OP PTIMALIISASI PENGGUNA AAN FAK KTOR-FA AKTOR PR RODUKSII PETER RNAKAN AYAM RAS R PED DAGING (Stu udi Kasuss: Kandan ng Holil Soma S Ungggas Farm m Bogor)
Oleh h R RIKAWA ATI KURN NIA LAT TIFAH H24087 7001
PR ROGRAM M SARJA ANA ALIH JENIS MANAJJEMEN D DEPART TEMEN MANAJE M EMEN FAKUL LTAS EK KONOMI DAN MA ANAJEM MEN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR BOGO OR 2011 1
RINGKASAN RIKAWATI KURNIA LATIFAH. H24087001. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor). Di bawah bimbingan ABDUL BASITH. Dalam proses produksi, usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produk. Sumber daya ini sifatnya terbatas, untuk itu perusahaan harus mengalokasikan penggunaannya secara efisien agar tidak terjadi kegiatan yang sia-sia. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan optimalisasi untuk mencapai tujuannya, yaitu mencapai keuntungan maksimum. Optimalisasi yang mungkin dilakukan adalah dengan memaksimalkan produksi atau dengan minimisasi biaya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui jumlah produk yang dihasilkan agar mencapai keuntungan optimal, (2) Mengidentifikasi keterbatasan yang dihadapi Soma Unggas Farm dalam proses produksinya dan (3) Mengkaji perubahan keuntungan yang mungkin terjadi setelah dilakukan optimasi pada perusahaan peternakan Soma Unggas Farm. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi literatur, dan dokumentasi perusahaan. Data yang digunakan meliputi data penjualan aktual tahun 2009-2010, tingkat produksi tahun 2009-2010 dan jumlah tenaga kerja tahun 2009-2010. Data yang diperoleh diformulasikan ke dalam model Linear Programming dan diolah dengan bantuan software LINDO. Usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm memproduksi ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging yang diproduksi Soma Unggas Farm dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan lamanya usia ayam yang dipanen dengan kesamaan jenis Day Old Chick (DOC), pakan yang digunakan dan pemeliharaan kandangnya. Tujuan pengelompokkan produk adalah memudahkan formulasi model. Formulasi model terdiri dari fungsi tujuan, yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan dan fungsi kendala, yaitu kendala penggunaan pakan, kendala Vaksin, Vitamin, Obat dan Disinfektan (VOD), kendala jam tenaga kerja langsung (TKL), serta kendala kapasitas kandang. Berdasarkan hasil optimalisasi pada model, Soma Unggas Farm dapat mencapai keuntungan Rp 457.511.500 dalam satu tahun. Angka ini melebihi keuntungan yang dicapai perusahaan pada kondisi aktualnya (Rp 262.139.088). Hasil optimalisasi pada penggunaan seluruh sumber daya menunjukkan masih terdapat sumber daya yang belum termanfaatkan sepenuhnya. Hal ini terlihat dari adanya nilai pada slack/surplus, yang menunjukkan masih terdapat sisa pada pemakaian sumber daya. Namun demikian, pada kendala pakan dan kapasitas kandang berstatus langka. Perusahaan peternakan Soma Unggas Farm sebaiknya berproduksi pada tingkat kondisi optimal, agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari sebelumnya (meningkat Rp 195.372.412). Dalam penelitian selanjutnya dilakukan peramalan produksi untuk setahun ke depan, sebelum dilakukan proses optimasi produksi, agar pilihan minimisasi biaya merupakan alternatif penelitian yang menarik.
OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RIKAWATI KURNIA LATIFAH H24087001
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Nama NIM
: Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor) : Rikawati Kurnia Latifah : H24087001
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Ir. Abdul Basith, MSc.) NIP. 195707091985031006
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP. 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cimahi pada 15 September 1987 dari pasangan M. Latif Kusni dan Idawati yang berasal dari kota Baturaja dan Cimahi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang mengawali masa studi pada Taman Kanak-Kanak di TK Xaverius pada tahun 1992. Pada tahun 1993-1999 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Xaverius 1 Baturaja, Sumatera Selatan. Kemudian, melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun 1999-2002 SLTP Negeri 1 Baturaja. Pada tahun 2002-2005 menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Baturaja Sumatera Selatan. Tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Komunikasi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tanpa tes, Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana (S1), pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Selama
menempuh
pendidikan,
penulis
aktif
dalam
kegiatan
ekstrakulikuler. Ketika SMA, penulis aktif di Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) dan selama di pendidikan Diploma III IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan kampus seperti Pecinta Lingkungan (Angsana) dan Organisasi Beladiri (Hikmatul Iman). Semenjak tahun 2009, penulis bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, SOMA UNGGAS FARM, Bogor dengan menduduki posisi staf Purchasing Order hingga saat ini.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor)” dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis tingkat produksi optimal ayam ras pedaging per periode produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimum, menganalisis kendala apa yang harus diperhatikan dalam optimalisasi proses, serta menganalisis apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah dilakukan proses optimalisasi. Laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan demi tercapainya hal yang lebih baik. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Amin. Bogor, Februari 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis dalam penyusunan skripsi dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku ketua Departemen Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian ini. 2. Ibu Mimin Aminah, MM selaku Ketua Program Studi Sarjana Alih Jenis Manajemen FEM IPB atas arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. Abdul Basith, MSc. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 4. Bapak Hendri, salah satu dosen Mata Kuliah Manajemen Produksi Operasi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk konsultasi dalam kontribusi penyusunan skripsi. 5. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Ibu Yusrina Permanasari, ME selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing akademis, yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis. 7. Kedua orangtua (M. Latif Kusni dan Idawati), serta adikku Citra tersayang yang selalu memberikan semangat, inspirasi hidup, dukungan, dan doa yang tulus kepada penulis. 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 9. Karyawan/wati Soma Unggas Farm, Bapak Wismarianto, Bapak Yudo, Bapak Tjahyono, Dian, Mba Dewi, Ari, Rahmat, Mas Erik, Mas Marsidi serta karyawan lainnya, yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
10. Penti, Pani, Agus, Dita, Dicky, Bella, Wury, Nia, Fahrizal, teman-teman seperjuangan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang selalu memberikan semangat belajar dan rasa kebersamaan 11. Kak Darussalam dan Mba Vony selaku kakak tingkat yang telah berbagi banyak informasi dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Kak Amrizal, Rusman, Bang Qodirun, Femy serta teman-teman lainnya yang juga turut memberikan motivasi kepada penulis dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................
5
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
6
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
7
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
9
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 11 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 12 DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... 12 I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 13 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................................. Manfaat Penelitian .............................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
13 15 17 17 17
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 18 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Riset Operasi ........................................................................................ 18 Sistem Produksi ..................................................................................... 7 Optimalisasi Produksi ............................................................................ 7 Usaha Ayam Ras Pedaging .................................................................. 20 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging ........................... 21 2.5.1 Day Old Chick (DOC) ............................................................... 21 2.5.2 Pakan ........................................................................................... 23 2.5.3 Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan ......................................... 26 2.5.4 Tenaga Kerja ............................................................................... 26 2.5.5 Kandang ...................................................................................... 28 2.6 Program Linear .................................................................................... 28 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 31 III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 35 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... Jenis dan Sumber Data ......................................................................... Metode Pengambilan Data ................................................................... Metode Pengolahan Data .....................................................................
35 37 37 38 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 44 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ............................................ 4.1.2 Lokasi Perusahaan ...................................................................... 4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 4.1.4 Pengadaan Sarana Produksi Peternak (Sapronak) ...................... 4.1.5 Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging 4.2 Perumusan Model Linear programming ............................................... 4.3 Hasil Optimalisasi Fungsi Tujuan ......................................................... 4.4 Hasil Optimalisasi Sumber Daya .......................................................... 4.5 Analisis Sensitivitas .............................................................................. 4.6 Implikasi Manajerial .............................................................................
44 44 45 46 48 49 49 60 64 67 72
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 74 1. Kesimpulan .................................................................................................... 74 2. Saran ............................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76 LAMPIRAN .. ……………………………………………………………..…. 66
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Populasi Ternak Tahun 2008 s/d 2010 (Prediksi) di Indonesia ..........
1
2.
Kebutuhan atau Permintaan Daging, Telur dan Susu Tahun 2008 s/d 2010 (target atau sasaran) ....................................................................
2
3.
Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Soma Unggas Farm Bulan Juni 2009 sampai Juni 2010 .................................................................
4
4.
Standar Performance Pakan Harian Ayam Ras Pedaging ...................
10
5.
Peubah Keputusan ...............................................................................
36
6.
Kontribusi Keuntungan Kelompok Produk .........................................
37
7.
Koefisien Penggunaan Pakan ……………………………………...…
38
8.
Ketersediaan Pakan ……………………………………………...…...
39
9.
Jumlah Ayam yang Dipanen …………………………………...…….
40
10.
Koefisien Penggunaan VOD …………………………………………
41
11.
Ketersediaan VOD ...............................................................................
41
12.
Koefisien Jam Tenaga Kerja Langsung ...............................................
42
13.
Ketersediaan Jam TKL ……………………………………………….
44
14.
Koefisien Penggunaan Kapasitas Kandang ...........................................
45
15.
Ketersediaan Kapasitas Kandang ………………………………….....
45
16.
Tingkat Produksi Ayam Ras Pedaging dalam Kondisi Aktual dan Optimal di Soma Unggas Farm ............................................................
47
17.
Keuntungan Penjualan Aktual Ayam Pedaging Pada 2009-2010 .......
18.
Hasil Optimalisasi Penggunaan Pakan ................................................
19.
Hasil Optimalisasi Penggunaan VOD ………………...……………..
20.
Hasil Optimalisasi Penggunaan Jam TKL …………………………...
21.
Hasil Optimalisasi Penggunaan Kapasitas Kandang …………….….
22.
Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ………….…….
23.
Selang Kepekaan Ketersediaan Pakan ................................................
24.
Selang Kepekaan Ketersediaan VOD …………………….……........
25.
Selang Kepekaan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung ……....
26.
Selang Kepekaan Ketersediaan Kapasitas Kandang ………………...
49 51 51 52 52 53 55 56 56
57
DAFTAR GAMBAR No 1.
Halaman Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Struktur Organisasi SOMA UNGGAS ........................................................ 67 2. Formulasi Model LP ……………….…………………………….……….. 68 3. Hasil Optimalisasi ………………………………………………….….….. 69
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian masyarakat dahulu menganggap beternak merupakan salah satu kegiatan hobi atau untuk konsumsi rumah tangga sendiri. Akan tetapi dewasa ini, kegiatan beternak khususnya ayam ras pedaging sudah menjadi suatu usaha komersil yang tidak dapat dielakkan lagi dalam hal untuk pemenuhan permintaan daging dan telur di pasaran. Kegiatan usaha budidaya beternak ayam ras pedaging ini lebih diminati sebagian besar masyarakat, dikarenakan salah satu faktor umur pemeliharaannya yang relatif sangat singkat yaitu lima sampai enam minggu. Ketertarikan masyarakat terhadap kegiatan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging ini dapat dilihat dari tingginya jumlah populasi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan jenis ternak lainnya (Tabel 1). Tabel 1. Populasi Ternak Tahun 2008 s/d 2010 (Prediksi) di Indonesia Populasi (ekor) Jenis Ternak
Pertumbuhan populasi (% per tahun)
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Sapi Potong
11.664.155
11.963.103
12.284.326
2,62
Kerbau
2.410.755
2.413.166
2.415.579
0,10
Kambing
13.983.689
14.235.395
14.491.633
1,80
Domba Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur
9.510.080
9.776.362
10.050.100
2,80
1.215.651.614
1.291.561.592
1.372.211.608
6,24
72.700.000
78.000.000
83.800.000
7,29
Ayam lokal
328.087.112
329.772.828
334.502.341
1,00
Itik
52.029.221
58.349.997
65.331.997
12,07
Puyuh*
15.090.076
15.793.273
16.529.239
4,65
441.684
508.034
584.351
15,00
Babi
7.341.316
7.976.780
8.667.250
8,65
Kuda
426.699
442.017
457.084
3,58
Sapi Perah
Sumber : Data Statistik Peternakan Tahun 2009 dan *Survey Rumah Tangga Peternakan 2007.
Pada Tabel 1 dapat diketahui populasi daging dari berbagai jenis ternak terhadap populasi daging nasional. Populasi ternak daging ayam ras memiliki jumlah produksi yang paling tinggi di antara jenis ternak lainnya dari tahun 2008 hingga prediksi pada tahun 2010. Selain dari populasinya yang meningkat, faktor lainnya yang juga turut berperan dalam perkembangan usaha ternak ini yaitu meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, pendapatan, selera serta kesadaran masyarakat akan nilai gizi terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani. Peningkatan kebutuhan atau permintaan ayam ras pedaging tersebut dapat dilihat dari Tabel.2 Tabel 2. Kebutuhan atau Permintaan Daging, Telur dan Susu Tahun 2008 s/d 2010 (target atau sasaran) Kebutuhan Daging, Telur dan Susu Uraian Tahun Tahun Tahun 2008 2009 2010 Kebutuhan Daging (Ribu Ton) 1.539,8 1.615,2 1.694,4 Sapi Potong 411,0 426,0 441,0 Kerbau 27,2 29,8 32,5 Kambing 34,0 34,4 34,8 Domba 45,3 45,9 46,4 Ayam lokal 178,8 182,0 187,0 Itik 13,5 13,9 14,3 Ayam Ras Pedaging 528,8 561,8 596,9 Babi 119,6 121,3 122,9 Kuda 1,4 1,4 1,4 Kebutuhan Telur (Ribu Ton) Ayam lokal Itik Ayam Ras Petelur
1.273,5 165,7 173,8 934,3
1.371,5 180,0 184,0 1.009,2
1.477,2 195,0 193,0 1.076,0
Kebutuhan Susu (Ribu Ton) Sapi Perah (dalam negeri) - Susu bubuk (Impor)
1.783,0 535,0 1.248,0
1.812,0 616,0 1.196,0
1.832,8 707,0 1.126,8
Jumlah Penduduk (Juta orang)
226,7
229,3
231,9
Sumber: Data Statistik Peternakan tahun 2007 dan data Tim P2SDS Ditjen Peternakan (diolah).
