PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR
Oleh
DIAN PANCA PERMATA SARI F34101097
2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dian Panca Permata Sari. F34101097. Pengembangan Model Perencanaan Produksi di PT Unitex, Bogor. Di Bawah Bimbingan Machfud. 2006.
RINGKASAN Salah satu kendala yang menghambat kegiatan produksi di PT Unitex adalah terjadinya ketidakseimbangan lini produksi, karena kapasitas dari tiap-tiap bagian tidak sama besar. Keadaan seperti inilah yang sering mengakibatkan keterlambatan atau melewati batas waktu (due date) dalam memenuhi suatu pesanan. Permasalahan terbesar terdapat pada lini produksi penenunan (weaving). Pada lini penenunan sering terjadi antrian pesanan yang menunggu giliran untuk dikerjakan. Masalah ini terjadi karena terlalu banyak order, sedangkan jumlah mesin yang ada terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dikembangkan suatu model penjadwalan dengan menggunakan metode aturan prioritas urutan pengerjaan pesanan yang akan masuk pada mesin tenun Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari serta mengidentifikasi faktorfaktor yang menjadi permasalahan pada perencanaan produksi di PT Unitex dan membuat suatu pengembangan dari model penjadwalan yang telah ada dengan menggunakan teknik dan metode pengurutan (sequencing). Aturan pengurutan yang digunakan pada penjadwalan adalah SPT (Shortest Processing Time) dan EDD (Earliest Due Date). Penjadwalan produksi ini hanya dilakukan pada bagian produksi pentenunan (weaving). Model penjadwalan produksi dan perhitungan kebutuhan benang ini dikembangkan dalam paket program komputer UPPS. Konfigurasi model paket program UPPS ini terdiri dari sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen basis data. Sistem manajemen basis model ini dirancang dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0. Sistem manajemen basis data dirancang dengan meggunakan Microsoft access 2003 yang terdiri data pesanan, data jenis desain, data jenis produk, data jenis mesin, data jenis warna, data pelanggan serta data alokasi desain pada mesin tenun. Sedangkan sistem manajemen basis model terdiri dari dua model, yaitu model penjadwalan produksi pada bagian pentenunan (weaving) dan model perhitungan kebutuhan benang. Kedua model tersebut tidak memiliki keterkaitan secara umum, karena untuk model perhitungan benang digunakan sebagai salah satu alat untuk memhitung banyaknya jumlah benang berdasarkan konstruksi dari tiap-tiap jenis produk. Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan jadwal urutan produksi ketika produk atau pesanan masuk ke lini produksi penenunan (weaving) dengan membandingkan waktu alir rata-rata dan rata-rata keterlambatan serta jumlah pekerjaan yang terlambat dari kedua aturan yang dipakai, yaitu aturan SPT dan EDD. Pesanan-pesanan yang ada dikelompokkan berdasarkan jenis mesin yang memprosesnya, selanjutnya pesanan tersebut akan dikelompokan kembali berdasarkan tanggal start date. Start date adalah tanggal dimana pesanan tersebut sudah siap untuk masuk ke mesin tenun, namun bukan berarti tanggal untuk mulai penjadwalan, karena harus tetap menunggu mesin selesai memproses pesanan sebelumnya. Berdasarkan start date, maka dapat dipilih kedua aturan pengurutan, yaitu SPT dan EDD.
Dapat diambil kesimpulan bahwa SPT merupakan aturan yang cukup baik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi paralel untuk mendapatkan waktu rata-rata penyelesaian produk atau MFT yang minimum (mean flow time ) dan untuk meminimumkan waktu rata-rata menunggu semua produk untuk dikerjakan. Sedangkan aturan EDD merupakan suatu aturan pengurutan untuk mendapatkan rata-rata keterlambatan yang minimum, minimasi kelambatan maksimum serta untuk mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat.
Dian Panca Permata Sari. F34101097. Production Planning Model Development at PT Unitex, Bogor. Supervised by Machfud. 2006.
ABSTRACT One of the constraints that hinders production activity at PT Unitex is unbalance process line and capacity. This constraints has caused queue in process line, especially when the job entered the weaving line. To solve the problem, the company needs to develop scheduling alternatives to minimize the queue. The objectives of this research were to identify factors that caused problems in production planning process at PT Unitex and to formulate scheduling alternatives in weaving process. The scheduling system implemented into a program package named UPPS (Unitex Production Planning System). The system modeling of UPPS consisted of a model base management system and database management system. The model base management of UPPS was designed by using Visual Basic 6.0. Database management system was developed by using Microsoft Access 2003 which consisted of actual order, design type, colour type, machine type, product type, buyer data and design allocated in weaving machine. The model base management system consists of production scheduling model and yarn requirement planning model. Production scheduling model was aimed to determine production schedule in weaving line based on due date. This model used job sequencing technique by two methods, such as Short Processing Time (SPT) method and Earliest due date (EDD). By these methods, mean flow time value and mean lateness value can be counted. Model yarn requirement planning was aimed to calculate the total yarn needed for one item. The model have function as tool to help production planning process in PT Unitex. Production scheduling was conducted in each weaving machine type, such as AJL D machine, AJL H2 machine, AJL H4 machine, AJL Tsudakoma machine and ISL Baru machine. The different design types are conducted at each machine such as dobby, hira, poplin in AJL Dobby, stock in AJL H2, stock AJL H4, AJL Tsudakoma for strip design and ISL baru for check design type. Order was grouped based on machine type and start date for each machine. Start date is the date when order is ready to enter weaving process but doesn’t mean the date for order to be proceed, because it still has to wait for machine idle. SPT sequencing rule used to minimize mean flow time.and to minimize mean number of jobs in the system. On the other hand, the EDD sequencing rule used to minimize mean tardiness and maximum tardiness and also to minimize total of tardy job.
PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh DIAN PANCA PERMATA SARI F34101097
2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh DIAN PANCA PERMATA SARI F34101097
Dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1984 Di Malang, Jawa Timur Tanggal Lulus : 17 Februari 2006
Menyetujui, Bogor,
Maret 2006
Dr. Ir. H. Machfud, MS Dosen Pembimbing
BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Malang, Jawa
Timur
pada
tanggal
21 Januari 1984. Penulis merupakan anak terakhir dari lima bersaudara dari keluarga Bapak Gatot Nugroho dan Ibu Heru Hariningsih. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Dewi Kunthi, Tegal pada tahun 1988-1989. penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Sukamajubaru III pada tahun 1995, Sekolah Menengah Pertama Negeri I Cimanggis pada tahun 1998 dan Sekolah Menengah Umum Negeri II Depok pada tahun 2001. Pada tahun terakhir SMU, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Juni hingga Agustus 2004, penulis melaksanakan Praktek Lapangan (PL) di PT Indomilk, Jakarta dengan topik ‘ Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan’. Penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir di PT Unitex, Bogor pada bulan Juni hingga Agustus 2005, dan lulus pada bulan Februari 2006.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama
: Dian Panca Permata Sari
NRP
: F34101097
Jurusan
: Teknologi Industri Pertanian
Fakultas
: Teknologi Pertanian
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul : ‘Pengembangan Model Perencanaan Produksi di PT Unitex, Bogor’ adalah benar-benar karya saya sendiri, di bawah bimbingan Dr. Ir. Machfud, MS. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari siapapun.
Bogor, Maret 2006 Yang Membuat Pernyataan,
Dian Panca Permata Sari NRP. F34101097
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengembangan Model Perencanaan Produksi di PT Unitex Bogor”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2005. Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah ikut membantu hingga laporan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada 1. Dr. Ir. Machfud, MS., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir Hartisari Hardjomidjojo, DEA dan Ir. Aji Hermawan, MM selaku dosen penguji, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan dalam penyempurnaan laporan ini. 3. Bapak Sapta selaku kepala bagian BKP dan seluruh staff serta karyawan PT Unitex Bogor yang telah memberikan bantuan dan pengarahan selama penulis melaksanakan penelitian. 4. Ibunda dan ayah beserta seluruh kakakku atas doa dan dorongannya selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi . 5. Ayah,Ibu
dan mas Affan atas dukungan dan bantuan serta dorongannya
selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Anak-anak mamih (mamih, rahmi, winie, anne, qq joged, rizka, debby dan astrid) dan Westlife. 7. Teman-teman TIN 38 atas dorongan, doa, bantuan, kerjasama dan persahabatannya. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor,
Februari 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR...................................................................................
iii
DAFTAR ISI..................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG .....................................................................
1
B. TUJUAN ..........................................................................................
3
C. RUANG LINGKUP .........................................................................
3
D. MANFAAT DAN OUPUT PENELITIAN......................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
5
A. PERENCANAAN PRODUKSI .......................................................
5
B. PENJADWALAN PRODUKSI .......................................................
6
C. TEKNIK PENGURUTAN (SEQUENCING) ..................................
7
D. MODEL ...........................................................................................
9
E. VERIFIKASI MODEL ....................................................................
10
III. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................
11
A. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................
11
B. PENDEKATAN PENELITIAN.......................................................
14
C. TATA LAKSANA ...........................................................................
16
IV. PERENCANAAN PRODUKSI PT UNITEX....................................
18
A. PERENCANAAN PRODUKSI.......................................................
18
B. PROSES PRODUKSI ......................................................................
23
PEMODELAN SISTEM .....................................................................
26
A. ASUMSI MODEL ...........................................................................
26
B. RANCANGAN MODEL .................................................................
26
C. KONFIGURASI MODEL ...............................................................
34
I.
II.
V.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
40
A. MODEL PENJADWALAN PRODUKSI........................................
40
B. MODEL PERHITUNGAN KEBUTUHAN BENANG...................
52
C. IMPLIKASI MANAJERIAL ...........................................................
52
VII. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
54
A. KESIMPULAN ................................................................................
54
B. SARAN ............................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
56
LAMPIRAN...................................................................................................
57
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (dalam Juta US$)...........................................................................
1
Tabel 2.
Standar Penyelesaian Proses Produksi (keadaan khusus) ..............
19
Tabel 3.
Jenis dan Jumlah serta Alokasi Desain pada Mesin Tenun ...........
41
Tabel 4.
Kelompok Pesanan pada Mesin AJL D .........................................
42
Tabel 5.
Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan SPT periode 5/28/2005 .........................................................................
43
Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan SPT periode 6/26/2005 .........................................................................
44
Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan SPT periode 7/25/2005 .........................................................................
44
Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan SPT periode 8/10/2005 .........................................................................
45
Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan EDD periode 5/28/2005 .........................................................................
45
Tabel 10. Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan EDD periode 6/26/2005 .........................................................................
46
Tabel 11. Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan EDD periode 7/25/2005 .........................................................................
46
Tabel 12. Penjadwalan pada Mesin AJL D dengan aturan SPT periode 8/10/2005 .........................................................................
47
Tabel 13. Perhitungan MFT dan ML serta Jumlah Pekerjaan Terlambat Pada periode 5/28/2005.................................................................
47
Tabel 14. Perhitungan MFT dan ML serta Jumlah Pekerjaan Terlambat Pada periode 6/26/2005.................................................................
48
Tabel 15. Perhitungan MFT dan ML serta Jumlah Pekerjaan Terlambat Pada periode 7/25/2005.................................................................
49
Tabel 16. Perhitungan MFT dan ML serta Jumlah Pekerjaan Terlambat Pada periode 8/10/2005.................................................................
49
Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9.
Tabel 17. Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat pada seluruh periode penjadwalan pada mesin AJL D ................. 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Penelitian.............................................
13
Gambar 2. Skema Tahapan Pendekatan Berencana.....................................
15
Gambar 3. Proses Perencanaan, Pementauan dan Pengendalian Produksi di PT Unitex ...............................................................................
22
Gambar 4. Proses Produksi Kain .................................................................
25
Gambar 5. Penjadwalan Produksi dengan m-mesin Pararel ........................
28
Gambar 6. Diagram Alir Deskriptif Model Penjadwalan Produksi .............
30
Gambar 7. Diagram Alir Deskriptif Model Perhitungan Kebutuhan Benang .......................................................................................
31
Gambar 8. Tampilan Login Program UPPS.................................................
34
Gambar 9. Tampilan Halaman Utama Program...........................................
35
Gambar 10. Tampilan Inisialisasi Desain ......................................................
35
Gambar 11. Tampilan Inisialisasi Warna.......................................................
36
Gambar 12. Tampilan Inisialisasi Mesin Tenun ............................................
36
Gambar 13. Tampilan Inisialisasi Produk......................................................
36
Gambar 14. Tampilan Inisialisasi Alokasi Desain.........................................
37
Gambar 15. Tampilan Inisialisasi Pesanan ....................................................
37
Gambar 16. Tampilan Halaman Penentuan Jenis Mesin, Waktu Persiapan Dan Finishing ............................................................................
38
Gambar 17. Tampilan Halaman Menu Penjadwalan Produksi .....................
39
Gambar 18. Tampilan Halaman Menu Perhitungan Kebutuhan Benang ......................................................................................
39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Contoh Dokumen Instruction Letter .......................................
58
Lampiran 2.
Contoh Dokumen Laporan Balance Capacity Order ..............
59
Lampiran 3.
Contoh Dokumen Bunkai Sekei...............................................
60
Lampiran 4.
Contoh Dokumen Order Celup Benang...................................
61
Lampiran 5.
Contoh Dokumen Pengiriman Kain dari Bagian Dyeing ke Bagian Garansi Mutu .........................................................
62
Lampiran 6.
Contoh Dokumen Pengiriman Pesanan ...................................
63
Lampiran 7.
Basis Data Desain dan Mesin ..................................................
64
Lampiran 8.
Basis Data Jenis Produk ..........................................................
65
Lampiran 9.
Basis Data Pelanggan ..............................................................
66
Lampiran 10. Basis Data Pesanan.................................................................
67
Lampiran 11. Basis Data Alokasi Desain Pada Mesin Tenun ......................
70
Lampiran 12. Hasil Penjadwalan Pada Kelompok Mesin AJL D.................
71
Lampiran 13. Hasil Penjadwalan Pada Kelompok Mesin AJL H2...............
76
Lampiran 14. Hasil Penjadwalan Pada Kelompok Mesin AJL H4...............
80
Lampiran 15. Hasil Penjadwalan Pada Kelompok Mesin AJL TK ..............
84
Lampiran 16. Hasil Penjadwalan Pada Kelompok Mesin ISL B ..................
89
Lampiran 17. Data Konstruksi Benang.........................................................
93
Lampiran 18. Petunjuk Penggunaan Program UPPS ....................................
96
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, ekonomi Indonesia telah mengalami transformasi yang ditandai dengan meningkatnya peranan sektor industri. Di sisi lain, dengan era globalisasi yang semakin tajam, dimana pasar internasional yang semakin terbuka seperti APEC, AFTA dan WTO menuntut agar sektor industri baik swasta maupun negeri dapat lebih berdayakan sehingga mampu memposisikan diri sebagai kekuatan ekonomi nasional. Salah satu sektor industri yang dapat diposiskan sebagai kekuatan ekonomi di Indonesia adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri akan tekstil begitu besar, selain itu industri tekstil juga menduduki salah satu nilai ekspor terbesar. Nilai ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) selama kurun waktu 5 tahun terakhir sampai dengan bulan Mei 2005 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (dalam Juta US$) Tahun
Nilai Ekspor TPT (Juta US$)
2000 2001 2002 2003 2004 2005
8.204,90 7.675,70 6.889,60 7.052,20 7.647,40 3.408,40
Sumber : BPS dan Depperin Mei 2005
Persaingan dunia usaha di era globalisasi ini telah memacu perusahaan untuk berproduksi secara efektif dan efisien, sehingga mampu memiliki daya saing dengan perusahaan lain. Kondisi demikian akan terlaksana jika industri mempunyai perencanaan yang mantap, terutama perencanaan produksi yang diiringi dengan pengendalian terhadap pelaksanaannya. Perencanaan produksi yang baik berusaha membuat produk dengan memanfaatkan berbagai input seperti bahan baku, mesin dan peralatan secara optimal sehingga efisiensi
perusahaan dapat berlangsung lama. Adanya berbagai gangguan produksi dapat menimbulkan ketidakefisienan perusahaan diantaranya antrian yang terjadi pada salah satu lini produksi yang secara langsung akan menghambat terpenuhinya target produksi. Target produksi yang dibuat perusahaan akan terlaksana dengan baik apabila terdapat kelancaran arus produksi dari mulai pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman pesanan. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri tekstil saat ini antara lain adalah kurang efektifnya penjadwalan sehingga terjadi keterlambatan dalam pemenuhan pesanan (order). Salah satu cara yang digunakan dalam penjadwalan adalah dengan menggunakan teknik pengurutan (sequencing). Pengurutan pekerjaan ini merupakan masalah yang cukup penting dalam industri tekstil, karena adanya banyak order sedangkan ketersediaan mesin terbatas. Menurut Machfud (1999), teknik pengurutan (sequencing) bertujuan untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya produksi, yang juga berarti mengurangi jumlah waktu untuk menyelesaikan semua produk (makespan). Selain itu berguna untuk mengurangi rata-rata waktu penyelesaian produk (flow time) dan juga mengurangi keterlambatan (tardiness) untuk produk yang mempunyai batas waktu akhir penyelesaian (due date). Salah
satu
industri tekstil yang
beroperasi di
Indonesia
adalah
PT Unitex. Dalam upayanya untuk menjadi salah satu pelaku bisnis dan agar dapat menghadapi persaingan, PT Unitex perlu mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan pesaingnya, seperti penyelesaian order yang cepat, singkat serta hasil yang bermutu tinggi. Salah satu cara agar suatu perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif adalah dengan mempunyai suatu model penjadwalan yang baik dan terperinci. Salah satu teknik dan model yang tepat untuk menghasilkan jadwal adalah dengan menggunakan aturan pengurutan (sequencing). Di PT Unitex pengurutan pekerjaan ini merupakan masalah yang cukup penting, karena terdapat banyak order yang akan masuk ke proses tenun, sedangkan ketersediaan mesin tenun sangat terbatas. Hal tersebut dapat mengganggu kelancaran produksi, karena dapat menimbulkan suatu antrian
dan juga keterlambatan dalam memenuhi pesanan. Apabila keadaan tersebut dibiarkan secara terus-menerus maka dapat menyebabkan kerugian pada pihak perusahaan, karena perusahaaan akan kalah bersaing dengan perusahaan tekstil lainnya sehingga diperlukan suatu pengembangan model yang tepat dalam masalah pengurutan pekerjaan (sequencing) untuk pesanan-pesanan yang akan masuk pada proses penenunan (weaving).
B. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Mempelajari
serta
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
menjadi
permasalahan pada perencanaan produksi di PT Unitex Bogor. 2. Mengembangkan
model penjadwalan produksi dengan menggunakan
teknik dan metode pengurutan (sequencing).
C. RUANG LINGKUP Penelitian ini dilaksanakan pada industri tekstil PT Unitex Bogor. Ruang lingkup penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada bagian BKP (Biro Koordinasi Pusat) dan kegiatan–kegiatan pada proses produksi penenunan (weaving).
D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN Output dari penelitian ini adalah suatu model penjadwalan dengan metode pengurutan (sequencing) dan model perhitungan kebutuhan benang. Teknik dan model pengurutan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menentukan urutan pesanan (order) yang akan masuk ke mesin tenun (weaving). Model perhitungan kebutuhan benang berguna sebagai alat bantu yang digunakan oleh pihak BKP untuk melakukan penghitungan kebutuhan benang secara cepat dan mudah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk alternatif dalam perencanaan produksi khususnya masalah penjadwalan, sehingga dapat meningkatkan
efektivitas
operasi
produksi
pada
perusahaan
yang
bersangkutan. Seperti mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian pekerjaan, jumlah pekerjaan yang terlambat dalam sistem dan keterlambatan kerja, sementara penggunaan fasilitas dapat dimaksimalkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PERENCANAAN PRODUKSI Peningkatan daya saing industri salah satunya dapat dicapai melalui perencanaan produksi. Perencanaan produksi berhubungan dengan volume, ketepatan waktu penyelesaian, utilisasi kapasitas dan pemerataan beban. Rencana produksi harus sejalan dengan rencana perusahaan. Ada beberapa tipe perencanaan produksi berdasarkan periode waktunya yaitu perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek. Menurut Murdick dan Ross (1990), perencanaan adalah suatu kegiatan memutuskan tentang apa yang perlu dilakukan, pelakunya, waktu pelaksanan dan metode pelaksanaannya. Struktur dari perencanaan menyeluruh dari sebuah organisasi harus diterapkan menjadi suatu himpunan terpadu dari sasaran organisasi. Tanpa adanya himpuanan terpadu ini para manajer dan pegawai mungkin akan mencari sasaran yang bertentangan tanpa menyadari hal tersebut. Perencanaan ini termasuk fungsi organisasional untuk mendapatkan kerangka kerja bagi aktivitas operasional dan pengambilan keputusan. Perencanaan produksi merupakan salah satu fungsi manajemen. Pada perencanaan ditentukan usaha-usaha atau tindakan yang perlu diambil oleh pimpinan perusahaan dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul di masa yang akan datang (Assauri,1980). Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan produksi menurut Assauri (1980), adalah untuk : 1. Mengusahakan agar perusahaan atau pabrik dapat menggunakan barang dan modal seoptimal mungkin. 2. Mengusahakan agar pabrik dapat bekerja paada tingkat efisiensi dan efektivitas tinggi. 3. Dapat menguasai pasar dengan cara berproduksi dengan biaya rendah sehingga dihasilkan produk dengan harga yang rendah pula. 4. menjual produk dalam jumlah yang banyak
Perencanaan dibagi menjadi perencanaan usaha yang bersifat umum dan perencanaan produksi. Perencanaan usaha yang bersifat umum adalah perencanaan kegiatan yang dijalankan oleh setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil untuk mencapai tujuannya. Dalam perencanaan ini ditetapkan tujuan jangka panjang yang merupakan masa depan perusahaan, oleh karena itu perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan di masa depan seperti situasi pasar, keperluan-keperluan pabrik serta trend ekonomi (Assauri, 1980). Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu dimasa depan sesuai dengan yang diramalkan (Assauri, 1980). Ditinjau dari segi horison waktu, proses perencanaan produksi dapat digolongkan kedalam perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek terdiri dari pengadaan bahan, penjadwalan, perintah produksi dan pengendalian. Selain itu output dari perencanaan jangka pendek berupa adanya jadwal produksi, penugasan (assignment), pengurutan atau proiritas (sequencing) dan juga perintah pengadaan (Machfud, 1999).
