Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
KAJIAN EFEKTIVITAS PUPUK N.P.K. PELANGI 20:10:10 DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI LAHAN KERING KABUPATEN TUBAN Moh.Saeri dan Suwono Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl Raya Karangploso P.O. Box 188 Malang 65101; Telp (0341) 494052, 485056; Fax (0341)471255; email:
[email protected]
ABSTRAK Untuk mengetahui pengaruh pupuk N-P-K Pelangi 20:10:10 terhadap pertumbuhan dan peningkatan hasil jagung, telah dilaksanakan percobaan di Desa Sumur Gung, Kecamatan Palang, KabupatenTuban, pada musim penghujan (MH) tahun 2007/2008. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) diulang tiga kali. Perlakuan yang dicoba adalah Pemupukan N-P-K Pelangi (20-10-10) 400 kg/ha ditambah 200/100/25 kg/ha,Urea pril produksi PT.Pupuk Kaltim, yang diberikan 2 kali dan 3 kali yaitu pada umur 0 hst, 25 hst dan 45 hst. (hari setelah tanam) sesuai perlakuan, dikombinasi dengan dosis 374 kg Urea + 111 kg. SP-36 dan 67 kg KCl per hektar produksi PT. Petrokimia Gresik, di berikan sesuai perlakuan, tersusun menjadi 10 (sepuluh) perlakuan, jagung yang ditanam varietas C-7 (komposid) ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm, 1 butir/lubang atau dengan populasi 66.667 tanaman per hektar. Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Kepekaan ekonomi dianalisis dengan Analisis Input Output. Hasil pengkajian pemupupukan N-P-K-Pelangi (20-10-10) 400 kg/ha ditambah 200 kg Urea diberikan 2 kali, memberikan hasil jagung pipilan kering sebesar 7,65 t/ha, penerimaan usahatani sebesar Rp. 15.300.000,-, keuntungan usahatani sebesar Rp. 10.330.000,-, dan R/C Ratio sebesar 3,08, adalah sebanding dan tidak berbeda nyata dengan pemupupukan 374 kg Urea+111 kg SP-36dan 67 kg KCl per hektar, memberikan hasil jagung pipilan kering sebesar 7,57 ton/ha, penerimaan usahatani sebesar Rp. 15.140.000,- keuntungan usahatani sebesar Rp. 10.336.700,- dan R/C Ratio sebesar 3,15. Kata kunci: Efektivitas, pupuk NPK Pelangi 20-10-10, pendapatan petani jagung PENDAHULUAN Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis, merupakan tanaman serealial sumber karbohidrat, menduduki tempat kedua setelah padi dan memiliki arti yang penting dalam perekonomian nasional (Sudaryanto dan Taufik, 1994). Meskipun masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki peranan yang sangat penting. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan jagung nasional baik itu secara intensifikasi maupun ekstensifikasi misalnya dengan program GEMA PALAGUNG Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
yang lalu atau program-program lainnya. Namun masih saja kebutuhan jagung secara nasional belum bisa terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya impor jagung yang dilakukan negara Indonesia. Inilah.com, Jakarta menyebutkan, dalam 3-4 tahun ke depan Indonesia akan kesulitan mendapatkan jagung impor, karena ketersediaan di pasaran Internasional semakin menurun. Oleh karenanya pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan Nasional dariproduksi dalamnegeri. Sebagai bahan pakan, jagung terutama digunakan sebagai pakan unggas, dengan proporsi lebih dari 50 % dari total bahan pakan yang digunakan, hal ini menyebabkan permintaan jagung terus meningkat, baik dipasar domestik maupun internasional (Sarasutha et al., 1999; Direktorat jenderal Serealia, 2003; Syafruddin et al., 2004). Ditinjau dari segi produktivitas, produksi jagung terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 4,24% / tahun, sehingga padatahun 