ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Taufan Sukmo Santoso
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/ AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/ 1429 H
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Oleh: Taufan Sukmo Santoso 101092123411
Menyetujui
Pembimbing I
Indoyama Nasaruddin SE, MAB
Pembimbing II
Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si
Mengetahui Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 131861314
66
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Oleh: Taufan Sukmo Santoso 101092123411
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/ AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/ 1429 H
67
PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)” yang ditulis oleh Taufan Sukmo Santoso, NIM 101092023411 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis. Menyetujui:
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Setyo Adhie, MM
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Indoyama Nasaruddin, MAB
Eny Dwiningsih, M.Si
Mengetahui: Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 150 317 956
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 131 861 314
68
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Maret 2008
Taufan Sukmo S 101092023411
69
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju yang diridhoi oleh-NYA. Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun tahap penyelesaiannya. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Allah AWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah memberikan segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan yang membuat sulit menjadi mudah. 2. Ayahanda H. Amenan Affandy dan Ibunda Hj. Siti Djamilah tercinta, yang telah memberikan segala cinta, do’a, kasih sayang dengan sabar mendidik ananda serta dukungan moril maupun materil selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai. 3. Kakanda-kakanda tercinta : Keluarga H. Subandrio, keluarga Firdaus, keluarga Budi P.S, keluarga Buyung (untuk mbak rona’ thank’s ya mbak atas kirimannya), keluarga Yani, keluarga Didin (trimakasih ya mas untuk sgala nasehat dan dukunganya’ Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa mas untuk keluarga..Amin, mbak Nia thank’s ya for flasdiskNya maaf kelamaan minjemnya heee), keluarga Budi, keluarga Subuh, keluarga Teguh, dan Mas’ Bachtiar (cepet2 nikah ya’) serta semua
70
keponakkanku yang lucu-lucu yang semuanya memberikan dukungan segala-galanya, saya bersyukur telah diberikan kakanda dan saudara – saudara yang sayang sama saya. 4. Bapak Indoyama Nasruddin SE, MAB sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Eny Dwiningsih, STP, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa yang telah bapak dan ibu berikan kepada penulis. 5. Ir. Setyo Adhie, MM dan Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini. 6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M.Si selaku Ketua Program Studi serta Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian. 8. Seluruh dosen program studi sosial ekonomi pertanian/agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-satunya yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam proses perkuliahan. 9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, P’Gun, Niki dan seluruh staf akademik yang telah memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang diibutuhkan penulis. 10. Bapak Manan selaku Pimpinan Usaha Kerupuk SKS, dan kepada seluruh karyawan Kerupuk SKS yang telah bersedia memberikan informasi serta tempat untuk penelitian. 11. Ade Lili M, Putri dan Sari Murni terima kasih untuk pengertian, waktu, mendengarkan segala keluhan, dan doanya. 12. Sobat-sobat yang selalu setia mengisi hari-hariku, Aditia F, AconK, C. ”Sembo” Ramdhani, Wildan ”Bang Haji, ”khomenk” Sobari, Suratno ”ano”, A. ”UU” Ruslan, aL Faris, Iman ”Qimonk”, Umar ”bullet”, Bai, Mawai, Ajang, Opung, Roy Suhro, Delfin Siregar, Moek, Epoy, Babe/Ela,
71
Adel, dan temen2 KKN : Adji/QQ, Isra/mb’Zenab, Acoe/Rina, Rico/Ipeh (thank’s for coNtekan ROnya), Umar TL, Candra/Endang, OdinK, Imink, Andari, Dian ”Wewe”, Yanti Serta semua anak2 Agribisnis angkatan 2001-2005 dan Teknik Informatika angkatan tahun 2001. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin. Jakarta, Maret 2008
Taufan Sukmo Santoso
72
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Mewujudkan negara yang maju dan mandiri serta masyarakat adil dan makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dan sekaligus peluang. Tantangan paling fundamental adalah upaya Indonesia untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan secara berkesinambungan. Untuk itu diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi, produktivitas tenaga kerja, dan konstribusi yang signifikan dari setiap sektor pembangunan (Bakrie, 2004: 206). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan. Pemberdayaan disektor pertanian dan industri yang tepat, maka dapat memberikan konstribusi yang signifikan bagi pembangunan nasional. Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Dengan potensi sumber daya dan daya dukung ekosistem yang sangat besar, Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan perikanan yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait dimana sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah. Salah satu industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah industri kerupuk. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
73
konsumsi kerupuk relatif tinggi. Karena kerupuk merupakan ciri khas pelengkap makanan yang ada di Indonesia dan digemari oleh masyarakat luas. Dari segi permintaan, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas hidup maka permintaan terhadap produk akan semakin bertambah. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan. Tabel 1 menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan. Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah Wilayah Perkotaan (Urban) Pedesaan (Rural) Perkotaan + Pedesaan
Banyaknya (ons) 0.193 0.147 0.166
Nilai (Rp) 154 99 122
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia terutama jenis kerupuk udang. Dengan total ekspor sebanyak 1.532.735 keping untuk jenis kerupuk udang dan 1.113.172 keping untuk jenis kerupuk lainnya. Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak dalam pembuatan kerupuk. Usaha ini terdapat di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Usaha kerupuk mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk
74
konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor. Melihat prospek usaha kerupuk, maka usaha kerupuk SKS perlu penanganan yang tepat agar kedepan dapat berkembang dan mampu bersaing dengan usaha sejenis. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada aspek finansial dengan tujuan untuk memperoleh informasi-informasi dalam pengembangan usaha kerupuk SKS.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kelayakan finansial usaha kerupuk SKS di Pondok Labu, Jakarta Selatan? 2. Bagaimanakah tingkat
sensitivitas usaha kerupuk SKS terhadap
perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?
1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha kerupuk SKS di Pondok Labu, Jakarta Selatan. 2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha kerupuk SKS terhadap perubahanperubahan pada manfaat dan biaya?
75
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kegunaan bagi: 1. Perusahaan, menjadi bahan pertimbangan atau masukan mengenai kelayakan finansial sehingga mempermudah dalam mengambil keputusan. 2. Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan dalam bidang kelayakan bisnis. 3. Investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha kerupuk. 4. Kalangan akademik, sebagai data dasar bagi para peneliti dalam bidangnya, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
76
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Gambaran Umum Komoditi Kerupuk Kerupuk dikenal sebagai makanan yang mampu membangkitkan selera makan atau sebagai makanan kecil. Banyak ragam jenis dan bentuk kerupuk yang di jual dipasaran diantaranya kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk rambak tapioka, kerupuk puli dan kerupuk singkong (Samiler). Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk meliputi bahan baku utama, dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan kerupuk adalah: tepung tapioka, tepung terigu, bumbu masak, dan bawang putih. Sedangkan untuk bahan pembantu pembuatan kerupuk tergantung dengan jenis kerupuk yang akan dibuat contohnya ikan, udang, dan kulit sapi. Jenis makanan ini bergantung pada jenis bahan bakunya, sedangkan variasi bentuknya bergantung pada daya kreativitas pembuatnya (Wahyono dan Marzuki, 2005: 3). 2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil. 2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil. Usaha kecil merupakan sebutan yang disingkat dari usaha skala kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun konsep strategis kebijakan pembangunan (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 244). Usaha kecil sebagai konsep mengacu kepada dua aspek yaitu pertama, aspek perusahaan, barang dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan, dan kedua, aspek
77
pengusaha, yaitu, orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaan. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2001: 4), di Indonesia industri pengolahan dibedakan atas empat kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu: Tabel 2. Pengelompokan Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja. No. 1. 2. 3. 4.
Kelompok Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil Industri Rumah Tangga
Tenaga Kerja 100 orang lebih 20-99 orang 5-19 orang 1-4 orang
Sumber : BPS Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR), 2001
2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225-226), secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak diperbarui, sehingga sulit menilai kinerja usahanya.
2.
Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3.
Modal terbatas.
4.
Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih terbatas.
5.
Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6.
Kemampuan pemasaran serta deversifikasi pasar sangat terbatas.
7.
Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan
78
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas karakteristik usaha kecil menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas. 2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep manajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahaan (Sofyan, 2003: 3). Menurut Ibrahim (2003: 1), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7). Dengan kata lain mencegah terbuangnya dana yang sia-sia. Dalam studi kelayakan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan beroperasi. b. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan ditangani sendiri atau diserahkan pada pihak lain.
79
c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan usaha. d. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas-fasilitas pendukung. e. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut. f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat akibat adanya proyek tersebut (manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial). g. Langkah-langkah untuk mendirikan proyek.
2.1.4. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis. 2.1.4.1. Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknis produksi adalah aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi, proses produksi, penggunaan teknologi (mesin), maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi (Ibrahim, 2003: 118). 2.1.4.2. Aspek Manajemen dan SDM Menurut Umar (2003: 115), aspek manajemen dalam pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Manajemen berfungsi sebagai aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Kesuksesan
80
suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya (Umar, 2003: 157158). Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM menyangkut produktivitas dari suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas memiliki dua (2) dimensi, yaitu: a. Suatu efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. 2.1.4.3. Aspek Hukum Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20). 2.1.4.4. Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial meliputi gambaran mengenai pengaruh usaha terhadap peningkatan penghasilan negara, pengaruh usaha ini terhadap devisa yang akan dihemat atau diperoleh, penambahan kesempatan tenaga kerja, pemerataan kesempatan kerja, dampak pada kehidupan sosial masyarakat, serta pengaruh industri terhadap industri lain.
