STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO KABUPATEN BOGOR
IRWANDI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.Brownco Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Irwandi NIM H34104095
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak lluar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK IRWANDI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Mei 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi usaha Mr.BrownCo Kota Bogor dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah diidentifikasi. Memformulasikan alternatif strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan usaha tersebut. Penentuan responden dilakukan pada pihak internal sebanyak dua orang, pihak eksternal sebanyak satu orang, dan sepuluh konsumen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis IE, SWOT, dan QSPM. Hasil analisis menunjukkan Mr.BrownCo ada pada kondisi tumbuh dan berkembang. Strategi yang sebaiknya dilakukan untuk pengembangan usaha dengan prioritas strategi adalah membuka cabang Mr.BrownCo baru di luar Kota Bogor, melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online), serta mengikuti kegiatan bazar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televisi lokal ataupun nasional untuk mengenalkan produkproduk Mr.BrownCo. Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk, serta selalu membuat inovasi baru, membuat atau menawarkan paket harga, dan memberikan fasilitas internet gratis (wifi) untuk para pelnggan. Kata kunci: Strategi, SWOT, QSPM
ABSTRACT IRWANDI. Business Development Strategy Analysis of the Cassava Brownies Mr.BrownCo Bogor regency. Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH. This research was held on September 2012 until May 2013. The research aims to identify working condition of Mr.BrownCo in Bogor city by analyzing overall variables that have been identified. Formulating alternative strategy that is appropriate to apply in the development of the work. Respondent determination was done on internal party for two persons, the external party for one person, and ten consumers. Data analysis that has been used in this research are: IE analysis, SWOT, and OSPM. The analysis result shows Mr.BrownCo is in the stage of Grow and Developing. The Strategy that should be done to develop the business by strategy prioritizing is to open Mr.BrownCo new branches in out of Bogor city, doing promotion by using technology that is available (online marketing), also taking part in bazaar activities or exhibitions and cooperate with radio and television ,locally or nationally to introduce the products of Mr.BrownCo. Increasing consumer loyalty by keeping and enhancing products qualities, also always making new innovation, make or offering affordable package, and to give free internet (wifi) facility for the customers. Keyword: Strategy, SWOT, QSPM
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO KABUPATEN BOGOR
IRWANDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Kabupaten Bogor : Irwandi : H34104095
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh, SP M. Agribuss
Pembimbing
Tanggal Lulus:
07 OCT 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Kabupaten Bogor : Irwandi : H34104095
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh, SP M. Agribuss Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.Brownco Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal pada Mr.BrownCo serta mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Mr.BrownCo. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2013 Irwandi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 5
TINJAUAN PUSTAKA Ide Pengembangan Usaha Faktor-faktor Strategi Pengembangan Usaha Alat Analisis yang Digunakan dalam Strategi Pengembangan Usaha
5 5 7 8
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoretis Pengertian Strategi Konsep Manajemen Strategis Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Eksternal Matriks IFE dan EFE Matriks IE Matriks SWOT Matriks QSP (QSPM) Langkah Operasional Penelitian
9 9 9 9 12 12 13 17 17 18 18 18
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Tahap Masukan (Input Stage) Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap Keputusan (Decision Stage)
21 21 21 21 22 22 26 28
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkebangan Perusahaan Visi dan Misi Mr.BrownCo Produk Mr.BrownCo Struktur Organisasi Mr.BrownCo
29 29 30 30 32
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
33
Analisis Lingkungan Internal Pemasaran Keuangan Produksi/Operasi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi Faktor Penelitian dan Pengembangan Strategi yang Telah Dilakukan Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan Jauh Lingkungan Industri
33 34 36 36 37 38 38 38 38 41
FORMULASI STRATEGI Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Analisis Matrik IFE Analisis Matriks EFE Analisis Matriks IE Analisis Strategi Pengembangan Usaha Mr.BrownCo Analisis Matriks SWOT Analisis Matriks QSP (QSPM)
44 44 46 47 48 49 50 50 53
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
54 54 55
DAFTAR PUSTAKA
55
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah unit usaha kecil menengah (UKM) menurut sektor ekonomi Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi per kapita per bulan di Indonesia tahun 2005−2010 Daftar kompetitor Mr.BrownCo Jabodetabek Metode penelitian Penilaian bobot faktor internal perusahaan Matriks IFE Penilaian bobot faktor eksternal perusahaan Matriks EFE Matriks QSP (QSPM) Daftar harga brownies Analisis matriks IFE usaha brownies Mr.BrownCo. Analisis matriks EFE usaha brownies Mr.BrownCo Kesetaraan IE dan SWOT Tabel matriks QSP
1 2 4 22 24 24 25 26 29 35 48 49 52 54
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Model Komprehensif Manajemen Strategis Kekuatan-kekuatan yang Memengaruhi Persaingan Industri Kerangka Pemikiran Peneliti Matriks Internal Eksternal (IE) Matriks SWOT Struktur Organisasi Mr.BrownCo Saluran Distribusi brownies pada Mr.BrownCo Matriks Internal Eksternal (IE)
11 15 20 26 28 32 36 50
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Internal Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Internal Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal Matrik EFE (Esternal Factor Evaluation) Matrik QSP
58 58 59 59 59 60
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Usaha kecil menengah memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pascakrisis ekonomi. Kondisi ini dapat dilihat dari kontribusi usaha kecil menengah terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai tambah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Hal ini diketahui berdasarkan perkembangan indikator makro UKM tahun 2010. Berikut data mengenai jumlah unit usaha kecil menengah (UKM) menurut sektor ekonomi. Tabel 1 Jumlah unit usaha kecil menengah (UKM) menurut sektor ekonomi di Indonesia Tahun
Jumlah Unit Usaha Kecil (unit)
Pertumbuhan (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
42 388 505 43 707 412 44 689 588 48 611 233 49 824 123 51 257 537 52 741 221 53 823 732
0 3,1 2,1 8,8 2,5 2,9 2,9 2,1
Sumber: Departemen Koperasi (2012)
Berdasarkan data dari Departemen Koperasi, perkembangan jumlah UKM pada periode 2003−2010 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini tidak hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM, tetapi diiringi dengan penyerapan tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha kecil menengah merupakan salah satu motor penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Menurut jenis lapangan usaha, usaha kecil menengah dibagi menjadi sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas, dan air bersih; (5) bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta (9) sektor-sektor jasa. Departemen koperasi dan UKM (2012).
1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [12 Maret 2013]
2
Dari kesembilan sektor tersebut, industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang cukup menjanjikan untuk sebuah usaha karena pengolahan khususnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang setiap harinya dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam melakukan aktivitasnya. Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang membawa segala sesuatunya ke arah lebih praktis dan efisien, preferensi masyarakat juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan pada kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengonsumsi makanan atau minuman siap saji (praktis). Berikut ini merupakan data mengenai pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan. Tabel 2 Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi per kapita per bulan di Indonesia tahun 2005−2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pengeluaran Rata-rata Makanan dan Minuman Jadi per Kapita per Bulan (%) 51,37 53,01 49,24 50,17 50,62 51,43
Pertumbuhan (%) 0 3,2 -7,1 1,9 0,8 1,6
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (2012)
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui adanya fluktuasi terhadap pengeluaran rata-rata masyarakat Indonesia yang digunakan untuk mengonsumsi makanan dan minuman jadi setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa preferensi masyarakat untuk mengonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal pemenuhan kebutuhan pangannya hampir stabil setiap tahun dan ini bisa sebagai acuan untuk brownies singkong agar tetap mengembangkan produknya. Makanan atau pangan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan merupakan kebutuhan primer setiap manusia untuk mempertahankan hidupnya. Makanan selalu dibutuhkan oleh manusia untuk dikonsumsi setiap hari. Maraknya bisnis makanan merupakan salah satu tanggapan terhadap meningkatnya jumlah permintaan pangan karena semakin bertambahnya populasi penduduk di Indonesia. Umumnya, para produsen merasa optimis akan usahanya karena makanan merupakan kebutuhan primer manusia, sehingga tidak dapat ditunda pemenuhannya. Makanan selalu diperlukan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan energi, protein yang digunakan untuk beraktivitas dan keberlangsungan hidup manusia. Berkenaan dengan itu, usaha brownies memiliki kesempatan besar untuk ikut andil di dalamnya. Industri brownies merupakan bagian dari industri makanan jadi yang memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Di dalam ilmu pangan, brownies dikelompokkan dalam produk bakery, bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, cracker, dan pie. Di dalam
3
kelompok bakery, brownies merupakan produk yang pertama dikenalkan di Inggris dan populer hingga saat ini. Brownies merupakan makanan yang berbasis tepung terigu. Awalnya brownies dikonsumsi sebagai makanan selingan, tetapi dalam perkembangannya, budaya mengonsumsi brownies tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Brownies memiliki tekstur yang padat, tetapi lembut di dalam. Asal mula terciptanya brownies adalah dari jenis roti cokelat yang gagal karena tidak mengembang, tetapi ternyata banyak disukai. Mr.BrownCo adalah salah satu UKM yang memproduksi brownies yang telah dimodifikasi karena berbahan dasar tepung singkong. Mr.BrownCo sudah lima tahun berdiri tetapi pengembangannya belum terlihat maksimal, oleh karena itu akan dilakukan strategi pengembangan usahanya agar mampu berkembang dan mampu bersaing.
