FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR CHOLINESTERASE SEBAGAI INDIKATOR KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENJAMAH PESTISIDA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013
Doni Hermawan 1) Yuldan Faturahman dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Pestisida merupakan salah satu bahan beracun yang berbahaya dan banyak digunakan di sektor pertanian untuk mengendalikan hama, salah satu jenis pestisidanya adalah organofosfat yang dapat menimbulkan efek berupa penurunan kadar enzim cholinesterase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan hubungan antara Variabel independen (pengetahuan, sikap, lama kontak, pemakaian APD,Cara Menyemprot, status gizi) dengan aktifitas Cholinesterase (Variabel dependen). Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan menggunakan metode survei, melalui pendekatan Cross Sectional.Pengambilan sampel sebanyak 42 orang dari populasi 282 orang. Hasil penelitian univariat diketahui,pengetahuan kurang (3) (7,1%), sikap sedang (17) (40,5%), lama kontak < 5 jam perhari (27) ( 64,3%), petani tidak lengkap memakai APD (24) (57,1%), praktek menyemprot kurang ( 17) ( 40,5%), dan hasil pemeriksaan Cholinesterase yang keracunan < 75% ( 26) (61,9%). Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square didapatkan, ada hubungan dengan aktifitas cholinesterase ( ditandai dengan p value < 0,05) adalah pengetahuan,sikap,APD. Sedangkan variabel lama kontak danpraktek menyemprot tidak berhubungan dengan aktifitas cholinesterase ( p value > 0,05). Oleh karena itu agar para petani dapat terhindar dari keterpajanan pestisida pada waktu melaksanakan kegiatanya disarankan agar petani berprilaku positif mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida sesuai dengan aturan yang telah di tentukan dan harus menggunakan APD sebagai salah satu alternatif untuk mencegah dan mengurangi paparan pestisida serta perlu dilakukan penyuluhan mengenai cara-cara penangan pestisida yang baik dan bijaksana secara lintas sektoral. Keperpustakaan Kata Kunci
: 29 (1989 - 2011) : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida
ABSTRACT Factors Related To Cholinesterase Kadar Pesticide Of Toxicity As Indicators Of Pesticides On Farmers Handlers In The District Bandung Year 2013 Pesticides are one of the hazardous and toxic materials are widely used in agriculture to control pests, is one type of organophosphate pesticide that can cause effects such as decreased levels of the enzyme cholinesterase. This study aims to determine the frequency distribution and the relationship between the independent variables (knowledge, attitudes, prolonged contact, the use of PPE, Spray Method,) with cholinesterase level (the dependent variable). This type of research is an observational study used survey methods, the approach Cross Sectional.sample are 42 choose from the population of 282 people. The results of univariate known, knowledge about (3) (7.1%), moderate attitude (17) (40.5%), prolonged contact <5 hours per day (27) (64.3%), incomplete farmers wear PPE (24) (57.1%), practice spraying less (17) (40.5%), and the results of cholinesterase poisoning <75% (26) (61.9%).the result shown there was signifincantly correlation between knowledge,attitude and PPE with level of cholinesterase(p < 0,05). Therefore, in order that farmers can avoid pesticides at the time of exposure is recommended that farmers carry out kegiatanya act positively on the use and management of pesticides in accordance with the rules that have been set and should use PPE as an alternative to prevent and reduce exposure to pesticides and the necessary extension about the ways of good pesticide handlers and cross-sectoral wise.
Librarianship
: 29 (1989 - 2011)
Keywords
: Cholinesterase, farmers handlers, pesticide.