81
2.1.4.5. Aspek Dampak Lingkungan Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah suatu pengkajian yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang merupakan suatu mekanisme untuk mencapai kelestarian lingkungan, aspek lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi. Dampak lingkungan harus dianalisis sehingga dampak ini dapat diatasi dengan cara atau metode yang ada jika dapat berapa besar biaya yang diperlukan, jika masih dapat diatasi berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dari sudut analisis AMDAL-nya (Sofyan, 2003: 98-99). 2.1.4.6. Aspek Pemasaran Menurut Sofyan (2003: 169), bahwa lingkup aspek pemasaran meliputi posisi permintaan berupa perkembangan permintaan terhadap produk atau jasa yang akan ditawarkan di masa yang akan datang, posisi penawaran selama ini serta prospeknya dimasa yang akan datang. Analisis aspek pemasaran akan dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Menurut McCarthy dalam (Kotler, 1997: 18), mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P (4P) dalam pemasaran yaitu: a. Produk (product) Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Susanto, 1999: 41). Produk
82
bisa berupa benda fisik, jasa, orang, organisasi, dan gagasan. Unit produk bisa dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan atau beberapa atribut lainnya. Mutu produk menunjukkan kemampuan suatu produk untuk menjalankan fungsinya dan ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Klasifikasi produk/ jasa merupakan suatu kegiatan yang penting dalam menentukan produk/ jasa apa yang akan ditawarkan karena dari klasifikasi ini akan lebih mudah untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan, minat, model, atau kecenderungan dari orang-orang di pasar sasaran. b. Harga (price) Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Menurut Ichsan (2003: 66), harga juga merupakan titik temu antara pembeli dan penjual didalam proses terjadinya transaksi jual beli. Perubahan harga akan mempengaruhi perubahan barang yang dibeli. Penetapan harga suatu produk ditentukan oleh jenis pasar yang ada. Menurut Rewold dan Warshaw (1987), bahwa penentuan harga adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Tujuan penetapan harga adalah: Memaksimumkan laba dalam jangka panjang (tujuan pokok) seperti: pertumbuhan, kontrol atas pasar dan bebas dari persaingan yang berlebihan. Memaksimumkan laba dalam jangka pendek yaitu sasaran dari asumsiasumsi yang mendasari model-model ekonomi.
83
c. Promosi (promotion) Promosi
merupakan
kegiatan
yang
sangat
menentukan
dalam
meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan suatu produk. Menurut Kotler (1997: 25) bahwa promosi menunjukan dari berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan meningkatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Konsumen sekarang lebih kritis dan mereka mulai membandingkan antara produk satu dengan yang lainnya. Harga murah belum jaminan bahwa produk akan diterima konsumen, karena mereka memperhatikan faktor lainnya seperti mutu dan manfaat. Konsep promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan ke khalayak, baik dengan menggunakan periklanan maupun dengan melakukan adaptasi komunikasi. d. Tempat (place) Tempat merupakan sarana untuk menjual barang dan jasa agar dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran distribusi. Menurut Kotler (1997: 279) pengertian dari saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan dan perorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen. 2.1.4.7. Aspek Finansial Analisa aspek keuangan sangat diperlukan dalam menjalankan suatu usaha yaitu untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan
84
dari suatu usaha untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang diperoleh dari Bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha. Dalam analisis keuangan meliputi beberapa komponen, yaitu: 2.1.4.7.1. Cashflow (Arus kas)
Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumbersumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan jenis transaksiya menurut Haming dan Basamalah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu: a.
Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada industri kecil terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin.
b.
Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
85
2.1.4.7.2.
Kriteria Kelayakan Usaha.
a. Net Present value (NPV) NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003: 200) b. Internal Rate Return (IRR) IRR merupakan metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003: 198). c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek. Menurut Sofyan (2003: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. d. Payback period (PP) PP adalah masa pengembalian modal, artinya lama periode waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya sangat tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas masuknya besar atau lancar maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal
86
yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur proyek (Sofyan, 2003: 181). e. Break Event Point (BEP) BEP merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian (Fatah, 1994: 45). f. Return On Investement (ROI) ROI merupakan pengembalian atas investasi dimana pemasukan (income) dibagi dengan dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi (Soeharto, 2002: 95). 2.1.4.7.3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan Tujuan analisis sensitivitas adalah adalah untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang dipilih (Fatah, 1994: 96). Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang proyek industri dapat berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu : a. Perubahan pada harga jual produk. b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. c. Kenaikan biaya. d. Perubahan volume produksi.
87
Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan mengukur ulang ukuran kemanfaatan proyek menggunakan perkiraan baru dari satu atau lebih komponen biaya atau hasil. Tiap analisa sensitivitas harus dilakukan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh yang terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengukur kemanfaatan proyek, dan setelah itu dapat ditarik kesimpulan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi proyek. Jadi analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi terhadap suatu proyek. Seberapa besarkah perubahan yang terjadi pada empat hal diatas dapat mengubah penilaian suatu investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan.
2.2. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Alireza (2002) yang berjudul “ Studi Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar “ skala kecil menghasilkan NPV positif sebesar Rp. 22.095.717, IRR sebesar 68,97 persen dan Net B/C Ratio sebesar 3,95 serta Payback Period-nya 3 tahun 11 bulan. Sedangkan usaha skala besar menghasilkan NPV sebesar Rp. 51.950.058, IRR sebesar 84,28%, Net B/C Ratio 4,52 dan PP 3 tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala kecil maupun besar layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala besar kurang sensitiv terhadap perubahan harga output, harga input dan tingkat suku bunga. Setiap kenaikan harga output sebesar 25%, kenaikan harga
88
input sebesar 15%, penurunan harga input 15% dan kenaikan tingkat suku bunga menjadi 20% tidak menyebabkan usaha menjadi tidak layak. Sedangkan agribisnis ikan hias air tawar tidak layak jika terjadi penurunan harga input yang diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga. Menurut hasil penelitian Aisah (2002) tentang Analisis Kelayakan Usaha Florist menunjukan NPV pada usaha kecil 5 unit florist sebesar Rp.889.464.717,87 dan 1 unit
florist Rp.-7.896.599,87 dinyatakan tidak layak
dengan tingkat suku bunga 17 persen. Sedangkan usaha skala besar dinyatakan layak, yaitu pada 5 unit florist sebesar Rp.3.138.700.644,07 dan 1 unit florist Rp.827.664.731,25. Nilai Net B/C Ratio pada skala kecil untuk 5 unit florist sebesar 0,87 dan 1unit florist 0,95 sehingga tidak layak. Sedangkan pada skala besar mendapatkan kelayakan untuk 5 unit florist bernilai 1,59 dan 1 unit florist 1,89, IRR pada skala kecil 3 persen (5 unit florist) dan 12 persen (1 unit florist) dinyatakan tidak layak. Sedangkan untuk skala besar layak dengan nilai 69 persen (5 unit florist) dan 93 persen (1 unit florist). Payback Period (PP) pada skala kecil (5 dan 1 unit florist) tidak mengalami pengembalian modal, sedangkan pada skala besar untuk 5 unit florist modal dapat kembali selama 10 bulan 3 hari dan 1 unit florist 9 bulan 15 hari. Hasil analisis sensitivitas pada usaha florist skala besar layak diusahakan pada tingkat kenaikan harga input sebesar 22 persen, akan tetapi pada tingkat penurunan harga output 43 persen usaha florist tidak layak pada tingkat suku bunga 17 persen, begitu juga pada tingkat suku bunga naik 20 persen dan 16 persen.
89
2.3. Kerangka pemikiran Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak pada proses pembuatan kerupuk terdapat di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Peningkatan jumlah penduduk di wilayah Jakarta dan sekitarnya secara langsung akan meningkatkan jumlah permintaan kerupuk. Usaha ini perlu informasi dan penanganan yang tepat agar berkembang dan mampu bersaing dengan mengkaji pada aspek studi kelayakan usaha. Dalam penelitian ini akan menganalisis usaha kerupuk SKS dalam pengembangan usaha yang dapat memberikan informasi-informasi dengan menganalisis pada aspek-aspek studi kelayakan usahanya. Hasil analisis tersebut menunjukkan apakah usaha kerupuk SKS layak atau tidak untuk dilaksanakan. Langkah pertama adalah menganalisis dengan mencari data kualitatif, yang menilai dari aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek dampak lingkungan dan aspek pemasaran. Langkah kedua adalah menganalisis data kuantitatif dengan menghitung aspek finansial yang mempunyai beberapa kriteria yaitu NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periods (PP), Return On Investement (ROI), Break Event Point (BEP). Dan mencari perhitungan analisis sensitivitas untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor pemasukan atau biaya tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi pada aspek keuangan yaitu dari layak atau menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Kemudian dari hasil analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dimasukkan kedalam analisis usaha kerupuk SKS yang diterapkan. Langkah terakhir adalah interpretasi hasil
90
analisis kelayakan, apakah layak atau tidak. Bila hasilnya menyatakan layak maka diteruskan dengan pelaksanaan. Bila hasilnya menyatakan tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi.
