OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR
GRAVI MARGASETHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Gravi Margasetha NIM H3410411
Pelimpahan hak cipta atau karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak besar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK GRAVI MARGASETHA. Optimalisasi Produksi Brownies Singkong Pada Mr.BrownCo Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.BrownCo. Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Untuk mencapai optimalisasi keuntungan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan program linier. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi dapat diketahui bahwa tingkat produksi brownies di mr.BrownCo selama bulan Agustus-November 2012 belum optimal. Hal ini karena masih terdapat perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi optimalnya. Mr.BrownCo sebaiknya berproduksi sampai kondisi optimal agar memperoleh keuntungan (laba kotor) yang maksimum. Mr.BrownCo sebaiknya mengatur kembali ketersediaan sumberdaya berlebih seperti bahan baku, jam tenaga kerja dan jam kerja mesin. Kata Kunci : Brownies Singkong, Optimalisasi, Program Linier ABSTRACT GRAVI MARGASETHA. Production Optimization of Cassava Brownies in Mr.BrownCo Bogor. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Bogor city is one area that experiencing rapid development of UMKM . Mr.BrownCo is one of UMKM in Bogor that capture business opportunities with compared unique food product to other food business . Brownies Cassava is one kind of snack practical with excellent nutritional content and safe for consumption so make such products can provide value added to the company in addition to excellence in product diversification of raw materials . One of the goals to be achieved by the company is the optimal profit . To achieve the optimization of the profits of a company faced with the reality of limited resources. Optimal production plan obtained by using linear programming . The output of data processing by using LINDO will provide an optimal combination of products so that maximum benefit can be achieved . The output of the data processing that provide an optimal combination will be compared with the actual conditions that occur in the company and to evaluate whether the activities undertaken during
this production is optimal or not . Based on the results of the optimization analysis can be seen that the rate of production of brownies in mr.BrownCo during August - November 2012 have not been optimal . This is because there are differences between the actual conditions with optimal conditions . Mr.BrownCo should produce up to optimal conditions in order to make a profit ( gross profit ) is maximum . Mr.BrownCo should set back the excess availability of resources such as raw materials , labor hours and machine hours. Keywords : Cassava Brownies, Optimization, Linier Programming
OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR
GRAVI MARGASETHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor Nama : Gravi Margasetha NIM : H34104113
Disetujui oleh
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah optimalisasi produksi, dengan judul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan serta arahannya. Kepada Dr. Ir. Amzul Rifin, SP, MA dan Anita Primaswari, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mas Sigit Susilo selaku pemilik mr.BrownCo yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian dan seluruh karyawan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Ungkapan terima kasih tak terhingga untuk Ibu dan bapak, suami, serta keluarga untuk setiap cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabatsahabat tercinta, Hairia, Hidayatus Sa’adah, Sukmaningrum, dan juga kepada seluruh staf sekretariat Program Alih Jenis Agribisnis yang telah banyak membantu. Terima kasih untuk kebersamaan teman-teman alih jenis agribisnis angkatan I selama ini, serta seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Februari 2014 Gravi Margasetha
i
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan
7
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu
8
Proses Produksi Brownies
9
Penelitian Terdahulu
10
KERANGKA PEMIKIRAN
11
Kerangka Pemikiran Teoritis
11
Kerangka Operasional Penelitian
17
METODE PENELITIAN
19
Lokasi dan Waktu Penelitian
19
Jenis dan Sumber Data
19
Metode Pengolahan Data
19
Metode Analisis Data
22
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
24
Sejarah Mr.BrownCo
24
Visi dan Misi Mr.BrownCo
24
Aspek Produksi
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Perumusan Fungsi Tujuan
28
Perumusan Fungsi Kendala
29
Analisis Primal
33
Analisis Dual
35
Analisis Sensitivitas
41
Analisis Post Optimal
45
ii
IMPLIKASI MANAJERIAL
48
KESIMPULAN
49
Simpulan
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
52
RIWAYAT HIDUP
65
iii
DAFTAR TABEL 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006-2010 2 Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi di Bogor Tahun 2008-2010 3 Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2010-2012 4 Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode 2007-2012 5 Data Penjualan Brownies di Mr.BrownCo Periode AgustusNovember 2012 6 Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode AgustusNovember 2012 7 Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram 8 Kendala-kendala dalam Produksi di Mr.BrownCo 9 Keuntungan Tiap Produk Brownies pada Mr.BrownCo 10 Ketersediaan Bahan Baku Brownies di Mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012 11 Perhitungan Koefisien Kendala Jam Tenaga Kerja 12 Perhitungan Koefisien Kendala Jam Kerja Mesin 13 Perbandingan Jumlah Produksi Brownies pada Kondisi Aktual dan Optimal 14 Nilai Slack atau Surplus serta Dual Prices untuk Sumberdaya Bahan Baku 15 Perbandingan Penggunaan Bahan Baku pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal 16 Analisis Status Jam Tenaga Kerja 17 Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Kerja Mesin 18 Perbandingan Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan pada Kondisi Optimal 19 Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Permintaan Pasar 20 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan 21 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Bahan Baku 22 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Tenaga Kerja 23 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Jam Kerja Mesin 24 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Permintaan Pasar 25 Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I 26 Perbandingan Kombinasi Produk pada Solusi Optimal Awal dengan Solusi Optimal Skenario I 27 Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II
1 2 2 4 6 6 8 21 28 30 31 32 34 36 37 38 39 39 41 41 43 43 44 45 46 46 48
iv
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Perkembangan Impor Gandum di Indonesia Langkah-langkah Pembuatan Brownies Tahap Kegiatan Operasi Perusahaan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue Kerangka pemikiran operasional
3 9 13 14 18
DAFTAR LAMPIRAN 1
Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo 2 Perhitungan Koefisien Fungsi Kendala Bahan Baku 3 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Bulan Agustus-November 2012 4 Perhitungan Keuntungan pada Kondisi Aktual Dibandingkan dengan Kondisi Optimal 5 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I 6 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario I 7 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Skenario I 8 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II 9 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario I 10 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Skenario I 11 Alat-alat yang Digunakan untuk Produksi Brownies di Mr.BrownCo 12 Kegiatan Produksi di Mr.BrownCo
53 53 54 56 56 57 58 60 60 61 62 63
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan dan bahkan berkembang di dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu. Peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran, melalui kegiatan ekspor (KUMKM, 2010). UMKM telah menjadi sumber kehidupan dari sebagian besar rakyat Indonesia dan jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006-2010 Unit Usaha
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
Usaha Mikro
48.512.438
49.608.953
50.847.771
52.176.795
53.207.500
Usaha Kecil
472.602
498.565
522.124
546.675
573.601
Usaha Menengah
36.763
38.282
39.717
41.133
42.631
49.021.803
50.145.800
51.409.612
52.764.603
53.823.732
Total
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2010)
Dalam waktu lima tahun, perkembangan jumlah unit UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan baik dari unit usaha mikro, unit usaha kecil, dan unit usaha menengah. Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2012 sudah meningkat menjadi sekitar 55 juta dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia1. Hal ini membuktikan bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator, dan stabilisator perekonomian Indonesia. Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Hal tersebut dibuktikan oleh pertumbuhan bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bogor tahun 2011 yang pertumbuhannya naik sebesar 7 persen dari jumlah sebelumnya2. Data menunjukkan bahwa perkembangan UMKM di Kota Bogor selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya (Tabel 2). Kenaikan jumlah UMKM tersebut akan diikuti dengan naiknya penyerapan tenaga kerja serta investasi yang ada di Kota Bogor.
1
Disampaikan oleh Purbayu Budi Santoso dalam harian Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 2012. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/10/22/202943/10/Pilar-UtamaUMKM. [Diakses pada 26 November 2012]. 2 Kantor Berita Radio Nasional dalam http://www.rri.co.id// diakses pada 26 November 2012.
2
Tabel 2
Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi di Kota Bogor Tahun 2008-2010 Uraian
Tahun 2008
2009
2010
Usaha Mikro (unit)
25.718
25.804
26.32
Usaha Kecil (unit)
4.822
4.838
4.936
Usaha Menengah (unit)
1.607
1.614
1.646
54.388
57.107
58.249
537.252.204.700
564.114.814.200
575.397.110.000
Jumlah Tenaga Kerja (orang) Asset/ Investasi (Rp)
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2012)
Potensi Kota Bogor yang menyimpan berbagai wisata alam yang menyajikan berbagai panorama bagi para pengunjungnya menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu tujuan wisata baik kuliner maupun wisata belanja. Akibatnya, perkembangan di sektor ini menjadi pendorong bagi UMKM untuk terus mengembangkan produknya mulai dari industri makanan dan minuman, home industry, dan berbagai varian produk khas Bogor lainnya. Semakin berkembangnya jumlah UMKM yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman berimplikasi pada persaingan antar perusahaan sejenis. Data potensi industri makanan dan minuman di Kota Bogor pada tahun 2010 (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah total usaha kecil yang bergerak di usaha makanan dan minuman adalah sebesar 1.587 unit atau sebesar 32,15% dari jumlah total usaha kecil yang ada di Kota Bogor. Banyaknya perusahaan yang bergerak di usaha makanan mengharuskan perusahaan untuk melakukan efisiensi agar dapat menekan biaya produksi. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengelola biaya produksinya, maka akan semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan tersebut dalam bersaing. Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga diperoleh produksi optimal yaitu tingkat pengunaan input tertentu yang menghasilkan output tertentu yang memberikan laba maksimal. Tabel 3
Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2010- 2012
Jenis Usaha Industri Besar dan Menengah Makanan Minuman Industri Kecil Formal Makanan Minuman Industri Kecil Non Formal Makanan Minuman
Unit Usaha
Tenaga Kerja
25 13
1.422 1.819
240 69
2.213 534
1.057 221
4.895 964
Sumber : Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi (diolah)
3
Industri makanan yang berkembang saat ini banyak sekali membuat produk-produk pangan yang berbahan dasar dari tepung terigu. Ketergantungan industri makanan untuk mendapatkan tepung terigu yang terbuat dari gandum sangat tinggi. Hal ini menyebabkan konsumsi tepung terigu sangat besar sehingga menyebabkan nilai impor terigu Indonesia selalu meningkat tiap tahun karena produksi tepung terigu dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan akan tepung terigu. Perkembangan impor gandum di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menyebabkan cadangan devisa negara semakin menurun. Selain itu, ketergantungan akan bahan baku gandum untuk pengolahan produk makanan akan semakin menjauhkan dari keunggulan tanaman lokal yang dapat menggantikan gandum. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh pemerintah dengan menggalakkan diversifikasi pangan dengan langkah mengurangi penggunaan tepung terigu dalam industri makanan dan mulai beralih ke tepung yang berbahan baku lokal seperti tepung singkong. Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (trilliun Rp) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
44,54
20,58 16,91
2007
2008
20,23
Jumlah Impor Gandum
14,12
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 1 Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (dalam trilliun Rp) Sumber : Kementerian Perdagangan3 (diolah)
Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.BrownCo. Keunikan dari usaha ini adalah menggunakan tepung singkong sebagai substitusi dari tepung terigu. Hal ini sesuai dengan program kerja Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang mendukung adanya diversifikasi penggunaan bahan baku lokal dalam produk pangan. Karena keunikan yang dimilikinya ini, mr.BrownCo meraih penghargaan Inovasi Produk Pangan Peduli Gizi pada 18 Januari 2012 dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
3
Kementerian Perdagangan. 2012. Perkembangan Impor Nonmigas (Komoditi). http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-andgas-import-commodity. [Diakses pada 26 November 2012].
4
Indonesia (GAPMMI) atas inovasinya dalam mengembangkan produk brownies dengan bahan baku utama tepung singkong dan memberdayakan komoditas lokal. Produk brownies singkong merupakan produk inovasi baru. Mr.BrownCo melakukan substitusi bahan baku tepung singkong yang digunakan dengan harapan mampu membuat merk baru yang mampu bersaing dengan beberapa pesaing yang sebelumnya sudah terjun dalam industri brownies dan cake. Penggunaan tepung singkong berkisar dari 60-100 persen dari total tepung yang digunakan. Prospek bisnis brownies singkong yang memadukan antara produk pangan lokal dan modern sangat menjanjikan karena adanya dukungan pemerintah. Konsumen terbesar mr.BrownCo adalah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Namun, seiring dengan perkembangan penjualannya dan rencana perusahaan untuk membuka beberapa outlet baru di kawasan yang berdekatan dengan tempat wisata maka perusahaan memiliki tujuan untuk menjadikan produk mr.BrownCo sebagai oleh-oleh khas Bogor. Hal tersebut akan membuat segmen pasar semakin luas yaitu mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantor, dan wisatawan. Perkembangan jumlah wisatawan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4
Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode 2007–2012
Jenis Usaha Obyek Wisata
Jenis Wisatawan
Perkembangan per Tahun (Orang) 2007
2008
2009
2010
2011
1.370.119
1.163.110
1.524.044
1.630.715
1.802.539
18.174
41.377
42.812
43.863
45.618
1.388.293
1.204.487
1.566.856
1.674.578
1.848.1557
716.807
1.086.374
1.205.628
1.190.793
1.309.875
Mancanegara
31.443
102.737
104.076
102.055
106.137
Jumlah
748.25
1.189.111
1.309.704
1.292.848
1.416.012
2.086.926
2.249.484
2.729.672
2.821.508
3.112.414
Jumlah Mancanegara 49.617 144.114 146.888 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2012)
145.918
151.755
Nusantara Mancanegara Jumlah
Akomodasi
Nusantara
Nusantara
Keunikan dari produk ini diharapkan mampu menjadikan brownies singkong sebagai salah satu oleh-oleh khas Kota Bogor sehingga permintaan terhadap produk akan bertambah seiring bertambahnya kunjungan wisatawan ke Kota Bogor. Produk mr.BrownCo yang diposisikan sebagai makanan khas oleholeh Kota Bogor dapat mengambil keuntungan selain dari penjualan produk yaitu produk lebih dikenal oleh wisatawan dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia. Hal ini dapat mendorong pemasaran words of mouth dari para wisatawan ketika wisatawan kembali ke tempat asal. Peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun menunjukkan peluang peningkatan permintaan terhadap oleh-oleh khas Bogor. Mr. BrownCo menjual brownies aneka rasa dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yaitu brownies kotak, brownies roll, dan brownies cup sehingga menjadikan banyak pilihan bagi konsumen. Produksi brownies memiliki risiko cukup tinggi karena daya tahan produk yang singkat dan adanya variasi produk mengharuskan perusahaan untuk
5
jeli terhadap penggunaan sumberdaya dan pengelolaan produk yang baik. Untuk itu mr.BrownCo harus memiliki cara bagaimana menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.
Perumusan Masalah Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi anak-anak autis karena singkong merupakan makanan yang tidak mengandung gluten sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Sama dengan perusahaan yang lain, mr.BrownCo juga memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan optimal dimana tujuan tersebut dicapai dengan cara memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Dalam menentukan harga jual, mr.BrownCo sudah melakukan perhitungan dimana harga jual untuk setiap produk tidak boleh kurang dari harga pokok produksinya (HPP). Mr.BrownCo memproduksi brownies panggang dan brownies kukus. Produk-produk yang diproduksi rutin setiap harinya adalah brownies panggang original, brownies panggang capucino, brownies kukus original, brownies kukus tiramisu, brownies cup, dan brownies roll potong. Jumlah penjualan brownies di mr.BrownCo mengalami fluktuasi setiap bulannya. Hal ini terjadi karena adanya fluktuasi dalam permintaan produk. Penjualan tertinggi terjadi pada saat akhir pekan, musim liburan dan menjelang hari raya. Besarnya permintaan akan produk brownies pada waktu tertentu tersebut membuat perusahaan kadang kewalahan bahkan tidak sanggup untuk memenuhi permintaan konsumen sehingga langsung menolak pesanan dalam jumlah besar atau melebihi kapasitas produksi yang bisa dipenuhi mr.BrownCo. Permintaan brownies yang tinggi terjadi karena selain permintaan dari mitra yang bertambah juga adanya kegiatan dana usaha yang biasa dilakukan oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan cara menjual kembali brownies dimana keuntungannya digunakan sebagai dana untuk kegiatan tertentu. Selain itu, permintaan dari beberapa toko kue yang bermitra dengan mr.BrownCo juga bertambah karena terjadi peningkatan pembelian brownies dari konsumen yang membeli oleh-oleh untuk dibawa berlibur di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah penjualan tercermin dari data penjualan (Tabel 5). Data penjualan yang bisa didapat oleh peneliti hanya empat bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan bulan November saja dikarenakan adanya keterbatasan dari perusahaan dimana data penjualan sebelum bulan Agustus tidak dibukukan. Selain itu terjadi restrukturisasi karyawan di mr.BrownCo pada bulan Desember sehingga hampir semua kegiatan di perusahaan diambil alih oleh pemilik perusahaan secara langsung. Hal inilah yang membuat tidak ada pencatatan penjualan setelah bulan November karena pemilik perusahaan belum memiliki karyawan baru yang bisa ditempatkan di bagian administrasi perusahaan.