Perumusan Masalah Mr.BrownCo telah berdiri sejak tahun 2008 dan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan-minuman food and beverage dengan produk utama brownies singkong. Konsep bisnis yang memadukan antara traditional taste menggunakan produk pangan lokal kaya gizi (singkong) dikombinasikan dengan produk pangan ber-style modern yang lezat selalu membuat produk tersebut menjadi unik dengan sensasi tersendiri. Prioritas untuk selalu memanjakan cita rasa dan selalu mengedepankan pelayanan terbaik melahirkan terobosan-terobosan baru dalam diversifikasi dan inovasi produk yang tidak “out of date”, tetapi mengikuti selera konsumen. Mr.BrownCo memiliki banyak keunggulan, selain menggunakan bahan singkong sebagai campurannya, juga menggunakan beberapa rempah-rempah sebagai penambah cita rasanya. Mr.BrownCo memiliki jumlah karyawan sebanyak 8 orang. Untuk outlet diberi tema “Taste is My Style”. Ornamen outlet ini dibuat dengan ciri khas dan menarik, diambil dari karakter Mr.BrownCo yang bertujuan untuk menarik pelanggan yang melihat bangunan tersebut. Outlet Mr.BrownCo berada dalam jalur yang cukup strategis, yaitu tepat di depan jalan utama kampus Dramaga IPB dengan konsep caffe. Selain itu, outlet ini berdekatan dengan kawasan pemukiman penduduk dan lingkungan mahasiswa. Mr.BrownCo memiliki pasar potensial sebagai sasaran, yaitu ibu-ibu yang akan mengadakan acara arisan, reuni atau acara lainnya, dan biasa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Mr.BrownCo merupakan kreasi dari inovasi mahasiswa IPB. Melihat antusias perkembangan dunia makanan yang menjanjikan dengan keuntungan menggiurkan, Pak Sigit Purnama (pendiri Mr.BrownCo) menggagas berdirinya usaha Mr.BrownCo tersebut. Mr.BrownCo terbuat dari bahan dasar lokal, yaitu singkong dengan campuran terigu, menciptakan berbagai aneka rasa yang diharapkan mampu memberikan kepuasan dahaga para pecinta kuliner, khususnya pecinta kue. Mr.BrownCo memiliki beraneka jenis dan rasa, di antaranya Cheese Roll Brownies, Brownies Kering Original, Cheese roll Brownies, Brownies Kukus Keju, Brownies Kukus Cocopandan, Brownies Panggang Keju, Chocolate Roll Brownies, Brownies Herbal, dan yang lainnya. Mr.BrownCo memiliki omzet yang cukup besar di
4
setiap harinya, yaitu di hari biasa minimal Rp3.000.00 dan di hari sabtu/minggu bisa mencapai Rp8.000.000. Di tahun 2014/15 yang akan datang, Mr.BrownCo memiliki rencana pengembangan usaha, yaitu memiliki 10 outlet yang tersebar di berbagai kota besar khususnya daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan Bandung. Mr.BrownCo memiliki beberapa pesaing yang telah lebih dulu berdiri, yaitu Brownies Amanda dan beberapa brand brownies jenis lain. Berikut dapat di lihat pada Tabel 3 beberapa brand brownies yang merupakan kompetitor. Tabel 3 Daftar kompetitor Mr.BrownCo Jabodetabek No. Brand 1 Amanda 2 Elsari Brownies Bakery 3 Lapis Lolongok 4 Brownies Bogor 5 Brownies Mika 6 7 8 9 10
Alamat Jl. Raya Pajajaran No. 84 f & Jl. Raya Pondok Rumput No. 18 Bogor Utara
Jl. Lolongok Bondongan Botani Square Mall Lt. LG JL. Raya Pajajaran Bogor Jl. Kebun Mangga IV No. 29 Pas. Keb. Lama, Jakarta Frozzie Browniez Jakarta Maulins Brownies Kompl. Dept. Koperasi 3, Mampang Prapatan, Jakarta Lapis Bogor Sangkuriang Jl. Raya Sholeh Iskandar, Bogor Lapis Bogor Jl. Raya Pajajaran No. 20E, Bogor Annisa-1 Brownies Depok
Sumber: data sekunder
Brownies Amanda dan beberapa kompetitor lain menggunakan terigu murni tanpa ada campuran bahan utama lainnya, berbeda dengan Mr. BrownCo yang menggunakan bahan utama terigu yang dicampur dengan tepung singkong. Kendala yang saat ini masih dihadapi yaitu modal dan terkait dengan sumber daya manusia karena belum adanya tenaga profesional. Karyawan yang dimiliki saat ini rata-rata hanya berpendidikan antara SMP sampai dengan SMA, perkembangan usaha brownies yang dinilai lambat,dan banyaknya pesaing produk sejenis. Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut. A) Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang memengaruhi aktivitas Mr.BrownCo? B) Faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan Mr.BrownCo dalam mencapai tujuannya? C) Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang tepat bagi Mr.BrownCo agar dapat terus bertahan dan berkembang?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan brownies singkong pada Mr.BrownCo.
5
2) Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang memengaruhi aktivitas brownies singkong pada Mr.BrownCo. 3) Memformulasikan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diimplementasikan pada brownies singkong pada Mr.BrownCo.
Ruang Lingkup Penelitian Peneliti memfokuskan penelitian ini pada faktor internal dan ekternal yang berada dalam perusahaan brownies singkong pada Mr.BrownCo. Faktor internal di dalammnya terdapat kekuatan dan kelemahan yang bisa dijadikan variabel penentu untuk menganalisis lebih lajut pembobotan dan ratingnya. Faktor eksternal di dalamnya terdapat peluang dan ancaman, dari peluang dan ancaman tersebut akan dianalisis untuk menentukan variabel penentu untuk perhitungan bobot dan rating, sehingga mempermudah peneliti dalam memformulasikan strategi yang sesuai dengan kondisi pada Mr.BrownCo. Analisis dari masingmasing faktor tersebut akan dilakukan secara deskriptif dengan memanfaatkan data kuantitatif dankualitatif.
TINJAUAN PUSTAKA
Ide Pengembangan Usaha Desy (2012). Banyaknya agrowisata (pesaing) di kawasan Kabupaten Cianjur mengakibatkan usaha agrowisata ini (taman strawberry Cibodas) membutuhkan folmulasi strategi pemasaran agar proses pemasaran agrowisata perusahaan berjalan dengan optimal, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang di hadapi Taman Strawberry Cibodas, dan merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat di rekomendasikan untuk meningkatkan pengunjung yang datang di Taman Starwberry Cibodas. Syarifatunisa (2011). Munculnya para pesaing baru yaitu toko kue tradisional dan toko roti mungil merupakan suatu tantangan baru bagi toko roti unyil venus. Hal ini memaksa venus untuk berpikir lebih kreatif. Baik kreatif dalam segi produksi maupun yang lebih penting lagi adalah kreatif untuk tetap menjaga konsumen mereka, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan di toko roti unyil venus dan kepuasan pelanggan toko roti unyil venus, menyusun hirarki strategi peningkatan kepuasan pelanggan toko roti unyil venus, merumuskan prioritas strategi peningkatan kepuasan pelanggan Toko roti unyil venus dengan proses hirarki analitik (PHA). Nusawanti (2009). Bagas Bakery menghadapi persaingan antar produsen roti yang semakin tinggi mengingat jumlah produsen roti yang terdapat di Kabupaten Kendal semakin meningkat dari tahun ke tahun. Melihat kondisi tersebut maka Bagas Bakery memerlukan perancangan strategi pengembangan
6
usaha yang tepat untuk mengembangkan usahanya, agar mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi Bagas Bakery adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika Bagas Bakery mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Ningtias (2009) Diskes menyatakan bahwa terdapat beberapa pesaing "Waroeng Cokelat" yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di Diskes sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha informal atau usaha sejenis yang muncul pada musim tertentu saja. Dilatarbelakangi hal tersebut maka "Waroeng Cokelat" memerlukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya dengan cara menunjukkan berbagai keunggulan yang dimiliki "Waroeng Cokelat" secara konsisten. Berdasarkan kondisi yang tengah dihadapi, diperlukan analisis lingkungan eksternal maupun lingkungan internal pada usaha kecil ”Waroeng Cokelat” berupa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang yang terdapat pada ”Waroeng Cokelat”. Hasil analisis lingkungan tersebut dapat menghasilkan formulasi strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan keadaan "Waroeng Cokelat saat ini. Annisa (2008). Tingginya persaingan dalam usaha restoran di Kabupaten Pandeglang memberikan dampak bagi manajemen Restoran Cibaru. Pada Bulan Februari 2008 omzet penjualan Restoran Cibaru mengalami penurunan sebesar 30,2 persen, adapun pada bulan-bulan sebelumnya trend pengunjung pada Restoran Cibaru cukup ramai baik dari jumlah pengunjung yang merupakan wisatawan maupun yang melakukan booking sebelumnya (berdasarkan wawancara dengan pemilik). Permasalahan ini mendorong pihak manajemen Restoran Cibaru untuk memikirkan alternatif strategi apa yang sesuai untuk dijalankan dalam upaya memperbaiki keadaan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi peluang, ancaman, kekuatan atau kelemahan bagi Restoran Cibaru. Mr.BrownCo berdiri sudah hampir lima tahun dan sampai saat ini usaha tersebut perkembangannya belum terasa bagi pemiliknya. Oleh karena itu, pemilik perusahaan tersebut berencana membuat strategi untuk mengembangkan bisnis brownies singkong. Pemilik Mr.BrownCo melihat banyak peluang dan kekuatan yang dimiliki belum termanfaatkan dengan baik. Adanya permintaan dari luar kota yang belum bisa dipenuhi membuat pemilik Mr.BrownCo tersebut berencana untuk mengembangkannya dengan mencoba membuka cabang-cabang baru. Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau kegiatan yang menyangkut organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan bisnis, seperti saluran distribusi pendistribusian brownies singkong pada Mr.BrownCo sangat terbatas, sehingga konsumen susah untuk mendapatkan produk tersebut. Selain itu juga karena adanya perusahaan pesaing yang sudah ada, sehingga pemilik khawatir pelanggannya diambil oleh perusahaan lain hanya karena jangkauan tempat atau outlet Mr.brownCo yang jauh.
7
Faktor-faktor Strategi Pengembangan Usaha Desy (2012). Faktor internal yang menjadi kekuatan yaitu keramahan dan kesopanan karyawan dalam berinteraksi dengan pengunjung sebagai kekuatan utama, sedangkan kelemahannya yaitu promosi kurang optimal. Faktor eksternal yang menjadi peluang yaitu maraknya peliputan mengenai objek rekreasi pada stasiun televisi sebagai peluang utama, sedangkan ancaman utamanya adalah semakin bertambahnya tempat wisata di Kabupaten Cianjur. Syarifatunisa (2011). Penyusunan hirarki terdiri dari fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif. Fokusnya adalah Strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Faktor terdiri dari nilai, daya saing, persepsi pelanggan, harga, citra dan pelayanan Aktornya adalah pemilik, karyawan dan perwakilan pelanggan.Tujuan yang ingin dicapai yaitu mempertahankan dan meningkatkan pelanggan, meningkatkan profit perusahaan dan mempertahankan posisi perusahaan diantara perusahaanperusahaan roti yang telah ada. Alternatif strategi yang dapat diterapkan ada yaitu strategi relationship marketing, pelayanan yang lebih baik daripada pesaing, unconditional uarantees, penanganan keluhan yang efisien, peningkatan kinerja perusahaan dan quality function deployment. Nusawanti (2009). Faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara pemilik dan karyawan terjalin baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik, (4) Mutu produk yang dihasilkan baik. Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah(1) Labelisasi kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3) Tempat produksi (bangunan) kurang luas. Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik. Faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Bagas Bakery, adalah (1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2) Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat. Ningtias (2009). Analisis lingkungan eksternal "Waroeng Cokelat" diperoleh bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat" yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat dihindari oleh "Waroeng Cokelat" yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah. Analisis lingkungan internal "Waroeng Cokelat" diperoleh bahwa faktor internal strategis yang menjadi kekuatan bagi "Waroeng Cokelat" yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar dari "Waroeng Cokelat" yaitu promosi belum optimal. Annisa (2008). Faktor Internal kekuatan perusahaan meliputi, karyawan memiliki loyalitas tinggi, net working pemilik restoran cukup luas, menawarkan delivery service, Kelemahan perusahaan meliputi, belum memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang, tumpang tindih peran, kemasan kurang menarik. Faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas Restoran Cibaru meliputi peluang dan ancaman. Peluang bagi perusahaan meliputi, peningkatan daya beli masyarakat Kabupaten Pandeglang, pertumbuhan jumlah penduduk Pandeglang menunjukkan tersedianya pasar potensial dan tenaga kerja. Ancaman bagi
8
perusahaan meliputi, kebijakan kenaikan harga BBM dan TDL yang disertai kenaikan bahan pokok makanan, tingkat inflasi yang berfluktuasi. Faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi Mr.BrownCo. Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang berfariasi. Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah merek Mr.BrownCo yang belum dikenal dan ini memiliki implikasi terhadap promosi yang kurang gencar baik melalui media elektronik, maupun media cetak. Analisis lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo. Peluang utama bagi Mr.brownCo adalah kekuatan tawar pemasok. Sedangkan ancaman utama bagi Mr.BrownCo adalah yaitu kenaikan bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM.
