UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI BROWNIES SINGKONG Acceptability Test and Nutrient Composition brownies cassava) Elvina Novyanti Pulungan1, Albiner Siagian², Ernawati Nasution² 1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Cassava is one of the food ingredients to support food diversification program. For it is necessary to introduce processed cassava product to get new food alternatives. Brownies made with cassava flour and cassava flour can add additional types of brownies that have been there in the market. This study is an experiment that is making brownies using 100% cassava flour and cassava flour addition of 50%. Panelists in this study were student school of public health University of North Sumatra as thirty people. Acceptability test data obtained were analyzed descriptively and nutritional value of carbohydrates was deretmined by hydrolysis methode and phosphor was determined by AAS method (atomic absorption spectrofotometri) and the method was tested in the laboratorty standardization agency for industrial research and medan. the results showed that student receive the test public health University of North Sumatraagainst brownies. The addition of cassava flour is preferred by the addition of 50% brownies. The addition of cassava flour in making brownies giving increasing amountd of carbohydrat and phosphor on the brownies. The addition of cassava flour in making brownies with a variety of different influence evident on the assessment test acceptability in terms of taste, aroma and texture and nutrient content of the resulting brownies. But did not give a significatly different efect on the color brownies. Then it is recommended that the public can make brownies cassava as food alternatives because it contains carbohydrates and phosphorus necessary body. Keyword : Brownies, Cassava, Nutrient Composition, Acceptability Test PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian seperti singkong. Seperti yang kita ketahui singkong merupakan salah satu sumber kalori pangan yang paling murah di Dunia. Tanaman ini dikonsumsi sebagai tanaman pokok oleh kira-kira 400 juta orang di daerah-daerah tropik yang lembab (Damardjati,1990). Singkong merupakan salah satu makanan yang kaya karbohidrat, selain itu terdapat kandungan gizi seperti protein, vitamin c, kalsium, posfor, kalori, lemak, zat besi dan vitamin B1. Dengan berbagai kandungan gizi yang terdapat pada singkong maka singkong baik dikonsumsi oleh masyarakat. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya serat dan
karbohidrat namun miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin ( Richana, dkk. 2012). Menurut badan pusat statistik produk singkong di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 24.044.025 ton (BPS). Tingginya produksi tanaman singkong ini sebanding dengan pemanfaatannya yang bisa dijadikan sebagai bahan makanan. Hampir semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbinya hingga daunnya. Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya saja untuk digoreng atau direbus serta dijadikan tepung tapioka, bagian daunnya dijadikan sebagai sayuran dan bagian kulitnya bisa dijadikan sebagai makanan ternak. 1
Singkong yang juga disebut kaspe, dalam bahasa latin di sebut Manihot Esculenta Crantz, merupakan tanaman yang banyak mengandung karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai smber karbohidrat disamping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan bahan baku industri seperti : tepung tapioka, gaplek, gula pasir, gasohol, protein, sel tunggal, dan asam sitrat. Tepung tapioka dengan kadar amilase yang rendah tetapi berkadar amilopektin yang tinggi merupakan sifat yang khusus dari singkong yang tidak dimiliki oleh jenis tepung yang lain nya (Rismayani, 2007). Komoditas umbi singkong ini sangat layak dipertimbangkan dalam menunjang program diversifikasi pangan. Pemerintah sendiri sudah menyadari pentingnya dilakukan diversifikasi pangan, karena program tersebut dapat meningkatkan mutu gizi makanan yang dikonsumsi sehingga dapat meningkatkan status gizi masyarakat (Almatsier, 2004). Upaya diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan mengganti atau memodifikasi pangan yang berbahan dasar terigu dengan