B. PENJADWALAN PRODUKSI Dalam lingkup perencanaan dan pengendalian produksi, maka pengurutan dan penjadwalan merupakan bentuk dari perencanaan pada level operasional (day-to-day operation). Penjadwalan produksi merupakan kegiatan perencanaan yang dilakukan dengan tepat untuk menghadapi permintaan pasar. Penjadwalan produksi memuat apa yang akan diproduksi, berapa banyak dan kapan akan diproduksi. Penjadwalan digunakan sebagai dasar bagi perencanaan lainnya yang perludikoordinasi dengan cermat, seperti pengadaan bahan, rencana untuk mengangkat dan memberhentikan pekerja (Buffa, 1996).
Penjadwalan dapat diartikan sebagai penentuan susunan pekerjaan yang akan dilakukan, yang berhubungan dengan jumlah pekerjaan, waktu tiap unsur pekerjaan dimulai dan selesai serta tanggal penyerahan barang. Dalam sistem penjadwalan harus dapat ditentukan kegiatan, waktu pengiriman produk, ketepatan perencanaan dan realisasinya (Harsono, 1984). Menurut Herjanto (1990), penjadwalan produksi adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi produksi. Penjadwalan mencakup kegiatankegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan, bahan baku ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi produksi. Penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu (timing) serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan waktu berkenaan dengan masalah pengurutan atau sequencing dan penggunaan sumber daya untuk kegiatan operasi produksi berkenaan dengan masalah penugasan kerja (job assignment) atau pembebanan kerja pada fasilitas produksi (Machfud, 1999). Penjadwalan merupakan rencana urutan kerja serta pengalokasian sumber daya baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan.
Penyusunan
penjadwalan
bertujuan
untuk
mengurangi
keterlambatan kerja dan waktu proses, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerja, mengurangi idle time dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 1995). Menurut Machfud (1999), tujuan dari penjadwalan operasi produksi secara umum adalah untuk memperoleh suatu trade-off antara penggunaan pekerja, mesin atau peralatan dan fasilitas yang efisien dan meminimumkan waktu tunggu pelanggan, inventori dan waktu proses operasi.
C. TEKNIK PENGURUTAN (SEQUENCING) Penjadwalan memberikan suatu dasar penugasan pekerjaan ke pusat pekerjaan. Pembebanan merupakan teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti kelebihan muat dan kekurangan muat. Pengurutan mengkhususkan
pada pesanan dimana pekerjaan harus dilakukan dimasing-masing pusat pekerjaan (Render dan Heizer, 2001). Menurut Baroto (2002), pengurutan pekerjaan merupakan problem yang cukup penting dalam analisis produksi. Problem yang dihadapi adalah karena banyaknya order sedangkan ketersediaan mesin terbatas. Tujuan dari pengurutan adalah untuk membuat prioritas pengerjaan dalam pemrosesan order-order yang masuk. Menurut Machfud (1999), teknik pengurutan (sequencing) bertujuan untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya produksi, yang juga berarti mengurangi jumlah waktu untuk menyelesaikan semua produk (makespan). Selain itu berguna untuk mengurangi rata-rata waktu penyelesaian produk (flow time) dan juga mengurangi keterlambatan (tardiness) untuk produk yang mempunyai batas waktu akhir penyelesaian (due date). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelayanan (pengerjaan) suatu order, antara lain adalah jumlah order yang dijadwalkan, jumlah mesin yang tersedia, tipe manufaktur (flow shop atau job shop) dan yang terakhir adalah pola kedatangan pesanan (statik atau dinamik) (Baroto, 2002). Dalam metode pengurutan diacukan selayaknya aturan prioritas untuk mengirimkan pekerjaan ke pusat pekerjaan. Aturan prioritas memberikan paduan untuk urut-urutan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam sistem dan keterlambatan kerja sementara penggunaan fasilitas bisa maksimum (Render dan Heizer, 2001). Menurut Render dan Heizer (2001), aturan prioritas untuk mengirimkan pekerjaan ke pusat pekerjaan terbagi menjadi empat macam, yaitu : 1. Pertama datang, pertama kali dilayani (first come, first serve), yaitu pekerjaan yang datang terlebih dahulu ke pusat kerja, maka akan diproses terlebih dahulu. 2. Waktu pemrosesan paling cepat atau SPT (Shortest Processing Time),pekerjaan yang membutuhkan waktu paling singkat dilaksanakan terlebih dahulu.
3. Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek atau EDD (Earliest Due Date), yaitu mendahulukan pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek. 4. Waktu pemrosesan paling penjang atau LPT (Longest Processing Time), yaitu dahulukan pekerjaan yang waktu prosesnya paling panjang atau paling lama.
D. MODEL Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu yang disepakati dari suatu sistem nyata. Adapun sistem nyata adalah sistem yang berlangsung dalam kehidupan. Dengan demikian, pemodelan adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu (Simatupang, 1996). Simatupang (1996), menyatakan bahwa model adalah suatu representasi yang memadai dari suatu sistem. Model disebut memadai jika telah selesai dengan tujuan dalam pikiran analsisis. Pemodelan menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga metodologi untuk menganalisis persoalan. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pemodelan bukan dilihat dari besar dan rumitnya model, tapi kecukupan dalam menjawab permasalahan. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah (Eriyatno, 1998). Menurut Simatupang (1996), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem, antara lain : (a) model harus mewakili (merepresentasikan)
sistem
nyatanya;
dan
(b)
model
merupakan
penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu. Pemakaian komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data tidak dapat diabaikan dalam melakukan pengembangan model. Pada tahap implementasi komputer, model abstrak diwujudkan dengan berbagai bentuk persamaan, diagram alir dan diagram blok. Hal terpenting disini adalah
memilih teknik dan bahasa komputer yang digunakan untuk implementasi model (Eriyatno, 1998). Model matematika merupakan suatu alat pembantu yang digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah (problem solving) di bidang manajemen. Pemecahan masalah dengan model matematika didapatkan melalui penggunaan program-program komputer (Winardi, 1989).
E. VERIFIKASI MODEL Verifikasi dan validasi dilakukan setelah program komputer selesai dibuat. Verifikasi dan validasi adalah tahap dalam pemodelan untuk memeriksa diterima atau tidaknya suatu model sebelum model diterapkan. Verifikasi adalah memeriksa sintesa sistem dengan logika dan analitik secara teoritik (Simatupang, 1996). Menurut Eriyatno (1998), validasi model adalah suatu usaha untuk menyimpulkan apakah model sistem merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dimana dapat dihasilkan kesimpulan yang menyakinkan. Apabila model merupakan suatu perwakilan dari sistem nyata yang telah ada (existing sistem) maka digunakan uji statistik untuk mengetahui kemampuan model model dalam mereproduksi perilaku terdahulu sistem. Apabila model digunakan untuk merancang suatu sistem yang belum ada, maka teknik ststistik tidak dapat digunakan untuk melakukan validasi. Validasi model hanya tergantung pada bermacam teori dan asumsi yang menentukan struktur dari format persamaan pada model serta nilai-nilai yang ditetapkan pada parameter model (Eriyatno, 1998).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan dunia usaha di era globalisasi ini telah memacu perusahaan untuk berproduksi secara efektif dan efisien, sehingga mampu memiliki daya saing dengan perusahaan lain. Kondisi demikian akan terlaksana jika industri mempunyai perencanaan yang mantap, terutama perencanaan produksi yang diiringi dengan pengendalian terhadap pelaksanaannya. Perencanaan produksi yang baik berusaha membuat produk dengan memanfaatkan berbagai input seperti bahan baku, mesin dan peralatan secara optimal sehingga efisiensi perusahaan dapat berlangsung lama. Adanya berbagai gangguan produksi dapat menimbulkan ketidakefisienan perusahaan diantaranya antrian yang terjadi pada salah satu lini produksi (lini produksi penenunan) akibat adanya ketidakseimbangan lintasan dan kapasitas, secara langsung akan menghambat terpenuhinya target produksi, yaitu penyelesaian dan pengiriman pesanan.. Target produksi yang dibuat perusahaan akan terlaksana dengan baik apabila terdapat kelancaran arus produksi dari mulai pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman pesanan. Beberapa permasalahan yang terdapat di PT Unitex adalah adanya ketidakseimbangan kapasitas tiap lini produksi serta terbatasnya ketersediaan mesin tenun, sehingga dapat menimbulkan antrian dan keterlambatan dalam menyelesaikan pesanan. Selain itu, adanya ketidakpastian waktu kedatangan pesanan, jumlah dan jenis produk yang dipesan menjadi juga menjadi masalah dalam melakukan penjadwalan produksi. Pada penelitian kali ini akan dibuat suatu model penjadwalan produksi pada lini produksi yang bermasalah, dalam hal ini adalah bagian penenunan (weaving). Teknik dan metode yang digunakan dalam penjadwalan adalah dengan menggunakan suatu aturan pengurutan (sequencing). Pengurutan pekerjaan ini merupakan masalah yang cukup penting dalam industri tekstil, karena adanya banyak order sedangkan ketersediaan mesin terbatas. Dengan adanya model penjadwalan dengan teknik dan metode pengurutan, diharapkan
dapat mengurangi waktu alir rata-rata dari setiap mesin tenun yang beroperasi dan juga dapat mengurangi keterlambatan penyelesaian pesanan. Model kebutuhan benang bertujuan untuk menghitung banyaknya jumlah benang yang diperlukan untuk membuat suatu produk pada tiap-tiap pesanan. Dengan model ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah pihak BKP dalam menyediakan bahan baku untuk lebih memperlancar penjadwalan produksi. Pengembangan model penjadwalan produksi dan perhitungan kebutuhan benang dilakukan dengan pendekatan berencana, dimana tujuan utamanya menguraikan masalah, mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif untuk penyelesaian masalah yang spesifik. Adapun gambar diagram alir kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Solusi yang dihasilkan menggunakan pendekatan berencana berupa model penjadwalan produksi dengan teknik dan metode pengurutan atau penentuan prioritas (sequencing) pada mesin tenun.
Gambar 1. Diagram alir kerangka penelitian
B. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan berencana. Tahapan berencana adalah suatu pendekatan yang diawali dengan melakukan identifikasi permasalahan dan dalam penyelesaiannya diakhiri dengan penyusunan suatu model. Menurut Thierauf dan Klekamp (1975), langkahlangkah dalam pendekatan berencana adalah seperti pada Gambar 2. Tahapan pendekatan berencana terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu : 1. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi secara nyata, seperti observasi terhadap fakta-fakta, opini dan gejala-gejala yang mengarah kepada permasalahan. 2. Definisi permasalahan yang sebenarnya ada di PT Unitex, yaitu adanya ketidakseimbangan lintasan serta kapasitas yang berbeda-beda pada tiap tahapan produksi, sehingga menimbulkan antrian. Antrian ini terjadi pada tahapan produksi penenunan (weaving), karena tahap inilah tahap yang membutuhkan waktu proses terpanjang. 3. Pengembangan alternatif melalui analisis data dan variabel keputusan serta kendala yang ada. 4. Pemilihan penyelesaian optimal melalui tahap analisa alternati-alternatif dengan bantuan komputer. 5. Verifikasi solusi optimum melalui tahap implementasi. 6. Membuat kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi, serta formulasi permasalahan yang mengandung umpan balik terhadap observasi awal.
Gambar 2. Skema tahapan pendekatan berencana (Thierauf dan klekamp 1975)
C. TATA LAKSANA 1. Kajian Pustaka dan Observasi Lapang Kajian pustaka dilakukan untuk mempelajari sistem perencanaan produksi yang ada. Observasi lapang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan perencanaan produksi dan penjadwalan pada PT Unitex. 2. Identifikasi Masalah Pada tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, kendala-kendala terhadap penyelesaian masalah, serta asumsi-asumsi untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Dalam hal
ini
permasalahan
yang
muncul
adalah
akibat
dari
ketidakseimbangan lintasan serta kapasitas yang berbeda-beda pada tiap tahapan produksi, sehingga menimbulkan antrian. Antrian ini terjadi pada tahapan produksi penenunan (weaving), karena tahap inilah tahap yang membutuhkan waktu proses terpanjang. 3. Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan di PT Unitex pada bagian BKP (Biro Koordinasi Pusat). Pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang yang meliputi pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak yang terkait terhadap pelaksanaan perencanaan produksi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bagian BKP. Data yang dikumpulkan berupa data pesanan pada bulan Mei – Agustus 2005, data kapasitas mesin tenun, data jumlah dan jenis mesin tenun, data alokasi desain pada mesin tenun serta data konstruksi dari tiap-tiap jenis pesanan. 4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik dan model pengurutan pesanan (sequencing) dengan dua aturan, yaitu SPT dan EDD. Data yang dijadikan masukan dalam model penjadwalan produksi adalah data pesanan, data jumlah dan jenis mesin tenun yang tersedia, data
kapasitas mesin tenun dan data alokasi desain pada mesin tenun. Data pesanan dan konstruksi produk juga digunakan sebagai masukan pada model perhitungan kebutuhan benang 5. Perancangan Model Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pengembangan model yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya model akan diterjemahkan ke dalam program komputer. Model yang digunakan untuk penjadwalan produksi dengan menggunakan teknik urutan terdiri dari input dan output. Input utama berupa data pesanan (order) serta data hari penyelesaian (due date), jenisjenis mesin tenun dan juga kapasitasnya. Output terdiri dari jadwal produksi dengan menggunakan aturan SPT dan EDD, pada tiap jadwal tersebut
akan
dihitung
lamanya
waktu
penyelesaian
rata-rata,
keterlambatan rata-rata dan jumlah produk yang terlambat. 6. Implementasi dan Verifikasi Pada tahap implementasi, hasil rancangan sistem diimplementasikan dalam suatu bentuk program komputer dengan menggunakan Visual Basic 6.0 sebagai perangkat lunak yang membantu pembuatan user interface (antar muka pengguna), Microsoft Access 2003 sebagai perangkat lunak untuk menyimpan basis data. Model yang telah terbentuk dalam sistem yang dibuat dilakukan verifikasi untuk mengetahui apakah model tersebut cukup layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
IV. PERENCANAAN PRODUKSI PT UNITEX
A. PERENCANAAN PRODUKSI Proses perencanaan dan pengendalian produksi
di PT Unitex
dilakukan oleh suatu Badan atau Departemen khusus yang diberi nama dengan Biro Koordinasi Pusat (BKP). Tujuan dari BKP ini adalah untuk membuat suatu perencanaan produksi berdasarkan kapasitas mesin terpasang dan urutan kerja serta melakukan pemantauan dan pengendalian produksi sesuai dengan rencana jadwal. Ruang lingkupnya meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian produksi yang menyangkut usaha untuk mengoptimalkan tingkat produktivitas efisiensi dan efektivitas
proses produksi dalam kaitannya
dengan jadwal, urutan kerja dan kapasitas mesin terpasang. Perencanaan pada PT Unitex adalah penjadwalan proses produksi kain dengan mempertimbangkan semua faktor pendukung. Pemantauan disini adalah pendataan realisasi produksi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian adalah tindakan untuk menjaga
agar realisasi semaksimal
mungkin sesuai rencana serta menyiapkan revisi jadwal apabila jadwal pertama tidak berjalan maksimal. BKP bertanggung jawab terhadap perencanaan, pemantauan dan pengendalian produksi, selain itu juga bertanggung jawab terhadap proses pengiriman barang hingga sampai ketangan konsumen dan terhadap jaminan mutu. Prosedur perencanaan produksi di PT Unitex adalah sebagai berikut : 1. Instruction Letter Instruction letter adalah dokumen yang dibuat oleh bagian Marketing PT Unitex yang ditujukan kepada bagian BKP dan Teknik Produksi. Instruction letter berisi mengenai banyaknya order yang harus dibuat atau dipenuhi oleh perusahaan. Contoh dokumen instruction letter dapat dilihat pada Lampiran 1. Instruction letter yang masuk kebagian perencanaan pada dasarnya belum terdapat kesepakatan rencana pengiriman. Dalam hal ini tugas BKP-lah yang menentukan kapan rencana
pengiriman akan dilakukan berdasarkan dari ketersediaan kapasitas mesin tenun, yang kemudian dikonfirmasikan lagi ke bagian Marketing.. Standar waktu penyelesaian pesanan dapat dilihat pada Tabel 2. Dokumen yang memuat ketersediaan kapasitas mesin tenun disebut sebagai laporan Balance Capacity Order, dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 2. Standar Penyelesaian Proses Produksi (keadaan khusus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Terima order Bunkai Sekei Order benang Cari warna Order warna Celup benang Proses weaving Proses dyeing dan finishing Packing list Jumlah
Waktu (hari) 1 3 4 4 1 7 20 4 1 45
2. Permintaan Yarn Skin, Lab Dip serta Handloom Lab Dip adalah contoh untuk kain polos. Yarn Skin merupakan contoh warna benang untuk kain corak dan Handloom adalah contoh warna untuk kain corak. Lab dip dan Handloom adalah sampel produk dalam bentuk kain, sedangkan yarn skin adalah sampel dalam bentuk warna. Tujuan dari permintaan Lab dip, yarn skin dan Handloom adalah untuk mencocokkan warna antara pihak perusahaan dengan pihak pembeli. Oleh karena itu jika order yang masuk membutuhkan sampel warna terlebih dahulu untuk disetujui oleh pihak pembeli, maka harus dibuat Lab Dip,Yarn Skin dan juga Handloom yang sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak pembeli. Sedangkan untuk order yang tidak membutuhkan sampel warna terlebih dahulu, maka langsung bisa dilakukan proses produksi untuk order tersebut.
3. Penyusunan Urutan Kerja berdasarkan kapasitas Mesin Tenun Proses produksi dimulai setelah bagian Marketing mengeluarkan perintah mulai proses, karena sudah terdapat kecocokan antara pesanan pelanggan dengan produk yang dibuat pada PT Unitex. Berdasarkan perintah dari bagian Marketing, BKP memulai perencanaan dengan menyusun urutan kerja tiap order berdasarkan pemakaian dan kapasitas mesin tenun. Hasil penyusunan urutan kerja tiap order per jenis mesin dengan mempertimbangkan kapasitas masing-masing mesin tenun akan dituangkan menjadi rencana jadwal umum produksi secara keseluruhan dan akan dikonfirmasikan kebagian Marketing. Rencana urutan kerja berupa tanggal penyelesaian dari tiap-tiap tahapan produksi. Tahapan produksi tersebut terdiri dari bunkai sekei (bagian teknik produksi), order benang (spinning), cari warna pada (Lab Dip) kemudian order warna, order celup benang (bagian celup benang) , proses penenunan (dikendalikan pleh BKP sendiri), lalu proses Dyeing (bagian dyeing) dan Packing List (bagian garansi mutu). Untuk lebih jelasnya mengenai urutan produksi akan dijelaskan pada sub-bab proses produksi. Dalam pembuatan rencana urutan kerja, bagian BKP bekerja sama dengan bagian-bagian lain yang terkait seperti bagian pemintalan benang (spinning), bagian celup benang, bagian penyempurnaan kain dan bagian garansi mutu. Bagian penenunan kain atau pembuatan kain mentah sepenuhnya dilakukan oleh pihak BKP, karena pada bagian tenun sering terdapat masalah sehingga diperlukan suatu perencanaan yang lebih matang. Perencanaan pada bagian tenun diperlukan, karena dalam membuat rencana jadwal produksi dan pengiriman produk selalu didasarkan pada ketersediaan dan kapasitas mesin tenun. Permasalahan yang terjadi adalah adanya antrian pada saat order akan masuk ke bagian penenunan (weaving). Antrian ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan lini produksi dan kapasitas antar tahap produksi. Jumlah dan kapasitas mesin tenun yang terbatas menjadi kendala dalam melakukan penjadwalan.
4. Pemantauan Produksi Kain Pada perencanaan yang satu ke perencanaan berikutnya dilakukan pemantauan produksi oleh kepala unit dan kepala bagian BKP dan apabila dibutuhkan perubahan maupun pengendalian, pengawas BKP akan memberikan revisi jadwal produksi kepada bagian terkait. Pada proses ini yang dilakukan adalah melakukan pemantauan terhadap realisasi dari rencana jadwal produksi, mulai dari order benang sampai dengan penyerahan kain mentah dari bagian weaving ke bagian finishing atau packing list, dan produser ini diakhiri dengan melakukan pemantauan jalannya proses pengiriman barang sampai ke tangan pembeli.
5. Pengendalian Produksi Pengendalian produksi bertujuan untuk menjaga
agar realisasi
semaksimal mungkin sesuai rencana jadwal serta menyiapkan revisi jadwal apabila jadwal pertama tidak berjalan maksimal.