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa dari sekian banyak kebutuhan daging, telur dan susu, kebutuhan daging lebih mendominasi terutama pada kebutuhan daging ayam ras pedaging dari tahun 2008 hingga prediksi tahun 2010. Peningkatan yang terjadi setiap tahunnya juga mengikuti seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya. Melihat perkembangan kegiatan usaha budidaya ayam ras pedaging ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk lebih meningkatkan usahanya. Usaha peningkatan produksi ini tentunya juga harus dilakukan dengan cara yang seefisien mungkin didukung dengan berbagai persiapan dari mulai input, proses produksi hingga output yang dihasilkan. Semua hal itu sangat memerlukan manajemen yang tepat terlebih dalam pengaturan faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan produksi, karena akan sangat berhubungan langsung dengan tujuan perusahaan guna memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. 1.2 Perumusan Masalah Usaha peternakan ayam ras Soma Unggas Farm merupakan salah satu dari peternakan ayam ras pedaging di Indonesia yang menghasilkan daging. Peternakan Soma Unggas mempunyai kandang yang tersebar di beberapa lokasi di daerah Cigombong, Ciawi, Leuwiliang, Parung serta Depok dengan populasi mulai dari 8.000 ekor sampai 55.000 ekor ayam per kandang per periode. Satu kali periode, satu kandang membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 minggu terhitung mulai dari awal tanggal Day Old Chick (DOC) chick in, panen, pembersihan kandang hingga masa istirahat. Pada umumnya di beberapa peternakan, dalam satu tahun kandang mampu berproduksi sebanyak tujuh periode. Akan tetapi yang terjadi pada peternakan Soma Unggas Farm, dari lima kandang utama yang diamati terdapat satu kandang yang hanya mampu berproduksi enam periode dalam waktu satu tahunnya. Selain itu, peternakan Soma Unggas Farm menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya (bahan baku serta tenaga kerja),
fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm selama Juni 2009 sampai dengan Juni 2010 berfluktuasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Soma Unggas Farm Bulan Juni 2009 Sampai Juni 2010 Tahun
Periode
2009
2010
Harga Jual Rata-rata (Rp/kg)
Penerimaan (Rp)
1
16.866.490
13.840
II
5.495.978
12.560
III
-111.658.893
9.520
IV
-26.897.082
12.580
V
175.370.465
15.860
VI
202.962.130
15.860
Sumber : Laporan Produksi Soma, Tahun 2009 - 2010.
Tabel 3 di atas menjelaskan adanya perubahan harga jual terhadap penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa perubahan harga jual ayam ras pedaging berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm. Penurunan harga jual yang terjadi pada periode ketiga yaitu sebesar Rp 9.520,mengakibatkan
kerugian
perusahaan
sebesar
Rp
111.658.893,-.
Tujuan
memaksimumkan keuntungan dapat dicapai oleh peternakan Soma Unggas Farm
jika
mampu
mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
keadaan
peternakan. Berdasarkan keadaan tersebut sebelumnya, maka permasalahan dapat dirinci sebagai berikut: 1. Seberapa banyak produksi yang harus dilakukan Soma Unggas Farm untuk mencapai keuntungan optimal ? 2. Kendala apakah yang harus diperhatikan dalam optimalisasi produksi Soma Unggas Farm ? 3. Apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah dilakukan proses optimalisasi ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui seberapa banyak produksi yang harus dilakukan Soma Unggas Farm untuk mencapai keuntungan optimal. 2. Menganalisis kendala apakah yang harus diperhatikan dalam optimalisasi produksi Soma Unggas Farm. 3. Mengetahui apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah dilakukan proses optimalisasi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan keuntungan dapat ditingkatkan. 2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang pendidikan, serta bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan Soma Unggas Farm. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan pada peternakan Soma Unggas ini mengenai pengoptimalisasian beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada kegiatan produksi ayam ras pedaging. Lingkup yang diamati yaitu dengan pengambilan satu sampel kandang yang berada di wilayah Leuwiliang peternakan Soma Unggas Farm dengan populasi rata-rata per periode 25.000 ekor. Penelitian ini menggunakan alat analisis program liniear yang mengasumsikan bahwa koefisien di dalam model memenuhi asumsi dasar dari program linear yaitu linearitas, proporsionalitas, aditivitas, divisibilitas, dan deterministik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Riset Operasi Menurut
Subagyo
(2002)
riset
operasi
berkenaan
dengan
pengambilan keputusan optimal dalam dan penyusunan model dari sistemsistem baik deterministik maupun probabilistik yang berasal dalam kehidupan nyata. Secara harfiah kata operations dapat didefinisikan sebagai tindakantindakan yang diterapkan pada beberapa masalah atau hipotesis. Sementara kata research adalah suatu proses yang terorganisasi dalam mencari kebenaran akan masalah atau hipotesis tadi. Sehingga dapat simpulkan riset operasi merupakan penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalahmasalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar seperti manusia, mesin,bahan, dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan. Pendekatan khusus ini bertujuan membentuk suatu model ilmiah dari sistem, menggabungkan ukuran-ukuran faktorfaktor
seperti
kesempatan
membandingkan pengawasan.
hasil-hasil
Tujuannya
dan dari
adalah
resiko,
untuk
beberapa membantu
meramalkan
keputusan
strategi
pengambil
dan atau
keputusan
menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah (Operational Research Society of Great Britain). Riset operasi (Operation Research/OR) berusaha menetapkan arah tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah keputusan di bawah pembatasan sumber daya yang terbatas. Istilah riset operasi sering kali diasosiasikan hampir secara eksklusif dengan penggunaan teknik-teknik matematis untuk membuat model dan menganalisis masalah keputusan (Taha, 1993).
2.2 Sistem Produksi Menurut Gaspersz (2005), produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain. Sedangkan komponen fungsional
terdiri dari: supervise, perencanaan,
pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input, proses, dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus. 2.3 Optimalisasi Produksi Model-model operation research adalah teknik-teknik optimisasi, yaitu suatu teknik penyelesaian terhadap sebuah persoalan matematis yang akan menghasilkan sebuah jawaban optimal. Persoalan yang semakin rumit tentu saja menghendaki bangun matematik yang lebih rumit. Namun demikian, hendaknya tetap diingat bahwa model adalah penggambaran atau tiruan dunia nyata. Di dalam operation research, keputusan optimal dari sebuah model mungkin merupakan keputusan terbaik bagi keadaan nyata, namun mungkin juga bukan (Siswanto, 2007). Optimalisasi merupakan serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi
tertentu,
juga
merupakan
pendekatan
normatif
dengan
mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu masalah yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan.
Program Linear pada hakikatnya adalah sebuah alat matematis untuk memecahkan masalah maksimisasi dan minimisasi. Teknik ini terutama berguna ketika diterapkan untuk masalah-masalah di mana beberapa batasan mengurangi jumlah arah tindakan yang tersedia bagi seorang pengambil keputusan. Karena banyak masalah manajerial memiliki sifat ini, pemrograman linear merupakan alat yang sangat kuat untuk pengambilan keputusan manajerial (Pappas,1995). Mulyono (2007) mengemukakan bahwa Program Linear merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Linear programming banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri militer, sosial dan lainnya. Linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematika yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan Linear dan sistem kendala linear. 2.4 Usaha Ayam Ras Pedaging Menurut Fadilah et al. (2007) usaha peternakan ayam ras pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan atau peternak besar) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut: 1. Skala kecil (peternakan rakyat) Jumlah ayam yang dibudidayakan 1.000 sampai dengan 50.000 ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar. kepemilikan bersifat perseorangan. 2. Skala sedang (peternak mapan) Jumlah ayam yang dipelihara 50.000 sampai dengan 500.000 ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini rnasih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum.
3. Skala besar (skala perusahaan) Peternakan ini sudah bemaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dan 1.000.000. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan. 2.5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging Faktor produksi (factors of production) merupakan input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Mankiw, 2006). Hasil penelitian Ermayati (2006) menjelaskan bahwa yang menjadi faktor-faktor produksi meliputi DOC, pakan, OVD (obat, vitamin, vaksin dan disinfektan), tenaga kerja, kapasitas kandang, minyak tanah, sekam, dan kapur. 2.5.1
Day Old Chick (DOC) Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003) dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan. Selain itu, ketersediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi
kelangsungan
produksi
ternak
yang
akan
dilakukan. Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003). Ada beberapa pedoman menurut Rasyaf (2003) untuk memili DOC yang baik yaitu: 1.
Anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan. Apabila baru tiga hari anak ayam sudah banyak yang mati, sedangkan hal-hal lainnya beres maka penyebabnya adalah induk yang tidak beres. Sebab itulah pembibit yang besar dan bertanggung jawab akan mengganti ayam yang mati itu bila
disebabkan oleh penyakit bawaan dari induk ayam. Akan tetapi, kadang kala pembibit yang jumlahnya banyak dengan ayam parent stock yang ratusan ribu ekor itu tentunya sulit diawasi oleh beberapa orang petugas. 2.
Ukuran atau bobot ayam. Apabila ukuran atau bobot anak ayam relatif kecil maka sumber penyebabnya adalah telur tetas ayam itu. Telur tetas yang besar akan menghasilkan anak ayam yang besar, begitu pula sebaliknya.
3.
Anak ayam memiliki mata yang cerah dan bercahaya, aktif, serta tampak tegar. Kecerahan mata inilah yang paling mudah untuk mendeteksi kondisi bangsa unggas.
4.
Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bangkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat. Bulunya halus dan kering. Hal ini sebagai tanda kenormalan dalam proses penetasan.
5.
Anak ayam tidak ada lekatan tinja di duburnya. Selain itu anak ayam harus sudah divaksin. Dalam praktik
sehari-hari, anak ayam yang dibeli telah dikemas dalam boks yang diikat kuat sehingga sulit dipilih. Ketika anak ayam tiba di peternakan, dimasukkan ke dalam sambil dihitung. Umunya pembibit yang baik akan menjual anak ayam yang baik pula dan sudah divaksin. Sering kali terjadi anak ayam mengalami kelelahan dalam perjalanan. Kematian dalam boks umumnya terjadi akibat beban transpor atau cara pengiriman yang tidak baik. Hal penting lainnya mengenai ayam broiler yaitu harga anak ayam. Harga inilah yang pada akhirnya menentukan bibit yang dipilih. Umumnya harga anak ayam ras pedaging relatif sama. Hal yang membedakannya adalah cara pembayarannya. Pembibit mengharuskan membayar segera atau boleh ditunda. Cara membayar tunda itu memang memungkinkan karena anak ayam ras pedaging ini hanya dipelihara dalam waktu 5-6 minggu saja.
Menurut Rasyaf (2003), hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan puma jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan puma jual melalui pelayanan teknis. 2.5.2 Pakan Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dan total biaya produksi. Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging. Menurut Rasyaf (2003), pakan ayam ras pedaging di Indonesia umunya dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan masa pemeliharannya. Pakan ayam ras pedaging masa awal (pakan starter) mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi yaitu untuk protein sebesar 23 persen dan sumber energi lebih rendah dari pakan finisher yaitu sebesar 300 kkal/kg, yang ditujukan untuk memperoleh pertumbuhan masa awal yang baik. Pakan ini berbentuk butiran pecah (crumble) untuk anak ayam umur satu hari sampai empat minggu. Pakan ayam ras pedaging masa akhir (pakan finisher) berbentuk butiran (pellet) dan merupakan pakan lanjutan dari pakan starter setelah berumur empat minggu sampai siap panen. Kandungan nutrisi yaitu protein lebih rendah sebesar 19 persen dan sumber energi lebih tinggi sebesar 3.200 kkal/kg.
Pemberian
pakan
pada
ayam
ras
pedaging
harus
memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi. Protein dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan bagian–bagian tubuh ayam, mengganti jaringan–jaringan tubuh yang rusak, serta untuk berproduksi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan dan kebutuhan protein pada ayam bibit, yaitu ukuran dan bangsa ayam, temperatur keliling, tahap produksi, sistem perkandangan, ruang tempat makanan yang dijalankan otomati, luas ruang serta air dingin dan bersih. Sedangkan sumber karbohidrat didapatkan dari jagung , beras, sorgum, dan dedak padi. Selain itu, lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan pembawa vitamin A, D, E, dan K karena vitamin-vitamin itu larut di dalamnya. (Titik et al. 1993). Berikut dapat dilihat standarisasi penggunaan pakan ayam ras pedaging (Tabel 4).
