Hubungan Fungsi Kelompoktani dan Karakteristik Petani dalam Penerapan Prinsip SLPHT Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Jawa Tengah Yono *), Nawangwulan Widyastuti dan Elih Juhdi Muslihat**) *)Staf Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN) Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah **)Dosen Jurusan Penyuluhan Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor Corr :
[email protected]
ABSTRAK Penelitianbertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi kelompoktani dan Karaketristik petanisecara bersama-sama dalam Penerapan Prinsip SL-PHT di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Jawa Tengah.Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan korelasional antara variabel fungsi kelompoktani dan karakteristik petani dengan variabel penerapan prinsip SL-PHT Padi Sawah. Jumlah Populasi sebanyak 90 petani Padi Sawah yang aktif tergabung dalam 3 kelompoktani.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling atau judgmental sampling, dan setelah dilakukan penilaian tertentu ditetapkan sebanyak 30 sampel/petani. Alasan pemilihan sampel yaitu: 1) petani yang memiliki pengalaman usahatani diatas lima tahun, 2) petani yang berusahatani dan memiliki luas garapan minimal 400 m2, 4) tidak buta huruf, 5) anggota yang aktif dalam kelompoktani. Sampel setiap kelompok 10 petani yang terdiri atas tiga orang pengurus kelompok dan tujuh orang anggota.Berdasarkan hasil kajian menunjukkan, bahwa Hubungan fungsi kelompoktani dengan prinsip SL-PHT sangat kuat. Nilai koefisien korelasi ( r = 0,879). Fungsi kelompoktani memberikan kontribusi terhadap prinsip SL-PHT sebesar 77,26 %. Hubungan positif dan signifikan antara fungsi kelompoktani terhadap penerapan Prinsip SL-PHTdengan nilai thitung = 9,69> ttabel (9,69 >2,048). Karakteristik petani berdasarkan pendidikan, memiliki hubungan kuat dan nyata terhadap fungsi kelompoktani dengan nilai koefisien korelasi (r’= 0.751), luas garapan dengan terhadap fungsi kelompoktani memiliki hubungan yang positif dengan nilai koefisien korelasi (r’= 0.475) dan antara tingkat pendidikan dengan penerapan prinsip-prinsip SL PHTmemiliki nilai koefisien korelasi (r’= 0.754) dan luas garapan dengan prinsip SL-PHT memiliki hubungan positif dengan nilai koefisien korelasi (r’= 0.589). Hal ini berarti dengan berfungsinya Kelompoktani, tingkat pendidikan yang baik dan luas garapan petani yang jugaberkembang dengan baik, maka prinsip SL-PHT dapat diterapkan. Kata kunci: fungsi kelompoktani,karaktristik Petani,prinsip SL- PHT. ABSTRACT
This research aims to determine the relationship farmers group functions and Characteristics of farmers together in the Application of Principles of SL-PHT in the village Tanjungsari Jakenan District of Pati regency, Central Java. This research used survey method with approach of correlation between variables Characteristics of farmers and farmers group function with variable application of the principle of SL-PHT Rice. Population number 90 Rice farmers are active members of the three farmers group. The sampling method used is purposive sampling or judgmental sampling, and after an assessment of a particular set of 30 farmers. Reasons for the selection of samples are: 1) farmers who have over 5 years of farming experience, 2) farmers to farm and have a minimum land size of 400 m2, 4) are not illiterate, 5) active members in farmers group. Samples of each group of 10 farmers consisting of three administrators and a group of 7 members.Based on the results of the resarch showed that the relationship farmers group function with the principle of SL-PHT is very significant. The correlation coefficient (r = 0.879). farmers gorup function contributes to the principles of SLPHT by 77.26%. Positive and significant relationship between the function of the application of the principle SL-PHT with a value of t = 9.69. >t table (9.69> 2.048). Characteristics farmers 1
based education, has a positive relationship and real to farmers group function with correlation coefficient (r '= 0.751), widely cultivated by the farmers group function have a positive relationship with the value of the correlation coefficient (r' = 0.475) and between level of education and the application of SL-PHT has a correlation coefficient (r '= 0754) and the land size with the principles of SL-PHT had a positive correlation with the value of the correlation coefficient (r' = 0589). This means that with the proper functioning of farmers group, a good level of education and extensive arable farmers are also growing well, the SL-PHT principles can be applied. Keywords: farmers groupfunction, Characteristics of Farmers, Principles of SL-PHT
PENDAHULUAN Pemerintah dalam pemberdayaan petani dan usaha kecil di perdesaan seringkali menggunakan pendekatan kelompok. Kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai persepsi dan kepentingan yang sama dalam berusahatani.Kelembagaan petani mempunyai fungsi: 1) Kelas Belajar, wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya lebih sejahtera, 2) Wahana Kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain, sehingga usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, 3) Unit Produksi. Usahatani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan metode
yangefektif untuk memberdayakan petani dalam mengambil keputusan berdasarkan prinsip dan asas SL-PHT. Lebih dari 10 tahun Indonesia telah melaksanakan SL-PHT dan jumlah petani yang dibina sekitar satu juta petani. Prinsip Kerja SL-PHT di tingkat petani, sudah sering dilakukan Pemerintah, dengan mengadakan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebagai acuan para petani dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Dengan demikian para petani dapat belajar dari pengalaman sendiri, menganalisa apa yang terjadi di lahannya dan memutuskan apa yang perlu dilakukan. Namun studi tentang hasil dan dampak SL-PHT dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masih jarang dilakukan. Oleh karena itu sangat diperlukan untuk melakukan kajian atau analisis untuk mengetahui seberapa besar hubungan fungsi kelompok dalam penerapan prinsip kerja SLPHT terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan PHT di lahan padinya. Tujuanpenelitian adalah mengetahui hubungan fungsi kelompoktani dan karaktristik petani dalam penerapan prinsip SL-PHT Padi (Oryza sativa L).