pangan lokal yang ada di Indonesia. Salah satunya diversifikasi pangan dengan singkong sebagai alternatif pangan, harus diikuti dengan perancangan olahan singkong untuk meningkatkan penerimaan komsumen. Produk olahan yang sekiranya dapat dijadikan sebagai alternatif pangan adalah brownies (Haryanto, 2004). Dewasa ini telah dilakukannya usaha perbaikan gizi keluarga dengan meningkatkan mutu konsumen pangan. Salah satu anjuan untuk menanggulangani masalah gizi masyarakat berupa pangan. Singkong merupakan salah satu pangan yang mengandung banyak karbohidrat dan vitamin, singkong merupakan penghasil kalori yang efisien, artinya tanaman singkong mempunyai kemampuan dalam menghasikan kalori yang produktif dan efisien didaerah tropis, singkong mampu menghasilkan kalori 66,66 persen lebih tinggi dari pada tanaman bijibijian lainnya. Sebagai komoditi yang mudah rusak singkong memerlukan penanggulangan khusus untuk memperpanjang masa simpannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah prosespengawetan dan pengolahan
singkkong menjadi bentuk lain, sehingga dapat dijadikan makanan tambahan yang bergizi. Pembentukan tepung singkong yang ditambahkan kedalam pembuatan brownies merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi lepas panen dan pengolahan makanan tambahan atau jajanan yang diharapkan akan dapat memberi sumbangan kalori dan zat gizi lainnya pada anak sekolah (Pudjiadi, 2002). Brownies adalah salah satu makanan jajanan yang disukai anak-anak. Dan merupakan salah satu kue yang trend dan favorit banyak orang. Brownies sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai jajanan yang cukup mengenyangkan dan juga sering menggantikan menu sarapan pagi dan bekal sekolah anak. Tidak seperti jajanan atau kue tradisional yang rata-rata hanya mampu bertahan sehari dan kemudian basi, brownies dapat bertahan dua sampai tiga hari tanpa bahan pengawet. Membuat brownies relatif mudah, pemulapun dapat belajar dalam waktu singkat. Cukup mengikuti resep dan teknik pembuatan yang tepat maka langsung bisa menguasai pembuatan brownies. Asalkan ada kemauan dan berusaha. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan bisa dibuat dengan peralatan yang sederhana (Sufi, 2009). Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan brownies dengan tepung singkong. Pengenalan penggunaan tepung singkong kepada masyarakat akan lebih efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau tambaha dalam pembuatan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah browniees. Dalam hal ini, penambahan tepung singkong merupakan salah satu bentuk pengolahan makanan tambahan atau jajanan yang dimana dapat member tambahan zat gizi yang dibutuhkan. Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba memanfaatkan tepung singkong dalam pembuatan brownies. Hal ini menarik untuk diteliti dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Uji Daya Terima Dan Nilai Gizi Brownies Singkong”. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang haya terdiri dari satu faktor yaitu dengan 2
2 perlakuan penambahan tepung singkong 100% dan 50%. Pembuatan tepung singkong dan uji daya terima dilakukan di laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU. Uji kadar karbohidrat dan fosfor dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Data yang uji daya terima, diolah secara manual. Hasil analisis kandungan karbohidrat dilakukan dengan Metode hidrolisis dan fosfor dengan Metode SSA (Spektofotometri Serapan Atom). Untuk uji organoleptik dilakukan Uji Kesamaan Varians. Selanjutnya dilakukan Analisa Sidik Ragam dan Uji Ganda Duncan.
4,18. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penambahan 100% dan 50% terhadap aroma brownies dan penambahan tepung singkong dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma brownies yang dihasilkan. Tabel 5. Hasil Analisis Aroma Sumber Keragaman
Perlakuan Panelis Eror Total
Aroma
Biskuit Kacang Merah A1 A2 Panelis Skor % Panelis Skor Suka 19 57 63,3 26 78 Kurang Suka 11 22 24,4 4 8 Tidak Suka 0 0 0 0 0 Total 30 30 87,7 30 60 Skala Hedonik
JK JKTR
1 1,0 29 3,8 29 6,4 59 11,2
1,0 0,13 0,22 0,43
F
F tabel
hitung
(0,05)
4,54
4,18 Fh>Ft
Ket