2015 produksi jagung diharapkan mencapai 17,93 juta ton (Balitserial, 2005). untuk mencapai tingkat produksi sebesar itu, diperlukan tambahan areal panen sekitar 1,13 juta ha, dengan asumsi produktivitas rata-rata 3,50 t/ha. hal ini menggambarkan bahwa untuk mencapai produksi yang ditargetkan padatahun 2015, diperlukan perluasan areal tanam atau peningkatan intensifikasi tanam. Oleh karena itu peluang pengembangan jagung di lahan kering masih cukup tinggi. Potensi lahan kering yang sesuai untuk tanaman jagung cukup luas, yaitu sekitar 20,5 juta hektar, yang tersebar di Sumatera (2,90 juta ha), Kalimantan (7,20 juta ha), Sulawesi (0,40 juta ha), Maliku dan Papua (9,90 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (0,06 juta ha). Namun belumada data potensi riil yang akurat bagi tanamanjagung, mengingat lahan tersebut juga dapat digunakan untuk pengembangan komoditas pertanian lainnya, baik tanaman perkebunan , hortikultura, maupun tanaman pangan lain selain jagung (Badan Litbang Pertanian 2005). Dari luas pertanaman jagung tersebut, sekitar 79% berada di lahan kering. Namun kontribusi jagung lahan kering terhadap produksi total hanya sekitar 50%. Hal ini disebabkan kondisi lahan yang kurangsubur, sehingga terjadi gagal panen akibat curah hujan yang tidak menentu, serta penguasaan dan penerapan teknologi yang masih rendah sehingga produktivitas yang dicapai juga rendah. Oleh sebab itu, penggunaan pupuk “NPK Pelangi 20-10-10” ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan menekan biaya usaha tani jagung. Menurut Suwono dkk. (2006) pemupukan NPK yang dilengkapi slow release agent dapat meningkatkan hasil jagung, tetapi untuk mencapai hasil yang tinggi masih perlu tambahan pupuk N sebagai pupuk susulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk “NPK Pelangi 20-1010” terhadap peningkatan hasil dan pendapatan usaha tani jagung di lahan kering Kabupaten Tuban. METODE Kajian Efektivitas Pupuk N-P-K Pelangi 20:10:10 Pada Tanaman jagung dilaksanakan pada lahan kering milik petanidi Desa Sumur Gung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Jenis tanah (Inseptisol), Percobaan lapang ini dilaksanakan pada musim penghujan (MH) 2007/2008, mulai bulan Nopember 2007 hingga Maret 2008. dengan pola tanamJagung-Kacangtanah-Bera. Materi percobaan yang digunakan adalah pupuk Urea, SP-36, KCl, dan N-P-K Pelangi 20:10:10 produksi PT. Pupuk Kaltim Tbk. 2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Benih jagung yang digunakan adalah varietas C-7. Pengkajian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang 3 kali. Perlakuan yang dicoba adalah kombinasi pemupukan N-P-K Pelangi (20-10-10) dengan beberapa pupuk lain, yang terdiri dari 10 (sepuluh) perlakuan. Susunan perlakuan dosis dan waktu aplikasi pupuk selengkapnya tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Perlakuan Pengkajian Efektivitas Pupuk N-P-K Pelangi 20:10:10 pada Tanaman Jagung di Tuban, MH 2007/2008 No
NPK 0 hst 25 hst
Aplikasi Pupuk hari setelah tanam Urea SP-36 0 hst 25 hst 45 hst 0 hst 25 hst
1 0 0 0 0 0 2* 400 0 0 200 0 3* 200 200 0 100 100 4* 400 0 0 100 0 5* 200 200 0 50 50 6* 400 0 0 25 0 7* 200 200 0 0 25 8** 0 0 150 224 0 9** 0 0 150 150 74 10** 0 0 150 1501) 0 Keterangan : 1) = umur 30 hst *) = pupuk produksi PT. Pupuk Kaltim **) = pupuk Produksi PT. Petrokimia Gresik
0 0 0 0 0 0 0 111 56 100
0 0 0 0 0 0 0 0 55 0
KCl 0 hst
25 hst
0 0 0 0 0 0 0 67 35 0
0 0 0 0 0 0 0 0 32 0
