Kapasitas Produksi
Produksi katekin per tahun (kg)
Produksi tanin per tahun (kg)
Total Penerimaan (Rp)
1
40%
4.358
9.820
37.043.136.000
2
60%
6.537
14.729
55.564.704.000
3
80%
8.716
19.639
74.086.272.000
4
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
5
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
6
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
7
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
8
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
9
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
10
100%
10.895
24.549
92.607.840.000
D. PROYEKSI LABA RUGI Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan perusahaan setiap periode yang merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba rugi adalah selisih antara penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama. Laba bersih yang merupakan pengurangan laba operasi earning before interest and tax (EBIT) yang dengan pajak. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang No.36 tahun 2008. untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih pada proyek bernilai positif pada tahun pertama, hal ini dikarenakan produk katekin dan tanin yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah tinggi. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas.
111
Besarnya proyeksi rugi laba ini dapat dilihat pada Tabel 29 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 16. Tabel 29. Proyeksi Laba Rugi Penjualan Katekin dan Tanin dalam 10 Tahun Produksi Total Pengeluaran (Rp) 27.107.674.640
EBIT (Rp)
Pajak (Rp)
1
Total Penerimaan (Rp) 37.043.136.000
9.935.461.360
2.781.929.181
2
55.564.704.000
39.246.326.960
16.318.377.040
4.569.145.571 11.749.231.469
3
74.086.272.000
51.384.979.280
22.701.292.720
6.356.361.962 16.344.930.758
Tahun ke-
Laba bersih 7.153.532.179
4
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
5
92.607.840.000
64.181.631.600
28.426.208.400
7.959.338.352 20.466.870.048
6
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
7
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
8
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
9
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
10
92.607.840.000
63.523.631.600
29.084.208.400
8.143.578.352 20.940.630.048
E. PROYEKSI ARUS KAS Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu. aliran kas awal (initial cash flow) aliran kas periode operasi (operational cash flow). dan aliran kas terminal (terminal cash flow) (Soeharto. 2000). Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri dan pinjaman (initial cash flow), laba bersih, depresiasi (operational cash flow), nilai sisa dan pengembalian modal kerja (terminal cash flow). Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap. modal kerja dan angsuran pinjaman. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri katekin dan tanin ini dapat dilihat pada Tabel 30 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 17.
112
Tabel 30. Proyeksi Arus Kas Industri Katekin Dan Tanin Tahun ke-
Total Kas Masuk
Total Kas Keluar
Aliran Kas Bersih (12.079.053.600)
0
-
12.079.053.600
1
7.506.002.179
1.852.156.800
2
12.101.701.469
1.852.156.800
3
16.697.400.758
1.852.156.800
4
21.293.100.048
0
5
20.894.740.048
0
6
21.293.100.048
544.000.000
7
21.293.100.048
0
8
21.293.100.048
0
9
21.293.100.048
0
10
32.739.027.048
5.653.845.379 10.249.544.669 16.697.400.758 21.293.100.048 20.894.740.048 20.749.100.048 21.293.100.048 21.293.100.048 21.293.100.048 32.739.027.248
F. KRITERIA KELAYAKAN INVESTASI Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP), dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih (net cash flow) pada proyeksi arus kas. Discount factor yang digunakan adalah 16 persen. Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi.
1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih selama sepuluh tahun setelah dilkalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan kriteria investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan
113
layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari nol. Discount factor yang digunakan adalah 16% berdasarkan perhitungan Weighted Average Capital Cost. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 18. Berdasarkan
perhitungan
pada
Lampiran
18,
nilai
NPV
menunjukkan angka positif yaitu Rp 67.196.856.477,- pada discount factor 16% per tahun dengan umur investasi sepuluh tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang sepuluh tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp 67.196.856.477,-. Perhitungan rinci untuk memperoleh nilai NPV tersebut dapat dilihat pada Lampiran 18.
2. Internal Rate Of Return (IRR) Menurut Gray et al. (1993). Internal rate of return (IRR) adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah discount factor yaitu ditetapkan sebesar 16 persen. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan dengan Discount factor, maka usaha dinyatakan layak, IRR pada usaha ini sebesar 86,11 % persen yang berarti bahwa pendirian pabrik pengolahan gambir asalan menjadi katekin dan tanin layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh sangat besar karena produk yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah sangat tinggi.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value dari net benefit yang bernilai positif dengan present value dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan investasi produksi katekin dan tanin diperoleh nilai sebesar 6,56.
114
yaitu setiap investasi Rp 1,- yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount factor 16% akan diperoleh keuntungan bersih Rp 6,56,-.
4.
Payback Period (PBP) PBP
merupakan
jangka
waktu
yang
diperlukan
untuk
mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar akan menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi katekin dan tanin diperoleh 1,63 tahun, yaitu investasi yang ditanam akan kembali setelah satu tahun 8 bulan. Jangka waktu pengembalian investasi tergolong cepat karena katekin dan tanin yang dihasilkan merupakan produk bernilai tambah sangat tinggi.
5.
Break Even Point (BEP) Titik impas atau Break even point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek industri katekin dan tanin ini berada pada penjualan saat harga jual katekin Rp 2.963.872,- dan harga tanin Rp 1.481.936,-. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit yaitu pada saat produksi katekin 4.968,11 kg dan 11.178,25 kg tanin.
115