VII . ANALISIS ASPEK FINANSIAL
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif usaha pembesaran ikan bandeng pada Keramba Jaring Apung. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria– kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback period. Untuk menganalisis dengan empat kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Selain itu juga dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukkan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Untuk mencari batas maksimal suatu perubahan sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak maka analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value perlu dilakukan. Umur proyek ditetapkan selama tujuh tahun, hal ini berdasarkan atas ketahanan bangunan keramba jaring apung yaitu berkisar tujuh tahun, karena setelah tujuh tahun bangunan banyak yang harus direnovasi. Atas dasar itu umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis bangunan.
7.1 Analisis Biaya Komponen biaya akan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung.
7.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi yang diperhitungkan dalam cashflow terdiri dari : biaya investasi awal yang dikeluarkan pada tahun ke satu dan biaya reinvestasi yang
60
muncul pada saat proyek berjalan. Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi pembuatan keramba jaring apung serta biaya investasi perlengkapan. Total investasi awal untuk lima unit KJA sebesar Rp 90.410.000,00. Rincian biaya investasi awal usaha pembesaran ikan bandeng pada keramba jaring apung untuk lima unit KJA dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 16. Rincian Biaya Investasi Pembesaran Ikan Bandeng dengan KJA di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi Biaya Investasi
Umur Teknis
Satuan
Jumlah Unit
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
1
2
3
4
5
6=4x5
a) Bambu
7
Batang
300
20.000
6. 000.000
b) Besi
7
Batang
185
80.000
14.800.000
c) Kayu Kaso
7
Batang
300
2.500
750.000
d) Drum/busa stryofom
7
Buah
185
35.000
6.475.000
e) Paku
7
Kg
25
9.000
225.000
f) Tambang
7
Kg
100
33.000
3.300.000
h) Bandul/Pemberat
7
Buah
160
10.000
1.600.000
g) Jangkar
7
Buah
20
200.000
4.000.000
i) Bahan Jaring
7
Kg
500
60.000
30.000.000
j) Biaya Pengerjaan
7
Orang
5
1.000.000
5.000.000
k) Rumah Jaga
7
Unit
1
5.000.000
5.000.000
l) Perahu
7
Unit
1
7.000.000
7.000.000
m) Ember plastik
2
Buah
6
10.000
60.000
o) Serok
3
Buah
8
20.000
160.000
p) Baskom Plastik
2
Buah
4
10.000
40.000
10
Buah
1
2.000.000
2.000.000
20
50.000
1.000.000
1
3.000.000
3.000.000
q) Tabung Oksigen berat kotor 75 kg r) Plastik bag s) Genset
1 10
Kg Buah
Total Biaya Invesasi
90.410.000
Komponen biaya yang diperhitungkan dalam biaya reinvestasi merupakan komponen-komponen yang meiliki umur teknis kurang dari tujuh tahun. Biaya reinvestasi muncul pada tahun ke dua yaitu untuk mengganti biaya perlengkapan yang mengalami kerusakan. Rincian biaya Re-investasi dapat dilihat pada Tabel 17.
61
Tabel 17. Rincian Biaya Re-investasi Rincian Biaya Investasi Pembesaran Ikan Bandeng dengan KJA di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi No
umur
Jumlah Biaya
teknis
(Rp)
nilai reinvestasi (Rp)
Komponen investasi 1
2
3 80.000
4
5
6 80.000
1
Serok
3
80.000
2
ember plastik
2
60.000
60.000
60.000
60.000
3
baskom plastik
2
40.000
40.000
40.000
40.000
4
Plastik bag Total Biaya Reinvestasi
1
50.000 230.000
50.000 50.000
50.000 150.000
50.000 130.000
50.000 150.000
50.000 50.000
50.000 230.000
7
50.000 50.000
7.1.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel, biaya operasional dikeluarkan pada tahun kesatu sampai tahun tujuh. Pada tahun pertama biaya operasional yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tahun ke dua sampai tahun ke tujuh. Hal ini disebabkan karena periode awal digunakan untuk melakukan investasi pembuatan keramba, pada tahun itu skala produksi masih kecil.