91
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha Kerupuk SKS
Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk SKS
Analisis Kualitatif : Aspek Teknik dan Produksi. Aspek Manajemen dan SDM. Aspek Hukum Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Dampak Lingkungan. Aspek Pemasaran
Analisis Kuantitatif : Aspek Finansial • Cashflow Kriteria Kelayakan Finansial : • NPV • IRR • B/C Rasio • Payback Periods (PP) • Return On Investment (ROI) • Break Event Point (BEP) Analisis Sensitivitas
Hasil Analisis Kelayakan Usaha
Layak
Tidak Layak
Pelaksanaan
Evaluasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
92
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil kerupuk SKS yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt 02 Rw 10 Pondok Labu Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa industri kecil ini mampu bertahan ditengah persaingan usaha kecil sejenis yang semakin semarak. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (FebruariMaret 2006).
3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen SKS. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian bersumber dari laporan keuangan manajemen perusahaan yang terdiri dari laporan tahunan, peraturan-peraturan, kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan masalah-masalah yang dipelajari, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Data sekunder juga diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kedua jenis sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan merupakan data yang kualitatif dan kuantitatif yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk uraian dan tabel.
93
3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer diperoleh adalah harga jual, harga input, komponen biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pihak yang terkait, dengan kata lain menggunakan metode purposive. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, instansi pemerintah, dan beberapa pustaka yang terkait dalam penelitian ini.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan kerupuk tersebut yang disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif disajikan untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net B/C Ratio, Payback Period (PP), Break Event Point (BEP), Return On Investment (ROI), serta Analisis Sensitivitas. Untuk
mengetahui
apakah
pelaksanaan
suatu
proyek
tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat
94
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1. Net Present Value (NPV) Menurut Sofyan (2003: 180), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi. Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:
NPV =
n
CF t
∑ [1 − r ] t =1
t
− Io
Dimana: NPV
= Net Present Value atau Nilai Sekarang.
Σ
= Simbol untuk penjumlahan.
t
= Periode Waktu atau tahun ke t
n
= Umur usulan usaha
CFt
= Aliran kas pada tahun ke t
r
= Tingkat suku bunga atau biaya modal
Io
= Modal investasi awal.
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut: Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima, Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
95
Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak. 3.4.2. Internal Rate of Return (IRR) IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2003: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:
IRR = i +
NPV + [ i + i' ] NPV' + NPV
Dimana: IRR
= Tingkat pengembalian internal
i
= Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’
= Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negative
NPV
= Nilai sekarang yang positif
NPV’
= Nilai sekarang yang negatif
3.4.3. Net B/C Ratio Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Perhitungan dengan menggunakan rumus (Gray dkk, 1997: 86): n
Net
B/C
=
∑
t−1 n
∑
t−1
Bt (1 Ct (1
− Ct + i)t − Bt t + i)
96
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu: Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan. Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga
terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan
atau tidak. Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan. 3.4.4. Payback Period (PP) Menurut Sofyan (2003: 19), teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik. Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback Period = Investasi
= xxx
Proceeds tahun 1 = xxx Sisa
= xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
97
Sisa
= xxx dst
3.4.5. Break Event Point (BEP) Merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yag disingkat TC. Penentuan break even didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan BEP menurut Prajnata (2002: 58-59) adalah sbb :
BEP Harga Jual =
Total Biaya Produksi Total Produksi
BEP Untuk Volume Produksi =
Total Biaya Produksi Harga Jual Produksi
3.4.6. Return On Investement (ROI) ROI merupakan pengembalian atas investasi dimana pemasukan (income) dibagi dengan dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi. Menurut Soeharto (2002: 95) rumusnya adalah:
98
ROI =
Pemasukan X 100% Investasi
3.4.7. Analisis Sensitivitas Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan . Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahanperubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Dalam penelitian, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan (manfaat) dan pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan biaya operasional, perubahan biaya bahan baku dan perubahan penerimaan. Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C, jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah: 1. Peningkatan biaya operasional sebesar 20 persen pada harga tepung tapioka, minyak tanah, minyak goreng dan tepung terigu. 2. Penurunan penerimaan sebesar 10 persen. Peningkatan variabel analisis sensitivitas untuk kenaikkan biaya operasional 20 persen didasarkan pada hasil perhitungan rata-rata inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 3) dan kurang stabilnya keadaan ekonomi di negara kita. Sedangkan penurunan penerimaan 10 persen didasarkan kemungkinan banyaknya persaingan pada perusahaan.
99
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 16 persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank-bank umum periode 2001-2006 (Lampiran 4).
3.5. Definisi Operasional 1. Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka yang dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. 2. Usaha kecil adalah usaha perseorangan yang berdiri sendiri, dimiliki warga negara Indonesia (WNI) yang memiliki tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang, mempunyai kekayaan bersih tidak lebih besar dari 200 juta rupiah dan menghasilkan tidak lebih dari satu milyar rupiah. 3. Cash Flow adalah aliran kas pada suatu usaha yang terdiri dari inflow (penerimaan usaha) dan outflow (pengeluaran usaha). 4. Inflow yang berada dalam cash flow adalah suatu aliran kas masuk atau penerimaan bagi suatu usaha. 5. Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha, yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional. 6. Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. 7. Biaya Tetap adalah biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu. 8. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
100
9. Produk adalah segala jenis kerupuk yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan/ kebutuhan. 10. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun pertama proyek berjalan Tahun 2006. 11. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang berlangsung sekarang yaitu sebesar 16% persen. Angka ini berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 12. Pelaksanaan usaha ini diasumsikan menggunakan teknologi yang semi modern. 13. Rata-rata Inflasi Nasional periode 2001-2006 untuk menentukan kenaikan biaya operasional sebesar 10%. 14. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan pinjaman sebesar 30% 15. Perhitungan analisis kelayakan tahun 2006 dianggap tahun pertama produksi dengan perhitungan selama 5 tahun.
101
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Usaha Kerupuk SKS. Usaha Kerupuk SKS merupakan idustri kecil yang bergerak pada usaha distributor (penyedia) kerupuk. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha pembuatan kerupuk yang menggunakan mesin semi modern. Usaha ini didirikan pada tahun 1992 oleh Bapak Manan yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt 02 Rw 10 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Latar belakang berdirinya adalah berawal dari pemilik yang mempunyai keahlian membuat kerupuk, sehingga dari keahlianya dan dengan tekad yang kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba untuk mendirikan pabrik kerupuk yang diberi nama Kerupuk Suka Asih (SKS). Pada mula usaha ini berdiri Bapak Manan dibantu oleh keluarga sebagai sumber modalnya dan memiliki empat orang karyawan. Alat-alat produksi yang dimilikinya masih bersifat tradisional dan hanya mampu memproduksi 500 keping kerupuk per harinya. Hasil dari produksinya, beliau sendiri yang mendistribusikan ke warung-warung makan dan toko-toko kecil disekitar Pondok Labu. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimilikinya. Pada tahun 1993 Bapak Manan mendapat pinjaman modal dari Bank untuk usahanya. Dengan bertambahnya modal dan semakin dikenalnya kerupuk SKS oleh konsumen, maka beliau memperluas usahanya dengan cara membeli mesin molen (pencetak) dan hidrolik (pencampur) dan juga menambah tenaga kerja baru agar produksinya semakin meningkat.
102
Usaha Kerupuk SKS mampu bertahan dan mengalami peningkatan karena kerupuk yang dihasilkan memiliki kualitas rasa yang gurih, disamping itu Bapak Manan mampu memimpin dan mengembangkannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah karyawan, pedagang, dan semakin meningkatnya jumlah produksi.
4.2. Struktur Organisasi Struktur dalam perusahaan ini, pemilik merangkap sebagai pimpinan perusahaan yang mempunyai wewenang dalam mengambil suatu keputusan. Pimpinan perusahaan merangkap sebagai manajer operasional yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, mulai dari pembelanjaan bahan baku, proses produksi, sampai pemasaran, serta mengelola pegawai termasuk gaji para pegawai. Pimpinan perusahaan dibantu oleh beberapa bagian, yaitu bagian admnistrasi, bagian produksi, bagian marketing, bagian umum, serta bagianbagian lain yang mendukung aktivitas perusahaan. Adapun bagian-bagian dari struktur organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: 1. Bagian Administrasi tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang meliputi pengeluaran dan pemasukan, seperti mencatat jumlah stok bahan baku, bahan bakar serta mengelola para karyawan termasuk gaji para karyawan.
103
2. Kepala produksi bertugas mengawasi dan bertanggung jawab pada saat proses produksi berlangsung dan membawahi bagian umum yang bertanggung jawab dalam kebersihan dan keamanan dilingkungan sekitarnya. 3. Marketing bertanggung jawab atas perencanaan strategi pemasaran, yang sampai sekarang masih di pegang oleh pimpinan perusahaan. Bagian ini membawahi pedagang yang bertugas menjual dan memasarkan produk. Adapun bentuk struktur organisasi pada Kerupuk SKS terdapat pada Gambar 2.