Munculnya perbedaan aroma pada brownies menghasilkan penilaian yang berbeda dari panelis. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies yaitu seperti tepung terigu, Tepung singkong, mentega dan coklat masing-masing mempunyai aroma yang khas. Brownies dengan penambahan tepung singkong sebesar 50% memiliki aroma yang lezat, dimana aroma singkong dan mentega sangat menonjol. Masyarakat pada umumnya menyukai makanan yang memiliki aroma yang wangi. Berdasarkan penelitian Gracia dkk (2009), pada pembuatan biskuit dengan penambahan tepung jagung, skor rata-rata penilaian aroma biskuit meningkat dengan adanya penambahan margarin, gula dan telur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah konsentrasi margarin, gula dan telur akan mempengaruhi aroma dari biskuit jagung sehingga disukai oleh panelis. Analisis Organoleptik Rasa Browies dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Singkong Rasa dalam brownies merupakan kombinasi antara cita rasa dan aroma yang tercipta untuk memenuhi selera panelis. Pada umumnya, rasa brownies merupakan hal yang menunjang karena hal pertama yang akan diperhatikan oleh panelis pada saat memberikan penilaian adalah rasa. Dari hasil penelitian, uji daya terima terhadap rasa menunjukkan bahwa rasa brownies dengan penambahan tepung singkong 50% disukai oleh panelis karena memiliki presentase tertinggi yaitu 96,6%. Sedangkan brownies dengan penambahan 100% memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Brownies yang Dihasilkan Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa brownies dengan penambahan tepung singkong 100% berwarna cokelat tua, beraroma khas singkong, rasanya didominasi oleh khas singkong, dan teksturnya lebih mengembang, lembut dan sedikit padat. Brownies dengan penambahan tepung singkong 50% (perbandingan tepung terigu 50% dan tepung singkong 50%) berwarna cokelat muda, beraroma khas brownies, rasanya khas brownies dan teksturnya lembut. Analisis Organoleptik Aroma Brownies dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Singkong Berdasarkan uji daya terima mahasiswa yang telah dilakukan dengan menggunakan pengujian organoleptik terhadap aroma menunjukkan penambahan tepung singkong 50% yang disukai, karena memiliki presentase tertinggi yaitu 86%. Sedangkan untuk penambahan tepung singkong 100% memiliki presentase yaitu 79%. Hasil analisis organoleptik aroma brownies dengan penambahan tepung singkong dengan sekala hedonik dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Hasil Analisis Organoleptik Brownies Tepung Singkong
Db
Sidik Ragam terhadap
% 90 6,7 0 140
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada tabel di bawah, dapat dilihat bahwa nilai FHitung 4,54 ternyata lebih besar dari FTabel 3
presentase yaitu 86,6%. Brownies dengan penambahan tepung singkong 50% lebih disukai oleh panelis, menurut panelis rasanya manis dan lembut.
Analisis Organoleptik Warna Biskuit dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Kacang Merah Uji daya terima terhadap warna menunjukkan bahwa brownies dengan penambahan tepung singkong 50% disukai oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU karena memiliki presentase tertinggi yaitu 86%. Warna tepung singkong memang berpengaruh terhadap warna produk brownies yang dihasilkan, dimana semakin banyak konsentrasi penggunaan tepung singkong, warna brownies akan semakin coklat. Panelis yang merupakan mahasiswa memiliki cara pemilihan makanan yang berbeda. Mahasiswa pada umumnya lebih memperhatikan warna dalam memilih makanan, mereka cenderung menyukai warna-warna cerah pada makanan. Menurut mereka warna yang cerah sangat indah dilihat dan membuat mereka tertarik untuk mengonsumsinya brownis
Tabel 6. Hasil Analisis Organoleptik Rasa Brownies Tepung Singkong Brownies Singkong A1 A2 Panelis Skor % Panelis Skor % Suka 18 54 60 27 81 90 Kurang Suka 12 24 26,6 3 8 8,8 Tidak Suka 0 0 0 0 0 0 Total 30 78 88,6 30 87 98,8 Skala Hedonik
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada tabel di bawah, dapat dilihat bahwa nilai FHitung 6,5 ternyata lebih besar dari Ftabel 4,18. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penambahan tepung singkong 100% dan 50% terhadap rasa brownies dan penambahan tepung singkong dengan berbagai variasi tersebut memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa birownies yang dihasilkan.