7.1.2.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. Komponen biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan bandeng pada KJA terdiri dari retribusi izin usaha perikanan, biaya perawatan jaring, gaji/upah karyawan, serta angsuran pinjaman (jika menggunakan pinjaman). Adapun rincian dari biaya tetap tersebut adalah sebagai berikut : a) Retribusi izin perikanan Sesuai dengan Perda Kabupaten Bekasi No. 6 Tahun 2007 mengenai Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Perikanan dan Kelautan dinyatakan bahwa usaha pembudidayaan ikan pada KJA diwajibkan
memiliki
izin
dan
yang memiliki lebih dari lima unit dikenakan
retribusi
sebesar
Rp 2.500,00/kolam/bulan, atau Rp 30.000,00/kolam/ tahun, sehingga beban yang dikenakan untuk lima unit keramba jaring apung sebesar Rp 150.000,00/ tahun. 62
b)
Biaya Perawatan Jaring
Biaya perawatan jaring dikeluarkan setiap kali selesai panen ikan yaitu sebanyak tiga kali per tahunnya. Perawatan jaring dikerjakan oleh dua orang pekerja selama dua hari. Besarnya biaya perawatan jaring sebanyak tiga kali yaitu sebesar Rp 18.000.000,00. Penetapan besarnya biaya perawatan diperoleh berdasarkan estimasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu petani dan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi. c) Gaji/upah Biaya gaji dikeluarkan setiap bulan. Penetapan gaji berdasarkan upah minimun regional Kabupaten Bekasi. Upah minimum regional Kabupaten Bekasi tahun 2010 sebesar Rp 1.168.974,00 per bulan, sedangkan gaji/ upah yang akan dikeluarkan adalah sebesar 1.500.000,00 per orang/bulan. Total biaya gaji/ upah yang
dikeluarkan
untuk
dua
orang
karyawan
per
bulannya
sebesar
Rp 3.000.000,00 atau Rp 36.000.000,00 per tahun. d) Biaya Cicilan Pinjaman Modal Analisis finansial kelayakan usaha pembesaran ikan bandeng pada KJA di Kecamatan Muara Gembong
akan menggunakan skenario perolehan modal
pinjaman dari Bank sebesar Rp 90.410.000,00 Lamanya pinjaman tersebut tujuh tahun sesuai dengan umur proyek, rumus yang digunakan yaitu rumus perhitungan angsuran kredit dengan annuity (nilai angsuran tetap). Adapun rincian perhitungan cicilan pinjaman pokok dan bunga pinjaman dapat di lihat pada Tabel 21.