6
Tabel 5
Data Penjualan Brownies di mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012
Produk Brownies Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Agustus 1.283 133 500 129 179 341
Jumlah Produk (bungkus/bulan) September Oktober November 1.765 1.356 1.112 138 93 48 1.224 974 676 399 225 218 1.632 1.498 1.706 642 1.291 1.385
Sumber : Mr.BrownCo (2012)
Dalam menjalankan usahanya perusahaan menghadapi kendala dalam menentukan kombinasi produk yang akan dikembangkan serta seberapa banyak produk yang harus diproduksi agar memperoleh keuntungan maksimal. Penentuan produksi di mr.BrownCo belum berdasar pada kombinasi produksi optimal tapi hanya berdasarkan pada stok aman yang didasarkan pada pengalaman produksi sebelumnya. Tabel 6 Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012
Produk Brownies Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Agustus 1.325 250 880 160 228 440
Jumlah Produk (bungkus/bulan) September Oktober November 1.900 1.550 1.225 150 125 75 1.296 1.024 784 464 256 240 1.955 1.547 1.960 704 1.452 1.408
Sumber : Mr.BrownCo (2012)
Mr. BrownCo juga mempunyai kendala dari jumlah mesin yang terbatas sehingga belum bisa mengoptimalkan produksinya. Ketika terjadi kenaikan permintaan konsumen akan brownies singkong, mr.BrownCo tidak dapat memenuhi karena kapasitas produksi yang terbatas. Berdasarkan pengamatan di tempat produksi dan wawancara dengan pemilik, keberadaan mixer yang hanya satu buah masih menjadi penghambat karyawan untuk bisa memproduksi brownies dalam waktu cepat. Walaupun penggunaan alat tersebut tidak terlalu lama, namun karena harus digunakan secara bergantian maka pencampuran bahan baku kukus dan panggang juga harus dilakukan secara bergantian. Alat-alat yang digunakan untuk produksi brownies tercantum pada halaman lampiran. Menurut keterangan dari pemilik mr.BrownCo, jumlah karyawan di mr.BrownCo saat ini berlebih. Karyawan yang bekerja di bagian produksi terdiri dari enam orang dan dari enam orang tersebut empat karyawan diantaranya masih merupakan karyawan baru sehingga dalam menyelesaikan proses produksi belum
7
bisa efisien waktu karena karyawan belum terampil. Selain itu, mr.BrownCo jg menerima tenaga kerja dari pelajar magang sehingga walaupun jumlah tenaga kerja banyak di tempat produksi hal itu justru menyebabkan kegiatan produksi tidak efektif dan diperlukan pengaturan standart operasional produksi yang lebih baik. Adanya permasalahan restrukturisasi karyawan dan keterbatasan mesin membuat Mr.BrownCo memerlukan pengaturan agar sumberdaya yang dimiliki dapat dipergunakan secara optimal sehingga terjadi efisiensi yang akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana kombinasi tingkat produksi brownies agar dapat mencapai keuntungan maksimal serta seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal dan kenaikan biaya produksi gula.
Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal brownies singkong pada Mr. BrownCo. 2. Menganalisis seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal (skenario I) dan kenaikan harga gula sebesar 28,44 persen (skenario II).
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Memberikan rekomendasi dan informasi bagi manajemen mr.BrownCo dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan produksi. 2. Masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai usaha brownies serta memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang membutuhkan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di mr.BrownCo, Jl. Raya Dramaga, No.253, Kampus IPB, Bogor. Pada penelitian ini fokus produk yang diteliti adalah produk brownies singkong yang diproduksi rutin setiap hari selama periode bulan Agustus sampai dengan November 2012. Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi produksi brownies singkong yang dihasilkan mr.BrownCo. Metode yang dipakai adalah studi kasus sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku bagi mr.BrownCo, namun demikian diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak lain.
8
TINJAUAN PUSTAKA Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu Tepung merupakan bahan kering yang berbentuk powder, termasuk di dalamnya pati, agar, keragenan, gum dan lai-lain (Uliyanti, 2010). Tepung merupakan bahan yang dikeringkan, selanjutnya dikecilkan ukurannya hingga berbentuk powder, untuk keseragaman ukuran powder tersebut diayak dengan ayakan sesuai dengan keinginan, biasanya produk tepung lolos dengan ayakan 60 mesh. Pada dasarnya pengolahan tepung adalah mengeringkan seluruh bahan yang hendak ditepungkan selanjutnya bahan kering tersebut dihaluskan dan diayak sehingga diperoleh bubuk. Adanya penemuan-penemuan tentang tepung di Indonesia akan dapat menggantikan dominasi terigu di dalam pengolahan produk pangan. Selain itu, pengolahan jenis-jenis dari berbagai sumber tanaman penghasil karbohidrat, ditujukan untuk penanganan hasil panen melalui diversifikasi produk olahan. Banyak jenis tepung yang dapat dihasilkan dari tanaman-tanaman sumber pati seperti umbi-umbian. Tepung dari umbi-umbian antara lain adalah tepung ganyong, tepung talas, dan tepung singkong. Singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat atau sumber energi yang mengandung banyak gizi sehingga keberadaan tepung singkong saat ini mampu menggantikan peran tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam produksi makanan. Keunggulan singkong yang tidak mengandung gluten yang terdapat pada tepung terigu menjadikan bahan baku ini aman dikonsumsi siapapun bahkan anak autis yang tidak boleh mengkonsumsi gluten. Komposisi kandungan gizi pada singkong tercantum pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7
Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram Komponen
Satuan kal gram mg gram mg mg gram gram gram mg
Kalori Air Phosphor Karbohidrat Kalsium Vitamin C Protein Besi Lemak Vitamin B1
Kadar 146,00 62,50 40,00 34,00 33,00 30,00 1,20 0,70 0,30 0,06
Sumber : Sentra Informasi Iptek (2012)
Proses Produksi Brownies Menurut sejarah, brownies telah ada sejak tahun 1920-an dan menjadi sangat populer sampai sekarang. Pembuatan brownies memiliki komposisi
9
sederhana dan teknik pemasakan yang tidak terlalu sulit. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat brownies antara lain : tepung terigu, margarin, dark chocolate atau cokelat batang, gula pasir halus, cokelat bubuk, telur, dan pengembang. Langkah-langkah untuk membuat brownies panggang disajikan dalam Gambar 2 dibawah ini. Start
Gula dan Telur
Dicampur (dimixer) selama 3 menit dengan kecepatan tinggi Backing powder, pengembang Dicampur (dimixer) selama 20 menit dengan kecepatan tinggi. Tepung terigu, dan coklat bubuk Dicampur (dimixer) selama 30 detik dengan kecepatan tinggi Margarin,dark coklat Dicampur (dimixer) selama 1 menit dengan kecepatan tinggi
Adonan dimasukkan loyang cetak Dikukus selama 30 menit
Didinginkan dan siap dikemas
End Gambar 2 Langkah-langkah Pembuatan Brownies Sumber : Bogasari 2012
10
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian tersebut hal yang membedakan adalah jenis komoditi atau produk yang dikaji, alat analisis yang digunakan, serta kendala yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Penelitian-penelitian mengenai optimalisasi produksi diantaranya adalah sebagai berikut. Sibarani (2002) meneliti tentang optimalisasi produksi jamu yang memiliki persamaan produk dengan yang diteliti oleh Zaenal (2008) yaitu tentang optimalisasi produksi obat tradisional. Dalam penelitiannya, Sibarani (2002) menggunakan alat analisis linier programming dengan bantuan program ABQM sedangkan Zaenal (2008) dengan bantuan program LINDO. Variabel yang digunakan sebagai kendala pembatas pada umumnya adalah bahan baku, bahan pengemas, tenaga kerja langsung, jam mesin, target produksi, dan kendala permintaan. Hasil penelitian Sibarani (2002) menunjukkan perusahaan belum dapat berproduksi secara optimal dimana dari 43 sumberdaya yang digunakan, 36 diantaranya merupakan sumberdaya berlebih. Penelitian Zaenal (2008) menyebutkan bahwa sumberdaya belum dimaanfaatkan secara efisien. Sumberdaya yang paling inefisien adalah jam kerja mesin. Halim (2009) dan Wardhani (2010) meneliti optimalisasi susu pasteurisasi pada perusahaan yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah linier programming dengan alat analisis primal, dual, sensitivitas, dan post optimal. Halim (2009) memasukkan kendala permintaan pasar ke dalam penelitiannya sedangkan Wardani (2010) memasukkan adanya sistem job order dalam menjalankan usaha pengolahan susu segar. Analisis post optimal yang dilakukan Halim (2009) pada skenario I yang meningkatkan keuntungan sebesar 15 persen dari solusi optimal awal, dan pada skenario II dilakukan perubahan dengan meningkatkan harga gula pasir yang berdampak pada turunnya keuntungan menjadi turun sebesar 14 persen dari keuntungan optimal awal. Sedangkan Wardani (2010) pada skenario I menghilangkann dampak negative job order, skenario II adalah peningkatan pemanfaatan susu segar, dan pada skenario III adalah pengaruh peningkatan harga beli susu segar terhadap keuntungan. Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009) melakukan penelitian pada produk makanan yaitu Badria (2005) meneliti tentang roti, Rahmadani (2006) meneliti tentang mie instan, sedangkan Nasrun (2009) meneliti tentang nata de coco. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan perusahaan yang dikaji belum dapat berproduksi secara optimal sehingga bisa mempertimbangkan lagi jumlah produksinya agar dapat memperoleh keuntungan maksimum. Effendy (2006) meneliti tentang optimalisasi madu kemasan dengan linier programming dengan bantuan program QM4W (Quantitative Method for Widow). Berdasarkan hasil olahan program linier menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa mencapai keuntungan maksimal hanya dengan memproduksi 14 jenis madu kemasan saja dibandingkan produksi pada saat kondisi aktual sebnyak 50 jenis madu kemasan. Rizky (2006) meneliti tentang optimalisasi produksi tahu pada CV Harum Legit dengan kombinasi metode Linier Programming dan Integer Linier Programming. Program linier integer berkaitan dengan program-program
11
linier dimana beberapa atau semua variabel memiliki nilai-nilai integer (bulat) untuk memudahkan penggunanya dalam pemecahan persoalan-persoalan yang harus menghasilkan bilangan bulat. . Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan adalah Linier Programming dengan bantuan program LINDO (Linier Interactive Descrete Optimizer) sama dengan metode yang digunakan oleh Zaenal (2008), Halim (2009), Wardhani (2010), Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009). Sedangkan perbedaannya adalah komoditi brownies belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun produk brownies memiliki karakteristik yang hampir sama dengan produk roti yang diteliti oleh Badria (2005). Kendala-kendala yang dirumuskan dalam penelitian ini memliki beberapa persamaan yaitu tentang kendala bahan baku utama, kendala jam kerja mesin, kendala jam tenaga kerja, dan kendala permintaan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori – teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori konsep dasar risiko, sumber – sumber risiko, analisis dan teori – teori yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Penjelasan secara spesifik mengenai teori – teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab dibawah ini: Teori Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian karena memproduksi dan mendistribusikan suatu produk. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu (Gaspersz, 1998). Menurut Hadi et al. (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi suatu perusahaan yaitu: 1. Jumlah bahan baku yang tersedia 2. Kualitas bahan baku yang tersedia sesuai dengan keinginan permintaan pemesan 3. Kemampuan pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi 4. Standar produksi yaitu memiliki jaminan secara domestik dan lebih baik lagi jika mampu dijamin secara internasional 5. Kemampuan berproduksi yang mampu diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal dari pemesanan. Menurut Prawirosentono (2007), berdasarkan sifatnya jenis proses produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Perusahaan dengan proses produksi terus-menerus (continuous process). Perusahaan ini beroperasi secara terus-menerus untuk memenuhi stok pasar.
12
Selama stok barang hasil produksi masih diperlukan konsumen, perusahaan akan terus memproduksi barang tersebut. 2. Perusahaan dengan proses produksi terputus-putus (intermitten process). Perusahaan yang berproduksi secara terputus-putus menggantungkan proses produksinya pada pesanan (job order). Perusahaan akan berproduksi membuat jenis barang jika barang tersebut ada yang memesannya dan barang yang dibuat harus sesuai dengan permintaan pemesan. Jika tidak ada pesanan (order) berarti tidak ada proses produksi (job). Menurut Assauri (1980), secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan saling terkait dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi ini dapat dilakukan oleh banyak bagian yang ada, terutama perusahaan besar, dan dapat dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja terutama di perusahaan kecil. Fungsi produksi merupakan hubungan fisik jumlah input dengan jumlah output. Menurut Nicholson (1999), hubungan antara input dan output dapat diformulasikan oleh sebuah fungsi produksi yang dalam bentuk matematis dapat ditulis Q = f (K,T,M,n), dimana Q = output yang dihasilkan selama periode tertentu, K = kapital (modal), T = tenaga kerja, M = material, dan n = faktor lainnya. Dari input yang tersedia, setiap perusahaan ingin memperoleh hasil maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada periode tersebut. Sistem Produksi Sistem produksi didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Proses transformasi (pengubahan) ini meliputi suatu rangkaian masukan-konversi-keluaran. Rangkaian tersebut merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi, dimulai dengan unit terkecil dari kegiatan produksi yaitu operasi. Langkah-langkah atau operasi ini kemudian diatur menurut aturan tertentu untuk membentuk sistem produksi yang lebih besar (Buffa, 1996). Menurut Prawirosentono (2007), sistem produksi adalah bagian dari manajemen operasional. Kata produksi secara umum dapat diartikan membuat suatu produk dari berbagai bahan, sedangkan arti sistem adalah cara yang berkaitan dengan membuat produk. Secara singkat ruang lingkup sistem produksi terdiri dari metode perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengendalian produksi. Berikut tahapan kegiatan operasi dalam perusahaan dalam melaksanakan sistem produksi:
13
Pembelian faktorfaktor produksi Penyediaan Modal
Perencanaan Produksi
Tenaga Kerja Mesin dan Peralatan Bahan baku dan penolong Tanah dan Gedung Dan sebagainya
Umpan Balik
Gambar 3
Proses Pengolahan Barang Jadi
Konsumen
Pengendalian Produksi
Tahap kegiatan operasi dalam perusahaan Sumber : Prawirosentono (2007)
Berdasarkan perencanaan jenis dan skala produksi dapat dihitung kebutuhan modal. Modal yang tersedia dapat digunakan untuk menyediakan atau membeli berbagai faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin dan teknologi, bahan baku, bahan penolong, tanah, gedung, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan bahan baku inilah manajemen produksi berperan. Kombinasi Produksi Optimum Tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa guna memperoleh keuntungan atau penerimaan maksimum. Tujuan utama tersebut seringkali sulit dicapai oleh perusahaan karena adanya keterbatasan dari ketersediaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu pihak pengambil keputusan dalam suatu perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimum yang akan dicapai dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut guna menghasilkan keuntungan maksimum. Dalam menentukan kombinasi produksi optimum untuk memperoleh keuntungan maksimum dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dari garis isorevenue. KKP menunjukkan semua kombinasi keluaran yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumberdaya yang jumlahnya tertentu. KKP menjelaskan semua kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya yang tetap. Masing-masing titik dalam KKP menunjukkan kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu (Nicholson, 1991). Dalam usaha menentukan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan suatu tujuan dapat dijelaskan dengan KKP yang merupakan kurva memperlihatkan alternatif kombinasi produk yang dapat diproduksi bila seluruh sumberdaya yang tersedia dipergunakan. Sementara garis isorevenue adalah garis yang menggambarkan kombinasi output yang memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Lipsey, 1995).