Tabel 4. Standar Performance Pakan Harian Ayam Ras Pedaging Umur (Hari) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Berat Badan (Gram/Ekor)
Pertumbuhan Berat Badan (Gram/Hari/Ekor)
Konsumsi Pakan
Jantan
Betina
Ratarata
Jantan
Betina
Ratarata
Per Hari
Kumulatif
42 49 61 76 97 121 149 182 218 258 301 348 398 451 508 567 629 694 761 831 904 978 1055 1134 1214 1296 1380 1466 1553 1641 1730 1820 1911 2003 2096 2189 2283 2377 2471 2566 2660 2754 2848
42 48 58 73 91 113 139 169 202 238 278 321 366 414 465 519 575 633 693 756 820 885 953 1021 1092 1163 1235 1308 1382 1457 1532 1607 1682 1758 1833 1909 1984 2059 2133 2206 2278 2350 2420
42 48 59 75 94 117 144 175 210 248 289 334 382 433 486 543 602 663 727 793 862 932 1004 1077 1153 1230 1308 1387 1467 1549 1631 1714 1797 1881 1964 2049 2133 2218 2302 2386 2469 2552 2634
0 7 12 16 21 25 28 33 37 40 43 47 51 53 57 59 62 65 68 70 73 75 77 79 80 83 84 86 87 88 90 90 91 92 93 93 94 95 94 95 94 94 94
0 6 10 15 18 22 26 30 33 36 40 43 45 48 51 54 57 58 60 63 64 66 68 68 71 72 72 73 74 75 75 76 75 76 75 76 75 76 74 73 72 72 70
0 6 11 15 19 23 27 31 35 38 41 45 48 51 54 56 59 62 64 66 68 70 72 74 75 77 78 79 80 81 82 83 83 84 84 84 84 84 84 84 83 83 82
0 15 15 20 20 25 25 30 34.1 39.7 45.5 51.5 57.6 63.7 69.9 75.9 81.9 87.7 93.7 99.6 105.3 110.8 116.6 122.5 128.5 134.4 140 145.6 150.8 155.8 160.7 165.2 169.1 172.5 175.8 179 181.7 184.3 186.8 189.1 191.1 193 194.7
0 15 30 50 70 95 120 150 184 224 269 321 378 442 512 588 670 758 851 951 1056 1167 1284 1406 1535 1669 1809 1955 2105 2261 2422 2587 2756 2929 3104 3283 3465 3649 3836 4025 4216 4409 4604
Sumber : Standarisasi Soma Unggas Farm, 2008.
FCR 0 0.311 0.506 0.671 0.747 0.812 0.833 0.857 0.877 0.903 0.931 0.960 0.991 1.022 1.052 1.083 1.113 1.142 1.170 1.198 1.226 1.252 1.279 1.305 1.331 1.357 1.383 1.409 1.435 1.460 1.485 1.510 1.534 1.557 1.580 1.602 1.624 1.645 1.666 1.687 1.708 1.728 1.748
2.5.3 Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan Banyak diaplikasikan
program
di
suatu
pencegahan kawasan
penyakit
peternakan
yang
ayam.
dapat
Program
pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak. Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan. Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program vaksin diiakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan. Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan
obat
secara
terencana
jika
sebelumnya
telah
mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007). 2.5.4 Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja
tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja tetap umumnya staf teknis atau peternak itu sendiri, mereka inilah yang sehari – hari berada di peternakan. Di dalam peternakan kecil, tenaga kerja tetap umumnya dijabat oleh peternak dan juga pemilik modal, sedangkan pada peternakan menengah dan besar umunya diisi oleh pakar dalam bidangnya. Tenaga lapang kandang yang umunya diisi sebagai penanggungjawab unit atau kelompok juga bertugas sebagai pemberi makanan, administrasi atau pemasaran. Karena sifatnya sebagai tenaga kerja tetap atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Sedangkan tenaga kerja harian umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana kandang misalnya membersihkan kelompok yang usai produksi, membersihkan tempat makanan dan minuman yang lumutan, mengangkat karung makanan, membersihkan rumput di antara kandang agar tidak menggangu ventilasi. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ia tekuni (Rasyaf, 2003). Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi.
2.5.5
Kandang Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang
merupakan
tempat ayam
berdiam dan
berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Adapun menurut Ariefin (2002), persiapan kandang yang baik haruslah melalui beberapa tahap seperti: 1. Keluarkan sekam, kotoran dan peralatan dari dalam kandang. 2. Bersihkan sarang laba–laba di dalam kandang, lalu lantai kandang disapu bersih. 3. Cuci dengan air dan detergen semua bagian kandang mulai dari lantai, atap, hingga dinding sampai benar-benar bersih. Sebaiknya pencucuian ini dilakukan dengan mesin bertekanan tinggi. Menurut Rahardi (2003) kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha. 2.6 Program Linear Sebutan “Linear” berarti bahwa semua fungsi-fungsi matematis yang disajikan dalam model ini haruslah Linear. Kata “programming” jangan dikacaukan dengan “computer programming”, seperti yang sering didengar dalam pembicaraan sehari-hari, walaupun secara mendasar keduanya sering digunakan untuk perencanaan. Jadi menurut Subagyo (2002), linear programming mencakup perencanaan kegiatankegiatan untuk mencapai suatu hasil yang optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis)
di
antara
menggunakan fungsi linear.
alternatif-alternatif
yang
mungkin,
dengan
Linear Programming (LP) merupakan teknik riset operasional yang telah dipergunakan secara luas dalam berbagai jenis masalah manajemen. Banyak keputusan manajemen produksi dan inventori mencoba membuat agar penggunaan sumber-sumber daya manufakturing menjadi lebih efektif dan efisien. Sumber-sumber daya manufakturing seperti: mesin, tenaga kerja, modal, waktu, dan bahan baku digunakan dalam kombinasi tertentu yang paling optimum untuk menghasilkan produk. Dengan demikian menurut Gaspersz (2005), linear programming dipergunakan untuk membantu manajer-manajer PPIC guna merencanakan dan membuat keputusan tentang pengalokasian sumber-sumber daya yang optimum. Mulyono (2007) mengemukakan masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum suberdaya yang langka. Sumber daya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan, atau teknologi. Berdasarkan keterbatasan sumberdaya tersebut, akan didapatkan hasil yang terbaik. Hasil yang diinginkan ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan, kesejahteraan, atau minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak. Model linear programming merupakan bentuk dan susunan dalam menyajikan masalah-maslah yang akan dipecahkan dengan teknik linear programming
Subagyo
(2002)
menjelaskan
dalam
model
linear
programming dikenal dua macam fungsi, antara lain: 1. Fungsi Tujuan (objective function), yaitu fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linear programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. 2. Fungsi-fungsi Batasan (constraint function), yaitu bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
Bentuk umum model linear programming adalah: Maksimumkan (minimumkan): n
Z = ∑ CjXj .................................... (1) J=i
Dengan syarat: aijXj (≤ , = , ≥)bi, untuk semua i (i = 1, 2,…m) semua xj ≥ 0 Keterangan: Xj : banyaknya kegiatan j, di mana j = 1,2,…n. berarti di sini terdapat n variable keputusan. Z : nilai fungsi tujuan Cj : sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi Cj menunjukkan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimisasi menunjukkan biaya per unit. bi :
jumlah sumberdaya I (I = 1,2,…m), berarti terdapat m jenis sumberdaya.
aij :
banyaknya sumberdaya I yang dikonsumsi sumberdaya j. Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit
tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier menjadi absah. Asumsi itu menuntut hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik. 1. Linearity Syarat utama dari linear programming adalah bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus Linear. Dengan kata lain, jika suatu kendala melibatkan dua variable keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa suatu garis lurus. Begitu juga suatu kendala yang melibatkan n variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geomeris yang rata) dalam ruang berdimensi n. Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.
2. Proporsionalitas Tingkat perubahan atau kemiringan hubungan fungsional adalah konstan dan karena itu perubahan nilai variabel akan mengakibatkan perubahan relative nilai fungsi dalam jumlah yang sama. Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (xj) berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (CjXj) dan juga fungsi kendala (aijXj). 3. Additivitas Aditif dapat diartikan sebagai tidak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya interaksi. Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj) nilai total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan. 4. Divisibilitas Setiap kegiatan pemrograman linier dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (Xj) boleh integer dan non-integer. 5. Deterministik Semua parameter model (ct, aij, dan bj) diasumsikan diketahui konstan. Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. 2.7 Penelitian Terdahulu Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi. Penelitian Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan (starter dan finisher), tenaga kerja, OVK (obat, vitamin, vaksin), pemanas
gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan-positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati (2006) menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken (PPC) belum optimal. Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar 9.571 ekor, 9.939 ekor, 9.728 ekor, 9.939 ekor, 1.011 ekor dan 9.623 ekor. Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I,
II, III,
IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal. Berdasarkan penelitian Murni (2006) komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi. Murni (2006) dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan program Linear menunjukkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang
dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh. Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 516.709.407 per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp 512.851.260 per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp 3.858.147 atau 0,75 persen. Sama halnya pada penelitian yang dilakukan Endri (2008) di lima lokasi kandang Depok pada Peternakan Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM), yaitu wilayah Cilodong, Kelapa Dua, Cilebut, Pemda, serta Ciluar. Kendala yang dialami oleh KBTM seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi.yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1.514.964.000 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor–faktor produksi belum optimal. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan keuntungan total yang diterima masih Penelititan ini dilakukan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer) dengan dua belas fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1.514.964.000 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan keuntungan total yang diterima masih bisa ditingkatkan sebesar Rp 424.803.376 atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian. Kendala pakan, batubara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli, pemanas serta tempat makan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari nol. Artinya faktor–faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala seperti DOC, VOD serta lahan dan kandang
akan
mempengaruhi
keuntungan
pada
kondisi
optimal.
Berdasarkan penelitian tersebut, wilayah yang merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibanding dengan lokasi kandang lainnya adalah kandang Cilodong. Hal tersebut dapat dilihat dari
biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12.368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi kandang lainnya. Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang telah diamati pada usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm ini yaitu dalam pemecahan
kasus
optimalisasi
penggunaan
faktor-faktor
produksi
menggunakan alat analisis Linear Programming (LP) dengan terlebih dahulu merumuskan fungsi tujuan serta fungsi-fungsi kendala. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda, jumlah fungsi kendala yang berbeda, serta adanya pengklasifikasian produk output yang dihasilkan dalam perumusan fungsi kendala. Berbeda halnya pada penelitian terdahulu pada umumnya output tidak dikelompokkan, hanya berdasarkan wilayah kandang yang diamati.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Soma Unggas Farm merupakan usaha peternakan ayam ras pedaging komersil yang mempunyai tujuan utama untuk memaksimumkan keuntungan. Keuntungan maksimum dapat dicapai jika alokasi sumberdaya yang dimiliki digunakan dengan efisien. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan Soma Unggas farm juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi. Pada umumya semestinya dalam satu tahun, siklus pemeliharaan ayam ras pedaging mampu melalui tujuh periode. Akan tetapi pada Soma Unggas farm hanya mampu melewati lima sampai enam periode setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal. Pemecahan
masalah
optimalisasi
produksi
dilakukan
dengan menggunakan model program linear. Model program linear digunakan untuk
mencari keuntungan
maksimum
yang
mungkin
dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan.
Konsumsi daging ayam tinggi Peluang usaha peternakan Permintaan daging ayam tinggi
Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging Siklus periode yang tak menentu Ketersediaan sumber daya
Penggunaan Sumber Daya ( Input)
Optimalisasi Proses Produksi
Linear programming
Fungsi Tujuan:
Fungsi Kendala:
Maksimum Keuntungan
Pakan, VOD, Tenaga Kerja, Kapasitas Kandang.
Hasil Produksi Optimal ( Output)
Keputusan Tingkat Produksi
Keuntungan Optimal Soma Unggas Farm
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Soma Unggas Farm Bogor, Salabenda. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa Soma Unggas Farm merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2010. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamat langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan dan petugas lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penjualan, pembelian dan laporan keuangan, buku panduan, hasil penelitian terdahulu serta literatur yang relevan. Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp) selama enam periode dari lokasi kandang yang dimiliki Soma Unggas Farm. Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada lokasi kandang selama kurang lebih satu tahun. Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel. Input-input tetap terdiri dari biaya penggunaan lahan dan kandang (m2), sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah pakan (kg), tenaga kerja (Hari Kerja Pria), biaya Vaksin, Obat-obatan dan Disinfektan (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama satu tahun sejak bulan Juni 2009 hingga Juni 2010.
3.4 Metode Pengambilan Data Responden sebagai sumber data adalah anak kandang, kepala kandang, tenaga kerja ahli, bagian produksi serta bagian keuangan. Anak kandang merupakan tenaga kerja yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pemeliharaan ayam. Kepala kandang merupakan tenaga kerja yang mengepalai anak kandang dan mengambil keputusan-keputusan penting tentang pemeliharaan ayam. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang, tenaga kerja ahli, bagian produksi yang mengatur produksi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga laporan biaya produksi setelah panen dan bagian keuangan. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di lokasi kandang yang dimiliki oleh Soma Unggas Farm lokasi kandang Bapak Holil di Leuwiliang. 3.5 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif. Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan terlebih dahulu secara manual untuk mencari tingkat produksi optimum, kemudian ditabulasikan serta dibentuk persamaan dan pertidaksamaan. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan program linear secara komputerisasi dengan memakai software LINDO (Linear, Interactive and Discrete Optimizer) yang merupakan salah satu program komputer untuk aplikasi linear programming (LP). LINDO terdiri atas input berupa fungsi tujuan, fungsi kendala serta output berupa penyelesaian optimal. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah dalam kerangka LP Untuk merumuskan masalah dalam kerangka LP, maka perlu diketahui beberapa hal berikut: a.
Peubah Keputusan Peubah keputusan merupakan peubah yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat.
b. Fungsi Tujuan Fungsi tujuan adalah fungsi persamaan Linear yang mencakup peubah keputusan yang akan dimaksimumkan (pendapatan atau keuntungan) atau diminimumkan (biaya atau sumberdaya). c. Pembatas / Kendala Kendala yang dimaksud adalah segala keterbatasan yang dimiliki atau situasi yang kurang mendukung operasional perusahaan. 2. Menuliskan dalam persamaan matematik LP Setelah
mengidentifikasi
permasalahan
perusahaan,
maka
rumusannya dapat ditransformasikan ke dalam persamaan matematik. Pertama, peubah keputusan disimbolkan dengan huruf-huruf tertentu. Setelah itu tujuan dapat ditransformasikan ke dalam simbol matematik yang disebut fungsi tujuan. Selain itu juga, kendala-kendala harus ditransformasikan dalam persamaan matematik atau disebut fungsi kendala. Berdasarkan langkah ini, LP dapat dirumuskan ke dalam dua fungsi yaitu: a.