Pupuk NPK pelangi 20:10:10 diberikan pada saat tanam (0 hst) dan pada umur 25-30 hst bersamaan dengan pembumbunan, sedangkan tambahan pupuk Urea diberikan pada umur 25-30 hst untuk perlakuan dengan pemberian pupuk NPK sekali (100 %) dan pada umur 45 hst untuk perlakuan dengan pemberian pupuk NPK dua kali. Masing-masing dosis pupuk yang digunakan disajikan pada (Tabel 1). Dalam perlakuan, pupuk NPK Pelangi 20-10-10 telah ditetapkan sebesar 400 kg/ha. Kandungan N, P, K perlakuan Nomor 8 dan 9 sama dengan nomor 2 dan 3, namun beda produsen pupuk, No. 8 dan 9 diproduksi PT. Petrokimia Gresik, sedangkan Perlakuan No. 2 sampai dengan No 7 diproduksi oleh PT. Pupuk Kaltim Tbk. Cara budidaya/pemeliharaan tanaman jagung mengikuti cara-cara pada buku panduan yang telah diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur. Pengolahan tanah untuk pengujian pupuk dilakukan secara sempurna dengan bajak menggunakan ternak sapi. Rumput dibersihkan dan permukaan tanah dibuat rata. Selang 7 hari berikutnya dibuat guludan, Jagung yang ditanam menggunakan varietas C-7 ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm, 1 butir/lubang atau dengan populasi 66.667 tanaman per hektar, setelah dipupuk lubang pupuk ditutup dengan tanah. Cara pemupukan seperti ini terbukti lebih efisien dibandingkan cara disebar rata, karena pupuk diberikan pada sekitar perakaran. Selama dalam pertumbuhan, tanaman diusahakan terlepas dari kemungkinan gangguan hama dan penyakit menggunakan karbofuran dengan dosis 20 kg/ha atau dengan pestisida lain sesuai dengan hama sasaran. Gulma dikendalikan secara manual atau penyiangan dengan tangan pada umur 21 dan 42 hst dengan menggunakan cangkul. Pemberian masing-masing pupuk dan waktu pemberiannya disajikan seperti pada Tabel. 1 perlakuan. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Data yang dikumpulkan : Variabel perlakuan yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, panjang dan diameter tongkol, bobot kering pipilan dan bobot 100 butir biji. Data hasil pengamatan ditabulasi dan dianalisi dengan analisis sidik ragam (Analisis of Variance). Pengaruh perlakuan dianalisis menggunakan ANOVA dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan Beda Nyata Terkecil (BNT 0,05)., Gomez and Gomez, 1993; Sastrosupadi, 2005) Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan petani data usahatani dianalisis dengan Input Output. Π = TR-TC, (Π = keuntungan, TR= total penerimaan, TC = Total biaya) R/C Ratio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi/ kelayakan inovasi, jika R/C Ratio < 1 inovasi tersebut tidak layak untuk dikembangkan (Sukartawi, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lahan dan pupuk untuk percobaan Lokasi pengkajian merupakan lahan kering di desa Sumur Gung Kec. Palang, Kabupaten Tuban, pola tanam eksisting adalah Jagung-Kacangtanah-Bera. Jenis tanah Inseptisol, lapisan olah kurang dari 25 cm, sumber pengairan adalah tadah hujan. Hasil analisa tanah yang diambil sebelum pelaksanaan penelitian diperoleh informasi seperti pada tabel 2. dengan klas tekstur berdebu. Tabel 2. Hasil analisis tanah untuk percobaan di Tuban, MH. 2007/2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sifat/Hara Tanah
N i l a i
pH (H2O) 7,4 pH (KCL) 6,7 C-organik (%) 0,57 (Rd) N-total (%) 0,14 (Rd) P-Olsen (ppm) 31,49 (T) K (me/100g) 0,31(Rd) Na (me/100g) 0,70 (Sd) Ca (me/100g) 6,9 (T) Mg (me/100g) 2,2 (T) KTK me/100g) 17,6 (Sd) Pasir (%) 8 Debu (%) 75 Liat (%) 17 Tekstur Lempung berpasir Keterangan: Rd = Rendah; Sd = Sedang; T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi
Reaksi tanah netral, yakni nilai pH 7,4, hal ini mengindikasikan ketersediaan unsur hara pada rentang yang optimal tidak mengalami fiksasi oleh unsur lainnya. Kandungan bahan organik dan N-total adalah rendah, yakni 0,57 dan 0,14%. Hampir seluruh lahan kering di JawaTimur mempunyai kandungan N relatif rendah, oleh sebab itu mutlak diperlukan pemupukan N. Secara umum tanah dilokasi percobaan mempunyai status kesuburan sedang, karena kandungan basa tertukar dan KTK statusnya sedang. Kandungan P-tersedia adalah tinggi (31,49 ppm, P-Olsen) dan Ktersedia dalam kategori rendah (0,31me/100 g), Atas dasar kriteria yang dikemukakan oleh Cottenie (1980), maka hasil analisa tanah di lokasi penelitian memiliki makna sbb: pH tanah tergolong netral, dan sedikit mengarah ke alkali, kandungan C-Organik
4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
tergolong rendah, N-total tergolong rendah, P-Olsen sangat tinggi (diatas 25 ppm), kandungan K termasuk kategori sedang, demikian juga KTK. memiliki kategori sedang. Uji Mutu Pupuk Pupuk NPK Pelangi 20:10:10 yang diuji efektivitasnya terlebih dahulu dianalisis kandungan hara N, P dan K. Sebagai pembanding adalah pupuk Produksi PT Petrokimia Gresik Analisis dilakukan di Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur. Hasil analisis menunjukan, bahwa kandungan N-total, P2O5 dan K2O dari pupuk NPK Pelangi berturut-turut adalah 19,9%; 12,96% dan 8,05%. (Tabel 2) produksi PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Dengan demikian kandungan N-total, P2O5 dan K2O pada NPK Pelangi 20:10:10 telah memenuhi standar pupuk sebagai Pupuk Makro–Padat– Majemuk. Tabel 3.Kandungan N-total, P2O5, K2O dalam NPK Pelangi 20:10:10 produksi PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. No 1
Jenis pupuk NPK Pelangi 20:10:10
N-total (%) 19,90
P2O5 (%) 12,96
K2O (%) 8,05
*). Dianalisis di Lab. Tanah, BPTP Jawa Timur. (2007) Efektivitas Pupuk N-P-K Pelangi 20:10:10 Pada Tanaman jagung Analisis Produksi Pengujian ini dilakukan pada lahan kering tadah hujan milik petani. Kondisi pertumbuhan tergolong normal, tidak terjadi gangguan gulma, hama/penyakit, dan bencana alam lainnya. Dengan demikian pengaruh perlakuan pupuk dapat dikatakan optimal, tanpa gangguan faktor lain. Pada perlakuan kontrol/tanpa pupuk, tinggi tanaman, panjang tongkol dan diameter tongkol adalah paling rendah dibanding pada semua perlakuan pemupukan. Pemberian 400 kg NPK.Pelangi 20-10-10 + 200 kg Urea/ha, mampu meningkatkan tinggi tanaman, panjang tongkol dan diameter tongkol. Penurunan dosis Urea dari 200 kg hingga 25 kg/ha tidak menurunkan tinggi tanaman, panjang tongkol dan diameter tongkol. Pada dosis N, P, K yang sama, penggunaan pupuk tunggal Urea, SP-36 dan KCl menghasilkan tinggi tanaman yang lebih rendah dibanding penggunaan NPK Pelangi 20-10-10 + Urea, tetapi tidak menurunkan panjang tongkol dan diameter tongkol . Demikian pula untuk parameter bobot/1000 butir, bobot brangkasan dan hasil pipilan kering jagung tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pupuk, kecuali pada perlakuan tanpa pupuk memberikan hasil yang lebih rendah pada semua perlakuan, kecuali perlakuan aplikasi NPK pelangi 1 kali, penambahan 25 kg urea dan perlakuan tanpa KCl. memberikan hasil bobot/1000 butir yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (tanpa pupuk). (Tabel 4). Perlakuan kontrol memberikan hasil jagung pipilan kering paling rendah (2,22 t/ha). Pemberian pupuk 400 kg NPK yang dikombinasikan dengan 200 kg Urea maupun 25 kg Urea mampu meningkatkan hasil jagung. Pemberian NPK 2 kali nampak peningkatan hasil lebih tinggi dibanding pemberian 1 kali, namun pada perlakuan pupuk tunggal waktu pemberian pupuk 1x atau 2x memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Perlakuan petani dengan pemberian 100 kg SP-36+400 kg Urea/ha memberikan hasil jagung lebih rendah dibanding perlakuan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