Pemimpin Perusahaan
Administrasi Input dan Output Perusahaan
Bagian Produksi
Marketing
Bagian umum
Pedagang
Kebersihan Keamanan
Gambar 2. Struktur Organisasi Kerupuk SKS Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
104
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknik dan produksi yang diteliti meliputi lokasi usaha, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses produksi dan layout usaha kerupuk SKS. a. Lokasi Usaha Lokasi pabrik cukup strategis untuk sarana dan prasarananya menunjang seperti dekat dengan jalan raya, perumahan dan pasar, serta fasilitas umum lainnya, sehingga memudahkan untuk akses pembelanjaan dan pemasaran. Akan tetapi lokasi usaha ini juga rentan terhadap bahaya banjir bila musim hujan tiba karena lokasi usaha dekat dengan sungai. b. Bahan Baku Pembuatan kerupuk membutuhkan bahan baku utama berupa sagu (tepung tapioka) sebanyak 300 Kg per harinya. Sedangkan sebagai bahan tambahannya berupa, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, minyak goreng dan ikan tongkol. Total biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku sebesar Rp.1.414.000,00 dan menghasilkan 15.000 keping kerupuk per harinya. Pemenuhan kebutuhan bahan baku utama diperoleh dengan cara memesan setiap minggunya sedangkan untuk bahan tambahan diperoleh dengan cara membeli di pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan. Adapun harga bahan baku untuk pembuatan kerupuk terdapat pada Tabel 3.
105
Tabel 3. Jumlah Bahan Baku dalam Pembuatan Kerupuk SKS pada Tahun 2006 No
Bahan Baku
1. Tepung Tapioka 2. Bawang Putih 3. Garam 4. Ikan Tongkol 5. Tepung Terigu 6. Vetsin 7. Minyak Goreng Total per Hari Total per Bulan (24 hari)
Jumlah Kebutuhan perHari (Kg) 300 Kg 5 Kg 8 Kg 6 Kg 25 Kg 2 Kg 6 K9
Harga (Rp) 4000/Kg 5000/Kg 2000/Kg 5000/Kg 4000/Kg 3500/Kg 6000/Kg
Jumlah (Rp) 1.200.000 25.000 16.000 30.000 100.000 7.000 36.000 1.414.000 33.936.00
Sumber: Data Primer, 2006
c. Tenaga Kerja Tenaga kerja produksi yang dimiliki usaha Kerupuk SKS berjumlah 25 orang dan terbagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap berjumlah 15 dan tenaga kerja tidak tetap ada 10 orang. Sedangkan untuk pedagang yang bernaung di usaha kerupuk SKS jumlahnya ada 40 orang. d. Teknologi Teknologi yang digunakan pada usaha kerupuk SKS tergolong semi modern, meskipun proses pencetakan dan pencampuran sudah menggunakan mesin hidrolik (mesin pencetak) dan molen (pencampuran sagu dengan bumbu), akan tetapi pada proses lainnya masih menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penjemuran yang masih menggunakan alat tradisional berupa ebek, kemudian pada proses pengukusan juga masih menggunakan sarang, sampai pada proses pengemasanya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia
106
secara langsung. Alat-alat penunjang operasional yang dibutuhkan antara lain mixer, oven, ebek, wajan, sarang, dorongan (roling), jaring, ember, kaleng, timbangan dan tempat pengukusan. e. Proses Produksi Proses pembuatan Kerupuk SKS sangat sederhana yaitu terdiri dari aktivitas
pembuatan
bumbu,
pembuatan
adonan
kerupuk,
pencetakan,
pengukusan, penjemuran, pengovenan, penggorengan, serta tahap akhir adalah pendistribusian kepada pedagang. Cuaca berpengaruh terhadap proses produksi, apabila musim panas maka usaha ini melakukan produksi secara maksimal. Adapun proses produksi usaha kerupuk SKS terdapat pada Lampiran 6. f. Layout Tanah seluas 1300 m yang dimiliki selain untuk rumah juga dimanfaatkan untuk bangunan pabrik kerupuk yang didalamnya meliputi, gudang bahan baku berukuran 10x8 yang digunakan juga untuk membuat adonan kerupuk, untuk tempat produksi kerupuk berukuran 10x16, kamar tidur pekerja (mess) berukuran 6x8 sebanyak 5 buah, untuk tempat pengovenan berukuran 6x6, untuk warung makan 6x8. Sedangkan sisanya digunakan untuk penjemuran dan parkir gerobak kerupuk. Adapun layout pada usaha Kerupuk SKS terdapat pada Lampiran 2.
5.2. Aspek Manajemen dan SDM Sistem manajemen bersifat manajemen terbuka (open management). Hal ini dapat dilihat dengan adanya pertemuan dengan agenda mereview semua pengeluaran dan pemasukan yang terjadi dalam perusahaan yang dilakukan satu
107
kali setiap minggunya. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam. Saat ini perusahaan memiliki tenaga kerja 25 orang untuk bagian produksi dan bekerjasama sebanyak 40 orang sebagai pedagangnya. Dalam usaha ini pemimpin perusahaan memegang kekuasaan penuh untuk merekut dan memberhentikan karyawan. Dalam mencari karyawan perusahaan tidak memiliki kriteria khusus karena perusahaan lebih mengutamakan ketrampilan dan kemampuan kerja karyawan dari pada tingkat pendidikan yang dimiliki. Dari 25 orang pekerja bagian produksi tersebut, terdapat 8 orang yang berpendidikan terakhir SLTA / sederajat, 11 orang adalah tamatan SLTP, dan 6 orang hanya tamatan SD. Sedangkan untuk pedagang terdapat 28 orang tamatan SLTA/ sederajat, 9 orang tamatan SLTP, dan 3 orang lainya hanya sampai pada tingkat SD. Secara rinci, tingkat pendidikan pekerja pada usaha Kerupuk SKS terdapat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Tingkat Pendidikan Pekerja Usaha Kerupuk SKS dan Pedagang Kerupuk Produksi Tinggkat Pendidikan SLTA
Pedagang
Jumlah Presentase (%)
Tinggkat Jumlah Presentase (%) Pendidikan SLTA 28 70
10
40
SLTP
11
44
SLTP
9
22,5
SD
4
16
SD
3
7,5
Total
25
100
Total
40
100
Sumber: Wawancara dengan pimpinan Usaha Kerupuk SKS
Sistem penggajiannya adalah perbulan untuk tenaga kerja tetap yang berjumlah 15 orang, gaji yang diterima tenaga kerja tetap adalah sebesar Rp.610.000,00 perbulan. Sedangkan untuk tenaga kerja tidak tetap sistem
108
penggajiannya adalah perhari, gaji yang diterima adalah sebesar Rp.20.000,00 perhari.
5.3. Aspek Hukum (Institusional) Keberadaan usaha Kerupuk SKS ini secara hukum belum terdaftar tetapi telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 1992. Usaha Kerupuk SKS ini didirikan sejak tahun 1992 dan telah memiliki IMB.
5.4. Aspek Ekonomi dan Sosial Keberadaan usaha kerupuk SKS di daerah sekitar tidak menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan mesinmesin yang beroperasi tidak menimbulkan kebisingan masyarakat setempat. Selain itu dengan adanya usaha kerupuk SKS wilayah setempat menjadi semakin ramai, adanya penerangan listrik disekitar lokasi, dan terbukanya lapangan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat penggangguran.
5.5. Aspek Dampak Lingkungan Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi. Karena limbah yang dihasilkan dari usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan alat-alat produksi. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah, dan tanaman.
109
5.6. Aspek Pemasaran Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P, yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan perusahaan. a. Produk Produk yang ditawarkan oleh Usaha Kerupuk SKS ini adalah jenis kerupuk berwarna putih yang sering kita jumpai di toko-toko kecil dan warung makan. Disamping memiliki rasa yang gurih dan renyah mutu dari produk Kerupuk SKS sangat baik dan layak untuk dikonsumsi oleh konsumen karena tidak terdapat bahan-bahan kimia seperti, bahan pengawet (formalin) serta pewarna. Hal itu dilakukan agar kosumen dapat mengkonsumsinya secara nyaman dan aman. b. Harga Penetapan harga kerupuk ditentukan melalui kesepakatan antara pimpinan dengan para pedagang yang ada di Usaha Kerupuk SKS. Hal ini dikarenakan Usaha Kerupuk SKS ini hanya sebagai supplier (penyedia) bagi para pedagang. Harga yang ditetapkan oleh Usaha Kerupuk SKS untuk para pedagang adalah sebesar Rp.300,00 per biji. Pedagang bertanggung jawab penuh apabila kerupuk yang dipasarkan tidak habis terjual. c. Promosi Promosi yang dilakukan oleh Usaha Kerupuk SKS adalah melalui penyebaran kaleng kesetiap toko-toko kecil dan warung makan oleh para pedagang. Penyebaran kaleng dilakukan oleh pedagang pada saat pengantaran
110
dan penjualan produk Kerupuk SKS ke toko-toko kecil dan warung makan (warteg) di wilayah Jakarta Selatan, Tangerang, dan Depok. d. Distribusi. Hasil dari produksi kerupuk langsung didistribusikan ke para pedagang yang bernaung di usaha kerupuk SKS. Untuk satu pedagang bertanggung jawab sebanyak 180 kaleng, dimana 1 kaleng berisi 33 keping kerupuk. Pedagang berperan penting dalam proses pendistribusian, semakin banyak pedagang secara langsung akan meningkatkan jumlah produksi kerupuk. Penjualan produk juga dilakukan dengan cara retailing (penjualan dengan cara eceran). Selain itu, usaha ini juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa adanya batas minimum pembelian.
5.7. Aspek Finansial 5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana Investasi yang dimiliki usaha Kerupuk SKS pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.1.171.673.000,00. dimana digunakan untuk biaya aktiva adalah sebesar Rp.742.715.000,00 untuk modal kerja selama satu tahun sebesar Rp.428.958.000,00 Sumber dana yang digunakan untuk menjalankan usaha ini tidak seluruhnya dari modal sendiri. Tetapi dengan modal pinjaman sebesar 30% dari Bank BRI. Investasi awal usaha kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 5.