PENDAHULUAN Penggunaan pestisida secara tepat, mempunyai peranan yang penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama di bidang pertanian yang mempunyai peran dalam melindungi tanaman maupun hasil panen dari serangan hama. Di samping itu pestisida di bidang kesehatan juga mempunyai peran melindungi manusia dari serangan serangga penyebar penyakit maupun serangga pengganggu, kesemuanya itu memberi kontribusi besar pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat (Pengamanan Pestisida Di Pedesaan, 1989:1). Pestisida adalah suatu senyawa kimia yang merupakan bahan beracun dan berbahaya.Pestisida apabila tidak dikelola dengan bijaksana dan baik dapat menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
kesehatan
manusia
dan
lingkungannya.Penggunaan pestisida di Indonesia terutama ditujukan pada sektor pertaniaan. Pada sektor penting ini pestisida telah digunakan secara intensif untuk menunjang program dalam mencukupi kebutuhan pangan yang terus berkembang (Dinkes,2003:2). Berdasarkan hasil pemeriksaan Cholinesterase dalam darah terhadap para petani penjamah pestisida yang dilaksanakan pada tahun 2004 di sebagian wilayah Kapubaten Bandung diperoleh hasil sebagai berikut : dari 400 orang penjamah pestisida yang diperiksa yang mengalami keracunan berat 0%, keracunan sedang 12 orang (3%), keracunan ringan 152 orang (38%), dan yang normal sebanyak 236 orang (59%). Hasil pemeriksaan tahun 2008di sebagian wilayah Kapubaten Bandung menunjukkan hasil sebagai berikut : dari 104 orang penjamah pestisida yang diperiksa Cholinesterase darah, ternyata sebanyak 21 orang (20,1%) mengalami keracunan sedang, sebanyak 37 orang (35,6%) mengalami keracunan ringan dan sebanyak 46 orang
(44,3%)
yang
normal.(Data
Laporan
Kegiatan
Pengawasan
Dampak
Penggunaan Pestisida Pada Petani Di Wilayah Kapubaten Bandung:2008:11) Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap responden, hasilnya dapat diketahui bahwa semua responden (100%) masih rendah tingkat pengetahuanya tentang pengelolaan pestisida, (60%) sikap responden yang setuju pestisida adalah bahan beracun dan (100%) responden tidak lengkap menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat kontak dengan pestisida. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan peneltian mengenai “ Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kadar cholinesterase sebagai indikator
keracunan pestisida pada petani penjamah Pestisida di Kapubaten Bandung Tahun 2013” METODE Penelitian ini di lakukan dan bulan Februari-mei
2013 Jenis penelitian ini
merupakan penelitian observasi dengan menggunakan metode survei, melalui pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel sebanyak 42 orang dari populasi 282 orang secara rendem. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data identitas sampel pengetahuan,sikap,lama
kontak,alat
pelindung
diri
(APD)
cara
menyemprot,sex,umur,status gizi,yang diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner dan pengujian tes Cholinesterase dengan instrument tintometer test kit. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan,sikap,lama kontak,alat pelindung diri (APD) cara menyemprot, serta keracunan pestisida sebagai variabel terikat. Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan uji statistik Chisqure. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Desa Nengkelan adalah sebuah Desa yang terletak disebelah tenggara dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Ciwidey yang berjarak ±3 KM dan sebelah barat dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung yang berjarak ±20 KM, dengan ketinggian 1000-1200 M di atas permukaan laut. Secara umum wilayah Desa Nengkelan relatif miring kebagian selatan dengan kemiringan rata-rata 2 % dan sebagian besar wilayahnya dijadikan perkebunan palawija, sayuran , pesawahan.
2. Karakteristik Petani Penjamah Pestisida a. Umur Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Menurut Umur Petani Di Desa Negkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 Perhitungan Statistik Mean Median Minimal Maksimal
Nilai 42,95 43,50 25 50
Berdasarkan
data
yang
diperoleh
dari
42
responden
yang
diwawancarai, bahwa umur yang termuda adalah 25 tahun dan yang tertua 50 tahun. Berdasarkan data tersebut penulis mengelompokan menjadi dua, yaitu : kelompok < 43 tahun, dan > 43 tahun. Responden terbanyak adalah responden yang berumur > 43 tahun yaitu sebayak 23 (54,8%) responden dan responden yang <43 tahun sebanyak 19 (45,2%) responden. Secara terperinci datanya dapat dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Petani Di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
Umur < 43 > 43 Jumlah
N 19 23 42
% 45,2 54,8 100
b. Pendidikan Terakhir Berdasarkan hasil penelitian terakhir tingkat pendidikan ternyata ditemukan bahwa responden berpendidikan: SD sebanyak (34) (81,0%), SMP sebanyak (5) (11,9%), SMA sebayak (2) (4,8%), tidak sekolah sebanyak (1) (2,4%) responden dan dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penelitian Terakhir Petani Di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2 3 4
Tingkat pendidikan SD SMP SMA Tidak sekolah Jumlah
n 34 5 2 1 42
% 81,0 11,9 4,8 2,4 100