pupuk 374 kg Urea+111 kg SP-36+67 kg KCl/ha (Tabel 5). Berat brangkasan paling rendah juga dicapai pada perlakuan kontrol, kemudian disusul perlakuan 400 kg NPK Pelangi + 25 kg Urea. Perlakuan pupuk yang lain memberikan bobot brangkasan lebih tinggi, sehingga kombinasi 400 kg NPK Pelangi 20-10-10+25 kg Urea/ha telah memadai. Rasio hasil jagung/brangkasan tidak begitu bervariasi antar perlakuan (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Pelangi 20:10:10 Terhadap Tinggi Tanaman, Panjang Tongkol Dan Diameter Tongkol Jagung. Tuban, MH 2007/2008 Perlakuan pupuk (kg/ha) Panjang Tinggi Tan. Diameter tongkol (cm) NPK, SP-36 dan KCL, saat panen (cm) tongkol (cm) Urea freq. 1 0 0 145,80 d 12,73 c 3,93 c 2* NPK 400 (1 x) 200 185,30 a 18,13 a 4,58 a 3* NPK 400 (2 x) 200 184,10 ab 18,10 a 4,55 a 4* NPK 400 (1 x) 100 180,80 ab 17,55 a 4,53 a 5* NPK 400 (2 x) 100 180,60 ab 18,00 a 4,50 ab 6* NPK 400 (1 x) 25 177,15 b 17,33 a 4,43 ab 7* NPK 400 (2 x) 25 181,00 ab 17,63 a 4,48 ab 8** SP-36+ KCl (1 x) 374 180,65 ab 18,03 a 4,50 ab 9** SP-36 + KCl (2 x) 374 182,20 ab 17,93 a 4,55 a 10** SP-36 100 (2 x) 400 169,00 c 16,45 b 4,35 b KK (%) 3,1 3,6 2,3 BNT 0,05 7,91 0,89 0,15 Keterangan : Angka-angka sekolom yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 0,05 req. = frequensi pemberian pupuk *) = Pupuk produksi PT. Pupuk Kaltim **) = Pupuk Produksi PT. Petrokimia Gresik SP-36= 111kg + KCl=67kg
No. perlak
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Pelangi 20:10:10 Terhadap Komponen Hasil Dan Hasil Jagung Di Tuban, MH 2007/2008 No. perlak
Perlakuan pupuk (kg/ha)
Bobot brangka san (t/ha)
Urea
Bobot 1.000 butir (gr)
Hasil biji kering (t/ha)
0
272,51 c
5,48 c
2,22 c
1
NPK, SP-36 dan KCL, freq. 0
2*
NPK 400 (1 x)
200
313,59 a
11,21 a
7,59 a
3*
NPK 400 (2 x)
200
306,88 ab
11,42 a
7,65 a
4*
NPK 400 (1 x)
100
304,18 ab
11,25 a
6,79 ab
5*
NPK 400 (2 x)
100
307,80 ab
11,08 a
7,41 a
6*
NPK 400 (1 x)
25
283,42 bc
10,83 a
6,18 b
7*
NPK 400 (2 x)
25
299,17 ab
10,71 a
7,10 a
8**
SP-36+KCl (1 x)
374
303,93 ab
11,96 a
7,57 a
9**
SP-36+ KCl (2 x)
374
314,37 a
11,79 a
7,49 a
10**
SP-36 100 (2 x)
400
292,51 abc
8,75 b
5,99 b
8,9 1,91
9,0 0,86
Peningkatan Hasil (t/ha) 0c 537 a 543 a 457 ab 519 a 396 b 488 a 535 a 527 a
KK (%) BNT 0,05
6
5,8 25,18
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
377 b 8,6 2,31
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Keterangan : Angka-angka sekolom yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 0,05 freq. = frequensi pemberian pupuk *) = Pupuk produksi PT. Pupuk Kaltim **) = Pupuk Produksi PT. Petrokimia Gresik, SP-36= 111kg + KCl=67kg
Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dalam pengujian pupuk diperlukan untuk memberikan gambaran kelayakan ekonomi dari pupuk yang diuji dibandingkan dengan pupuk yang telah ada dan biasa digunakan oleh petani. Analisis ekonomi dilakukan secara sederhana, artinya hanya dilakukan analisis input output yang disebabkan oleh perbedaan perlakuan pupuk. Dengan demikian penerapan teknologi usahatani lain selain pupuk diasumsikan sama untuk semua perlakuan pupuk. Analisis ekonomi didasarkan atas harga input dan output pada saat pengujian berlangsung. Pada saat pengujian pupuk, tercatat harga input dan output sbb : a. Harga Urea pril………………………..