VIII. ANALISIS FINANSIAL
Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan. Dalam analisis finansial juga ditetapkan mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana, serta membahas mengenai kelayakan proyek yang akan dikerjakan dari sisi finansial. Beberapa aspek yang diperhitungkan dalam analisis finansial diantaranya adalah biaya investasi total, sumber dana pembiayaan proyek, biaya produksi total, estimasi aliran kas proyek, serta analisis kelayakan investasi. Untuk analisis kelayakan investasi meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum digunakan. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), dan analisis sensitivitas.
A. Asumsi Perhitungan Finansial Analisi finansial memerlukan beberapa penetapan asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat kajian dilakukan dan didasarkan pada hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan pada analisis aspek-aspek yang lain, standar pendirian usaha, serta peraturan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar yang menjadi perhitungan dalam analisis finansial digunakan untuk dapat menentukan kelayakan industri tepung dan biskuit ikan. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Analisis finansial ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pendirian usaha baru. b. Umur ekonomi proyek diasumsikan selama 10 tahun, disesuaikan dengan umur ekonomi mesin dan peralatan. c. Nilai sisa bangunan pada akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 5% dari nilai awal dan nilai sisa kendaraan adalah 20% dari nilai awal. d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan adalah 2% dari harga mesin dan peralatan. e. Kapasitas produksi biskuit ikan sebesar 10.000 keping per hari dan tepung mix sebesar 25 kg per hari dengan bahan baku ikan lele segar sebesar 84 kg per hari. f.
Jumlah hari kerja per tahun adalah 312 hari dengan asumsi dalam sebulan terdapat 26 hari kerja dan dalam setahun terdapat 12 bulan.
g. Bunga modal diasumsikan sebesar 18% h. Pajak dihitung berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 untuk pajak badan usaha, yaitu sebesar 28%. i. Modal kerja dihitung berdasarkan asumsi biaya modal kerja adalah 10% dari penjualan tahun berikutnya.
90
j. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 60%, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 80%, sedangkan kapasitas produksi tahun ketiga dan seterusnya adalah 100%. k. Proyek dimulai pada tahun ke- 0, sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke- 1. Asumsiasumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
B. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri tepung dan biskuit ikan. Biaya investasi yang diperlukan meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harga tetap, pembiayaan kegiatan praoperasi, serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Modal tetap meliputi biaya pengadaan lahan, pendirian bangunan, pengadaan mesin dan peralatan produksi, biaya kegitan awal (prainvestasi), biaya kontingensi, serta pengadaan fasilitas pendukung lainnya. Adapun total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 884.335.000 dengan kebutuhan modal tetap Rp 687.775.000 dan kebutuhan modal kerja Rp 196.560.000. Perincian kebutuhan investasi tetap disajikan pada Lampiran 7 dan ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 8.1. Industri tepung dan biskuit ikan akan didirikan pada lahan seluas 72 m2 dengan luas bangunan yang sama. Asumsi harga tanah di daerah Darmaga Hijau, Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp 1.000.000, dengan demikian dana yang dibutuhkan untuk pembelian tanah adalah sebesar Rp 72.000.000. Biaya untuk pembangunan pabrik dan kantor diperkirakan sebesar Rp 50.000.000. Biaya prainvestasi adalah biaya yang digunakan untuk melaukan berbagai kegiatan yang diperlukan sebelum produksi mulai berjalan. Biaya prainvestasi meliputi studi kelayakan, izin sertifikasi BPOM, perizinan lokasi usaha, dan akte perusahaan, serta pengesahan. Biaya prainvestasi pada proyek ini diperkirakan sebesar Rp 75.000.000. Karena berbagai faktor, suatu perkiraan biaya tidak mungkin sepenuhnya tepat, karena itu dalam suatu proyek biasanya terdapat suatu kontingensi yang disiapkan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti bencana alam atau kesalahan perhitungan awal. Selain itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan proyek. Pada analisis finansial ini biaya kontingensi dihitung dengan cara memisahkan komponen-komponen biaya yang termasuk dalam biaya investasi dalam dua golongan, yaitu yang termasuk dalam perkiraan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Golongan biaya tetap adalah biaya-biaya yang selama pengerjaan proyek mungkin mengalami perubahan harga, seperti biaya bahan-bahan bangunan, biaya pengurusan administrasi, dan lain-lain. Cadangan dana yang disiapkan adalah sebesar 10% dari biaya-biaya tetap, sehingga total biaya kontingensi adalah sebesar Rp 62.525.000.