14
B
A
KKP Isorevenue 3
D
Isorevenue 2 C
Isorevenue 1
0
Gambar 4
Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue Sumber : Diacu dari Lipsey, 1995
Pada gambar 4 garis isorevenue diturunkan dari rumus penerimaan total (TR1 = P1Q1 + P2Q2), atau secara matematis dinyatakan sebagai : Q2 =
Q1
P1 melambangkan harga jual dari Q1 dan P2 melambangkan harga jual untuk Q2. Lambang Q1 melambangkan jumlah produk pertama yang dijual perusahaan, sedangkan Q2 melambangkan jumlah produk kedua yang dijual perusahaan. Pada harga P1 dan P2 akan diperoleh kombinasi optimum di titik A dimana pada titik tersebut terjadi persinggungan antara KKP dan isorevenue. Kombinasi produk selain pada titik A akan membuat perusahaan tidak memperoleh penerimaan maksimum dengan tingkat harga yang sama. Kondisi yang digambarkan pada titik B dan C adalah perusahaan tidak berproduksi sesuai dengan kapasitas sumberdaya yang dimiliki sehingga menyebabkan penerimaan lebih rendah dari penerimaan pada kondisi optimum. Penerimaan akan lebih rendah lagi jika perusahaan
15
berproduksi di titik D yang berarti perusahaan berproduksi tidak memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki. Pada batas kemungkinan produksi terdapat tiga konsep (Lipsey, 1995) antara lain : 1. Kelangkaan (scarcity), yaitu kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas 2. Pilihan (choice), yaitu berdasarkan kebutuhan memilih dari sejumlah titik-titik alternatif yang dapat dicapai batas. 3. Biaya peluang (oppurtunity cost), yaitu nilai yang hilang jika memilih alternatif produk lain berdasarkan kemiringan batas ke kanan kebawah (bentuk kurva cembung). Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan tingkat keuntungan yang diharapkan tetapi harus memperhatikan juga sumberdaya yang terbatas. Pada tiga konsep Lipsey dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang terbatas dapat mengakibatkan kelangkaan, kondisi ini menunjukkan tingkat produksi yang diharapkan tidak dapat melebihi keterbatasan sumberdaya yang ada. Perusahaan mengalami kelangkaan akan memilih beberapa alternatif pilihan yang dapat dicapai sepanjang batas kemungkinan produksi. Pemilihan yang terjadi ini akan menimbulkan biaya peluang, artinya seberapa besar biaya yang hilang atas pemilihan salah satu alternatif yang dibandingkan dengan alternatif lain. Optimalisasi Optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan (Nasendi dan Anwar, 1985). Optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam menentukan variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, dan mesin yang merupakan input serta ruang dan waktu (Supranto, 1998). Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tersebut, proses produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996). Program Linier (Linier Programming) Program linier adalah salah satu metode dalam ilmu manajemen untuk mengelola sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Prawirosentono, 2007). Linier programming merupakan teknik untuk menghitung kombinasi optimum dari sumber-sumber tertentu agar dapat tercapai tujuan yang semaksimal mungkin sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya. Agar
16
kombinasi optimum tercapai, linier programming ini harus diperhitungkan faktor-faktor pembatasnya (Syamsi, 2000). Menurut Muslich (2010), tujuan dari penggunaan program linier adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumberdaya perusahaan ke berbagai alternatif. Ada empat kondisi utama yang diperlukan bagi penerapan program linier yaitu : 1. Harus ada sumber daya yang terbatas mencakup tenaga kerja, peralatan, keuangan, bahan, dan sebagainya. Tanpa batasan ini, tidak akan timbul masalah. 2. Ada suatu fungsi tujuan seperti memaksimalkan laba atau meminimalkan biaya. 3. Harus ada linearitas. 4. Harus ada keseragaman misalnya barang-barang yang diproduksi suatu mesin adalah identik, atau semua jam kerja yang tersedia dari seorang pekerja adalah sama produktifnya. Perusahaan sering dihadapkan pada keterbatasan fasilitas produksi dalam mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu dalam program linier diformulasikan dua fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Program linier merupakan cara menanggulangi masalah yang mempunyai variabel-variabel yang bergantung satu sama lain dan berhubungan secara linier. Penggunaan program linier didasari oleh berbagai asumsi, untuk memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : 1. Linearitas Perbandingan antara input yang satu dengan input lainnya atau suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak bergantung tingkat produksi. 2. Proporsionalitas Jika peubah pengambil keputusan berubah maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya (Taha, 1993). 3. Aditivitas Nilai parameter suatu kriteria optimalisasi (koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu dalam model program linier tersebut (Taha, 1993). 4. Divisibilitas Peubah-peubah pengambil keputusan jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non integer (Nasendi dan Anwar, 1985). 5. Deterministik Semua parameter yang terdapat dalam model program linier adalah tetap, diketahui, dan dapat diperkirakan dengan pasti (Nasendi dan Anwar, 1985). Secara umum model linier programming yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut : Maksimisasi Z= Dengan batasan :
17
Keterangan : Z : fungsi tujuan Ci : koefien peubah pengambil keputusan ke-i dalam fungsi tujuan Xi : tingkat kegiatan ke-i ai : koefisien pengambilan keputusan ke-i bi : kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan. Setelah permasalahan dirumuskan ke dalam model linier programming, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan model linier programming yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal.
Kerangka Operasional Penelitian Kerangka pemikiran operasional diawali dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi perusahaan yang kemudian diikuti dengan bagaimana hubungan (keterkaitan) antar variabel-variabelnya. Berdasarkan hubungan tersebut maka kita dapat menentukan metode atau alat analisis yang akan digunakan. Tujuan suatu perusahaan dalam melakukan usahanya adalah untuk memaksimalkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Sumberdaya yang terbatas mengakibatkan penambahan suatu jenis output yang akan mengurangi output jenis yang lainnya. Pemakaian sumberdaya yang berlebihan dapat menyebabkan inefisiensi biaya yang akan membuat keuntungan tidak maksimal. Untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal. Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan linier programming. Program linier dipilih karena memberikan penyelesaian atas permasalahan mengenai pengoptimalan alokasi sumberdaya berupa bahan baku, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan adanya kendala permintaan. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Mr. BrownCo perlu melakukan analisis optimalisasi produksi dengan menggunakan metode linier programming yang telah tersusun. Kondisi optimal perusahaan yang dihasilkan dengan linier programming akan dianalisis dengan analisis primal, dual, sensitivitas dan post optimal. Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan belum mencapai hasil optimal akan dievaluasi. Hasil perbandingan yang optimal akan direkomendasikan pada perusahaan, pada tingkat produksi berapa sebaiknya perusahaan beroperasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum
18
dengan kombinasi produk optimal sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. Berikut gambaran kerangka pemikiran operasional penelitian :
Mr. BrownCo - Keterbatasan sumberdaya - Belum adanya perencanaan produksi optimal - Adanya restrukturisasi karyawan
Tujuan Perusahaan Memaksimumkan Keuntungan
-
Kendala yang dihadapi : Bahan baku utama Tenaga kerja Jam kerja mesin Permintaan
Analisis Optimalisasi Produksi
Penyusunan Produksi Optimal dengan Linier Proggamming
Analisis Primal, Dual, Sensitivitas dan Post Optimal
Evaluasi
Rekomendasi
Gambar 5
Kerangka Operasional Penelitian
Kondisi Aktual Perusaha an
19
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di mr.BrownCo yang berlokasi di Jl. Babakan Raya Kampus IPB Dramaga. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan baru dalam industri makanan dan belum menggunakan alat analisis tertentu dalam menentukan kombinasi produk yang optimal. Mr. BrownCo belum dapat menentukan berapa banyak kombinasi jumlah produk yang harus dihasilkan untuk setiap produk agar dapat memperoleh keuntungan maksimal. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan yang relevan dengan topik penelitian. Data-data sekunder diperoleh dari arsip-arsip perusahaan, dinas terkait, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini. Jenis data sekunder yang diperoleh dari arsip perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Data gambaran umum perusahaan meliputi sejarah perusahaan, ketenagakerjaan, proses produksi, serta pemasaran. 2. Data produksi dan data penjualan tiap bulan tiap jenis brownies (bungkus/bulan). 3. Ketersedian sumberdaya tiap bulan dalam produksi (kg/bulan). 4. Penggunaan sumberdaya tiap-tiap jenis produk brownies (kg/bulan). 5. Biaya produksi per satuan produk (rupiah). 6. Harga jual per satuan produk (rupiah).
Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan mr.BrownCo, pengadaan sarana produksi dan proses produksi pada mr.BrownCo. Pengolahan kuantitatif diperlukan untuk mengkaji data pemakaian bahan baku dan jam kerja tenaga kerja langsung yang tersedia. Data yang diperoleh dari perusahaan akan diolah secara manual. Dari aktivitas tersebut disusun suatu persamaan fungsi tujuan serta persamaan, dan pertidaksamaan itu diolah dengan menggunakan program LINDO (Linier Interactive and Descrete Optimizer). Masalah optimalisasi produksi untuk perencanaan dirumuskan kedalam model linier programming dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan Variabel Keputusan Variabel keputusan dinyatakan dalam simbol matematika, variabel ini yang akan digunakan untuk menentukan simbol variabel fungsi tujuan dan fungsi
20
kendala. Variabel keputusan dalam model linier program adalah menentukan jumlah atau kuantitas produksi brownies yang nilainya optimal berdasarkan data yang didapat selama empat bulan. Jumlah variabel keputusan didasarkan pada enam jenis produk brownies yang akan dioptimalkan yaitu : X1 = Panggang Original X2 = Panggang Capucino X3 = Kukus Original X4 = Kukus Tiramisu X5 = Cup brownies X6 = Roll potong 2. Menentukan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan pada model linier programming adalah ingin mencapai suatu tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum. Fungsi tujuan yang ditentukan merupakan hubungan linier koefisien dengan variabel keputusan. Keuntungan maksimum yang dimaksud adalah total penjumlahan keuntungan yang diperoleh dari kombinasi produksi optimal setiap jenis brownies. Nilai keuntungan setiap jenis brownies yang merupakan koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan diperoleh dari perhitungan selisih harga jual dengan total biaya produksi setiap jenis brownies. Data yang digunakan untuk menentukan koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan adalah dari besarnya keuntungan yang diperoleh setiap produk brownies. Fungsi tujuan dari kegiatan produksi brownies dengan menggunakan program linier adalah sebagai berikut : Maksimum Z = Keterangan : Z : Keuntungan yang ingin dimaksimumkan (rupiah) Ci : Keuntungan per-satuan produk brownies ke-i (rupiah) Xi : Variabel pengambil keputusan atau aktivitas ke-i, dimana i = 1 (Panggang Original) , 2 (Panggang Capucino), 3 (Kukus Original), 4 (Kukus Tiramisu), 5 (Cup), dan 6 (Roll potong). 3. Menentukan Kendala Kendala yang dihadapi dalam model linier programming untuk optimalisasi produksi brownies adalah kendala bahan baku, kendala jam tenaga kerja, kendala jam kerja mesin, dan kendala permintaan. Kendala-kendala yang dapat menghambat proses produksi dapat dilihat pada Tabel 8.
21
Tabel 8 Kendala-kendala dalam Produksi Brownies di Mr.BrownCo No 1
2 3
4
Jenis Kendala Bahan Baku a. Tepung Singkong b. Telur c. Gula d. Tepung Terigu e. Cokelat Batang f. Cokelat Bubuk Tenaga Kerja a. Jam Tenaga Kerja Mesin a. Mixer b. Oven c.Kukus Permintaan a. Jumlah Permintaan
Kendala ke-n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Fungsi umum kendala dirumuskan sebagai berikut : ni ≥;≤ bn
a) Kendala Ketersediaan Bahan Baku Dimana : ani = koefisien penggunaan bahan baku ke-n untuk satu-satuan produk ke-i, dimana n=1 untuk tepung singkong, n=2 untuk telur, n=3 untuk gula, n=4 untuk tepung terigu, n=5 untuk cokelat batang, dan n=6 untuk cokelat bubuk (kg, butir) BBn = ketersediaan bahan baku selama bulan Agustus – November 2012 (kg, butir) b) Kendala Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung Dimana : bi = koefisien kebutuhan tenaga kerja langsung untuk memproduksi produk ke-i (jam per satuan produk) JTn = ketersediaan tenaga kerja langsung pada jam kerja normal selama bulan Agustus – November 2012 (jam) c) Kendala Ketersediaan Jam Kerja Mesin Dimana : cni = koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke-n untuk memproduksi satu satuan produk ke-i (jam/satu satuan produk) dimana n=1 untuk mesin mixer, n=2 untuk mesin oven, n=3 untuk mesin kukus.
22
JMn = kapasitas penggunaan mesin selama bulan Agustus – November 2012 (jam) d) Kendala Permintaan Kendala permintaan merupakan jumlah permintaan produk brownies kepada mr.BrownCo selama bulan Agustus – November 2012. Jumlah permintaan terhadap brownies dapat digambarkan sama dengan jumlah penjualan atau bisa lebih besar dari jumlah penjualan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik mr.BrownCo diketahui bahwa mr.BrownCo belum dapat memenuhi semua permintaan karena adanya keterbatasan kapasitas produksi sehingga pesanan dalam jumlah besar tidak dapat dipenuhi. Jumlah permintaan yang digunakan dalam fungsi kendala ini adalah rata-rata penjualan tertinggi tiap bulan yang dikalikan sebanyak jumlah hari produksi. Dimana : Di = permintaan terhadap produk ke-i selama bulan Agustus – November 2012 (bungkus) Dalam penelitian ini, kemasan tidak menjadi kendala pembatas karena data mengenai jumlah ketersediaan kemasan di mr.BrownCo ketersediaan kemasan tidak tersedia dan jumlah pemesanan tiap bulannya tidak tercatat. Hal itu tidak menjadi perhatian pemilik mr.BrownCo karena jumlah kemasan masih cukup tersedia di perusahaan dan bisa dipesan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan sehingga sumberdaya kemasan tidak menjadi constrain (batasan) bagi manajemen dalam mengambil keputusan produksi karena dilihat dari kemudahaanya diperoleh.
Metode Analisis Data Program linier dipilih untuk menjawab penyelesaian atas permasalahan dalam mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal dan mengetahui kombinasi produksi optimal yang dapat memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan beberapa analisis yaitu analisi primal, analisis dual, sensitivitas, dan post optimal. Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Dalam analisis primal dapat ditunjukkan aktivitas-aktivitas yang masuk ke dalam skema optimal dan kuantitas dari kegiatan yang bersangkutan. Kegiatan yang tidak termasuk ke dalam skema optimal akan memiliki nilai reduce cost. Dengan membandingkan hasil produksi optimal dengan produksi aktual maka perusahaan akan mengetahui apakah kegiatan produksi yang dilakukan sudah optimal atau belum. Analisis Dual Analisis dual dilakukan dengan mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat nilai slack atau surplus dari nilai dual yang
23
dihasilkannya. Nilai dual (dual price atau shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual juga menunjukkan batas harga tertinggi (maksimum) dari suatu sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam pembelian sumberdaya. Analisis dual dapat digunakan perusahaan untuk mengetahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi merupakan sumberdaya langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai dual lebih dari nol maka sumberdaya tersebut tergolong ke dalam sumberdaya yang bersifat langka (pembatas). Sumberdaya yang bersifat langka ini termasuk kedalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun apabila nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut tergolong kedalam sumberdaya tidak aktif atau kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi serta tidak mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sebesar satu satuan. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menentukan parameter dalam model yang sangat kritis atau sensitive dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas terbagi menjadi dua bagian yaitu yang berhubungan dengan perubahan salah satu koefisien fungsi tujuan dan perubahan salah satu sisi sebelah kanan. Analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien dari fungsi tujuan digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Sedangkan analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari nilai ruas kanan kendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Selang kepercayaan pada analisis sensitivitas ditunjukkan pada batas maksimum dan batas minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala pada hasil optimalisasi produksi. Batas maksimum menggambarkan batas kenaikan yang diijinkan model (allowable increase) dari nilai kendala yang tidak mengubah pemecahan optimal, sedangkan batas minimum menunjukkan batas penurunan yang diijinkan model (allowable decrease) dari nilai kendala agar pemecahan optimal tidak berubah. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban optimal tersebut dapat diterapkan apabila terjadi perubahan pada parameter yang membentuk model. Analisis Post Optimal Analisis post optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal versi awal. Tujuan dari analisis post optimal adalah untuk mencari kesalahan dan kelemahan dari model yang telah dibuat atau dapat pula digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal. Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model.
