Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung Syafruddin dan Zubachtirodin
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan E’mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian pengunaan pupuk NPK majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung bertujuan untuk mengetahui takaran NPK majemuk yang dibutuhkan dan kombinasinya dengan urea dalam meningkatkan efisiensi dan produktifitas jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2008 pada jenis tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Sebanyak delapan perlakuan NPK majemuk 2O:10:10 yang dikombinasi dengan pemberian urea dan 2 perlakuan pemupukan kontrol sebagai pembanding, yaitu perlakuan di tingkat petani (750 kg urea/ha) dan rekomendasi pemupukan menggunakan pupuk tunggal (400 urea, 150 SP36, and 125 KCl kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi pemupukan pada tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulaesi Selatan menggunakan pupuk NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya 400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha. Kata kunci: Pupuk majemuk, jagung
Pendahuluan
tinggi, seperti di Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan) sekitar 500 kg/ha, Di Jawa Timur bahkan beberapa petani ada yang menggunakan sampai 750 kg urea/ha. Namun di lain pihak petani tidak selalu atau hanya sedikit menggunakan pupuk P dan K, meskipun pasokan hara P dan K dari tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung, karena selain harga pupuk P dan K relatif mahal dibanding urea, juga ketersediaan P dan K di lokasi pengembangan jagung kurang mendapat perhatian. Tersedianya pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Kalau pada wilayah pengembangan tersebut dapat disediakan pupuk majemuk, maka petani tidak perlu lagi bersusah payah mencampur pupuk dari
Luas panen jagung di Indonesia tahun 2008 mencapai 4 juta ha dengan rata-rata produktivitas 4,08 t/ha. Produktivitas antar propinsi bervariasi, yaitu antara 1,51 – 5,56 t/ha (BPS, 2009). Variasi hasil tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat kesuburan dan ketersedian air, ketersediaan benih varietas unggul yang bermutu, dan pengelolaan tanaman antara lain penggunaan pupuk (baik jenis, takaran dan cara/waktu pemberian yang tepat). Sejak program peningkatan produksi jagung menuju swasembada jagung digalakkan dengan dukungan varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi serta dukungan pasar yang memadai pada 5 tahun terakhir petani telah termotivasi untuk menggunakan pupuk, terutama penggunaan pupuk urea yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk urea di beberapa tempat pengembangan tanaman jagung cukup
174
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
berbagai jenis seperti yang dilakukan petani saat ini, sehingga akan lebih praktis. Penggunaan pupuk majemuk yang mengandung unsur P dan K, diantaranya NPK 20-10-10 diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi jagung Penelitian ini bertujuan menentukan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK majemuk 20:10:10 dan kombinasinya dengan urea yang efisien serta meningkatkan produktifitas tanaman jagung.
binasi perlakuan sebanyak 10 (Tabel 1 dan 2), dengan empat ulangan. Benih jagung yang digunakan adalah jenis hibrida varietas Semar10 ditanam dengan jarak 75 cm x 20 cm satu tanaman per rumpun. Ukuran petak tiap perlakuan 6 m x 5 m. Pupuk majemuk yang digunakan adalah NPK pelangi yang komposisinya adalah 20% N, 10% P, dan 10% K. Data yang dikumpulkan adalah analisis tanah sebelum percobaan, bobot brangkasan segar saat panen, hasil biji kering, kadar air 14% (t/ha), indeks panen, analisis kadar N, P, dan K daun dan biji, komponen hasil nisbah bobot biji tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot 1000 biji, efisiensi hara N, P dan K .
Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Bontonompo, Kabupaten Gowa (Sulsel) pada bulan April hingga Agustus 2008. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan kom-
Tabel 1. Perlakuan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK Majemuk 20:10:10 dan pupuk NPK tunggal pada tanaman jagung. Gowa, 2008 Jenis pupuk (kg/ha)
Saat aplikasi pupuk
No
NPK Majemuk
Urea
SP-36
KCl
1. 2.