Fungsi Tujuan Fungsi tujuan merupakan suatu fungsi yang menggambarkan sasaran atau tujuan dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan penggunaan secara
optimal
sumber-sumber
untuk
memperoleh
keuntungan
maksimal atau biaya minimal. b.
Fungsi Kendala Bentuk penyajian secara matematik kendala-kendala keputusan yang terbatas untuk dialokasikan secara optimal ke berbagai tujuan. Secara umum, model LP dalam penelitian ini dapat diformulasikan
sebagai berikut: a. Fungsi Tujuan: Maksimumkan:
5
6
Z = ∑ ∑ CijXij ………………………….……... (2) i=1 J=1
Dimana: Z : Keuntungan total maksimum yang diterima oleh peternak dari hasil optimalisasi dan penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging (Rp) Cij
: Rata-rata keuntungan produk ke-i pada periode ke-j (Rp/ekor)
Xij
: Jumlah produk ke-i yang dihasilkan pada periode ke-j
i
: Kelompok Produk
j
: Periode produksi dalam satu tahun (6 periode)
b. Fungsi Kendala: i.
Kendala Penggunaan Pakan Fungsi:
5
6
∑ ∑ PijXij ≤ pij ………………………….……... (3) i=1 j=1
Dimana:
Pij
: Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j.
pij
: Ketersediaan penggunaan pakan (kg/ekor).
ii. Kendala Penggunaan Obat, Vitamin, dan Disinfektan (OVD) Fungsi:
5
6
∑ ∑ OijXij ≤ oij ………………………….……... (4) i=1 j=1
Dimana:
Oij : Koefisien penggunaan OVD per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j.
oij : Ketersediaan penggunaan OVD (Rp). iii. Kendala Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Fungsi:
5
6
∑ ∑ TijXij ≤ tij ………………………….……... (5) i=1 j=1
Dimana:
Tij : Koefisien penggunaan jam tenaga kerja langsung per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j.
tij : Ketersediaan penggunaan jam tenaga kerja langsung.
iv. Kendala Penggunaan Kapasitas Kandang Fungsi:
5
6
∑ ∑ K ijXij ≤ kij ……………………….……... (6) Dimana:
i=1 j=1
K ij : Koefisien penggunaan kandang per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-i.
kij : Ketersediaan penggunaan kandang (m2). 3. Menuliskan rumusan dalam program LINDO Setelah rumusan LP terbentuk, penulisannya harus sesuai dengan perintah yang ada pada LINDO. Maka dari itu sebelumnya telah diketahui beberapa perintah yang ada yaitu: a. MAX merupakan perintah yang dituliskan diawal fungsi tujuan untuk menunjukkan fungsi maksimisasi dalam fungsi tujuan. b. MIN yaitu sama dengan perintah MAX, hanya untuk menunjukkan fungsi minimisasi dalam fungsi tujuan. c. ST adalah perintah yang dituliskan setelah penulisan fungsi tujuan, dengan maksud untuk mengawali penulisan fungsi kendala. ST dapat ditulis lengkap sebagai SUBJECT TO. d. END
digunakan untuk mengakhiri penulisan rumusan (setelah
penulisan kendala berakhir). 4. Interpretasi keluaran LINDO Kemudian setelah menuliskan rumusan dalam program LINDO dan keluar hasilnya, maka langkah selanjutnya yaitu menginterpretasikan keluaran (output). Beberapa hasil keluaran (output) yang dapat dihasilkan antara lain:
a. Objective Function Value Objective Function Value merupakan nilai fungsi tujuan optimal yang dihasilkan. Misalkan, fungsi tujuannya memaksimumkan keuntungan, maka itulah nilai keuntungan maksimal yang dihasilkan. Berlaku pula sebaliknya, jika fungsi tujuannya meminimalkan biaya, maka itulah nilai biaya minimal yang dihasilkan. b.
Variable Variable adalah peubah keputusan (sesuai dengan simbol yang dibuat dengan huruf-huruf tertentu).
c.
Value Value ialah nilai optimal untuk masing-masing peubah keputusan.
d.
Reduced Cost Reduced Cost menunjukkan besarnya penurunan koefisien fungsi tujuan, agar apabila peubah bernilai nol (berarti tidak masuk dalam solusi) dipaksa untuk positif (berarti masuk dalam solusi). Jika nilai peubah bernilai positif, maka nilai reduced cost pasti akan sama dengan nol. Akan tetapi jika nilai peubah bernilai nol, maka nilai reduced cost baru akan bernilai positif. Jadi nilai reduce cost yang sama dengan nol, berarti peubah tersebut sudah dalam solusi.
e.
Slack or Surplus Slack or Surplus menunjukkan sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada nilai peubah optimal yang ditunjukkan oleh kolom peubah. Jumlah ini pada kendala lebih kecil sama dengan (≤) disebut slack, sedangkan pada kendala lebih besar (≥) disebut surplus. Jika kendala memenuhi kaidah persamaan (nilai sebelah kiri sama dengan nilai sebelah kanan), maka nilai slack or surplus sama dengan nol. Ini berarti seluruh kapasitas habis terpakai. Kendala dengan nilai slack or surplus sama dengan nol disebut kendala aktif. Slack or surplus dapat juga bernilai negatif, jika terdapat infeasible solution (solusi tidak layak).
f.
Dual Price Dual Price yang ada dalam setiap kendala menunjukkan besarnya kenaikan fungsi tujuan akibat kenaikan satu unit kapasitas kendala. Dual Price sering kali disebut juga sebagai shadow price, karena menunjukkan harga penambahan satu unit sumberdaya. Dari keluaran komputer ini dapat diperoleh beberapa analisis yaitu
analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas dan analisis post optimalitas. 1.
Analisis Primal Analisis primal digunakan untuk mengetahui kombinasi produk yang terbaik yang dapat menghasilkan tujuan yang maksimum dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.
2.
Analisis Dual Analisis dual dapat mengetahui penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat nilai slack atau surplus dan nilai dualnya
3.
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui selang perubahan parameter dalam model yang tidak merubah nilai solusi optimal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Perusahaan
Soma
Unggas
Farm
merupakan
perusahaan
berbentuk bisnis perseorangan milik keluarga yang bergerak dalam bidang peternakan, di mana saham atau modal yang dimiliki adalah milik keluarga. Perusahaan Soma Unggas Farm mulai berdiri sejak tahun 2002 oleh Ir. Wismarianto B.A. yang berlokasi di Salabenda No. 29 Bogor, Jawa Barat. Berawal dari usaha kecil-kecilan dengan memiliki dua kandang peternakan yang berkapasitas 8000 ekor dan usaha penjualan daging ayam olahan, usaha ini kemudian secara perlahan berkembang seiring dengan waktu. Perusahaan Soma Unggas Farm hingga saat ini memiliki lokasi peternakan yang cukup banyak di berbagai wilayah seperti Parung, Leuwiliang, Ciawi, Tajur Halang dan akan memperluas areanya di wilayah Kahuripan serta wilayah pemasarannya mencakup daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cibinong, serta Dramaga. Tahun 2009 Perusahaan Soma Unggas Farm mulai bekerjasama dengan beberapa peternak melalui sistem kemitraan yang diawali dari daerah Dramaga dan Cibinong. Produksi Soma Unggas Farm hingga saat ini masih menitikberatkan perhatian pada produksi ayam ras pedaging siap potong yang dijual kepada para tengkulak yang lazim disebut sebagai penangkap. Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dimiliki Soma Unggas Farm telah terdaftar resmi dalam organisasi GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nusantara) di bawah naungan Departemen Pertanian. Adapun anggota GOPAN tersebut antara lain Pitiekoe, Tunas Mekar Farm (TMF), Perdana Putra Chicken (PPC), Berkah Putra Chicken, Ranggalawe Farm, Danish Farm, Purnama Farm
serta Kelompok Bina Usaha Tani Muslim (KBTM). Kedelapan usaha peternakan ini sama seperti Soma Unggas Farm yang berbentuk usaha tradisional. 4.1.2 Lokasi Perusahaan Penentuan lokasi perusahaan yang strategik dapat ditinjau dari beberapa faktor, yaitu bahan baku, tenaga kerja, transportasi, pasar potensial, persediaan air yang cukup, keadaan iklim dan fasilitas bank. Hampir sama halnya dalam pemilihan kandang untuk usaha budidaya peternakan, perusahaan Soma Unggas Farm terlebih dahulu melalukan survei sebelum pembangunan kandang. Kegiatan survei ini melibatkan beberapa pihak seperti pihak kesehatan yaitu dokter hewan untuk melakukan diagnosa kebersihan lingkungan kandang, air dan sekitar area peternakan melalui uji labolatorium. Pihak keamanan setempat pun juga sangat diperhitungkan demi kenyamanan lingkungan budidaya ternak melalui bekerjasama dengan pihak kepolisian. Pada awalnya, perusahaan budidaya peternakan Soma Unggas hanya memiliki dua kandang saja dan pengaturan manajemen perusahaan masih ditangani oleh pihak keluarga. Selang beberapa tahun, pengaturan manajemen dipusatkan di Jalan Salabenda, Bogor. Seiring perkembangan usaha budidaya di Jawa Barat khususnya di Kota Bogor, perusahaan peternakan Soma Unggas Farm mulai melebarkan sayapnya dengan mendirikan dua cabang di wilayah Dramaga dan Cibinong untuk membantu pemenuhan perrmintaan para tengkulak atau para penangkap. Kemudian, mengingat lokasi perusahaan yang kurang memadai untuk
perkembangan
perusahaan,
sedangkan
bangunan
tempat
penyimpanan pakan, batubara, serta lainnya makin bertambah dan tidak memungkinakan lagi, maka pusat perkantoran serta gudang bangunan untuk tempat penyimpanan berpindah tidak jauh dari tempat semula, yang memiliki kapasitas yang lebih besar dengan luas lahan kurang
lebih satu hektar. Pemilihan lokasi ini oleh Pemilik Perusahaan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a.
Tanah yang tersedia cukup luas untuk pengembangan usaha.
b.
Lokasi tidak di tengah-tengah keramaian kota.
c. Harga tanah di daerah ini pada waktu itu cukup murah dibandingkan dengan harga di daerah perkotaan. d.
Lokasi berdekatan dengan rumah kediaman pemilik perusahaan.
e.
Arus transportasi ke pabrik cukup mudah.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi (Lampiran 1) yang diterapkan Perusahaan Peternakan Soma Unggas Farm yaitu struktur organisasi garis, dimana kekuasaan dan tanggungjawab berjalan dari puncak pimpinan tertinggi yang dipegang oleh pemilik perusahaan. Pemilik perusahan merupakan Direksi yang dibantu oleh seorang General Manager dalam melaksanakan kebijakan perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Direksi membawahi secara langsung seorang General Manager dan mengawasi Internal Control perusahaan. b. General Manager membawahi dua unit atau cabang yaitu Dramaga Unggas Farm (DUF) dan Cibinong Unggas Farm (CUF) serta Finnance Accounting (FA). c. Setiap unit membawahi Petugas Pengawas Lapang (PPL), bagian Marketing dan Team Support. d.
Bagian Marketing membawahi bagian administrasi di setiap unit. Berdasarkan struktur organisasi Soma Unggas Farm, maka tugas
dan tanggungjawab dari masing-masing bagian atau jabatan sebagai berikut: a. Direksi bertugas memimpin semua kegiatan baik di dalam maupun di luar perusahaan secara keseluruhan dan membawahi seorang General Manager secara langsung.
b. General Manager bertugas untuk membantu direksi dalam mengkoordinir
kegiatan-kegiatan
perusahaan
sesuai
dengan
bidangnya masing-masing. c. Bagian
Marketing
bertugas
untuk
mengkoordinir
kegiatan
pemasaran serta melakukan kegiatan penagihan terhadap piutang perusahaan. d. Bagian Keuangan bertugas untuk mengkoordinir penyelenggaraan administrasi dan keuangan perusahaan, serta mengkoordinasi pemasukan dan pengeluaran perusahaan. e. Petugas Pengawas Lapang (PPL) bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya ternak, seperti melaporkan setiap hari data stok jumlah ayam dengan ukuran di setiap kandang yang ditangani. Melaporkan data penggunaan dan melakukan pemesanan pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin serta lainnya yang berhubungan langsung dengan produksi. f.
Bagian Administrasi. Pada bagian ini dipisah menjadi dua bagian, yaitu: i. Bagian Administrasi Keuangan yang bertugas melakukan pembukuan (Accounting), menyusun laporan pembukuan yang bersifat rutin, memeriksa, menyimpan, mencatat bukti transaksi perusahaan, membuat laporan mengenai pelaksanaan proses produksi dan hasil produksi masing-masing kandang, serta ii. Bagian
Administrasi
Pembelian,
bertanggung
jawab
atas
persediaan barang atau jasa yang diperlukan setiap unit produksi, menyusun laporan pembelian secara periodik, bekerjasama dengan berbagai supplier dalam dan luar negeri serta bekerjasama dengan PPL untuk mengatur pembelian bahan baku dan bahan pembantu dalam proses produksi.