Penerimaan Instruction Letters
Permintaan Handloom
Permintaan yarn skin ke bagian celup benang
Permintaan Lab Dip ke bagian celup kain
Penempatan order berdasarkan kapasitas mesin produksi serta perhitungan kapasitas (Balance Capacity) Penyusunan rencana pengiriman
Konfirmasi rencana pengiriman ke bagian pemasaran
Tidak
Ya Penyusunan jadwal urutan produksi Pembuatan order benang Pembuatan order celup benang Penjadwalan proses produksi kain mentah pada tahap penenunan (weaving)
Pendataan dan permintaan realisasi produksi Ya Pemantauan proses produksi sampai ke pengiriman Pengendalian proses sesuai dengan rencanan pengiriman
Gambar 3. Proses perencanaan, pemantauan dan pengendalian produksi PT Unitex
B. PROSES PRODUKSI Proses produksi adalah rangkaian operasi yang dilalui bahan baku (kapas dan polyester) baik secara fisik atau kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. Prinsip utama dari perusahaan adalah membuat produk sesuai dengan pesanan (order). Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan adalah kapas (cotton) dan polyester. Biasanya dalam membuat suatu produk dibutuhkan bahan baku dalam campuran yang berbeda-beda, tergantung permintaan konsumen. Sebagai contoh, biasanya di tulis komposisi CVC 55/45 yang berarti 55 % adalah cotton dan 45 % adalah polyester. Proses produksi pada PT. Unitex dimulai dari adanya permintaan atau pesanan konsumen (order). Pesanan tersebut dicatat atau dimasukkan oleh bagian pemasaran sebagai instruction letter yang kemudian diberikan oleh bagian pabrik (factory). Pihak BKP yang nantinya akan bertanggungjawab membuat pesanan itu sejak dari bahan baku sampai pada barang jadi dan proses pengiriman. Pembuatan suatu produk (kain) membutuhkan beberapa tahapan, dimana setiap tahapan terdiri dari sekelompok fasilitas. Fasilitas dapat berupa mesin, pekerja, departemen dan lini produksi. Tahap pertama setelah diterimanya order, dilakukanlah proses yang disebut bunkai sekei. Bunkai sekei adalah proses untuk menentukan warna pesanan, jenis desain, jenis dan banyaknya benang yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. Bunkai sekei dilakukan oleh bagian teknik produksi. Jadi apabila terjadi ketidaksesuaian antara hasil produksi dengan pesanan, seperti warna yang beda atau desain berbeda, maka bagian teknik produksi yang akan bertanggungjawab. Apabila ternyata sampel untuk warna belum ada, maka bagian BKP melakukan order warna pada bagian Lab Dip, namun jika sudah ada maka akan diteruskan ke proses selanjutnya. Contoh dokumen Bunkai sekei dapat dilihat pada Lampiran 3. Selanjutnya adalah order benang pada bagian pemintalan (spinning), jumlah dan jenis benang diketahui dari hasil bunkai sekei. Setelah benang tersedia, proses berikutnya adalah melakukan order celup benang. Pihak yang
bertanggung jawab adalah antara bagian celup benang dan BKP. Dokumen order celup benang dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah benang tersedia dan sudah dicelup, maka selanjutnya akan masuk kepada proses penenunan. Namun sebelum masuk ke proses penenunan terlebih dahulu dilakukan persiapan penenunan, terdiri dari proses warper, sizing dan reaching. Warper adalah proses penggulungan benang pada beam (tempat benang pada saat weaving), 1 beam terdapat 5000 benang. Sizing adalah proses pemberian kanji pada benang yang sudah digulung pada beam, tujuannya agar mempermudah memasukkan benang pada saat reaching. Reaching adalah proses dimana tiap 1 helai benang dimasukkan kedalam tiap lubang jarum
pada mesin tenun. Setelah semua tahap persiapan selesai,
barulah order siap dikerjakan pada mesin tenun.Weaving (Penenunan) adalah tahapan yang memproses benang menjadi kain. Setelah selesai di tenun akan dihasilkan kain mentah, selanjutnya masuk pada tahapan dyeing yaitu tahap dilakukannya pemolesan kain terhadap warna, penampilan dan pegangan (handling), yang berupa penghilangan kanji. Bagian ini merupakan bagian pemrosesan kain yang terakhir mulai dari bahan baku kapas dan polyester sampai pada produk kain yang siap dipasarkan (finished goods). Setelah menjadi finished goods, maka kain akan masuk pada tahapan garansi mutu untuk diperiksa kesalahannya, kemudian akan masuk kepada packing list untuk siap dikirimkan. Dokumen pengiriman kain dari bagian Dyeing ke bagian garansi mutu dapat dilihat pada Lampiran 5. Dokumen pengiriman pesanan dapat dilihat pada Lampiran 6. Diagram alir proses produksi kain dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses produksi kain di PT. Unitex
V. PEMODELAN SISTEM
A. ASUMSI MODEL Dalam pengembangan model ini digunakan beberapa asumsi, yaitu 1. Ruang lingkup penjadwalan hanya sebatas lini produksi penenunan (weaving), dimana penjadwalan dalam proses produksi sebelumnya tidak dijabarkan secara terperinci, hanya disebutkan lama waktu saja. 2. Model yang dirancang mengakomodir lama persiapan atau lama waktu penjadwalan sebelum proses tenun yang di masukan ke dalam model berdasarkan kondisi nyata di lapangan. 3. Selama proses produksi berlangsung, mesin-mesin yang digunakan dalam kondisi baik, sehingga peluang terjadinya kerusakan pada mesin dapat diabaikan. 4. Mesin mempunyai waktu istirahat satu hari sebelum melakukan operasi selanjutnya. 5. Kapasitas mesin-mesin tenun adalah 120 m2 (1 tansu) per hari. 6. Pesanan-pesanan yang ada dikelompokkan berdasarkan jenis mesin, kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan start date. 7. Start date adalah tanggal dimana pesanan telah siap untuk diproses kedalam mesin tenun (weaving). B. RANCANGAN MODEL Untuk membantu proses perencanaan produksi, dikembangkan suatu model penjadwalan dan model perhitungan kebutuhan benang. Model penjadwalan
produksi
digunakan
untuk
mempermudah
pengambilan
keputusan mengenai urutan prioritas pengerjaan pesanan (sequencing) yang yang harus dilaksanakan oleh bagian penenunan (weaving), sehingga dapat meminimalkan waktu alir rata-rata dan juga keterlambatan rata-rata pada tiap mesin. Proses penenunan dapat dilaksanakan antara lain ditentukan oleh ketersediaan benang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan produksi dan pada
waktu yang sesuai dengan jadwal urutan prioritas proses penenunan. Untuk itu dirancang model kebutuhan benang untuk setiap produk yang sudah ditetapkan jadwal proses pewarnaannya. Keluaran dari model ini disampaikan ke bagian celup benang yang mempersiapkan benang untuk proses penenunan. Model perencanaan produksi dikemas dalam suatu paket program atau perangkat lunak yang dinamakan UPPS ( Unitex Production Planning System) untuk membantu proses perencanaan produksi di PT Unitex. Paket program UPSS ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic Version 6.0. untuk pengembangan model dan Microsoft Access 2003 sebagai pengolahan basis data. UPPS memiliki 7 basis data utama dalam sistem, yaitu basis data jenis desain, basis data jenis dan jumlah mesin tenun, basis data jenis warna, basis data kode produk, basis data nama pelanggan, basis data pesanan dan basis data alokasi desain pada mesin tenun. Selain tujuh basis data, program UPPS memiliki dua basis model, yaitu model penjadwalan produksi dan model perhitungan kebutuhan benang. Kedua model yang terdapat pada paket program UPPS tidak memiliki keterkaitan satu sama lain.
1. Kerangka Model a. Model Penjadwalan Produksi Model penjadwalan produksi ini digunakan untuk menghasilkan suatu jadwal produksi berdasarkan rencana pengiriman (due date). Dalam model penjadwalan ini, lebih ditekankan kepada prioritas urutan pengerjaan suatu pesanan yang akan masuk kedalam mesin tenun.
Metode
yang
digunakan
adalah
metode
pengurutan
(sequencing). Permasalahan pengurutan adalah menentukan order atau urutan operasi, proses atau pembuatan suatu kumpulan produk melalui satu atau beberapa fasilitas (mesin / orang) secara optimum (Machfud, 1999). Teknik pengurutan ini dilakukan pada n produk pada m mesin, seperti pada gambar dibawah ini.
M1 M2 (produk)
M3
Gambar 5. Penjadwalan Produksi dengan m mesin paralel Dalam metode pengurutan diacukan selayaknya aturan prioritas untuk mengirimkan pekerjaan ke pusat pekerjaan. Aturan prioritas memberikan paduan untuk urut-urutan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam sistem dan keterlambatan kerja sementara penggunaan fasilitas bisa maksimum (Render dan Heizer, 2001). Dalam teknik urutan ini digunakan dua macam aturan, yaitu : 1. Waktu pemrosesan paling cepat atau SPT (Shortest Processing Time),pekerjaan
yang
membutuhkan
waktu
paling
singkat
dilaksanakan terlebih dahulu. 2. Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek atau EDD (Earliest Due Date), yaitu mendahulukan pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek. Menurut Machfud (1999), SPT (Shortest Processing Time), merupakan aturan yang cukup baik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi secara pararel, untuk mendapatkan : 1. Waktu rata-rata penyelesaian produk atau MFT yang minimum (mean flow time ), yang dirumuskan dengan : n
1 Fs = P i (n – i + 1) n ‡” 1= 1 Fs Pi n
= waktu alir rata-rata = waktu proses ( i = 1,2,..,n ) = banyaknya pekerjaan atau pesanan
2. Meminimumkan waktu rata-rata menunggu semua produk untuk dikerjakan, dengan persamaan : n
1 Ws = n ‡” u =2 Ci,u
(Ci,u – Ci,u-1)
= waktu penyelesaian pekerjaan ke-i pada urutan ke-u
Aturan EDD menyatakan bahwa dahulukan produk dengan due date terkecil. Tujuan aturan EDD adalah untuk meminimumkan jumlah produk yang selesainya melewati batas waktu dan meminimasi kelambatan
maksimum
atau
meminimasi
ukuran
kelambatan
maksimum suatu pekerjaan yang dirumuskan dengan L ^u
= 1/n x ∑ ( Fi - di )
Di = Batas akhir suatu produk ke-I harus selesai n = Jumlah pekerjaan Kekurangan aturan ini adalah akan menambah keterlambatan rata-rata, karena selalu order yang jatuh temponya pendek didahulukan dan order yang jatuh temponya panjang menjadi menumpuk. Untuk kedua aturan tersebut akan dihitung nilai kelambatan ratarata (mean lateness, Ls), dirumuskan dengan : n
1 Ls = n ‡”Li, s 1=1 Hasil dari model penjadwalan produksi ini akan dijadikan suatu acuan untuk memperbaiki penjadwalan yang ada di PT Unitex, terutama untuk mengatasi masalah antrian pesanan yang akan masuk kedalam bagian tenun (weaving). Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi
b. Model Perhitungan Kebutuhan Benang Model perhitungan kebutuhan benang dimaksudkan untuk menghitung benang yang dibutuhkan untuk tiap-tiap order yang nantinya digunakan untuk order celup benang pada bagian celup benang, sehingga benang-benang yang dibutuhkan dalam proses produksi dapat tersedia. Diagram alir deskriptif model perhitungan kebutuhan benang dapat dilihat pada Gambar 7. HB
Di mana
=
Jo(m) × up × (Bt + By ) 120
HB = Hitung benang (dalam Bal) Jo = Jumlah order (dalam Meter) Up = Kelebihan atau toleransi sebesar 1.20 Bt = Berat tate (dalam Lbs) By = Berat Yoko (dalam Lbs
Mulai
Data jenis produk / item Data konstruksi benang yang mencakup penyusun, ukuran berat jenis serta bobot)
Masukan kode produk dan jumlah pesanan ( m ) Hitung kebutuhan benang (Bal)
Perencanaan Kebutuhan Benang
Selesai
Gambar 7. Diagram alir deskriptif bahan
model perencanaan kebutuhan
2. Struktur Basis Data Model penjadwalan dan model perhitungan kebutuhan benang menggunakan masukan data sebagai berikut :
a. Basis Data Jenis Desain Basis data desain ini berisi mengenai jenis desain yang diproduksi oleh PT. Unitex. Jenis desain ini berpengaruh kepada jenis mesin tenun yang digunakan. Jenis-jenis desain ini adalah model atau tipe anyaman yang akan masuk pada mesin tenun. Sistem
basis
data
jenis
desain
ini
dirancang
untuk
memungkinkan pengguna melakukan kegiatan input (penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. Basis data jenis desain dapat dilihat pada Lampiran 7.
b. Basis Data Jenis Warna Basis data jenis warna ini berisi mengenai jenis warna yang diproduksi oleh PT. Unitex. Jenis warna ini berpengaruh kepada proses pencelupan benang. Sistem basis data jenis warna ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan kegiatan input (penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan.
c. Basis Data Jenis Produk Basis data jenis produk ini berisi mengenai jenis produk yang diproduksi oleh PT. Unitex. Sistem basis data jenis produk ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan kegiatan input (penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. Basis data jenis produk dapat dilihat pada Lampiran 8.
d. Basis Data Jenis Mesin Basis data jenis mesin ini berisi mengenai jenis mesin tenun yang terdapat di PT. Unitex. Sistem basis data jenis mesin ini dirancang untuk
memungkinkan
pengguna
melakukan
kegiatan
input
(penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. Basis data jenis mesin dapat dilihat pada Lampiran 7.
e. Basis Data Pelanggan Basis data pelanggan merupakan data yang berisi mengenai nama-nama pembeli (buyer). Sistem basis data pelanggan ini dirancang untuk
memungkinkan
pengguna
melakukan
kegiatan
input
(penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. Basis data pelanggan dapat dilihat pada Lampiran 9.
f. Basis Data Pesanan Basis data pesanan ini terdiri dari nomor kontrak (order), tanggal
order, nama pelanggan(buyer), jenis produk, jenis desain, jenis warna dan jumlah pesan. Sistem basis data pesanan ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan kegiatan input (penambahan data) ataupun pengurangan data, sehingga dapat terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. Basis data pesanan dapat dilihat pada Lampiran 10.
g. Basis Data Konfigurasi Kapasitas dan Alokasi Mesin Basis data konfigurasi kapasitas dan alokasi mesin ini berisi mengenai alokasi desain-desain pada mesin tenun beserta kapasitas dari tiap-tiap mesin tenun per hari. Basis data konfigurasi kapasitas dan alokasi mesin dapat dilihat pada Lampiran 11.
C. KONFIGURASI MODEL Model perencanaan produksi dikemas dalam suatu paket program atau perangkat lunak yang dinamakan UPPS ( Unitex Production Planning System) untuk membantu proses perencanaan produksi di PT Unitex. UPPS ini berguna untuk membantu pihak BKP untuk melakukan penjadwalan yang lebih terperinci pada bagian atau lini produksi penenunan (weaving), dengan menggunakan teknik pengurutan atau prioritas pekerjaan (sequencing). Keluaran dari program ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih optimal, seperti meminimalkan waktu keterlambatan suatu pesanan. Apabila program UPPS dijalankan pertama kali, akan muncul splash
screen yang memberikan informasi tentang nama paket program dan menu login yang meminta pengguna (user) untuk memasukkan kata kunci (password). Tampilan login pada program UPPS ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Tampilan Login Program UPPS Setelah pengguna memasukkan password pada menu login, akan ditampilkan halaman utama paket program UPPS. Pada halaman utama terlihat ada beberapa menu, yaitu : menu deskripsi desain, menu deskripsi warna, menu deskripsi produk, menu deskripsi mesin, menu dekripsi pelanggan (buyer), menu alokasi desain pada mesin tenun, inisialisasi order. Selanjutnya terdapat dua model perhitungan yaitu, penjadwalan produksi dan perhitungan kebutuhan benang. Tampilan halaman utama paket program UPPS dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 . Tampilan halaman utama
1. Basis Data Basis data yang terdapat dalam paket program UPPS ini terdapat pada menu inisialisasi deskripsi desain, inisialisasi deskripsi warna, inisialisasi deskripsi produk, inisialisasi deskripsi mesin, inisialisasi deskripsi pelanggan, inisialisasi deskripsi data pesanan dan juga data mengenai alokasi desain pada mesin tenun. Inisialisasi deskripsi desain berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap jenis desain yang terdapat di PT. Unitex. Desain ini berupa macam-macam anyaman yang dapat dihasilkan oleh mesin tenun. Tampilan inisialisasi desain dapat dilihat pada Gambar 10. Inisialisasi deskripsi warna berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap jenis warna yang terdapat di PT. Unitex. Inisialisasi deskripsi produk berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap jenis produk atau item yang diproduksi oleh PT. Unitex. Tampilan inisialisasi warna dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 10. Tampilan inisialisasi desain
Gambar 11. Tampilan inisialisasi warna Inisialisasi deskripsi mesin berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap jenis dan jumlah mesin tenun yang terdapat di PT. Unitex. Selain itu menu ini dapat diketahui berapa kapasitas tiap mesin per hari (satuan m2). Tampilan inisialisasi mesin dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Tampilan inisialisasi mesin tenun Inisialisasi deskripsi produk berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap kode produk yang terdapat di PT Unitex. Kode produk juga berarti jenis kain atau jenis produk. Tampilan inisialisasi produk dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Tampilan inisialisasi mesin tenun
Alokasi desain digunakan untuk memasukkan jenis desain ke mesinmesin-mesin tenun, karena tiap mesin tenun mengerjakan jenis desain yang berbeda-beda. Tampilan inisialisasi alokasi desain pada mesin tenun dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Tampilan inisialisasi alokasi desain Inisialisasi order (order entry) berguna untuk memasukkan order atau jenis pesanan pelanggan. Pada menu ini berisi informasi mengenai nomor order, kode order, tanggal order, tanggal pengiriman (due date) dan tujuan order. Selain itu pada menu ini terdapat tampilan detail order seperti jenis produk, warna, desain dan juga jumlah pesan. Tampilan inisialisasi order dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tampilan inisialisasi pesanan
2. Basis Model Dalam paket program UPPS terdapat dua macam model, yaitu model penjadwalan produksi dan model perhitungan kebutuhan bahan (benang). Model penjadwalan digunakan untuk mendapatkan urutan terbaik dari
pesanan yang akan masuk ke mesin tenun. Sedangkan model perhitungan kebutuhan bahan digunakan untuk mendapatkan berapa banyak benang yang harus dipersiapkan dan dipesan pada departemen pembuat benang (spinning).
a. Model Penjadwalan Produksi Sebelum melakukan penjadwalan, terlebih dahulu pengguna harus memasukkan jenis mesin pada tiap-tiap produk atau pesanan, tujuannya adalah agar penjadwalan lebih sistematis dan terperinci. Selanjutnya pengguna juga harus memasukkan lama hari persiapan sebelum
pesanan atau produk diproses atau masuk kebagian
penenunan serta lamanya proses finishing. Tampilan mengenai penentuan mesin dan lama hari persiapan dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tampilan halaman penentuan mesin, waktu persiapan dan finishing. Model penjadwalan produksi ini menggunakan teknik dan metode pengurutan (sequencing) dengan dua aturan, yaitu SPT dan EDD. Pada menu penjadwalan produksi terdapat dua pilihan aturan pengurutan. Selain itu, dapat dilihat periode penjadwalan produksi yang berbeda-beda pada tiap-tiap jenis mesin. Tampilan menu penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Tampilan halaman menu penjadwalan produksi
b. Model Perhitungan Benang Model ini berisikan mengenai konstruksi dari tiap-tiap pesanan. Data yang dimasukkan berupa jenis produk yang dipesan dan juga banyaknya jumlah pesan (satuan m). Selanjutnya untuk mengetahui banyaknya benang yang diperlukan, maka klik hitung. Selanjutnya akan didapat banyaknya benang yang dibutuhkan (dalam Bal). Benang yang diperlukan terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu benang pakan (vertikal) dan benang lusi (horizontal). Contoh tampilan perhitungan kebutuhan benang dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Tampilan halaman menu perhitungan kebutuhan benang
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. MODEL PENJADWALAN PRODUKSI Salah satu kendala yang menghambat kegiatan produksi di PT Unitex adalah terjadinya ketidakseimbangan lini produksi, karena kapasitas dari tiaptiap bagian tidak sama besar. Keadaan seperti inilah yang sering mengakibatkan keterlambatan atau melewati batas waktu (due date) dalam memenuhi suatu pesanan. Permasalahan terbesar terdapat pada lini produksi penenunan (weaving). Pada lini penenunan sering terjadi antrian pesanan yang menunggu giliran untuk dikerjakan. Masalah ini terjadi karena terlalu banyak
order, sedangkan jumlah mesin yang ada terbatas dan waktu pemrosesan terpanjang dibanding dengan tahap lainnya. Adanya masalah-masalah tersebut, sehingga diperlukan untuk dibuat suatu alternatif dari model penjadwalan produksi dengan menggunakan teknik pengurutan (sequencing). Model penjadwalan tersebut terdiri dari dua macam alternatif teknik pengurutan pesanan, yaitu berdasarkan waktu pemrosesan terpendek atau SPT (Short Processing Time) dan tanggal jatuh tempo tercepat atau EDD (Earliest
Due Date). Dari kedua metode tersebut akan dihitung waktu alir rata-rata dan rata-rata keterlambatan dari tiap-tiap jenis mesin pada setiap periode penjadwalan. Penjadwalan yang dilakukan mengakomodir lama waktu penjadwalan sebelum tahap penenunan yang di masukan ke dalam model berdasarkan kondisi nyata di lapangan. Sehingga model penjadwalan dilakukan untuk menentukan pada saat pesanan tersebut akan masuk kepada bagian penenunan (weaving). Data yang digunakan adalah data order aktual pada bulan Mei 2005 sampai dengan bulan Agustus 2005. Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan jadwal produksi ketika produk atau pesanan masuk ke lini produksi penenunan (weaving) dengan membandingkan waktu alir rata-rata dan rata-rata keterlambatan serta jumlah pekerjaan yang terlambat dari kedua aturan yang dipakai, yaitu aturan SPT dan EDD.
Jadwal produksi tersebut didapat dengan mengelompokkan tiap-tiap produk atau pesanan kedalam jenis-jenis mesin tenun berdasarkan jenis desain. Adapun jenis dan jumlah mesin tenun yang terdapat di PT Unitex dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan jumlah serta alokasi desain pada mesin tenun PT Unitex
No.