c. Status Gizi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menirut Status Gizi Petani Di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
Status Gizi Kurang Normal
n 4 21
% 9,5 50
3
Lebih 17 40,5 Jumlah 42 100 Berdasarkan data yang diperoleh dari 42 responden, bahwa status gizi yang kurang sebanyak 4 (9,5%), normal sebanyak 21 (50,0%) responden, dan yang lebih 17 (40,5%), secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4
3. Analisis Univariat a. Pengetahuan Berdasarkan data yang
diperoleh
dari
42 responden,
tingkat
pengetahuan kurang sebanyak (3) (7,1%), cukup sebanyak (25) (59,5%), baik sebayak (14) (33,3%) responden, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2 3
Tingkat pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
n 3 25 14 42
% 7,1 59,5 33,3 100
b. Sikap Berdasarkan responden,sedang
data
menurut
sebanyak
(17)
sikap
yang
(40,5%),
diperoleh
baik
dari
sebanyak
42 (25)
(59%),responden secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menuurt Sikap Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
Sikap Sedang Baik Jumlah
N 17 25 42
% 40,5 59,5 100
c. Lama Kontak Berdasarkan hasil penelitian menurut lama kontak dari 42 responden ditemukan bahwa, kurang sebanyak (27) (64,3%), baik sebanyak (15) (35,7%) responden, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kontak Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
Lama kontak Kurang (>5 jam perhari) Baik (<5 jam perhari) Jumlah
N 27 15 42
% 64,3 35,7 100
d. Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan dari responden yang menggunakan alat pelindung diri, tidak lengkap sebanyak (24) (57,1%), sedangkan yang lengkap sebanyak (18) (42,9%), jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Alat Pelindung Diri (Apd) Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
APD Tidak lengkap Lengkap Jumlah
N 24 18 42
% 57,1 42,9 100
e. Praktek Menyemprot Dalam melakukan praktek menyemprot dari 42 responden, dapat diketahui kurang sebanyak (17) (40,5%), baik sebayak (25) (59,9%) responden, dapat melihat hasil lebih rinci di tabel 4.9 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Praktek Menyemprot Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
f.
Praktek menyemprot Kurang Baik Jumlah
n 17 25 42
% 40,5 59,5 100
Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Berdasarkan hasil pengukuran kadar cholinesterase darah petani penyemprot dengan menggunakan Tintometer kit, diketahui bahwa (26) (61,1%) responden menunjukan kadar enzim keracunan,dan sisanya
sebanyak (16) ( 38,1%) responden menunjukan normal dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 4.10 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Petani Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Tahun 2013 No 1 2
Pemeriksaan cholinestersa Keracunan (<75%) Normal (75-100%) Jumlah
n 26 16 42
% 61,9 38,1 100
4. Analisis Bivariat/Hasil Tabulasi Silang Tabulasi silang antara variabel bebas dan terikat di uji dengan menggunakan chi square yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas secara bermakna atau tidak,tetapi ada beberapa tabulasi yang tidak dapat di uji secara statistik karena tidak memenuhi syarat. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam hasil berikut: a. Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan kadar enzim cholinesterase Tabel 4.11 Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan kadar enzim cholinesterase darah petani penjamah pestisida di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tahun 2013 Pengetahuan
Kurang Baik Jumlah
Kategori hasil Cholinesterase Keracunan Normal n % N % 14 87,5 2 12,5 12 46,2 14 53,8 26 61,9 16 38,1
Jumlah n 16 26 42
% 100 100 100
P
0,010
Hasil tabulasi silang diperoleh bahwa ada 14 (87,5%) dari 16 responden keracunan, sedangkan yang baik ada 12 (46,2%) dari 26 responden berada pada kondisi keracuana. Hasil uji statistik sel ≤ 5 diperoleh nilai p=0,01 (p≤ 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kadar enzim cholineterase. Penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian
oleh
(Teguh
Budi
Prijanto:2009),pada keluarga petani Holtikultura Di Kecamatan Ngablak
Kabupaten
Magelang,yang
menunjukan
ada
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan dengan kadar cholinesterase (p=0,005). b. Tabulasi silang sikap dengan kadar enzim cholinesterase. Tabel 4.12 Tabulasi silang sikap dengan kadar enzim cholinesterase darah petani penjamah pestisida pestisida di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tahun 2013 Sikap
Kurang Baik Jumlah
Kategori hasil Cholinesterase Keracunan Normal n % n % 14 82,4 3 17,6 12 48,0 13 52,0 26 61,9 16 38,1
Jumlah n 17 25 42
% 100 100 100
P
0,050
Tabulasi silang di peroleh bahwa 14 (82,4%) dari 17 responden keracunan, sedangkan 12 (48,0%) dari 25 responden berada pada kondisi keracunan. Hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahuan hubungan antara sikap dengan kadar enzim cholinesterase didapat nilai p=0,050 (p≤ 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kadar cholinesterase. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Subakir:2008),pada pekerja petani sayur,di kota Jambi,yang menunjukan bahwa ada hubungan signifikan/bermakna antara sikap petani (p-value =0,001) dengan kadar enzim cholinesterase.