2
Fungsi Kelompoktani (X1) 1. Kelas Belajar 2. Wahana kerjasama 3. Unit produksi Karakteristik Petani (X2) 1. Umur 2. Pendidikan 3. Luas Garapan
ᶓ Penerapan Prinsip kerja PHT (Y) 1. Budidaya tanaman sehat 2. Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami 3. Pengamatan berkala 4. Petani ahli PHT
Gambar1. Kerangka pikir hubungan fungsi kelompoktani dan karakteristik petani dalam penerapanprinsip kerja pengendalian hama terpadu. Keterangan : X1 :Variabel Fungsi Kelompoktani X2 :Variabel Karakteristik Petani Y :Variabel Penerapan Prinsip Kerja PHT ᶓ: Variabel Faktor lain Berdasarkan Gambar1. penulis menduga dengan meningkatkan fungsi kelompoktani dan karaktristik petani di Desa Tanjungsari akan meningkat pula penerapan Prinsip SLPHT Padi Sawah dalam kegiatan usahataninya.Adapun hipotesis tentang hubungan fungsi Kelompoktani dan karakteristik petani terhadap Prinsip Kerja SLPHT : H0 : Tidak terdapat hubungan nyata fungsi kelompoktani dan Karaktristik petani dalam Penerapan Prinsip SL-PHT H1:Terdapat hubungan nyata fungsi kelompoktani dan Karaktristik petani dalam Penerapan Prinsip SL-PHT Kriteria Pengujian hipotesis dengan menggunakan ujirank Correlation Spearman apabila: H0diterima apabila harga rho (r’) hitung < t tabel H1ditolak apabila harga rho (r’) hitung > t tabel
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Maret 2014 s/d 30 Mei 2014, bertempat di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Populasi adalah petani di Desa Tanjungsari.Terdapat 90 petani padi sawah yang aktif tergabung dalam tiga kelompoktani yaitu: Kelompoktani Karya, terdiri atas 30 petani, Kelompoktani Makmur terdiri atas 30 petani , dan Kelompoktani Jaya terdiri atas 30 petani. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive sampling atau judgmental sampling, dengan mengambil sebanyak 30 sampel/petani. Sampel yang dipilih yaitu: 1) petani yang memiliki pengalaman usahatani diatas 5 tahun, 2) petani yang berusahatani dan memiliki luas garapan minimal 400 m2, 4) tidak buta huruf, 5) anggota yang aktif dalam kelompoktani. Dari setiap kelompok diambil sampel 10 petani 3
yang terdiri atas tiga pengurus kelompok dan tujuh anggota sehingga jumlah sampel 30
petani seperti pada Tabel 1.
Tabel. 1 Jumlah populasi dan sampel setiap kelompoktani
No Kelompoktani 1 Karya 2 Makmur 3 Jaya Jumlah
Populasi (orang) 30 30 30 90
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data skunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumbernya yaitu responden yang telah ditentukan dengan menggunakan metode wawancara melalui instrumen kuesioner sebagai pedoman dalam melakukan pengumpulan data, sedangkan data skunder diperoleh dari sumber kedua yaitu data yang telah tersedia di Kantor Desa, Kantor Kecamatan, dan Dinas/Instansi terkait. Pertanyaan dalam kuesioner digunakan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam kajian ini berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah – peubah kajian. Struktur instrumen dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama adalah data dasar, diletakkan di depan, berisikan identitas responden. Bagian kedua berisikan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan peubah bebas (X): (1) Kelas Belajar, (2) Unit Produksi, (3) Wahana Kerjasama. Bagian ketiga, berisikan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan peubah terikat (Y) : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pelestarian musush alami, (3) pengamatan berkala, dan (4) petani ahli PHT. Skala pengukuran menggunakan skala Likert.Data yang digunakan berbentuk Ordinal dengan skor penilaian antara 1 – 4.