Jenis Mesin
1 2 3 4 5
AJL Dobby AJL H2 AJL H4 AJL Tsudakoma ISL Baru
Jumlah Mesin 4 5 5 5 5
Alokasi Desain DOBBY, HIRA, POPLIN STOCK STOCK STRIP CHECK
Setelah dikelompokkan, kemudian dihitung kapan tanggal start date.
Start date adalah tanggal dimana pesanan tersebut sudah siap untuk masuk ke mesin tenun, namun bukan berarti tanggal untuk memulai penjadwalan, karena harus tetap menunggu mesin selesai memproses pesanan sebelumnya. Hasil dari pengelompokan pesanan pada mesin AJL D dan start date dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa dalam periode penjadwalan terdapat 27 pesanan yang akan diproses menggunakan mesin AJL D pada start date yang berbeda-beda. Start date didapat dari tanggal order ditambah 5 hari dan ditambah jumlah hari yang telah dilalui order pada tahap-tahap sebelum penenunan, seperti bunkai sekei, order benang dan celup benang. Penambahan 5 hari adalah jumlah hari pada tahapan persiapan (warper, sizing, reaching) sebelum proses penenunan (weaving). Penjadwalan yang ada diasumsikan sebagai awal periode penjadwalan, sehingga semua
mesin
dalam keadaan
menganggur (idle).
Setelah
dikelompokkan berdasarkan jenis mesin serta tanggal start date, kemudian kita pilih metode pengurutan yang digunakan. Dari kedua metode pengurutan (SPT dan EDD) akan dihitung waktu alir rata-rata atau MFT (mean flow time) dan keterlambatan rata-rata atau ML (mean lateness) tiap produk pada tiap mesin.
Tabel 4. Kelompok pesanan pada mesin AJL D No.
Kode order
tgl order
Kode produk
jumlah (m2)
Lama proses
persiapan
start date
1
C-6820-E
4-May-2005
75280
3,657.00
31
19
28-May-05
2
C-6924-EB
9-May-2005
6592144
2,286.00
20
14
28-May-05
3
C-6924-EB
9-May-2005
659144
1,371.00
12
14
28-May-05
4
C-6924-EB
9-May-2005
692030
2,000.00
17
14
28-May-05
5
C-6924-EC
10-May-2005
6592144
3,000.00
25
13
28-May-05
6
C-6924-EF
17-May-2005
45290
2,286.00
20
6
28-May-05
7
C-6925-EA
20-May-2005
45290
2,743.40
23
3
28-May-05
8
C-6979-D
23-May-2005
459290
1,500.00
13
0
28-May-05
9
C-6988-D
5-Jun-2005
75990
1,200.00
10
16
26-Jun-05
10
C-6997-E
5-Jun-2005
690050
1,371.00
12
16
26-Jun-05
11
C-7029-D
13-Jun-2005
50070
3,657.60
31
8
26-Jun-05
12
C-7028-D
13-Jun-2005
60205
3,108.96
26
8
26-Jun-05
13
C-7033-E
15-Jun-2005
642009
4,572.00
39
6
26-Jun-05
14
C-7037-D
21-Jun-2005
52070
1,371.60
12
0
26-Jun-05
15
C-7048-EA
4-Jul-2005
642009
1,700.00
15
16
25-Jul-05
16
C-7055-E
5-Jul-2005
50090
2,500.00
21
15
25-Jul-05
17
C-7055-EA
7-Jul-2005
52090
2,500.00
21
13
25-Jul-05
18
C-7059-E
7-Jul-2005
690050
1,000.00
9
13
25-Jul-05
19
C-7057-E
8-Jul-2005
8800
3,200.00
27
12
25-Jul-05
20
C-7056-EA
9-Jul-2005
50090
2,000.00
17
11
25-Jul-05
21
C-7067-E
12-Jul-2005
642009
3,000.00
25
8
25-Jul-05
22
C-7084-EA
13-Jul-2005
8800
2,700.00
23
7
25-Jul-05
23
C-7077-D
15-Jul-2005
50070
3,200.00
27
5
25-Jul-05
24
C-7087-E
19-Jul-2005
20280
1,876.35
16
1
25-Jul-05
25
C-7109-SA
22-Jul-2005
STOCK
236.83
2
14
10-Aug-05
26
C-7128-S
25-Jul-2005
STOCK
5,000.00
42
11
10-Aug-05
27
C-7152-S
5-Aug-2005
622079
3,500.00
30
0
10-Aug-05
Tabel diatas merupakan kelompok pesanan pada mesin AJL D, terlihat bahwa pesanan-pesanan tersebut mempunyai tanggal start date yang berbedabeda. Oleh karena itu selain dikelompokkan berdasarkan mesin, pesananpesanan tersebut dikelompokkan berdasarkan tanggal start date. Pada Tabel 4 terdapat empat periode start date, yaitu 5/8/2005, 6/26/2005, 7/25/2005 dan 8/10/2005. Berdasarkan
start date yang sama, pesanan tersebut akan
dijadwalkan dengan menggunakan aturan pengurutan SPT dan EDD.
1. Hasil Penjadwalan Aturan SPT (Short Processing Time) Tabel 5. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan SPT periode 5/28/2005 order
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
No.
mesin
P/L
due date
terlambat
3
1
C-6924-EB
659144
28-May-05
9-Jun-05
14-Jun-05
30-Jun-05
0
8
2
C-6979-D
459290
28-May-05
10-Jun-05
15-Jun-05
20-Jul-05
0
4
3
C-6924-EB
692030
28-May-05
14-Jun-05
19-Jun-05
30-Jun-05
0
6
1
C-6924-EF
45290
10-Jun-05
30-Jun-05
5-Jul-05
20-Jun-05
15
2
4
C-6924-EB
6592144
28-May-05
17-Jun-05
22-Jun-05
30-Jun-05
0
7
2
C-6925-EA
45290
11-Jun-05
4-Jul-05
9-Jul-05
15-Jun-05
24
5
3
C-6924-EC
6592144
15-Jun-05
10-Jul-05
15-Jul-05
30-Jun-05
15
1
4
C-6820-E
75280
18-Jun-05
19-Jul-05
24-Jul-05
15-Aug-05
0
Dari diatas terlihat bahwa terdapat delapan order yang harus dikerjakan dalam empat mesin, sehingga diperlukan suatu aturan pengurutan untuk menentukan order mana yang akan diproses pada urutan pertama. Dengan menggunakan aturan SPT maka hasil penjadwalan pada periode start date 5/28/2005 dapat dilihat pada Tabel 5. Terbatasnya jumlah mesin membuat sebagian pesanan tidak dapat masuk pada mesin tenun sesuai dengan tanggal start date, seperti pada order C-6924-EB yang semestinya di proses pada tanggal 5/28/2005 baru bisa diproses pada tanggal 6/10/2005. Hal tersebut
dikarenakan mesin yang menganggur
pertama kali adalah mesin 1 yang selesai memproses pada tanggal 6/9/2005, sehingga dengan waktu istirahat 1 hari maka mesin tersebut dapat bekerja kembali pada tanggal 6/10/2005. Mulai weaving merupakan tanggal atau hari, dimana pesanan dikerjakan atau masuk pada mesin tenun. Selesai weaving adalah tanggal dimana pesanan telah selesai diproses pada tahap penenunan. Sedangkan tanggal P/L (Packing List) adalah tanggal atau hari dimana pesanan tersebut sudah bisa dikirimkan. Untuk menghitung jumlah keterlambatan didapat dari selisih waktu P/L dengan tanggal due date. Tanggal P/L didapat dari tanggal selesai proses weaving ditambah dengan 5 hari. 5 hari merupakan waktu yang diperlukan bagian dyeing sebanyak 4 hari dan juga waktu packing list 1 hari.
Tabel 6. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan SPT periode 6/26/2005 No.
mesin
order
9
1
C-6988-D
10
3
14
2
12 11 13
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
16-Jul-05
due date
terlambat
75990
1-Jul-05
C-6997-E
690050
11-Jul-05
23-Jul-05
28-Jul-05
30-Sep-08
0
C-7037-D
52070
5-Jul-05
17-Jul-05
22-Jul-05
20-Aug-05
0
1
C-7028-D
60205
12-Jul-05
7-Aug-05
12-Aug-05
20-Aug-05
0
2
C-7029-D
50070
18-Jul-05
18-Aug-05
23-Aug-05
20-Aug-05
3
4
C-7033-E
642009
20-Jul-05
28-Aug-05
2-Sep-05
10-Sep-05
0
Pada periode start date
11-Jul-05
P/L
20-Aug-05
0
selanjutnya, yaitu tanggal 6/26/2005
seperti pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa seharusnya pesanan-pesanan yang ada diproses pada tanggal 6/26/2005 sesuai dengan tanggal start date, tetapi karena seluruh mesin AJL D pada tanggal start date tidak tersedia (masih running) maka pesanan tersebut harus menunggu dalam antrian sampai terdapat mesin yang menganggur. Pesanan yang menjadi urutan pertama pada periode penjadwalan 6/26/2005 adalah order C-6988-D menempati mesin 1, dimana mesin 1 telah selesai bekerja pada tanggal 6/30/2005 seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 7. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan SPT periode 7/25/2005 No.
mesin
order
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
18
3
C-7059-E
690050
26-Jul-05
4-Aug-05
9-Aug-05
15
3
C-7048-EA
642009
5-Aug-05
20-Aug-05
24
1
C-7087-E
20280
8-Aug-05
24-Aug-05
20
2
C-7056-EA
50090
19-Aug-05
5-Sep-05
16
1
C-7055-E
50090
25-Aug-05
15-Sep-05
17
3
C-7055-EA
52090
21-Aug-05
11-Sep-05
22
4
C-7084-EA
8800
29-Aug-05
21-Sep-05
21
2
C-7067-E
642009
6-Sep-05
1-Oct-05
23
1
C-7077-D
50070
16-Sep-05
19
3
C-7057-E
8800
12-Sep-05
P/L
due date
terlambat
30-Sep-05
0
25-Aug-05
26-Oct-05
0
29-Aug-05
30-Sep-05
0
10-Sep-05
30-Sep-05
0
20-Sep-05
10-Oct-05
0
16-Sep-05
30-Sep-05
0
26-Sep-05
20-Oct-05
0
6-Oct-05
20-Oct-05
0
13-Oct-05
18-Oct-05
10-Nov-05
0
9-Oct-05
14-Oct-05
10-Oct-05
4
Tabel 8. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan SPT periode 8/10/2005 No.
mesin
order
Kode produk
mulai weaving
25
4
C-7109-SA
STOCK
22-Sep-05
27
4
C-7152-S
622079
25-Sep-05
26
2
C-7128-S
STOCK
2-Oct-05
selesai weaving
P/L
24-Sep-05
due date
terlambat
29-Sep-05
30-Sep-05
0
25-Oct-05
30-Oct-05
30-Nov-05
0
13-Nov-05
18-Nov-05
30-Oct-05
19
Model penjadwalan produksi ini dapat melakukan penjadwalan produksi pada tahap mesin tenun secara otomatis. Jika pihak BKP ingin menetapkan waktu pengiriman pesanan berdasarkan kapasitas mesin tenun, maka pihak BKP dapat menggunakan model ini dengan cara memasukan data pesanan dan secara otomatis program UPPS akan menghitung lama proses produksi serta menentukan kapan pesanan tersebut diproses pada mesin tenun.
2. Hasil Penjadwalan Aturan EDD (Earliest Due Date) Selain dengan menggunakan aturan SPT, berikut akan ditampilkan hasil penjadwalan pada mesin AJL D dengan menggunakan aturan EDD, seperti yang dapat dilihat pada Tabel-Tabel dibawah ini. Tabel 9. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan EDD periode 5/28/2005 No.
mesin
order
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
7
1
C-6925-EA
45290
28-May-05
20-Jun-05
25-Jun-05
15-Jun-05
10
6
2
C-6924-EF
45290
28-May-05
17-Jun-05
22-Jun-05
20-Jun-05
2 13
2
2
C-6924-EB
6592144
18-Jun-05
8-Jul-05
13-Jul-05
30-Jun-05
4
4
C-6924-EB
692030
10-Jun-05
27-Jun-05
2-Jul-05
30-Jun-05
2
3
4
C-6924-EB
659144
28-May-05
9-Jun-05
14-Jun-05
30-Jun-05
0
5
3
C-6924-EC
6592144
28-May-05
22-Jun-05
27-Jun-05
30-Jun-05
0
8
1
C-6979-D
459290
21-Jun-05
4-Jul-05
9-Jul-05
20-Jul-05
0
1
3
C-6820-E
75280
23-Jun-05
24-Jul-05
29-Jul-05
15-Aug-05
0
Dengan menggunakan aturan pengurutan EDD dihasilkan jadwal produksi yang berbeda dengan aturan SPT. Jika dengan menggunakan aturan SPT pesanan yang pertama kali dikerjakan adalah C-6924-EB,
sedangkan pada aturan EDD urutan pertama adalah order C-6925-EA .hasil penjadwalan pada periode 5/28/2005 dengan menggunakan aturan EDD dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 10. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan EDD periode 6/26/2005 order
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
No.
mesin
P/L
due date
terlambat
12
2
C-7028-D
60205
9-Jul-05
4-Aug-05
9-Aug-05
20-Aug-05
0
11
4
C-7029-D
50070
9-Jul-05
9-Aug-05
14-Aug-05
20-Aug-05
0
14
1
C-7037-D
52070
5-Jul-05
17-Jul-05
22-Jul-05
20-Aug-05
0
9
4
C-6988-D
75990
28-Jun-05
8-Jul-05
13-Jul-05
20-Aug-05
0
13
1
C-7033-E
642009
18-Jul-05
26-Aug-05
31-Aug-05
10-Sep-05
0
10
3
C-6997-E
690050
25-Jul-05
6-Aug-05
11-Aug-05
30-Sep-08
0
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa seharusnya pesanan atau pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa dikerjakan pada tanggal 6/26/2005, namun karena menunggu antrian maka pesanan tersebut baru bisa dikerjakan mulai tanggal 7/9/2005. Tabel 11. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan EDD periode 7/25/2005 order
Kode produk
mulai weaving
selesai weaving
No.
mesin
P/L
due date
terlambat
20
4
C-7056-EA
50090
20-Aug-05
6-Sep-05
11-Sep-05
30-Sep-05
0
18
4
C-7059-E
690050
10-Aug-05
19-Aug-05
24-Aug-05
30-Sep-05
0
24
3
C-7087-E
20280
7-Aug-05
23-Aug-05
28-Aug-05
30-Sep-05
0
17
2
C-7055-EA
52090
5-Aug-05
26-Aug-05
31-Aug-05
30-Sep-05
0
19
2
C-7057-E
8800
27-Aug-05
23-Sep-05
28-Sep-05
10-Oct-05
0
16
3
C-7055-E
50090
24-Aug-05
14-Sep-05
19-Sep-05
10-Oct-05
0
22
4
C-7084-EA
8800
7-Sep-05
30-Sep-05
5-Oct-05
20-Oct-05
0
21
1
C-7067-E
642009
27-Aug-05
21-Sep-05
26-Sep-05
20-Oct-05
0
15
3
C-7048-EA
642009
15-Sep-05
30-Sep-05
5-Oct-05
26-Oct-05
0
23
1
C-7077-D
50070
22-Sep-05
19-Oct-05
24-Oct-05
10-Nov-05
0
Tabel 12. Penjadwalan pada mesin AJL D dengan aturan EDD periode 8/10/2005 No. 25
mesin 2
order C-7109-SA
Kode produk
mulai weaving
STOCK
24-Sep-05
selesai weaving
P/L
due date
26-Sep-05
1-Oct-05
terlambat
30-Sep-05
1
26
2
C-7128-S
STOCK
27-Sep-05
8-Nov-05
13-Nov-05
30-Oct-05
14
27
4
C-7152-S
622079
1-Oct-05
31-Oct-05
5-Nov-05
30-Nov-05
0
3. Pembahasan Dari kedua hasil aturan pengurutan, akan dihitung rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan (MFT) dan rata-rata keterlambatan (ML) untuk tiap-tiap mesin serta banyaknya jumlah pekerjaan yang terlambat. Berikut akan ditampilkan hasil dari perhitungan MFT (Mean Flow Time)dan ML (Mean Lateness) dari kedua aturan pengurutan, yaitu SPT dan EDD Tabel 13.
Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat pada periode 5/28/2005 SPT EDD Mesin MFT ML MFT ML 1 22.0 7.5 29.5 5.0 2 24.5 12.0 30.0 7.5 3 29.5 7.5 40.5 0.0 4 35.5 0.0 23.0 1.0
rata-rata banyaknya pekerjaan yang terlambat
27.9 3
6.6
30.8
3.4
4
Pada Tabel 13 dapat dilihat perbandingan antara aturan SPT dengan aturan EDD. Perhitungan MFT dengan menggunakan aturan SPT didapat rata-rata waktu penyelesaian pesanan untuk seluruh mesin adalah 27.9 hari, sedangkan pada aturan EDD adalah sebesar 30.8 hari. Untuk rata-rata keterlambatan seluruh mesin pada aturan SPT adalah sebesar 6.6 hari dan pada aturan EDD sebesar 3.4 hari. Untuk jumlah pekerjaan yang terlambat dengan menggunakan aturan SPT sebanyak 3 pekerjaan dan aturan EDD sebanyak 4 pekerjaan. Dapat terlihat juga, dengan aturan SPT
nilai kelambatan maksimum adalah sebesar 12 hari, namun jika digunakan aturan EDD kelambatan maksimum dapat berkurang hingga menjadi sebesar 7.5 hari. Menurut Kusuma (2002), manfaat meminimasi kelambatan ratarata
adalah
berkurangnya
waktu
menunggu
rata-rata,
sehingga
meminimasi rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian. Menurut Machfud (1999), suatu aturan yang disebut dengan aturan SPT (Shortest Processing Time), merupakan aturan yang cukup baik untuk mendapatkan waktu
rata-rata penyelesaian produk atau MFT
yang
minimum (mean flow time) dan untuk meminimumkan waktu rata-rata menunggu semua produk untuk dikerjakan. Tujuan aturan EDD, adalah untuk meminimumkan jumlah produk yang selesainya melewati batas waktu dan meminimasi kelambatan maksimum atau meminimasi ukuran kelambatan maksimum suatu pekerjaan (Machfud, 1999). Pada periode penjadwalan 5/28/2005, bahwa aturan EDD dapat meminimalkan jumlah produk yang terlambat belum dapat terlihat. Oleh karena itu akan ditampilkan perhitungan MFT dan ML pada periode penjadwalan selanjutnya untuk mesin AJL D pada TabelTabel dibawah ini. Tabel 14. Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat pada periode 6/26/2005 SPT EDD Mesin MFT ML MFT ML 1 23.0 0.0 31.5 0.0 2 27.5 1.5 26.0 0.0 3 12.0 0.0 12.0 0.0 4 39.0 0.0 36.0 0.0 rata-rata 25.4 0.4 26.4 0.0 banyaknya pekerjaan yang terlambat
1
0
Dari Tabel 14 didapatkan hasil, bahwa nilai MFT untuk aturan SPT adalah sebesar 25.4 hari
dan aturan EDD 26.4 hari. Untuk nilai
kelambatan rata-rata (ML) untuk keseluruhan mesin jika menggunakan
aturan SPT sebesar 0.4 hari dan aturan EDD tidak terdapat keterlambatan, sehingga jumlah pekerjaan yang terlambat hanya jika menggunakan aturan SPT sebesar 1 pekerjaan. Hasil perhitungan MFT dan ML pada periode penjadwalan 7/25/2005 dapat dilihat pada Tabel 15. pada Tabel tersebut didapatkan hasil bahwa nilai MFT pada keseluruhan mesin didapat dengan menggunakan metode SPT sebesar 32.3 hari lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil pada aturan EDD sebesar 34.7 hari. Sedangkan untuk nilai ML, dengan aturan SPT sebesar 0.3 hari dan aturan EDD tidak terdapat keterlambatan. Sehingga untuk meminimalkan waktu keterlambatan digunakan aturan EDD. Tabel 15. Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat pada periode 7/25/2005
Mesin 1 2 3 4 rata-rata banyaknya pekerjaan yang terlambat
SPT MFT ML 39 0 29.5 0 37.5 1 23 0 32.3 0.3
EDD MFT ML 38.5 0 34.5 0 35 0 30.7 0 34.7 0
1
0
Tabel 16. Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat pada periode 8/10/2005 SPT EDD Mesin MFT ML MFT ML 1 2 42.0 19.0 23.0 7.5 3 4 17.0 0.0 30.0 0.0 rata-rata 29.5 8.6 26.5 3.8 banyaknya pekerjaan yang terlambat
1
2
Hasil perhitungan MFT dan ML pada periode penjadwalan 8/10/2005 seperti yang dapat terlihat pada Tabel 16, terlihat jika nilai MFT terkecil adalah dengan menggunakan aturan EDD sebesar 26.5 hari jika dibanding dengan aturan SPT sebesar 29.5 hari. Sebaliknya untuk jumlah pekerjaan terlambat pada aturan SPT adalah sebanyak 1 pekerjaan saja, tetapi dengan aturan EDD jumlah pekerjaan terlambat berubah menjadi 2 pekerjaan. Tetapi untuk nilai ML, pada aturan SPT lebih besar dibanding jika menggunakan aturan EDD. Hasil perhitungan MFT dan ML pada seluruh periode penjadwalan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perhitungan MFT dan ML serta jumlah pekerjaan yang terlambat seluruh periode penjadwalan pada mesin AJL D
Mesin 1 2 3 4 rata-rata banyaknya pekerjaan yang terlambat
SPT MFT ML 21.0 1.9 30.9 8.1 19.8 2.1 28.6 0.0 25.1 3.0
EDD MFT ML 24.9 1.3 28.4 3.8 21.9 0.0 29.9 0.3 26.3 1.3
6
6
Seperti terlihat pada Tabel 17, dengan menggunakan metode SPT nilai MFT untuk keseluruhan mesin adalah sebesar 25.1 hari sedangkan aturan EDD sebesar 26.3 hari. Untuk nilai ML pada keseluruhan mesin dengan menggunakan metode SPT sebesar 3 hari dan nilai kelambatan maksimumnya adalah sebesar 8.1 hari. Nilai ML dengan menggunakan aturan EDD adalah sebesar 1.3 hari, dimana nilai kelambatan maksimum hanya sebesar 3.8 hari. Jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sama untuk kedua aturan, yaitu sebanyak 6 pekerjaan. Untuk hasil penjadwalan dari keseluruhan untuk pesanan pada kelompok mesin AJL D dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil dari penjadwalan pada mesin AJL H2 secara keseluruhan, dapat dibandingkan bahwa untuk mendapatkan minimasi rata-rata
keterlambatan digunakan aturan EDD yaitu sebesar 0.36 hari, karena jika menggunakan aturan SPT rata-rata keterlambatannya sebesar 1.3 hari. Jumlah pekerjaan yang terlambat untuk aturan SPT adalah sebanyak 5 pekerjaan, sedangkan aturan EDD hanya 1 pekerjaan. Hasil penjadwalan pada kelompok mesin AJL H2 dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil penjadwalan pada mesin AJL H4 didapatkan bahwa dengan menggunakan aturan SPT nilai MFT sebesar 52.3 hari dan dengan aturan EDD sebesar 62.2 hari. Nilai rata-rata keterlambatan dengan aturan SPT sebesar 3.8 hari dan aturan EDD sebesar 1.1 hari. Total jumlah pekerjaan yang terlambat pada aturan SPT adalah 4 pekerjaan dan aturan EDD sebanyak 3 pekerjaan. Hasil Penjadwalan pada mesin AJL H4 dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil penjadwalan pada mesin AJL TK didapatkan bahwa dengan menggunakan aturan SPT nilai MFT sebesar 59.8 hari dan dengan aturan EDD sebesar 66.0 hari. Nilai rata-rata keterlambatan dengan aturan SPT sebesar 1.6 hari dan aturan EDD sebesar 0.3 hari. Total jumlah pekerjaan yang terlambat pada aturan SPT adalah 4 pekerjaan dan aturan EDD sebanyak 1 pekerjaan. Hasil Penjadwalan pada mesin AJL TK dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil penjadwalan pada mesin ISL B didapatkan bahwa dengan menggunakan aturan SPT nilai MFT sebesar 40.6 hari dan dengan aturan EDD sebesar 49.0 hari. Nilai rata-rata keterlambatan aturan SPT dan aturan EDD sebesar 0.4 hari. Total jumlah pekerjaan yang terlambat pada aturan SPT adalah 4 pekerjaan dan aturan EDD sebanyak 3 pekerjaan. Hasil Penjadwalan pada mesin ISL B dapat dilihat pada Lampiran 16. Dapat diambil kesimpulan bahwa SPT merupakan aturan yang cukup baik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi pararel untuk mendapatkan waktu rata-rata penyelesaian produk atau MFT yang minimum (mean flow time ) dan untuk meminimumkan waktu rata-rata menunggu semua produk untuk dikerjakan. Sedangkan aturan EDD merupakan suatu aturan pengurutan untuk mendapatkan rata-rata
keterlambatan yang minimum, minimasi kelambatan maksimum serta untuk mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat.