c. Tabulasi silang lama kontak dengan kadar enzim cholinesteras. Tabel 4.13 Tabulasi silang lama kontak dengan kadar cholinesterase darah darah petani penjamah pestisida pestisida di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tahun 2013 Lama kontak
Kurang Baik Jumlah
Kategori hasil Cholinesterase keracuan Normal n % n % 19 70,4 8 29,6 7 46,7 8 53,3 26 61,9 16 38,1
jumlah n 27 15 42
% 100 100 100
P
0,236
Tabulasi silang diperoleh bahwa ada 19 (70,4%) dari 27 responden keracunan, sedangkan lama kontak baik 7 (46,7%) berada dalam kondisi keracunan. Hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan lama kontak dengan kadar enzim cholinesterase didapat nilai p=0,236 (p≥ 0,05), ini berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kontak dengan kadar enzim cholinesterase. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh ( Bangkit,62:2008), pada enzim
cholinesterase
darah
petani
penyemprot
sayuran
di
Desa
Sukamukti,Kecamatan Jalaksana,Kabupaten Kuningan,(0,043) menunjukan ada hubungan antara lama paparan dengan kadar cholinesterase. d. Tabulasi silang cholinesterase
alat
pelindung
diri
(APD)
dengan
kadar
enzim
Tabel 4.14 Tabulasi silang APD dengan kadar cholinesterase darah darah petani penjamah pestisida pestisida di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tahun 2013 APD
Tidak lengkap Lengkap Jumlah
Kategori hasil Cholinesterase Keracunan Normal n % N % 18 78,3 5 21,7 8 42,1 11 57,9 26 61,9 16 38,1
Jumlah n 23 19 42
% 100 100 100
p
0,037
Tabulasi silang diperoleh bahwa ada 18 (78,3%) dari 23 responden yang menggunakan APD tidak lengkap berada dalam kondisi keracunan, sedangkan yang menggunakan APD secara lengkap ada 8 (42,1%) dari 19 responden berada pada kondisi keracunan. Hasil uji statistik yang dilakukan untuk
mengetahui
hubungan
penggunaan
APD
dengan
kadar
enzim
cholinesterase didapat nilai p=0,037 (p ≤ 0,05), ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kelengkapan penggunaan APD dengan kadar enzim cholinesterase. Hal ini sejalan dengan penelitian ( Bangkit,61:2008),faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase darah petani penyemprot sayuran di Desa Sukamukti,Kecamatan Jalaksana,Kabupaten Kuningan. Ternyata didapatkan hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai probabilitas
sebesar 0,028 dan kurang dari 0,05 yang artinya ada hubungan antara kelengkapan alat pelindung diri dengan kadar enzim cholinesterase.
e. Tabulasi silang praktek menyemprot dengan kadar enzim cholinesterase Tabel 4.15 Tabulasi silang praktek menyemprot dengan kadar cholinesterase darah darah petani penjamah pestisida pestisida di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tahun 2013 Praktek menyemprot
Kurang Baik Jumlah
Kategori hasil Cholinesterase Keracunan Normal n % N % 19 70,4 8 29,6 7 46,7 8 53,3 26 61,9 16 38,1
jumlah n 27 15 42
% 100 100 100
p
0,188
Tabulasi silang diperoleh bahwa ada 19 (70,4%) dari 27 responden dalam melakukan praktek menyemprot berada dalam kondisi
keracunan,
sedangkan 7 (46,7%) dari 15 responden berada pada kondisi keracunan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,188 (p≥ 0,05), ini berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara praktek menyemprot dengan kadar enzim cholinesterase. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh (Mus joko Ritanto:2001), Pada pekerja petani sayur penyemprot di Desa Wonorejo yang menunjukan ada hubungan Praktek Penyemprotan pestisida dengan aktifitas enzim cholinesterase,dengan uji statistik Chi square dengan keeratan hubungan sebesar 69% sedangkan tingkat kemaknaannya 5% alfa 0,05.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,suharsimi. Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Rineka Cipta,Jakarta 2010 Bangkit,Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Enzim Cholinesterase,FKM Unsil Tasikmalaya,2008 Dinas
Kesehatan Kab.Bandung,Pedoman Pengawasan Pestisida,Pemerintah Kabupaten Bandung,2003
Dan
Pengendalia
Mus joko,Ritanto,Skripsi,Hubungan pengetahuan,sikap,praktek penyemprotan dengan aktivitas kholinesterase darah petani sayur penyeprot pestisida organoposfat,Desa Wonorejo,Kecamatan Jatipuro,Kabupaten Karanganyar,2001 Subakir,abstrak,faktor-faktor yang berhubungnan dengan keracunan pestisida pada petani sayur di kota jambi,2008 Teguh Budi Prijanto,Tesis,analisis faktor resiko keracunan pestisiada organofosfat pada keluarga petani holtikultura di kecamatan ngablak kabupaten magelang,2009