Alat Analisis yang Digunakan dalam Strategi Pengembangan Usaha Desy (2012). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE (Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE, kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat. Syarifatunisa (2011). Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Statistik Deskriptif, Importance Performance Analisys, Customer Satisfaction Index dan Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15 for windows untuk menguji validitas dan reliabilitas, Microsoft Excel 2003 untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan Toko Roti Unyil Venus dan Expert Choice versi 11.5 untuk menentukan prioritas strategi peningkatan kepuasan pelanggan Toko Roti Unyil Venus Bogor. Nusawanti (2009). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE (Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE, kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat. Ningtias (2009). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE (Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE, kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat. Annisa (2008). Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Restoran Cibaru dan menyusun alternatif strategi yang sesuai untuk Restoran Cibaru. Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi Restoran Cibaru dianalisis dengan menggunakan matriks EFE. Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi Restoran Cibaru dianalisis dengan menggunakan matriks IFE. Setelah hasil matriks EFE dan IFE diperoleh dapat dihasilkan analisis IE dan SWOT untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan.
9
Adapun pengambilan keputusan mengenai strategi yang menjadi prioritas dilakukan dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks). Penggunaan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM memang sangat umum, oleh karena itu strategi pengembangan usaha pada Mr.BrownCo pun menggunakan maktrik tersebut, karena matriks-matriks tersebut sangat cocok digunakan bersama. Matriks IFE untuk mengetahui kondisi internal perusahaan yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan EFE untuk mengetahui kondisi eksternal perusahaan dengan peluang dan ancamannya. Pengunaan matriks IE untuk pencocokan setelah menganalisis IFE dan EFE, dan juga mengunakan matriks SWOT untuk memperkuat matriks IE tersebut, setelah di temukan alternative strategi maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap keputusan dengan menggunakan matriks QSP untuk menentukan formulasi strategi yang paling tepat.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoretis Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut Stephanie K. Marrus (2008), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi dan disertai penyusunan suatu cara atau upaya agar suatu tujuan dapat tercapai. Sementara menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis yang mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi memengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.
Konsep Manajemen Strategis Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
10
tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap, yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. 1) Formulasi Strategi Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan objektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternative, serta memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Isu perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis baru apa yang perlu dimasuki, bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi atau diversifikasi, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk usaha patungan dan bagaimana menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing. 2) Implementasi Strategi Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. 3) Evaluasi Strategi Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif. Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, di mana setiap model mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan model manajemen strategis menurut David (2006).
Melakukan Audit Eksternal
Membuat Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Melakukan Audit Internal
Formulasi Strategi
Merumuskan, Mengevaluasi, dan Memilih Strategi
Implementasi Strategi Isu-isu Manajemen
Implementasi Strategi Isu-isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Penelitian dan Pengembangan, Sistem Informasi Manajemen
Implementasi Strategi
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Evaluasi Strategi
Gambar 1 Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber: David (2009)
11
12
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal: (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita peroleh di masa depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang jelas akan menjadi dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif (David 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang terdiri atas pelanggan, karyawan, pemegang saham pemerintah, pemasok perusahaan, dan lain-lain. Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan. Pernyataan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah organisasi. Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan “Apa Bisnis Kita?” (David 2006).
Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sementara kelemahan merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David (2009), analisis internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang berpartisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan, yaitu sebagai berikut. 1) Faktor Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. 2) Fakto Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari posisi berdaya saing perusahaan dan daya tarik keseluruhan serta investor (David 2009). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh modal jangka pendek dan jangka panjang, hubungan baik dengan penanam modal dan sistem akunting yang handal. 3) Faktor Produksi/Operasi Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. 4) Fakto Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi
13
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, serta sistem imbalan. 5) Fakto Penelitian dan Pengembangan Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk memperbaiki kualitas produk atau memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya.
Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan jauh dan lingkungan industri. 1) Lingkungan Jauh Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan jauh terdiri atas faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan teknologi. a) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategisnya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmensegmen yang memengaruhi industri yang bersangkutan tersebut, misalnya pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat suku bunga primer, laju inflasi, dan kecenderungan pertumbuhan PNB (Pearce dan Robinson 1997). b) Faktor Sosial Faktor sosial yang memengaruhi suatu perusahaan meliputi kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamis dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan (Pearce dan Robinson 1997). c) Faktor Politik Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor
14
politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang anti-trust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif dan tindakan-tindakan lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan dan undang-undang bersifat membatasi, maka kedua elemen tersebut cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). d) Faktor Teknologi Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran (Pearce dan Robinson 1997). 2) Lingkungan Industri Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antarperusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawarmenawar pembeli/konsumen.
15
Pendatang baru
Kekuatan tawarmenawar pemasok
Persaingan di kalangan anggota industri
Ancaman masuknya pendatang baru
Pemasok
Pembeli Persaingan di antara perusahaan yang ada
Ancaman produk atau jasa pengganti
Pendatang baru
Kekuatan tawarmenawar pembeli
Gambar 2 Kekuatan yang memengaruhi persaingan industri Sumber: Porter (1997) a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk. Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah sebagai berikut. i) Skala ekonomis Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak menguntungkan. ii) Diferensiasi produk Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak
16
terhadap kerugian di saat awal dan sering kali bertahan untuk waktu yang cukup panjang. iii) Kebutuhan modal Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan risiko. iv) Biaya beralih pemasok Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi, pendatang baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama. v) Akses ke saluran distribusi Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah, dan kurva belajar atau pengalaman. b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok dapat memengaruhi para peserta industri melalui kemampuan pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi daripada industri di mana mereka menjual, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok, produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli, produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk melakukan integrasi maju. c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik. Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri
17
tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki informasi lengkap. d) Ancaman Produk Substitusi Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk substitusi memiliki harga yang lebih murah, tetapi dengan kualitas sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. e) Persaingan di antara Perusahaan Sejenis Persaingan dalam industri akan memengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.
Matriks IFE dan EFE Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit yang dianalisis.
Matriks IE Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor yang diperoleh dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks ini terdiri atas tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu sebagai berikut. 1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build) Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). 2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain) Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Tuai atau Divestasi Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat dianjurkan adalah strategi divestasi.
18
Matriks SWOT Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).
Matriks QSP (QSPM) Matrik QSP adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi alternatif strategi mana yang terbaik. Matrik QSP menggunakan input dari analisis tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Secara konsep, Matrik QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Adapun keunggulan Matrik QSP antara lain strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama, tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah strategi yang dapat dievaluasi membutuhkan penyusun strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Penggunaan Matrik QSP dapat diadaptasikan untuk diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba, dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Akan tetapi di samping memiliki kelebihan, matriks QSP juga memiliki keterbatasan, yaitu matriks QSP selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar, serta matriks QSP hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya.
Langkah Operasional Penelitian Banyaknya produsen brownies, Mr.BrownCo perlu merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dalam lingkungan industri yang selalu berubah. Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan. Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang
19
dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian bidang manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan internal ini dianalisis melalui matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan teknologi, sedangkan lingkungan industri meliputi persaingan antarperusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. Untuk lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan tahap input. Langkah selanjutnya yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah mengetahui posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
20
Identifikasi Mr.BrownCo Visi Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan produk pangan lokal yang berkualitas. Misi 1. Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pelanggan 2. Memberikan nilai yang positif bagi stakeholders 3. Menciptakan team work yang solid dan tangguh
Permasalahan yang di hadapi 1. Persaingan tinggi antar-usaha sejenis 2. Perkembangan usaha yang lambat 3. SDM yang belum profesional
Analisis lingkungan internal melalui matriks IFE · Pemasaran · Keuangan/akuntansi · Produksi dan operasi · Sumber daya manusia · Penelitian dan pengembangan
Analisis lingkungan eksternal melalui matriks EFE a. Lingkungan Jauh · Faktor ekonomi · Faktor sosial · Faktor politik · Faktor teknologi b. Lingkungan Industri · Persaingan antarperusahaan sejenis · Masuknya pesaing baru · Potensi Produk substitusi · Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok · Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen
Matriks IE
Matriks SWOT
Altenatif Strategi (Matriks QSPM)
Prioritas Strategi Pengembangan Usaha
Mr. BrownCo Gambar 3 Langkah Operasional Penelitian
21
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan di lapang adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan-minuman (food and beverage), yaitu brownies singkong. Perusahaan brownies singkong Mr.BrownCo berlokasi di Jl. Raya Darmaga-Kampus IPB Darmaga No. 253 Bogor. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan April 2013. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja karena perusahaan tersebut mempunyai rencana pengembangan di tahun 2014−2015. Alasan yang dipertimbangkan dalam pemilihan tempat ini karena perusahaan memiliki keunggulan berlokasi dekat dengan jalan raya dan pusat kampus IPB.
Jenis dan sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pihak Mr.BrownCo melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara, dan pengisian kuesioner, yaitu dengan satu orang pemilik, satu orang supervisor, satu orang dari InCubie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan) dan 10 orang yang merupakan konsumen brownies tersebut. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan data, seperti referensi dari instansi, internet, dan buku.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu tahap penting dalam kegiatan penelitian. Data yang akan digunakan untuk penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, yaitu pihak perusahaan berupa pencatatan dan wawancara langsung. Wawancara yang dilakukan yaitu pada malam hari, saat proses produksi berlangsung. Setelah selesai pencatatan dan wawancara dengan pihak perusahaan, kemudian dilakukan pengisian kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya dengan usaha brownies singkong tersebut dan data penunjang lainnya pada penelitian terdahulu, internet, artikel, serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Koperasi (Depkop).