Tabel 9. Hasil Analisis Organoleptik Tepung Singkong
Tabel 7. Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap Rasa F F tabel Sumber Db JK JKTR Ket Keragaman hitung
Perlakuan Panelis Eror Total
1 1,3 29 3,7 29 6,2 59 11,2
1,3 0,12 0,2 0,43
6,5
Warna
Biskuit Singkong A1 A2 Panelis Skor % Panelis Skor % Suka 21 63 70 26 78 86,7 Kurang Suka 9 18 20 4 8 8,9 Tidak Suka 0 0 0 0 0 0 Total 30 82 90 30 86 95,6 Skala Hedonik
(0,05)
4,18 Fh>Ft
Oleh karena adanya perbedaan antara penambahan tepung singkong terhadap rasa, maka dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang sama dan didapatkan hasilnya (A2-A1=2,92,5=0,4>0,23). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012), pembuatan biskuit dengan penambahan tepung pisang kepok sebanyak 45% memiliki penilaian tertinggi yaitu dengan skor 86 dan jumlah presentase sebesar 95,5%. Menurut Ginting (2009) yang dikutip oleh Utami (2012), peningkatan jumlah presentasi hedonik terhadap rasa diikuti pula dengan peningkatan skor hedonik terhadap aroma. Semakin banyak konsentrasi subtitusi tepung pisang kepok maka semakin rendah skor penilaian panelis terhadap rasa biskuit pisang kepok.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada tabel di bawah, dapat dilihat bahwa nilai FHitung 0,4 ternyata lebih kecil dari FTabel 4,18. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penambahan tepung singkong 100% dan 50% terhadap warna brownies dan penambahan tepung singkong dengan berbagai variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna brownies yang dihasilkan. Tabel 10.Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap Warna F F tabel Sumber Db JK JKTR Ket Keragaman hitung
Perlakuan Panelis Eror Total
1 0,4 0,4 29 3,7 0,12 29 6,1 0,2 59 11,2
2
(0,05)
4,18 Fh>Ft
Menurut Utami (2012), pada pembuatan biskuit dengan penambahan tepung pisang kepok, tingkat kesukaan panelis terhadap 25% penambahan tepung pisang kepok dalam pembuatan biskuit memiliki skor tertinggi yaitu 85 (94,4%). 4
Presentase skor hedonik semakin meningkat dengan semakin berkurangnya konsentrasi tepung pisang kepok yang digunakan sebagai pensubtitusi. Analisis Organoleptik Tekstur Brownies dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Singkong Perbedaan jumlah tepung terigu dan tepung singkong berpengaruh terhadap tingkat kekerasan singkong. Berdasarkan hasil uji daya terima terhadap tekstur menunjukkan bahwa brownies dengan penambahan tepung singkong 50% sangat disukai. Brownies dengan penambahan 50% menghasilkan tekstur brownies yang lembut bila dibandingkan brownies dengan penambahan 100%.
tepung pisang kepok mengindikasikan kondisi biskuit menjadi semakin keras sehingga kurang disukai oleh panelis. Analisa Kandungan Gizi Karbohidrat dan Fosfor Brownies dengan Penambahan Tepung Singkong Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakuakan, dapat diketahui bahwa kandungan karbohidrat tertinggi terdapat pada brownies dengan menggunakan tepung singkong 100% , yaitu sebesar 33,1% (33,1 gram per 100 gram brownies singkong). Brownies singkong memiliki kandungan karbohidrat yang lebih rendah dibanding brownies biasa. Brownies singkong dapat dijadikan alternatif bagi seseorang yang ingin melakukan diet rendah kalori karena kandungan kalori brownies singkong lebih rendah dari brownies biasa. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada yang dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan glukosa dan energi, dan ada pula karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang berguna sebagai serat makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi manusia adalah untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa. Kekurangan glukosa darah (hipoglikemia) bisa menyebakan pingsan atau fatal; sementara bila kelebihan glukosa darah menimbulkan hiperglikemia yang bila berlangsung terus meningkatkan risiko penyakit diabetes atau kencing manis (Mahan K. dan Escott-Stump, 2008). Karbohidrat dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah unit gula (glukosa) yang dikandungnya. Bila mengandung satu unit gula disebut mono sakarida, seperti glukosa dan fruktosa yang banyak terdapat dalam larutan gula dan buah-buahan. Bila mengandung dua unit gula disebut disakarida, seperti sucrose (dalam gula meja, buah dan sayur), lactose (dalam susu) dan maltose (dalam karamel). Bila mengndung 3-10 unit gula disebut oligosakarida, seperti raffinose and stachyose yang banyak dijumpai dalam kacang-kacangan. Bila mengandung lebih dari sepuluh unit gula disebut polisakarida seperti kanji (starch), glikogen dan sellulosa.