Angsuran per Tahun = pinjaman x {interest x (1 + interest)^periode} {(1 + interest)^periode – 1}
63
Tabel 18. Angsuran Pembayaran Pinjaman Perhitungan Pembayaran Kredit No Uraian 1 Pinjaman 2 Jangka Waktu Pengembalian (tahun) 3 Tingkat Suku Bunga 4 Angsuran Kredit per Tahun Pembayaran Angsuran Pinjaman No Tahun Pokok Pinjaman Biaya Bunga 1 2009 8.689.378 11.753.300 2 2010 9.818.997 10.623.681 3 2011 11.095.466 9.347.211 4 2012 12.537.877 7.904.801 5 2013 14.167.801 6.274.877 6 2014 16.009.615 4.433.062 7 2015 18.090.865 2.351.812
Keterangan Rp90.410.000 7 13% Rp20.442.678 Angsuran 20.442.678 20.442.678 20.442.678 20.442.678 20.442.678 20.442.678 20.442.678
Sisa Pokok Pinjaman 81.720.622 71.901.625 60.806.159 48.268.282 34.100.481 18.090.865 0
7.1.2.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi berlangsung. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, pembelian benih ikan bandeng, biaya angkut benih, obat-obatan, bonus karyawan, bahan bakar minyak, dan isi ulang oksigen. Berdasarkan perhitungan biaya variabel pada tahun pertama menunjukkan bahwa komponen terbesar biaya variabel berasal dari pembelian pakan mencapai Rp 112.500.000,00/ musim tebar (MST). Besarnya biaya pakan dikarenakan pemeliharaan ikan bandeng pada KJA memerlukan intensifikasi pemberian pakan buatan dan adanya keterbatasan ruang gerak ikan bandeng dalam hal mencari pakan alami. Pembelian benih sebesar 1.000 kg berdasarkan pada padat penebaran dari keramba yang optimal, yaitu sebesar 5000 ekor. Benih yang ditebar berjenis benih gelondongan atau kisaran berat per ekornya sebesar 150-200 gram. Satu kilogram benih gelondongan berjumlah 5-6 ekor ikan, maka 1.000 kg benih gelondongan sama dengan 5.000-6.000 ekor. Harga satu kilogram benih gelondongan yaitu Rp 23.000,00 maka biaya yang dibutuhkan untuk benih gelondongan sebesar Rp 23.000.000,00/ MST. 64
Biaya angkut benih dikeluarkan pada saat akan dilakukan penebaran benih yaitu sebanyak satu kali dalam satu masa tebar atau empat bulan. Besarnya biaya sebesar Rp 1.000.000. Penetapan besarnya biaya angkut benih diperoleh berdasarkan estimasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu petani dan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi. Bandeng yang dibudidayakan di laut umumnya lebih tahan dari parasit dan hampir tidak didapatkan organisme yang bersifat patogen, oleh karena itu biaya obat-obatan untuk usaha pembesaran ikan bandeng pada KJA merupakan komponen biaya variabel yang terkecil yaitu sebesar Rp 150.000,00/ tahun. Pemberian bonus dimaksudkan agar karyawan termotivasi, sehingga bisa memberikan layanan terbaik untuk perusahaan. Pemberian bonus dilakukan dengan memberikan sejumlah uang sebesar Rp 200.000,00/MST setelah dilakukan pemanenan ikan bandeng. Total biaya yang dikeluarkan per tahun untuk bonus dua orang karyawan sebesar Rp 1.200.000,00. Pemberian uang bonus dilakukan secara periodik bulanan, digabung dengan gaji bulanan. Besaran bonus bisa berubah, bisa bertambah bahkan berkurang tergantung dari kinerja perusahaan. Bahan bakar minyak (BBM) digunakan untuk pemakaian genset dan sebagai bahan bakar perahu. Diestimasikan per tahun pemakaian BBM 250 liter atau per bulannya berkisar sebanyak 20 liter, maka dengan mengacu kepada harga bensin pada saat ini sebesar Rp 4.500,00 maka biaya BBM yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 1.125.000,00. Oksigen diperlukan untuk memberi udara kepada plastik-plastik tempat panen ikan. Dalam satu tahun diestimasikan dilakukan 10 kali pengulangan pengisian oksigen. Biaya untuk satu kali pengulangan pengisian sebesar Rp 500.000,00 maka untuk satu tahun dengan 10 kali pengulangan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5.000.000,00. Rincian biaya variabel untuk usaha pembesaran ikan bandeng pada KJA tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 19 dan untuk rincian biaya variabel tahun-tahun
berikutnya dapat dilihat pada
Lampiran 11 sampai Tabel 16.