24
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Mr.BrownCo Mr. BrownCo merupakan bisnis yang sedang berkembang dimana konsep bisnisnya memadukan antara produk pangan lokal dan modern. Usaha ini terletak di Jalan Raya Darmaga No.253, Kampus IPB, Bogor. Pendiri mr.BrownCo adalah Sigit Susilo, Bakhtiar Komarullah, Indra Lasmara, Irna dan Melviyana. Namun seiiring berjalannya waktu, hanya Sigit Susilo yang menjalankan bisnis seorang diri sampai akhirnya bertemu dengan rekan bisnisnya yan lain yang ikut membantu dalam menjalankan bisnisnya yaitu Muhammad Anyar Aglamaro. Produk yang sudah dikembangkan saat ini adalah brownies singkong dan produk turunannya. Bisnis ini didirikan pada tanggal 6 Februari 2008 yang berlokasi di lingkungan IPB Dramaga. Sejak berdirinya mr.BrownCo pada tahun 2008, sambutan pelanggan sangat bagus terlihat dengan semakin meningkatnya penjualan dari bulan ke bulan. Penerimaan dari hasil penjualan yang didapat juga terus meningkat. Diversifikasi dan inovasi produk terus dikembangkan dan mr.BrownCo selalu mengedepankan pelayanan terbaik. Berdirinya usaha tersebut diawali dengan mengikuti program kreativitas mahasiswa. Modal awal yang dikeluarkan pemilik usaha tersebut sebesar Rp 2.500.00,00. Kemudian pada tahun yang sama, pemilik usaha kembali mengikuti program kreativitas mahasiswa sehingga mendapat tambahan sebesar Rp 4.000.000,00 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Total modal awal sebesar Rp 6.500.000,00 digunakan untuk membeli etalase toko seharga Rp 600.000,00, oven, mixer, dan sewa tempat untuk kios per tahun, pembuatan leaflet, bahan baku brownies, dan sebagainya. Rencana pengembangan bisnis mr.BrownCo adalah dengan memperluas pasar ke pusat kota Bogor dan merambah area Jabodetabek. Ada dua rencana pengembangan bisnis yang akan dilakukan mr.BrownCo. Pertama adalah konsep booth, display atau stand di tempat-tempat strategis seperti mall, pusat jajanan khas bogor, tempat rekreasi, atau jalan-jalan utama di Bogor. Kedua yaitu membuka outlet atau gerai yang memadukan antara brownies, kopi, dan makanan khas Bogor dimana pelanggan juga disediakan tempat untuk menikmati secara langsung produk-produk yang ditawarkan sambil menikmati hidangan kopi dan menu aneka brownies siap saji. Saat ini mr.BrownCo mempunyai outlet di kampus IPB Dramaga. Outlet pertama ini akan dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan outlet-outlet berikutnya baik dalam kemitraan maupun franchice.
Visi dan Misi Mr.BrownCo Suatu perusahaan yang baik dan bertanggungjawab pasti ingin memelihara kesinambungan bisnis dalam jangka panjang sehingga harus sudah memikirkan kepeduliannya pada saat awal pendirian perusahaan, yaitu dengan cara menetapkan visi dan misi perusahaan. Sejak awal berdirinya, mr.BrownCo sudah memiliki visi dan misi yang jelas yaitu :
25
Visi : Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan produk pangan lokal yang berkualitas. Misi : 1. Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pelanggan. 2. Memberikan nilai yang positif bagi stakeholders. 3. Menciptakan teamwork yang solid dan tangguh.
Aspek Produksi Brownies singkong merupakan makanan ringan yang memposisikan dirinya sebagai makanan camilan juga sebagai jajanan atau oleh-oleh khas Bogor. Brownies merupakan makanan sehat yang aman dikonsumsi bahkan oleh anak autis sekalipun. Brownies singkong merupakan produk konsumsi yang sifatnya speciality goods yaitu produk yang memiliki karakter unik karena menggunakan bahan baku lokal. Peralatan Produksi Mr.BrownCo mempunyai beberapa peralatan produksi untuk memproduksi brownies seperti : 1. Mesin mixer, digunakan untuk mengaduk dan mencampur bahan baku brownies sampai menjadi adonan brownies. Mixer yang dimiliki mr.BrownCo sebanyak satu buah dengan kapasitas produksi 20 liter atau ±18 kg. 2. Mesin oven, digunakan untuk memanggang brownies. Mesin oven yang dimiliki mr.BrownCo terdiri dari dua buah dengan kapasitas : - Oven 1 : kapasitas 20 kotak untuk brownies panggang kapasitas 80 cup untuk cup brownies - Oven 2 : kapasitas 5 kotak untuk brownies panggang kapasitas 20 cup untuk cup brownies 3. Mesin Kukus, berfungsi untuk mengukus brownies. Mr.BrownCo memiliki empat buah kukusan yang memiliki kapasitas 8 kotak brownies kukus dan 4 gulung brownies roll potong. Proses Produksi Brownies A. Proses Produksi Brownies Panggang 1. Tahap I : Penimbangan Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi resep. Untuk satu kali proses produksi, mr.BrownCo membuat sebanyak 25 kotak brownies panggang. 2. Tahap II : Pengayakan Bahan-bahan seperti tepung dan coklat bubuk yang telah ditimbang diayak terlebih dahulu dengan ayakan sebelum dicampur dalam adonan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin tercampur pada bahan. 3. Tahap III : Pengadukan / Pencampuran Bahan Bahan yang sudah dibersihkan kemudian dicampur dan dihaluskan dengan mixer selama ± 15 menit sampai adonan brownies tercampur rata. 4. Tahap IV : Penuangan adonan Adonan yang telah tercampur rata kemudian dituangkan ke dalam Loyang cetakan yang berukuran 30 x 10 cm.
26
5. Tahap V : Pemanggangan Adonan yang sudah berada dalam cetakan dimasukkan ke dalam oven pemanggangan selama 40 menit. 6. Tahap VI : Pendinginan Setelah 40 menit brownies dikeluarkan dari dalam oven kemudian didinginkan dan dipotong bagian ujung-ujungnya agar rata kemudian dihiasi topping coklat diatasnya. Setelah dingin maka brownies siap dimasukkan ke dalam kotak kemasan dan diberi label kadaluarsa. Brownies panggang bisa bertahan sampai 3 minggu dalam kondisi ruang dan selama sebulan jika disimpan dalam lemari pendingin. B. Proses Produksi Brownies Kukus 1. Tahap I : Penimbangan Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi resep. Untuk satu kali proses produksi, mr.BrownCo membuat sebanyak 16 kotak brownies kukus. 2. Tahap II : Pengayakan Bahan-bahan seperti tepung dan coklat bubuk yang telah ditimbang diayak terlebih dahulu dengan ayakan sebelum dicampur dalam adonan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin tercampur pada bahan. 3. Tahap III : Pengadukan / Pencampuran Bahan Bahan yang sudah dibersihkan kemudian dicampur dan dihaluskan dengan mixer selama ± 10 menit sampai adonan brownies tercampur rata. 4. Tahap IV : Penuangan adonan . Adonan yang telah tercampur rata kemudian dituangkan ke dalam loyang cetakan yang berukuran 25 x 10 cm. Penuangan adonan 1 dilakukan sebelum loyang dimasukkan ke dalam kukusan yaitu sebanyak sepertiga tinggi loyang sebagai lapisan pertama brownies kukus. Setelah dikukus selama ± 10 menit dilakukan penuangan kedua yaitu adonan coklat pada lapisan kedua, setelah mengeras maka dilakukan penuangan adonan 3 yaitu adonan brownies yang sama dengan adonan 1 sebagai lapisan ketiga. Penuangan adonan 2 dan 3 dilakukan saat loyang tetap berada di dalam kukusan. 5. Tahap V : Pengukusan Adonan yang sudah berada dalam cetakan dimasukkan ke kukusan selama 50 menit untuk kukus original dan selama 40 menit untuk kukus tiramisu. 6. Tahap VI : Pendinginan Setelah selesai pengukusan, brownies dikeluarkan dari dalam kukusan kemudian didinginkan dan dipotong bagian ujung-ujungnya agar rata kemudian dihiasi topping coklat diatasnya. Proses ini memerlukan waktu sekitar 20 menit. Setelah dingin maka brownies siap dimasukkan ke dalam kotak kemasan dan diberi label kadaluarsa. Brownies kukus bisa bertahan selama 3 hari dalam kondisi ruang dan selama seminggu jika disimpan dalam lemari pendingin. C. Proses Produksi Brownies Cup 1. Tahap I : Penimbangan Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi resep. Untuk satu kali proses produksi,
27
2.
3.
4.
5.
6.
mr.BrownCo membuat sebanyak 100 cup brownies. Tahap II : Pengayakan Bahan-bahan seperti tepung dan coklat bubuk yang telah ditimbang diayak terlebih dahulu dengan ayakan sebelum dicampur dalam adonan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin tercampur pada bahan. Tahap III : Pengadukan / Pencampuran Bahan Bahan yang sudah dibersihkan kemudian dicampur dan dihaluskan dengan mixer selama ± 10 menit sampai adonan brownies tercampur rata. Tahap IV : Penuangan adonan Adonan yang telah tercampur rata kemudian dituangkan ke dalam cup cetakan secara manual dengan menggunakan sendok. Cup yang telah berisi adonan diletakkan pada loyang dengan kapasitas 20 cup per loyang. Sehingga untuk sekali proses produksi terdapat 5 loyang yang berisi 100 cup brownies. Tahap V : Pemanggangan Loyang yang telah berisi cup brownies dimasukkan ke dalam oven selama 40 menit. Tahap VI : Pendinginan Setelah 40 menit, brownies cup dikeluarkan dari dalam kukusan kemudian didinginkan dan dihiasi topping coklat diatasnya. Proses pendinginan dan topping untuk brownies cup sekitar 15 menit dan setelah itu sudah langsung siap dijual. Daya tahan brownies cup selama 3 minggu.
D. Proses Produksi Brownies Roll Potong 1. Tahap I : Penimbangan Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi resep. Untuk satu kali proses produksi, mr.BrownCo membuat sebanyak 4 roll brownies panjang. 2. Tahap II : Pengayakan Bahan-bahan seperti tepung dan coklat bubuk yang telah ditimbang diayak terlebih dahulu dengan ayakan sebelum dicampur dalam adonan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin tercampur pada bahan. 3. Tahap III : Pengadukan / Pencampuran Bahan Bahan yang sudah dibersihkan kemudian dicampur dan dihaluskan dengan mixer selama ± 10 menit sampai adonan brownies tercampur rata. 4. Tahap IV : Penuangan adonan Adonan yang telah tercampur rata kemudian dituangkan ke dalam loyang cetakan yang berukuran 30 x 30 cm. 5. Tahap V : Pengukusan Adonan yang sudah berada dalam loyang cetakan dimasukkan ke kukusan selama 30 menit . 6. Tahap VI : Penggulungan Setelah 30 menit brownies dikeluarkan dari dalam kukusan dan diletakkan di atas plastik yang telah diolesi margarin. Brownies ukuran 30 x 30 cm tersebut diolesi margarin bagian dalamnya kemudian digulung. Penggulungan dan pemotongan memerlukan waktu sekitar 25 menit untuk 4 roll brownies panjang. 7. Tahap VII : Pemotongan Brownies yang telah digulung kemudian dipotong dengan menggunakan pisau
28
menjadi 10 – 11 potong brownies rol. 8. Tahap VII : Pendinginan Setelah selesai pemotongan, brownies didinginkan kemudian dibungkus ke dalam plastik-plastik kecil. Brownies kukus bisa bertahan selama 3 hari dalam kondisi ruang dan selama seminggu jika disimpan dalam lemari pendingin.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan utama penelitian adalah untuk menentukan kombinasi tingkat produksi mr.BrownCo yang dapat memaksimumkan keuntungan. Mr.BrownCo memproduksi enam jenis brownies yaitu Brownies Panggang Original (X1), Brownies Panggang Capucino (X2), Brownies Kukus Original (X3), Brownies Kukus Tiramisu (X4), Brownies Cup Brownies (X5), dan Brownies Roll potong (X6). Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan dari penjualan setiap satuan produk yang dihasilkan. Nilai tersebut diperoleh dari selisih harga jual dengan biaya produksi per satuan masing-masing produk brownies. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, kemasan, upah tenaga kerja,dan sewa tempat produksi&listrik. Biaya produksi belum mewakili biaya sebenarnya pada perusahaan karena ada beberapa pos-pos biaya yang tidak dimasukkan karena ada ketertutupan perusahaan dalam memberikan data keuangan. Lampiran 1 menunjukkan biaya produksi yang harus dikeluarkan mr.BrownCo untuk memproduksi masing-masing produk. Keuntungan yang dapat diperoleh mr.BrownCo untuk masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Keuntungan Tiap Produk Brownies pada Mr.BrownCo Harga Jual (Rp/Bungkus)
Total Biaya Produksi (Rp/Bungkus)
Keuntungan (Rp)
Panggang original
26.000
11.927
14.073
Panggang capucino
26.000
10.804
15.196
Kukus original
28.000
15.093
12.907
Kukus tiramisu
35.000
13,541
21.459
Cup brownies
3.500
2.246
1.254
Roll potong
3.500
2.956
544
Produk Brownies
Besarnya biaya produksi dari bulan Agustus – November 2012 adalah sama besarnya karena tidak ada kenaikan bahan baku dari supplier dan biayabiaya selain bahan baku masih memiliki rata-rata yang sama tiap bulannya. Berdasarkan Tabel 9 maka fungsi tujuan dapat dirumuskan. Koefisien dari fungsi tujuan merupakan keuntungan yang bisa diperoleh oleh mr.BrownCo dari penjualan setiap satuan brownies yang diproduksi. Setiap bungkus brownies
29
panggang original akan memberikan keuntungan sebesar Rp 14.073,00/bungkus, keuntungan panggang capucino adalah sebesar Rp 15.196,00/bungkus, keuntungan untuk brownies kukus original adalah Rp 12.907,00/bungkus, keuntungan untuk brownies kukus tiramisu adalah Rp 21.459,00/bungkus, keuntungan untuk brownies cup adalah Rp 1.254,00/bungkus, dan brownies roll potong akan memberikan keuntungan sebesar Rp 544,00/bungkus. Berdasarkan keuntungan per produk ini maka fungsi tujuan dapat dituliskan sebagai berikut : Maksimum Z
=
Maksimum Z = 14.073X1 + 15.196X2 + 12.907X3 + 21.459X4 + 1.254X5 + 544X6 Keterangan : Xi : jumlah produk ke-i yang dihasilkan dimana i=1 untuk brownies panggang original, i=2 untuk brownies panggang capucino, i=3 untuk brownies kukus original, i=4 untuk brownies kukus tiramisu, i=5 untuk brownies cup, dan i=6 untuk brownies roll potong.