111
Tabel 5. Investasi usaha kerupuk SKS pada Tahun 2006 No 1 2
3
4
5.
Komponen Bangunan Sarana Transportasi a. Mobil b. Motor c. Becak Kerupuk Mesin a. hidrolik (pencetakan) b. Molen c. Pompa Air Peralatan a. Ebek b. Oven c. Wajan d. Sarang e. Kaleng f. Dorongan (roling) g. Jaring h. Bak (tempat adonan) i. Ember Kecil j. Ember Besar k. Timbangan l. Corong m. Keranjang Modal kerja 1 tahun Total
Jumlah (Rp)
Keterangan
500.000.000
1 unit usaha
40.000.000 12.000.000 60.000.000
1 unit 1 unit 40 unit
25.000.000 18.000.000 1.800.000
1 unit 1 unit 2 unit
1.875.000 1.000.000 2.400.000 5.200.000 72.000.000 800.000 300.000 400.000 100.000 160.000 1.500.000 40.000 140.000 428.958.000 1.171.673.000
250 unit 2 unit 6 unit 400 unit 7.200 unit 4 unit 6 unit 8 unit 10 unit 8 unit 3 unit 6 unit 20 unit
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.7.2. Biaya Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar Rp.110.000.000,00 per tahun (Lampiran 7), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya operasional yaitu sebesar Rp.428.958.000,00 per tahun. Biaya tidak tetap ini digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan/ kaleng, biaya listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, bahan bakar, serta biaya promosi (Lampiran
112
8-10), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp.83.043.000,00 per tahun (Lampiran 11). Adapun biaya Kerupuk SKS terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Komponen Biaya Kerupuk SKS Pondok Labu Per Tahun. No 1 2 3 4 5 6
Komponen Biaya
Jumlah (Rp) Tahun 1 110.000.000 428.958.000 83.043.000 44.562.900 35.650.320 0 702.214.220
Biaya gaji tetap Biaya tidak tetap Biaya penyusutan Biaya angsuran 20% Biaya bunga Biaya zakat Total Biaya
Tahun 2,3,4 dan 5 110.000.000 428.958.000 83.043.000 44.562.900 35.650.320 8.014.180 710.228.400
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah
5.7.3. Manfaat Manfaat Usaha Kerupuk SKS diperoleh dari nilai penjualan kerupuk dengan total produksi sebanyak 15.000 keping per hari dengan harga jual Rp.300,00 perbijinya, dengan asumsi produksi yang gagal sebesar 2% (Lampiran 12). Perincian pemasukan Usaha Kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pemasukan Kerupuk SKS Pondok Labu Per Tahun No 1
Komponen
Harga (Rp)/ Keping
Jumlah Terjual/ Keping
Jumlah (Rp)
300
3.528.000
1.058.400.000
Manfaat (Rp)
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan Tabel 7, bahwa pemasukan Usaha Kerupuk SKS per tahun adalah sebesar Rp. 1.058.400.000,00. Setelah dikurangi pajak, angsuran, bunga, zakat dan penyusutan maka akan didapat keuntungan sebesar Rp.320.567.202,00
113
pada tahun 1, sedangkan untuk tahun 2,3,4 dan 5 adalah sebesar Rp. 312.553.022,00 (Lampiran 14). Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS pada Tahun 2006 No
Uraian
Tahun 1
1
Pendapatan (Rp)
2
Pengeluaran (Rp)
2,3,4 dan 5
1.058.400.000
1.058.400.000
a. Biaya Operasional (Rp)
428.958.000
428.958.000
b. Biaya gaji (Rp)
110.000.000
110.000.000
c. Penyusutan (Rp)
83.043.000
83.043.000
d. Angsuran 20%
44.562.900
44.562.900
e. Biaya Bunga
35.650.320
35.650.320
f. Pajak 10% (Rp)
35.618.578
35.618.578
320.567.202
320.567.202
0
8.014.180
320.567.202
312.553.022
Laba sesudah pajak (Rp) 3
Zakat 2,5%
3
Rugi/ Laba (Rp)
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial 5.7.4.1. Hasil Analisis (30%Modal Pinjaman) Perhitungan 742.715.000,00
modal
adalah
pinjaman
sebesar
30%
dari
Rp.222.814.500,00
investasi biaya
sebesar bunga
Rp.
sebesar
Rp.35.650.320,00 (bunga bank dikalikan dengan pinjaman 30%). Angsuran pokoknya sebesar 20% yaitu Rp.44.562.900,00 per tahun selama 5 tahun, adapun hasil analisisnya terdapat pada Tabel 9.
114
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period (PP)
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.641.202.052
Layak
24,90%
Layak
1,18
Layak
1 Thn 9 Bln 4 Hari
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Hasil analisis kelayakan investasi pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp.641.202.052,00 yang berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp.641.202,00 juta selama 5 tahun menurut nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 24,90% yang berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai tingkat return yang lebih tinggi. Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,18 yang berarti setiap pengeluaran Rp.1,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp.0,18 (Lampiran 15). Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 9 dimana NPV bernilai positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 30% layak untuk diusahakan. Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasi dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Sedangkan untuk hasil perhitungan payback period-nya terdapat pada (Lampiran 71).
115
Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat (penerimaan biaya) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya), dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan laba dan juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break Event Point (BEP) terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Break Event Point (BEP) Usaha Kerupuk SKS No
Keterangan
Jumlah
1
Total Biaya Produksi (Rp)/Tahun
742.715.000
2
Total Produksi/Tahun
3.528.000
3
BEP Harga Jual (Rp)
210
4
Harga Jual Produk (Rp)
300
5
BEP Volume Produksi/ Tahun
2.475.717
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan mencapai 2.475.717 keping atau penerimaan sebesar total biaya produksi yaitu Rp.742.715.000,00 per tahun dan dengan BEP harga jual sebesar Rp.210,00 per keping (Lampiran 5). Berdasarkan hasil analisis Return On Investement pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp.1.000,00 akan diperoleh pengembalian suatu investasi sebesar Rp.580,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima menurun menjadi Rp.570,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%.
116
Tabel 11. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%) No
Uraian
Tahun 1,
2,3,4,5
1
Manfaat Bersih
428.565.426
420.551.246
2
Investasi
742.715.000
742.715.000
3
ROI (%)
0,58
0,57
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa penggunaan modal investasi dengan modal pinjaman 30% dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal ini telah, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar sampai tahun ke-5. 5.7.4.2. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri) Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 3). Adapun hasil perhitungan kelayakan finansial Kerupuk SKS adalah sebagai berikut: Hasil perhitungan dari kelayakan investasi yang meliputi NPV, IRR, dan Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16% sedangkan untuk perhitungan Payback Period didasarkan pada data cashflow sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai hasil untuk menentukan layak atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan sebagai waktu pengembalian investasi, hasil analisisnya terdapat pada Tabel 12.
117
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period (PP)
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.791.515.216
Layak
25,78%
Layak
1,25
Layak
1 thn 7 bln 2 hari
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 12, menyatakan bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp.791.515.216 yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.791.515.216 selama 5 tahun menurut nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 25,78% yang berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang lebih tinggi. Nilai B/C Ratio sebesar 1,25 yang berarti bahwa setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan, akan memberikan keuntungan sebesar Rp.0,25 (Lampiran 43). Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 12 dimana NPV bernilai positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan. Hasil dari analisis payback period (PP) menunjukan bahwa untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp.742.715.000,00 memerlukan waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari (Lampiran 73).
118
Pada metode ROI menunjukan bahwa pengembalian atau modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya biaya modal investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada Tabel 13. Tabel 13. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No 1 2 3
Uraian Manfaat Bersih Investasi ROI (%)
Tahun 1, 475.802.100 742.715.000 0,64
2,3,4,5 465.983.123 742.715.000 0,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis Return On Investement pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp.1.000,00 akan diperoleh pengembalian suatu investasi sebesar Rp.640,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima menurun menjadi Rp.627,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa pengunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal ini, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaan mengembalikan investasinya dengan cepat.
5.8. Analisis Sensitivitas Berdirinya Usaha Kerupuk SKS ini dimaksudkan agar masyarakat selaku konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi kerupuk secara aman. Hal ini
119
sebagai suatu strategi yang dilakukan melihat banyaknya tingkat persaingan, dalam dunia bisnis persaingan selalu ada dengan kekuatan bersaing didominasi oleh adanya kekuatan daya beli, pemasok, dan produk substitusi. Tidak menutup kemungkinan usaha Kerupuk SKS tidak ada pesaing, pesaing usaha ini cukup kuat diantaranya persaingan pasar dengan jenis produk kerupuk yang lain. Akibat adanya persaingan pasar, maka terjadi penurunan harga jual yang akan berpengaruh terhadap panurunan penerimaan. Dalam analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan penurunan penerimaan sebesar 10% yang dipertimbangkan dengan banyaknya pesaing dan biaya diasumsikan tetap. Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis usaha sangat penting dan berdampak langsung terhadap biaya khususnya biaya operasional. Untuk melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh terhadap pada usaha ini adalah penurunan penerimaan 10% adanya faktor persaingan dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu yaitu sebesar 20% karena belum stabilnya ekonomi di Indonesia. 5.8.1. Analisis Sensitivitas (30% Modal Pinjaman) Pada analisis sensitivitas Usaha Kerupuk SKS variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan kondisi 30% modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya
120
hasil tersebut dikombinasikan. untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 30% modal pinjaman terdapat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period (PP)
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.335.050.407
Layak
22,59%
Layak
1,06
Layak
2 thn 3 bln 4 hr
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, penerimaan penurunan sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 16). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 2 tahun 3 bulan 4 minggu. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72. Usaha ini masih layak apabila penurunan penerimaannya sampai pada batasan 15,8% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 15,8% maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis sensitivitas batas penerimaan turun 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 76.