400 400
200 200
-
-
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
NPK Majemuk
Urea
SP-36
100% 0 hst 100% 25 hst 50% 0 hst 100% 45 hst + 50% 25 hst 400 100 100% 0 hst 100 % 25 hst 400 100 50% 0 hst 100% 45 hst + 50% 25 hst 300 200 100% 0 hst 100% 25 hst 300 200 50% 0 hst+ 100% 45 hst 50% 25 hst 300 100 100% 0 hst 100% 25 hst 300 100 50% 0 hst+ 100% 45 hst 50% 25 hst Dosis dan waktu aplikasi pupuk cara petani (kontrol II) 750 kg urea/ha Rekomendasi berdasarkan uji tanah 400 150 125 33,3% 0 hst + 100% 0 33,3% 25 hst hst + 33,3% 45 hst
hst = Hari Setelah tanam
175
KCl -
50% 0 hst + 50% 25 hst
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 2. Kandungan hara yang diberikan masing-masing perlakuan. Gowa, 2008 Jenis pupuk (kg/ha)
Kandungan hara per perlakuan (kg/ha)
No
NPK majemuk
Urea
SP-36
KCl
N
P2O5
K2O
1.
400
200
-
-
170
40
40
2.
400
200
-
-
170
40
40
3.
400
100
-
-
125
40
40
4.
400
100
-
-
125
40
40
5.
300
200
-
-
150
30
30
6.
300
200
-
-
150
30
30
7.
300
100
-
-
105
30
30
8.
300
100
-
-
105
30
30
9
750
750
-
-
337.5
-
-
10.
-
400
150
125
180
54
75
Sebanyak 10 sampel tanaman diambil secara acak dalam petakan hasil petak tengah pada saat panen, kesepuluh sampel tersebut digunakan untuk pengamatan : 1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ke pangkal bunga jantan, pengamatan dilakukan pada umur 3, 5, 7, 9,11, dan 13 untuk mengetahui laju tumbuh 2. Bobot brangkasan segar, diperoleh dengan cara sepuluh sampel brangkasan (daun, batang, dan kelobot) segar ditimbang saat masak fisiologis selanjutnya dikonversi ke dalam bobot brangkasan segar t/ha. 3. Panjang dan diameter tongkol, serta nisbah bobot biji/tongkol diperoleh dari 10 tongkol sampel 4. Indeks panen diperoleh dengan menggunakan rumus : IP = Bobot biji saat panen/ (bobot biji saat panen + berat brangkasan saat panen)
5. Analisis kadar N, P, dan K terhadap brangkasan dan biji. Masing-masing jaringan (berangkasan dan biji) didestruksi basa dengan menggunakan pengekstrak H2SO4 + H2O2. Analisis N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P menggunakan metode spectrometer dan analisis K mengunakan metode flamefotometer. Hasil analisis kadar hara digunakan untuk menghitung serapan hara tanaman dengan mengalikan kadar hara dengan bobot kering brangkasan atau biji. Hasil biji dalam t/ha diperoleh dari luasan panen 3 m x 3 m per plot yang telah dikonversi pada kadar air 14 %. Perbedaan antara setiap perlakuan pada bobot brangkasan, hasil biji, nisbah bobot biji-tongkol, indeks panen, dan serapan N P, dan K dalam biji dianalisis berdasarkan uji berjarak Duncan taraf 5% menggunakan program SAS 6.12.
176
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Nisbah keuntungan atas biaya (B/C rasio) dihitung untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima petani dan kelayakan ekonomi takaran pupuk yang direkomendasikan dalam usaha tani jagung.
untuk mengatasi faktor pembatas hara, terutama hara N, P, dan K untuk mendapatkan hasil yang memadai (Nursyamsi et al., 2002). Tinggi Tanaman Laju tumbuh tanaman semua perlakuan mempunyai pola yang mirip dan bersifat lon (Gambar 1,2 dan 3). Pada awal pertumbuhan sampai umur 3 minggu setelah tanam (mst) rata-rata pertambahan tinggi tanaman masih rendah, yaitu 1,4 – 1,8 cm/hari, laju pertambahan tinggi tanaman meningkat pada umur 3 – 5 mst, yaitu antara 4.6 – 4,9 cm/ hari, kemudian laju tumbuh mulai menurun setelah umur 5 - 7 mst, yaitu 3,0- 3,2 cm/hari, dan menurun terus hingga hanya 1,5 – 1,6 cm/hari pada periode 11 - 13 mst. Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk pemberian pemupukan susulan, jika pemupukan dilakukan secara bertahap, maka pada unur 3 - 5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase tersebut dapat menghabat pertumbuhan tanaman. Kebutuhan hara N, P, dan K pada tanaman jagung tertinggi pada 35 -55 hari setelah tanam (Olson dan Sander, 1988).