B. MODEL PERHITUNGAN KEBUTUHAN BENANG Benang merupakan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi tekstil, oleh karena itu dalam melakukan perencanaan produksi bagian BKP perlu mengetahui banyaknya benang yang harus dipersiapkan untuk proses penenunan. Model perhitungan kebutuhan benang ini berisi mengenai banyaknya benang yang dibutuhkan untuk membuat pesanan-pesanan. Perhitungan kebutuhan benang ini di gunakan oleh bagian BKP sebagai dasar masukan untuk melakukan penjadwalan. Karena dengan mengetahui jumlah benang yang diperlukan, maka dapat diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan bagian pemintalan benang (spinning) untuk menyediakan benang tersebut guna diproses selanjutnya dan hal tersebut mempengaruhi dalam penyelesaian pesanan (penjadwalan). Model perhitungan kebutuhan benang berada dalam paket program komputer UPPS (Unitex Production Planning System). Model ini berupa suatu perangkat lunak yang dibuat untuk mempermudah pihak BKP dalam melakukan perhitungan jumlah benang. Model perhitungan kebutuhan benang tidak terkait secara langsung dengan model penjadwalan produksi. Model perhitungan kebutuhan benang ini didapat dari hasil perhitungan konstruksi penyusun tiap jenis produk. Keluaran dari model ini berupa jumlah benang pakan dan lusi dalam satuan bal. Dengan model ini proses perhitungan kebutuhan benag dapat dilakukan dengan mudah, singkat dan akurat. Data mengenai konstruksi benang dapat dilihat pada Lampiran 17.
C. IMPLIKASI MANAJERIAL Program UPPS ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah dalam melakukan penyusunan jadwal produksi, terutama pada tahap penenunan. Informasi yang dihasilkan oleh UPPS berguna bagi pihak
perusahaan, terutama bagian BKP (Biro Koordinasi Pusat). Bagian BKP adalah bagian yang melakukan perencanaan produksi serta menyusun rencana jadwal produksi. Model penjadwalan produksi dibuat untuk membantu pihak BKP dalam menentukan rencana pengiriman suatu pesanan, karena dalam menetukan waktu pengiriman pesanan pihak BKP selalu melihat atas ketersediaan kapasitas mesin tenun. Selain itu, informasi yang dihasilkan dalam model penjadwalan produksi ini diharapkan mampu memperbaiki dan mempermudah sistem penjadwalan yang ada di perusahaan. Dimana dengan adanya model ini diharapkan bisa dipakai sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan, seperti mengurangi antrian, mengurangi lama keterlambatan dan juga mempercepat proses penyelesaian pesanan. Model perhitungan benang merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak benang yang harus disediakan dalam membuat suatu pesanan. Model ini digunakan untuk membantu pihak BKP serta bagian pemintalan benang (spinning) dalam rangka untuk menyediakan bahan baku (benang) untuk diproses pada tahapan selanjutnya, yaitu tahap celup benang.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Perencanaan produksi di PT Unitex dilakukan oleh BKP (Biro Koordinasi Pusat). BKP bertugas untuk membuat suatu rencana jadwal urutan kerja untuk menyelesaikan pesanan, antara lain menetapkan batas waktu penyelesaian pesanan serta memantau atau melakukan pengendalian pada tiaptiap tahapan produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses perencanaan produksi di PT Unitex adalah adanya ketidakseimbangan kapasitas pada tiap lini produksi serta terbatasnya ketersedian mesin tenun. Hal tersebut dapat menimbulkan suatu masalah, yaitu terjadinya antrian sehingga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman pesanan. Selain itu, adanya ketidakpastian waktu kedatangan pesanan, jumlah dan jenis produk yang dipesan juga menjadi masalah dalam melakukan perencanan produksi. Titik kritis terjadi pada lini atau tahapan produksi penenunan (weaving), dimana pada tahap ini merupakan tahap utama dan tahap terlama dalam memproduksi kain. Untuk mengatasi masalah tersebut dibuat suatu alternatif penjadwalan
produksi
pada
tahap
penenunan
(weaving).
Alternatif
penjadwalan tersebut menggunakan teknik pengurutan (sequencing) dengan dua aturan, yaitu aturan SPT (Short Processing Time) dan aturan EDD (Earliest Due Date). Hasil verifikasi yang dilakukan pada model penjadwalan produksi pada seluruh pesanan yang terdapat pada
semua jenis mesin didapatkan
bahwa SPT merupakan aturan yang cukup baik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi paralel untuk mendapatkan waktu
rata-rata
penyelesaian produk atau MFT yang minimum (mean flow time ) dan untuk meminimumkan waktu rata-rata menunggu semua produk untuk dikerjakan. Sedangkan aturan EDD merupakan suatu aturan pengurutan untuk mendapatkan rata-rata keterlambatan yang minimum, minimasi kelambatan maksimum serta untuk mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat.
B. SARAN 1. Perlu dilakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut mengenai penyeimbangan lintasan serta kapasitas pada tiap-tiap lini produksi yang ada. Sehingga terdapat kelancaran arus produksi dari mulai pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman pesanan dan proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 2. Perlu dilakukan penjadwalan pada tiap-tiap tahapan produksi, sehingga menjadi suatu penjadwalan yang terintegrasi, dan memudahkan untuk melakukan pengendalian. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung keefektifan model penjadwalan yang dibuat, dengan melakukan analisis biaya.pada tiap-tiap aturan pengurutan. 4. Aplikasi UPPS perlu dievaluasi lebih lanjut dan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada kondisi nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 1980. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Baroto, Teguh. 2001. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu Efektivitas Manajemen. IPB Press, Bogor. Harsono. 1984. Production Management. Binarupa Aksara, Jakarta. Hasanudin. 1999. Penentuan Lama Waktu Operasi Dan Jadwal Penugasan Mesin Pengemas di PT ISM Bogasari Flour Mills Jakarta. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor. Heizer, J. dan B. Render. 2000. Production and Operation Management. Allyn and Bacon, Boston. Herjanto, E 1990. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 2. Grassindo, Jakarta. Kusuma, H. 2001. Manajemen Produksi. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Machfud. 1999. Diktat Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Institute Pertanian Bogor, Bogor. Mintara, I Made. 1993. Perencanaan dan Pengendalian Produksi pada Industri Pembekuan Udang (Studi Kasus di PT Ika Citra Fishtama, Pekalongan). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor. Murdick, R.G. dan J.S. Ross. 1990. Sistem Informasi Manajemen Modern. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Russel, R dan B. Taylor. 1995. Production and Operation Management Focusing on Quality and Competitiveness. Prentise Hall Inc., New Jersey. Simatupang, T.M. 1996. Pemodelan Sistem. Nindita, Klaten. Thierauf, R.J dan R.C. Klekamp. 1975. Decision Making Through Operation Research. Second Edition. Jhon Willey and Sons, New York.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen instruction letter
Lampiran 2. Dokumen balance capacity order
Lampiran 3. Dokumen bunkai sekei
Lampiran 4. Dokumen order celup benang
Lampiran 5. Dokumen pengiriman kain dari bagian dyeing ke garansi mutu
Lampiran 6. Dokumen pengiriman pesanan
Lampiran 7. Basis Data Desain dan Basis Data Mesin Basis Data Desain DesignID CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP
DesignName CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP
Basis Data Jenis Mesin MachineID AJL D AJL H2 AJL H4 AJL TK ISL B
Capacity 120 120 120 120 120
MemberCount 4 5 5 5 5
Lampiran 8. Basis Data Jenis Produk ProductID
ProductName
ProductID
8800
65020
09000R
65023
20270
65144
20280
65144K
20290
652144
28134H
6524120
28134-H
65280
34000
653002
40208
65420-2
44016-A
659144
45290
6592144
459290
6592144K
50070
682009
50080
690050
50090
692030
50100
692040
52070
692059
52080
70205
52090
75080
55290
75090
572001
75280
582004
753871
60205
75990
609163
78800
622057
793016
622079
793017
6226002
883003
623030
STOCK
623034 642009 642014
ProductName
Lampiran 9. Basis Data Pelanggan CustomerID
CustomerName
BEKASI CAKUNG CHITTAGONG COLOMBO DAMMAN DANLIRIS GOLDEN FLOWER GUNUNG PUTRI HONGKONG JAKARTA MELBOURNE MELCO
BEKASI CAKUNG CHITTAGONG COLOMBO DAMMAN DANLIRIS GOLDEN FLOWER GUNUNG PUTRI HONGKONG JAKARTA MELBOURNE MELCO
MELCO JKT METRO G MEXICO QINGDAO SHANGHAI SINGAPORE SOLO SYDNEY TANGERANG TBA
MELCO JKT METRO G MEXICO QINGDAO SHANGHAI SINGAPORE SOLO SYDNEY TANGERANG TBA
Lampiran 10. Basis Data Pesanan OrderID C-6713-D C-6713-D C-6713-DA C-6759-D C-6759-DA C-6817-E C-6820-E C-6820-E C-6820-EA C-6924-E C-6924-EA C-6924-EA C-6924-EB C-6924-EB C-6924-EB C-6924-EB C-6924-EC C-6924-ED C-6924-ED C-6924-EE C-6924-EF C-6924-EF C-6925-E C-6925-EA C-6933-D C-6934-E C-6941-E C-6954-E C-6954-EA C-6954-EB C-6962-E C-6964-D C-6979-D C-6979-D C-6980-D C-6980-DA C-6982-D C-6983-D C-6985-D C-6988-D C-6997-E C-7001-E C-7004-E C-7005-E C-7006-E C-7008-E C-7013-E
OrderDate 5/3/2005 5/3/2005 5/3/2005 5/4/2005 5/4/2005 5/4/2005 5/4/2005 5/4/2005 5/5/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/9/2005 5/10/2005 5/16/2005 5/16/2005 5/16/2005 5/17/2005 5/17/2005 5/18/2005 5/20/2005 5/23/2005 5/21/2005 5/23/2005 5/23/2005 5/23/2005 5/24/2005 5/23/2005 5/23/2005 5/23/2005 5/23/2005 5/30/2005 5/30/2005 5/31/2005 6/1/2005 6/2/2005 6/5/2005 6/5/2005 6/6/2005 6/6/2005 6/6/2005 6/6/2005 6/7/2005 6/8/2005
ProductID 20270 52080 52070 52070 52070 623034 75280 793016 793017 692030 65144 623030 642014 659144 692030 6592144 6592144 609163 692040 65144K 65144K 45290 6226002 45290 65144K 6592144K 20270 75080 75280 75280 692059 09000R 459290 652144 682009 622057 883003 65420-2 65144 75990 690050 622079 50090 50080 65023 65280 44016-A
DesignID STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK DOBBY STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK DOBBY STRIP DOBBY CHECK DOBBY CHECK DOBBY CHECK STOCK CHECK STOCK STOCK DOBBY CHECK CHECK HIRA CHECK STOCK CHECK STRIP CHECK STRIP STOCK STOCK DOBBY STOCK STRIP CHECK CHECK STRIP STRIP HIRA HIRA STRIP STRIP STRIP STOCK CHECK CHECK
ColorID STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK
Qty 1800 4752 2286 1828.2 3000 3200 3657 4000 2743.2 2286 1828.8 4572 1500 1371 2000 2286 3000 3657 1586.48 1371.6 1645.92 2286 1728.22 2743.4 1828.8 7680.96 2286 1700 3000 2300 1371.6 3000 1500 1828 2000 2286 3000 3657.6 2000 1200 1371 1828 1371.6 2743.2 2000 2743 1500
MachineID AJL H2 AJL H2 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H2 AJL D AJL H4 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H4 AJL H2 AJL D AJL D AJL D AJL D AJL H4 ISL B AJL H2 AJL H4 AJL D ISL B AJL D ISL B AJL H4 ISL B AJL TK ISL B AJL TK AJL H4 AJL H4 AJL D AJL H4 AJL TK ISL B ISL B AJL TK AJL TK AJL D AJL D AJL TK AJL TK AJL TK AJL H2 ISL B ISL B
DueDate 7/15/2005 7/15/2005 8/15/2005 7/30/2005 6/30/2005 7/10/2005 8/15/2005 8/15/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/30/2005 6/20/2005 6/20/2005 6/20/2005 6/20/2005 6/15/2005 6/30/2005 8/30/2005 7/20/2005 7/30/2005 7/20/2005 7/20/2005 6/30/2005 8/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 6/30/2005 7/20/2005 7/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 9/30/2008 7/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/30/2005 9/10/2005 7/20/2005
Lampiran 10. (Lanjutan) OrderID C-7013-EA C-7013-EB C-7018-EC C-7022-E C-7022-E C-7023-D C-7028-D C-7029-D C-7030-E C-7031-E C-7032-E C-7032-EA C-7033-E C-7035-E C-7035-EA C-7037-D C-7042-E C-7042-EA C-7043-E C-7043-EA C-7045-E C-7046-E C-7048-E C-7048-EA C-7049-E C-7049-EA C-7050-D C-7051-E C-7052-E C-7052-EA C-7052-EB C-7052-EB C-7055-E C-7055-E C-7055-EA C-7056-E C-7056-EA C-7056-EA C-7056-EA C-7057-E C-7058-E C-7059-E C-7059-EA C-7060-E C-7062-E C-7062-EA C-7062-EA
OrderDate 6/8/2005 6/10/2005 6/13/2005 6/13/2005 6/13/2005 6/13/2005 6/13/2005 6/13/2005 6/14/2005 6/14/2005 6/15/2005 6/15/2005 6/15/2005 6/20/2005 6/20/2005 6/21/2005 6/21/2005 6/22/2005 6/23/2005 6/27/2005 6/27/2005 6/29/2005 7/4/2005 7/4/2005 7/4/2005 7/6/2005 7/6/2005 7/6/2005 7/5/2005 7/5/2005 7/5/2005 7/5/2005 7/5/2005 7/5/2005 7/7/2005 7/11/2005 7/9/2005 7/9/2005 7/9/2005 7/8/2005 7/7/2005 7/7/2005 7/11/2005 7/7/2005 7/7/2005 7/7/2005 7/7/2005
ProductID 44016-A 44016-A 55290 28134-H 50100 70205 60205 50070 75090 70205 652144 652144 642009 20270 20270 52070 642009 642009 65023 65023 653002 78800 642009 642009 75080 75080 20290 642009 65144 65144 6524120 6524120 50090 50090 52090 50090 572001 50090 582004 08800 70205 690050 690050 65020 52080 50080 50080
DesignID STOCK STOCK STRIP CHECK STRIP STOCK HIRA DOBBY STRIP CHECK CHECK STOCK CHECK DOBBY CHECK STOCK STRIP DOBBY CHECK STOCK STRIP STRIP STRIP STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STRIP CHECK STOCK STRIP STOCK STRIP STOCK STRIP POPLIN CHECK DOBBY STRIP STOCK STRIP POPLIN CHECK STOCK HIRA STRIP HIRA STOCK CHECK STOCK STRIP CHECK
ColorID STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK
Qty 3657.6 2386.58 2500 2000 2000 914.4 3108.96 3657.6 2000 1549.91 4000 1828.8 4572 3657 1828.8 1371.6 1200 6400.8 2000 2000 1500 1800 2743 1700 1828.8 2000 1828.8 985.72 1500 2700 4534.51 4534.51 5000 2500 2500 2300 2500 2000 2200 3200 795.53 1000 2315.26 2286 1300 2286 1200
MachineID AJL H2 AJL H2 AJL TK ISL B AJL TK AJL H2 AJL D AJL D ISL B ISL B AJL H2 ISL B AJL D AJL H2 AJL TK AJL D AJL H2 AJL TK AJL TK AJL TK AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL D AJL H2 AJL TK ISL B AJL H4 AJL TK AJL H4 AJL TK AJL H2 AJL TK AJL D AJL D AJL H2 AJL TK AJL D AJL H2 AJL D AJL TK AJL D AJL H2 AJL H2 AJL H4 AJL TK ISL B
DueDate 8/10/2005 8/20/2005 9/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 9/20/2005 9/20/2005 9/10/2005 9/10/2005 8/20/2005 8/20/2005 9/20/2005 9/20/2005 9/25/2005 9/25/2005 9/30/2005 10/10/2005 10/26/2005 10/26/2005 9/30/2005 9/30/2005 9/22/2005 9/20/2005 10/10/2005 9/25/2005 9/30/2005 9/30/2005 10/10/2005 10/10/2005 9/30/2005 9/30/2005 9/30/2005 9/30/2005 9/30/2005 10/10/2005 9/15/2005 9/30/2005 10/10/2005 9/30/2005 9/30/2005 10/30/2005 10/30/2005
Lampiran 10. (Lanjutan) OrderID C-7062-EA C-7066-D C-7067-E C-7068-E C-7069-D C-7071-E C-7071-EA C-7072-E C-7077-D C-7077-DA C-7081-E C-7082-E C-7084-E C-7084-EA C-7086-E C-7087-E C-7087-EA C-7088-E C-7089-E C-7089-E C-7089-EA C-7094-D C-7109-S C-7109-SA C-7109-SA C-7111-S C-7128-S C-7141-S C-7141-S C-7143-S C-7151-S C-7152-S C-7152-S C-7153-S C-7154-S
OrderDate 7/7/2005 7/12/2005 7/12/2005 7/12/2005 7/12/2005 7/12/2005 7/16/2005 7/16/2005 7/15/2005 7/16/2005 7/16/2005 7/16/2005 7/16/2005 7/13/2005 7/19/2005 7/19/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/20/2005 7/21/2005 7/22/2005 7/22/2005 7/22/2005 7/25/2005 7/25/2005 7/25/2005 7/25/2005 7/25/2005 8/2/2005 8/5/2005 8/5/2005 8/5/2005 8/5/2005
ProductID 52080 50070 642009 28134H 753871 44016-A 40208 65280 50070 50070 20280 65280 08800 08800 20290 20280 20280 78800 20290 20280 20290 34000 STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK 609163 52070 34000 6226002 6226002 622079 65023 793017
DesignID STOCK STOCK HIRA CHECK STRIP STOCK STOCK STOCK HIRA STOCK CHECK CHECK STOCK POPLIN CHECK STRIP DOBBY CHECK STOCK STOCK STRIP STRIP CHECK CHECK STRIP CHECK HIRA STOCK POPLIN CHECK STOCK CHECK STOCK CHECK STOCK HIRA STOCK STOCK
ColorID STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK STOCK
Qty 3657.6 2743.2 3000 4000 2500 914.4 1408.18 5486.4 3200 1828.8 2000 4700 3386.02 2700 3500 1876.35 4114.8 3822.19 1448.4 4345.2 965.6 1000 2286 823.88 236.83 1409.1 5000 122.53 894.28 1866 1828.8 1700 3500 2608.79 5000
MachineID AJL H2 AJL H2 AJL D ISL B AJL TK AJL H4 AJL H2 AJL TK AJL D AJL H4 ISL B ISL B AJL H4 AJL D AJL TK AJL D AJL H4 AJL H4 AJL TK AJL TK ISL B ISL B AJL TK ISL B AJL D AJL H2 AJL D AJL H4 ISL B AJL H2 ISL B AJL H2 AJL D AJL H4 AJL H2
DueDate 10/30/2005 10/30/2005 10/20/2005 10/30/2005 10/30/2005 10/15/2005 10/15/2005 10/30/2005 11/10/2005 10/10/2005 9/20/2005 9/30/2005 10/30/2005 10/20/2005 10/30/2005 9/30/2005 10/30/2005 11/10/2005 11/10/2005 11/10/2005 9/30/2005 10/30/2005 10/20/2005 9/30/2005 9/30/2005 9/30/2005 10/30/2005 10/30/2005 10/30/2005 9/30/2005 10/30/2005 11/30/2005 11/30/2005 11/30/2005 11/30/2005
Lampiran 11. Basis Data Alokasi Desain pada Mesin Tenun DesignID
CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP CHECK DOBBY DOBBY CHECK DOBBY STRIP HIRA POPLIN CHECK STOCK STRIP
MachineID
AJL D AJL D AJL D AJL D AJL D AJL D AJL D AJL D AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H2 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL H4 AJL TK AJL TK AJL TK AJL TK AJL TK AJL TK AJL TK AJL TK ISL B ISL B ISL B ISL B ISL B ISL B ISL B ISL B
Match 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 12. Hasil Model Penjadwalan Produksi Pada Kelompok Pesanan Mesin AJL D Data Kelompok Pesanan Pada Mesin AJL D No.