22
Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dan analisis terdiri atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan seperti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi. Sementara analisi kuantitatif digunakan melalui analisis matriks IE, Analisis SWOT, dan matriks QSP (QSPM). Penentuan variabel matriks faktor internal (IFE) dan matriks faktor eksternal (EFE) dilakukan secara objektif antara peneliti dan pemilik. Menurut David (2006), Penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahap kerja, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Tahap pertama adalah tahap input di mana dalam penelitian ini menggunakan matriks IFE dan EFE. Proses selanjutnya adalah tahap pencocokan, tahap ini berfokus pada pembuatan alternatif strategi yang tepat dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal. Alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokan adalah matriks IE dan SWOT. Tahap yang terakhir dilakukan analisis menggunakan matriks QSP untuk menentukan keputusan strategi. Desy (2012) . Pada tahap ini dilakukan penentuan persentase dari beberapa responden yaitu pemilik 70 persen, supervisor 10 persen, InCubie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan) 10 persen dan konsumen brownies 10 persen. Pemilik memiliki persentase yang paling tinggi karena merupakan pemegang keputusan utama, sedangkan yang lain hanya sebagai referensi pemilik dalam menentukan pengambilan keputusan tersebut. Tabel 4 Metode penelitian Jenis Data
Sumber Data
Pemilik Mr.BrownCo b.Sekunder Buku Jurnal Instansi Skripsi acuan Internet a. Primer
Metode Pengumpulan Data a. Wawancara b. Observasi c. Diskusi penentuan variabel IFE & EFE d. Pengisian kuisoner
Metode Pengolahan Data a. Matriks IFE b. Matriks EFE c. Matriks SWOT d. Matriks IE e. Matriks QSP
Tahap Masukan (Input Stage) Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan matriks IFE dan matriks EFE. a) Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah sebagai berikut.
23
i) Identifikasi faktor internal perusahaan, kemudian dilakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktorfaktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot, setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1=Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2=Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3=Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 5 Penilaian bobot faktor internal perusahaan Faktor Strategii Internal
A
B
C
D
…..
Total
Bobot
A B C D ….. Total Sumber: David (2009)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel menggunakan rumus: Xί αί= ∑αn=1 Xί Keterangan: = bobot variabel ke-I Xi = nilai variabel ke-i i = 1,2,3,… n = jumlah variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan pada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, di mana bobot dilangkah dua adalah berdasarkan industri.
24
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0−4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau kuat, kemudian jika 2,0−2,99 berarti kondisi internal perusahaan ratarata atau sedang dan 1,0−1,99 berarti kondisi internal perusahaan rendah atau lemah. Tabel 6 Matriks IFE Faktor-Faktor Internal Kunci Kekuatan: 1. 2. Kelemahan: 1. 2. Total
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
Sumber: David (2009)
b) Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, dan data eksternal relevan lainnya. Seperti halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan kerja dalam membuat matriks EFE. i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan, kemudian dilakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktorfaktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
25
Tabel 7 Penilaian bobot faktor eksternal perusahaan Faktor Strategi Eksternal
A
B
C
D
…..
Total
Bobot
A B C D ….. Total Sumber: David (2009)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel menggunakan rumus: Xί αί= ∑αn=1 Xί Keterangan: = bobot variabel ke-i i = 1,2,3,... Xi = nilai variabel ke-i n = jumlah variable Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masingmasing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan ancaman, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang atau ancaman, yaitu sebagai berikut. 1= Sangat rendah, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2= Rendah, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respons sama dengan rata-rata) 3= Tinggi, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4= Sangat tinggi, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE 3,0−4,0, berarti perusahaan merespons kuat terhadap peluang dan ancaman yang memengaruhi perusahaan. Kemudian jika 2,0−2,99 berarti perusahaan merespons sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0−1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespons peluang dan ancaman yang ada.
26
Tabel 8 Matriks EFE Faktor-Faktor Internal Kunci Kekuatan: 1. 2. Kelemahan: 1. 2. Total
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
Sumber: David (2009)
Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT. a) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal di mana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sementara pada sumbu y dari matriks IE menggambarkan posisi eksternal di mana total ratarata tertimbang dari 1,0 hingga1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 4). TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0−4,0
TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA
4,0
3,0
Tinggi 3,0−4, 3,0 Menengah 2,0 ± 2,99
Rata-rata 2,0−2,99
Lemah 1,0−1,99 2,0
1,0
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
I
2,0 Rendah 1,0 ± 1,99
1,0
Gambar 4 Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber: David (2009)
27
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda dengan yang pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. b) Matriks SWOT Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT) merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesess-opportunities), ST (strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats). i) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 5. Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan sebagai berikut. i) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi SO dalam sel yang ditentukan vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi WO dalam sel yang ditentukan vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi ST dalam sel yang ditentukan viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi WT dalam sel yang ditentukan
28
KEKUATAN (STRENGTHS ± S)
KELEMAHAN (WEAKNESESS - W)
PELUANG (OPPORTUNITIES ± O)
STRATEGI SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
ANCAMAN (THREATS - T)
STRATEGI ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
STRATEGI WT Meminimalkan kelemahan dan hindari ancaman
Gambar 5 Matriks SWOT Sumber: David (2009)
Tahap Keputusan (Decision Stage) Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix_- QSPM). QSPM menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM. a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM. b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE. c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores ± AS). Nilai Daya Tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores ±TAS). Total nilai daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan nilai daya tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masingmasing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh
29
faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan total nilai daya tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.
Tabel 9 Matriks QSP (QSPM) Faktor Kunci
Nilai Rata-rata
Strategi 1 AS TAS
Alternatif Strategi Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Total Sumber: David (2009)
Keterengan: AS = Nilai daya tarik TAS= Total nilai daya tarik
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkebangan Perusahaan Mr.BrownCo merupakan kafe yang menyajikan menu utama brownies berbahan dasar dengan campuran singkong, sehingga berbeda dengan brownies pada umumnya. Mr.BrownCo didirikan pada tahun 6 februari 2008 berlokasi di Jl. Raya Darmaga–Kampus IPB Darmaga No. 253 Bogor. Mr.BrownCo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan-minuman (food and beverage) dengan produk utama brownies singkong. Konsep bisnis yang memadukan antara traditional taste menggunakan produk pangan lokal kaya gizi dikombinasikan dengan produk pangan ber-style modern yang lezat selalu membuat produk kami menjadi unik dengan sensasi tersendiri. Prioritas untuk selalu memanjakan cita rasa dan selalu mengedepankan
30
pelayanan terbaik melahirkan terobosan-terobosan baru dalam diversifikasi dan inovasi produk yang tidak “out of date” tetapi mengikuti selera konsumen. Untuk Mr. BrownCo, “Taste is My Style”. Berdirinya usaha tersebut diawali dengan mengikuti program kreativitas mahasiswa yang pada awalnya beranggotakan empat orang tersebut (Sigit Susilo, Bakhtiar Komarulloh, Indra Lasmara, Irna Melviyana). Namun seiring berjalannya waktu, hanya Sigit Susilo yang menjalankan bisnis seorang diri. Modal awal yang dikeluarkan usaha tersebut sebesar Rp2.500.00 kemudian di tahun yang sama, pemilik usaha mengikuti kembali program kreativitas mahasiswa, sehingga mendapatkan biaya tambahan sebesar Rp4.000.000 dan dari Derektoral Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional dengan total modal awal yaitu Rp6.500.000.
Visi dan Misi Mr.BrownCo Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang diantut oleh perusahaan tersebut agar tidak terlepas dari tujuan utama perusahaan. Adapun visi dan misi Mr.BrownCo adalah: Visi Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan produk pangan lokal yang berkualitas. Misi 1. Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pelanggan 2. Memberikan nilai yang positif bagi stakeholders 3. Menciptakan team work yang solid dan tangguh
Produk Mr.BrownCo 1. Brownies Kering Original Brownies kering melalui proses pengeringan terbuat dari bahan-bahan lokal pilihan. Brownies kering original terbuat dari bahan–bahan pilihan lokal dengan campuran cokelat yang lezat. Brownies ini memiliki banyak pilihan rasa dengan ekstrak herbal (kayu manis, cengkeh, pala, dan jahe) yang diolah dan dikemas secara modern dengan kandungan bebas gluten, tinggi serat, dan tinggi kalsium. Cocok untuk diet hidup sehat. Makanan lezat ini sangat pas jika dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi, apalagi jika menyantapnya dengan orang-orang yang kita sayangi. Harga: Rp25.000. 2. Cheese Roll Brownies Cheese roll brownies adalah brownies singkong dengan dua lapisan. Lapisan luar terbuat dari krim cheese dan lapisan dalam terbuat dari cokelat. Tekstur bagian luar yang gurih, tetapi saat digigit bagian dalamnya sedikit lembap, sehingga enak dikunyah di mulut. Apalagi ditambah dengan perpaduan blueberry di dalamnya yang dapat memanjakan lidah. Makanan lezat ini sangat
31
pas jika dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi. Cocok juga untuk sarapan pagi. Harga: Rp55.000. 3. Brownies Kukus Keju Brownies kukus keju adalah brownies singkong dengan dua lapisan.brownies ini menempatkan brownies kukus original di lapisan bawah dan brownies kukus keju di lapisan atas. Perpaduan antara cokelat yang manis dan krim keju yang gurih membuat brownies ini semakin legit. Makanan lezat ini memberikan ciri rasa yang khas dan modern, apalagi menyantapnya dengan orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi. Harga: Rp40.000. 4. Brownies Kukus Cocopandan Brownies kukus cocopandan dengan lapisan bawah kukus original dan lapisan atas adalah kukus cocopandan. Warna hijau yang segar membuat nikmat untuk disantap bersama. Makanan lezat ini memberikan warna yang khas, apalagi menyantapnya dengan orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi. Cocok juga untuk sarapan pagi. Harga: Rp28.000. 5. Brownies Panggang Keju Brownies panggang keju adalah suatu sensasi dan sangat cocok untuk pecinta keju. Terbuat dari bahan-bahan pilihan lokal dengan campuran krim cheese. Ciri rasa yang khas dan modern dapat dinikmati di Mr.BrownCo. Taburan keju yang gurih sangat terasa di lidah. Harga: Rp35.000. 6. Chocolate Roll Brownies Chocolate roll brownies adalah brownies singkong kukus dengan perpaduan blueberry di dalamnya dan tekstur kue yang lembut menciptakan perpaduan rasa yang pas dan brownies yang legit. Makanan lezat ini sangat pas jika dihidangkan dengan segelas minuman favorit kamu. Cocok juga sebagai pengganti sarapan pagi. Harga: Rp35.000. 7. Brownies Herbal Brownies herbal yang pasti tidak kalah dengan brownies lain yang sudah ada di pasaran. Rasa baru yang unik untuk anda yang bosan denga rasa yang ituitu saja. 8. Kue Kering Berbagai macam kue kering yang nikmat ditawarkan untuk Anda. Cocok untuk menemani setiap saat santai Anda bersama keluarga, teman, ataupun pacar. Bisa juga digunakan sebagai panganan untuk berbagai macam acara hajatan di rumah ataupun untuk menemani saat-saat meeting dan lembur Anda di kantor. 9. Brownies kukus original Brownies ini dibuat dengan bahan dasar tepung singkong membuat brownies semakin legit. Penambahan cokelat di tengahnya membuat rasa cokelat semakin kuat. Rasa cokelatnya juga sangat memanjakan lidah. Makanan lezat ini sangat pas jika dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi, apalagi jika menyantapnya dengan orang-orang yang kita sayangi. 10. Brownies Kukus Tapai Brownies kukus tapai terbuat dari tapai singkong yang segar, dilengkapi kukus original di lapisan bawah. Perpaduan antara tapai dengan tepung berbahan pangan lokal. Makanan lezat ini memberikan aroma tapai yang khas, apalagi menyantapnya dengan orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi. Cocok juga untuk dimakan saat bersantai. Harga: Rp28.000 .