Sampel (orang) 10 10 10 30
Uji validitas dilaksanakan di Kelompoktani dengan 10 orang di luar sampel.Dari 35 pertanyaan terdapat 29 pertanyaan yang valid karena nilai korelasiPearson> 0,61 dan nilai Probabilitas< 0,05. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach 0 (nol) sampai 1 (satu). Triton, (2005) menyatakan jika skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan reng yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel 5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel Hasil Uji Reliabilitas yang dilaksanakan di Kelompoktani dengan 10 petani di luar sampel menunjukkanbahwa indikator – indikator dari varibel sudah sangat realibel.Hal ini ditunjukkan dengan nilai alpha Cronbach 0,989. Uji hipotesis assosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknis statistik korelasi spearman rank atau korelasi Kendall tau (Sugiono 2011). 4
Berdasarkan keterangan di atas, karena data dalam kajian ini berbentuk ordinal maka analisisdata menggunakan uji statistik Analisi menggunakan Spearman Rank Correlation. Untuk menentukan kuatnya hubungan, dihitung dengan menentukan koefisien Tabel 3. Kriteria Besaran Koefisien Korelasi. Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sumber : Sugiono 2011
Untuk mengetahui besarnya sumbangan/kontribusi dari variabel X terhadapvariabel Y dilakukan penghitungan koefisien penentuan (coefficient 2 ofdetermination)D = r .Sehingga besarnya sumbangan/konstribusi variabel X terhadap variabel Y adalah: r2 x 100%. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Desa Tanjungsari merupakan salah satu desa dari 23 Desa di wilayah kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jakenan, Desa Dukuhmulyo, Sebelah Timur berbatasan Desa Jakenan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Sidomulyo, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Puluhan Tengah. Luas wilayah Desa Tanjungsari : 286,280 ha, terdiri dari wilayah pesawahan dengan luas 152,80 Ha,pemukiman44,765 Ha, pekarangan80,395 Ha, dan prasarana umum lainya8,650 Ha. Dari data klasifikasi lahan dan tata guna lahan diatas menunjukkan bahwa lahan persawahan masih sangat
korelasi yang besarannya = (r’), sedangkan untuk melihat bahwa hubungan tersebut signifikan maka dilakukan uji t. Kriteria koefisien korelasi disajikan pada Tabel 3.
TingkatHubungan Sangat Lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
potensial.Lahan persawahan masih mencapai 60 % dari luas Desa Tanjungsari. Desa Tanjungsari terbagi 2 dusun, yaitu Dusun Miri yang terdiri atas 7 RT, 2 RW dan dusun Tanjung terdiri atas 4 RT, 1 RW. Topografi Desa Tanjungsari terdiri atas dataran rendah, dengan ketinggian berkisar 10 M dpl.Jenis tanah yang mendominasi Desa Tanjungsari adalah Aluvial kekuningan/ berpasir dengan pH tanah 6 – 7,5.Temperatur suhu di Desa Tanjungsari maksimum 29 – 32 o C dan minimum 20 – 24 oC, dengan rata-rata curah hujan per bulan 179 - 200 mm dan rata – rata hari hujan 6- 21 hari. Kelembagaan yang menunjang kegiatan penyuluhan pertanian yang dapat dijangkau oleh Pelaku Utama dan Pelaku Usaha untuk mendapat pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan kegiatan usahatani yang ada antara lain : KUD, BRI, Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK), Pasar, dan Gapoktan Jamaksari yang terdiri atas Kelompoktani Jaya, Makmur, dan Karya. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Rata-rata umurresponden sebagai sampel dalam kegiatankajian sebanyak 30 5
orang responden di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Responden berdasarkan umur No
Kelompok Umur(tahun)
Jumlah Responden(orang)
Persentase(%)
3 6 18 3
10 20,00 60,00 10,0
1 26 – 35 2 36 – 45 3 46 - 55 4 > 56 Sumber : data primer kuisioner 2014
Berdasarkan Tabel 5. rata-rata umur petani responden paling besar diantara 46-55 tahunyaitu 16 orang sebesar 60 % dari total responden. Hal ini menunjukkan petani Desa Tanjungsari mayoritas petani umur tua karena anak muda kebanyakan tidak mau bekerja sebagai petani. Merekalebih senang melakukan pekerjaan yang lain. Rataan umur tersebut sedikit diatas rataan umur tenagakerja yang mendominasi sektor pertanianyang mencapai lebih dari 50 tahun(Kasryno, 1997 dalam Suharyanto, 2001).Secara umum dapat dilihat bahwa sebagianbesar petani yang menjadi respondentergolong dalam usia produktif, yaitumempunyai kisaran umur
antara 15-64tahun. Menurut Soekartawi (1988) bahwamakin muda petani biasanya mempunyaisemangat untuk ingin tahu apa yang belummereka ketahui, sehingga mereka berusahauntuk lebih cepat melakukan adopsiinovasi walaupun sebenarnya merekamasih belum berpengalaman tentang inovasi tersebut. 2.