Kode order
tgl order
produk
jumlah (m2)
Lama proses
persiapan
start date
1
C-6820-E
5/4/2005
75280
3,657.00
31
19
5/28/2005
2
C-6924-EB
5/9/2005
6592144
2,286.00
20
14
5/28/2005
3
C-6924-EB
5/9/2005
659144
1,371.00
12
14
5/28/2005
4 5
C-6924-EB
5/9/2005
692030
2,000.00
17
14
C-6924-EC
5/10/2005
6592144
3,000.00
25
13
5/28/2005 5/28/2005
6
C-6924-EF
5/17/2005
45290
2,286.00
20
6
5/28/2005
7 8
C-6925-EA
5/20/2005
45290
2,743.40
23
3
C-6979-D
5/23/2005
459290
1,500.00
13
0
5/28/2005 5/28/2005
9
C-6988-D
6/5/2005
75990
1,200.00
10
16
6/26/2005
12
16
10 11
C-6997-E
6/5/2005
690050
1,371.00
C-7029-D
6/13/2005
50070
3,657.60
31
8
6/26/2005 6/26/2005
12
C-7028-D
6/13/2005
60205
3,108.96
26
8
6/26/2005
13 14
C-7033-E
6/15/2005
642009
4,572.00
39
6
C-7037-D
6/21/2005
52070
1,371.60
12
0
6/26/2005 6/26/2005
15
C-7048-EA
7/4/2005
642009
1,700.00
15
16
7/25/2005
16 17
C-7055-E
7/5/2005
50090
2,500.00
21
15
C-7055-EA
7/7/2005
52090
2,500.00
21
13
7/25/2005 7/25/2005
18
C-7059-E
7/7/2005
690050
1,000.00
9
13
7/25/2005
19
C-7057-E
7/8/2005
8800
3,200.00
27
12
7/25/2005
20 21
C-7056-EA
7/9/2005
50090
2,000.00
17
11
7/12/2005
642009
3,000.00
25
8
7/25/2005 7/25/2005
22
C-7084-EA
7/13/2005
8800
2,700.00
23
7
7/25/2005
23 24
C-7077-D
7/15/2005
50070
3,200.00
27
5
C-7087-E
7/19/2005
20280
1,876.35
16
1
7/25/2005 7/25/2005
25
C-7109-SA
7/22/2005
STOCK
236.83
2
14
8/10/2005
26
C-7128-S
7/25/2005
STOCK
5,000.00
42
11
8/10/2005
27
C-7152-S
8/5/2005
622079
3,500.00
30
0
8/10/2005
C-7067-E
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL D Periode 5/28/2005 mulai weaving
selesai weaving
finish
due date
terlambat
659144
5/28/2005
6/9/2005
6/14/2005
6/30/2005
0
C-6979-D
459290
5/28/2005
6/10/2005
6/15/2005
7/20/2005
0
C-6924-EB
692030
5/28/2005
6/14/2005
6/19/2005
6/30/2005
0
1
C-6924-EF
45290
6/10/2005
6/30/2005
7/5/2005
6/20/2005
15
2
4
C-6924-EB
6592144
5/28/2005
6/17/2005
6/22/2005
6/30/2005
0
7
2
C-6925-EA
45290
6/11/2005
7/4/2005
7/9/2005
6/15/2005
24
5
3
C-6924-EC
6592144
6/15/2005
7/10/2005
7/15/2005
6/30/2005
15
1
4
C-6820-E
75280
6/18/2005
7/19/2005
7/24/2005
8/15/2005
0
No.
mesin
order
3
1
C-6924-EB
8
2
4
3
6
produk
Lampiran 12. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 5/28/2005 mesin
Uraian 1
2
3
4
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
22
24.5
29.5
35.5
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
7.5
12
7.5
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL D Periode 6/26/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
75990
7/1/2005
7/11/2005
7/16/2005
8/20/2005
0
C-6997-E
690050
7/11/2005
7/23/2005
7/28/2005
9/30/2008
0
C-7037-D
52070
7/5/2005
7/17/2005
7/22/2005
8/20/2005
0
1
C-7028-D
60205
7/12/2005
8/7/2005
8/12/2005
8/20/2005
0
2
C-7029-D
50070
7/18/2005
8/18/2005
8/23/2005
8/20/2005
3
4
C-7033-E
642009
7/20/2005
8/28/2005
9/2/2005
9/10/2005
0
No.
mesin
order
9
1
C-6988-D
10
3
14
2
12 11 13
produk
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 6/26/2005 mesin
Uraian 1 Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
2
3
4
23
27.5
12
39
0
1.5
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL D Periode 7/25//2005 No.
mesin
18
3
order C-7059-E
produk 690050
mulai weaving
selesai weaving
7/26/2005
8/4/2005
due date
terlambat
8/9/2005
P/L
9/30/2005
0
15
3
C-7048-EA
642009
8/5/2005
8/20/2005
8/25/2005
10/26/2005
0
24
1
C-7087-E
20280
8/8/2005
8/24/2005
8/29/2005
9/30/2005
0
20
2
C-7056-EA
50090
8/19/2005
9/5/2005
9/10/2005
9/30/2005
0
16
1
C-7055-E
50090
8/25/2005
9/15/2005
9/20/2005
10/10/2005
0
17
3
C-7055-EA
52090
8/21/2005
9/11/2005
9/16/2005
9/30/2005
0
22
4
C-7084-EA
8800
8/29/2005
9/21/2005
9/26/2005
10/20/2005
0
21
2
C-7067-E
642009
9/6/2005
10/1/2005
10/6/2005
10/20/2005
0
23
1
C-7077-D
50070
9/16/2005
10/13/2005
10/18/2005
11/10/2005
0
19
3
C-7057-E
8800
9/12/2005
10/9/2005
10/14/2005
10/10/2005
4
Lampiran 12. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/25/2005 mesin
Uraian 1 Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
39
29.5
37.5
23
0
0
1
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
4
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL D Periode 8/10/2005 produk
mulai weaving
selesai weaving
No.
mesin
order
P/L
due date
terlambat
25
4
C-7109-SA
STOCK
9/22/2005
9/24/2005
27
4
C-7152-S
622079
9/25/2005
10/25/2005
9/29/2005
9/30/2005
0
10/30/2005
11/30/2005
26
2
C-7128-S
STOCK
10/2/2005
11/13/2005
11/18/2005
0
10/30/2005
19
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 8/10/2005 mesin
Uraian 1
2
3
4
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
-
42
-
17
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
-
19
-
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL D Periode 5/25/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat 10
1
C-6925-EA
45290
5/28/2005
6/20/2005
6/25/2005
6/15/2005
2
C-6924-EF
45290
5/28/2005
6/17/2005
6/22/2005
6/20/2005
2
2
C-6924-EB
6592144
6/18/2005
7/8/2005
7/13/2005
6/30/2005
13
4
C-6924-EB
692030
6/10/2005
6/27/2005
7/2/2005
6/30/2005
2
4
C-6924-EB
659144
5/28/2005
6/9/2005
6/14/2005
6/30/2005
0
3
C-6924-EC
6592144
5/28/2005
6/22/2005
6/27/2005
6/30/2005
0
1
C-6979-D
459290
6/21/2005
7/4/2005
7/9/2005
7/20/2005
0
3
C-6820-E
75280
6/23/2005
7/24/2005
7/29/2005
8/15/2005
0
Lampiran 12. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 5/25/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata
2
3
4
29.5
30
40.5
23
5
7.5
0
1
Rata-rata keterlambatan pekerjaan
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL D Periode 6/26/2005 mulai weaving
selesai weaving
60205
7/9/2005
8/4/2005
50070
7/9/2005
8/9/2005
C-7037-D
52070
7/5/2005
7/17/2005
7/22/2005
4
C-6988-D
75990
6/28/2005
7/8/2005
7/13/2005
8/20/2005
0
1
C-7033-E
642009
7/18/2005
8/26/2005
8/31/2005
9/10/2005
0
3
C-6997-E
690050
7/25/2005
8/6/2005
8/11/2005
9/30/2008
0
mesin
order
2
C-7028-D
4
C-7029-D
1
produk
P/L
due date
terlambat
8/9/2005
8/20/2005
0
8/14/2005
8/20/2005
0
8/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 6/26/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata Rata-rata keterlambatan pekerjaan
2
3
4
31.5
26
12
36
0
0
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL D Periode 7/25/2005 produk
mulai weaving
selesai weaving
mesin
order
P/L
due date
4
C-7056-EA
50090
8/20/2005
4
C-7059-E
690050
8/10/2005
3
C-7087-E
20280
8/7/2005
2
C-7055-EA
52090
2
C-7057-E
8800
3
C-7055-E
50090
8/24/2005
4
C-7084-EA
8800
9/7/2005
1
C-7067-E
642009
8/27/2005
9/21/2005
3
C-7048-EA
642009
9/15/2005
1
C-7077-D
50070
9/22/2005
terlambat
9/6/2005
9/11/2005
9/30/2005
8/19/2005
8/24/2005
9/30/2005
0
8/23/2005
8/28/2005
9/30/2005
0
8/5/2005
8/26/2005
8/31/2005
9/30/2005
0
8/27/2005
9/23/2005
9/28/2005
10/10/2005
0
9/14/2005
9/19/2005
10/10/2005
0
9/30/2005
10/5/2005
10/20/2005
0
9/26/2005
10/20/2005
0
9/30/2005
10/5/2005
10/26/2005
0
10/19/2005
10/24/2005
11/10/2005
0
0
Lampiran 12. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/25/2005 mesin
Uraian Waktu penyelesaian rata-rata Rata-rata keterlambatan pekerjaan
1
2
3
4
38.5
34.5
35
30.67
0
0
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL D Periode 8/10/2005 mesin
order
2
C-7109-SA
2
C-7128-S
4
C-7152-S
mulai weaving
selesai weaving
STOCK
9/24/2005
9/26/2005
10/1/2005
9/30/2005
1
STOCK
9/27/2005
11/8/2005
11/13/2005
10/30/2005
14
622079
10/1/2005
10/31/2005
11/5/2005
11/30/2005
0
produk
P/L
due date
terlambat
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 8/10/2005 Uraian
mesin 1
2
3
4
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
-
23
-
30
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
-
7.5
-
0
Lampiran 13. Hasil Model Penjadwalan Produksi Pada Kelompok Pesanan Mesin AJL H2 Data Kelompok Pesanan Pada Mesin AJL H2 No.
Kode order
tgl order
1
C-6713-D
5/3/2005
52080
4,752.00
40
15
2
C-6713-D
5/3/2005
20270
1,800.00
15
15
5/23/2005
3
C-6817-E
5/4/2005
623034
3,200.00
27
14
5/23/2005
4
C-6820-EA
5/5/2005
793017
2,743.20
23
13
5/23/2005
5
C-6924-EB
5/9/2005
642014
1,500.00
13
9
5/23/2005
6
C-6924-EA
5/9/2005
65144
1,828.80
16
9
5/23/2005
7
C-6924-E
5/9/2005
692030
2,286.00
20
9
5/23/2005
8
C-6924-EC
5/16/2005
65144K
1,371.60
12
2
5/23/2005
9
C-7006-E
6/6/2005
65023
2,000.00
17
17
6/28/2005 6/28/2005
produk
jumlah (m2)
Lama proses
start date
persiapan
5/23/2005
10
C-7013-EA
6/8/2005
44016-A
3,657.60
31
15
11
C-7013-EB
6/10/2005
44016-A
2,386.58
20
13
6/28/2005
12
C-7023-D
6/13/2005
70205
914.4
8
10
6/28/2005
13
C-7032-E
6/15/2005
652144
4,000.00
34
8
6/28/2005
14
C-7035-E
6/20/2005
20270
3,657.00
31
3
6/28/2005
15
C-7042-E
6/21/2005
642009
1,200.00
10
2
6/28/2005
16
C-7049-E
7/4/2005
75080
1,828.80
16
19
7/28/2005
17
C-7052-EB
7/5/2005
6524120
4,534.51
38
18
7/28/2005
18
C-7062-EA
7/7/2005
52080
3,657.60
31
16
7/28/2005
19
C-7060-E
7/7/2005
65020
2,286.00
20
16
7/28/2005
20
C-7056-EA
7/9/2005
582004
2,200.00
19
14
7/28/2005
21
C-7056-E
7/11/2005
50090
2,300.00
20
12
7/28/2005
22
C-7059-EA
7/11/2005
690050
2,315.26
20
12
7/28/2005
23
C-7066-D
7/12/2005
50070
2,743.20
23
11
7/28/2005
24
C-7067-E
7/12/2005
642009
3,000.00
25
8
7/28/2005
25
C-7071-EA
7/16/2005
40208
1,408.18
12
7
7/28/2005
26
C-7143-S
7/25/2005
34000
1,866.00
16
11
8/10/2005
27
C-7111-S
7/25/2005
STOCK
1,409.10
12
11
8/10/2005
28
C-7152-S
8/5/2005
6226002
1,700.00
15
0
8/10/2005
29
C-7154-S
8/5/2005
793017
5,000.00
42
0
8/10/2005
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H2 Periode 5/23/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
1
C-6924-EE
65144K
5/23/2005
6/4/2005
6/9/2005
6/20/2005
0
2
C-6924-EB
642014
5/23/2005
6/5/2005
6/10/2005
6/30/2005
0
3
C-6713-D
20270
5/23/2005
6/7/2005
6/12/2005
7/15/2005
0
4
C-6924-EA
65144
5/23/2005
6/8/2005
6/13/2005
6/30/2005
0
5
C-6924-E
692030
5/23/2005
6/12/2005
6/17/2005
6/30/2005
0
1
C-6820-EA
793017
6/5/2005
6/28/2005
7/3/2005
6/30/2005
3
2
C-6817-E
623034
6/6/2005
7/3/2005
7/8/2005
7/10/2005
0
3
C-6713-D
52080
6/8/2005
7/18/2005
7/23/2005
7/15/2005
8
Lampiran 13. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 5/23/2005 mesin
Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
1
2
3
4
5
23.5
26.5
35
16
20
1.5
0
4
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H2 Periode 6/28/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
4
C-7023-D
70205
6/29/2005
7/7/2005
7/12/2005
8/20/2005
0
5
C-7042-E
642009
6/29/2005
7/9/2005
7/14/2005
9/20/2005
0
1
C-7006-E
65023
6/29/2005
7/16/2005
7/21/2005
7/30/2005
0
2
C-7013-EB
44016-A
7/4/2005
7/24/2005
7/29/2005
8/20/2005
0
5
C-7035-E
20270
7/10/2005
8/10/2005
8/15/2005
9/10/2005
0
4
C-7013-EA
44016-A
7/8/2005
8/8/2005
8/13/2005
8/10/2005
3
1
C-7032-E
652144
7/17/2005
8/20/2005
8/25/2005
9/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 6/28/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
2
3
4
5
34
20
-
23.5
25.5
0
0
-
1.5
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H2 Periode 7/28/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
3
C-7071-EA
40208
7/29/2005
8/10/2005
8/15/2005
10/15/2005
2
C-7049-E
75080
7/29/2005
8/14/2005
8/19/2005
9/30/2005
0 0
4
C-7056-EA
582004
8/9/2005
8/28/2005
9/2/2005
9/30/2005
0
2
C-7060-E
65020
8/15/2005
9/4/2005
9/9/2005
9/30/2005
0
3
C-7056-E
50090
8/11/2005
8/31/2005
9/5/2005
9/30/2005
0
5
C-7059-EA
690050
8/11/2005
8/31/2005
9/5/2005
10/10/2005
0
1
C-7066-D
50070
8/21/2005
9/13/2005
9/18/2005
10/30/2005
0
4
C-7062-EA
52080
8/29/2005
9/29/2005
10/4/2005
10/30/2005
0
5
C-7052-EB
6524120
9/1/2005
10/9/2005
10/14/2005
9/30/2005
14
Lampiran 13. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/28/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
23
26
22
34.5
39
0
0
0
0
7
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H2 Periode 8/10/2005 produk
mulai weaving
selesai weaving
mesin
order
P/L
due date
terlambat
3
C-7111-S
STOCK
9/1/2005
9/13/2005
9/18/2005
9/30/2005
0
2
C-7152-S
6226002
9/5/2005
9/20/2005
9/25/2005
11/30/2005
0
3
C-7143-S
34000
9/14/2005
9/30/2005
10/5/2005
9/30/2005
5
1
C-7154-S
793017
9/14/2005
10/26/2005
10/31/2005
11/30/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 8/10/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
2
3
4
5
42
15
20
-
-
0
0
2.5
-
-
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H2 Periode 5/23/2005 mesin
order
1
C-6924-EE
5
C-6924-EA
4
C-6924-E
mulai weaving
selesai weaving
65144K
5/23/2005
6/4/2005
65144
5/23/2005
6/8/2005
692030
5/23/2005
6/12/2005
6/17/2005
produk
P/L
due date
terlambat
6/9/2005
6/20/2005
0
6/13/2005
6/30/2005
0
6/30/2005
0
3
C-6820-EA
793017
5/23/2005
6/15/2005
6/20/2005
6/30/2005
0
2
C-6924-EB
642014
5/23/2005
6/5/2005
6/10/2005
6/30/2005
0
1
C-6817-E
623034
6/5/2005
7/2/2005
7/7/2005
7/10/2005
0
5
C-6713-D
20270
6/9/2005
6/24/2005
6/29/2005
7/15/2005
0
2
C-6713-D
52080
6/6/2005
7/16/2005
7/21/2005
7/15/2005
6
Lampiran 13. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 5/23/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
25.5
33
23
20
23.5
0
3
0
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H2 Periode 7/28/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
4
C-7006-E
65023
6/29/2005
7/16/2005
7/21/2005
7/30/2005
0
3
C-7013-EA
44016-A
6/29/2005
7/30/2005
8/4/2005
8/10/2005
0
1
C-7013-EB
44016-A
7/3/2005
7/23/2005
7/28/2005
8/20/2005
0
5
C-7023-D
70205
6/29/2005
7/7/2005
7/12/2005
8/20/2005
0
5
C-7035-E
20270
7/8/2005
8/8/2005
8/13/2005
9/10/2005
0
2
C-7042-E
642009
7/17/2005
7/27/2005
8/1/2005
9/20/2005
0
4
C-7032-E
652144
7/17/2005
8/20/2005
8/25/2005
9/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/28/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
30
25.5
38
23.5
35.5
0
0
0
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H2 Periode 8/10/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
STOCK
9/8/2005
9/20/2005
9/25/2005
9/30/2005
0
C-7143-S
34000
9/4/2005
9/20/2005
9/25/2005
9/30/2005
0
3
C-7154-S
793017
9/21/2005
11/2/2005
11/7/2005
11/30/2005
0
1
C-7152-S
6226002
9/9/2005
9/24/2005
9/29/2005
11/30/2005
0
mesin
order
3
C-7111-S
2
produk
terlambat
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 8/10/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
15
16
33
-
-
0
0
0
-
-
Lampiran 14. Hasil Model Penjadwalan Produksi Pada Kelompok Pesanan Mesin AJL H4 Data Kelompok Pesanan Pada Mesin AJL H4 Kode order
tgl order
1
C-6713-DA
5/3/2005
52070
2,286.00
20
20
5/28/2005
2
C-6759-D
5/4/2005
52070
1,828.20
16
19
5/28/2005
3
C-6759-DA
5/4/2005
52070
3,000.00
25
19
5/28/2005
4
C-6820-E
5/4/2005
793016
4,000.00
34
19
5/28/2005
5
C-6924-EA
5/9/2005
623030
4,572.00
39
14
5/28/2005
6
C-6924-ED
5/16/2005
609163
3,657.00
31
7
5/28/2005
7
C-6924-EF
5/17/2005
65144K
1,645.92
14
6
5/28/2005
8
C-6934-E
5/21/2005
6592144K
7,680.96
65
2
5/28/2005
No.