Hasil dan Pembahasan Analisis Tanah Tanah lokasi percobaan tergolong Inceptisol, hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lokasi penelitian berstruktur lempung berpasir, pH agak masam, kandungan bahan organik rendah, N total sangat rendah, P Bray1 sedang, K rendah, KTK rendah tetapi kejenuhan basa sangat tinggi (Tabel 3). Umumnya tanah Inceptisol cukup baik untuk pengembangan tanaman jagung (Subagyo et al., 2000), namun demikian diperlukan upaya Tabel 3. Analisis kimia dan fisika tanah dari lokasi penelitian sebelum percoban Macam Penetapan
Nilai
Tekstur : Liat (%)
16
Debu (%)
61
Pasir (%)
23
pH H2O (1 : 2.5)
6,2
pH KCl (1 : 2,5)
5,5
Bahan Organik (%)
3,32
N-Total (%)
0,09
Bobot Brangkasan, Hasil Biji, dan Indeks Panen
C/N P-Bray I (ppm)
10,62
Kdd (me/100 g)
0,09
Cadd (me/100g)
5,22
Mgdd (me/100g)
3,41
Nadd (me/100g)
0,73
Aldd (me/100 g)
0
H+ (me/100 g)
0,21
Nilai Tukar (me/100 g)
Kation
Kejenuhan Basa (%)
Bobot brangkasan segar tertinggi diperoleh pada perlakuan kontrol (400kg urea+ 150 kg SP36+ 125 kg KCl/ha dan pemberian 750 kg urea) masing-masing 42,21t/ha dan 41,03 t/ha. Ada dua perlakuan NPK majemuk yang mendekati bobot brangkasan yang diperoleh pada kontrol, yaitu untuk pemberian 400 kg NPK majemuk + 200 kg urea/ha (perlakuan 1, 2) yang menghasilkan bobot brangkasan 38,49 t/ha dan 35,14 t/ha (Tabel 4).
9,31 100
177
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
250
250
Y = 132,21Ln(x) - 109,08 R2 = 0,91
200
200
150
150
100
Tinggi Tanaman (cm)
ISBN : 978-979-8940-29-3
100
400(1x)NPK+200UREA
50
50
0
0
1 250
3
5
7
9
11
Y= 129.,9Ln(x) - 111.5 R2 = 0,87
400(2x)NPK+200UREA
1
13
3
250
Y = 133,05Ln(x) - 117,31 R2 = 0,85
5
7
9
11
13
Y = 126,37Ln(x) - 106,42 R2 = 0,92
200
200
150
150
100
100 400(1x)NPK+100UREA
50
400(2x)NPK+100UREA
50 0
0 1
3
5
7
9
11
1
13
3
5
7
9
11
13
Umur Tanaman (minggu) Gambar 1. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 400 kg NPK majemuk dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah)
250
250
Y = 132,87Ln(x) - 113,29 R2 = 0,91
Y = 12 6 ,8 2 Ln( x) - 10 6 ,4 3 R
200
200
150
150
Tinggi Tanaman (minggu)
100
100
300(1x)NPK+200UREA
50
2
= 0 ,9 2
300(2x)NPK+200UREA
50 0
0 1
250
3
5
7
9
11
1
13
250
Y = 129.66Ln(x) - 105.64 R2 = 0.91
200
200
150
150
100
3
5
7
9
11
13
Y = 126.8Ln(x) - 105.51 R2 = 0.92
100 300(1x)NPK+200UREA
50
300(2x)NPK+100UREA
50
0
0 1
3
5
7
9
11
13
1
3
5
7
9
11
13
Umur Tanaman (minggu)
Gambar 2. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 300 kg NPK majemuk dengan 200 kg urea/ha (atas) dan 100 kg urea/ha (bawah)
178
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
250
250 Y = 131.11Ln(x) - 113.64 R2 = 0.91
Tinggi tanaman (cm)
Y = 128.15Ln(x) - 107.14 R2 = 0.92 200
200
150
150
100
100 750 UREA
400Urea+150SP36+125KCl
50
50
0
0 1
3
5
7
9
11
13
1
3
5
7
9
11
13
Umur Tanaman (minggu)
Gambar 3. Laju tumbuh tanaman pemupukan 750 kg urea dan 400 urea+150 SP36+125KCl kg per ha