Tingkat Pendidikan Rata-rata pendidikanresponden sebagai sampel dalam kegiatankajian sebanyak 30 orang responden di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Responden berdasarkan tingkat pendidikan No
Tingkat pendidikan
Jumlah Responden(orang)
Persentase(%)
16 9 5 -
53,33 30 16,67
1 SD 2 SMP 3 SMA 4 S1 Sumber : data primer kuisioner 2014
berkelompok dan penanganan PHT. Berdasarkan Tabel 6. rata-rata pendidikan berdasarkan data primer Desa Tanjungsari mayoritas pendidikan adalah SD yaitu 53,33% atau 16 orang dari jumlah responden.Walaupun pendidikan petani rendah dalam menjalankan fungsi kelompoktani, dan adopsi prinsip kerja SL-PHT berjalan dengan baik, karena petani memiliki pengalaman
3.
Luas Garapan Rata-rata Luas Garapan responden sebagai sampel dalam kegiatankajian sebanyak 30 orang responden di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 7.
6
Tabel 7. Responden Berdasarkan Luas Garapan No
Luas garapan
Jumlah Responden(orang)
Persentase(%)
1 22 5 2
3,33 73,33 16,67 6,67
1 >0,5 2 0,5 - 1 3 1-1,5 4 < 1,5 Sumber : data primer kuisioner 2014 Berdasarkan Tabel 7. diatas rata-rata luas garapan responden Desa Tanjungsari tergolong tinggi yaitu 22 orang (73,33%) diatas 0,5-1Ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas garapan petani yang ada di desa tersebut masih tergolong luas. HubunganFungsi Kelompoktani Dengan Prinsip Kerja PHT Fungsi kelompoktani dengan prinsip kerja PHT memiliki hubungan yang sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi nilai r (rho) = 0,879. Hubungan positif dengan koefisien determinan (r2) = (0,879)2 x 100 % = 77,26 % berarti bahwa fungsi kelompoktani memberikan kontribusi terhadap prinsip kerja PHT sebesar 77,26 % dan 22,74% dipengaruhi faktor lain. Untuk membuktikan hipotesis dilakukan uji t. Nilai thitung = 9,69. Karena thitung>ttabel makaH0 ditolak dan H1 diterima (9,69 >2,048). Ada hubungan positif dan signifikan antara fungsi kelompoktani dengan penerapan prinsip kerja PHT atau apabila fungsi kelompoktani bertumbuh kembang dengan baik maka penerapan prinsip kerja PHT akan berkembang dengan baik pula. Hubungan Kelas Belajar dengan Petani Ahli PHT Fungsi kelompoktani sebagai kelas belajardengan Petani ahli PHTmemiliki hubungan dengan katagori sedang.Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,560.Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai kelas belajardiantaranya :mengemukakan pendapat, tingkat kehadiran anggota
,merumuskan kesepakatan, merencanakan kebutuhan belajar,akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang petani ahli PHT diantaranya :penaganan hama dan penyakit, sanitasi lahan , pembuatan pestisida nabati. Kontribusi kelas belajar terhadap pelestarian musuh alami dengankoefisien determinan (r2) (0,560)2 x 100% = 31,36%. Hal ini berarti bahwa secara simultan kelas belajar memberikan kontribusi sebesar 31,36% terhadappetani ahli PHT sedangkan sisanya 68,64% disebabkan faktor-faktor laindiantaranya : Peran penyuluh, sarana dan prasarana, dinas pertanian, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dll, yang tidak dianalisis. Hubungan Wahana Kerjasama dengan Budidaya Tanaman Sehat Fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan Prinsip kerja PHT terhadap budidaya tanaman sehat,memiliki hubungan kuat dengan tingkat keeratan hubungan kuat.Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,646. Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama diantaranya: pembagian tugas, musyawarah kelompok, mengadakan pemupukan modal,mentaati dan melaksanakan kesepakatan,akan meningkat pula penerapan prinsip kerja PHT tentang budidaya tanaman sehatdiantaranya :pola tanam, pengolahan tanah yang baik, pemupukan berimbang dan pengairan berselang. Kontribusi wahana kerjasama terhadap pelestarian musuh alami dengankoefisien determinan (r2) (0,646)2 x 100% = 41,73%. Hal ini berarti bahwa secara simultan wahana kerjasama memberikan kontribusi sebesar 7