produk
jumlah (m2)
Lama proses
persiapan
start date
9
C-6964-D
5/23/2005
09000R
3,000.00
25
0
5/28/2005
10
C-6962-E
5/23/2005
692059
1,371.60
12
0
5/28/2005
11
C-6979-D
5/23/2005
652144
1,828.00
16
0
5/28/2005
12
C-7045-E
6/27/2005
653002
1,500.00
13
12
7/14/2005
13
C-7046-E
6/29/2005
78800
1,800.00
15
10
7/14/2005
14
C-7048-E
7/4/2005
642009
2,743.00
23
5
7/14/2005
15
C-7052-EA
7/5/2005
65144
2,700.00
23
4
7/14/2005
16
C-7051-E
7/6/2005
642009
985.72
9
3
7/14/2005
17
C-7062-E
7/7/2005
52080
1,300.00
11
2
7/14/2005
18
C-7071-E
7/12/2005
44016-A
914.4
8
14
7/31/2005
19
C-7077-DA
7/16/2005
50070
1,828.80
16
10
7/31/2005
20
C-7084-E
7/16/2005
8800
3,386.02
29
10
7/31/2005
21
C-7088-E
7/20/2005
78800
3,822.19
32
6
7/31/2005
22
C-7087-EA
7/20/2005
20280
4,114.80
35
6
7/31/2005
23
C-7141-S
7/25/2005
609163
122.53
2
1
7/31/2005
24
C-7153-S
8/5/2005
65023
2,608.79
22
0
8/10/2005
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H4 Periode 5/28/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
1
C-6962-E
692059
5/28/2005
6/9/2005
6/14/2005
6/30/2005
0
2
C-6924-EF
65144K
5/28/2005
6/11/2005
6/16/2005
6/20/2005
0
4
C-6759-D
52070
5/28/2005
6/13/2005
6/18/2005
7/30/2005
0
3
C-6979-D
652144
5/28/2005
6/13/2005
6/18/2005
7/20/2005
0
5
C-6713-DA
52070
5/28/2005
6/17/2005
6/22/2005
8/15/2005
0
2
C-6759-DA
52070
6/12/2005
7/7/2005
7/12/2005
6/30/2005
12
1
C-6964-D
09000R
6/10/2005
7/5/2005
7/10/2005
8/20/2005
0
4
C-6924-ED
609163
6/14/2005
7/15/2005
7/20/2005
6/30/2005
20
3
C-6820-E
793016
6/14/2005
7/18/2005
7/23/2005
8/15/2005
0
5
C-6924-EA
623030
6/18/2005
7/27/2005
8/1/2005
6/30/2005
32
1
C-6934-E
6592144K
7/6/2005
9/9/2005
9/14/2005
8/30/2005
15
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 5/28/2005 mesin
Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
1
2
50.33
26.5
5
6
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
3
4
5
33
31.5
39.5
0
10
16
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H4 Periode 7/14/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
2
C-7051-E
642009
7/15/2005
7/24/2005
7/29/2005
9/20/2005
4
C-7062-E
52080
7/16/2005
7/27/2005
8/1/2005
9/30/2005
0 0
3
C-7045-E
653002
7/19/2005
8/1/2005
8/6/2005
9/30/2005
0
2
C-7046-E
78800
7/25/2005
8/9/2005
8/14/2005
10/10/2005
0
4
C-7052-EA
65144
7/28/2005
8/20/2005
8/20/2005
9/25/2005
0
5
C-7048-E
642009
7/28/2005
8/20/2005
8/25/2005
10/26/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/14/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
16.5
13
22.5
23
0
0
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL H4 Periode 7/31/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
3
C-7141-S
609163
8/2/2005
8/4/2005
8/9/2005
10/30/2005
0
3
C-7071-E
44016-A
8/5/2005
8/13/2005
8/18/2005
10/15/2005
0
2
C-7077-DA
50070
8/10/2005
8/26/2005
8/31/2005
10/10/2005
0
3
C-7084-E
8800
8/14/2005
9/12/2005
9/17/2005
10/30/2005
0
5
C-7088-E
78800
8/21/2005
9/22/2005
9/27/2005
11/10/2005
0
4
C-7087-EA
20280
8/21/2005
9/25/2005
9/30/2005
10/30/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/14/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
16
17
35
32
0
0
0
0
Lampiran 14. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H4 Periode 5/28/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
5/28/2005
6/11/2005
6/16/2005
6/20/2005
0
52070
5/28/2005
6/22/2005
6/27/2005
6/30/2005
0
623030
5/28/2005
7/6/2005
7/11/2005
6/30/2005
11
5/28/2005
6/9/2005
6/14/2005
6/30/2005
0
5/28/2005
6/28/2005
7/3/2005
6/30/2005
3
652144
6/10/2005
6/26/2005
7/1/2005
7/20/2005
0
C-6759-D
52070
6/12/2005
6/28/2005
7/3/2005
7/30/2005
0
3
C-6713-DA
52070
6/27/2005
7/17/2005
7/22/2005
8/15/2005
0
5
C-6820-E
6/23/2005
7/27/2005
8/1/2005
8/15/2005
0
2
C-6964-D
09000R
6/29/2005
7/24/2005
7/29/2005
8/20/2005
0
1
C-6934-E
6592144K
6/29/2005
9/2/2005
9/7/2005
8/30/2005
8
mesin
order
produk
1
C-6924-EF
5
C-6759-DA
4
C-6924-EA
3
C-6962-E
692059
2
C-6924-ED
609163
3
C-6979-D
1
65144K
793016
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 5/28/2005 mesin
Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
1
2
3
4
5
46.33
43.5
29.33
39
42
2.67
1.5
0
11
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H4 Periode 7/14/2005 mesin
order
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
642009
7/15/2005
7/24/2005
7/29/2005
9/20/2005
65144
7/18/2005
8/10/2005
8/10/2005
9/25/2005
0
produk
terlambat
4
C-7051-E
3
C-7052-EA
0
2
C-7045-E
653002
7/25/2005
8/7/2005
8/12/2005
9/30/2005
0
4
C-7062-E
52080
7/25/2005
8/5/2005
8/10/2005
9/30/2005
0
5
C-7046-E
78800
7/28/2005
8/12/2005
8/17/2005
10/10/2005
0
4
C-7048-E
642009
8/6/2005
8/29/2005
9/3/2005
10/26/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/14/2005 Uraian
mesin 1
2
3
4
5
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
-
13
23
24
15
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
-
0
0
0
0
Lampiran 14. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL H4 Periode 7/31/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
8/8/2005
8/24/2005
8/29/2005
10/10/2005
0
44016-A
8/11/2005
8/19/2005
8/24/2005
10/15/2005
0
609163
8/25/2005
8/27/2005
9/1/2005
10/30/2005
0
C-7087-EA
20280
8/20/2005
9/24/2005
9/29/2005
10/30/2005
0
5
C-7084-E
8800
8/13/2005
9/11/2005
9/16/2005
10/30/2005
0
2
C-7088-E
78800
8/28/2005
9/29/2005
10/4/2005
11/10/2005
0
mesin
order
produk
2
C-7077-DA
50070
3
C-7071-E
2
C-7141-S
3
terlambat
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/31/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
28
25.5
29
0
0
0
Lampiran 15. Hasil Model Penjadwalan Produksi Pada Kelompok Pesanan Mesin AJL TK Data Kelompok Pesanan Pada Mesin AJL TK No.
Kode order
1
C-6954-E
5/23/2005
75080
1,700.00
15
14
6/11/2005
2
C-6954-EB
5/24/2005
75280
2,300.00
20
13
6/11/2005
3
C-6980-D
5/30/2005
682009
2,000.00
17
7
6/11/2005
4
C-6983-D
6/1/2005
65420-2
3,657.60
31
5
6/11/2005
5
C-6985-D
6/2/2005
65144
2,000.00
17
4
6/11/2005
6
C-7005-E
6/6/2005
50080
2,743.20
23
0
6/11/2005
7
C-7004-E
6/6/2005
50090
1,371.60
12
0
6/11/2005
8
C-7001-E
6/6/2005
622079
1,828.00
16
0
6/11/2005
9
tgl order
produk
jumlah (m2)
Lama proses
persiapan
start date
C-7022-E
6/13/2005
50100
2,000.00
17
21
7/9/2005
10
C-7018-EC
6/13/2005
55290
2,500.00
21
21
7/9/2005
11
C-7035-EA
6/20/2005
20270
1,828.80
16
14
7/9/2005
12
C-7042-EA
6/22/2005
642009
6,400.80
54
12
7/9/2005
13
C-7043-E
6/23/2005
65023
2,000.00
17
11
7/9/2005
14
C-7043-EA
6/27/2005
65023
2,000.00
17
7
7/9/2005
15
C-7052-EB
7/5/2005
6524120
4,534.51
38
6
7/16/2005
16
C-7052-E
7/5/2005
65144
1,500.00
13
6
7/16/2005
17
C-7055-E
7/5/2005
50090
5,000.00
42
6
7/16/2005
18
C-7049-EA
7/6/2005
75080
2,000.00
17
5
7/16/2005
19
C-7058-E
7/7/2005
70205
795.53
7
4
7/16/2005
20
C-7062-EA
7/7/2005
50080
2,286.00
20
4
7/16/2005
21
C-7056-EA
7/9/2005
572001
2,500.00
21
2
7/16/2005
22
C-7069-D
7/12/2005
753871
2,500.00
21
11
7/28/2005
23
C-7072-E
7/16/2005
65280
5,486.40
46
7
7/28/2005
24
C-7086-E
7/19/2005
20290
3,500.00
30
4
7/28/2005
25
C-7089-E
7/20/2005
20280
4,345.20
37
3
7/28/2005
26
C-7089-E
7/20/2005
20290
1,448.40
13
3
7/28/2005
27
C-7109-S
7/22/2005
STOCK
2,286.00
20
1
7/28/2005
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL TK Periode 6/11/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat 0
1
C-7004-E
50090
6/11/2005
6/23/2005
6/28/2005
7/20/2005
2
C-6954-E
75080
6/11/2005
6/26/2005
7/1/2005
7/30/2005
0
3
C-7001-E
622079
6/11/2005
6/27/2005
7/2/2005
7/20/2005
0
5
C-6980-D
682009
6/11/2005
6/28/2005
7/3/2005
7/20/2005
0
4
C-6985-D
65144
6/11/2005
6/28/2005
7/3/2005
8/20/2005
0
1
C-6954-EB
75280
6/24/2005
7/14/2005
7/19/2005
7/20/2005
0
2
C-7005-E
50080
6/27/2005
7/20/2005
7/25/2005
7/20/2005
5
3
C-6983-D
65420-2
6/28/2005
7/29/2005
8/3/2005
7/20/2005
14
Lampiran 15. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 6/11/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
22
26.5
31.5
17
17
0
2.5
7
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL TK Periode 7/9/2005 mesin
order
5 2 1 4 5
C-7035-EA C-7043-E C-7043-EA C-7022-E C-7018-EC
4
C-7042-EA
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
20270 65023 65023 50100 55290
7/10/2005 7/21/2005 7/15/2005 7/10/2005 7/27/2005
7/26/2005 8/7/2005 8/1/2005 7/27/2005 8/17/2005
7/31/2005 8/12/2005 8/6/2005 8/1/2005 8/22/2005
8/20/2005 9/25/2005 9/25/2005 8/20/2005 9/20/2005
0 0 0 0 0
642009
7/28/2005
9/20/2005
9/25/2005
9/20/2005
5
produk
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/9/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
17
17
44
26.5
0
0
2.5
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL TK Periode 7/16/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
3
C-7058-E
70205
7/30/2005
8/6/2005
8/11/2005
9/15/2005
0
1
C-7052-E
65144
8/2/2005
8/15/2005
8/20/2005
10/10/2005
0
3
C-7049-EA
75080
8/7/2005
8/24/2005
8/29/2005
9/30/2005
0
2
C-7062-EA
50080
8/8/2005
8/28/2005
9/2/2005
10/30/2005
0
1
C-7056-EA
572001
8/16/2005
9/6/2005
9/11/2005
9/30/2005
0
5
C-7052-EB
6524120
8/18/2005
9/25/2005
9/30/2005
9/30/2005
0
3
C-7055-E
50090
8/25/2005
10/6/2005
10/11/2005
10/10/2005
1
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/16/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
23.5
20
32.33
-
38
0
0
0.33
-
0
Lampiran 15. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin AJL TK Periode 7/28/2005 mesin
order
produk 20290
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
8/29/2005
9/11/2005
9/16/2005
11/10/2005
0 0
terlambat
2
C-7089-E
1
C-7109-S
STOCK
9/7/2005
9/27/2005
10/2/2005
10/20/2005
2
C-7069-D
753871
9/12/2005
10/3/2005
10/8/2005
10/30/2005
0
4
C-7086-E
20290
9/21/2005
10/21/2005
10/26/2005
10/30/2005
0
5
C-7089-E
20280
9/26/2005
11/2/2005
11/7/2005
11/10/2005
0
1
C-7072-E
65280
9/28/2005
11/13/2005
11/18/2005
10/30/2005
19
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/28/2005 mesin
Uraian
1
2
3
4
5
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
43
23.5
-
30
37
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
9.5
0
-
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL TK Periode 6/11/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
4
C-6954-EB
75280
6/24/2005
7/14/2005
7/19/2005
7/20/2005
0
5
C-6983-D
65420-2
6/11/2005
7/12/2005
7/17/2005
7/20/2005
0
4
C-7004-E
50090
6/11/2005
6/23/2005
6/28/2005
7/20/2005
0
3
C-7005-E
50080
6/11/2005
7/4/2005
7/9/2005
7/20/2005
0
2
C-6980-D
682009
6/11/2005
6/28/2005
7/3/2005
7/20/2005
0
1
C-7001-E
622079
6/11/2005
6/27/2005
7/2/2005
7/20/2005
0
1
C-6954-E
75080
6/28/2005
7/13/2005
7/18/2005
7/30/2005
0
2
C-6985-D
65144
6/29/2005
7/16/2005
7/21/2005
8/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 6/11/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
23.5
25.5
23
26
31
0
0
0
0
0
Lampiran 15. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL TK Periode 7/9/2005 mesin
order
5 3 4 1 3
C-7035-EA C-7022-E C-7018-EC C-7042-EA C-7043-E
2
C-7043-EA
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
20270 50100 55290 642009 65023
7/13/2005 7/10/2005 7/15/2005 7/14/2005 7/28/2005
7/29/2005 7/27/2005 8/5/2005 9/6/2005 8/14/2005
8/3/2005 8/1/2005 8/10/2005 9/11/2005 8/19/2005
8/20/2005 8/20/2005 9/20/2005 9/20/2005 9/25/2005
0 0 0 0 0
65023
7/17/2005
8/3/2005
8/8/2005
9/25/2005
0
produk
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/9/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
54
17
25.5
21
16
0
0
0
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL TK Periode 7/16/2005 mesin
order
produk 70205
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
7/30/2005
8/6/2005
8/11/2005
9/15/2005
terlambat
5
C-7058-E
0
5
C-7052-EB
6524120
8/7/2005
9/14/2005
9/19/2005
9/30/2005
0
4
C-7056-EA
572001
8/6/2005
8/27/2005
9/1/2005
9/30/2005
0
2
C-7049-EA
75080
8/4/2005
8/21/2005
8/26/2005
9/30/2005
0
2
C-7055-E
50090
8/22/2005
10/3/2005
10/8/2005
10/10/2005
0
3
C-7052-E
65144
8/15/2005
8/28/2005
9/2/2005
10/10/2005
0
4
C-7062-EA
50080
8/28/2005
9/17/2005
9/22/2005
10/30/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/16/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
38
13
31
26
0
0
0
0
Lampiran 15. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin AJL TK Periode 7/28/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
9/23/2005
10/20/2005
0 9
terlambat
3
C-7109-S
STOCK
8/29/2005
9/18/2005
4
C-7072-E
65280
9/18/2005
11/3/2005
11/8/2005
10/30/2005
5
C-7069-D
753871
9/15/2005
10/6/2005
10/11/2005
10/30/2005
0
1
C-7086-E
20290
9/7/2005
10/7/2005
10/12/2005
10/30/2005
0
3
C-7089-E
20280
10/3/2005
11/9/2005
11/14/2005
11/10/2005
4
3
C-7089-E
20290
9/19/2005
10/2/2005
10/7/2005
11/10/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/28/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
30
49
46
21
0
1.33
9
0
Lampiran 16. Hasil Model Penjadwalan Produksi Pada Kelompok Pesanan Mesin ISL B Data Kelompok Pesanan Pada Mesin ISL B No.