121
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.474.588.912
Layak
23,49%
Layak
1,11
Layak
2 thn 1 bln 4 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 17). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 2 tahun 1 bulan 4 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas kenaikan biaya operasional pada tepung terigu 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72. Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.636.203.657
Layak
24,86%
Layak
1,18
Layak
1 thn 9 bln 7 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
122
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 18). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 7 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72. Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.639.813.609
Layak
24,89%
Layak
1,18
Layak
1 thn 9 bln 4 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 17, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 19). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Untuk
123
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72. Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.627.317.623
Layak
24,80%
Layak
1,18
Layak
1 thn 9 bln 11 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 18, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 20). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 11 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72. Dari kelima variabel tersebut
dinyatakan layak dengan kondisi 30%
modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut dikombinasikan antara variabel penurunan pendapatan sebesar 10% dengan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
124
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan analisis sensitivitas 30% modal pinjaman terdapat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Kombinasi Aanalisis Sensitivitas 30% Modal Pinjaman Komponen
Hasil Analisis Sensitivitas 30% Modal Pinjaman NPV (Rp)
IRR
Net B/C Ratio
Layak/ Tidak Layak
Payback Period
A. 30% Modal Pinjaman
641,202,052
24.90
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 4 Hr
a. Pendapatan -10%
335,050,407
22.59
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 4 Hr
b. Tepung Tapioka +20%
474,588,912
23.49
1.11
Layak
2Thn, 1 Bln 4 Hr
c. Minyak Goreng +20%
636,203,657
24.86
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 7 Hr
d. Minyak Tanah +20%
639,813,609
24.89
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 4 Hr
e. Tepung Terigu +20%
627,317,623
24.80
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 11 Hr
a+b
168,437,267
21.06
1.00
Layak
2Thn, 8 Bln 1 Hr
a+c
330,052,013
22.52
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 7 Hr
a+d
333,661,964
22.57
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 4 Hr
a+e
321,165,979
22.40
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 14 Hr
b+c
469,590,518
23.44
1.11
Layak
2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+d
473,200,469
23.48
1.11
Layak
2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+e
460,704,483
23.35
1.11
Layak
2Thn, 1 Bln 7 Hr
c+d
634,815,215
24.85
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 7 Hr
c+e
622,319,229
24.76
1.17
Layak
1Thn, 9 Bln 11 Hr
d+e
625,929,180
24.79
1.18
Layak
1Thn, 9 Bln 11 Hr
a+b+c
163,438,873
20.94
1.00
Layak
2Thn, 8 Bln 8Hr
a+b+d
167,048,825
21.03
1.00
Layak
2Thn, 3 Bln 4 Hr
a+b+e
154,552,839
20.72
1.00
Layak
2Thn, 8 Bln 16 Hr
a+c+d
328,663,570
22.50
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 7 Hr
a+c+e
316,167,585
22.33
1.06
Layak
2Thn, 3 Bln 18 Hr
b+c+d
468,202,075
23.43
1.11
Layak
2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+c+e
455,706,089
23.31
1.10
Layak
2Thn, 1 Bln 11 Hr
c+d+e
620,930,786
24.75
1.17
Layak
1Thn, 9 Bln 14 Hr
a+b+c+d
162,050,430
20.91
1.00
Layak
2Thn, 8 Bln 8 Hr
a+b+c+e
149,554,445
20.59
0.99
Tidak Layak
2Thn, 8 Bln 23 Hr
b+c+d+e
454,317,646
23.29
1.10
Layak
2Thn, 1 Bln 11 Hr
a+b+c+d+e
148,166,002
0.99
0.99
Tidak Layak
2Thn, 8 Bln 23 Hr
B. Kombinasi
125
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 30% Modal Pinjaman pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat dari nilai bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Usaha ini tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar 10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tiga dan empat variabel meliputi tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu. Dengan demikian, hasil kombinasi antara penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu sebesar 20% berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 15-42). 5.8.2. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) Pada analisis sensitivitas Usaha Kerupuk SKS variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan kondisi 100% modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut dikombinasikan. untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada Tabel 20.
126
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period (PP)
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.485.363.572
Layak
23,70%
Layak
1,12
Layak
1 thn 11 bln 23 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, penerimaan penurunan sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 44). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 11 bulan 23 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 74. Usaha ini masih layak apabila penurunan penerimaannya sampai pada batasan 20% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 20% maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis sensitivitas batas penerimaan turun 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 75.
127
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.624.902.077
Layak
24,90%
Layak
1,17
Layak
1 thn 9 bln 11 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 45). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 11 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 74. Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.786.516.822
Layak
25,75%
Layak
1,24
Layak
1 thn 7 bln 2 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
128
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 46). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 74. Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.790.126.774
Layak
25,77%
Layak
1,25
Layak
1 thn 7 bln 2 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 47). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Untuk
129
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 74. Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No
Alat Analisis
1
Net Present Value (NPV)
2
Internal Rate of Return (IRR)
3
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4
Payback Period
Hasil Analisis
Keterangan
Rp.777.630.778
Layak
25,70%
Layak
1,24
Layak
1 thn 3 bln 6 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 24, dapat diketahui bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 48). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 3 bulan 6 hari. Untuk hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 74. Dari kelima variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100% modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut dikombinasikan antara variabel penurunan pendapatan sebesar 10% dengan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
130
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Kombinasi Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) Komponen
Hasil Analisis Sensitivitas 100% Modal Sendiri Net B/C Layak/ Ratio Tidak Layak
NPV (Rp)
IRR
791,515,216
25.78
1.25
Layak
1 Thn, 7 Bln 2 Hr
a. Pendapatan turun -10%
485,363,572
23.70
1.12
Layak
1 Thn, 11 Bln 23 Hr
b. Tepung Tapioka +20%
624,902,077
24.90
1.17
Layak
1 Thn, 9 Bln 11 Hr
c. Minyak Goreng +20%
786,516,822
25.75
1.24
Layak
1 Thn, 7 Bln 2 Hr
d. Minyak Tanah +20%
790,126,774
25.77
1.25
Layak
1 Thn, 7 Bln 2 Hr
e. Tepung Terigu +20%
777,630,788
25.70
1.24
Layak
1 Thn, 3 Bln 6 Hr
a+b a+c a+d a+e
318,750,432 480,365,178 483,975,129 471,479,144
22.37 23.65 23.69 23.57
1.05 1.12 1.12 1.12
Layak Layak Layak Layak
2 Thn, 3 Bln 14 Hr 1 Thn, 11 Bln 26 Hr 1 Thn, 11 Bln 23 Hr 2 Thn, 1 Bln 4 Hr
b+c
619,903,682
24.86
1.17
Layak
1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+d
623,513,634
24.89
1.17
Layak
1 Thn, 9 Bln 11 Hr
b+e c+d c+e
611,017,648 785,128,379 772,632,394
24.79 25.74 25.67
1.16 1.24 1.24
Layak Layak Layak
1 Thn, 10 Bln 2 Hr 1 Thn, 8 Bln 2 Hr 1 Thn, 7 Bln 10 Hr
d+e
776,242,345
25.69
1.24
Layak
1 Thn, 7 Bln 1 Hr
a+b+c
313,752,038
22.30
1.05
Layak
2 Thn, 4 Bln 2 Hr
a+b+d a+b+e
317,361,989 304,866,004
22.35 22.17
1.05 1.05
Layak Layak
2 Thn, 4 Bln 2 Hr 2 Thn, 4 Bln 25 Hr
a+c+d
478,976,735
23.64
1.12
Layak
1 Thn, 11 Bln 26 Hr
a+c+e
410,943,036
23.55
1.09
Layak
2 Thn, 1 Bln 10 Hr
b+c+d
618,515,240
24.85
1.16
Layak
1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+c+e c+d+e a+b+c+d a+b+c+e b+c+d+e a+b+c+d+e
606,019,254 771,243,951 312,363,595 299,867,610 604,630,811 298,479,167
24.76 25.66 22.28 22.10 24.74 22.08
1.16 1.24 1.05 1.04 1.16 1.04
Layak Layak Layak Layak Layak Layak
1 Thn, 10 Bln 22 Hr 1 Thn, 7 Bln 10 Hr 2 Thn, 1 Bln 2 Hr 2 Thn, 4 Bln 2 Hr 1 Thn, 4 Bln 22 Hr 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
A. 100% Modal Sendiri
Payback Period
B. Kombinasi
131
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 100% Modal Sendiri pada Tabel 25, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, hasil kombinasi antara penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 21-42).
132
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan 1. Hasil analisis kelayakan finansial pada usaha Kerupuk SKS dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 30% modal pinjaman dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu. Payback period menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi mencapai 2.475.717 keping per tahun, atau dengan harga jual sebesar Rp.210 per keping. Penggunaan modal investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukan dengan nilai ROI sebesar 58% pada tahun ke-1, dan 57% pada tahun ke-2, 3, 4 dan 5. b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu. Payback period menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Penggunaan modal investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukan dengan nilai ROI sebesar 64% pada tahun ke-1, dan 63% pada tahun ke-2, 3, 4 dan 5.