41,73% terhadap budidaya tanaman sehat sedangkan sisanya 58,27% disebabkan faktorfaktor lain diantaranya : peran penyuluh, sarana dan prasarana, dinas pertanian, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dll, yang tidak dianalisis. Hubungan Wahana Kerjasama dengan Pelestarian Musuh Alami Fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan pelestarian musuh alamimemiliki hubungan kuat. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,778.Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama diantaranya: pembagian tugas , musyawarah kelompok, mengadakan pemupukan modal, mentaati dan melaksanakan kesepakatan, akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang pelestarian musuh alami alami diantaranya: penggunaan pestisida nabati, pengendalian hama, pengamatan musuh alami, membedakan antara musuh alami dan hama, pemeliharaan lingkungan. Kontribusi wahana kerjasamaterhadap pelestarian musuh alami dengankoefisien determinan (r2) (0,778)2 x 100% = 60,52%. Hal ini berarti bahwa secara simultan wahana kerjasama memberikan kontribusi sebesar 60,52% terhadap pelestarian musuh alami sedangkan sisanya 39,48 % disebabkan faktor lain diantaranya : peran penyuluh, sarana dan prasarana, dinas pertanian, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dan lain lain, yang tidak dianalisis. Hubungan Wahana Kerjasama dengan Pengamatan Berkala Fungsi kelompok tani sebagai wahana kerjasama memiliki hubungan sangatkuat.Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,834.Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama diantaranya: pembagian tugas, musyawarah kelompok, mengadakan pemupukan modal ,mentaati dan melaksanakan kesepakatan, akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang pengamatan berkala diantaranya: pengamatan rutin, agroekosistem, pengamatan OPT, penerapan perangkap hama.
Kontribusi wahana kerjasama terhadap pengamatan berkala dengankoefisien determinan (r2) (0,834)2 x 100% = 68,39%. Hal ini berarti bahwa secara simultan wahana kerjasama memberikan kontribusi sebesar 68,39% terhadap pengamatan berkala sedangkan sisanya 31,61% disebabkan faktor lain diantaranya: peran penyuluh, sarana dan prasarana, dinas pertanian, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dan lain lain, yang tidak dianalisis Hubungan Wahana Kerjasama dengan Petani Ahli PHT Fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan Petani Ahli PHTmemiliki hubungan rendah. Uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,354.Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasamadiantaranya :pembagian tugas , musyawarah kelompok, mengadakan pemupukan modal , mentaati dan melaksanakan kesepakatan, akan meningkat pula penerapan prinsip kerja PHT tentang petani ahli PHT diantaranya : penaganan hama dan penyakit, sanitasi lahan , dan pembuatan pestisida nabati. Kontribusi wahana kerjasama terhadap petani ahli PHT dengankoefisien determinan (r2) (0,354)2 x 100% = 12,53%. Hal iniberarti wahana kerjasama memberikan kontribusi rendah sebesar 12,53% terhadap petani ahli PHT sedangkan sisanya 87,47% disebabkan faktor lain diantaranya : peran penyuluh, peran petugas OPT, dinas OPT, Balai penyuluhan Kecamatan, Balai Penelitian dll, yang tidak dianalisis. Hubungan Unit Produksi dengan Budidaya Tanaman Sehat Fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan budidaya tanaman sehatmemiliki hubungankuat. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,630. Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai unit produksidiantaranya :pengembangan produksi, keterlibatan anggota dalam pengelolaan, memfasilitasi penerapan teknologi, perencanaan pengelolaan, akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang 8
budidaya tanaman sehat diantaranya : pola tanam, pengolahan tanah yang baik, pemupukan berimbang dan pengairan berselang. Kontribusi wahana kerjasama terhadap pelestarian musuh alami dengankoefisien determinan (r2) (0,630)2 x 100% = 39,69%. Hal ini berarti secara simultanunit produksi memberikan kontribusi sebesar 39,69% terhadap budidaya tanaman sehat sedangkan sisanya 60,31% disebabkan faktor lain diantaranya: peran penyuluh pertanian, kelembagaan permodalan, akses informasi teknologi, dan lain lainyang tidak dianalisis. Hubungan Unit Produksi dengan Pelestarian Musuh Alami Fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan pelestarian musuh alami,memiliki hubungan kuat. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,749.Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompoktani sebagai unit produksidiantaranya: pengembangan produksi, keterlibatan anggota dalam pengelolaan, memfasilitasi penerapan teknologi, perencanaan pengelolaan, akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang pelestarian musuh alamidiantaranya :pengunaan pestisida nabati, pengendalian hama, pengamatan musuh alami, membedakan antara musuh alami dan hama, pemeliharaan lingkungan. Kontribusi unit produksi dengan pelestarian musuh alami dengankoefisiendeterminan (r2) (0,749)2 x 100% = 56,10%.Hal ini berarti secara simultan unit produksi memberikan kontribusi sebesar 56,10% terhadap pelestarian musuh alami sedangkan sisanya 43,90% disebabkan faktor lain diantaranya: peran penyuluh, sarana dan prasarana, kelembagaan permodalan, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dan lain lain, yang tidak dianalisis. Hubungan Unit Produksi dengan Pengamatan Berkala Fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan pengamatan berkalamemiliki hubungan kuat. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,752. Hal ini berarti dengan meningkatnya