4.1.4 Pengadaan Sarana Produksi Peternak (Sapronak) Salah satu sarana penting dalam menunjang kinerja usaha ayam potong peternakan Soma Unggas Farm yaitu sarana produksi, karena berhasil atau tidaknya usaha budidaya ayam ras pedaging sangat tergantung kepada tersedianya sarana produksi yang memadai. Sarana produksi peternakan yang dipasok oleh perusahaan Soma Unggas Farn seperti DOC (Day Old Chick), pakan, obat, vaksin serta batubara. Para peternak mitra ataupun milik sendiri wajib menggunakan serta mengelola bahan input dari perusahaan Soma Unggas Farm. Dalam pengadaan sarana produksi peternakan, Soma Unggas Farm menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di antaranya yaitu: a. DOC: pada penggunaan setiap minggunya, Soma Unggas Farm bekerjasama dengan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, PT. Malindo, PT. Peternakan Ayam Manggis, PT. Kerta Mulya Sejahtera, PT. Wonokoyo, PT. Samsung, PT. Asia Afrika. b. Pakan: dalam pengadaan pakan Soma Unggas Farm bermitra dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia, PT. Kerta Mulya Sejahtera, PT. Malindo, PT. Universal Agribisnisindo, PT. Samsung, PT. Comfeed. c. Obat-obatan: obat-obatan di pasok oleh PT. Mensana Aneka Satwa, PT. Avindo Perdana Bahtera Mulia, PT. Sanbe Farma, PT. Vetra Indonesia, PT. Khyambo Srijaya Sampurna, PT. Cakar Mas, PT. Bina San Prima, PT. Ekasapta Wijaya Tangguh d. Batubara:
untuk
pemanas
peternakan
Soma
Unggas
Farm
bekerjasama dengan YM. Trading, PT. Bara Lestari, PT. Batubara Bukit Asam, PT. Mandiri Globalindo, PT. Dieng Barabriket, PT. Briket Bukit Mas. Perusahaan Soma Unggas Farm dalam melakukan pemesanan sarana produksi peternakan dapat melalui telepon dan mesin fax. DOC dan pakan yang dipesan akan dikirim langsung ke lokasi peternakan, sedangkan obat-obatan serta batubara sebagian besar dikirim ke gudang perusahaan. Dalam satu periode apabila terdapat kelebihan dalam
penggunaan pakan, maka akan dibawa kembali dari kandang untuk di oper ke kandang yang berdekatan yang memerlukan. Hal tersebut sangat sering terjadi di akhir periode, karena salah satu penyebabnya ayam di panen pada umur yang cukup muda sesuai dengan permintaan pasar, sehingga ketersediaan pakan akan bertambah. 4.1.5 Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging Berdasarkan jumlah ayam yang diperlihara per periodenya, maka Soma Unggas Farm termasuk dalam kelompok peternakan berskala besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah DOC yang dipelihara per periodenya di setiap lokasi kandang mulai dari 8.000 ekor hingga 55.000 ekor. Pemeliharaan ayam ras pedaging dilakukan dengan sistem all in all out. Sistem ini selain mempermudah pengelolaan juga dapat mengurangi stres pada ayam. Kegiatan pemeliharaan ayam pedaging dimulai dengan melakukan persiapan kandang yaitu pengeluaran pupuk kandang, penyapuan lantai kandang, kemudian dilanjutkan dengan pencucian kandang dengan air bertekanan tinggi. 4.2 Perumusan Model Linear Programming Perumusan model linear programming pada penelitian ini mengasumsikan
beberapa
hal
di
antaranya
adalah
model
tidak
memperhitungkan adanya stok persediaan bahan baku dan produk jadi, tidak terdapat perubahan jumlah karyawan kandang selama Juni 2009 hingga Juni 2010, adanya persamaan penggunaan obat-obatan, vaksin, vitamin dan disinvektan lainnya, serta tidak ada kerusakan pada peralatan sarana produksi operasi. 1. Peubah Keputusan Peubah keputusan yang diteliti yaitu banyaknya output atau ayam pedaging yang dihasilkan selama dua belas bulan (Juni 2009 sampai dengan Juni 2010) atau enam periode. Produk yang dioptimalisasikan dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan usia panen ayam
potong dalam satuan hari yang dijual menurut interval ukuran panen masing-masing ayam. Di antara masing-masing kelompok memiliki perlakuan pemeliharaan dan penggunaan pakan, obat-obatan serta vaksinasi yang relatif sama. Kelompok I merupakan produk-produk yang memiliki harga jual tertinggi dengan usia panen kurang lebih 21 sampai 23 hari. Sedangkan kelompok V adalah produk-produk yang mempunyai harga jual paling rendah dengan usia panen lebih dari 32 hari. Tabel 5 menggambarkan peubahpeubah keputusan yang diteliti. Tabel 5. Peubah Keputusan Periode Kel. 1 Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
I
X11
X21
X31
X41
X51
II
X12
X22
X32
X42
X52
III
X13
X23
X33
X43
X53
IV
X14
X24
X34
X44
X54
V
X15
X25
X35
X45
X55
VI
X16
X26
X36
X46
X56
Keterangan: Tabel rincian peubah keputusan. 2.
Fungsi Tujuan Fungsi
tujuan
merupakan
hubungan
matematik
linear
yang
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Tujuan yang hendak di capai pada perusahaan Soma Unggas Farm yaitu memaksimalkan keuntungan. Penetapan koefisien fungsi tujuan dimulai dengan menentukan kontribusi keuntungan perusahaan untuk masing-masing produk yang dihasilkan setiap periodenya. Formulasi model yang dapat dibentuk adalah: Maksimumkan Z =
5
6
∑ ∑ Cij Xij i=1
j=1
Keterangan: Z
= Nilai fungsi tujuan / maksimalisasi keuntungan (Rp)
Cij
= Kontribusi keuntungan produk ke-i pada periode ke-j
Xij
= Jumlah produk ke-i yang dihasilkan pada periode ke-j
I
= Kelompok Produk
j
= Periode produksi dalam satu tahun (6 periode)
a. Perhitungan kontribusi keuntungan
Perusahaan dalam hal menetapkan besarnya kontribusi keuntungan tidak dapat berperan, karena selalu mengikuti perubahan harga jual yang selalu terjadi di pasaran. Dengan diketahuinya harga jual masingmasing produk, maka nilai kontribusi keuntungan tiap produk dapat dihitung. Harga jual kelompok produk pada Tabel 6 merupakan rataan harga jual masing-masing produk dalam kelompoknya. Tabel 6. Kontribusi keuntungan kelompok produk Harga Usia Keuntungan/Ekor Kelompok Jual/Ekor (Hari) (Rp) (Rp) Kelompok I 21 - 23 14.600 3.926 Kelompok II 24 - 26 13.783 2.035 Kelompok III 27 - 28 13.233 1.933 Kelompok IV 29 - 31 12.867 1.904 Kelompok V 32 - 33 12.367 1.026 Sumber : Laporan Soma Unggas Farm, 2009-2010.
b. Formulasi model fungsi tujuan
Setelah kontribusi keuntungan diketahui, maka fungsi tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut : MAKS Z: 3.926X11 + 3.926X12 + 3.926X13 + 3.926X14 + 3.926X15 + 3.926X16 + 2.035X21 + 2.035X22 + 2.035X23 + 2.035X24 + 2.035X25 + 2.035X26 + 1.933X31 + 1.933X32 + 1.933X33 + 1.933X34 + 1.933X35 + 1.933X36 + 1.904X41 + 1.904X42 + 1.904X43 + 1.904X44 + 1.904X45 + 1.904X46 + 1.026X51 + 1.026X52 + 1.026X53 + 1.026X54 + 1.026X55 + 1.026X56
3. Fungsi Kendala Dalam proses produksi, perusahaan dihadapi dengan segala macam keterbatasan. Keterbatasan inilah yang kemudian dijadikan kendalakendala yang dihadapi perusahaan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Soma Unggas Farm adalah: pemenuhan kebutuhan pakan, kebutuhan OVD (Obat, Vaksin, Vitamin dan Disinvektan), pemenuhan Tenaga Kerja Langsung (TKL), Kapasitas kandang. Formulasi model yang dapat dibentuk adalah : a. Kendala Penggunaan Pakan Fungsi: 5
6
∑ ∑ PijXij ≤ pij i=1 j=1
Dimana:
Pij pij
: Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j. : Ketersediaan penggunaan pakan (kg/ekor).
1) Koefisien Penggunaan Pakan Pakan merupakan makanan utama yang dikonsumsi oleh ternak ayam. Pakan yang digunakan oleh Soma Unggas Farm dalam penelitian ini tidak dibedakan menjadi pakan jenis starter dan finisher. Untuk memproduksi 1 ekor ayam dibutuhkan beragam kg pakan tergantung dengan umur rataan yang dipanen. Dengan demikian koefisien penggunaan pakan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Koefisien Penggunaan Pakan Usia BW / Berat Kelompok (Hari) Rata (kg)
FCR
Σpakan (kg)
Kelompok I
21 - 23
0.8 - 1.0
1.50
1.35
Kelompok II
24 - 26
1.0 - 1.2
1.60
1.76
Kelompok III
27 - 28
1.2 - 1.4
1.63
2.12
Kelompok IV
29 - 31
1.4 - 1.6
1.65
2.48
Kelompok V
32 - 33
1.6 UP
1.75
2.80
Sumber: Laporan Biaya Produksi Soma Unggas Farm, 2009-2010.
2) Ketersediaan Pakan Penggunaan jumlah pakan di setiap periode dan kelompok berbedabeda, tergantung dari jumlah populasi ayam pada waktu tersebut dan usia ayam yang dipanen. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa jumlah ketersediaan pakan didasarkan pada banyaknya pakan yang dibutuhkan dalam proses produksi selama Juni 2009 sampai Juni 2010 atau enam periode. Ketersediaan pakan yang diambil sebagai pembatas atau kendala untuk semua kelompok yaitu yang terbesar. Ketersediaan pakan dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8. Ketersediaan Pakan Periode
Ketersediaan Pakan (kg)
I
55.800
II
90.600
III
81.000
IV
68.900
V
59.950
VI
68.050
3) Formulasi Kendala Pakan 1,35X11 + 1,76X21 + 2,12X31 + 2,48X41 + 2,80X51 ≤ 90.600 1,35X12 + 1,76X22 + 2,12X32 + 2,48X42 + 2,80X52 ≤ 90.600 1,35X13 + 1,76X23 + 2,12X33 + 2,48X43 + 2,80X53 ≤ 90.600 1,35X14 + 1,76X24 + 2,12X34 + 2,48X44 + 2,80X54 ≤ 90.600 1,35X15 + 1,76X25 + 2,12X35 + 2,48X45 + 2,80X55 ≤ 90.600 1,35X16 + 1,76X26 + 2,12X36 + 2,48X46 + 2,80X56 ≤ 90.600 b.
Kendala Penggunaan Obat, Vitamin, dan Disinfektan (OVD) Fungsi :
5
6
∑ ∑ OijXij ≤ oij i=1 j=1
Dimana:
Oij oij
: Koefisien penggunaan OVD per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j. : Ketersediaan penggunaan OVD (Rp).
1) Koefisien Penggunaan OVD OVD merupakan penggunaan Obat-obatan, Vitamin, Vaksinasi serta Desinfektan dalam satu periode pemeliharan ayam ras pedaging. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari vaksinasi, feed additive, dan obat untuk pengobatan penyakit. Penggunaan desinfektan, kapur dan cuci kandang termasuk dalam biaya perawatan kandang dan sanitasi. Vaksinasi yang rutin dilakukan adalah vaksinasi ND (Newcastle Dieases) sebanyak dua kali setiap periodenya. Tabel 9. Jumlah Ayam yang Dipanen Kelompok (Ekor) Periode I II III IV I II III IV V VI
775 788 4.100 9.310 2.600 74
750 2.990 3.660 4.820
4.024 4.379 2.330 -
12.475 12.805 6.943 6.168 5.094 4.650
V 6.103 13.688 17.372 14.002 14.157 17.976
Penggunaan jumlah OVD di setiap periode dan kelompok berbedabeda, tergantung dari jumlah populasi ayam pada waktu tersebut dan usia ayam yang dipanen. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa jumlah pemakaian OVD relatif sama per harinya, didasarkan pada banyaknya OVD yang diminta dalam proses produksi selama Juni 2009 sampai Juni 2010 atau enam periode. Masing masing koefisien dihitung berdasarkan total biaya VOD selama satu periode kemudian dibagi 33 hari, dikali lamanya usia masing-masing kelompok dan dibagi jumlah ayam yang dipanen pada kelompok tersebut. Koefisien VOD dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Koefisien Penggunaan VOD Kelompok Periode I II III I II III IV V VI
12.104 35.894 5.846 2.696 5.968 388.634
14.139 9.062 7.753 6.745
2.838 7.863 8.107 -
IV
V
1.014 2.977 4.653 5.485 4.106 8.336
2.205 2.965 1.980 2,.72 1.573 2.295
2) Ketersediaan Penggunaan OVD OVD merupakan faktor produksi yang penting juga dalam usaha budidaya ayam ras pedaging karena ayam ras pedaging lebih rentan terhadap penyakit. Program kesehatan yang dilakukan secara tepat dan efisien akan sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan perkembangan ayam. Penggunaan OVD pada Peternakan Soma Unggas Farm selama enam periode atau satu tahun dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini. Biaya yang dikeluarkan untuk VOD yang paling besar terdapat pada periode ke tiga dan ke empat, dikarenakan jumlah populasi pada ke dua periode tersebut paling tinggi yaitu sebanyak 35.000 ekor. Tabel 11. Ketersediaan VOD Periode Ketersediaan VOD (Rp) I
13.459.450
II
40.581.570
III
34.388.584
IV
36.015.157
V
22.262.915
VI
41.262.824
Total
187.970.500
3) Formulasi Kendala OVD 12.104X11 + 14.139X21 + 2.838X31 + 1.014X41 + 2.205X51 ≤ 41.262.824 35.894X12 + 0X22 + 7.863X32 + 2.977X42 + 2.965X52 ≤ 41.262.824 5.846X13 + 9.062X23 + 0X33 + 4.653X43 + 1.980X53 ≤ 41.262.824 2.696X14 + 7.753X24 + 0X34 + 5.485X44 + 2.572X54 ≤ 41.262.824 5.968X15 + 0X25 + 8.107X35 + 4.106X45 + 1.573X55 ≤ 41.262.824 388.634X16 + 6.745X26 + 0X36 + 8.336X46 + 2.295X56 ≤ 41.262.824 c.