Semua perlakuan pemberian NPK majemuk yang dikombinasi dengan urea mempunyai hasil biji lebih tinggi (9,41 – 10,07 t/ha) dibanding pemberian 750 kg urea/ha (7,84 t/ ha), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal 400 kg urea+150 kg SP36+ 125 kg KCl per ha (9,87 t/ha). Antar perlakuan NPK majemuk tidak ada yang menunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan 400 kg NPK majemuk+200 kg urea dapat memberikan hasil >10 t/ha. Hasil yang sama pada pengamatan indeks panen, dimana semua perlakuan kombinasi NPK majemuk dengan urea mempunyai indeks panen (0,33 – 0,39) yang lebih tinggi dibanding indeks panen pada pemberian 750 kg urea (0,27), dan juga tidak berbeda nyata dengan indeks panen pada pemberian 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl, yaitu 0,30. Indeks panen antar setiap perlakuan NPK majemuk tidak ada yang menunjukkan perbedaan nyata. Indeks panen tertingi diperoleh pada pemberian 400 kg NPK majemuk seluruhnya saat tanam+100 kg urea pada umur 25
HST, yaitu dengan indeks panen 0,39 (Tabel 4). Indeks panen dan hasil biji yang lebih tinggi pada pemberian NPK majemuk dibanding dengan pemberian 750 kg urea/ha, menunjukkan bahwa pemberian P dan/atau K sangat berperanan dalam pembentukan dan pengisian biji. Oleh karena itu pemberian NPK majemuk yang mempunyai kadar P2O5 minimal 10% dan K2O minimal 10% diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung di tanah Inceptisol seperti di lokasi penelitian ini. Bobot brangkasan yang tinggi disertai dengan hasil biji yang rendah pada perlakuan 750 kg urea/ha menunjukkan bahwa pemberian 750 kg urea/ha adalah takaran N yang berlebih (luxury consumtion) bagi tanaman jagung karena sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Pada perlakuan NPK majemuk indeks panen yang diperoleh belum optimal hanya (0,33 – 0,39), indeks panen yang tebaik untuk tanaman jagung adalah 0,45 – 0,56 (Syafruddin et al., 2003).
179
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 4. Brangkasan saat panen, hasil biji, dan indeks panen pada penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008 No
Perlakuan
Brangkasan saat panen* (t/ha)
Hasil biji kadar air 14% (t/ha)
Indeks Panen**
1
400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
38,49 ab
10,00 a
0,33 abc
2
400NPK(2x) + 200 UREA 45hst
35,14 abc
10,07 a
0,34 abc
3
400NPK(1x) + 100 UREA 25hst
30,56 bc
9,58 a
0,39 a
4
400NPK(2x) + 100 UREA 45hst
31,44 bc
9,99 a
0,37 ab
5
300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
30,50 bc
9,72 a
0,33 abc
6
300NPK(2x) + 200 UREA 45hst
27,70 c
9,63 a
0,38 a
7
300NPK(1) + 100 UREA 25hst
30,95 bc
9,41 a
0,34 abc
8
300NPK(2x) + 100 UREA 45hst
29,16 c
9,38 a
0,37 ab
9
750 UREA (3x)/ Cara petani
41,03 a
7,84 b
0,27 c
400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x) 42,21 a
9,87 a
0,30 b
KK (%)
5
11
10
13
*batang+daun saat panen, **Rasio antara total biomas (brangkasan+biji+janggel) dengan bobot biji saat panen Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%
Hasil biji masih dapat ditingkat mengingat bahwa 1) indeks panen yang diperoleh belum optimal 2) hasil biji untuk varietas hybrida Semar 10 dapat mencapai 12 t/ha. Karena itu untuk meningkatkan hasil biji tersebut kemungkinannya adalah dengan meningkatkan komposisi P dan K pada pupuk NPK majemuk.