Perumusan Fungsi Kendala Kendala yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi brownies di mr.BrownCo antara lain adalah kendala bahan baku, kendala tenaga kerja langsung, kendala mesin, dan kendala permintaan. Kendala Bahan Baku Mr.BrownCo mempergunakan 10 bahan baku untuk membuat brownies, namun dalam penelitian hanya diambil enam bahan baku utama sebagai kendala karena standar penggunaan bahan baku per bungkus brownies merupakan resep rahasia perusahaan. Oleh karena itu di dalam model hanya dianalisis bahan baku yang benar-benar merupakan kendala bagi perusahaan. Pemilihan enam bahan baku tersebut berdasarkan pada bahan baku utama dari setiap produk dengan komposisi paling besar, bahan baku dengan harga termahal dan bahan baku yang sulit didapatkan perusahaan. Bahan baku dengan komposisi paling besar adalah telur, gula, dan tepung terigu. Bahan baku dengan harga paling mahal adalah cokelat bubuk dan cokelat batang. Sedangkan bahan baku utama yang sulit didapat adalah tepung singkong karena masih jarang orang yang menggunakannya. Penentuan fungsi kendala bahan baku bertujuan untuk melihat apakah pengalokasian sumberdaya bahan baku dalam kegiatan produksi brownies sudah optimal atau belum. Koefisien bahan baku merupakan standar pemakaian bahan baku per bungkus brownies dan nilai ruas kanan merupakan ketersediaan bahan baku per bulan. Jumlah ketersediaan bahan baku pada bulan Agustus – November 2012 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
30
Tabel 10
Ketersediaan Bahan Baku Brownies di Mr.BrownCo Periode AgustusNovember 2012
Nama Bahan
Satuan
Tepung Singkong
Kg
Telur Gula
Butir Kg
Tepung Terigu Cokelat Batang Cokelat Bubuk
Kg Kg Kg
Ketersediaan di Bulan Agustus
September
Oktober
November
Total Ketersediaan
208
300
200
200
908
7.277 350
11.508 500
9.649 400
8.082 400
36.516 1.650
127 228 52
326 336 75
227 288 61
145 252 51
825 1.104
Sumber : Data Ketersediaan Bahan Baku Mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012
Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku dalam penelitian ini menunjukkan banyaknya penggunaan masing-masing bahan baku tersebut untuk memproduksi satu-satuan brownies. Nilai ini dapat diperoleh dengan cara membagi banyaknya bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap jenis produk brownies dengan jumlah produk yang dihasilkan. Perhitungan untuk menentukan berapa koefisien pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut maka, fungsi kendala bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut : Kendala Tepung Singkong : 0,060X1 + 0,060X2 + 0,051X3 + 0,057X4 + 0,020X5 + 0,010X6 ≤ 908 Kendala Telur : 2,000X1 + 2,000X2 + 3,375X3 + 3,563X4 + 0,300X5 + 0,909X6 ≤ 36.516 Kendala Gula : 0,108X1 + 0,108X2 + 0,135X3 +0,113X4 + 0,018X5 + 0,013X6 ≤ 1.650 Kendala Tepung Terigu : 0,060X1 + 0,072X2 + 0,034X3 + 0,043X4 + 0,020X5 + 0,010X6 ≤ 825 Kendala Cokelat Batang : 0,087X1 + 0,087X2 + 0,056X3 + 0,059X4 + 0,017X5 + 0,010X6 ≤ 1.104 Kendala Cokelat Bubuk : 0,012X1 + 0,028X3 + 0,014X4 + 0,002X5 + 0,003X6 ≤ 239 Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi brownies yaitu karyawan di bagian produksi. Jumlah karyawan produksi sebanyak enam orang yang bekerja setiap hari selama delapan jam. Namun karena mr.BrownCo memproduksi makanan selain brownies yaitu strusel, sus, dan black forest maka berdasarkan pengamatan di tempat produksi rata-rata penggunaan jam kerja adalah enam jam per hari untuk produksi brownies saja. Tenaga kerja di bagian produksi yang dimiliki oleh mr.BrownCo melakukan semua kegiatan produksi mulai dari awal hingga akhir secara bersama-sama. Belum ada spesialisasi yang jelas mengenai tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh tiap pekerja. Para karyawan bertugas setiap hari dari hari Senin – Minggu dengan jadwal libur satu kali seminggu. Berdasarkan data yang diperoleh dari
239
31
mr.BrownCo diketahui bahwa jumlah hari produksi selama bulan AgustusNovember secara berturut-turut adalah 17, 28, 27, dan 26 hari kerja. Setiap hari para karyawan memiliki jam kerja sebanyak enam jam. Namun rata-rata proses produksi hanya membutuhkan waktu lima jam setiap harinya. Perhitungan koefisien tenaga kerja dihitung berdasarkan pengamatan saat produksi dilakukan dengan menghitung banyaknya waktu yang diperlukan untuk satu kali produksi brownies dibagi dengan jumlah brownies yang dihasilkan. Kebutuhan jam tenaga kerja langsung di mr.BrownCo dapat dilihat di Tabel 11. Koefisien jam tenaga kerja langsung adalah kebutuhan jam kerja untuk menghasilkan satu produk brownies. Nilai ruas kanan merupakan jumlah jam kerja yang tersedia yaitu jumlah jam seluruh karyawan produksi setiap hari dikalikan dengan jumlah hari kerja pada tiap bulan. Tabel 11
Perhitungan Koefisien Kendala Jam Tenaga Kerja A
B
Koefisien
Waktu yang Diperlukan untuk Satu Kali Proses Produksi (Jam)
Jumlah Produk (Buah)
(A/B)
X₁
2,12
25
0,085
X₂
2,12
25
0,085
X₃
2,05
16
0,128
X₄
1,88
16
0,118
X₅
2,25
100
0,023
X₆
1,85
44
0,042
Produk
RHS
2940
Fungsi kendala jam tenaga kerja langsung dapat dituliskan sebagai berikut: Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung : 0,085X1 + 0,085X2 + 0,128X3 + 0,118X4 + 0,023X5 + 0,042X6 ≤ 2.940 Xi : jumlah produk ke-i yang dihasilkan dimana i=1 untuk brownies panggang original, i=2 untuk brownies panggang capucino, i=3 untuk brownies kukus original, i=4 untuk brownies kukus tiramisu, i=5 untuk brownies cup, dan i=6 untuk brownies roll potong. Kendala Jam Kerja Mesin Mr.BrownCo memakai tiga jenis mesin dalam proses produksinya yaitu : 1. Mesin Mixer Kapasitas total mesin mixer dalam pembuatan brownies adalah 56 kotak/jam untuk brownies panggang original dan capucino, 46 kotak/jam untuk brownies kukus original dan tiramisu, 240 cup/jam untuk brownies cup, dan 126 rol/jam untuk roll brownies.
32
2. Mesin Oven Kapasitas total mesin oven adalah 38 kotak/jam untuk brownies panggang original dan capucino, 150 cup/jam untuk brownies cup, dan 88 rol/jam untuk roll brownies. 3. Mesin Kukus Kapasitas total mesin kukus dalam pembuatan brownies adalah 19 kotak/jam untuk brownies kukus original dan 24 kotak/jam untuk brownies kukus tiramisu. Tabel 12 Perhitungan Koefisien Kendala Jam Kerja Mesin Produk X₁
X₂
X₃
X₄
X₅
X₆
Kapasitas Mesin (satuan/jam)
Koefisien
RHS
mixer
56
0,018
294
oven kukusan
38 -
0,026 -
490 -
mixer
56
0,018
294
oven kukusan
38 -
0,026 -
490 -
mixer
46
0,022
294
oven kukusan
19
0,053
392
mixer
46
0,022
294
oven kukusan
24
0,042
392
mixer
240
0,004
294
oven kukusan
150 -
0,007 -
490 -
mixer
126
0,008
294
oven kukusan
88 -
0,011 -
490 -
Jenis Mesin
Ketersediaan jam kerja mesin merupakan kemampuan maksimal mesin untuk digunakan dalam proses produksi. Ketersediaan ini merupakan hasil kali dari lamanya pemakaian maksimum sebuah mesin selama satu hari dikalikan dengan jumlah hari kerja di mr.BrownCo dari bulan Agustus –November 2012. Nilai koefisien pada fungsi kendala jam kerja mesin merupakan lamanya (jam) penggunaan mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi satu satuan produk brownies. Berdasarkan Tabel 12, fungsi kendala jam kerja mesin dapat dirumuskan sebagai berikut : Kendala Jam Kerja Mesin Mixer = 0,018X1 + 0,018X2 + 0,022X3 + 0,022X4 + 0,004X5 + 0,008X6 ≤ 294
33
Kendala Jam Kerja Mesin Oven = 0,026X1 + 0,026X2 + 0,007X5 + 0,011X6 ≤ 490 Kendala Jam Kerja Mesin Kukusan = 0,053X3 + 0,042X4 ≤ 392 Kendala Permintaan Permintaan menunjukkan banyaknya permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh mr.BrownCo. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, perusahaan harus mampu memproduksi brownies minimal sama dengan dengan jumlah produk yang diminta konsumen. Namun demikian, perusahaan juga harus memperhatikan terhadap ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Data permintaan tidak dapat diperoleh peneliti dikarenakan data tersebut tidak tercatat di bagian produksi. Namun berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa mr.BrownCo belum dapat memenuhi semua permintaan konsumen disaat terjadi puncak pembelian dari bulan Agustus – November terutama produk best seller yaitu brownies panggang original. Data permintaan tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata perjualan per bulan dari bulan Agustus – November yang diasumsikan sama tiap bulannya kecuali untuk data permintaan brownies panggang original yaitu diperoleh dari rata-rata penjualan tertinggi untuk mencerminkan permintaan konsumen yang tidak dapat dipenuhi mr.BrownCo. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik dan data penjualan diketahui bahwa untuk produk brownies capucino dan brownies kukus tiramisu jumlah produksi merupakan permintaan maksimal selama bulan Agustus-November 2012. Fungsi kendala permintaan pasar dapat dituliskan sebagai berikut : Kendala permintaan brownies panggang original : X1 ≥ 7.500 Kendala permintaan brownies panggang capucino : X2 ≤ 451 Kendala permintaan brownies kukus Original : X3 ≥ 3.380 Kendala permintaan brownies kukus tiramisu : X4 ≤ 964 Kendala permintaan brownies cup : X5 ≥ 4.748 Kendala permintaan brownies rol : X6 ≥ 3.602
Analisis Primal Hasil Output dengan menggunakan program LINDO dapat diketahui hasil optimal yang diperoleh perusahaan. Hasil olahan optimal memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status sumberdaya (analisis dual), analisis sensitivitas, dan analisis post optimal. Pada Lampiran 3 dapat dilihat hasil output computer menggunakan LINDO dimana perusahaan akan memperoleh keuntungan maksimum. Analisis primal merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat bagaimana kombinasi produksi yang seharusnya dilakukan sebuah perusahaan agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hasil analisis primal dapat dilihat berapa jumlah variabel keputusan yang harus diproduksi sehingga keuntungan yang dicapai perusahaan mencapai nilai maksimum.
34
Tingkat Produksi Optimal Pada penelitian ini variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis brownies yang seharusnya dihasilkan dari enam jenis brownies yang diproduksi oleh mr.BrownCo. Jumlah setiap produk berdasarkan hasil olahan data optimal merupakan kombinasi yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Tabel 13 memperlihatkan jumlah produksi optimal dan jumlah produksi aktual yang dilakukan mr.BrownCo. Tabel 13
Perbandingan Jumlah Produksi Brownies pada Kondisi Aktual dan Optimal
Jenis Produk
Panggang original (X₁) Panggang capucino (X₂) Kukus original (X₃) Kukus tiramisu (X₄) Cup brownies (X₅) Roll potong (X₆)
Produksi pada Kondisi Aktual (bungkus)
Produksi pada Kondisi Optimal (bungkus)
Selisih (Aktual Optimal)
6.000 600 3.984 1.120 5.690 4.004
7.917 451 3.380 964 4.748 3.602
-1.917 149 604 156 942 402
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada umumnya mr.BrownCo melakukan produksi brownies dengan jumlah lebih besar dibandingkan dengan kondisi optimalnya. Dari keenam jenis produk yang dihasilkan mr.BrownCo, hanya brownies panggang original (X₁) yang diproduksi dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya diproduksi pada kondisi optimal. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai selisih antara banyaknya produksi pada kondisi aktual dengan banyaknya produksi pada kondisi optimal. Pada kondisi aktual mr.BrownCo memproduksi brownies panggang original sebanyak 6.000 bungkus. Jumlah ini jauh berbeda dengan hasil analisis primal yang diperoleh yaitu produksi sebanyak 7.917 bungkus untuk dapat memperoleh keuntungan optimal. Selisih produksi bernilai negatif karena produksi aktual kurang dari solusi optimal yang seharusnya diproduksi. Perbedaan jumlah produksi pada kondisi optimal dan aktual adalah sebanyak 1.917 bungkus. Brownies panggang capucino, brownies kukus original, brownies kukus tiramisu, brownies cup, dan brownies rol potong memiliki nilai selisih antara kondisi aktual dan kondisi optimal yang positif. Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa jika mr.BrownCo ingin memperoleh keuntungan maksimal maka sebaiknya mr.BrownCo memproduksi brownies kukus original sebanyak 3.380 bungkus. Jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kondisi aktualnya yaitu 3.984 bungkus. Selisih antara kondisi optimal dan aktual adalah sebesar 604 bungkus. Produksi untuk brownies panggang capucino, kukus tiramisu, brownies cup, dan brownies roll potong pada kondisi optimal secara berturut-turut adalah sebanyak 451 bungkus, 964 bungkus, 4.748 cup, dan 3.602 potong. Jumlah
35
produksi pada kondisi optimal lebih kecil dari kondisi aktualnya dengan selisih secara berturut-turut adalah 149 bungkus, 156 bungkus, 942 cup, dan 402 potong. Nilai keuntungan yang diperoleh mr.BrownCo pada kondisi aktual selama Bulan Agustus-November 2012 dimana pada bulan ini terjadi puncak pembelian oleh konsumen adalah sebesar Rp 178.324.604,00. Nilai ini memiliki perbedaan dengan keuntungan maksimal yang bisa diperoleh oleh mr.BrownCo berdasarkan hasil analisis primal. Pada kondisi optimal, mr.BrownCo dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 190.494.953,00. Selisih antara keuntungan optimal dengan keuntungan aktual yang dapat diterima oleh mr.BrownCo adalah sebesar Rp 12.167.564,00 atau sebesar 6,8 persen lebih tinggi dari keuntungan aktual yang diperoleh. Berdasarkan hasil analisis primal, dapat dikatakan bahwa semua produk layak untuk diproduksi karena nilai reduced cost dari masing-masing variabel keputusan menunjukkan nilai nol. Perhitungan selisih keuntungan aktual dan Optimal dapat dilihat pada Lampiran 4.
Analisis Dual Analisis dual memberikan penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat slack atau surplus. Sumberdaya dengan nilai slack atau surplus nol menunjukkan bahwa sumberdaya bersifat terbatas dan masuk dalam sumberdaya aktif. Sumberdaya dengan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol merupakan sumberdaya berlebih dalam proses produksi dan termasuk dalam sumberdaya tidak aktif. Nilai dual juga menunjukkan besar pengaruh akibat penambahan atau pengurangan pada nilai ruas kanan kendala terhadap nilai fungsi tujuan. Nilai dual pada sumberdaya terbatas/kendala aktif mengindikasikan bahwa perubahan satu satuan pada suatu kendala akan menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah sebesar nilai dual dari sumberdaya tersebut. Sebaliknya sumberdaya dengan nilai dual sama dengan nol memperlihatkan sumberdaya tersebut berstatus kendala tidak aktif dimana penambahan persediaan pada sumberdaya tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan. Nilai dual juga memperlihatkan batas harga maksimum perusahaan bersedia untuk membeli satu unit sumberdaya. Oleh karena itu, nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pembelian sumberdaya. Analisis Status Sumberdaya Bahan Baku Optimal Bahan baku pembuatan brownies terdiri dari tepung singkong, telur, gula, tepung terigu, cokelat batang dan cokelat bubuk. Berdasarkan hasil analisis status sumberdaya dapat dilihat bahwa sebagian besar sumberdaya bahan baku merupakan bahan baku yang bersifat berlebih kecuali untuk sumberdaya telur. Telur adalah sumberdaya yang bersifat langka karena nilai slack atau surplus menunjukkan nilai nol. Hal ini berarti seluruh telur yang ada di mr.BrownCo digunakan untuk proses produksi sehingga tidak ada yang tersisa. Tabel 14 menunjukkan nilai slack atau surplus dari masing-masing bahan baku.
36
Tabel 14
No 1 2 3 4 5 6
Nilai Slack atau Surplus serta Dual Prices untuk Sumberdaya Bahan Baku Nama Bahan
Tepung Singkong Telur Gula Tepung Terigu Cokelat Batang Cokelat Bubuk
Satuan
Slack atau Surplus
Dual Prices
Kg Butir Kg Kg Kg Kg
47,61 239,15 48,73 30,16 13,09 15,56
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil analisis status sumberdaya bahan baku memperlihatkan bahwa bahan baku bukan merupakan kendala aktif. Hal ini dapat dilihat dari nilai di bawah kolom slack or surplus untuk sumberdaya tenaga kerja yang memiliki nilai lebih besar daripada nol dan menunjukkan bahwa jam tenaga kerja ketersediaannya berlebih. Nilai dual prices untuk sumberdaya ini adalah sama dengan nol sehingga peningkatan ketersediaan satu-satuan sumberdaya ini tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Bahan baku yang digunakan mr.BrownCo berdasarkan analisis status sumberdaya untuk kelima bahan baku ini bersifat berlebih. Hal ini bisa dilihat dari nilai masing-masing sumberdaya tersubut di bawah kolom slack atau surplus yang positif atau bernilai lebih besar dari nol. Nilai-nilai tersebut menunjukkan berapa besarnya jumlah bahan baku yang tidak terpakai oleh mr.BrownCo untuk memproduksi brownies. Karena sifatnya yang berlebih maka bahan-bahan ini bukan merupakan kendala aktif untuk memproduksi brownies. Penambahan satu satuan bahan-bahan baku ini tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Hal ini bisa dilihat dari nilai dual price dari masing-masing bahan baku yang sama dengan nol. Berdasarkan pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa tepung singkong memiliki surplus sebesar 47,61 kg, telur memiliki surplus sebesar 239,15, gula memiliki surplus sebesar 52,02 kg, tepung terigu memilki surplus 27,34 kg, cokelat batang memiliki surplus sebesar 15,74 kg, dan cokelat bubuk memiliki surplus sebesar 20,56 kg. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa beberapa sumberdaya bahan baku memilki surplus yang cukup tinggi yang berarti pengunaan bahan baku tersebut belum optimal. Bahan-bahan ini dibeli dengan jumlah yang cukup besar karena pada bulanAgustus-November 2012 merupakan puncak permintaan konsumen terhadap produk brownies yang diproduksi oleh mr.BrownCo. Sehingga untuk mengatasi adanya kekurangan bahan saat proses produksi, mr.BrownCo cenderung melakukan pemesanan kepada supplier dalam jumlah berlebih karena selain untuk menjamin ketersediaannya agar proses produksi berjalan lancar, juga disebabkan oleh jika bahan baku tersebut habis dan perusahaan membeli diluar supplier harga bahan baku akan lebih tinggi dari harga yang ditawarkan oleh supplier sehingga hal tersebut dapat menyebabkan perubahan keuntungan per satuan produk yang dihasilkan oleh mr.BrownCo. Perbandingan antara penggunaan bahan baku pada kondisi optimal dan kondisi aktual dapat dilihat pada Tabel 15.