fungsi kelompoktani sebagai unit produksidiantaranya: pengembangan produksi, keterlibatan anggota dalam pengelolaan, memfasilitasi penerapan teknologi, perencanaan pengelolaan,akan meningkat pula prinsip kerja PHT tentang pengamatan berkaladiantaranya: pengamatan rutin, agroekosistem, pengamatan OPT, penerapan perangkap hama. Kontribusi unit produksi terhadap pengamatan berkala dengankoefisien determinan (r2) (0,752)2 x 100% = 56,55%.Hal ini berarti bahwa secara simultan unit produksi memberikan kontribusi sebesar 56,55% terhadap pengamatan berkala sedangkan sisanya 53,45% disebabkan faktor lain diantaranya: peran penyuluh, sarana dan prasarana, kelembagaan permodalan, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dan lain lain, yang tidak dianalisis. Hubungan Unit Produksi dengan Petani Ahli PHT Fungsi kelompoktani sebagai unit produksi, dengan petani ahli PHT, memiliki hubungan yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,272.Hal ini berarti dengan meningkatnya fungsi kelompok sebagi unit produksidiantaranya: pengembangan produksi, keterlibatan anggotadalam pengelolaan, memfasilitasi penerapan teknologi, perencanaan pengelolaan,akanmeningkat pula petani ahli PHTdiantaranya: penaganan hama dan penyakit, sanitasi lahan, dan pembuatan pestisida nabati. Kontribusi unit produksi terhadap petani ahli PHT rendah karenakoefisien determinan (r2) (0,272)2 x 100% = 7,39%. Hal ini berarti unit produksimemberikan kontribusi sebesar 7,39% dan 92,61 dipengaruhi faktor laindiantaranya: peran penyuluh, sarana dan prasarana, kelembagaan permodalan, Balai penyuluhan Kecamatan, kultur sosial budaya dan lain lain, yang tidak dianalisis. Hubungan Karaktristik Petani terhadap Fungsi Kelompoktani Berdasarkan analisis Spearman rankantara karaktristik petani terhadap Fungsi kelompoktani dapat dilihat pada Tabel 9. 9
Tabel.9 Hubungan karaktristik petani terhadap prinsip SL-PHT No 1
Karaktristik Responden Umur
Katagori
Tua(56-70 th) Sedang(36-55 th) Muda(20-35th) 2 Pendidikan Rendah(0-6th) formal Sedang(7-10th) Tinggi(>10th) 3 Luas Sempit( <0,45ha) garapan Sedang(0,45-0,90ha) Luas( >0,90ha) Sumber Data Primer 2014
1.
Hubungan Umur dengan Fungsi Kelompoktani Rata-rata umur responden di Desa Tanjungsari adalah antara 36 – 55 tahun. Rataan umur tersebut sedikit diatas rataan umur tenaga kerja yang mendominasi sektor pertanian yang mencapai lebih dari 50 tahun (Kasryno, 1997 dalam Mau Aurelius, 2011). Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian besar petani yang menjadi responden tergolong dalam usia produktif, yaitu mempunyai kisaran umur antara 15-64 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovas., Hasil uji Spearman rankpada Tabel 9. menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara umur dengan penerapan fungsi kelompoktani. Nilai koefisien korelasi (r’) -0.412.Jadi hipotesis bahwa umur berhubungan secara nyata dengan fungsi kelompoktani ditolak. Maka tidak ada kecenderungan makin muda umur makin tinggi penerapan fungsi kelompoktani dalam pengembangan fungsi kelompok. Menurut Soekartawi (1988) bahwamakin muda petani biasanya mempunyaisemangat untuk ingin tahu apa yang belummereka ketahui, sehingga mereka berusahauntuk lebih cepat melakukan adopsiinovasi walaupun sebenarnya merekamasih belum berpengalaman dalam soaladopsi inovasi tersebut. Hal ini berbeda dengan hasil kajian yang dilaksanakan di Desa Tanjungsari
Jumlah (orang)
Persentase(%)
3 24 3 16 14 0 1 22 7
10 80 10 53,3 46,7 0 3,3 73,4 23,3
Prinsip SL-PHT Nilai r’ -0.199
0.754**
0.589**
disebabkan : 1) petani yang ada di Desa Tanjungsari mayoritas berumur antara 36 – 55 tahun : 2)anak muda cenderung belum mau bergabung dalam kelompoktani 3) Usaha tani menghadapi risiko harga tak menentu, risiko alam, risiko iklim yang tidak menentu dll, 4) keuntungan usaha pertanian relatif sedikit, 5) usaha pertanian memerlukan waktu yang lama sampai menghasilkan. 2.