= Rp 1.400,-/kg. b. Harga NPK Pelangi 20:10:10……….. = Rp 2.000,-/kg. c. Harga SP-36..………………………… = Rp 1.700,-/kg d. Harga KCl.…………………………… = Rp 3.000,-/kg. e. Harga gabah kering panen………..……= Rp 2.000,-/kg. Dalam analisis ini dihitung perubahan atau tambahan biaya input akibat penggunaan pupuk yang berbeda dan perubahan atau tambahan nilai output akibat penggunaan pupuk yang berbeda tersebut. Delta output dan delta input dibanding kontrol dapat dihitung, dan rasio delta output/delta input disebut dengan efisiensi pemberian pupuk. Penggunaan NPK Pelangi 20:10:10 Pada Tanaman Padi Dari hasil analisa data diperoleh informasi bahwa biaya pupuk terendah adalah pada perlakuan petani Rp.693.600,-/ha, sedangkan biaya pupuk tertinggi adalah perlakuan 2 dan 3 sebesar Rp. 1,080,000,- Keuntungan tertinggi dicapai pada perlakuan 3 dengan pupuk 400 NPK pelangi 20-10-10 + 200 Urea, diberikan 2 x sebesar Rp. 11,042,500,- adalah sebanding dengan perlakuan 8 dari pupuk tunggal 111 SP-36 + 67 KCl + 374 Urea yang diberikan 1 x dengan hasil sebesar Rp. 11,061,200,- pemberian. N-P-K Pelangi diberikan dua kali lebih baik dibanding satu kali, baik dari sisi peningkatan hasil maupun angka efisiensinya. Pemberian 400 kg NPK Pelangi (2 x) + 25 kg Urea/ha disamping memberikan hasil tinggi juga memberikan tingkat efisiensi tinggi yakni sebesar 3,59. Angka efisiensi tersebut masih lebih rendah dibanding pemberian pupuk tunggal yang terdiri atas 374 kg Urea pril + 111 SP-36 + 67 kg KCl/ha yang mencapai 3,71 (Tabel 6).
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
N o
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Perlakuan pemupukan ( kg/ha )
Biaya ( Rp )
Hasil (t/ha)
Panen
Tenaga
Total Biaya
Nilai Jual
Pendapatan
Pupuk
R.C.R
1
Kontrol tanpa pupuk
2.22
0
333,000
2,030,000
2,363,000
4,440,000
2,077,000
1.88
2
400 NPK (1 x) + 200 Urea
7.59
1,080,000
1,138,500
2,030,000
4,248,500
15,180,000
10,931,500
3.57
3
400 NPK (2 x) + 200 Urea
7.65
1,080,000
1,147,500
2,030,000
4,257,500
15,300,000
11,042,500
3.59
4
400 NPK (1 x) + 100 Urea
6.79
940,000
1,018,500
2,030,000
3,988,500
13,580,000
9,591,500
3.40
5
400 NPK (2 x) + 100 Urea
7.41
940,000
1,111,500
2,030,000
4,081,500
14,820,000
10,738,500
3.63
6
400 NPK (1 x) + 25 Urea
6.18
835,000
927,000
2,030,000
3,792,000
12,360,000
8,568,000
3.26
7
400 NPK (2 x) + 25 Urea
7.1
835,000
1,065,000
2,030,000
3,930,000
14,200,000
10,270,000
3.61
8
111 SP-36 + 67 KCl + 374 Urea (1 x) 111 SP-36 + 67 KCl + 374 Urea (2 x) 100 SP-36 + 300 Urea (2 x)
7.57
913,300
1,135,500
2,030,000
4,078,800
15,140,000
11,061,200
3.71
7.49
913,300
1,123,500
2,030,000
4,066,800
14,980,000
10,913,200
3.68
5.99
693,600
898,500
2,030,000
3,622,100
11,980,000
8,357,900
3.31
9 10
Tabel 6. Pengaruh Pupuk NPK Pelangi 20:10:10 Terhadap Hasil Jagung Dan Tingkat Efisiensinya Di Tuban, MH 2007/2008
Keterangan : (1 x) = pemberian pupuk 1 kali; (2 x) = pemberian pupuk 2 kali 1) Diasumsikan biaya produksi selain pupuk dan ongkos panen adalah sama. 2) Pendapatan kotor adalah nilai jual total dikurangi biaya pupuk dan biaya panen (biaya panen Rp150/kg)