37
Tabel 15
Perbandingan Pengunaan Bahan Baku pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal
Nama Bahan
Satuan
Penggunaan Aktual
Pengunaan Optimal
Persentase Penggunaan Optimal (%)
Tepung Singkong Telur Gula Tepung Terigu Cokelat Batang Cokelat Bubuk
Kg Butir Kg Kg Kg Kg
817 35.983 1.532 741 1.000 223
860 36.277 1.601 795 1.091 223
95 99 97 96 99 93
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa hampir semua bahan baku penggunaannya lebih rendah dibandingkan kondisi optimalnya kecuali bahan baku cokelat bubuk. Pada kondisi aktual penggunaan tepung singkong, telur, gula, tepung terigu, dan cokelat batang lebih rendah karena perusahaan belum dapat mengoptimalkan produk mana saja yang harus diproduksi dengan jumlah tertentu sesuai dengan permintaan agar keuntungan maksimal. Penggunaan cokelat bubuk pada kondisi optimal yang lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi aktualnya akan banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan karena cokelat bubuk adalah bahan baku yang memiliki harga beli paling tinggi jika dibandingkan dengan harga baku yang lain. Persentase penggunaan bahan baku dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengaturan sumberdaya. Cokelat bubuk dan cokelat batang adalah bahan baku yang mudah rusak dan berubah rasa bila penyimpanannya kurang baik. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan membeli bahan ini dalam jumlah yang tidak terlalu besar dan disesuaikan dengan kebutuhan produksi.. Pada tabel diatas diketahui bahwa jika perusahaan melakukan produksi pada kondisi optimal maka penggunaan bahan baku yang paling tinggi persentasenya dari ketersediaan di perusahaan adalah bahan baku telur dan cokelat batang yaitu sebesar 99 persen. Penggunaan terbesar ketiga adalah gula sebesar 97 persen, selanjutnya adalah tepung terigu sebesar 96 persen, kemudian tepung singkong sebesar 95 persen, dan cokelat bubuk sebesar 93 persen. Analisis Status Sumberdaya Tenaga Kerja Optimal Hasil analisis status sumberdaya tenaga kerja memperlihatkan bahwa jam tenaga kerja bukan merupakan kendala aktif. Hal ini dapat dilihat dari nilai di bawah kolom slack or surplus untuk sumberdaya tenaga kerja yang memiliki nilai lebih besar daripada nol dan menunjukkan bahwa jam tenaga kerja ketersediaannya berlebih. Nilai dual prices untuk sumberdaya ini adalah sama dengan nol sehingga peningkatan ketersediaan satu-satuan sumberdaya ini tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Nilai surplus untuk tenaga kerja adalah 1.422 jam.
38
Pada kondisi aktual penggunaan jam tenaga kerja adalah sebesar 1.497 jam. Pemanfaatan tenaga kerja pada kondisi aktual lebih rendah jika dibandingkan dengan pemanfaatan tenaga kerja pada kondisi optimal. Pada kondisi optimal pemanfaatan tenaga kerja adalah sebesar 1.513 jam atau sebesar 51 persen dibandingkan dengan keseluruhan jam tenaga kerja yang tersedia. Tabel 16 menunjukkan analisis status sumberdaya jam tenaga kerja. Tabel 16
Analisis Status Jam Tenaga Kerja
Jenis Sumberdaya
Slack or Surplus
Penggunaan Aktual (jam)
Penggunaan Optimal (jam)
Persentase Penggunaan Optimal (%)
Jam Tenaga Kerja
1.422
1.497
1.513
51
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masih banyak waktu yang tersedia sehingga hal tersebut menyatakan bahwa kurang efektifnya penggunaan jam tenaga kerja di perusahaan mr.BrownCo. Jumlah tenaga kerja yang terlalu banyak bisa menyebabkan proses produksi menjadi tidak efektif dan menambah besarnya biaya produksi. Analisis Status Sumberdaya Jam Kerja Mesin Optimal Mesin yang digunakan oleh mr.BrownCo untuk memproduksi brownies terdiri dari tiga macam yaitu mesin mixer, mesin oven, dan mesin kukus. Hasil analisis status sumberdaya menunjukkan bahwa jam kerja mesin bersifat berlebih kecuali untuk mesin mixer. Sumberdaya mixer merupakan kendala aktif bagi mr.BrownCo. Sumberdaya ini sangat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Nilai dual price untuk mixer adalah Rp 781.833,00. Nilai dual price menunjukkan berapa besarnya perubahan yang akan terjadi pada nilai fungsi tujuan jika sumberdaya yang bersangkutan ditingkatkan ketersediaannya. Jika sumberdaya mixer ditingkatkan sebanyak satu satuan, maka keuntungan yang akan diperoleh oleh mr.BrownCo akan meningkat sebesar nilai dual price-nya yaitu sebesar Rp 781.833,00. Jika ketersediaan mixer ditingkatkan lebih dari satu kali maka penambahan keuntungan yang diperoleh adalah sebesar nilai dual price dikali dengan besarnya peningkatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui bahwa mixer merupakan sumberdaya yang sangat penting dalam kegiatan produksi brownies. Karena peningkatan ketersediaan mixer sebesar satu satuan dapat meningkatkan keuntungan. Mr.BrownCo dapat melakukan upaya untuk meningkatkan ketersediaan mixer dengan cara menambah ketersediaannya menjadi dua buah. Peningkatan mesin mixer di tempat produksi dapat menjadi peluang mr.BrownCo untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hal tersebut akan berimplikasi pada pemenuhan permintaan akan produk brownies oleh konsumen yang selama ini belum bisa dipenuhi karena adanya keterbatasan kapasitas produksi. Mesin lain yang digunakan mr.BrownCo selain mixer adalah oven dan kukusan. Hasil analisis status sumberdaya untuk kedua bahan baku ini bersifat
39
berlebih. Hal ini bisa dilihat dari nilai masing-masing sumberdaya tersebut di bawah kolom slack atau surplus yang positif atau bernilai lebih besar dari nol. Nilai-nilai tersebut menunjukkan berapa besarnya jumlah jam mesin yang tidak terpakai oleh mr.BrownCo untuk memproduksi brownies. Karena sifatnya yang berlebih maka mesin-mesin ini bukan merupakan kendala aktif untuk memproduksi brownies. Penambahan satu satuan mesin-mesin ini ini tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Hal ini bisa dilihat dari nilai dual price dari masing-masing bahan baku yang sama dengan nol. Tabel 17 Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Kerja Mesin No 1 2 3
Jenis Mesin Mixer Oven Kukus
Slack or Surplus 0,00 199,57 172,37
Dual Price 781.833 0,00 0,00
Berdasarkan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa oven memiliki surplus sebesar 199,57 jam dan kukusan memiliki surplus sebesar 172,37 jam. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa kedua sumberdaya mesin memilki surplus yang cukup tinggi yang berarti pengunaan mesin tersebut belum optimal. Berikut perbandingan penggunaan jam kerja mesin pada kondisi aktual dan pada kondisi optimal. Tabel 18 Perbandingan Penggunaan Jam Kerja Mesin Pada Kondisi Aktual dan Pada Kondisi Optimal
No
Jenis Mesin
Penggunaan Aktual (Jam)
1 2 3
Mixer Oven Kukus
286 257 256
Penggunaan Optimal (Jam)
Persentase Penggunaan Optimal (%)
294 293 218
100 60 56
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa penggunaan mixer digunakan lebih lama pada kondisi optimal dibandingkan dengan penggunaan pada kondisi aktual. Pada kondisi optimal penggunaan terhadap mesin mixer adalah sebesar 294 jam sedangkan pada kondisi aktual memiliki nilai 286 jam. Begitu pula dengan penggunaan oven yang lebih lama digunakan saat kondisi optimal yaitu sebesar 293 jam, sedangkan pada kondisi aktual hanya digunakan selama 257 jam. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan mesin kukus dimana penggunaan optimalnya adalah selama 218 jam yang lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaannya saat kondisi aktual yaitu selama 256 jam. Pada tabel diatas diketahui bahwa jika perusahaan melakukan produksi pada kondisi optimal maka penggunaan mesin yang paling tinggi persentasenya dari ketersediaan di perusahaan adalah mesin mixer yaitu sebesar 100 persen.
40
Penggunaan mixer sebesar 100 persen menunjukkan bahwa mesin ini bersifat sebagai pembatas. Penggunaan terbesar kedua adalah oven sebesar 66 persen, selanjutnya adalah kukusan sebesar 56 persen. Mesin mixer memiliki penggunaan optimal lebih tinggi dari ketersediaannya sehingga harus dilakukan penambahan jumlah mesin mixer agar perusahaan dapat berproduksi optimal. Pemanfaatan jam kerja mesin oven dan kukusan untuk proses produksi bisa dikatakan cukup kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai presentasi penggunaan optimal masing-masing mesin. Persentase pemanfaatan jam kerja mesin yang masih cukup kecil merupakan indikasi bahwa mesin-mesin yang dimiliki perusahaan masih sangat memungkinkan untuk digunakan jika perusahaan ingin melakukan penambahan produksi. Namun hal tersebut juga tentu saja harus disesuaikan dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumberdaya yang lain serta permintaan pasar terhadap produk brownies yang diproduksi oleh mr.BrownCo. Analisis Status Permintaan Hasil analisis status permintaan pasar menunjukkan bahwa diantara keenam jenis produk yang ditawarkan, produk brownies panggang original memilki nilai slack or surplus yang lebih besar daripada nol. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk memproduksi brownies panggang original dalam jumlah yang lebih besar, sehingga bisa berproduksi lebih besar dari jumlah permintaan. Produksi brownies panggang original yang lebih besar dari permintaan minimal akan menguntungkan perusahaan karena permintaan terhadap brownies ini sangat tinggi. Daya simpan brownies panggang original yang lama jika dibandingkan dengan brownies yang lain tidak akan membuat perusahaan rugi karena produk bisa dijual sebelum masa kadaluarsa berakhir. Hasil analisis untuk brownies panggang capucino dan kukus tiramisu tidak memiliki nilai slack or surplus. Nilai dual price untuk kedua brownies ini positif karena pada kondisi optimal jumlah brownies yang diproduksi sudah sama dengan permintaan maksimalnya. Brownies kukus original, cup brownies, dan roll potong tidak memiliki nilai slack or surplus. Namun demikian, jika terjadi penambahan satu satuan untuk ruas kanan kendala permintaan untuk ketiga produk brownies ini, maka akan berdampak pada penurunan keuntungan optimal awal. Hal ini disebabkan karena nilai dual price untuk kelima produk brownies ini menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada nol (negatif). Adanya nilai dual price yang bernilai negatif ini disebabkan karena jumlah produksi optimal telah sama dengan jumlah permintaan pasar minimal, sehingga jika produksi untuk produk ini ditingkatkan maka akan mengurangi keuntungan perusahaan sebesar nilai dual price-nya. Tabel 19 memperlihatkan nilai slack or surplus serta dual price dari permintaan pasar.
41
Tabel 19 Nilai Slack Or Surplus Serta Dual Price untuk Permintaan Pasar No 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Slack or Surplus 417 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Dual Price 0,00 1.123 -4.293 4.259 -1.873 -5.711
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan pada dua parameter input dalam program linier yaitu keuntungan per unit produk dan ketersediaan sumberdaya yang menjamin tidak adanya perubahan pada solusi optimal. Analisis ini memberikan selang perubahan fungsi tujuan tanpa mempengaruhi tingkat produksi optimal serta perubahan ketersediaan sumberdaya yang masih diperbolehkan tanpa merubah nilai dual price. Selang perubahan fungsi tujuan dan perubahan nilai ruas kanan model ditunjukkan pada nilai batas atas (allowable increase) dan nilai batas bawah (allowable decrease). Nilai batas atas bertujuan untuk melihat sejauh mana nilai koefisien fungsi tujuan dan sejauh mana nilai ruas kanan fungsi kendala dapat ditingkatkan agar tidak merubah solusi awal. Sedangkan nilai batas bawah menunjukkan sejauh mana nilai-nilai tersebut dapat diturunkan tanpa merubah solusi optimal awal. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan dapat digunakan untuk melihat sejauh mana perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan solusi optimal awal. Pada analisis sensitivitas ini dapat dilihat berapa perubahan kontribusi keuntungan dari tiap produk yang dimiliki oleh mr.BrownCo sehingga tingkat produksi optimal awal tidak mengalami perubahan. Tabel 20 Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Variabel
Nilai Koefisien
Batas Atas
Batas Bawah
X₁
14.073
1.123
3.512
X₂
15.196
Tak terhingga
1.123
X₃
12.907
4.293
Tak terhingga
X₄
21.459
Tak terhingga
4.258
X₅
1.254
1.873
Tak terhingga
X₆
544
5.710
Tak terhingga
42
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa koefisien variabel X1, X3, X5, dan X6 dapat ditingkatkan maksimal sebesar batas atasnya. Peningkatan koefisien pada X1 misalnya adalah sebesar 1.123 rupiah. Dengan kata lain, agar solusi optimal awal bisa dipertahankan, koefisien untuk variabel X1 adalah sebesar nilai koefisien ditambah dengan batas atasnya yaitu sebesar Rp 15.196,00. Penurunan koefisien untuk variabel X3, X5, dan X6 dapat dilakukan hingga batas tak hingga agar tetap mempertahankan solusi optimal awal yang diperoleh perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari batas bawahnya yang menunjukkan nilai tak terhingga. Namun demikian, meskipun nilai batas bawah variabel X3, X5, dan X6 menunjukkan nilai tak terhingga, penurunan koefisien variabel ini tidak boleh melebihi harga pokok produksi untuk memproduksi satu-satuan produk tersebut. Hal ini agar perusahaan tetap bisa memperoleh keuntungan. Dengan kata lain, penurunan koefisien variabel X3, X5, dan X6 tidak boleh lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok produksinya. Koefisien fungsi tujuan untuk variabel X2 dan X4 bisa ditingkatkan hingga batas tak terhingga (infinity) dan batas penurunan keuntungan adalah sebesar 1.123 dan 4.258 dari keuntungan awal. Nilai batas atas tak terhingga karena sebenarnya produksi pada kondisi optimal sudah sama dengan batas maksimal permintaan akan produk X2 dan X4. Walaupun keuntungan tinggi namun jika diproduksi dalam jumlah besar tetap tidak akan menguntungkan karena permintaannya rendah. Jika keuntungan lebih kecil dari pengurangan batas bawah terhadap koefisien variabel maka akan terjadi perubahan pada kondisi optimal awal. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Analisis sensitivitas ruas kanan kendala atau yang disebut Right Hand Side (RHS) bertujuan untuk melihat sejauh mana nilai ruas kanan kendala dapat ditingkatkan atau diturunkan untuk mempertahankan solusi optimal awal yang telah diperoleh. Selang perubahan ditunjukkan oleh nilai kenaikan yang diperbolehkan (allowable increase) dan penurunan yang diperbolehkan (allowable decrease). Pada analisis sensitivitas ini akan diperoleh selang kepekaan pada nilai ruas kanan kendala yang tidak akan mengubah nilai dual price dari masingmasing kendala tersebut. Semakin sempit selang perubahan suatu sumberdaya, maka semakin peka sumberdaya tersebut terhadap perubahan ketersediaan. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya penting dalam proses produksi karena perubahannya sangat mempengaruhi solusi optimal. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala berkaitan dengan status sumberdaya. Jika suatu sumberdaya merupakan sumberdaya pembatas, maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan dan penurunan sebesar nilai tertentu. Jika sumberdaya merupakan kendala bukan pembatas, maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan (batas atas) tidak terbatas (infinity) dan nilai penurunan (batas bawah) sebesar nilai slack or surplus. 1. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Bahan Baku Berdasarkan hasil analisis ruas kanan kendala bahan baku, dapat dilihat bahwa dari enam jenis bahan baku yang digunakan oleh mr.BrownCo, semuanya dapat ditingkatkan hingga batas yang tak terhingga (infinity). Nilai tak terhingga
43
untuk batas atas dari masing-masing bahan baku ini menunjukkan bahwa bahan baku tersebut masih berlebih sehingga jika ditingkatkan merupakan pemborosan bagi perusahaan. Tabel 21 memperlihatkan hasil analisis sensitivitas ruas kanan kendala bahan baku. Tabel 21
Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Bahan Baku
Jenis Bahan Baku
Nilai Ruas Kanan 908
Batas Atas
Batas Bawah
Tak terhingga
47,61
Telur
36.516
Tak terhingga
239,15
Gula
1.650
Tak terhingga
48,73
Tepung Terigu
825
Tak terhingga
30,16
Cokelat Batang
1.104
Tak terhingga
13,09
Cokelat Bubuk
239
Tak terhingga
15,56
Tepung Singkong
Batas bawah dari keenam produk yang memiliki nilai batas atas tak terhingga tersebut masing-masing memiliki nilai tertentu. Agar nilai dual price untuk bahan-bahan baku tersebut tidak mengalami perubahan maka nilai ruas kanan kendala bahan baku ini tidak boleh diturunkan melebihi nilai batas bawah dari masing-masing bahan baku tersebut. Nilai batas bawah dari masing-masing bahan baku ini menunjukkan jumlah yang setara dengan besarnya jumlah bahan baku yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau nilai surplus bahan baku. 2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Tenaga Kerja Hasil analisis sensitivitas ruas kanan kendala jam tenaga kerja memperlihatkan bahwa kendala jam tenaga kerja memiliki nilai batas atas yang tak terhingga. Hal ini karena ketersediaan jam tenaga kerja belum terpakai seluruhnya oleh mr.BrownCo atau berlebih. Peningkatan jumlah jam tenaga kerja atau menambah tenaga kerja tidak akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Namun, jika perusahaan ingin mempertahankan solusi optimal yang telah diperoleh, maka sebaiknya perusahaan tidak boleh menurunkan ketersediaan jam kerja langsung melebihi batas bawah yaitu sebesar 1.422 jam. Tabel 22 memperlihatkan hasil analisis sensitivitas ruas kanan kendala jam tenaga kerja. Tabel 22 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Jam Tenaga Kerja Jenis Sumberdaya