Hubungan Pendidikan dengan Fungsi Kelompoktani Tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenyam pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang berpendidikan tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya. Hasil uji Spearman rankpada Tabel. 9 menunjukkanterdapat hubungan yang kuat antara pendidikan dengan pengembangan fungsi kelompoktani dengan nilai koefisien korelasi (r’) 0.751**, pendidikan memiliki kontribusi 56,4 % terhadap pengembangan fungsi kelompoktani dan 43,6 dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya : pengalaman usaha tani, pelatihan, kursus tani, yang tidak di analisis.Sebagaimana dinyatakan Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi.Begitu pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan 10
rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
tingkat partisipasi petani, yang tidak di analisis.Semakin luas garapan petani dalam usahatani cenderung menjadi contoh bagi masyarakat sehingga mampu mempengaruhi petani lain.
3.
Hubungan Luas Garapan dengan Fungsi Kelompoktani Hasil uji Spearman rank pada Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sedang antara luas garapan dengan pengembangan fungsi kelompoktani dengannilai koefisien korelasi (r’) 0.475. Hal ini menunjukkan bahwa luas garapan memberikan kontribusi terhadap pengembanganfungsi kelompoktani sebesar 22,6 % dan 77,4 % dipengaruhi faktor lain diantaranya : lamanya bergabung dalam kelompoktani, tingkatan adopsi petani,
Hubungan Karaktristik Petani dengan Penerapan Prinsip SL-PHT Hubungan Karaktristik Petani dengan Penerapan Prinsip SL-PHT, dianalisis dengan koefisien korelasirank Spearman.Data karakteristik petani responden, kategori, jumlah, prosentase terhadap Penerapan Prinsip SL-PHT, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel. 10 Hubungan karaktristik petani terhadap prinsip SL-PHT Karaktristik No Katagori Jumlah(orang) Persentase(%) Responden 56-70th 1 Umur 3 10 36-55 th 24 80 20-35th 3 10 2 Pendidikan Rendah(0-6th) 16 53,3 Sedang(7-10th) formal 14 46,7 Tinggi(>10th) 0 0 Sempit( <0,45ha) 3 Luas 1 3,3 Sedang(0,45-0,90ha) garapan 22 73,4 Luas( >0,90ha) 7 23,3
1.
Hubungan Umur dengan Penerapan Prinsip PHT Umur responden di Desa Tanjungsari 80% antara36 – 55 tahun. Rataan umur tersebut sedikit diatas rataan umur tenaga kerja yang mendominasi sektor pertanian yang mencapai lebih dari 50 tahun (Kasryno, 1997 dalam Mau Aurelius, 2011).Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian besar petani yang menjadi responden tergolong dalam usia produktif, yaitu mempunyai kisaran umur antara 15-64 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi, berdasarkan hasil uji korelasirank Spearmanpada Tabel 10.tidak terdapat hubungan nyata antara umur dengan penerapan prinsip kerja SL-PHT dengan nilai koefisien korelasi (r’) -0,199. Jadi hipotesis bahwa umurberhubungan secara nyata dengan penerapan Prinsip SL-PHT ditolak. Maka tidak
Prinsip SL-PHT Nilai r’ -0.199
0.754**
0.589**
ada kecenderungan makin muda umur makin tinggi penerapan Prinsip kerja SL-PHT. Hal ini disebabkan karena usia muda dengan berbagai pertimbangan jarang yang mau menjadi petani Berdasarkan hasil wawancara responden dengan umur yang lebih muda ternyata tingkat pengetahuan tentang prinsip kerja SL-PHT tidak semakin tinggi hal ini disebabkan tingkat adopsi tentang PHT nya tidak semakin tinggi. Hal ini disebabkan tingkat adopsi tentang PHT pada umumnya berdasarkan pengalaman berusaha tani. 2.
Hubungan Pendidikan dengan Penerapan Prinsip PHT Tingkat pendidikan seseorang dapatmengubah pola pikir dan daya penalaran menjadi lebih baik. Makin lama seseorang mengenyam pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang berpendidikan tinggi akan lebih baik cara 11
berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan hasil uji Spearman rankpada Tabel 10.terdapat hubungan yang kuat antara pendidikan dengan penerapan prinsip SL-PHT dengannilai koefisien korelasi (r’)0.754. Pendidikan memiliki kontribusi 56,9 % terhadap penerapan prinsip SL-PHT dan 43,1% dipengaruhi oleh faktor laindiantaranya: pengalaman usaha tani, pengalaman mengikuti pelatihan, pengalaman mengikuti kursus tani, dan faktor lain yang tidak dianalisis. Sebagaimana dinyatakan Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi.Begitu pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. 3.