32
11. Brownies Panggang Original Brownies ini dibuat dengan bahan dasar tepung singkong dengan rasa manis yang legit dan cokelatnya yang kuat menjadi favorit siapa saja. Renyah di luar dan lembut di dalam, berasa ingin tambah terus. Taburan choco chip membuat semakin nikmat di lidah. Brownies panggang original cocok untuk keluarga juga. Harga: Rp26.000,.
Struktur Organisasi Mr.BrownCo Struktur organisasi yang dimiliki oleh Mr.BrownCo masih sederhana. Pemilik sebagai pemegang kendali penuh atas jalannya usaha, maka semua keputusan harus diketahui dan mendapat persetujuan darinya. Dari pemilik (director) diteruskan langsung kebagian terkait. Karyawan yang bekerja di Mr.BrownCo terdiri atas Director, Finance Manager, Riset and Development, Production, Outlate Supervisor, dan Sales Promotion. Struktur organisasi Mr.BrownCo dapat dilihat pada Gambar 6. Director/Owner
Finance Manager
Riset and Development
Production
Outlate Supervisor
Sales Promotion
Gambar 6 Struktur Organisasi Mr.BrownCo Karyawan Mr.BrownCo berjumlah 8 orang dengan jobdesk masingmasing sesuai jabatannya. Setiap jabatan memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Pendelegasian wewenang di dalam Mr.BrownCo dilakukan sesuai struktur organisasi perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan yaitu sebagi berikut. 1. Director/Owner Memberikan investasi kepada perusahaan Pengambilan keputusan Me-monitoring jalannya perusahaan
33
2. Finance Manager Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi keuangan Mengoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan, dan keuangan Merencanakan dan mengoordinasikan penyusunan anggaran keuangan perusahaan Bertanggung jawab langsung ke director 3. Riset and Development Bertanggung jawab untuk melakukan aktivitas riset dan pengembangan untuk perusahaan Melakukan hubungan baik dan menjalin kerja sama dengan perusahaan yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk aktivitas riset perusahaan Bertanggung jawab langsung ke director 4. Production Melakukan kegiatan produksi (di dapur) Bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen Bertanggung jawab atas ketersedian bahan baku Bertanggung jawab langsung ke director 5. Outlate Supervisor Melakukan pengawasan atas berjalannya kegitan di outlet dan para sales promotion Menjamin kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan 6. Sales Promotion Melakukan kegiatan pemasaran produk langsung ke konsumen Menjamin kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan Bertanggung jawab kepada Outlate Supervisor
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sementara kelemahan merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David (2009), analisis internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang berpartisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Menurut David
34
(2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan, yaitu sebagai berikut. Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada Mr.BrownCo. 1. Produk (Product) Jenis produk yang diproduksi oleh Mr.BrownCo adalah brownis singkong kukus dan panggang, memiliki lebih dari 12 aneka rasa brownies yang berbeda, dengan memiliki tekstur yang lembut. Mr.BrownCo memiliki kekuatan tersendiri dengan mendayagunakan potensi local, yaitu singkong. Namun dari segi rasa tidak mengurangi kenikmatan jika dibandingkan dengan brownies yang terbuat dari tepung terigu. Segmentasi pasar Mr.BrowCo adalah menengah ke atas dengan target utama adalah ibu-ibu dan para mahasiswa karena Mr.BrownCo biasanya dijadikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, sehingga penjualan pada akhir pekan selalu tinggi dibandingkan hari-hari biasa. Kemasan yang digunakan adalah menggunakan kertas berbentuk persegi panjang dengan design yang menarik sesuai jenis rasa brownies tersebut. Untuk labelisasi kemasan Mr.BrownCo sudah cukup baik karena telah dilengkapi nomor PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, komposisi bahan baku, nama merek, dan lokasi produksi Mr.BrownCo, serta terdapat adanya pencantuman tanggal kadaluarsa. Pada kemasan produk makanan sangat penting untuk menginformasikan kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk dikonsumsi. 2. Harga (Price) Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan, sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan. Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu (1) berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu mark up baku untuk labanya; (2) analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan, sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok; (3) berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka penetapan harga pada produk Mr.BrownCo didasarkan atas pendekatan persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk Brownies yang berkembang, sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak Mr.BrownCo dengan mengikuti harga brownies yang sudah ada di pasaran. Berikut daftar harga brownies.
35
Tabel 10 Daftar harga brownies No. Jenis Rasa 1 Brownies Kering Original 2 Cheese Roll Brownies 3 Brownies Kukus Keju 4 Brownies Kukus Cocopandan 5 Brownies Panggang Keju 6 Chocolate Roll Brownies 7 Brownies Herbal 8 Kue Kering 9 Brownies Kukus original 10 Brownies Kukus Tapai 11 Brownies Panggang Original
Harga Rp 25.000 Rp 55.000 Rp 44.000 Rp 28.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 5.000 Rp 28.000 Rp 28.000 Rp 26.000
3. Tempat (Place) Mr.BrownCo berlokasi di Jl. Raya Darmaga-Kampus IPB Darmaga No. 253 Bogor. Pilihan tersebut karena tempat produksinya memanfaatkan tempat yang disediakan oleh pikah Incubie IPB, tetapi untuk tokonya Mr.BrownCo memilih untuk menyewa dan tidak jauh dari tempat produksi. Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan, serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling bergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Secara umum, pihak Mr.BrownCo dalam mendistribusikan produk brownies melalui dua pola saluran. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing saluran distribusi pada Mr.BrownCo. Konsumen
Mr.BrownCo
Pengecer
Konsumen
Gambar 7 Saluran distribusi brownies pada Mr.BrownCo Sumber: Mr.BrownCo
4.
Promosi (Promotion) Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan pendistribusian produk, tetapi juga mengomunikasikan produk
36
ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak Mr.BrownCo adalah melakukan penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal dilakukan melalui penerimaan pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian, syukuran, atau acara pernikahan, tetapi penjualan yang banyak yaitu untuk oleh-oleh keluarga. Sementara untuk promosi penjualan dilakukan melalui web dan media sosial seperti facebook dan twitter yang dilakukan oleh pihak Mr.BrownCo untuk membina loyalitas pelanggan, yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan kualitas rasa dengan harga yang terjangkau.
Keuangan Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Mr.BrownCo, modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari Derektoral Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional karena memenangkan program kreativitas mahasiswa dan ditambah modal sendiri. Salah satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya UKM adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Kondisi ini juga terjadi pada Mr.BrownCo di mana perusahaan tidak memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan.
Produksi/Operasi Ketersediaan bahan baku secara kontinu merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses produksi pembuatan brownies, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri atas sebagai berikut. 1) Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan brownies adalah tepung singkong. Pada Mr.BrownCo, tepung singkong yang digunakan untuk membuat brownies adalah tepung singkong dari supplier Kota Bogor. 2) Bahan Penunjang Bahan penunjang dalam pembuatan brownies adalah cokelat, gula, keju, mentega, aroma pandan, susu rempah-rempah, dan air. Masing-masing bahan penunjang tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, sehingga tanpa adanya bahan penunjang, tidak akan terbentuk brownies yang diharapkan. 3) Bahan Bakar Pembuatan brownies pada Mr.BrownCo menggunakan gas elpiji. Biasanya untuk menunjang kelancaran selama proses pembuatan brownies.
37
4) Pengemasan Jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus brownies, yaitu kardus tipis, tercantum nama merek, nomor PIRT dari Dinas Kesehatan, komposisi bahan baku, dan lokasi produksi.
Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada Mr.BrownCo tidak melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki keterampilan tentang cara pembuatan brownies. Satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja Mr.BrownCo ialah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Di samping itu, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Mr.BrownCo tidak dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para pekerjanya yang sebagian besar hanya lulusan SMA. Oleh karena itu, biasanya pihak Mr.BrownCo akan melakukan training selama satu minggu kepada setiap calon tenaga kerja. Bentuk training ini adalah dengan melibatkan para calon tenaga kerja tersebut pada setiap proses produksi pembuatan brownies. Jika hasil kerjanya baik setelah melalui proses training, para calon tenaga kerja tersebut dapat diterima sebagai tenaga kerja tetap Mr.BrownCo. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan kelemahan bagi perusahaan karena tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dapat membantu pihak Mr.BrownCo dalam mengelola manajemen perusahaan, misalnya terkait dengan pembukuan keuangan. Pada umumnya tenaga kerja Mr.BrownCo dari sekitar lokasi produksi. Oleh karena itu, kemudahan pihak Mr.BrownCo dalam memperoleh tenaga kerja merupakan kekuatan bagi perusahaan. Saat ini jumlah tenaga kerja Mr.BrownCo sebanyak delapan orang, empat orang berada di produksi dan empat orang dipelayanan (outlet), serta selebihnya berada di bagian produksi. Untuk hari kerja pada Mr.BrownCo selama tujuh hari penuh. Waktu kerja yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua shift, yaitu shift satu, mulai pukul 06.00−15.00 WIB dan shift dua, dari pukul 13.00−22.00 WIB. Untuk yang shift dua biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.
38
Faktor Penelitian dan Pengembangan Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya, sehingga tidak semua perusahaan memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola manajemen perusahaan. Di samping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini. Saat ini Mr.BrownCo termasuk salah satu usaha kecil menengah yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil sampai menengah biasanya orientasinya terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu disebabkan oleh manajemen perusahaan yang belum tertata rapi karena keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Strategi yang Telah Dilakukan Strategi yang sudah dilakukan pada Mr.BrownCo adalah strategi samudra biru, di mana produk yang dibuat berbeda dari yang sudah ada sesuai dengan prinsip blue ochean strategy, yaitu menciptakan ruang pasar yang tidak terbantahkan, menjadikan kompetisi tidak relevan, menciptakan dan menangkap permintaan baru. Mr.BrownCo berani mengambil peluang tersebut dengan menciptakan produk olahan pangan, yaitu brownies berbahan dasar singkong.
Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha Mr.BrownCo.
Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri atas faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh, yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh. 1. Faktor Ekonomi Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung
39
terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif, kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif, dapat terjadi sebaliknya, di mana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi perkapita per bulan di Indonesia tahun 2005−2010 dapat di lihat pada Tabel 2 di latar belakang. 2. Faktor Sosial Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk memasarkan produk mereka. 3. Faktor Politik Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang memengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap industri brownies. a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji. Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memerhatikan aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk kelompok produk pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga diberi kode registrasi PIRT untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan konsumen. b) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
40
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah diberi kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini karena dengan adanya otonomi daerah maka peluang untuk mengembangan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim usaha yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya memuat pasal-pasal tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah maka Dinas KUKM memiliki tanggung jawab terhadap penumbuhan iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit. Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan Perusahaan Penjamin sesuai dengan kebijakan tersebut, pemerintah telah meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun Bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan. Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan usahanya. 4. Faktor Teknologi Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahankemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi Dalam industri brownies, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama proses pembuatan brownies, misalnya penggunaan mixer listrik di mana dalam proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses pengadukan adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu juga terdapat mesin penggiling, di mana fungsinya hampir sama dengan mixer, yaitu untuk menggiling adonan brownies tetapi kapasitas alatnya lebih besar daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg dalam satu kali proses penggilingan adonan. Selanjutnya juga terdapat alat cetakan yang berfungsi untuk membentuk adonan brownies, sehingga memiliki bobot dan ukuran yang seragam.
41
Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam pembuatan brownies, saat ini Mr.BrownCo telah memiliki mesin/peralatan tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas. b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi. Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon atau handphone dan jejaring sosial akan mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sementara perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk.
Lingkungan Industri Lingkungan Industri merupakan lingkungan yang barada di sekitar usaha yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter (1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antarperusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawarmenawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. 1) Persaingan antar-Perusahaan Sejenis Persaingan yang terjadi dalam industri brownies cukup kompetitif. Kondisi ini dapat dilihat dari data sekunder dari Jabodetabek yang menunjukkan bahwa pelaku usaha yang begerak pada bidang yang sama terdapat 10 usaha yang bisa di akses melalui media internet, selebihnya belum bisa diakses. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah. Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri brownies adalah persaingan pangsa pasar, mutu produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar terjadi jika jumlah pelaku usaha brownies yang beropersi semakin banyak, sehingga para pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan daerah atau pasar mana yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya. Di samping itu juga terdapat persaingan mutu produk. Persaingan ini terjadi karena setiap pelaku usaha brownies berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen baik melalui kualitas dan rasa, variasi bentuk, maupun variasai ukuran. Oleh karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen tentang produk brownies seperti apa yang diminati. Selanjutnya juga terdapat persaingan harga jual produk. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak persaingan pangsa pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu industri merupakan sebuah hal wajar karena dengan adanya
42
persaingan maka para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam memosisikan produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar. 2) Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya perusahaan pendatang baru bergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada. Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. a) Skala Ekonomis Untuk mendirikan usaha brownies tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha brownies dari skala usaha yang kecil di mana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan brownies yang telah ada. b) Diferensiasi Produk Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan brownies hampir sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan brownies dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti pencantuman merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan (No. PIRT). c) Kebutuhan Modal Meskipun untuk mendirikan usaha brownies tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha brownies cukup besar. Hal ini karena modal tersebut digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan brownies, seperti oven, mixer, dan loyang di mana harga masing-masing peralatan tersebut cukup mahal. d) Biaya Beralih Pemasok Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha brownies yang telah ada untuk pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha brownies yang telah ada agar beralih dari pemasok lama. e) Akses ke Saluran Distribusi Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya, sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak terjadi pada industri brownies. Hal ini karena para pendatang baru pun
43
masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh perusahaan brownies yang telah ada, asalkan mampu memproduksi brownies dengan mutu produk yang sama atau lebih baik tetapi dengan harga yang relatif lebih murah. f) Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala Para produsen brownies yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri brownies, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam industri brownies karena bahan baku maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan brownies cukup banyak tersedia. 3) Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat memengaruhi keberadaan produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah tetapi memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri brownies produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal, wafer, roti, mi instan, dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk substitusi brownies dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat memberikan ancaman bagi Mr.BrownCo sebagai salah satu produsen brownies. Meskipun keberadaan produk substitusi brownies ini tinggi, tetapi keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan seleranya. Pada kenyataannya, produk brownies tetap mampu bersaing dengan dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan konsumen terhadap produk brownies yang semakin meningkat. 4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi Mr.BrownCo, keberadaan pemasok bahan baku seperti tepung singkong, cokelat, dan gula memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Mr.BrownCo tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Mr.BrownCo telah memiliki beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pemasok tersebut berada di Kabupaten Bogor, sehingga pihak Mr.BrownCo tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi pada saat berganti pemasok seandainya salah satu pemasok tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku pada Mr.BrownCo atau jika bahan baku yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Mr.BrownCo dapat dikatakan
44
tidak terlalu kuat karena Mr.BrownCo tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen Mr.BrownCo dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Mr.BrownCo. Hal ini karena pada umumnya pembeli Mr.BrownCo sebagian besar berasal dari Mahasiswa atau ibu-ibu dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar karena untuk oleh-oleh buat keluarga di rumah di setiap transaksinya, meskipun pihak Mr.BrownCo juga tetap melayani pembelian oleh pengecer atau konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi. Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam, sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan brownies yang terdapat di Jabodetabek, di mana masing-masing perusahaan brownies menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk. Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan brownies ke perusahaan brownies yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko dan harga jual dari masing-masing perusahaan brownies. Meskipun sampai saat ini, Mr.BrownCo mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi Mr.BrownCo harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini di mana pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk brownies. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif Mr.BrownCo dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk Mr.BrownCo.
FORMULASI STRATEGI
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha brownies di Kabupaten bogor. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Mr.BrownCo adalah sebagai berikut. 1) Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan Terjalin Baik Suasana kerja dalam brownis lebih cenderung ke arah kekeluargaan, sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik dan karyawan tidak bersifat kaku.
45
Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan lingkungan kerjanya yang pada nantinya dapat menciptakan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. 2) Lokasi Perusahaan Strategis Lokasi perusahaan yang strategis dapat memengaruhi kelancararan suatu usaha. Lokasi usaha brownies dapat dikatakan strategis karena dekat dengan bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, lokasi Mr.BrownCo juga dekat dengan jalan raya dan mudah dilalui oleh alat transportasi, sehingga akan memudahkan pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi produk. Produksi Mr.BrownCo di tempat InCubie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan) jaraknya cukup dekat dengan outlet dan ini akan mempermudah pengiriman hasil produk broenies. 3) Memiliki Layanan Delivery Order Pelayanan delivey order akan mempermudah konsumen untuk membeli brownies tanpa harus datang langsung ke tempat produksi atau outlet Mr.BrownCo dan tentunya ini akan membuat pelanggan loyal terhadap Mr.BrownCo. Delivery order dilakukan hanya untuk pelayanan yang memesan brownies lebih dari lima dan gratis ongkos kirim untuk daerah Dramaga (daerah kampus IPB). Pemesanan biasanya dilakukan melalui via telepon atau via facebook. 4) Sistem Keuangan Menggunakan Teknologi Pelayanan kasir (keuangan) telah menggunakan teknologi modern sehingga mempermudah kasir melakukan tugasnya, efektif karena lebih cepat dan tepat dalam pelayanan, berbeda dengan manual atau tradisional yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk proses transaksi di kasir, bahkan Mr.BrownCo juga melayani pembayaran via kartu kredit melalui mesin EDC. 5) Standar Operasional Produksi (SOP) Koordinasi dalam pembagian tugas penting karena berpengaruh terhadap kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang dilakukan tidak terhambat. Pada Mr.BrownCo, pembagian tugas cukup baik karena antara pemilik dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus dikerjakan. 6) Rasa Browenis yang Bervariasi Brownies Mr.BrownCo memiliki aneka variasi rasa dan warna yang berbeda, hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen serta untuk mengatasi tingkat kejenuhan konsumen denga produk original. Mr.BrownCo memiliki sebelas jenis aneka rasa brownies diantaranya. Brownies Kering Original, Cheese Roll Brownies, Brownies Kukus Keju Brownies Kukus Cocopandan, Brownies Panggang Keju, Chocolate Roll Brownies, Kue Kering, Brownies kukus original, Brownies Kukus Tapai, dan Brownies Panggang Original. 7) Produk yang Berkualitas, Fresh, dan Tidak Menggunakan Bahan Pengawat Pihak Mr.BrownCo selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik dari segi rasa, warna, maupun harga jual produk. Oleh karena itu, untuk menjaga mutu produk yang dihasilkannya, pihak Mr.brownCo tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga produk brownies kukus dari Mr.brownCo hanya bertahan sampi tiga hari, tetapi berbeda dengan brownies panggang yang bisa bertahan sampai enam bukan karena kering dan tidak mengandung air sehingga mampu bertahan lebih lama.
46
Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Mr.BrownCo adalah sebagai berikut. 1) Merk Mr.BrownCo yang Belum dikenal Produk Mr.BrownCo belum di kenal secara menyeluruh karena letak outlet yang berada di Kabupaten Bogor, tidak berada di kota, sehingga memengaruhi akses orang dari luar kota untuk dapat mengenal Mr.BrownCo. 2) Tempat Parkir yang Sempit Mr.BrownCo memiliki tempat parkir yang sempit dan ini memengaruhi konsumen yang membawa kendaraan pribadi terutama mobil karena tempat parker yang tidak memedai. 3) Promosi yang Kurang Gencar Promosi yang dilakukan Mr.BrownCo dirasa kurang gencar karena promosinya hanya mengandalkan dari mulut kemulut serta jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Namun promosi melalui brosur atau media elektronik seperti radi dan TV lokal belum pernah dilakukan. 4) Harga Cukup Mahal Harga cukup mahal karena pemasok tepung singkong belum banyak, sehingga harga bahan bakunya cukup tinggi, harga brownies singkong tidak jauh beda dengan brownies yang terbuat dari terigu, bahkan untuk beberapa jenis brownies singkong lebih mahal dari jenis brownies terigu (Amanda).
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman. 1) Kekuatan Tawar Pemasok yang Lemah Kekuatan tawar pemasok terhadap Mr.BrownCo tergolong kecil, hal ini karena Mr.BrownCo tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan brownies. 2) Kota Bogor Sebagai Kota Kuliner dan Lokasi yang Strategis Bogor memiliki aneka jenis kuliner yang beraneka ragam mulai dari cemilan, makanan pokok, sampai dengan bakery nya, sehingga tidak salah Kota Bogor disebut dengan kota kuliner, dan Mr.BrownCo ada di Bogor sehingga cukup berpengaruh bagi beberapa orang yang memiliki hobi wisata kuliner. 3) Kemajuan Teknologi yang Berkembang Kemajuan teknologi yang sangat cepat perkembangannya dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran, seperti penggunaan alat komunikasi telfon, HP, BBM, Email, YM, Facebook, Twitter dan alat-alat lain untuk produksi, serta mesin untuk kasir. 4) Peralihan Gaya Hidup Masyarakat yang Cenderung Mengonsumsi Makanan Siap Saji Masyarakat saat ini cendrung mencari makanan yang siap saji, baik makanan pokok atau hanya sekedar kudapan karena alasan kesibukan dan mobilitas yang tinggi maka makanan siap saji dianggap jawaban yang tepat untuk memenuhi
47
1) 2)
3)
4) 5)
kebutuhan tersebut. Oleh karena itu Mr.BrownCo salah satu jawaban untuk memenuhi dahaga tersebut. Sementara faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Mr.BrownCo, antara lain berikut. Persaingan Brownies di Jabodetabek Perkembangan perusahaan brownies semakakin meningkat. Mr.BrownCo memiliki pesaing yang cukup berat yang telah lebih dulu berdiri yaitu Brownies Amanda dan 11 jenis brand Brownies yang terdapat di Jabodetabek, tetapi hanya Mr.BrownCo satu-satunya brownies yang berbahan dasar singkong. Kenaikan Bahan Baku yang dipengaruhi oleh Kenaikan Harga BBM Harga bahan baku akan terpengaruh jika harga BBM naik, seperti tepung singkong, cokelat, gula, keju dan bahan-bahan lainnya. Oleh karena itu akan memengaruhi harga jual. Ancaman Masuknya Pendatang Baru Ancaman produk subtitusi/pengganti
Analisis Matrik IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal dan eksternal usaha brownies Mr.BrownCo yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada responden, yaitu pemilik Mr.BrownCo, Supervisor, IncuBie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan), dan konsumen. Pengisian kuesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif. Kuesioner diisi oleh masingmasing responden untuk pembobotan. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasiln pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha Mr.brownCo dapat dilihat di Lampiran 3 dan 4. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada usaha Mr.brownCo.