Nilai Ruas Kanan
Batas Atas
Batas Bawah
Jam tenaga kerja
2.940
Tak Terhingga
1.422
44
3. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Jam Kerja Mesin Hasil analisis sensitivitas ruas kanan kendala jam kerja mesin memperlihatkan bahwa mesin mixer memiliki nilai batas atas dan bawah tertentu. Mesin oven dan kukus memiliki nilai batas atas yang menunjukkan nilai tak terhingga. Hal ini berarti bahwa peningkatan ketersediaan jam kerja mesin dapat dilakukan hingga batas terhingga. Nilai tak terhingga menunjukkan bahwa ketersediaan jam kerja untuk masing-masing mesin di mr.BrownCo bersifat berlebih. Tabel 23 memperlihatkan hasil analisis sensitivitas untuk ruas kanan kendala jam kerja mesin. Tabel 23 Analisis Sensitivitas Untuk Ruas Kanan Kendala Jam Kerja Mesin Jenis Mesin
Nilai Ruas Kanan
Batas Atas
Batas Bawah
Mixer
294
2,71
Oven
490
Tak terhingga
199,57
Kukus
392
Tak terhingga
172,37
7,51
Mixer merupakan satu-satunya bahan baku yang memiliki nilai batas atas dan batas bawah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mixer merupakan sumberdaya pembatas. Selang perubahan yang diperbolehkan untuk batas atas sebesar 2,71, sedangkan penurunan yang diperbolehkan adalah sampai dengan 7,51. Jika perubahan nilai ruas kanan masih berada dalam selang tersebut maka perubahan tidak akan merubah nilai dual price. Ketersediaan jam mesin oven dan kukus yang masih berlebih menyebabkan peningkatan jam mesin untuk kedua mesin ini dengan jumlah produksi pada kondisi optimal sampai nilai berapapun tetap tidak akan menambah keuntungan perusahaan. Jika penurunan ketersediaan jam kerja mesin dilakukan melebihi nilai batas bawahnya, maka akan mengubah nilai dual price yang ada. Nilai batas bawah dari masing-masing mesin menunjukkan nilai surplus dari mesin-mesin tersebut. 4. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Permintaan Analisis sensitivitas ruas kanan kendala permintaan pasar dapat dilihat bahwa permintaan terhadap brownies panggang original memiliki batas atas sebesar 417 bungkus. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan maksimal untuk produk brownies panggang original agar tidak mengubah nilai dual price adalah sebesar 8.334 bungkus. Nilai batas bawah untuk produk ini adalah tak terhingga. Nilai tak terhingga ini berarti produksi brownies panggang original pada kondisi optimal sudah dapat melebihi jumlah permintaan produksi minimal yang diinginkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak akan masalah jika produksi brownies panggang original diturunkan. Walaupun memiliki batas penurunan tak terhingga, namun penurunan produksi brownies kukus original tidak boleh lebih rendah dari permintaan minimalnya yaitu sebesar 7500 bungkus. Jika penurunan produksi melebihi sampai batas minimal jumlah produksi yang diminta, maka hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tidak dapat memenuhi
45
permintaan konsumen. Hasil analisis sensitivitas untuk ruas kanan kendala permintaan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24
Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Permintaan Pasar
Variabel Panggang original (X₁)
Nilai Ruas Kanan 7.917
Batas Atas 417
Batas Bawah Tak terhingga
451
417
451
Kukus original (X₃)
3.380
257
260
Kukus tiramisu (X₄)
964
213
276
Cup Brownies(X₅)
4.748
1.876
1.655
Roll potong (X₆)
3.602
938
456
Panggang capucino (X₂)
Pada produk brownies panggang capucino, kukus original, kukus tiramisu, cup brownies, dan roll potong memiliki batas kenaikan dan penurunan sebesar nilai tertentu sehingga tidak merubah nilai dual price-nya. Misalkan untuk produk brownies panggang capucino memiliki batas atas sebesar 417 bungkus. Hal ini berarti bahwa produksi maksimal untuk brownies panggang capucino agar tidak merubah solusi awal adalah sebesar 868 bungkus. Nilai batas bawah produk ini adalah sebesar 451. Artinya jumlah produksi brownies panggang capucino dapat berubah dalam kisaran antara 868 sampai 0 bungkus tanpa merubah nilai dual price-nya. Informasi ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan jumlah produksi bila terjadi perubahan permintaan pasar. Jika permintaan meningkat sampai tingkat maksimum 868 bungkus atau menurun sampai 0 bungkus, maka permintaan tersebut masih menguntungkan bagi perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan produksi brownies panggang capucino.
Analisis Post Optimal Analisis post optimal merupakan analisis yang dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana solusi optimal yang diperoleh dapat diterapkan apabila terjadi perubahanperubahan dalam parameter yang mempengaruhi pencapaian tingkat keuntungan. Analisis ini dapat dilakukan dengan mengubah koefisien fungsi tujuan, merubah sisi kanan dari kendala yang ada, atau menambah kegiatan baru. Hasil dari perubahan ini lalu dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Analisis post optimal ini dilakukan dalam dua skenario. Skenario I adalah dengan mengurangi jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal. Sedangkan skenario II dilakukan dengan menaikkan biaya produksi gula sebesar 28,44 persen. Analisis Post Optimal Skenario I Skenario I yang akan dilakukan adalah dengan mengurangi ketersediaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan restrukturisasi pegawai
46
dengan jalan mengurangi jumlah pegawai yang bekerja diproses produksi di mr.BrownCo pada bulan Desember 2012 dan baru mendapat karyawan baru lagi pada bulan Maret 2013. Pengurangan jumlah tenaga kerja dilakukan mencapai separuh dari jumlah karyawan dibagian produksi sehingga pada skenario I jumlah karyawan yang digunakan adalah sebanyak tiga orang karyawan. Pengurangan jumlah karyawan akan menurunkan ketersediaan jam tenaga kerja dan biaya produksi. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan keuntungan tiap produk brownies. Tabel perhitungan total biaya produksi brownies di mr.BrownCo pada skenario I terdapat pada Lampiran 5. Tabel 25
Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I
Produk Brownies
Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Brownies Roll potong
Harga Jual (Rp/Bungkus)
Total Biaya Produksi (Rp/Bungkus)
Keuntungan (Rp)
26.000 26.000 28.000 35.000 3.500 3.500
11.623 10.501 14.593 13.092 2.170 2.809
14.377 15.499 13.407 21.908 1.330 691
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai keuntungan pada tiap produk brownies. Hal ini akan mengubah besarnya koefisien dari fungsi tujuan yaitu : Maksimum Z = Maksimum Z = 14.377X1 + 15.499X2 + 13.407X3 + 21.905X4 + 1.330X5 + 691X6 Perubahan koefisien fungsi tujuan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan kombinasi produk dan total keuntungan produksi kondisi optimal pada skenario I. Tabel 26
Perbandingan Kombinasi Produk pada Solusi Optimal Awal dengan Solusi Optimal Skenario I
Produk Brownies Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Jumlah Produk pada Solusi Optimal Awal 7.917 451 3.380 964 4.748 3.602
Jumlah Produk pada Skenario I 7.500 301 3.380 964 4.748 3 602
47
Berdasarkan hasil analisis post optimal dapat dilihat bahwa jika terjadi penurunan ketersediaan jam tenaga kerja mencapai separuh dari jumlah karyawan maka jumlah produksi dari masing-masing produk sama dengan kondisi optimal awalnya bahkan masih terdapat nilai surplus untuk jam tenaga kerja. Hal ini berarti kebijakan restrukturisasi karyawan yang dilakukan perusahaan dengan mengurangi jumlah karyawan di bagian produksi sudah tepat jika pengurangan yang dilakukan masih dapat mempertahankan keuntungan perusahaan. Hasil olahan post optimal skenario I menunjukkan bahwa keuntungan mr.BrownCo akan berubah menjadi menjadi lebih rendah dari kondisi optimal awalnya menjadi sebesar Rp 187.728.601,00. Selisih keuntungan yang didapat adalah sebesar Rp 2.766.352,00. Selisih keuntungan yang cukup besar ini bisa dijadikan masukan kepada mr.BrownCo bahwa pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal di bagian produksi akan membuat perusahaan mengalami penurunan keuntungan dikarenakan jumlah tenaga kerja yang tersedia saat ini walaupun masih dalam jumlah berlebih namun jika pengurangan dilakukan sampai separuh tenaga kerja akan berdampak pada kerugian pada perusahaan. Perhitungan perbandingan keuntungan pada solusi optimal awal dan solusi optimal skenario I terdapat pada Lampiran 6. Analisis Post Optimal Skenario II Analisis post optimal skenario II dilakukan dengan menaikkan biaya produksi gula sebesar 28,44 persen. Hal ini dilakukan karena pada saat hari raya sering terjadi kenaikan harga gula hingga mencapai Rp 14.000,00 per kilogram di pasar. Kenaikan harga gula pasir didasarkan pada pengalaman masa lalu yang pernah dialami perusahaan. Oleh karena itu dilakukan analisis post optimal agar perusahaan dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi tersebut dimasa yang akan datang. Kenaikan biaya produksi per kilogram gula mengakibatkan keuntungan yang diterima perusahaan mengalami penurunan karena biaya produksi yang meningkat. Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai keuntungan pada tiap produk brownies. Hal ini akan mengubah besarnya koefisien dari fungsi tujuan yaitu : Maksimum Z = Maksimum Z = 13.738X1 + 14.861X2 + 12.489X3 + 21.110X4 + 1.198X5 + 503X6 Perubahan koefisien fungsi tujuan dapat menyebabkan terjadinya perubahan total keuntungan produksi kondisi optimal pada skenario II.
48
Tabel 27 Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II
Produk Brownies Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Harga Jual (Rp/Bungkus)
Total Biaya Produksi (Rp/Bungkus)
Keuntungan (Rp)
26.000 26.000 28.000 35.000 3.500 3.500
12.262 11.139 15.511 13.89 2.302 2.997
13.738 14.861 12.489 21.11 1.198 503
Berdasarkan hasil post optimal di skenario II yang terdapat pada Lampiran 9 dapat dilihat bahwa keuntungan total yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 185.528.827,00. Selisih keuntungan yang didapat pada skenario II jika dibandingkan dengan keuntungan total yang diterima pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp 4.966.126,00. Jumlah produksi optimal skenario II untuk setiap jenis produk yang dihasilkan sama dengan jumlah yang diproduksi pada kondisi optimal awal. Kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Agar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tetap, maka sebaiknya perusahaan menaikkan harga jual produk tersebut minimal sebesar tingkat kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan. Asumsi yang digunakan adalah dengan tingkat penjualan yang sama maka perusahaan akan dapat memperoleh keuntungan sebesar atau lebih besar dari keuntungan pada kondisi optimal awal.
IMPLIKASI MANAJERIAL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di mr.BrownCo maka dapat direkomendasikan beberapa hal untuk kegiatan produksi brownies. Mr.BrownCo sebaiknya melakukan pengkajian ulang terhadap sistem produksi produksi brownies yang diterapkan jika proses produksi yang dilakukan sampai saat ini masih sama dengan proses produksi pada saat dilakukan pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil olah data produksi bulan Agustus sampai dengan November 2012 diketahui bahwa mr.BrownCo belum dapat berproduksi secara optimal sehingga mr.BrownCo perlu meningkatkan jumlah produksi sesuai dengan jumlah optimal jika ingin mendapatkan keuntungan maksimal. Penambahan jumlah mesin mixer sebanyak satu buah dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hal ini dapat dilakukan jika jumlah produksi sama dengan jumlah pada saat terjadi permintaan tinggi yaitu sama seperti keadaan pada bulan Agustus-November 2012 dimana pada bulan ini merupakan libur hari raya, liburan akhir semester mahasiswa IPB, dan banyak kegiatan dana usaha yang
49
dilakukan mahasiswa sehingga permintaan produk brownies berada pada sesi tertinggi. Data optimalisasi dalam penelitian ini tidak dapat diterapkan jika terjadi perbedaan dalam proses produksi, jumlah bahan baku, jumlah tenaga kerja, jumlah mesin, jumlah permintaan, dan perbedaan jumlah produk yang rutin diproduksi. Mr.BrownCo sebaiknya membuat catatan mengenai kegiatan produksinya dan mencatat setiap permintaan baik yang bisa dipenuhi maupun tidak dapat dipenuhi sehingga seluruh kegiatan dapat dievaluasi.
KESIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan optimalisasi produksi brownies di mr.BrownCo dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi dapat diketahui bahwa tingkat produksi brownies di mr.BrownCo selama periode bulan Agustus-November 2012 belum optimal. Hal ini karena masih terdapat perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi optimalnya. Pada kondisi aktual mr.BrownCo memproduksi brownies panggang original sebanyak 6.000 bungkus, panggang capucino sebanyak 600 bungkus, kukus original sebanyak 3.984 bungkus, kukus tiramisu sebanyak 1.120 bungkus, cup brownies sebanyak 5.690 cup, dan rol brownies sebanyak 4.004 potong. Sedangkan agar perusahaan bisa memperoleh keuntungan maksimal, kombinasi produk yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah memproduksi brownies panggang original sebanyak 7.917 bungkus, brownies panggang capucino sebanyak 451 bungkus, kukus original sebanyak 3.380 bungkus, kukus tiramisu sebanyak 964 bungkus, cup brownies sebanyak 4.748 cup brownies, dan roll brownies sebanyak 3.602 potong. 2. Pada kondisi aktual selama periode bulan Agustus-November 2012 perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 178.324.604,00. Nilai ini memiliki perbedaan dengan keuntungan maksimal yang bisa diperoleh oleh mr.BrownCo berdasarkan hasil analisis primal. Pada kondisi optimal, mr.BrownCo dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 190.492.168,00. Selisih antara keuntungan optimal dengan keuntungan aktual yang dapat diterima oleh mr.BrownCo adalah sebesar Rp 12.167.564,00 atau sebesar 6,8 persen lebih tinggi dari keuntungan aktual yang diperoleh. 3. Hasil analisis dual menunjukkan bahwa pada umumnya sebagian besar sumberdaya di mr.BrownCo merupakan bahan baku yang bersifat berlebih kecuali untuk sumberdaya telur. Pada kondisi optimal sebagian besar sumberdaya yang dimiliki oleh mr.BrownCo tidak habis digunakan dalam proses produksi. 4. Analisis sensitivitas berdasarkan model linier programming menunjukkan bahwa variabel X1 , X3, X5, dan X6 dapat ditingkatkan maksimal sebesar batas atasnya. Koefisien fungsi tujuan untuk variabel X2 bisa ditingkatkan hingga batas atas tak terhingga (infinity) dan batas penurunan keuntungan adalah
50
sebesar 1.123 dari keuntungan awal. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala bahan baku dan analisis sensitivitas tenaga kerja masing-masing memiliki nilai batas atas tak terhingga dan nilai batas bawah tertentu. Analisis sensitivitas jam kerja mesin menunjukkan mixer merupakan sumberdaya pembatas, sedangkan oven dan kukusan memiliki nilai batas atas tak terhingga. 5. Analisis post optimal skenario I dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi jika dilakukan pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal. Pengurangan jumlah karyawan ini menurunkan keuntungan mr.BrownCo menjadi Rp 187.728.601,00. Keuntungan ini turun sebesar Rp 2.766.352,00 dari keuntungan yang bisa diperoleh pada kondisi optimal awal. Skenario II dilakukan dengan menaikkan biaya produksi gula sebesar 28,44 persen. Hal tersebut menyebabkan perubahan keuntungan yang dapat diperoleh mr.BrownCo. Skenario II menyebabkan keuntungan perusahaan turun menjadi Rp 185.528.827,00 atau selisih Rp 4.966.126,00 lebih rendah dari keuntungan optimal awal.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. dan B. Nassendi. 1985. Program Linier dan Variasinya. Jakarta: PT Gramedia. Assauri, Sofjan. 1980. Manajemen Produksi. Ed ke-3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Badria, 2005. Optimalisasi produksi roti di Ajimas Bakery, Jakarta [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogasari. 2012. Resep Bogasari. http://m.bogasari.com/ [Diakses pada 17 Desember 2012. Buffa ES, Sarin RK. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Ed ke-8 Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta. Buffa, Elwood S.dan Rakesh K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Terjemahan Agus Maulana. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Effendy, H. 2006. Optimalisasi produksi madu kemasan pada PT. Madu Pramuka Cibubur Jakarta [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Gaspersz, V. 1998. Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21. Jakarta : Vincent Foundation dengan PT Gramedia Pustaka Utama. Hadi YL, Syahiruddin, Fahmi I. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta. Halim, AY. 2009. Optimalisasi produksi susu pasteurisasi di koperasi susu sintari, Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [KUMKM] Kementerian Koperasi dan UKM. 2010. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Jakarta.