133
2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil analisis sensitivitas 30% modal pinjaman tidak layak apabila terjadi penurunan penerimaan sebesar 10% disertai dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada semua varibel meliputi tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah, dan tepung terigu dan penurunan penerimaan sebesar 10% disertai dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada pada tiga variabel yaitu tepung tapioka, minyak goreng dan tepung terigu. b. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan variabel penurunan penerimaan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah, dan tepung terigu.
6.2. Saran Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan Usaha Kerupuk SKS penulis memberikan saran seperti dibawah ini: 1. Sebaiknya usaha ini dilaksanakan dengan menggunakan modal sendiri, karena dilihat dari hasil analisis sensitivitasnya usaha ini tidak berpengaruh bila terjadi penurunan penadapatan dan kenaikan biaya operasional . 2. Sesuai dari hasil analisis finansialnya dimana NPV positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga dan Net B/C Ratio lebih besar dari satu, sebaiknya usaha ini terus dilaksanakan dan dikembangkan, karena telah memiliki kriteria dalam kelayakan finansialnya.
134
DAFTAR PUSTAKA Aisah, Siti. Analisis Kelayakan Usaha Florist, Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002 Alireza, M. Israbi. Studi Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar, Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002 Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2006 Bakrie, Aburizal. Merebut Hati Rakyat. (Jakarta: PT Primamedia Pustaka, 2004). Badan Pusat Statistik. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 20012006. (Jakarta, 2001). Badan Pusat Statistik.Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR). (Jakarta, 2001). Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006.www.go.id.htm, Jakarta.04/21/2006, 8.15 PM. David. Fred R. Manajemen Strategis. Jilid 10 (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Emawati. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu Pada Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tanggerang, Propinsi Banten [Skripsi]: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2007 Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona, 1994) Gray, Clive, et al. Pengantar Evaluasi Proyek. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997). Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis. (Jakarta: PPM, 2003) Husnan, dan Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP. AMP YKPN, 2000).
135
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Ichsan. M, dkk. Studi Kelayakan Proyek Bisnis. (Malang: UNIBRAW, 2003). Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Ed rev Jilid 1 (Jakarta : Prenhallindo, 1997). Kotler, Philip & AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, perencanaan, implikasi dan pengendalian, Buku satu (Jakarta : Salemba, 1999) Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004) Prajnata, F. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan : Analisis Usahatani (Jakarta: Penebar Swadaya, 2002). Rewold, JD. Scott & M.R. Warshaw. Strategi Harga dalam Pemasaran. (Jakarta: PT. Bima Aksara, 1987). Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003). Soeharto, Iman. Studi Kelayakan Proyek Industri (Jakarta: Erlangga, 2002). Sugiono. Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2005) Suherliyanti, Lely. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2003. Susenas. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/ Lending Model Usaha Kecil Pada Kerupuk Ikan.2003.www.bi.go.idsipukidid.htm, Jakarta.01/21/2008, 09.37 PM. Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komperehensip., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003). Wahyono dan Marzuki. Pembuatan Aneka Kerupuk., Cet. 9. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
136
Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk SKS di Pondok Labu-Jakarta Selatan) Gambaran Umum Perusahaan 1. Bagaimana sejarah berdirinya usaha kerupuk SKS ? 2. Dimana alamat dan lokasi perusahaan ? 3. Bagaimana struktur organisasi dari perusahaan? Hasil dan Pembahasan 1. Aspek Pasar dan Pemasaran a. Apa saja bauran pemasaran yang ada pada usaha ini? b. Jenis produk ada yang dihasilkan oleh usaha ini? c. Berapa harga yang ditetapkan oleh usaha kerupuk SKS? d. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk yang dihasilkan? e. Berapa biaya promosi yang dikeluarkan oleh usaha ini? 2. Aspek Manajemen dan SDM a. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada usaha ini berjalan? b. Bagaimana sisitem gaji yang diterapkan untuk para pegawai? c. Berapa gaji yang diperoleh pegawai? d. Berapa jumlah pegawai? e. Apa rata-rata tingkat pendidikan pegawai? f. Berasal dari mana rata-rata pegawai? g. Bagaimana sisitem pengawasan terhadap pelaksanaan produksi?
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
137
3. Aspek Hukum a. Surat izin apa yang dimiliki oleh usaha ini? b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan? 4. Aspek Sosial a. Bagaimana pengaruh pendirian usaha ini terhadap masyarakat sekitarnya? b. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja usaha ini melibatkan masyarakat sekitarnya? c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar? 5. Aspek Lingkungan a. Apakah usaha ini mencemari lingkungan sekitarnya? b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada usaha ini? 6. Aspek Teknik dan Teknologi a. Bagaimana keadaan di lokasi pabrik? b. Jenis bahan baku apa yang digunakan dalam proses produksi? c. Dari mana bahan baku diperoleh dan dengan harga berapa? d. Berapa banyak penggunaan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tiap harinya? e. Bagaimana proses produksinya? f. Jenis produk apa yang dihasilkan? g. Berapa jumlah produksi per harinya? h. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimiliki serta pemanfaatannya? Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
138
7.
Aspek Finansial a. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan usaha ini? b. Sumber modalnya berasal dari mana? c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan untuk bangunan pabrik dan sewa lahan? d. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat transportasi (Mobil, Motor, dan Becak kerupuk)? e. Berapa harga masing-masing dari mesin yang digunakan (Hidrolik, Molen, dan Pompa air)? f. Berapa harga masing-masing dari peralatan yang digunakan (mixer, oven, ebek, wajan, sarang, dorongan, jaring, ember, kaleng, timbangan dan tempat pengukusan)? g. Berapa besar gaji yang dikeluarkan untuk pegawai? h. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha ini untuk pembelian (sagu, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, dan ikan tongkol)? i. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh usaha ini?
139
Lampiran 2. Layout Perusahaan
G
F E
H J K
I
D
L
B A
C
Keterangan: A. Pintu (gerbang) masuk G. Tempat Pencucian alat-alat Produksi B. Rumah Bapak H. Manan H. Kamar Pegawai C. Gudang Bahan Baku I. Tempat penjemuran dan parkir D. Tempat pembuatan adonan. J. Gudang peralatan E. Tempat produksi K. Tempat Penggorengan F. Tempat Pengovenan L. Warung makan (kantin)
68
Lampiran 3. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006
Tahun
Nilai (%)
2001 2002 2003 2004 2005 2006
12,06 11,41 6,25 6,15 8,80 14,55
Rata-rata
9,87 dibulatkan (10%)
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Lampiran 4. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata
Nilai (%) 17,11 18,03 17,04 14,67 13,87 15,50 16,04 % (16%)
Sumber : BPS (Diolah)
Lampiran 5. Perhitungan BEP Per Tahun
69
A. Total Biaya Produksi = 742.715.000 B. Total Produksi
= 3.528.000
C. Harga Jual
= 300
Rumus =
BEP Harga Jual =
Total Biaya Produksi Total Produksi
BEP Untuk Volume Produksi =
Total Biaya Produksi Harga Jual Produksi
742.715.000 BEP Harga
= 3.528.000 = 210 742.715.000
BEP Produksi = 300 = 2.475.717
Lampiran 6. Proses Produksi Kerupuk SKS
Pembuatan bumbu (mixer) Pembuatan adonan (pencampuran bumbu, sagu dan tepung tapioka)
70
Pencetakan (Hidrolik) Pengovenan (selama 5-10 menit) Penjemuran (sinar matahari) Pengeringan Penggorengan Penggetasan (mengeringkan dari sisa minyak) Pengemasan (becak kerupuk) Pendistribusian
71
Lampiran 7. Biaya Tetap Kerupuk SKS No 1 2
3
4
5
Komponen Bangunan dan Sewa Sarana Transportasi a. Mobil b. Motor c. Becak Kerupuk Mesin a. hidrolik (pencetakan) b. Molen c. Pompa Air Peralatan a. Ebek b. Oven c. Wajan d. Sarang e. Kaleng f. Dorongan (roling) g. Jaring h. Bak (tempat adonan) i. Ember Kecil j. Ember Besar k. Timbangan l. Corong m. Keranjang Gaji a. Pegawai Tetap b. THR c. Kebersihan dan Keamanan Total Biaya Tetap
Tahun 0 500.000.000
1
2
3
91.500.000 12.500.000 6.000.000
91.500.000 12.500.000 6.000.000
91.500.000 12.500.000 6.000.000
91. 12. 6.
742.715.000 110.000.000 110.000.000
110.000.000
110.