65
Tabel 19. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Tahun Pertama No
Komponen Biaya
1
Jumlah Unit
Satuan
2
3
Harga Satuan (RP)
4
Jumlah Biaya
5
6=4X5
Musim Tanam 1 1
Pakan
Kg
750
150.000
112.500.000
2
Kg
1.000
23.000
23.000.000
3
Benih Biaya angkut benih
Kali
1
1.000.000
1.000.000
4
obat-obatan
Pot
5
30.000
150.000
5
bonus karyawan
orang/bulan
2
50.000
400.000
6
BBM
liter/tahun
250
4.500
1.125.000
7
isi ulang oksigen
ulangan
10
500.000
5.000.000 Rp 143.175.000
Jumlah Musim Tanam 2 1
Pakan
Kg
750
150.000
112.500.000
2
Kg
1.000
23.000
23.000.000
3
Benih Biaya angkut benih
Kali
1
1.000.000
4
obat-obatan
Pot
5
30.000
150.000
5
bonus karyawan
orang/bulan
2
50.000
400.000
6
BBM
orang/bulan
250
4.500
1.125.000
7
isi ulang oksigen
ulangan
10
500.000
5.000.000 Rp 142.175.000
Jumlah Musim Tanam 3 1
Pakan
Kg
750
150.000
112.500.000
2
Kg
1.000
23.000
23.000.000
3
Benih Biaya angkut benih
Kali
1
1.000.000
1.000.000
4
obat-obatan
Pot
5
30.000
150.000
5
bonus karyawan
orang/bulan
2
50.000
400.000
6
BBM
orang/bulan
250
4.500
1.125.000
7
isi ulang oksigen
Ulangan
10
500.000
5.000.000
Jumlah Jumlah biaya variabel tahun pertama
Rp143.175.000 Rp428.525.000
7.2 Analisis Manfaat Analisis finansial usaha lebih menitik beratkan pada manfaat yang didapat di nilai dengan uang (tangible benefit). Arus manfaat pada bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan ikan bandeng, pinjaman, dan nilai sisa.
66
Tabel 20. Penerimaan Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi No
Masa Tebar (MST) 1
1
2
3
4
5
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
0
0
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000 150.000.000
Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000 450.000.000
Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
450.000.000 Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000 450.000.000
Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000 450.000.000
Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
Total penerimaan tahun 6 Masa Tebar (MST)
7
(kg) 0
Total penerimaan tahun 5 Masa Tebar (MST)
6
(Rp)
0
Total penerimaan tahun 4 Masa Tebar (MST)
5
Penerimaan
Jumlah
10.000
Total penerimaan tahun 3 Masa Tebar (MST)
4
produksi
Penjualan Ikan Bandeng
Total penerimaan tahun 2 Masa Tebar (MST)
3
Harga satuan
1
Total penerimaan tahun 1 Masa Tebar (MST)
2
Komponen
450.000.000 Komponen
Harga satuan
produksi
Penerimaan
(Rp)
(kg)
Jumlah
1
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
2
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
3
Penjualan Ikan Bandeng
10.000
15.000
150.000.000
Total penerimaan tahun 7
450.000.000
67
7.2.1. Penerimaan Penjualan Ikan Bandeng Ikan bandeng dijual dalam bobot kilogram, dalam lima unit keramba potensi panen bisa mencapai 15.000 kg/ MST. Harga jual yang diterapkan yaitu Rp
10.000,00/
kg.
Maka
pendapatan
yang
diperoleh
mencapai
Rp. 150.000.000,00/ kg/ MST, atau dalam satu tahun pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 450.000.000,00.
Hasil proyeksi tujuh tahun kedepan
menujukan bahwa nilai penjualan pada tahun pertama lebih kecil dibandingkan tahun–tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena periode awal digunakan untuk melakukan investasi pembuatan keramba, pada periode awal skala produksi masih kecil.
7.2.2. Penerimaan Pinjaman dari Bank Analisis kelayakan finansial bisnis ini akan menggunakan dua skenario modal usaha yaitu skenario seluruhnya modal sendiri (skenario I) dan skenario mendapatkan pinjaman dari Bank (skenario II), besarnya modal sendiri dan pinjaman ditentukan dari besarnya investasi yang dikeluarkan, adapun biaya investasinya yaitu sebesar Rp 90.410.000,00
7.2.3. Nilai Sisa Pada penelitian ini diperoleh nilai sisa invetasi pada akhir tahun ke tujuh adalah sebesar Rp 1.500.000,00. Nilai sisa ini berasal dari investasi yang belum habis umur ekonomisnya pada tahun tujuh yang masih mempunyai nilai ekonomis untuk dijual kembali. Nilai sisa diperhitungkan sebagai penerimaan pada tahun ke tujuh. Rincian nilai sisa disajikan pada Tabel 21.