51
Lipsey, R.G., P.N. Courant, D.D. Purvis, P.O.Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid I. Edisi 10. Jakarta : Binarupa Aksara. Muslich, M. 2010. Metode Pengambilan Keputusan Kuantitatif. Ed ke-1. Jakarta : Bumi Aksara. Nasrun, N. 2009. Optimalisasi produksi nata de coco mentah pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nicholson, Walter. 1991. Teori Ekonomi Mikro. Jilid 1 Ed ke-5. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro. Prinsip dan Pengembangannya. Terjemahan Deliarnov. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Prawirosentono, S. 2007. Manajemen Operasi (operations manajement) Analisis dan Studi Kasus. Ed ke-4. Jakarta: Bumi Aksara. Rahmadani, L. 2006. Optimalisasi produksi mie instan di PT.Jakarana Tama, Ciawi-Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rizqi, A. 2006. Optimalisasi produksi tahu pada CV.Harum Legit [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sentra Informasi Iptek. 2012. Tepung Singkong. http://www.iptek.net.id. [Diakses pada 17 Desember 2012]. Sibarani, MI. 2002. Optimalisasi produksi jamu di PT.XYZ Jakarta [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan Sistem Informasi. Ed ke-2. Jakarta : Bumi Aksara. Taha. 1993. Riset Operasi, Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Uliyanti. 2010. Teknologi Pengolahan Pangan Tepat Guna di Tingkat Rumah Tangga dalam Rangka Percepatan Diversifikasi Pangan. http://apwardhanu.wordpress.com/2010/01/11/teknologi-pegolahanpangan-tepat-guna-di-tingkat-rumah-tangga-dalam-rangka-percepatandiversifikasi-pangan/ [Diakses pada 17 Desember 2012] Wardhani, MK. 2010. Optimalisasi produksi susu pasteurisasi di KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Zaenal, NH. 2008. Optimalisasi produksi obat tradisional pada taman syifa di Kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
52
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo (Rp/Bungkus)
Produk Brownies
Bahan baku
Kemasan
Gas
9.576 8.454 11.999 10.639 1.758 2.200
1.200 1.200 1.200 1.200 200 200
324 324 533 479 81 156
Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong Lampiran 2
Upah TK
Sewa dan Listrik
Total Biaya Produksi
220 220 362 326 55 106
11.927 10.804 15.093 13.541 2.246 2.956
607 607 999 897 152 293
Perhitungan Koefisien Fungsi Kendala Bahan Baku Jenis Produk
No
Nama Bahan
Satuan
Panggang Capucino 0.060
Kukus Original 0.051
Kukus Tiramisu 0.057
Cup
Roll potong
Kg
Panggang Original 0.060
0.020
0.010
1
Tepung Singkong
2
Telur
Butir
2.000
2.000
3.375
3.563
0.300
0.909
3
Gula
Kg
0.108
0.108
0.135
0.113
0.018
0.013
4
Tepung Terigu
Kg
0.060
0.072
0.034
0.043
0.020
0.010
5
Cokelat Batang
Kg
0.087
0.087
0.056
0.059
0.017
0.010
6
Cokelat Bubuk
Kg
0.012
-
0.028
0.014
0.002
0.003
53
54
Lampiran 3
Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Bulan Agustus-November 2012
MAX 14073X1+15196X2+12907X3+21459X4+1254X5+544X6 ST SINGKONG)0.060X1+0.060X2+0.051X3+0.057X4+0.020X5+0.010X6 <=908 TELUR)2.000X1+2.000X2+3.375X3+3.563X4+0.300X5+0.909X6<=36516 GULA)0.108X1+0.108X2+0.135X3+0.113X4+0.018X5+0.013X6<=1650 TERIGU)0.060X1+0.072X2+0.034X3+0.043X4+0.020X5+0.010X6<=825 COKBTG)0.087X1+0.087X2+0.056X3+0.059X4+0.017X5+0.010X6<=1104 COKBBK)0.012X1+0.028X3+0.014X4+0.002X5+0.003X6<=239 TK)0.085X1+0.085X2+0.128X3+0.118X4+0.023X5+0.042X6<=2940 MIXER)0.018X1+0.018X2+0.022X3+0.022X4+0.004X5+0.008X6<=294 OVEN)0.026X1+0.026X2+0.007X5+0.011X6<=490 KUKUS)0.053X3+0.042X4<=392 X1>=7500 X2<=451 X3>=3380 X4<=964 X5>=4748 X6>=3602 END
LP OPTIMUM FOUND AT STEP
0
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) VARIABLE X1 X2 X3 X4 X5 X6 ROW SINGKONG) TELUR) GULA) TERIGU) COKBTG) COKBBK) TK) MIXER) OVEN) KUKUS) 12)
0.1904950E+09 VALUE 7917.000488 451.000000 3380.000000 964.000000 4748.000000 3602.000000 SLACK OR SURPLUS 47.611988 239.149582 48.733936 30.155977 13.091988 15.557992 1421.839966 0.000000 199.573990 172.372009 417.000275
REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 781833.375000 0.000000 0.000000 0.000000
55
13) 14) 15) 16) 17)
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
NO. ITERATIONS=
0
1123.000000 -4293.333984 4258.666016 -1873.333618 -5710.666992
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: VARIABLE X1 X2 X3 X4 X5 X6 ROW SINGKONG TELUR GULA TERIGU COKBTG COKBBK TK MIXER OVEN KUKUS 12 13 14 15 16 17
CURRENT COEF 14073.000000 15196.000000 12907.000000 21459.000000 1254.000000 544.000000
OBJ COEFFICIENT RANGES ALLOWABLE ALLOWABLE INCREASE DECREASE 1123.000000 3512.727783 INFINITY 1123.000000 4293.333984 INFINITY INFINITY 4258.666016 1873.333618 INFINITY 5710.666992 INFINITY
CURRENT RHS 908.000000 36516.000000 1650.000000 825.000000 1104.000000 239.000000 2940.000000 294.000000 490.000000 392.000000 7500.000000 451.000000 3380.000000 964.000000 4748.000000 3602.000000
RIGHTHAND SIDE RANGES ALLOWABLE ALLOWABLE INCREASE DECREASE INFINITY 47.611988 INFINITY 239.149582 INFINITY 48.733936 INFINITY 30.155977 INFINITY 13.091988 INFINITY 15.557992 INFINITY 1421.839966 2.152346 7.506005 INFINITY 199.573990 INFINITY 172.372009 417.000275 INFINITY 417.000275 451.000000 256.996582 260.105713 213.802170 276.591278 1876.501099 1655.650513 938.250549 456.697205
56
Lampiran 4 Perhitungan Keuntungan pada Kondisi Aktual Dibandingkan dengan Kondisi Optimal pada Bulan Agustus-November 2012 di mr.BrownCo
Jenis Produk Panggang original (X₁) Panggang capucino (X₂) Kukus original (X₃) Kukus tiramisu (X₄) Cup (X₅) Roll potong (X₆)
Keuntungan per produk (Rp)
Produksi pada Kondisi Aktual (bungkus)
14.073 6.000 15.196 600 12.907 3.984 21.459 1.120 1.254 5.690 544 4.004 Total Keuntungan Bulan Agustus-November Selisih Keuntungan Optimal-Aktual
Produksi pada Kondisi Optimal (bungkus)
Keuntungan Aktual
7.917 451 3.380 964 4.748 3.602
Keuntungan Optimal
84.438.000 9.117.600 51.421.488 24.034.080 7.135.260 2.178.176 178.324.604
111.415.941 6.853.396 43.625.660 20.686.476 5.953.992 1.959.488 190.494.953
12.167.564
Lampiran 5 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I (Rp/Bungkus) Produk Brownies Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Bahan baku
Kemasan
Gas
Upah TK
Sewa dan Listrik
Total Biaya Produksi
9.576 8.454 11.999 10.639 1.758 2.200
1.200 1.200 1.200 1.200 200 200
324 324 533 479 81 156
303 303 499 449 76 147
220 220 362 326 55 106
11.623 10.501 14.593 13.092 2.170 2.809
Lampiran 6
Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario I
Keuntungan per produk Skenario I(Rp)
Produksi pada Kondisi Optimal Skenario I (bungkus)
Produksi pada Kondisi Optimal Awal (bungkus)
Keuntungan Optimal Skenario I
Keuntungan Optimal Awal
Panggang original (X₁)
14.377
7.500
7917
107.827.500
111.415.941
Panggang capucino (X₂)
15.499
301
451
4.665.199
6.853.396
Kukus original (X₃)
13.407
3.380
3.380
45.315.660
43.625.660
Kukus tiramisu (X₄)
21.905
964
964
21.116.420
20.686.476
Cup (X₅)
1.330
4.748
4.748
6.314.840
5.953.992
691
3602
3.602
2.488.982
1.959.488
187.728.601
190.494.953
Jenis Produk
Roll potong (X₆)
Total Keuntungan Bulan Agustus-November Selisih Keuntungan Optimal - Keuntungan Optimal Skenario I
2.766.352
57
58
Lampiran 7 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Bulan Agustus-November 2012 Skenario I MAX 14377X1+15499X2+13407X3+21905X4+1330X5+691X6 ST SINGKONG)0.060X1+0.060X2+0.051X3+0.057X4+0.020X5+0.010X6 <=908 TELUR)2.000X1+2.000X2+3.375X3+3.563X4+0.300X5+0.909X6<=37216 GULA)0.108X1+0.108X2+0.135X3+0.113X4+0.018X5+0.013X6<=1650 TERIGU)0.060X1+0.072X2+0.034X3+0.043X4+0.020X5+0.010X6<=825 COKBTG)0.087X1+0.087X2+0.056X3+0.059X4+0.017X5+0.010X6<=1104 COKBBK)0.012X1+0.028X3+0.014X4+0.002X5+0.003X6<=239 TK)0.085X1+0.085X2+0.128X3+0.118X4+0.023X5+0.042X6<=1470 MIXER)0.018X1+0.018X2+0.022X3+0.022X4+0.004X5+0.008X6<=294 OVEN)0.026X1+0.026X2+0.007X5+0.011X6<=490 KUKUS)0.053X3+0.042X4<=392 X1>=7500 X2<=451 X3>=3380 X4<=964 X5>=4748 X6>=3602 END
59
LP OPTIMUM FOUND AT STEP
3
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1)
0.1877350E+09
VARIABLE X1 X2 X3 X4 X5 X6
VALUE 7500.000000 301.411469 3380.000000 964.000000 4748.000000 3602.000000
REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
ROW SINGKONG) TELUR) GULA) TERIGU) COKBTG) COKBBK) TK) MIXER) OVEN) KUKUS) 12) 13) 14) 15) 16) 17)
SLACK OR SURPLUS 81.607315 2072.327148 109.925529 65.946365 62.385212 20.561995 0.000000 10.198598 214.305298 172.372009 0.000000 149.588547 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 182341.171875 0.000000 0.000000 0.000000 -1122.000000 0.000000 -9932.671875 388.741272 -2863.846924 -6967.329102
NO. ITERATIONS=
3
60
Lampiran 8 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II (Rp/Bungkus) Produk Brownies
Bahan baku
Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong
Lampiran 9
9.911 8.788 12.418 10.988 1.814 2.241
Kemasan
Gas
Upah TK
Sewa dan Listrik
1.200 1.200 1.200 1.200 200 200
324 324 533 479 81 156
607 607 999 897 152 293
220 220 362 326 55 106
Total Biaya Produksi 12.262 11.139 15.511 13.890 2.302 2.997
Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario II
Jenis Produk
Keuntungan per produk Skenario II (Rp)
Produksi pada Kondisi Optimal Skenario II (bungkus)
13.738 7.917 14.861 451 12.489 3.380 21.110 964 1.198 4.748 503 3.602 Total Keuntungan Bulan Agustus-November Selisih Keuntungan Optimal - Keuntungan Optimal Skenario II
Panggang original (X₁) Panggang capucino (X₂) Kukus original (X₃) Kukus tiramisu (X₄) Cup (X₅) Roll potong (X₆)
Produksi pada Kondisi Optimal Awal (bungkus) 7.917 451 3.380 964 4.748 3.602
Keuntungan Optimal Skenario II
Keuntungan Optimal Awal
108.763.746 6.702.311 42.212.820 20.350.040 5.688.104 1.811.806 185.528.827
111.415.941 6.853.396 43.625.660 20.686.476 5.953.992 1.959.488 190.494.953
4.966.126
61
Lampiran 10 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Bulan Agustus-November 2012 Skenario II MAX 13738X1+14861X2+12489X3+21110X4+1198X5+503X6 ST SINGKONG)0.060X1+0.060X2+0.051X3+0.057X4+0.020X5+0.010X6 <=908 TELUR)2.000X1+2.000X2+3.375X3+3.563X4+0.300X5+0.909X6<=36516 GULA)0.108X1+0.108X2+0.135X3+0.113X4+0.018X5+0.013X6<=1650 TERIGU)0.060X1+0.072X2+0.034X3+0.043X4+0.020X5+0.010X6<=825 COKBTG)0.087X1+0.087X2+0.056X3+0.059X4+0.017X5+0.010X6<=1104 COKBBK)0.012X1+0.028X3+0.014X4+0.002X5+0.003X6<=239 TK)0.085X1+0.085X2+0.128X3+0.118X4+0.023X5+0.042X6<=2940 MIXER)0.018X1+0.018X2+0.022X3+0.022X4+0.004X5+0.008X6<=294 OVEN)0.026X1+0.026X2+0.007X5+0.011X6<=490 KUKUS)0.053X3+0.042X4<=392 X1>=7500 X2<=451 X3>=3380 X4<=964 X5>=4748 X6>=3602 END
LP OPTIMUM FOUND AT STEP
11
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) VARIABLE X1 X2 X3 X4 X5 X6
ROW SINGKONG) TELUR) GULA) TERIGU) COKBTG) COKBBK) TK) MIXER) OVEN)
0.1855288E+09 VALUE 7917.000488 451.000000 3380.000000 964.000000 4748.000000 3602.000000
SLACK OR SURPLUS 47.611988 239.149582 48.733936 30.155977 13.091988 15.557992 1421.839966 0.000000 199.573990
REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 763222.250000 0.000000
62
KUKUS) 12) 13) 14) 15) 16) 17)
172.372009 417.000275 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
NO. ITERATIONS=
Lampiran 11
11
Alat-alat yang Mr.BrownCo.
Nama Alat
0.000000 0.000000 1123.000000 -4301.889648 4319.110352 -1854.889160 -5602.778320
Digunakan
untuk
Jumlah (unit)
produksi
Nama Alat
brownies
Jumlah (unit)
Mixer
1
Ember
6
Sealer
1
Rak Staines
2
Timbangan
1
Freezer
1
Kukusan
4
Panci
8
Kompor
3
Cetakan kue
Tabung gas
6
Oven
Sumber : Mr.BrownCo (2012)
185 2
di
63
Lampiran 12 Kegiatan Produksi di Mr.BrownCo
Penimbangan Bahan Baku
Mixer Bahan Baku
Adonan Rol Brownies
Pengayakan Cokelat Bubuk
Penuangan Adonan
Cup Brownies Siap Panggang
64
Penyimpanan Bahan Baku
Kukusan
Kemasan Brownies
Pendinginan Brownies
Topping Brownies
Penghargaan dari GAPMMI
65
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ponorogo pada tanggal 30 September 1988. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Budiyono dan Ibunda Martini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Balong 1 pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP 1 Ponorogo. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA 1 Ponorogo diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima pada program Diploma tiga (D3) melalui jalur ujian masuk pada jurusan Pengelolaan Hutan Fakultas Kehutanan di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2007 dan menyelesaikan studi pada tahun 2010. Setelah lulus pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.