Tabel 11.Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Brownies Brownies Singkong A1 A2 Panelis Skor % Panelis Skor % Suka 20 60 66,7 22 84 93,3 Kurang Suka 10 20 22,2 2 4 4,4 Tidak Suka 0 0 0 0 0 0 Total 30 80 88,9 30 88 97,4 Skala Hedonik
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada tabel di bawah, dapat dilihat bahwa nilai FHitung 10 ternyata lebih besar dari FTabel 4,18. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penambahan tepung singkong 50% dan 50% terhadap tekstur brownies dan penambahan tepung singkong dengan berbagai variasi tersebut memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur brownies yang dihasilkan. Tabel 11.Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap Tekstur F F tabel Sumber Db JK JKTR Ket Keragaman hitung
Perlakuan Panelis Eror Total
1 29 29 59
1 6 3 10
1 0,2 0,1
10
(0,05)
4,18 Fh>Ft
Oleh karena adanya perbedaan antara ketiga perlakuan tersebut, maka dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya (A2-A1=2,9-2,7=0,2<0,14). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Utami (2012), pada pembuatan biskuit dengan penambahan tepung pisang kepok, tingkat kesukaan panelis terhadap 45% penambahan tepung pisang kepok memilki skor tertinggi yaitu 77 (85,6%). Kandungan serat pada 5
Kandungan fosfor tertinggi terdapat pada brownies dengan berbahan dasar tepung singkong 50% dan tepung terigu 50% yaitu sebesar 43 mg. Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat yang tidak dapat larut yang terdapat di dalam tulang dan gigi. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1 : 2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraseluler. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen struktur dinding sel. Sebagai fosfat organik, Fosfor memegang peranan penting dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin TriPosfat (ATP) (Almatsier, 2004). Fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa (Pudjiadi, S., 2000). Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bila konsumsi fosfor rendah, taraf absorbsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor. Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase di dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif dan difusi pasif. Terdapat sebagai fosfat anorganik atau sebagai fosfolipida (Almatsier, 2004). Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil yaitu 700 mg. KESIMPULAN 1. Penambahan tepung singkong dalam pembuatan brownies dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap uji daya terima baik dari segi rasa, rasa brownies dengan penggunaan tepung singkong 100% lebih didominasi khas singkong beraroma khas singkong dan tekstur sedikit lebih mengembang dan padat sedangkan brownies dengan penggunaan tepung singkong 50% memiliki rasa khas brownies aroma khas coklat dan tekstur lebih lembut, tetapi tidak memberi pengaruh
yang berbeda nyata terhadap penilaian warna brownies. 2. Berdasarkan uji daya terima brownies yang disukai panelis adalah brownies singkong dengan penambahan tepung singkong 50 %. 3. Brownies singkong memiliki kandungan karbohidrat sebesar 33,1 mg per 100 gr brownies singkong dan fosfor 43 mg per 100 gr brownies singkong yang lebih rendah dibanding brownies biasanya. SARAN 1. Agar masyarakat dapat menjadikan brownies singkong sebagai bahan makanan alternatif karena mengandung karbohidrat dan fosfor yang diperlukan tubuh. 2. Agar dapat dijadikan alternatif bagi seseorang yang ingin melakukan diet rendah kalori karena kandungan karbohidrat brownies singkong lebih rendah dari brownies biasanya DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Budiman, H. 2004. Sukses Bertanam Jagung (Komoditas Pertanian yang Menjanjikan). Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Damardjati. 1990. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya. jakarta Ginting, S. 2009. Pemanfaatan Ubi Jalar Orange Sebagai Bahan Pembuat Biskuit Untuk Alternatif Makanan Tambahan Anak Sekolah Dasar di Desa Ujung Bawang Kecamatan Dolok Silau Kecamatan Simalungun. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan Gracia, dkk. 2009. Kajian Formula Biskuit Jagung Dalam Rangka Substitusi Tepung Terigu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XX No. 1 Mahan, K. dan Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company Pudjiadi, S. (2002). Ilmu Gizi Klinik pada Anak. Edisi Ke-empat. Jakarta: Penerbit FK UI. Halaman 421 6
Richana, dkk. 2012. Budidaya Singkong. ITB . Bandung Rismayani. 2007. Usahatani dan Pemasaran. Jakarta Sufi, S.Y. 2009. Sukses Bisnis Roti. Kriya Pustaka. Jakarta
7