48
Tabel 11 Analisis matriks IFE usaha brownies Mr.BrownCo Faktor Internal Kekuatan 1. Hubungan yang terjalin baik dengan karyawan 2. Lokasi strategis 3. Memiliki Layanan delivery order 4. Sistem keuangan telah menggunakan teknologi 5. Standar operasional produksi (SOP) 6. Rasa brownies yang bervariasi 7. Produk yang berkualitas, fresh, dan tidak menggunakan bahan pengawet Kelemahan 1. Merk Mr.BrownCo yang belum dikenal 2. SDM yang belum profesional 3. Promosi yang kurang gencar 4. Harga cukup mahal Total
Bobot
Rating
Skor
0,088
3,870
0,340
0,060 0,064 0,099
3,970 3,830 3,710
0,240 0,244 0,369
0,089 0,106 0,078
3,850 3,280 3,970
0,344 0,347 0,310
0,080
1,040
0,084
0,039 0,092 0,124
1,770 1,060 1,800
0,069 0,098 0,223 2,665
Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar, sedangkan kelemahan utama bagi Mr.BrownCo adalah variabel kelemahan dengan nilai bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang bervariasi dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,347. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel tersebut karena pihak Mr.brownCo selalu berupaya berinovasi untuk menciptakan jenis brownies yang memeiliki variasi rasa yang berbeda untuk mengurangi tingkat kejenuhan pelanggan dengan rasa yang sama. Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah tempat parkir yang sempit dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,084. Secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 2,665 yang mengindikasikan bahwa usaha brownies Mr.BrownCo berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa usaha brownies Mr.BrownCo memiliki posisi internal yang kuat karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.
Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha brownies Mr.BrownCo yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner kepada responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan internal perusahaan. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai
49
rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman pada usaha brownies Mr.BrownCo dapat dilihat di Lampiran 4. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha brownies Mr.BrownCo. Tabel 12. Analisis matriks EFE usaha brownies Mr.BrownCo Bobot
Rating
0,236 0,133
2,460 3,920
0,580 0,521
0,212 0,129
2,280 3,200
0,483 0,413
1. Tingkat persaingan perusahaan sejenis
0,180
3,000
0,541
2. Kenaikan Bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM 3. Ancaman masuknya pendatang baru
0,133
3,220
0,428
0,181
2,280
0,412
4. Ancaman produk substitusi/pengganti
0,157
2,760
0,433
1. 2. 3. 4.
Faktor Eksternal Peluang Kekuatan tawar pemasok Kota Bogor sebagai kota kuliner dan lokasi yang strategis Kemajuan teknologi yang berkembang Gaya hidup masyarakat yang cendrung mengonsumsi makanan siap saji Ancaman
Total
Skor
3,377
Sumber: Data Primer
Tabel 12 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo. Peluang utama bagi Mr.brownCo adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu Kekuatan tawar pemasok dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,580. Sedangkan ancaman utama bagi Mr.BrownCo adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terkecil, yaitu ancaman masuknya pendatang baru dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,412. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE sebesar 3,377 yang mengindikasikan bahwa usaha Mr.BrownCo berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matiks IFE (2,743) maupun EFE (3,743) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada usaha brownies Mr.BrownCo (Gambar 8).
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
50
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata 3,0 - 4,0 2,0-2,99 4,0 3,0
2,665
Tinggi 3,0 - 4,0
Lemah 1,0-1,99 2,0
1,0
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
I
3,377 3,0 Menengah 2,0 - 2,99 2,0 Rendah 1,0 - 1,99 1,0
Gambar 8. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber: David (2009)
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa Mr.BrownCo menepati posisi dalam sel II. Perusahaan masih berada dalam kondisi tumbuh dan berkembang. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif seperti pengembangann produk (development product), pengembangan pasar (market development) dan penetrasi pasar (market penetration). Pengembangan produk yaitu membuat dan memasarkan produk kepada pelanggan yang sudah ada dengann cara melakukan inovasi produk atau pengenalan produk baru kepada para pelanggan seperti membuat jenis variasi rasa yang disukai konsumen atau yang lagi trend saat ini namun tetap menjaga kualitas standar browniesnya. Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan promosi dan menegembangkan website perusahaan yang sudah ada, sehingga banyak konsumen lebih banyak lagi yang akan mengenal Mr.BrownCo baik di dalam kota ataupun di luar kota (Jabodetabek), sementara pengembangan pasar yaitu dengan mengikuti acara pameran-pameran makanan yang secara tidak langsung dapat memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen dan meraih pangsa pasar yang lebih luas dan membuka cabang baru diluar Kota Bogor terutama Jabodetabek untuk mempermudah konsumen mendapatkan produk brownies singkong Mr.BrownCo. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Mr.BrownCo Analisis Matriks SWOT Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi
51
strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pada Mr.BrownCo dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1) STRATEGI S-O (Strength Opportunity) Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal "Brownies Singkong" untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada agar memperoleh keuntungan bagi Mr.BrownCo. Terdapat alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi S-O yaitu meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang baru. Hal ini dilakukan agar jangkauan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut lebih mudah sehingga masyarakat dapat menikmatinya. Kualitas dan bahan baku yang berbeda dari pesaing lainnya merupakan kekuatan yang dimiliki Mr.brownCo, hal ini dapat dimanfaatkan untuk mencari investor atau rekanan bisnis untuk membuka cabang baru. Mr.BrownCo menawarkan kerjasama dengan sistem bagi hasil, hal ini untuk menjaga standar kualitas produk yang di miliki Mr.BrownCo. 6) STRATEGI W-O (Weakness-Opportunity) Strategi W-O adalah strategi bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang dimiliki oleh perusahaan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O, yaitu Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) seperti facebook, twetter, website, blog dan blackberry, selama ini Mr.BrownCo sudah melakukan ini namun belum maksimal dan tertangani dengan baik, serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran makanan baik dalam kota Bogor ataupun di luar kota Bogor dan bekerja sama dengan radio atau televisi lokal ataupun nasional untuk mengenalkan Mr.BrownCo kepada masyarakay yg lebih luas. 7) Strategi S-T (Strength-Threat) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal perusahaan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu perusahaan sangat penting, dalam hal ini Mr.BrownCo harus memberikan kualitas produk yang terbaik kepada konsumen tentunya dilengkapi dengan pelayanan yang baik pula. Sedangkan inovasi yang harus dilakukan adalah selalu menciptakan atau memodivikasi jenis rasa brownies yang baru. 8) Strategi W-T (Weakness-Threat) Strategi W-T adalah strategi yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-T yaitu: 1. Menawarkan Membuat paket harga 2. Memberikan fasilitas internet gratis untuk para pelanggan
52
Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (OPPORTUNITIES) 1.Kekuatan tawar pemasok yang lemah 2.Kota bogor sebagai kota kuliner dengan lokasi yang strategis 3.Kemajuan teknologi yang berkembang 4.Peralihan gaya hidup masyarakat yang cendrung mengkonsumsi makanan siap saji Ancaman (THREATS) 1. Persaingan brownies sejenis 2. Kenaikan bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM. 3. Ancaman masuknya pendatang Baru 4. Ancaman produk substitusi/pengganti
Kekuatan (STRENGTHS ) 1.Hubungan yang terjalin baik dengan karyawan 2. Lokasi yang strategis 3. Memiliki layanan delivery order 4. Sistem keuangan telah menggunakan teknologi modern 5. Memiliki SOP 6. Rasa brownis yang berfariasi 7. Produk yang berkualitas, fresh dan tidak menggunakan bahan pengawet STRATEGI (S-O) Meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang (S1,S3,S6,S7,O2,O3.O4)
STRATEGI (S-T) Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru (S1,S2,S3,S6,S7,T1)
Tabel 13. Kesetaraan IE dan SWOT No IE 1
Pengembangan Produk
2
Pengembangan Pasar
Kelemahan(WEAKNES ESS) 1.Merk brownies yang belum dikenal 2.Tempat parkir yang sempit 3.Promosi yang kurang gencar 4.Harga yang cukup mahal bagi konsumen
STRATEGI (W-O) Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televisi lokal ataupun nasional untuk mengenalkan Mr.BrownCo kepada masyarakat yg lebih luas. (W1,W2,W3,O2,O3,O4) STRATEGI (W-T) 1. Menawarkan/Membuat paket harga (W4,T2) 2. Memberikan fasilitas internet gratis untuk para pelanggan (wifi) (W3,T1)
SWOT
Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru Menawarkan/Membuat paket harga Meningkatkan pangsa pasar dengan menambang saluran distribusi dengan membuka cabang Memberikan fasilitas internet gratis untuk para Pelanggan (wifi)
53
3
Penetrasi Pasar
Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televise lokal ataupun nasional untuk mengenalkan Mr.BrownCo kepada masyarakat yang lebih luas.