KESIMPULAN "NPK Pelangi 20:10:10” adalah pupuk majemuk NPK yang mengandung 19,90% N, 12,96% P2O5 dan 8,05% K2O adalah layak digunakan, karena berpengaruh terhadap peningkatan hasil dan pendapatan petani jagung. 2. Pemupukan 400 kg/ha "NPK Pelangi20-10-10” dibarengi 200 kg urea/ha mampu meningkatkan hasil 543 % dibandingkan perlakuan tanpa pupuk. 3. Pemupukan 400 kg/ha "NPK Pelangi20-10-10” + 200 kg urea/ha menghasilkan jagung setara dengan hasil yang dipupuk tunggal produksi Petrokimia Gresik pada kandungan yang sama (374 kg. urea +111 kg. SP-36+67 kg KCl/ha). 4. Pemupukan 400 kg/ha "NPK Pelangi20-10-10” dibarengi 200 kg urea/ha diberikan 2 x menghasilkan pendapatan bersih Rp 10,330,00,-/ha, tingkat efisiensi sebesar 3,08 sebanding dengan pendapatan yang dipupuk 374 kg. urea +111 kg. SP-36+67 kg KCl/ha. sebesar Rp. 10,336,700,- dan tingkat efisiensi sebesar 3,15. 1.
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana aksi pemantapan Ketahanan Pangan Lima Komoditas 2005-2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 67 hlm. Balitsereal, 2005. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2004. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. 36 hlm. 8
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Departemen Pertanian. 2003. Keputusan Menteri Pertanian No. 09/Kpts/TP.260/2003. Tentang Syarat dan Tata cara Pendaftaran Pupuk An-organik. Departemen Pertanian. Jakarta. Moersidi, S., J. Prawirasumantri, W. Hartatik, A. Pramudia, dan M. Sudjadi. 1991. Evaluasi kedua keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk P. Pusat Penelitin Tanah dan Agroklimat, Bogor. PPI-PPIC. 2002. Nutrient removal in crop yield. In Planter’s Diary 2002. PPI-PPIC East& Southeast Asia Programs Cannpotex International. Sarasutha, IG.P., S.L. Margareta dan A. Najamuddin. 1999. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif jagung. hal. 92-102. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengkajian dan Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapai Era Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor SK-Menteri Pertanian. 2003. Syarat dan tata cara pendaftaran pupuk anorganik. Departemen Pertanian. Soekartawi, 2002.AnalisisUsahatani. Universitas Indonesia Press.p 85-87. Sri Adiningsih, J.S. dan M. Soepartini, 1995. Pengelolaan Pupuk pada Sistem Usahatani Lahan Sawah. Makalah pada Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. PSE Bogor, 7-9 September 1995. Sri Adiningsih, J. S. Moersidi, M. Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1989. Evaluasi Keperluan Fosfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Sri Rochayati, Muljadi dan J.S. Sri Adiningsih. 1991. Penelitian Efisiensi Penggunaan Pupuk di Lahan Sawah. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V:107-143. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Sudaryanto dan A.Taufik, 1994. Tanggap Tanaman Padi dan Jagung terhadap pupuk cair saritanah pada tanah Vertisol Ngawi. dalam Perakitan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan untuk tanah Vertisol. Kasus Kab. Ngawi. Balittan. Malang. Suwono, F. Kasijadi, Suliyanto dan A. G. Pratomo. 2006. Respon Pupuk NPK Plus ”Cornalet” Terhadap Hasil Jagung di Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Percepatan Transformasi Teknologi untuk Mendukung Pembangunan Wilayah. BPTP Bali,Sanur-Bali 13 Nopember 2006 Suyamto dan Sumarno 1993. Direct and residual effect of potassium fertilizer on ricemaize cropping ratation on vertisol Indonesia J. Crop Science 8 (2):29-38. Suyamto. 2002. Strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Suwono, M. Saeri, L. Y. Krisnadi dan Suliyanto. 2009. Rekomendasi Pemupukan Jagung Berdasarkan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Di Kediri. Laporan hasil Penelitian Kerjasama dengan IPNI. BPTP Jawa Tmur (in publish) Tisdale, S.L., W.I. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan Publishing Co. New York.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012