Tongkol pada semua perlakuan pemberian 400 kg NPK majemuk lebih panjang dibanding pemberian 750 kg urea/ha, tetapi tidak berbeda dengan pemberian 400 kg urea +150 kg SP36+125 kg KCl per ha. Sedangkan pada semua perlakuan pemberian 300 kg NPK majemuk per ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding kedua kontrol. Panjang tongkol pada pemberian 400 kg NPK majemuk antara 16,07 – 16,85 cm, pada pemberian 300 kg NPK majemuk panjang tongkol agak menurun, yaitu antara 14,9-15,52 cm, dan pada pemberian 750 kg urea/ha panjang tongkol yang diperoleh hanya 14,97 cm. Penggunaan pupuk tunggal (400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha) tongkol juga agak panjang, yaitu 16,38 cm dan tidak berbeda dengan penggunaan NPK majemuk baik pada pemberian 400 ataupun 300 kg NPK majemuk per ha (Tabel 5).
Komponen Hasil Nisbah bobot biji-tongkol pada semua kombinasi pemupukan NPK majemuk antara 0,72 – 0,76, meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua kontrol (perlakuan no.9 dan 10), akan tetapi relatif lebih tinggi dibanding nisbah biji tongkol yang diperoleh pada pemupukan 750 kg urea/ha yang nilainya 0,68, dan pemupukan (400 kg urea+150 kg SP36 +125 kg KCl per ha yang nilainya 0,70.
180
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 5. Nisbah biji-tongkol (rendemen biji), panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot 1000 biji penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008 No 1 2 3 4 5
Perlakuan
Nisbah Biji/ Tongkol*
Panjang Tongkol (cm)
Diameter Tongkol (cm)
Bobot 1000 Biji (g)**
400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
0,73 ab
16,85 ab
5,07 a
345,52 a
400NPK(2x) + 200 UREA 45hst
0,73 ab
17,30 a
5,05 ab
344,28 a
0,75 ab
16,07 abc
4,91 ab
312,23 bc
0,76 a
16,63 abc
5,03 ab
335,84 ab
0,76 a
15,52 bcd
4,92 ab
325,25 abc
400NPK(1x) + 100 UREA 25hst 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
6
300NPK(2x) + 200 UREA 45hst
0,76 a
15,25 dc
4,84 ab
343,86 a
7
300NPK(1) + 100 UREA 25hst
0,72 ab
15,00 d
4,66 b
315,81 bc
8
300NPK(2x) + 100 UREA 45hst
0,77 a
14,90 d
4,73 ab
310,14 c
9
750 UREA (3x)/ Cara petani
0,68 b
14,97 d
4,87 ab
309,62 c
0,70 ab
16,38 abc
5,05 ab
331,57 abc
6
6
5
5
10
400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 Cl 2x) KK (%)
* Rendemen biji ** Kadar air 14% Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%
Bobot 1000 butir tertinggi diperoleh pada pemberian 400 kg NPK majemuk semuanya diaplikasi pada awal tanam dikombinasi dengan 200 kg urea (perlakuan no. 1), menyusul pemberian 400 kg NPK majemuk yang diaplikasi dua kali dan dikombinasikan dengan 200 kg urea (perlakuan no. 2) atau 100 kg urea per ha (perlakuan no. 4). Bobot 1000 biji yang dihasilkan nyata lebih tinggi dibanding dengan pemberian 750 kg urea/ha. Apabila takaran urea berkurang (hanya 100 kg per ha), pemberian NPK majemuk pada takaran yang sama (400 kg/ha) tetapi hanya 1x aplikasi, pengaruhnya kurang optimal
terhadap bobot biji dibanding pemberian 2x (perlakuan no. 3 vs no 4). Selanjutnya jika takaran NPK majemuk diturunkan menjadi 300 kg/ha harus diaplikasi 2x dan pupuk urea yang diberikan tidak boleh kurang dari 200 kg/ha. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa pemberian NPK majemuk sampai pada taraf 300 kg NPK majemuk/ha (diaplikasi 2 x) dikombinasi dengan urea 200 kg/ha dan diberikan pada 45 HST menghasilkan bobot 1000 biji yang setara dengan penggunaan 400 kg NPK majemuk baik diaplikasi 1x ataupun 2x.