Kendala Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Fungsi:
5
6
∑ ∑ TijXij ≤ tij i=1 j=1
Dimana:
Tij tij
: Koefisien penggunaan jam tenaga kerja langsung per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-j. : Ketersediaan penggunaan jam tenaga kerja langsung.
1) Koefisien Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja penting diperhitungkan sebagai salah satu kendala karena merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung dihitung dari berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh satu pekerja untuk menghasilkan satu ekor ayam ras pedaging. Dengan kata lain satuan yang digunakan adalah jam kerja/ekor. Koefisien jam tenaga kerja langsung dapat dilihat dari Tabel 11 di bawah ini. Tabel 12. Koefisien Jam Tenaga Kerja Langsung Satuan
Nilai
Rataan Jam Kerja Sehari Satu Orang (a)
Jam
12
Rataan Jumlah TK (b)
TKL
8
Produksi Maksimum sehari (c)
Ekor
30.817
Jam TKL/Ekor
0,003115
Koefisien Kebutuhan Jam TKL (axb:c) Sumber: Soma Unggas Farm, 2009-2010.
Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung diperoleh dari perkalian antara rataan jam kerja sehari satu orang dengan rata-rata jumlah tenaga kerja, kemudian dibagi dengan produksi maksimum sehari. Berdasarkan Tabel 11 di atas, maka dapat diketahui koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung untuk tiap-tiap kelompok produk. Kelompok I
= 0,00312 x 11,93 = 0,03717
Kelompok II
= 0,00312 x 6,20
= 0,01932
Kelompok III
= 0,00312 x 2,18
= 0,00678
Kelompok IV
= 0,00312 x 24,04 = 0,07488
Kelompok V
= 0,00312 x 55,65 = 0,17337
2) Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung (TKL) Tenaga kerja penting diperhitungkan sebagai salah satu kendala karena merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan produksi ayam ras pedaging yaitu pekerja pada peternakan seperti anak kandang, dan sumber daya yang langsung menangani bagian produksi. Jumlah tenaga kerja pada bagian produksi sebanyak delapan orang, dengan rincian kepala kandang satu orang dan tujuh orang sebagai anak kandang. Jumlah hari produksi setiap periodenya dihitung mulai dari tanggal DOC chick in, panen, hingga masa istirahat kandang untuk persiapan chick in periode berikutnya. Setiap periode memiliki masa hari produksi yang berbeda-beda, dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi fluktuasi harga jual ayam ras pedaging, faktor lingkungan sekitar, dan kondisi kesehatan ayam itu sendiri. Ketersediaan jam tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 13. Ketersediaan Jam TKL Periode
Hari Produksi (a)
Jam Kerja Per Hari (b)
Jam Kerja Satu Periode (c=axb)
Jumlah Pekerja Per Hari (d)
Ketersediaan (e=cxd)
I II III IV V VI
87 109 85 84 77 55
12 12 12 12 12 12
1.044,0 1.308,0 1.020,0 1.008,0 924,0 660,0
8 8 8 8 8 8
8.352 10.464 8.160 8.064 7.392 5.280
3) Formulasi Kendala Jam TKL 0,03717X11 + 0,01932X21 + 0,00678X31 + 0,07488X41 + 0,17337X51 ≤ 10.464 0,03717X12 + 0,01932X22 + 0,00678X32 + 0,07488X42 + 0,17337X52 ≤ 10.464 0,03717X13 + 0,01932X23 + 0,00678X33 + 0,07488X43 + 0,17337X53 ≤ 10.464 0,03717X14 + 0,01932X24 + 0,00678X34 + 0,07488X44 + 0,17337X54 ≤ 10.464 0,03717X15 + 0,01932X25 + 0,00678X35 + 0,07488X45 + 0,17337X55 ≤ 10.464 0,03717X16 + 0,01932X26 + 0,00678X36 + 0,07488X46 + 0,17337X56 ≤ 10.464 d. Kendala Penggunaan Kapasitas Kandang Fungsi:
5
6
∑ ∑ K ijXij ≤ kij Dimana:
K ij kij
i=1 j=1
: Koefisien penggunaan kandang per ekor ayam pada produk ke-i periode ke-i. : Ketersediaan penggunaan kandang (m2).
1) Koefisien Penggunaan Kapasitas Kandang Salah satu faktor produksi yang sangat penting diperhatikan yaitu kapasitas kandang. Kandang yang terlalu padat akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan ayam sehingga dapat meningkatkan persentase kematian. Pada umumnya standar kepadatan kandang yang berlaku di Indonesia kurang lebih 10 ekor/m2 .
Tabel 14. Koefisien Penggunaan Kapasitas Kandang Kelompok (Ekor) I II III IV V 0.8 - 1.0
1.0 - 1.2
1.2 - 1.4
1.4 - 1.6
1.6 UP
775
750
4.024
12.475
6.103
4.379
12.805
13.688
788
-
4.100
2.990
-
6.943
17.372
9.310
3.660
-
6.168
14.002
5.094
14.157
4.650
17.976
2.600 74
-
2.330
4.820
-
Sumber: Soma Unggas Farm, 2009-2010.
2) Ketersediaan Kapasitas Kandang Pada kandang yang diamati, terdapat enam kandang dengan jumlah kapasitas berbeda-beda setiap kandangnya. Ketersediaan kapasitas kandang dihitung dari jumlah populasi ayam setiap periodenya dibagi dengan delapan, karena standar kepadatan peternakan Soma Unggas Farm delapan ekor per meter persegi. Tabel 15. Ketersediaan Kapasitas Kandang Periode Populasi (Ekor) Luas Kandang (m2) 25.100 3.750 I 34.800 3.750 II 35.000 3.750 III 35.000 3.750 IV 25.000 3.750 V 30.000 3.750 VI
3) Formulasi Kendala Kapasitas Kandang 775X11 + 750X21 + 4.024X31 + 12.475X41 + 6.103X51 ≤ 3.750 788X12 + 0X22 + 4.379X32 + 12.805X42 + 13.688X52 ≤ 3.750 4.100X13 + 2.990X23 + 0X33 + 6.943X43 + 17.372X53 ≤ 3.750 9.310X14 + 3.660X24 + 0X34 + 6.168X44 + 14.002X54 ≤ 3.750 2.600X15 + 0X25 + 2.330X35 + 5.094X45 + 14.157X55 ≤ 3.750 74X16 + 4.820X26 + 0X36 + 4.650X46 + 17.976X56 ≤ 3.750 4.3 Hasil Optimalisasi Fungsi Tujuan Pada penelitian ini peubah keputusan merupakan tingkat produksi kelompok produk setiap periodenya yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal, di mana dalam operasionalnya terdapat berbagai macam kendala. Berdasarkan hasil pengolahan formulasi model Linear Programming (LP) dengan menggunakan bantuan software LINDO, tingkat produksi optimal dan aktual masing-masing kelompok produk selama satu tahun atau enam periode mulai Juni 2009 sampai Juni 2010 pada usaha budidaya Peternakan Soma Unggas Farm dapat dilihat pada Tabel 16. Kondisi optimal yang dimaksud merupakan hasil penggambaran model (Lampiran 2) terhadap pemanfaatan sumber daya yang ada dengan kendala-kendala yang membatasi. Sedangkan kondisi aktual merupakan keadaan yang sebenarnya terjadi atau dialami oleh perusahaan. Dalam perumusan model LP, model tidak memperhitungkan adanya jumlah persediaan produk tiap periodenya. Dengan demikian kondisi optimal dapat dikatakan sebagai representasi terhadap kondisi aktual tetapi dengan asumsiasumsi yang berlaku sebelumnya. Pada Tabel 16 dapat dilihat nilai selisih yang bernilai positif berarti produksi melebihi keadaan optimal, sedangkan berlaku kebalikannya, jika selisih bernilai negatif berarti produksi tidak mencapai keadaaan optimal.
Tabel 16. Tingkat Produksi Ayam Ras Pedaging dalam Kondisi Aktual dan Optimal Di Soma Unggas Farm Periode
Variabel
Kelompok I Aktual Optimal (Ekor) (Ekor)
Selisih (Ekor)
I
X11
775
5
770
II
X12
788
5
783
III
X13
4.100
1
4.099
IV
X14
9.310
0
9.310
V
X15
2.600
1
2.599
VI
X16
74
51
23
Periode
Variabel
Kelompok II Aktual Optimal (Ekor) (Ekor)
Selisih (Ekor)
I
X21
750
0
750
II
X22
0
51.474
-51.474
III
X23
2.990
0
2.990
IV
X24
3.660
0
3.660
V
X25
0
VI
X26
4.820
Periode
Variabel
51.476 0
-34.061 4.820
Kelompok III Aktual Optimal (Ekor) (Ekor) 4.024 0
Selisih (Ekor) 4.024
I
X31
II
X32
4.379
0
4.379
III
X33
0
38.206
-38.206
IV
X34
0
32.500
-32.500
V
X35
2.330
0
2.330
VI
X36
0
32.067
-32.067
Periode
Variabel
Kelompok IV Aktual Optimal (Ekor) (Ekor)
Selisih (Ekor)
I
X41
12.475
0
12.475
II
X42
12.805
0
12.805
III
X43
6.943
0
6.943
IV
X44
6.168
0
6.168
Lanjutan Tabel 16. V
X45
5.094
0
5.094
VI
X46
4.650
0
4.650
Kelompok V Aktual Optimal (Ekor) (Ekor) 6.103 0
Selisih (Ekor) 6.103
Periode
Variabel
I
X51
II
X52
13.688
0
13.688
III
X53
17.372
0
17.372
IV
X54
14.002
0
14.002
V
X55
14.157
0
14.157
VI
X56
17.976
0
17.976
Berdasarkan Tabel 16 di atas, dapat diamati bahwa kondisi aktual produksi selalu berubah-ubah. Perbedaan kondisi yang sangat signifikan yang terjadi pada tiap periode ini disebabkan salah satu faktor adanya perbedaan permintaan ayam ras pedaging yang dipacu oleh perbedaan harga jual. Produksi tertinggi ditunjukkan pada periode ke IV sebanyak 9.310 ekor untuk Kelompok I, 4.820 ekor pada periode ke VI untuk Kelompok ke II, Kelompok ke III sebanyak 4.379 ekor pada periode II, periode ke II pada Kelompok IV sebanyak 12.805 ekor, serta sebanyak 17.976 ekor pada periode VI untuk Kelompok VI. Pada kondisi optimal, perbedaan tingkat produksi setiap periodenya sangat fluktuatif. Produksi tertinggi terjadi pada periode V kelompok ke II sebanyak 51.476 ekor, serta pada Kelompok IV dan Kelompok V tidak terjadi produksi. Terdapat periode tertentu, di mana kelompok produk ini dianjurkan untuk tidak diproduksi karena jika diproduksi justru akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3, di mana terdapat nilai reduced cost pada peubah X14, X21, X23, X24, X26, X31, X32, X35, Kelompok IV dan V. Perbedaan fluktuasi yang terjadi antara kondisi aktual dengan kondisi optimal terlihat secara nyata. Tingkat produksi tertinggi pada
kondisi optimal nilainya kurang dari tingkat produksi pada kondisi aktualnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya perusahaan sudah melebihi produksinya pada batas kondisi optimal dengan menggunakan sumber daya yang kurang efisien. Namun demikian perusahaan perlu memperhatikan tingkat permintaan para konsumen atau penangkap ayam juga harga jual pasar agar tidak terjadi kekeliruan dalam strategi pemasaran, karena apabila produk dijual tanpa memperhatikan perkembangan harga pasar justru akan menimbulkan dampak kerugian di akhir laporan biaya produksi perusahaan. Berdasarkan Tabel 16, dapat diamati selisih antara kondisi aktual dengan kondisi optimal. Dalam satu periode produksi, terdapat banyak nilai selisih positif dan sedikit sekali bernilai negatif. Nilai selisih positif menunjukkan bahwa produksi aktual perusahaan tiap periodenya dalam kondisi berlebih jumlahnya, atau dengan kata lain perusahaan berproduksi di atas kondisi optimal. Sedangkan nilai selisih negatif berarti produksi perusahaan belum mencapai nilai optimalnya. Keputusan dalam pemilihan penambahan atau pengurangan jumlah produksi tergantung dari kebijakan perusahaan dalam hal ini yang bertanggung jawab yaitu General Manager yang dibantu oleh dua unit Dramaga dan Cibinong. Namun demikian dari hasil optimalisasi model yang dibentuk, jika tingkat produksi yang dipakai dalam menentukan produksi adalah kondisi optimal, maka tingkat keuntungan yang dicapai akan lebih besar dari produksi pada kondisi aktualnya (Tabel 17). Tabel 17. Keuntungan Penjualan Aktual Ayam Pedaging Pada Tahun 2009-2010 Periode Keuntungan (Rupiah) I
16.866.490
II
5.495.978
III
- 111.658.893
IV
- 26.897.082
V
175.370.465
VI
202.962.130
Total
262.139.088
Sumber: Laporan Soma Unggas Farm, 2009-2010.