91
Tabel 8.1 Komponen Biaya Investasi Tetap yang Dibutuhkan dalam Pendirian Industri Tepung dan Biskuit Ikan No. Komponen 1. Biaya prainvestasi 2 Tanah dan bangunan 3. Fasilitas penunjang 4. Mesin dan peralatan 5. Alat kantor 6. Sarana distribusi Subtotal Kontingensi 10% Total
Nilai Total (Rp) 75.000.000 122.000.000 27.500.000 233.150.000 17.600.000 150.000.000 625.250.000 62.525.000 687.775.000
Modal kerja adalah dana awal yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan operasional dan produksi pada waktu pertama kali dijalankan. Total biaya modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik diasumsikan sebesar 10% dari total penjualan tahun berikutnya. Modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 196.560.000 pada tahun pertama, sedangkan tahun kedua sebesar Rp 262.080.000, dan tahun ketiga Rp 327.600.000. Pada tahun berikutnya tidak dibutuhkan tambahan untuk modal kerja karena produksi pada tahap sebelumnya sudah mampu terjual dan menutupi biaya modal kerja yang dibutuhkan.
C. Perhitungan Depresiasi Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat arus kas adalah depresiasi. Depresiasi adalah suatu metode perhitungan akuntansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan aset dengan membayar selama periode tertentu dimana aset tersebut masih berfungsi (Soeharto, 1995). Menurut peraturan, depresiasi merupakan pengeluaran yang dianggap dapat dipotong dari bagian yang dikenakan pajak. Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line depreciation). Metode ini dipilih karena merupakan metode yang paling banyak dipakai. Hasil perhitungan menunjukkan nilai depresiasi industri setiap tahunnya adalah sebesar Rp 56.081.000. Rincian perhitungan depresiasi ini disajikan pada Lampiran 8.
D. Prakiraan Biaya Produksi dan Penerimaan Biaya yang digunakan dalam analisis finansial ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku dan utilitas, serta gaji tenaga kerja langsung. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh intensitas kegiatan. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya produksi tetap, biaya administrasi, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, dan pajak. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel disajikan pada Lampiran 9 dan perhitungan biaya operasional lengkap disajikan pada Lampiran 10. Prakiraan biaya
92
produksi biskuit ikan dan tepung mix pada tahun pertama sebesar Rp 1.539.029.760, pada tahun kedua Rp 1.883.983.680, pada tahun ketiga dan seterusnya Rp 2.228.937.600. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun ketiga dan seterusnya, hal ini dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun ketiga dan seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%. Pada tahun pertama perusahaan memproduksi sebanyak 60% dari kapasitas total. Pada tahun kedua perusahaan memproduksi 80%, sedangkan pada tahun ketiga sampai tahun kesepuluh perusahaan memproduksi dalam kapasitas total. Prakiraan penerimaan yang diperoleh pada tahun pertama adalah Rp 1.965.600.000, pada tahun kedua adalah Rp 2.620.800.000, sedangkan prakiraan penerimaan pada tahun ketiga dan seterusnya adalah Rp 3.276.000.000. Harga dan perkiraan penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan prakiraan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 8.2 dan informasi selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Tabel 8.2 Prakiraan Penerimaan Industri Tepung dan Biskuit Ikan
Tahun Ke-
Kapasitas Produksi (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
60 80 100 100 100 100 100 100 100 100
Produksi Biskuit Ikan per Tahun (bungkus) 468.000 624.000 780.000 780.000 780.000 780.000 780.000 780.000 780.000 780.000
Produksi Tepung Mix per Tahun (kg) 4.680 6.240 7.800 7.800 7.800 7.800 7.800 7.800 7.800 7.800
Total Penerimaan (Rp) 1.965.600.000 2.620.800.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000
E. Proyeksi Laba Rugi Perkiraan rugi laba merupakan ringkasan penerimaan dari hasil penjualan produk dan seluruh biaya yang dikeluarkan industri setiap tahun dalam jangka waktu tertentu. Laba bersih adalah nilai yang diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total pengeluaran, termasuk bunga pinjaman dan pajak penghasilan. Laporan rugi laba dalah suatu cara untuk melihat profitabilitas dari suatu usaha. Jadi dari laporan rugi laba dapat dilihat keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. Secara sederhana sistematika perhitungan rugi laba adalah sebagai berikut, biaya operasi dijumlahkan dengan biaya-biaya administrasi, penjualan, dan depresiasi sehingga akan didapatkan pendapatan kotor sebelum pajak, kemudian diperhitungkan pengeluaran untuk pembayaran bunga hutang dan pajak sehingga didapatkan pendapatan bersih, yang setelah dikurangi laba ditahan
93
dan ditambahkan depresiasi akan menjadi aliran kas bersih. Penyusunan laporan rugi laba harus dibuat sedemikian rupa agar mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir. Pendapatan adalah jumlah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan produk. Pendapatan dihitung dengan mengalikan kuantitas produk yang dihasilkan dengan harga satuan produksi yang dihasilkan dengan harga satuannya. Pada awal-awal proyek biasanya sarana produksi tidak dipacu untuk berproduksi secara maksimal, tetapi naik perlahan-lahan sehingga pendapatan pun akan naik perlahan-lahan. Pada industri tepung dan biskuit ikan diperkirakan setiap tahunnya perusahaan akan memperoleh pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan adalah sebesar Rp 753.884.928 bila beroperasi pada kapasitas produksi penuh yang semakin meningkat. Besarnya proyeksi laba rugi ini dapat dilihat pada Tabel 8.3 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 8.3 Proyeksi Laba Rugi Penjualan Biskuit Ikan dan Tepung Mix dalam 10 Tahun Produksi Tahun ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Penerimaan (RP) 1.965.600.000 2.620.800.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000 3.276.000.000