68
Tabel 21. Jumlah Nilai Sisa Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi No
Jenis Investasi
1
Bambu
2
Besi
3
Kayu Kaso
4
Drum/busa stryofom
5
Paku
6
Tambang
7
0
750.000
7
107.143
0
6.475.000
7
925.000
0
225.000
7
32.143
0
3.300.000
7
471.429
0
7
228.571
0
7
571.429
0
7
4.285.714
0
7
714.286
0
7
714.286
0
7
1.000.000
0
60.000
2
30.000
0
160.000
3
53.333
0
40.000
2
20.000
0
2.000.000
10
1.000.000
1
1.000.000
0
3.000.000 Total Penyusutan per Tahun
10
210.000
900.000
13.474.762
1.500.000
1.600.000 4.000.000 30.000.000 5.000.000 5.000.000 7.000.000
Ember plastik
14
Serok
15
Baskom Plastik Tabung Oksigen berat kotor 75 kg Plastik bag
18
Genset
7.3
(Rp)
2.114.286
Perahu
17
per Tahun
7
13
16
(Tahun)
14.800.000
Rumah Jaga
12
(Rp)
0
Biaya Pengerjaan
11
Nilai Sisa
857.143
Bahan Jaring
10
Penyusutan
7
Jangkar
9
Umur Pakai
6.000.000
Bandul/Pemberat
8
Nilai Beli
140.000
600.000
Analisis Laba Rugi Analisis finansial membahas proyeksi laba/ rugi yang bertujuan untuk
mengetahui posisi keuangan dari suatu proyek atau usaha yang akan dijalankan. Dalam penyusunan laporan laba rugi terdapat komponen biaya penyusutan yang didapat dari investasi.
Besarnya biaya
penyusutan per tahun
yaitu
Rp 13.474.762,00. (Tabel 20). Rumus yang digunakan dengan metode penghitungan garis lurus. Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa Umur Pakai
69
Tabel 22. Rincian Biaya Penyusutan Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi N o
Jenis Investasi
Nilai Beli (Rp)
1
Bambu
2
Besi
Umur Pakai (Tahun)
Penyusutan per Tahun 857.143
Nilai Sisa (Rp)
6.000.000 14.800.00 0
7
750.000
7
107.143
0
6.475.000
7
925.000
0
225.000
7
32.143
0
7
2.114.286
0 0
3
Kayu Kaso
4
Drum/busa stryofom
5
Paku
6
Tambang
3.300.000
7
471.429
0
7
Bandul/Pemberat
1.600.000
7
228.571
0
8
Jangkar
7
571.429
0
Bahan Jaring
4.000.000 30.000.00 0
10
Biaya Pengerjaan
5.000.000
7
714.286
0
11
Rumah Jaga
5.000.000
7
714.286
0
7
1.000.000
0
2
30.000
0
3
53.333
0
40.000
2
20.000
0
2.000.000
10
9
12
Perahu
13
Ember plastik
14
Serok
15 16 17 18
7.000.000 160.000
Baskom Plastik Tabung Oksigen berat kotor 75 kg Plastik bag Genset
60.000
1.000.000 3.000.000
7
4.285.714
140.000
0
600.000
1
1.000.000
0
10
210.000
900.000 1.500.00 0
Total Penyusutan per Tahun
13.474.762
Analisis laba rugi juga digunakan untuk mengetahui perkembangan laba usaha setiap tahunnya. Rincian perhitungan laba rugi skenario pertama dengan modal sendiri dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 dan Rincian perhitungan laba rugi skenario ke dua dengan pinjaman bank dapat dilihat Tabel Lampiran 7, perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan berpengaruh juga terhadap Cashflow. Berdasarkan data terlihat bahwa dengan analisis laba rugi pada skenario I, didapat laba yang lebih besar dibandingkan dengan laba yang diperoleh dari skenario II. Hal ini dikarenakan pada skenario I tidak dibebani oleh biaya bunga
70
pinjaman modal kepada Bank. Pada Tabel 22 terlihat perbandingan antara laba rugi skenario I dan Skenario II yang telah dikutip dari lampiran.