Kode order
tgl order
produk
jumlah (m2)
Lama proses
start date
persiapan
1
C-6925-E
5/18/2005
6226002
1,728.22
15
14
6/6/2005
2
C-6954-EA
5/23/2005
75280
3,000.00
25
9
6/6/2005
3
C-6941-E
5/23/2005
20270
2,286.00
20
9
6/6/2005
4
C-6933-D
5/23/2005
65144K
1,828.80
16
9
6/6/2005
5
C-6980-DA
5/30/2005
622057
2,286.00
20
2
6/6/2005
6
C-6982-D
5/31/2005
883003
3,000.00
25
1
6/6/2005
7
C-7008-E
6/7/2005
65280
2,743.00
23
18
6/30/2005
8
C-7013-E
6/8/2005
44016-A
1,500.00
13
17
6/30/2005
9
C-7022-E
6/13/2005
28134-H
2,000.00
17
12
6/30/2005
10
C-7030-E
6/14/2005
75090
2,000.00
17
11
6/30/2005
11
C-7031-E
6/14/2005
70205
1,549.91
13
11
6/30/2005
12
C-7032-EA
6/15/2005
652144
1,828.80
16
10
6/30/2005
13
C-7050-D
7/6/2005
20290
1,828.80
16
10
7/21/2005
14
C-7062-EA
7/7/2005
50080
1,200.00
10
9
7/21/2005
15
C-7068-E
7/12/2005
28134H
4,000.00
34
4
7/21/2005
16
C-7082-E
7/16/2005
65280
4,700.00
40
0
7/21/2005
17
C-7081-E
7/16/2005
20280
2,000.00
17
0
7/21/2005
18
C-7089-EA
7/20/2005
20290
965.6
9
13
8/7/2005
19
C-7094-D
7/21/2005
34000
1,000.00
9
12
8/7/2005
20
C-7109-SA
7/22/2005
STOCK
823.88
7
11
8/7/2005
21
C-7141-S
7/25/2005
52070
894.28
8
8
8/7/2005
22
C-7151-S
8/2/2005
1,828.80
16
0
8/7/2005
6226002
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin ISL B Periode 6/6/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
692040
6/6/2005
6/20/2005
6/25/2005
6/30/2005
0
6226002
6/6/2005
6/21/2005
6/26/2005
6/20/2005
6
C-6933-D
65144K
6/6/2005
6/22/2005
6/27/2005
6/30/2005
0
5
C-6941-E
20270
6/6/2005
6/26/2005
7/1/2005
7/20/2005
0
4
C-6980-DA
622057
6/6/2005
6/26/2005
7/1/2005
6/30/2005
1
2
C-6954-EA
75280
6/22/2005
7/17/2005
7/22/2005
7/20/2005
2
1
C-6982-D
883003
6/21/2005
7/16/2005
7/21/2005
7/20/2005
1
mesin
order
1
C-6924-ED
2
C-6925-E
3
produk
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 6/6/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
26.5
27.5
16
20
20
0.5
4
0
1
0
Lampiran 16. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin ISL B Periode 6/30/2005 mesin
order
5 3 4 3 5
C-7013-E C-7031-E C-7032-EA C-7030-E C-7022-E
1
C-7008-E
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
44016-A 70205 652144 75090 28134-H
7/1/2005 7/1/2005 7/1/2005 7/15/2005 7/15/2005
7/14/2005 7/14/2005 7/17/2005 8/1/2005 8/1/2005
7/19/2005 7/19/2005 7/22/2005 8/6/2005 8/6/2005
7/20/2005 8/20/2005 9/20/2005 8/20/2005 8/20/2005
0 0 0 0 0
65280
7/17/2005
8/9/2005
8/14/2005
9/10/2005
0
produk
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 6/30/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
23
-
21.5
16
21.5
0
-
0
0
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
4
5
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin ISL B Periode 7/21/2005 mulai weaving
selesai weaving
50080
7/22/2005
8/1/2005
8/6/2005
10/30/2005
0
C-7050-D
20290
7/22/2005
8/7/2005
8/12/2005
9/22/2005
0
C-7081-E
20280
8/2/2005
8/19/2005
8/24/2005
9/20/2005
0
4
C-7068-E
28134H
8/2/2005
9/5/2005
9/10/2005
10/30/2005
0
3
C-7082-E
65280
8/2/2005
9/11/2005
9/16/2005
9/30/2005
0
mesin
order
produk
4
C-7062-EA
2 5
P/L
due date
terlambat
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 7/21/2005 mesin
Uraian
1
2
3
4
5
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
-
16
40
27
17
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
-
0
0
0
0
Hasil Penjadwalan dengan Aturan SPT Mesin ISL B Periode 8/7/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
8/8/2005
8/15/2005
8/20/2005
9/30/2005
0
52070
8/10/2005
8/18/2005
8/23/2005
10/30/2005
0
34000
8/19/2005
8/28/2005
9/2/2005
10/30/2005
0
C-7089-EA
20290
8/16/2005
8/25/2005
8/30/2005
9/30/2005
0
C-7151-S
6226002
8/20/2005
9/5/2005
9/10/2005
10/30/2005
0
mesin
order
produk
2
C-7109-SA
STOCK
1
C-7141-S
1
C-7094-D
2 5
terlambat
Lampiran 16. (Lanjutan) Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan SPT periode 8/7/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
12.5
11.5
-
-
16
0
0
-
-
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
5
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin ISL B Periode 6/6/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
1
C-6925-E
6226002
6/6/2005
6/21/2005
6/26/2005
6/20/2005
6
4
C-6924-ED
692040
6/6/2005
6/20/2005
6/25/2005
6/30/2005
0
3
C-6933-D
65144K
6/6/2005
6/22/2005
6/27/2005
6/30/2005
0
2
C-6980-DA
622057
6/6/2005
6/26/2005
7/1/2005
6/30/2005
1
1
C-6982-D
883003
6/22/2005
7/17/2005
7/22/2005
7/20/2005
2
4
C-6954-EA
75280
6/21/2005
7/16/2005
7/21/2005
7/20/2005
1
5
C-6941-E
20270
6/6/2005
6/26/2005
7/1/2005
7/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 6/6/2005 Mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
27.5
20
16
26.5
20
4
1
0
0.5
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin ISL B Periode 6/30/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
terlambat
3 3 2 5 4
C-7013-E C-7031-E C-7030-E C-7022-E C-7008-E
44016-A 70205 75090 28134-H 65280
7/1/2005 7/15/2005 7/1/2005 7/1/2005 7/17/2005
7/14/2005 7/28/2005 7/18/2005 7/18/2005 8/9/2005
7/19/2005 8/2/2005 7/23/2005 7/23/2005 8/14/2005
7/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 8/20/2005 9/10/2005
0 0 0 0 0
1
C-7032-EA
652144
7/18/2005
8/3/2005
8/8/2005
9/20/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 6/30/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
16
17
19.5
23
17
0
0
0
0
0
Lampiran 16. (Lanjutan) Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin ISL B Periode 7/21/2005 mesin
order
produk
mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
5
C-7081-E
20280
7/22/2005
8/8/2005
8/13/2005
9/20/2005
terlambat 0
2
C-7050-D
20290
7/22/2005
8/7/2005
8/12/2005
9/22/2005
0
3
C-7082-E
65280
7/29/2005
9/7/2005
9/12/2005
9/30/2005
0
2
C-7068-E
28134H
8/8/2005
9/11/2005
9/16/2005
10/30/2005
0
1
C-7062-EA
50080
8/4/2005
8/14/2005
8/19/2005
10/30/2005
0
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/21/2005 mesin
Uraian
1
Waktu penyelesaian rata-rata (MFT)
2
3
4
5
10
33
40
-
17
0
0
0
-
0
Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
Hasil Penjadwalan dengan Aturan EDD Mesin ISL B Periode 8/20/2005 mulai weaving
selesai weaving
P/L
due date
8/10/2005
8/17/2005
8/22/2005
9/30/2005
0
20290
8/9/2005
8/18/2005
8/23/2005
9/30/2005
0
34000
8/19/2005
8/28/2005
9/2/2005
10/30/2005
0
C-7141-S
52070
8/18/2005
8/26/2005
8/31/2005
10/30/2005
0
C-7151-S
6226002
8/15/2005
8/31/2005
9/5/2005
10/30/2005
0
mesin
order
produk
4
C-7109-SA
STOCK
5
C-7089-EA
5
C-7094-D
4 1
terlambat
Perhitungan Nilai MFT dan ML dengan Aturan EDD periode 7/21/2005 Uraian Waktu penyelesaian rata-rata (MFT) Rata-rata keterlambatan pekerjaan (ML)
mesin 1
2
3
4
5
16
-
-
11
13.5
0
-
-
0
0
Lampiran 17. Data Konstruksi Kebutuhan Benang BERAT / TAN PRODUK
LUSI
SALES 1
PAKAN 2
DENCITY TOTAL
1
2
T
( Lbs / Tan ) 120001
U-664220
24.84
120002
U-665210
12.10
120003
U-665090-C
120004 120005
GREY Y
/ INCHI
20.20
45.04
111
98
16.08
40.28
110
78
24.12
13.83
37.95
111
68
U-665020
27.55
21.55
49.10
65
52
U-66930-1
26.93
19.87
46.80
91
72
120006
U-6652100
13.31
13.64
39.92
121
68
130001
U-663205
35.35
19.69
55.04
121
73
130002
U-130002
26.17
14.24
40.41
144
84
180001
U-665400-DX
31.80
11.84
43.64
149
60
180002
U-665800
31.80
11.84
43.64
149
60
180003
U-665410
21.27
40.36
61.63
92
46
180004
U-180004
26.08
9.86
35.94
149
60
190001
U-696001-H1
15.83
190002
U-696001-H2
11.26
190003
U-66930-2
26.79
620001
U-60205
620002
12.10
12.96
12.58
4.73
33.14
91
83
7.55
12.59
42.50
129
70
18.76
45.55
91
68
29.23
14.43
43.66
151
61
U-60208
29.69
14.52
44.21
151
61
620003
U-60480
28.44
14.06
42.50
106
69
620004
U-64224
25.90
13.15
39.05
133
82
620005
U-65144-P
25.20
12.21
37.41
131
82
620006
U-65240-P
34.55
28.49
63.04
138
78
620007
U-68205
29.47
14.64
44.12
138
78
620008
U-610224-P
25.56
12.98
38.54
137
78
620009
U-620009
28.05
21.92
49.97
137
78
620010
U-631285
37.15
23.53
60.68
135
78
620011
U-651450-Slb
25.60
12.41
38.01
135
78
620012
U-654110
13.54
40.99
146
61
620013
U-658208-P
30.63
14.70
45.33
146
61
620014
U-69037
14.90
11.54
35.23
163
76
620015
U-61184
17.28
31.26
163
76
620016
U-654110-S
15.38
5.06
14.22
4.74
39.41
93
88
620017
U-642091-P
16.00
5.28
15.24
5.08
41.60
132
72
620018
U-620018
26.19
38.81
134
72
622001
U-65141-C
19.87
42.46
130
70
622004
U-65148
24.01
12.74
36.75
144
80
622005
U-65200
21.94
16.62
38.55
144
76
622006
U-65205
27.03
14.13
41.16
76
68
622007
U-65210-K
24.21
15.83
41.01
133
72
622008
U-65210
24.21
16.08
40.28
144
80
622009
U-652111
24.46
18.49
42.95
65
52
622010
U-65220
28.17
19.14
47.31
118
85
622011
U-65230
23.86
18.57
42.43
143
76
622012
U-65239
20.97
14.24
35.21
91
98
11.10
6.68 8.80
13.85
6.92
13.97
12.62 2.04
10.92
9.63
0.97
Lampiran 17. (Lanjutan) BERAT / TAN PRODUK
LUSI
SALES 1
PAKAN 2
1
DENCITY GREY
TOTAL 2
T
( Lbs / Tan )
Y
/ INCHI
622013
U-65240
30.77
28.54
59.30
137
72
622014
U-65270
19.59
14.07
33.66
118
68
622015
U-65280
21.75
13.89
35.64
99
82
622016
U-65280-S
14.56
7.20
6.95
6.95
35.65
93
90
622017
U-65284
19.10
1.00
13.51
1.00
34.61
94
93
622018
U-65290-C
23.91
10.01
8.01
41.93
119
78
622019
U-65290
23.94
14.02
37.95
118
78
622020
U-65296
23.69
11.95
35.64
137
78
622021
U-65553
20.97
14.24
35.21
99
78
622022
U-65837
27.75
16.39
44.14
124
70
622023
U-65890
23.94
14.02
37.95
110
78
622024
U-652100-S
26.20
7.00
40.19
110
78
622025
U-652100
26.28
13.64
39.92
108
88
622026
U-652120
24.53
18.14
42.67
66
46
622027
U-652144
23.17
11.94
35.11
83
68
622028
U-652144-K
23.30
12.58
35.88
121
88
622029
U-652180
26.51
16.05
42.57
69
66
622030
U-652190
22.10
16.03
38.13
91
68
622031
U-652455
20.05
26.04
56.12
101
68
622032
U-652480
23.94
14.02
37.95
101
68
622033
U-652874
22.05
0.45
622034
U-653030-Slb
12.06
11.83
622035
U-653390
20.97
14.24
622036
U-654030-Slb
17.88
14.47
622037
U-654040-SB
8.86
622038
U-654040
622039
U-654040-SA
622040
U-654490
23.51
14.31
622041
U-655032
22.39
7.55
622042
U-655210
20.76
622043
U-658100
26.27
622044
U-658208
622045
10.03
7.00
11.43
0.40
34.32
111
84
9.48
9.48
42.85
108
68
35.21
110
68
7.24
39.59
110
58
7.12
7.12
31.79
121
88
7.00
7.00
40.20
123
80
7.05
7.05
29.69
110
68
37.82
119
68
42.53
121
68
12.62
33.39
111
88
13.76
40.03
133
74
27.91
14.17
42.08
134
78
U-6520754
27.56
21.55
49.11
119
78
622046
U-6524120
19.13
14.51
33.64
101
78
622047
U-6524210
24.65
18.24
42.89
46
48
622048
U-65212100
24.81
20.20
45.00
110
68
622049
U-65241390
20.94
14.49
35.43
129
72
622050
U-65447
29.17
18.05
47.23
82
68
622051
U-65370
26.79
18.76
45.55
121
88
622052
U-65024
27.56
21.55
49.11
83
78
622053
U-622053
17.27
12.75
30.02
82
68
622054
U-654110-S-Y
17.63
39.46
119
68
622055
U-622055
13.73
9.50
23.24
74
68
622056
U-658210
24.27
15.78
40.05
133
88
8.69
26.20 7.87
7.73
3.08
14.06
12.59
4.69
Lampiran 17. (Lanjutan) BERAT / TAN PRODUK
LUSI
SALES 1
PAKAN 2
1
DENCITY GREY
TOTAL 2
T
( Lbs / Tan ) 0.52
622065
U-6524120-C
18.62
33.64
120
88
622066
U-622066
25.72
13.37
39.09
131
68
622067
U-653080-H
27.19
21.52
48.71
91
68
622068
U-622068
28.62
13.54
42.16
65
52
622069
U-622069
34.14
27.34
61.48
103
78
622070
U-622070
29.53
11.41
40.94
95
90
622071
U-65230-30/2
11.72
18.57
54.58
83
58
622072
U-622072
24.19
14.51
38.70
112
78
622073
U-622073
16.76
14.18
30.94
148
68
622074
U-622074
23.09
15.64
38.72
114
100
622075
U-622075
24.58
13.26
37.84
47
44
622076
U-622076
24.41
12.54
36.95
91
48
622077
U-622077
23.36
37.48
92
68
622078
U-622078
16.69
33.67
99
88
622079
U-622079
13.44
11.76
25.20
110
68
623001
UTI-042
19.50
13.04
32.54
71
55
623002
UTI-043
19.50
13.04
32.54
110
88
623003
U-65020
27.56
21.55
49.11
118
66
623004
U-65023
15.99
54.90
92
78
623005
U-65070
19.59
14.07
33.66
131
68
623006
U-65080
21.75
13.89
35.64
63
52
623007
U-65090
23.94
14.02
37.95
139
74
623008
U-65100
26.28
13.64
39.92
83
68
623009
U-65141
20.73
12.62
33.36
110
88
623010
U-65161
29.64
25.85
55.49
115
102
623011
U-65437
27.93
16.47
44.40
105
76
623012
U-65438
26.51
16.20
42.71
143
68
623013
U-653100
33.47
21.44
54.91
139
78
623014
U-653372
27.03
14.13
41.16
133
70
623015
U-653390
20.97
14.24
35.21
103
90
623016
U-654150
12.21
11.16
23.37
76
67
623017
U-658046-Slb
31.72
9.08
49.87
91
63
623018
U-658046
31.72
18.15
49.87
91
63
623019
U-623019
26.65
14.57
41.22
65
52
623020
U-623020
57.21
26.87
84.08
37
38
623021
U-623021
31.54
12.79
44.33
91
68
623022
U-623022
29.73
13.11
42.84
101
68
623023
U-623023
31.30
11.14
42.44
110
68
623024
U-623024
29.67
12.03
41.70
121
68
623025
U-623025
23.78
16.06
39.84
120
78
623026
U-623026
25.09
15.83
40.92
55
48
623027
U-623027
11.45
9.30
20.75
124
80
623028
U-65144
23.17
11.94
35.11
119
78
623029
U-65144-K
23.30
12.58
35.88
110
78
24.29
14.00
0.51
Y
/ INCHI
14.12 1.31
10.66
14.28
16.95
1.39
11.30
9.08
Lampiran 18. Petunjuk penggunaan program UPPS
1. Tentang Program : Program UPPS dikembangkan untuk melakukan penjadwalan produksi pada bagian pertenunan (weaving). UPPS ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Basis data dikembangkan dengan menggunakan Microsoft Access 2003 yang terintegrasi pada Visual Basic 6.0
2. Persyaratan Instalasi a. Software
•
Visual Basic 6.0
b. Hardware
•
Satu unit PC 800 MHz keatas dengan memori 128 MB
•
Monitor dengan resolusi 1024 x 768 pixels
•
Sistem operasi windows XP
•
CD room dengan kecepatan 52 x
•
Ruang kosong pada hardisk 20 MB
3. Instalasi Program : i. Buat folder di C:\. ii. Instal program aplikasi Visual Basic 6.0. iii. Masukkan CD setup UPPS kedalam CD room. iv. Klik pada start>run>browse, kemudian arahkan look in pada drive CD room dan pilih folder Unitex>folder setup>setup.exe, lalu open>ok. v. Setelah masuk kedalam program instalasi, simpan program pada folder di C:\ yang telah dibuat sebelumnya. vi. Tekan tombol next dan ikuti petunjuk pada kotak dialog hingga tombol finish muncul, lalu klik finish. vii. Setelah selesai menginstal semua program aplikasi yang dibutuhkan, buka program dengan mengklik UPPS.exe pada desktop atau start menu.
4. Penggunaan Program 1.
Untuk memulai program, akan tampil menu login yang meminta pengguna memasukkan password. Tampilan menu login dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan login program UPPS
Password yang digunakan ‘1234’, klik ‘Ok’ untuk masuk kedalam program atau ‘cancel’ untuk menutup program. 2.
Setelah memasukkan password, akan tampil halaman utama program sebagai berikut
Gambar 2. Tampilan halaman utama
3.
Pada halaman utama terdapat beberapa pilihan menu. Terdapat enam menu inisialisasi, menu ini berguna untuk menambah, mengurangi dan menghapus data. Menu inisialisasi terdiri dari inisialisasi desain, warna, produk, mesin, pelanggan dan pesanan.
4.
Menu inisialisasi desain berguna untuk menampilkan, memasukkan dan merubah data desain yang terdapat di PT Unitex. Untuk memasukan jenis desain baru pertama-tama klik tanda baru
, lalu tulis nama
desain yang akan dimasukkan pada kotak ”kode” dan ”nama”. Setelah memasukan data yang baru klik tanda
untuk menyimpan atau
menyetujui penambahan data. Untuk melakukan perubahan pada data klik tanda
, lalu arahkan kursor pada kotak “kode” dan “nama”
untuk mengganti data. Setelah selesai melakukan perubahan data klik tanda
. Namun jika pengguna ingin membatalkan atau menghapus
perubahan data tersebut maka klik tanda
. Tanda
digunakan untuk melihat data-data yang telah dimasukkan kedalam menu inisialisasi. Untuk kembali pada menu sebelumnya maka klik tanda
yang terdapat pada kanan atas tampilan. Tampilan menu
inisialisasi desain dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tampilan menu inisialisasi desain
5.
Menu inisialisasi warna berguna untuk menampilkan, memasukkan dan merubah data warna. Untuk melakukan penambahan, perubahan dan menghapus data dapat dilihat pada petunjuk nomor empat. Tampilan menu inisialisasi warna dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tampilan menu inisialisasi warna 6.
Menu inisialisasi produk dan menu inisialisasi pelanggan digunakan untuk menampilkan, memasukkan dan merubah data produk dan pelanggan. Petunjuk untuk melakukan penambahan, perubahan dan menghapus data dapat dilihat pada petunjuk nomor empat. Tampilan menu inisialisasi produk dan inisialisasi pelanggan dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Tampilan menu inisialisasi produk
Gambar 6. Tampilan menu inisialisasi pelanggan 7.
Menu inisialisasi mesin digunakan untuk menampilkan, memasukkan dan merubah jenis mesin tenun, kapasitas dan jumlah pada tiap-tiap jenis mesin. Untuk melakukan inisialisasi tersebut, petunjuk pengisian sama dengan petunjuk untuk menu inisialisasi lainnya. Tampilan menu inisialisasi jenis mesin dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tampilan menu inisialisasi mesin 8.
Alokasi desain pada mesin bertujuan untuk memasukan jenis desain tertentu pada tiap-tiap jenis mesin yang tersedia. Jenis mesin yang tersedia sudah otomatis tampil, karena sebelumnya telah dimasukan pada proses inisialisasi mesin. Untuk melakukan perubahan pada alokasi desain kita klik saja kolom ’mesin’ dan baris ’desain’. Tampilan inisialissi alokasi desain pada mesin dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7. Tampilan menu inisialisasi alokasi desain pada mesin 9.
Menu inisialisasi order digunakan untuk melakukan input pesanan. Dalam melakukan input pesanan yang ada, kita dapat melakukan perubahan seperti merubah jumlah produk yang dipesan, warna produk yang dipesan, jenis produk yang dipesan, tanggal pengiriman dan lain sebagainya. Untuk memasukkan pesanan baru, pertama-tama klik tanda , maka akan tampil gambar berikut :
Gambar 9. Tampilan pemasukkan data pesanan Pada tampilan diatas terlihat jika order yang ditambahkan adalah order ke 110. selanjutnya kita dapat mengisi kode order, tanggal order dan juga tanggal pengiriman. Untuk memasukkan data tujuan klik maka kita tinggal mengklik tanda
pada kotak ”tujuan” sehingga akan tampil
data nama tujuan yang sudah pernah ada sebelumnya seperti pada Gambar 10. Jika tujuan tersebut belum pernah ada di PT Unitex, maka tujuan tersebut ditulis secara manual.
Gambar 10. Tampilan pemasukkan nama pelanggan pada menu inisialisasi order Selanjutnya untuk memasukkan jenis produk yang dipesan maka klik tanda
pada kotak produk seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Tampilan pemasukkan data jenis produk pada proses inisialisasi order Setelah memasukkan data jenis produk yang dipesan, maka selanjutnya masukkan data jenis desain, jenis warna serta jumlah produk yang dipesan dengan cara yang sama pada proses pemasukan produk yang dipesan dengan mengklik tanda
pada tiap-tiap kotak. Tampilan
proses pemasukan data jenis desain, warna dan jumlah pesan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 12. Tampilan pemasukkan data jenis desain pada proses inisialisasi order
Gambar 13. Tampilan pemasukkan data jenis warna pada proses inisialisasi order Jika semua data sudah dimasukkan semua klik tanda sehingga akan muncul tampilan seperti yang terlihat pada Gambar 14.
,
Gambar 14. Tampilan pemasukkan data pesanan pada proses inisialisasi order untuk
Setelah selesai melakukan pemasukan data klik tanda menyimpan data yang baru saja dimasukkan. Tanda
digunakan
untuk merubah data yang telah disimpan, sedangkan tanda digunakan untuk membatalkan perubahan yang dilakukan. 10.
Menu penentuan mesin proses, lama waktu persiapan dan finishing berguna untuk mengkondisikan agar pesanan-pesanan yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan jenis mesin serta periode start date. Pada menu ini, pengguna diharuskan memasukkan jenis mesin yang dipakai dengan cara klik tanda
pada kotak mesin proses. Tampilan
penentuan mesin dapat dilihat pada Gambar 15. Untuk menentukan lama waktu persiapan dan finishing, pengguna harus memasukan nilainya dengan cara arahkan kursor pada kolom yang disediakan, kemudian klik kolom tersebut, kemudian masukan lamanya hari yang dibutuhkan untuk persiapan serta finishing. Tampilan penentuan lama waktu persiapan dan
finishing dapat dilhat pada Gambar 16 dan 17.
Gambar 15. Tampilan penentuan mesin proses
Gambar 16. Tampilan penentuan lama waktu persiapan
Gambar 17. Tampilan penentuan waktu finishing
11.
Model penjadwalan produksi digunakan untuk mengetahui kapan urutan suatu order serta kapan suatu order dapat diproses pada mesin tenun. Penjadwalan ini didapat setelah kita melakukan penentuan terhadap jenis mesin yang digunakan, menentukan lama waktu persiapan dan finishing. Berdasarkan data-data yang telah dimasukan sebelumnya, program UPPS ini akan secara otomatis menjadwalkan tiap-tiap order yang ada pada mesin tenun sesuai dengan urutannya berdasarkan start date. Penjadwalan dilakukan terhadap jenis-jenis mesin yang tersedia. Pengguna dapat melihat penjadwalan yang ada untuk tiap-tiap jenis mesin dengan cara klik kotak ”mesin proses” seperti pada Gambar 18. Selain dikelompokkan per jenis mesin, penjadwalan juga dilakukan per tanggal start date yang sama, sehingga pengguna dapat mengetahui hari penjadwalan per start date yang sama dengan cara klik kotak adwal produksi” seperti pada Gambar 19.
Gambar 18. Tampilan pilihan mesin pada model penjadwalan produksi
Gambar 19. Tampilan pilihan start date pada model penjadwalan produksi
Penjadwalan yang dilakukan oleh program UPPS terbagi menjadi dua macam metode pengurutan, yaitu SPT dan EDD, sehingga jika pengguna ingin melihat penjadwalan dengan metode SPT maka klik saja kotak ”SPT”. Sebaliknya jika pengguna menginginkan jadwal dengan metode EDD, maka klik kotak ”EDD”. Dari kedua metode perhitungan dihitung waktu penyelesaian rata-rata yang digunakan untuk tiap-tiap mesin, rata-rata jumlah pekerjaan yang melewati mesin dan rata-rata keterlambata pada tiap mesin per tiap periode start date. Tampilan hasil penjadwalan produksi dengan metode pengurutan SPT dan EDD dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.
Gambar 20. Tampilan model penjadwalan produksi dengan metode SPT
Gambar 21. Tampilan model penjadwalan produksi dengan metode EDD
12.
Menu perhitungan kebutuhan benang berguna untuk menghitung berapa banyak jumlah benang yang diperlukan untuk membuat suatu pesanan. Untuk menggunakan model ini, pertama masukan kode produk pada kotak ”no meigara”, kemudian masukan jumlah pesanan seperti yang ditunjukan oleh panah. Selanjutnya klik
, maka secara otomatis akan
tampil jumlah benang yang diperlukan. Untuk keluar klik tombol
.
Tampilan model perhitungan benang dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 21. Tampilan model penjadwalan produksi dengan metode EDD 13.
Menu ”keluar aplikasi” digunakan untuk keluar dari program UPPS.