40.000.000 12.000.000 60.000.000 25.000.000 18.000.000 1.800.000 1.875.000 1.000.000 2.400.000 5.200.000 72.000.000 800.000 300.000 400.000 100.000 160.000 1.500.000 40.000 140.000
72
No
Uraian 1
1 2
Pendapatan Pengeluaran
4 5 6
2
1.058.400.000 1.058.400.000 1.058.400.000 1
a. Biaya operasional
428.958.000
428.958.000
428.958.000
4
b. Biaya gaji tetap
110.000.000
110.000.000
110.000.000
1
83.043.000
83.043.000
83.043.000
436.399.000 44.562.900 35.650.320
436.399.000 44.562.900 35.650.320
436.399.000 44.562.900 35.650.320
356.185.780 35.618.578 320.567.202 0 320.567.202 320.567.202
356.185.780 35.618.578 320.567.202 8.014.180 312.553.022 312.553.022
356.185.780 35.618.578 320.567.202 8.014.180 312.553.022 312.553.022
c. Penyusutan
3
Tahun 3
Pendapatan Kotor a. Angsuran 20% b. Biaya Bunga Pendapatan Setelah Bunga dan Angsuran Pajak 10% Pendapatan Setelah Pajak Zakat 2,5% Pendapatan Setelah Zakat Rugi/ Laba
73
4
Lampiran 49. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% dan Kenaikan Biaya Operasional Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No Uraian Tahun 0 1 2 3 1 Pendapatan
a. Penjualan Kerupuk b. Pendapatan Tambahan
2
0
Total Pendapatan Total Biaya a. Biaya Investasi
952.560.000 0
952.560.000 0
952.560.00
952.560.000
952.560.000
952.560.00
742.715.000
b. Biaya operasional
0
486.558.000
486.558.000
486.558.00
c. Biaya gaji tetap
0
110.000.000
110.000.000
110.000.00
d. Penyusutan
0
83.043.000
83.043.000
83.043.00
742.715.000 742.715.000 0 742.715.000
679.601.000
679.601.000
679.601.00
272.959.000 27.295.900
272.959.000 27.295.900
272.959.00 27.295.90
245.663.100 0 245.663.100
245.663.100 6.141.578 239.521.523
245.663.10 6.141.57 239.521.52
83.043.000
83.043.000
83.043.00
328.706.100 302,33
322.564.523 310,08
322.564.52 310,0
Total Biaya 3 4
Pendapatan Kotor Pajak 10%
5 6 7
Pendapatan Setelah Pajak Zakat 2,5% Pendapatan Setelah Zakat
8
Penyusutan
9
Pendapatan Bersih ROI (%)
10
DF 16%
11
PV Pada DF 16%
12
DF 24%
0 742.715.000 0
1 0,862 0,743 0,64 742.715.000 283.367.327,59 239.717.986,40 206.653.436,5 1
0,714
0,510
74
0,36
13
PV Pada DF 24%
742.715.000 234.790.071,43 164.573.735,97 117.552.668,5
14 15 16 17 18
Total NPV Pada DF 16% Total NPV Pada DF 24% IRR (%) Net B/C Ratio Payback Period
318.750.432 (81.856.481) 22,37 1,05 2,29
Layak Layak 2 Tahun 3 Bulan 14 Hari
75
Lampiran 76. Analisis Sensitivitas Batas penurunan Penerimaan 10% Kerupuk SKS (30% M
No
Uraian
Tahu 0
1
1
2
891.172.800
891.172.800
8
891.172.800
891.172.800
8
b. Biaya operasional
0 428.958.000
428.958.000
4
c. Biaya gaji tetap
0
110.000.000
110.000.000
1
d. Penyusutan
0
83.043.000
83.043.000
742.715.000 742.715.000
622.001.000
622.001.000
269.171.800
269.171.800
Pendapatan Penjualan Kerupuk -15,8% Total Pendapatan
2
Aliran Kas Biaya a. Biaya Investasi
Total Biaya 3 4
Pendapatan Kotor
742.715.000
a. Angsuran 20%
0 44.562.900
44.562.900
4
b. Biaya Bunga
0 35.650.320
35.650.320
3
5
Pendapatan Setelah Bunga dan Angsuran Pajak 10%
6 7 8
Pendapatan Setelah Pajak Zakat 2,5% Pendapatan Setelah Zakat
9 10
Penyusutan Bunga (1-Pajak)
11 12
Pendapatan Bersih ROI (%) DF 16%
13 14 15
PV Pada DF 16% DF 24% PV Pada DF 24%
188.958.580 188.958.580 1 0 18.895.858 18.895.858 742.715.000 170.062.722 170.062.722 0 4.251.568 170.062.722 165.811.154
0 83.043.000 83.043.000 0 24.955.224 24.955.224 742.715.000 278.060.946 273.809.378 2 0 436,73 375,13 1 0,86 0,74 742.715.000 239.707.712 203.484.972 1 0,77 0,59 -
76
742.715.000 213.893.035 16 17 18 19 20
NPV Pada DF 16% NPV Pada DF 24% IRR (%) Net B/C Ratio Payback Period
157.482.453 (72.562.724) 20,79 1,00 2,70
162.017.383
Layak Layak 2 Tahun 8 Bulan 12 Hari
77
1
Lampiran 77. Dokumentasi Usaha Kerupuk SKS
Ibu. Hj. Manan
Pembuatan Adonan
Proses pencetakan
Proses Pengepakan
Proses Pengovenan
Proses Pengeringan
78
Jakarta, 23 Maret 2008 Perihal
: Surat Keterangan Penelitian.
Kepada Yth. Bpk Drs.U.Maman, M.Si PudekBidang Akademik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta Dengan Hormat, Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa Nama Nim Jurusan Fakultas
: Taufan Sukmo S. : 101092023411 : Agribisnis : Sains dan Teknologi
Telah melakukan penelitian di Usaha Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan sejak bulan Februari s/d Maret Tahun 2006 dalam rangka penelitian penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan). Demikian surat keterangan ini saya buat untuk dipergunakan sebagamana mestinya.
Pimpinan Usaha Kerupuk SKS
Bp. Manan
79
RINGKASAN TAUFAN SUKMO SANTOSO. 101092023411. Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan). (Dibawah bimbingan INDOYAMA NASARUDDIN dan ENY DWININGSIH).
Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Dengan potensi sumber daya alam, Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan perikanan yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Pemberdayaan disektor pertanian dan industri yang tepat, dapat memberikan konstribusi bagi pembangunan nasional. Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait, dimana sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah. Salah satu industri yang mengolah hasil pertanian adalah industri kerupuk. Industri kerupuk memiliki potensi untuk dikembangkan. Bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas hidup memberi dampak terhadap peningkatan permintaan kerupuk. Kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak dalam pembuatan kerupuk. Melihat akan prospek usaha ini, maka usaha kerupuk SKS diperlukan penanganan yang tepat agar kedepannya dapat berkembang dan mampu bersaing. Industri Kerupuk SKS membutuhkan informasi dengan menganalisis studi kelayakan usaha baik melalui kualitatif maupun kuantitatif dalam proses mengembangkan dan menjalankan usahanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kelayakan finansial usaha kerupuk SKS dan menganalisis tingkat sensitivitas terhadap perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006 dengan teknik pengambilan sampel secara purposive. Analisis kualitatif mencakup aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial aspek, dampak lingkungan dan aspek pemasaran. Sedangkan analisis kuantitatif mencakup aspek finansial dengan perhitungan terhadap Cash flow, NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periods (PP), Return On Investement (ROI), Break Event Point (BEP) dan Analisis Sensitivitas. Hasil analisis menunjukan bahwa usaha kerupuk SKS ini termasuk usaha skala kecil, dan memiliki potensi untuk lebih berkembang karena memiliki kualitas dan rasa yang baik. Usaha Kerupuk SKS ini telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada tahun 1992. Teknologi yang digunakan tergolong menengah. Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan lingkungan masyarakat di sekitar
80
lokasi, karena limbah yang dihasilkan tidak menggandung zat kimia yang berbahaya. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha kerupuk SKS dengan perhitungan modal pinjaman 30% didapatkan NPV sebesar 641.202.052, IRR sebesar 24,90%, B/C Rasio sebesar 1,18 dan ROI sebesar 0,58 pada tahun pertama, sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,57. Untuk hasil Pay Back Periods adalah selama 1 tahun 7 bulan 4 hari. Untuk hasil perhitungan 100% modal sendiri didapatkan NPV sebesar 791.515.216, IRR 25,78%, B/C Rasio sebesar 1,25 dan ROI sebesar 0,64 pada tahun pertama, sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,63. Pay Back Periods adalah selama 1 tahun 5 bulan 9 hari. Hasil analisis BEP untuk harga jual Rp.210,- dan untuk BEP volume produksi adalah 2.475.717 keping. Analisis aspek finansial yang dihasilkan pada perhitungan simulasi dengan perhitungan modal pinjaman dan modal sendiri menunjukan bahwa usaha kerupuk SKS layak dilaksanakan. Untuk perhitungan analisis sensitivitas 30% modal pinjaman tidak layak dilaksanakan apabila terjadi penurunan penerimaan sebesar 10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng dan tepung terigu, sehingga untuk penurunan penerimaan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu akan tidak layak dilaksanakan. Sedangkan untuk analisis sensitivitas 100% modal sendiri yang terjadi pada variabel pengurangan pendapatan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu usaha ini layak untuk dilaksanakan.
81
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir. Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid. Macam-macam datanya Kualitatif Diskrit
Macam Data
Ordinal Kuantitatif Kontinum
Interval
Ratio
1 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan kalimat. 2 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. 2.1. Data Diskrit/Nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah, secara diskriptif atau kategori. 2.2. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. 2.2.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. 2.2.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (absulut/mutlak).
82
2.2.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir.
83
Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid. Macam-macam datanya Kualitatif Diskrit
Macam Data
Ordinal Kuantitatif Kontinum
Interval
Ratio
3 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan kalimat. 4 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. 2.3. Data Diskrit/Nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah, secara diskriptif atau kategori. 2.4. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. 2.4.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. 2.4.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (absulut/mutlak). 2.4.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
84
85
86