Tabel 23. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi No
1 2 3 4 5 6 7
7.4.
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Nilai Skenario I (DF 7 %) Skenario II (Df 13 %) (Rp) (Rp) -207.809.762 -219.563.062 48.262.679 40.294.918 48.187.679 41.177.270 48.142.679 42.214.078 48.187.679 43.481.521 48.142.679 44.817.882 48.142.679 46.423.820
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Analisis kelayakan finansial digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan
pendirian usaha pembesaran ikan bandeng pada KJA, kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan finansial adalah kriteria penilaian investasi yang meliputi analisis NPV, IRR, Net B/C, serta PP. Analisis kelayakan ini menggunakan dua skenario yaitu modal sendiri dan mendapatkan pinjaman dari Bank sebesar Rp 90.410.000,00. Rincian perhitungan cashflow kedua skenario tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 (skenario I) dan Tabel Lampiran 6 (skenario II). Hasil analisis kelayakan finansial pengusahaan pembesaran ikan bandeng pada KJA kedua skenario yang telah dikutip dari lampiran 1 dan 6 dapat dilihat pada Tabel 23.
71
Tabel 24. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Bandeng pada KJA Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Hasil Penilaian No Kriteria Kelayakan Skenario I (DF 7 %) Skenario II (DF 13 %) Rp178.497.437 Rp46.953.718 1 NPV 2,84 1,75 2 Net B/C 55% 26% 3 IRR 2,4 4,7 4 PP Berdasarkan Tabel 23, terlihat bahwa hasil NPV skenario I pada tingkat diskonto 7 persen memiliki nilai yang lebih besar dari pada nol. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan bisnis pembesaran ikan bandeng pada KJA menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat sebesar Rp 178.497.437,00 selama jangka waktu tujuh tahun. Nilai Net B/C skenario I adalah 2,84 atau lebih besar dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini untuk pengusahaan bisnis pembesaran ikan bandeng pada KJA sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 3,50. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, pengusahaan bisnis ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh dari skenario I yaitu 55 persen. Nilai ini berada di atas nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 7 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, terlihat bahwa skenario I akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan usaha berjalan selama 2 tahun 4 bulan. Hal ini menunjukkan usaha ini layak karena pengembalian investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir. NPV skenario II pada tingkat diskonto 13 persen memiliki nilai yang lebih besar dari pada nol. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan bisnis pembesaran ikan bandeng pada KJA menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat sebesar Rp 46.856.718,00 selama jangka waktu tujuh tahun. Nilai Net B/C skenario II adalah 1,75 atau lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran investasi saat ini untuk pengusahaan bisnis pembesaran ikan bandeng pada KJA sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan nilai
72
pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 1,75. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, pengusahaan bisnis ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh dari skenario II yaitu 26 persen. Nilai ini berada di atas nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 13 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, terlihat bahwa skenario II akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan usaha berjalan selama 4 tahun 7 bulan. Hal ini berarti menunjukkan usaha ini layak karena pengembalian investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir. Kedua skenario berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, namun jika dibandingkan antara skenario I dan skenario II maka skenario I lebih layak dibandingkan dengan skenario II. Hal ini dikarenakan NPV, IRR, dan Net B/C skenario I lebih besar dibandingkan dengan skenario II dan PP pada skenario I lebih cepat dibandingkan dengan skenario II. 7.5. Switching Value (Nilai Pengganti) Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan biaya dan manfaat sehingga keuntungan mendekati normal dimana NVP sama dengan nol, IRR sama dengan diskon faktor yang berlaku dan Net B/C sama dengan satu. Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan penjualan ikan bandeng yang didasarkan pada perubahan penurunan harga jual ikan bandeng dan penurunan produksi. Parameter berikutnya yang digunakan yaitu perubahan peningkatan biaya pembelian pakan ikan bandeng. Ikan bandeng pada KJA memerlukan intensifikasi pemberian pakan buatan, disamping itu pula biaya pakan merupakan komponen biaya terbesar dari biaya operasional produksi. Adanya kenaikan harga pakan akan mempengaruhi secara langsung produksi, untuk itu perlu dianalisis sampai sejauh mana batas maksimum kenaikan harga pakan yang masih bisa ditolerir, sedangkan penurunan harga jual merupakan komponen yang menentukan dari penerimaan. Penurunan
73
harga jual akan berpengaruh kepada cashflow perusahaan maupun rugi/ laba perusahaan. Untuk mengetahui risiko mana yang lebih sensitif (peka) terhadap perubahan parameter tersebut, maka perlu dibandingkan analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value skenario I dan skenario II. Hasil analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan skenario II N o 1 2 3
Parameter yang Berubah Maximum Peningkatan Harga Pakan Maximum Penurunan Penurunan Harga Jual Ikan Bandeng Maximum Penurunan Penurunan Produksi
Skenario I 11,61%
Skenario II 4,80%
8,32%
2,50%
8,32%
2,50%
Pada Tabel 24 terlihat bahwa persentase maximum peningkatan harga pakan untuk skenario I yaitu sebesar 11,61 persen. Sedangkan persentase maximum penurunan penjualan ikan bandeng berdasarkan variabel penurunan harga jual ikan bandeng dan penurunan produksi mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 8,32 persen. Pada skenario ini perubahan parameter penurunan penjualan ikan bandeng lebih sensitif (peka) dibandingkan perubahan parameter peningkatan harga pakan. Pada Tabel 24 terlihat bahwa persentase maximum peningkatan harga pakan untuk skenario II yaitu sebesar 4,80 persen. Sedangkan persentase maximum penurunan penjualan ikan bandeng berdasarkan variabel penurunan harga jual ikan bandeng dan penurunan produksi mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 2,50 persen. Pada skenario ini perubahan parameter penurunan penjualan ikan bandeng lebih sensitif (peka) dibandingkan perubahan parameter peningkatan harga pakan. Penurunan harga jual ikan bandeng bisa dipicu oleh over supply. Adanya kelebihan penawaran harus diatasi dengan perencanaan produksi yang baik, sehingga output yang ada tidak berlebih. Penurunan harga jual juga bisa terjadi ketika musim hujan dengan cuaca yang buruk berlangsung, cuaca buruk
74
dikhawatirkan mengganggu transportasi panen yang akibatnya kembali menjadi kelebihan penawaran ikan bandeng. Akibat lain cuaca buruk adalah adanya ombak yang besar atau sirkulasi air yang tak beraturan akibat pasang surut terlau deras, ini mengakibatkan produksi terganggu. Penilaian secara keseluruhan menunjukan bahwa skenario II lebih sensitif (peka) terhadap perubahan–perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga pakan ataupun penurunan penjualan ikan bandeng. Persentase terhadap parameter tersebut merupakan persentase maximum yang dapat ditolelir oleh pengusaha atau petani. Apabila persentase penurunan penjualan ikan bandeng dan peningkatan harga pakan bandeng mengalami peningkatan lebih besar dari persentase diatas, maka pengusaha atau petani tidak mendapatkan keuntungan. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh habis digunakan untuk menutupi seluruh biaya kegiatan usaha.
75