Analisis Matriks QSP (QSPM) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah matriks perencanaan strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan pada pemilik Mr.BrownCo sebagai pengambil keputusan di perusahaan. Dengan cara membandingkan apakah faktor-faktor eksternal dan internal berpengaruh terhadap daftar strategi yang akan dipilih. Semakin tinggi yotal Nilai Daya Tarik (TAS) maka semakin menarik lternatif tersebut sebagai prioritas strategi untuk dilaksanakan oleh Mr.BrownCo. Beberapa alternatif strategi tersebut dapat diperingkatkan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang (TAS = 8,336). 2. Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televise lokal ataupun nasional untuk mengenalkan (TAS = 7,660). 3. Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru (TAS = 7,495). 4. Membuat paket harga (TAS = 7,336). 5. Memberikan fasilitas internet gratis untuk para Pelanggan (wifi) (TAS=6,595). Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan Mr.BrownCo berdasarkan penjumlahan TAS tertinggi. Hasil matriks QSP disajikan pada Lampiran 5. Strategi yang telah diurutkan merupakan hasil dari pembobotan. Strategi yang memiliki bobot terbesar yang dapat diterapkan oleh Mr.BrownCo yaitu meningkatkan pangsa pasar dengan menambang saluran
54
distribusi dengan membuka cabang. Strategi tersebut untuk lebih memudahkan jangkauan konsumen mendapatkan produk Mr.BrownCo. Tabel 14. Matriks QSP No. Alternatif Strategi 1 Meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang 2 Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televisi lokal ataupun nasional untuk mengenalkan. 3
4 5
Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru Membuat paket harga Memberikan fasilitas internet gratis untuk para pelanggan (wifi)
Nilai TAS
Prioritas Strategi
8,336
7,660
7,495
8,336 Meningkatkan pangsa pasar dengan menambang saluran distribusi dengan membuka cabang
7,336 6,595
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi Mr.BrownCo. Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang berfariasi. Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah merek Mr.BrownCo yang belum dikenal dan ini memiliki implikasi terhadap promosi yang kurang gencar baik melalui media elektronik, maupun media cetak. 2. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo. Peluang utama bagi Mr.brownCo adalah kekuatan tawar pemasok. Sedangkan ancaman utama bagi Mr.BrownCo adalah yaitu kenaikan bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE yang mengindikasikan bahwa usaha Mr.BrownCo berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. 3. Mr.BrownCo berada pada sel II. Perusahaan masih berada dalam kondisi tumbuh dan berkembang. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif seperti pengembangann produk (development product), pengembangan
55
pasar (market development) dan penetrasi pasar (market penetration). Pengembangan produk yaitu membuat dan memasarkan produk kepada pelanggan yang sudah ada dengan cara melakukan inovasi produk atau pengenalan produk baru kepada para pelanggan seperti membuat jenis variasi rasa yang disukai konsumen atau yang lagi trend saat ini namun tetap menjaga kualitan standar browniesnya. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang, melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) serta mengikuti kegiatan bazar atau pameran dan bekerja sama dengan radio atau televise lokal ataupun nasional untuk mengenalkan. Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi baru, menawarkan/membuat paket harga, dan memberikan fasilitas internet gratis (wifi). Prioritas strategi adalah meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang baru. Strategi tersebut untuk lebih memudahkan jangkauan konsumen mendapatkan produk Mr.BrownCo.
Saran Agar strategi dapat diimplmentasikan dengan baik, perusahaan perlu meningkatkan kedisiplinan yang tinggi dalam menetapkan aturan jam kerja kepada karyawan, perlu adanya komitmen dari pemilik dan seluruh karyawan untuk mengimplementasikan strategi tersebut dan pemilik Mr.BrownCo mampu memotifasi karyawan dan mengalokaskan sumberdaya agar strategi dapat dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA Annisa 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Cibaru, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ariessiana T N. 2009. Analisis strategi pengembangan usaha roti Pada bagas bakery, kabupaten Kendal. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta. David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah; Rahoyo S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management ³Concepts and Cases, 10 th ed´.
56
Departemen Koperasi. 2013. Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi. Indonesia. Desy 2012. Strategi Pemasaran Agrowisata Stroberi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ebenhear R. 2007. Alokasi Optimal Distribusi Roti Unyil Venus´ Produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fitriati. 2004. Analisis strategi pengembangan usaha Roti Bakery, kabupaten Kediri [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta: Prehallindo. Kristiyani D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ningtias 2009. Strategi Pengembangan Usaha Kecil"waroeng cokelat"(Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan bogor utara, Kota Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis. Nusawanti 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Terjemahan dari: Strategic Managemen: Formulation, Implementation, and Controlling. Porter ME. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari: Competitive Strategy. Rahmadhoni. 2006. Analisis strategi pengembangan usaha Restoran Sunda, kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Rahman. 2012. Analisis strategi pengembangan usaha Caffe Burgani, kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
57
Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Modul Konsumsi. 2012. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta. Syarifatunisa 2011 Analisis Strategi Peningkatan Kepuasan Pelanggan Toko Roti Unyil Venus Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tambunan. 2011. Analisis strategi pengembangan usaha Apple Pie, kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Umar H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
58
Lampiran 1 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Internal Pemilik 70% SPV 10% Incubie 10% Pengunjung 10% Total Bobot 0,060 0,011 0,008 0,010 A 0,088 0,033 0,011 0,007 0,010 B 0,060 0,036 0,011 0,009 0,008 C 0,064 0,072 0,009 0,009 0,010 D 0,099 0,060 0,010 0,011 0,009 E 0,089 0,079 0,008 0,010 0,009 F 0,106 0,053 0,008 0,008 0,009 G 0,078 0,053 0,009 0,010 0,009 H 0,080 0,009 0,009 0,012 0,009 I 0,039 0,066 0,009 0,008 0,010 J 0,092 0,099 0,008 0,008 0,009 K 0,124 1
Lampiran 2 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Internal
A B C D E F G H I J K
Pemilik 70% 2,80 2,80 2,80 2,80 2,80 2,10 2,80 0,70 1,40 0,70 1,40
SPV 10% 0,4 0,4 0,4 0,3 0,4 0,4 0,4 0,1 0,1 0,1 0,1
Incubie 10% 0,30 0,40 0,30 0,30 0,30 0,40 0,40 0,10 0,10 0,10 0,10
Pengunjung 10% 0,37 0,37 0,33 0,31 0,35 0,38 0,37 0,14 0,17 0,16 0,20
Total Rating 3,870 3,970 3,830 3,710 3,850 3,280 3,970 1,040 1,770 1,060 1,800
59
Lampiran 3 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal Pemilik 70% SPV 10% Incubie 10% Pengunjung 10% Total Bobot A 0,175 0,017 0,025 0,019 0,236 B 0,082 0,018 0,014 0,019 0,133 C 0,152 0,018 0,016 0,026 0,212 D 0,082 0,015 0,013 0,019 0,129 E 0,128 0,017 0,017 0,019 0,180 F 0,082 0,015 0,016 0,020 0,133 G 0,137 0,012 0,013 0,019 0,181 H 0,096 0,018 0,017 0,026 0,157
Lampiran 4 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal Pemilik SPV Incubie Pengunjung Total 70% 10% 10% 10% Rating 1,4 0,40 0,40 0,26 2,460 A 2,8 0,40 0,40 0,32 3,920 B 1,4 0,20 0,40 0,28 2,280 C 2,1 0,40 0,40 0,30 3,200 D 2,1 0,40 0,20 0,30 3,000 E 2,1 0,40 0,40 0,32 3,220 F 1,4 0,30 0,30 0,28 2,280 G 2,1 0,2 0,2 0,26 2,760 H
Lampiran 5 Matrik EFE (Esternal Factor Evaluation) Total Bobot Total Rating 0,236 2,460 A 0,133 3,920 B 0,212 2,280 C 0,129 3,200 D 0,180 3,000 E 0,133 3,220 F 0,181 2,280 G 0,157 2,760 H Total EFE
Total 0,580 0,521 0,483 0,413 0,541 0,428 0,412 0,433 3,377
60
Lampiran 6 Matrik QSP Alternatif Strategi Faktor-Faktor Kunci
Strategi 1
Bobot
AS
Strategi 2
TAS
AS
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
Peluang A. Kekuatan tawar pemasok
0,221
3
0,663
3
0,663
2
0,442
2
0,442
1
0,221
B. Kota Bogor sebagai kota kuliner dan lokasi yang strategis
0,149
4
0,596
3
0,447
3
0,447
3
0,447
2
0,298
C. Kemajuan teknologi yang berkembang
0,207
4
0,828
4
0,828
4
0,828
3
0,621
4
0,828
D. Gaya hidup masyarakat yang cendrung mengonsumsi makanan siap saji
0,141
3
0,423
4
0,564
4
0,564
4
0,564
2
0,282
Ancaman E. Persaingan Produk Brownies
0,178
4
0,712
3
0,534
3
0,534
3
0,534
3
0,534
F. Kenaikan Bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM
0,149
3
0,447
3
0,447
4
0,596
3
0,447
3
0,447
0,165 0,177
3 4
0,496 0,708
3 3
0,496 0,531
3 3
0,496 0,531
4 3
0,662 0,531
3 3
0,496 0,531
G.Ancaman masuknya pendatang baru H.Ancaman produk subtitusi
Lampiran 6 Matrik QSP (lanjutan) Alternatif Strategi Faktor-Faktor Kunci
Strategi 1
Bobot
AS
TAS
Strategi 2 AS
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
Kekuatan I. Hubungan yang terjalin baik dengan karyawan
0,091
4
0,364
3
0,273
4
0,364
3
0,273
3
0,273
J. Lokasi strategis
0,074
4
0,296
3
0,222
3
0,222
3
0,222
3
0,222
K. Memiliki delivery order
0,075
4
0,3
3
0,225
3
0,225
4
0,3
4
0,3
L. Sistem keuangan telah menggunakan teknologi
0,096
3
0,288
3
0,288
3
0,288
3
0,288
4
0,384
M. Memiliki SOP
0,094
3
0,282
4
0,376
3
0,282
3
0,282
3
0,282
N. Ras brownies yang berfariasi
0,098
4
0,392
4
0,392
4
0,392
3
0,294
3
0,294
O. Produk yang berkualitas, fresh tanpa bahan pengawet
0,081
4
0,324
3
0,243
3
0,243
4
0,324
2
0,162
Kelemahan P. Merk Mr.BrownCo dikenal
0,086
4
0,344
3
0,258
3
0,258
3
0,258
3
0,258
Q. Tempat parkir yang sempit
0,064
3
0,192
3
0,192
3
0,192
4
0,256
3
0,192
R. Promosi yang kurang gencar
0,09
4
0,36
4
0,36
3
0,27
3
0,27
3
0,27
S. Harga cukup mahal
0,107
3
0,321
3
0,321
3
0,321
3
0,321
3
0,321
Total Nilai Daya Tarik Prioritas Strategi
8,336
7,660
7,495
7,336
6,595
Strategi 1
61
62
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 21 Januari 1989. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Buah hati tercinta dari pasangan Bapak Tasman dan Ibu Rominih. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Losarang dari tahun 2004 sampai 2007. Kegiatan yang diikuti waktu SMA yaitu menjadi pengurus OSIS dan Pramuka, kemudian penulis melanjutkan ke jenjang Universitas dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat Program Diploma IPB pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tepat waktu pada tahun 2010, penulis aktif juga di organisasi kampus diantaranya, Himpunan Mahasiswa Gizi dan Pangan (Hamagi) dan organisasi daerah Ikatan Mahasiswa Darma Ayu (Ikada) . Setelah lulus Diploma penulis langsung melanjutkan pendidikan program ekstensi alihjenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Dalam waktu bersamaan penulis juga bekerja di IPB Press selama dua tahun dan saat ini penulis sambil menyelesaikan skripsi bekerja di Bank Rakyat Indonesia sampai skripsi sekarang.