Total Pengeluaran (RP) 1.539.029.760 1.883.983.680 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600 2.228.937.600
EBIT (RP) 426.570.240 736.816.320 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400 1.047.062.400
Pajak (Rp) 119.439.667 206.308.570 293.177.472 293.177.472 293.177.472 293.177.472 293.177.472 293.177.472 293.177.472 293.177.472
Laba Bersih (Rp) 307.130.573 530.507.750 753.884.928 753.884.928 753.884.928 753.884.928 753.884.928 753.884.928 753.884.928 753.884.928
F. Proyeksi Arus Kas Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal (initial cash flow), aliran kas periode operasi (operatinal cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri (initial cash flow), laba bersih, depresiasi (operational cash flow), dan pengembalian modal kerja (terminal cash flow). Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, dan modal kerja. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri tepung dan biskuit ikan dapat dilihat pada Tabel 8.4 dan rinciannya disajikan pada Lampiran 13.
94
Tabel 8.4 Proyeksi Arus Kas Industri Tepung dan Biskuit Ikan Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Kas Masuk (Rp) 363.211.573 586.588.750 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928
Total Kas Keluar (Rp) 884.335.000 65.520.000 65.520.000 -
Aliran Kas Bersih (Rp) (884.335.000) 297.691.573 521.068.750 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 809.965.928 1.137.565.928
G. Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria-kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih (net cash flow) pada proyeksi arus kas. Bunga modal yang digunakan sebesar 18%. Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih selama 10 tahun setelah dikalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari nol. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 14, nilai NPV menunjukkan angka positif, yaitu pada discount factor 18% per tahun dengan umur investasi 10 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp 2.176.702.231. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rete of Return (IRR) adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak tau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah discount factor, yaitu ditetapkan sebesar 18%. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan discount factor, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada industri ini sebesar 61% yang berarti bahwa pendirian pabrik biskuit ikan layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh sangat besar karena produk yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah sangat tinggi. Perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 14.
95
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio, yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan investasi produksi biskuit ikan diperoleh nilai sebesar Rp 3,yaitu setiap investasi Rp 1 yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount factor 18% akan memperoleh keuntungan bersih Rp 3. Perincian Net B/C disajikan pada Lampiran 14. 4. Payback Period (PBP) PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi biskuit ikan diperoleh tahun, yaitu investasi yang ditanam akan kembali setelah 2 tahun 1 bulan. Jangka waktu pengembalian investasi tergolong cukup cepat karena biskuit ikan yang dihasilkan merupakan produk bernilai tambah sangat tinggi. Perincian perhitungan PBP dapat dilihat pada Lampiran 14. 5. Break Even Point (BEP) Titik impas atau Break Even Point atau titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek industri tepung dan biskuit ikan ini berada pada penjualan saat harga jual biskuit ikan Rp 3.211 dan harga tepung mix Rp 122.730. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit, yaitu berada pada saat produksi biskuit ikan sebesar 751.218 bungkus dan 12.853 kg tepung mix. Perhitungan BEP di atas didapatkan dari hasil perhitungan asumsi perusahaan memproduksi produk secara terpisah.
H. Analisis Sensitivitas Kelayakan proyek dibuat berdasarkan sejumlah asumsi yang disebabkan banyaknya faktor ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Perubahan asumsi yang digunakan akan berpengaruh pula terhadap keputusan akan layak atau tidaknya proyek. Karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas yang mengkaji sejauh mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur-unsur tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama periode investasi seperti kenaikan harga bahan baku dan bahan utilitas. Dari hasil analisis sensitivitas, menunjukkan bahwa toleransi kenaikan biaya bahan baku dan bahan utilitas 30% memberikan nilai Net B/C sebesar 2. Hal ini berarti perusahaan masih dapat dijalankan, namun apabila terjadi kenaikan harga bahan baku lebih besar dari angka tersebut maka perusahaan tidak layak lagi untuk dijalankan dalam jangka panjang. Perincian perhitungan analisis sensitivitas kenaikan harga bahan baku dan utilitas 30% dapat dilihat pada Lampiran 15 dan analisis sensitivitas penurunan harga jual 20% pada Lampiran 16.
96