Hubungan Luas Garapan dengan Penerapan Prinsip PHT Hasil uji Spearman rank menunjukkanbahwa terdapat hubungan sedang antara luas garapan dengan penerapan prinsip SL-PHTdengan nilai koefisien korelasi (r’) 0.589.Hal ini menunjukkan bahwa luas garapan memberikan kontribusi terhadap penerapan prinsip kerja SL-PHT sebesar 34,7 % dan 65,3 % dipengaruhi faktor lain diantaranya : pengalaman usaha tani, tingkat adopsi petani, motivasi petani, yang tidak dianalisis. Hal tersebut karena semakin luas garapan petani dalam usahatani cenderung menjadi contohbagi masyarakat dan mampu mempengaruhi petani lain.Semakin luas garapan yang dikelola petani semakin mereka ingin menerapkan inovasi tentang PHT yang di dapat untuk diterapkan pada lahan usahatani yang di kelolanya. Penumbuhan dan pengembangan Kelompoktani dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar petani dan antar poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha
dan meningkatkan kemampuan kelompoktani dalam menjalankan fungsinyaterhadap penerapan prinsip kerja SL-PHT. Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman rankhubungan terendah terdapat pada wahana kerjasama dengan petani ahli PHT, dan hubungan unit produksi dengan petani Ahli PHT. Kegiatan penyuluhan dilakukan sebagai upaya tindak lanjut dari hasil kajian dalam rangka untuk menigkatkan pengetahuan petani tentang PHT. SIMPULAN Berdasarkan kajian tentang hubungan Fungsi Kelompoktani Dalam Penerapan Prinsip Kerja SL-PHT padi sawah yang dilaksanakan di Desa Tanjungsari didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan sangat kuat, positif dan signifikan antara Fungsi Kelompoktani dengan Penerapan Prinsip Kerja SL-PHT. Hal ini berarti apabila Fungsi Kelompoktani berkembang dengan baik di pastikan penerapan prinsip kerja SL-PHT akan diterapkan dengan baik juga. a. Kelas belajar memiliki hubungan positif dan signifikan dalam Penerapan Prinsip Kerja SL-PHT Padi Sawahdalam budidaya tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan berkala, dan petani ahli PHT). b. Wahana kerjasama memiliki hubungan positif dan signifikan dalam Penerapan Prinsip Kerja SL-PHT Padi Sawah. Hubungan dalam katagori kuatdalam budidaya tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan berkala, sedangkan fungsi Kelompoktani sebagai wahana kerjasama terhadap Penerapan prinsip SL-PHT tentang petani ahli PHT hubungannya dalam katagori rendah. c. Unit produksi memiliki hubungan positif dan signifikan dalam Penerapan Prinsip Kerja SL-PHT Padi Sawah (terdiri dari budidaya tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan berkala). Sedangkan Fungsi Kelompoktani sebagai unit produksi terhadap Penerapan Prinsip 12
SL-PHT tentang petani ahli PHT hubungannya dalam katagori rendah. 2. Karakteristik petani berdasarkan umur tidak memiliki hubungan nyata terhadap fungsi kelompok dan prinsip kerja SLPHT. Sedangkan karakteristik petani berdasarkan pendidikan, luas garapan memiliki hubungan positif dan nyata terhadap fungsi kelompoktani dan prinsip kerja SL-PHT. Hal ini berarti dengan meningkatnya pendidikan dan luas garapan akan meningkat pula penerapan prinsip SL-PHT. 3. Tingkat pengetahuan petani dalam penerapan prinsip SL-PHT petani sebagai ahli PHT masih rendah. Oleh karena itu diberikan materi penyuluhan tentang Pengendalian Hama Terpadu dan biopestisida.
SARAN 1. Fungsi kelompoktani di Desa Tanjungsari sudah baik perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi agar kelas kelompoktani dapat meningkat menjadi madya, dan menjadi kelompoktani yang mandiri. 2. Untuk meningkatkan petani sebagai ahli PHT, Pendidikan non formal bagi petani harus ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan tentang Cara Pengendalian Hama Terpadu dan biopestisida sehingga petani tidak tergantung kepada petugas PHT yang ada. 3. Untuk menunjang keberhasilan kegiatan penyuluhan pemerintah daerah setempat harus mengalokasikandana untuk pembuatan, leflet, folder, maupun bahanbahan untuk praktek langsung, sebagai bahan penunjang materi yang akan disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Syaifuddin, 2001, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Mau
Aurelius. 2011. Hubungan Fungsi Kelompoktani dalam Penerapan Prinsip Kerja PHT padi sawah (Oriza Sativa L). Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian . Bogor
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Indonesia University Press. Jakarta Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung Supranto J. 1983. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: UI Press. 350 hlm. Triton, P.B. 2005. SPSS 13.0 Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Penerbit Andi
13