Keuntungan penjualan yang telah diperoleh perusahaan peternakan Soma Unggas Farm pada kondisi aktual sebesar Rp 262.139.088 dan pada kondisi optimal keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 457.511.500 (berdasarkan hasil objective function value pada hasil optimalisasi, Lampiran 3). Perbedaan tingkat keuntungan yang dihasilkan setelah dilakukan optimalisasi sebesar Rp 195.372.412. 4.4 Hasil Optimalisasi Sumber Daya Tingkat produksi ayam ras pedaging dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya tiap periodenya. Dalam hal ini, analisis dual memberikan penilaian terhadap sumber daya dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual price. Slack/surplus sama dengan nol menunjukkan bahwa sumber daya bersifat terbatas atau langka termasuk dalam sumber daya aktif. Nilai dual price merupakan nilai harga sumber daya yang menunjukkan besarnya pengaruh terhadap nilai fungsi tujuan, karena penambahan atau pengurangan pada nilai ruas kanan kendala. Nilai dual price pada sumber daya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan sumber daya sebesar satu-satuan akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual pricenya, sedangkan nilai dual price negatif pada sumber daya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan sumber daya sebesar satu-satuan akan menurunkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual price tersebut. Sumber daya dengan nilai dual price sama dengan 0 menunjukkan bahwa sumber daya tersebut berstatus kendala tidak aktif atau berlebih, di mana penambahan atau pengurangan ketersediaan pada sumber daya tersebut tidak akan mempengaruhi nilai pada fungsi tujuan. a. Penggunaan Pakan (kilogram/ekor) Penggunaan pakan selama satu tahun produksi (12 bulan atau enam periode) pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 18. Status penggunaan pakan pada periode I berstatus berlebih dan pada periode lainnya berstatus langka. Status berlebih menunjukkan bahwa masih terdapat sisa pakan yang belum digunakan dalam proses produksi ayam ras pedaging, sedangkan status langka menunjukkan bahwa ketersediaan pakan pada periode tersebut habis terpakai seluruhnya. Apabila terjadi
penambahan 1 kg pakan pada periode yang berstatus langka, maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan/tingkat keuntungan sebesar nilai dual pricenya. Sebagai contoh, jika pada periode II penggunaan pakan ditambah 1 kg, maka penambahan pakan dalam proses produksi ini meningkatkan keuntungan perusahaan Rp 1.156/ekor. Tabel 18. Hasil Optimalisasi Penggunaan Pakan (Kg) Periode Slack / Surplus Dual Price
b.
Status
I
90593.468750
0.000000
Berlebih
II
0.000000
1156.250000
Langka
III
0.000000
911.792480
Langka
IV
0.000000
911.792480
Langka
V
0.000000
1156.250000
Langka
VI
0.000000
911.792480
Langka
Penggunaan OVD Penggunaan OVD secara keseluruhan berstatus berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ketersediaan OVD belum dimanfaatkan sepenuhnya. Untuk itu, meskipun ketersediaan OVD ditambah, tingkat keuntungannya tidak akan berubah, karena nilai dual pricenya sama dengan 0 (Tabel 19). Tabel 19. Hasil Optimalisasi Penggunaan VOD (Rupiah) Periode
Slack / Surplus
Dual Price
Status
I
90593.468750
0.000000
Berlebih
II
41092008.000000
0.000000
Berlebih
III
41257476.000000
0.000000
Berlebih
IV
41261740.000000
0.000000
Berlebih
V
41254216.000000
0.000000
Berlebih
VI
21568534.000000
0.000000
Berlebih
c.
Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung (TKL) Faktor produksi selain bahan baku yang menyerap biaya paling besar adalah tenaga kerja. Penggunaan jam TKL secara keseluruhan berstatus berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan jam TKL masih belum dimanfaatkan sepenuhnya. Untuk itu, meskipun ketersediaan jam TKL ditambah, tingkat keuntungannya tidak akan berubah karena nilai dual price secara keseluruhan 0 (Tabel 20). Tabel 20. Hasil Optimalisasi Penggunaan Jam TKL (Jam) Periode
Slack / Surplus
Dual Price
Status
I
10463.820312
0.000000
Berlebih
II
9469.352539
0.000000
Berlebih
III
10174.220703
0.000000
Berlebih
IV
10174.237305
0.000000
Berlebih
V
9469.426758
0.000000
Berlebih
VI
10172.585938
0.000000
Berlebih
d. Penggunaan Kapasitas Kandang Sebagian besar jumlah kapasitas kandang telah digunakan seluruhnya (berstatus langka). Penggunaan jumlah kapasitas kandang (status langka) ini jika ditambah satu ekornya meningkatkan keuntungan perusahaan. Peningkatan keuntungannya berbeda-beda, tergantung ekoran kapasitas kandang periode mana yang akan ditambahkan (Tabel 21). Sebagai contoh, penambahan ekoran kapasitas kandang pada periode VI akan meningkatkan keuntungan perusahaan Rp 36.420/ekor, berbeda dengan penambahan ekoran kapasitas kandang hanya meningkatkan keuntungan Rp 289/ekor.
pada periode IV yang
Tabel 21. Hasil Optimalisasi Penggunaan Kapasitas Kandang (m2) Periode
Slack / Surplus
Dual Price
Status
I
0.000000
5.065806
Langka
II
0.000000
3.001348
Langka
III
0.000000
0.657337
Langka
IV
0.000000
0.289482
Langka
V
0.000000
0.909639
Langka
VI
0.000000
36.420002
Langka
4.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana hasil optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan terhadap model. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum dan batas maksimum. Batas minimum (allowable decrease) merupakan batas penurunan kendala yang tidak merubah model dan batas maksimum (allowable increase) adalah batas kenaikan kendala yang tidak merubah model. Semakin sempit selang kepekaan yang dimiliki oleh suatu kendala, maka kendala tersebut akan semakin peka dalam membuat perubahan terhadap solusi optimal. Analisis sensitivitas terbagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas ruas kanan kendala. a. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan merupakan selang perubahan
harga
terhadap
koefisien
fungsi
tujuan
yang
tidak
mempengaruhi nilai optimal dari peubah, walaupun nilai optimum akan berubah sesuai dengan perubahan harga pada masing-masing peubah tersebut (Tabel 22).
Tabel 22. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Peubah Current Coef. Allowable Increase Allowable Decrease 3926.000000 INFINITY 1823.166504 X11 3926.000000 INFINITY 2365.062500 X12 3926.000000 INFINITY 2105.111816 X13 3926.000000 INFINITY 1600.658569 X14 3926.000000 INFINITY 2365.062500 X15 3926.000000 INFINITY 2688.474609 X16 2035.000000 1764.354736 INFINITY X21 2035.000000 3083.340576 2035.000000 X22 2035.000000 1535.191406 INFINITY X23 2035.000000 629.259949 INFINITY X24 2035.000000 3083.340576 2035.000000 X25 2035.000000 175114.171875 INFINITY X26 1933.000000 18451.804688 INFINITY X31 1933.000000 13661.154297 INFINITY X32 1933.000000 4232.274414 1933.000122 X33 1933.000000 4232.273926 1085.213135 X34 1933.000000 2637.709717 INFINITY X35 1933.000000 4232.273926 1933.000122 X36 1904.000000 61291.933594 INFINITY X41 1904.000000 39395.765625 INFINITY X42 1904.000000 4921.133789 INFINITY X43 1904.000000 2142.772217 INFINITY X44 1904.000000 5597.203125 INFINITY X45 1904.000000 169710.250000 INFINITY X46 1026.000000 29890.617188 INFINITY X51 1026.000000 43293.953125 INFINITY X52 1026.000000 12946.271484 INFINITY X53 1026.000000 5580.350098 INFINITY X54 1026.000000 15089.265625 INFINITY X55 1026.000000 656213.000000 INFINITY X56 Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat banyak peubah yang tidak memiliki batasan (infinity) dalam menurunkan koefisien fungsi tujuan, akan tetapi memiliki batasan dalam menaikkan koefisien fungsi tujuannya. Nilai masing-masing batasan berbeda untuk setiap peubah. Sebagai contoh, peubah X11 tidak memiliki batasan dalam menaikkan koefisiennya dan memiliki batasan dalam menurunkan koefisien Rp 1.823/ekor.
Contoh kebalikannya yaitu pada peubah X21, di mana pada peubah ini tidak memiliki batasan dalam menurunkan koefisiennya, dan mempunyai batasan dalam menaikkan koefisien Rp 1.764/ekor. Selain dari pada itu, terdapat juga beberapa peubah yang memiliki batasan dalam menaikkan dan menurunkan koefisien fungsi tujuannya. Misalnya peubah X36, batasan kenaikan koefisien Rp 4.232/ekor dari koefisien awal (merupakan keuntungan yang tidak akan mempengaruhi model solusi optimal walaupun nilai fungsi tujuannya dapat berubah), sedangkan batasan penurunan koefisien ditetapkan Rp 1.933/ekor dari koefisien awal produk. b. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala menunjukkan selang perubahan pada ketersediaan sumber daya yang tidak akan menyebabkan nilai dual berubah. Semakin sempit selang kepekaan suatu sumber daya, berarti sumber daya tersebut semakin peka terhadap perubahan nilai ruas kanan kendalanya. Batas perubahan yang terjadi pada kendala-kendala yang menjadi pembatas kegiatan produksi ayam ras pedaging tiap periodenya. Untuk kendala-kendala yang berstatus berlebih, pada analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala memiliki nilai peningkatan yang tak terbatas. Sedangkan untuk kendala-kendala yang berstatus langka memiliki nilai batas penggunaan untuk penambahan atau pengurangan sumber daya sampai batas tertentu. Selang kepekaan ketersediaan pakan dapat dilihat pada Tabel 23. Pada kolom (1), menunjukkan kendala pakan dimulai dari P01-P06. Kolom (2), menunjukkan ketersediaan pakan selama proses produksi ayam ras pedaging. Sedangkan kolom (3) dan (4), menunjukkan selang dari ketersediaan pakan yang dapat diterima model. Untuk ketersediaan pakan, batasan kenaikan (allowable increase) yang dapat diterima model menunjukkan batas tak hingga dan batas berhingga (Tabel 23).
Tabel 23. Selang Kepekaan Ketersediaan Pakan Allowable Row Current Coef. Increase
Allowable Decrease
P01
90600.000000
INFINITY
90,593.469
P02
90600.000000
862,632.500
90,593.570
P03
90600.000000
3,181,319.750
90,598.766
P04
90600.000000
3,181,324.750
90,599.461
P05
90600.000000
862,639.250
90,598.055
P06
90600.000000
3,180,808.500
90,531.586
Batas tak hingga berarti persediaan pakan berlebih. Sedangkan batas berhingga menunjukkan adanya batas peningkatan sampai nilai tertentu (sesuai nilai pada tabel). Pada kasus batasan tak hingga, menambah jumlah pakan bukanlah suatu pilihan baik, keputusan yang mungkin diambil adalah dengan mengurangi persediaan dari pakan tersebut. Berdasarkan Tabel 23, diperoleh informasi bahwa batas peningkatan tertinggi adalah tak hingga dan terendah 862.639 kg pada periode ke V. Sedangkan batas penurunan tertinggi ditunjukkan pada periode ke IV 90.599 kg dan terendah pada periode ke VI 90.531 kg. Tabel 24. Selang Kepekaan Ketersediaan VOD Allowable Row Current Coef. Increase
Allowable Decrease
OVD01
41,262,824.000
INFINITY
41,204,256.000
OVD02
41,262,824.000
INFINITY
41,092,008.000
OVD03
41,262,824.000
INFINITY
41,257,476.000
OVD04
41,262,824.000
INFINITY
41,261,740.000
OVD05
41,262,824.000
INFINITY
41,254,216.000
OVD06
41,262,824.000
INFINITY
21,568,534.000
Berdasarkan Tabel 24, terdapat batas peningkatan tak hingga pada model. Untuk itu tidak ada gunanya menambah penggunaan VOD, karena sebenarnya VOD untuk memproduksi ayam ras pedaging mengalami kelebihan penggunaan VOD, artinya banyak VOD yang sia-sia. Batasan pengurangan penggunaan VOD yang cukup nyata jumlahnya terjadi pada periode IV sebesar Rp 41.261.740 (OVD04). Batas pengurangan terendah ditunjukkan pada periode ke VI sebesar Rp 21.568.534. Tabel 25. Selang Kepekaan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung Allowable Allowable Row Current Coef. Increase Decrease TKL01
10,464.000
INFINITY 10,463.820
TKL02
10,464.000
INFINITY 9,469.353
TKL03
10,464.000
INFINITY 10,174.221
TKL04
10,464.000
INFINITY 10,174.237
TKL05
10,464.000
INFINITY 9,469.427
TKL06
10,464.000
INFINITY 10,172.586
Pada hasil Tabel 25, terdapat batas peningkatan tak hingga pada model. Maka dari itu, tidak ada gunanya menambah jam kerja, karena sebenarnya jam TKL untuk memproduksi ayam ras pedaging mengalami kelebihan jam kerja, artinya banyak tenaga kerja yang menganggur. Batasan pengurangan jam kerja yang cukup nyata jumlahnya terjadi pada periode I (TKL01) yaitu 10.463 jam kerja/ekor. Batas pengurangan terendah ditunjukkan pada periode ke II sebesar 9.469 jam kerja/ekor.
Tabel 26. Selang Kepekaan Ketersediaan Kapasitas Kandang Allowable Allowable Row Current Coef. Increase Decrease KDG01 3,750.000
2,638,243.250
3,750.000
KDG02 3,750.000
902,114.625
3,750.000
KDG03 3,750.000
28,935,282.000
3,750.000
KDG04 3,750.000
142,487,680.000
3,750.000
KDG05 3,750.000
17,972,680.000
3,750.000
KDG06 3,750.000
4,106.875
3,750.000
Pada kendala kapasitas kandang, sebagian besar memiliki batas peningkatan dan penurunan sampai pada nilai tertentu. Berdasarkan Tabel 26, batas penurunan tertinggi hanya 3.750 m2. 4.6 Implikasi Manajerial Proses optimalisasi yang dilakukan pada usaha budidaya peternakan perusahaan Soma Unggas Farm menghasilkan keuntungan yang melebihi kondisi aktualnya. Proses optimalisasi ini tidak hanya bermanfaat bagi manajemen produksi saja, tetapi berimplikasi terhadap manajemen fungsional lainnya dalam perusahaan, yaitu: a.
Keuangan Pada bagian keuangan, keuntungan perusahaan dapat meningkat melebihi keuntungan yang didapat dalam kondisi aktual.
b. Produksi 1) Mengalokasikan sumber daya penggunaan pakan, Vaksin, Vitamin, Obatobatan dan Disinfektan, jam kerja tenaga kerja langsung (TKL) dan penggunaan kapasitas kandang yang tersedia secara optimal. 2) Mengoptimalkan jumlah produksi setiap produk yang sedemikian banyak pada setiap periodenya dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. c. Pemasaran
Menghindari penjualan dengan harga yang dapat merugikan perusahaan, dengan mempertimbangkan tingkat perubahan harga jual yang terjadi di pasaran. d. Sumber Daya Manusia Jam tenaga kerja langsung yang masih belum dimanfaatkan secara sepenuhnya dapat digunakan seefektif mungkin menjadi sarana bagi karyawan kandang (anak kandang) untuk menambah wawasan saling berkomunikasi antar karyawan atau dengan pengawas lapang.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Peubah keputusan dalam penelitian ini adalah tingkat produksi ayam ras pedaging selama satu tahun (6 periode), yang diklasifikasikan dalam 5 kelompok atas dasar kesamaan penggunaan Day Old Chick (DOC), pemakaian pakan serta standar pemeliharaan ayam yang relatif sama. Dalam kondisi aktual, masing-masing kelompok ayam ras pedaging selalu diproduksi setiap periodenya, sedangkan pada kondisi optimal terdapat beberapa kelompok ayam yang sebaiknya tidak dipanen dalam ukuran tertentu pada tiap periodenya. b. Usaha budidaya perusahaan peternakan Soma Unggas Farm menghadapi kendala-kendala dalam upaya memaksimalkan keuntungan, berupa proses produksi dalam bentuk keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, yaitu meliputi ketersediaan pakan, ketersediaan VOD, jam kerja tenaga kerja langsung (TKL), dan ketersediaan kapasitas kandang. Pada kondisi optimal, penggunaan ketersediaan kendala-kendala tersebut masih terdapat sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal yang ditunjukkan oleh banyaknya nilai pada slack or surplus dalam model. c. Tingkat keuntungan yang dihasilkan dari proses optimalisasi sebesar Rp 457.511.500. Nilai ini jauh lebih besar dari tingkat keuntungan yang diperoleh usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm pada kondisi aktualnya yaitu sebesar Rp 262.139.088, sehingga selisih tingkat keuntungan setelah proses optimalisasi sebanyak Rp 195.372.412. 2. a.
Saran Perusahaan peternakan Soma Unggas Farm sebaiknya berproduksi pada tingkat kondisi optimal, agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari sebelumnya. Selain itu, sebaiknya perusahaan mengoptimalkan sumber daya yang masih belum digunakan sepenuhnya, agar tidak ada sumber daya
menganggur, seperti tenaga kerja, bahan baku serta sarana produksi lainnya karena menimbulkan biaya (mengurangi keuntungan perusahaan). b. Dalam penelitian selanjutnya dilakukan peramalan produksi untuk setahun ke depan, sebelum dilakukan proses optimasi produksi, agar pilihan minimisasi biaya merupakan alternatif penelitian yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor. Ariefin, M. 2002. Rahasia Sukses Memelihara Ayam Broiler Di Daerah Penebar Swadaya. Jakarta.
Tropis.
Endri. 2008. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ermayati. 2006. Optimalisasi Produksi Usaha Budidaya Ayam Ras Pedaging (Kasus: Kelompok Peternak Mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fadilah, R., P. Agustin, A. Sjamsirul dan P. Eko. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Jakarta. Gasperz, V. 2005. Production Planning and Inventory Control. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ginting, M. 2003. Analisis Tingkat Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Perusahaan Peternakan Ayam Broiler. PT. Prima Karsa di Bogor. Skripsi. Program Studi Ekonomi Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hanum, F. 2006. Diklat Kuliah Pemrograman Linear. Departemen Matematika FMIA IPB. Bogor. Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi. Erlangga. Jakarta. Mudiastuti, S. dan Syahruddin Semat. 1979. Bangunan Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Mulyono, S. 2007. Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Murjoko. 2004. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Ayam Ras Pedaging. (Kasus Kelompok Peternak Plasma Di Kabupaten Karang Anyar pada PT. MMS Wilayah Kerja Surakarta, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Murni, A. 2006. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Mitra CV. Janu Putro di Kec. Pamijahan Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pappas, L. James. 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi Keenam. Binarupa Aksara, Jakarta. Rahardi, F. Dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Rommie. 1998. Agribisnis Peternakan Ayam Ras Pedaging Dan Analisis Keuntungan Serta Efisiensi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Subagyo, P, dkk. 2002. Dasar-dasar Operation Research. BPFE. Yogyakarta. Suprijatna, E. U. Atmomarsono dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Taha, A. 1993. Riset Operasi. Edisi Kelima. Jilid Satu. Binarupa Aksara. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 - Struktur Organisasi SOMA UNGGAS
SOMA GROUP Direksi
SOMA
PPL
PPL
CUF
FA
DUF
MARKETING
PPL
SUPPORT
ADM
MARKETING
ADM
ASS. SUPPORT
SUPPORT
ASS. FA
ADM
ADM
ADM
ADM
PPL
PPL
Lampiran 2. Formulasi Model LP MAX 3.926 X11 + 3.926 X12 + 3.926 X13 + 3.926 X14 + 3.926 X15 + 3.926 X16 + 2.035 X21 + 2.035 X22 + 2.035 X23 + 2.035 X24 + 2.035 X25 + 2.035 X26 + 1.933 X31 + 1.933 X32 + 1.933 X33 + 1.933 X34 + 1.933 X35 + 1.933 X36 + 1.904 X41 + 1.904 X42 + 1.904 X43 + 1.904 X44 + 1.904 X45 + 1.904 X46 + 1.026 X51 + 1.026 X52 + 1.026 X53 + 1.026 X54 + 1.026 X55 + 1.026 X56 SUBJECT TO PAKAN) 1,35 X11 + 1,76 X21 + 2,12 X31 + 2,48 X41 + 2,80 X51 <= 90.600 1,35 X12 + 1,76 X22 + 2,12 X32 + 2,48 X42 + 2,80 X52 <= 90.600 1,35 X13 + 1,76 X23 + 2,12 X33 + 2,48 X43 + 2,80 X53 <= 90.600 1,35 X14 + 1,76 X24 + 2,12 X34 + 2,48 X44 + 2,80 X54 <= 90.600 1,35 X15 + 1,76 X25 + 2,12 X35 + 2,48 X45 + 2,80 X55 <= 90.600 1,35 X16 + 1,76 X26 + 2,12 X36 + 2,48 X46 + 2,80 X56 <= 90.600 VOD) 12.104 X11 + 14.139 X21 + 2.838 X31 + 1.014 X41 + 2.205 X51 <= 41.262.824 35.894 X12 + 0 X22 + 7.863 X32 + 2.977 X42 + 2.965 X52 <= 41.262.824 5.846 X13 + 9.062X23 + 0 X33 + 4.653 X43 + 1.980 X53 <= 41.262.824 2.696 X14 + 7.753X24 + 0 X34 + 5.485 X44 + 2.572 X54 <= 41.262.824 5.968 X15 + 0 X25 + 8.107 X35 + 4.106 X45 + 1.573 X55 <= 41.262.824 388.634 X16 + 6.745 X26 + 0 X36 + 8.336 X46 + 2.295 X56 <= 41.262.824 TKL) 0,03717 X11 + 0,01932 X21 + 0,00678 X31 + 0,07488 X41 + 0,17337 X51 <= 10.464 0,03717 X12 + 0,01932 X22 + 0,00678 X32 + 0,07488 X42 + 0,17337 X52 <= 10.464 0,03717 X13 + 0,01932 X23 + 0,00678 X33 + 0,07488 X43 + 0,17337 X53 <= 10.464 0,03717 X14 + 0,01932 X24 + 0,00678 X34 + 0,07488 X44 + 0,17337 X54 <= 10.464 0,03717 X15 + 0,01932 X25 + 0,00678 X35 + 0,07488 X45 + 0,17337 X55 <= 10.464 0,03717 X16 + 0,01932 X26 + 0,00678 X36 + 0,07488 X46 + 0,17337 X56 <= 10.464 KAP.KDG) 775 X11 + 750 X21 + 4.024 X31 + 12.475 X41 + 6.103 X51 <= 3.750
788 X12 + 0 X22 + 4379 X32 + 12.805 X42 + 13.688 X52 <= 3.750 4.100 X13 + 2.990 X23 + 0 X33 + 6.943 X43 + 17.372 X53 <= 3.750 9.310 X14 + 3.660 X24 + 0 X34 + 6.168 X44 + 14.002 X54 <= 3.750 2.600 X15 + 0 X25 + 2.330 X35 + 5.094 X45 + 14.157 X55 <= 3.750 74 X16 + 4.820 X26 + 0 X36 + 4.650 X46 + 17.976 X56 <= 3.750 END Lampiran 3. Hasil Optimalisasi
LP OPTIMUM FOUND AT STEP
11
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.4575115E+09 VARIABLE VALUE X11 4.838710 X12 4.758883 X13 0.914634 X14 0.402793 X15 1.442308 X16 50.675674 X21 0.000000 X22 51473.621094 X23 0.000000 X24 0.000000 X25 51476.167969 X26 0.000000 X31 0.000000 X32 0.000000 X33 42735.265625 X34 42735.593750 X35 0.000000 X36 42703.578125 X41 0.000000 X42 0.000000 X43 0.000000 X44 0.000000 X45 0.000000 X46 0.000000 X51 0.000000 X52 0.000000 X53 0.000000
REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1764.354858 0.000000 1535.191284 629.259888 0.000000 175114.171875 18451.804688 13661.154297 0.000000 0.000000 2637.709717 0.000000 61291.933594 39395.765625 4921.133301 2142.772217 5597.203125 169710.250000 29890.617188 43293.957031 12946.270508
X54 X55 X56
0.000000 0.000000 0.000000
5580.350098 15089.265625 656213.000000
Lanjutan Lampiran 3. ROW SLACK OR SURPLUS PAKAN) 90593.468750 3) 0.000000 4) 0.000000 5) 0.000000 6) 0.000000 7) 0.000000 OVD) 41204256.000000 9) 41092008.000000 10) 41257476.000000 11) 41261740.000000 12) 41254216.000000 13) 21568534.000000 TKL) 10463.820312 15) 9469.352539 16) 10174.220703 17) 10174.237305 18) 9469.426758 19) 10172.585938 KANDANG) 0.000000 21) 0.000000 22) 0.000000 23) 0.000000 24) 0.000000 25) 0.000000
NO. ITERATIONS=
11
DUAL PRICES 0.000000 1156.250000 911.792480 911.792480 1156.250000 911.792480 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 5.065806 3.001348 0.657337 0.289482 0.909639 36.420002
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE COEF INCREASE X11 3926.000000 INFINITY X12 3926.000000 INFINITY X13 3926.000000 INFINITY X14 3926.000000 INFINITY X15 3926.000000 INFINITY X16 3926.000000 INFINITY X21 2035.000000 1764.354736 Lanjutan Lampiran 3. X22 X23 X24 X25 X26 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X41 X42 X43 X44 X45 X46 X51 X52 X53 X54 X55 X56
2035.000000 3083.340576 2035.000000 1535.191406 2035.000000 629.259949 2035.000000 3083.340576 2035.000000 175114.171875 1933.000000 18451.804688 1933.000000 13661.154297 1933.000000 4232.274414 1933.000000 4232.273926 1933.000000 2637.709717 1933.000000 4232.273926 1904.000000 61291.933594 1904.000000 39395.765625 1904.000000 4921.133789 1904.000000 2142.772217 1904.000000 5597.203125 1904.000000 169710.250000 1026.000000 29890.617188 1026.000000 43293.953125 1026.000000 12946.271484 1026.000000 5580.350098 1026.000000 15089.265625 1026.000000 656213.000000
ALLOWABLE DECREASE 1823.166504 2365.062500 2105.111816 1600.658569 2365.062500 2688.474609 INFINITY
2035.000000 INFINITY INFINITY 2035.000000 INFINITY INFINITY INFINITY 1933.000122 1085.213135 INFINITY 1933.000122 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY
RIGHTHAND SIDE RANGES ROW
CURRENT RHS
ALLOWABLE INCREASE
ALLOWABLE DECREASE
PAKAN
90600.000000
INFINITY
90593.468750
3 90600.000000 4 90600.000000 5 90600.000000 6 90600.000000 7 90600.000000 OVD 41262824.000000 9 41262824.000000 10 41262824.000000 11 41262824.000000 12 41262824.000000 13 41262824.000000 TKL 10464.000000 15 10464.000000 Lanjutan Lampiran 3.
862632.500000 3181319.750000 3181324.750000 862639.250000 3180808.500000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY
90593.570312 90598.765625 90599.460938 90598.054688 90531.585938 41204256.000000 41092008.000000 41257476.000000 41261740.000000 41254216.000000 21568534.000000 10463.820312 9469.352539
16 10464.000000 17 10464.000000 18 10464.000000 19 10464.000000 KANDANG 3750.000000 21 3750.000000 22 3750.000000 23 3750.000000 24 3750.000000 25 3750.000000
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 2638243.250000 902114.625000 28935282.000000 142487680.000000 17972680.000000 4106.875488
10174.220703 10174.237305 9469.426758 10172.585938 3750.000000 3750.000244 3750.000000 3750.000000 3750.000000 3749.999756