181
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Kadar N, P, K dalam daun dan biji
ngan kadar P daun yang dipupuk dengan 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha yang menghasilkan 0,32% (Tabel 12) . Batas kritis kekurangan hara dalam daun untk N adalah 1,40%, P 0,16%, dan K 2,0 % (Fathan et al., 1988). Pemupukan 400 kg atau 300 kg NPK majemuk per ha yang diaplikasi 1x pada awal tanam dikombinasi dengan 100 kg urea per hektar pada umur 25 HST mempunyai kadar N biji yang lebih rendah , yaitu hanya 1,37 dan 1,36%, dibanding pemupukan 750 kg urea per ha atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha yang dapat menghasilkan kadar N biji masing-masing 1,58%. Sedangkan kombinasi NPK majemuk lainnya menghasilkan kadar N biji yang setara dengan pemberian 750 kg urea per ha atau 400 kg urea+150 kg SP36 +125 kg KCl/ ha (Tabel 6).
Kadar N dan K daun tidak berbeda nyata antara yang dipupuk dengan NPK majemuk dibanding dengan kedua kontrol (pemupukan 750 kg urea atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha. Pemupukan NPK majemuk mempunyai kadar N daun 2,24 – 2,49 % dan kadar K daun 1,79 – 1,91 %, sedangkan jika dipupuk 750 kg urea per ha mempunyai kadar N daun 2,58% dan kadar K daun 1,69%, pemupukan 400 kg urea+150kg SP36 +125 kg KCl per ha mempunyai kadar N daun 2,48% dan kadar K daun 1,91% (Tabel 6). Kadar P daun pada semua pemupukan NPK majemuk yang dikombinasi dengan urea adalah antara 0,28 – 0,33% nyata lebih tinggi dibanding dengan kadar P daun pada tanaman yang hanya dipupuk 750 kg urea per ha, yaitu 0,20%, akan tetapi tidak berbeda nyata de-
Tabel 6. Kadar N, P, dan K dalam daun jagung saat silking penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008
No
Kadar dalam daun (%)
Perlakuan
N
P
K
1
400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
2.427 a
0.330 a
1.827 a
2
400NPK(2x) + 200 UREA 45hst
2.337 a
0.313 ab
1.860 a
3
400NPK(1x) + 100 UREA 25hst
2.243 a
0.317 ab
1.863 a
4
400NPK(2x) + 100 UREA 45hst
2.257 a
0.317 ab
1.827 a
5
300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
2.493 a
0.327 ab
1.793 a
6
300NPK(2x) + 200 UREA 45hst
2.430 a
0.293 ab
1.893 a
7
300NPK(1) + 100 UREA 25hst
2.270 a
0.293 ab
1.910 a
8
300NPK(2x) + 100 UREA 45hst
2.240 a
0.283 b
1.823 a
9
750 UREA (3x)/ Cara petani
2.583 a
0.197 c
1.687 a
10
400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x)
2.483 a
0.317 ab
1.907 a
7
10
KK (%)
8
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%
182
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pemberian 400 kg NPK majemuk 1x pada awal tanam + 200 kg urea pada 25 hst, 400 kg NPK majemuk (2 x aplikasi) + 100 kg urea pada 45 hst, dan 300 kg urea NPK majemuk 1 x pada awal tanam + 2 00 kg urea per ha pada umur 25 HST memberikan kadar P biji yang lebih tinggi, yaitu 0,66 – 0,68% dibanding pemberian 750 kg urea per ha yang hanya mempunyai kadar P biji 0,58%. Sedangkan kombinasi NPK maje-muk lainnya tidak berbeda dengan 750 kg urea per ha. Semua kombinasi pemberian NPK majemuk mempunyai kadar P biji yang tidak berbeda nyata dengan kadar P biji pemupukan 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha. Kadar K biji yang dipupuk NPK majemuk tidak berbeda nyata dibanding dengan kadar K biji kedua kontrol (pemupukan 750 kg urea atau 400 kg urea+150 kg SP36+125 kg KCl per ha). Kadar K pada pemupukan NPK
majemuk antara 0,77- 0,86%, sedangkan kadar K biji pemupukan 750 kg urea per ha adalah 0,69% dan pemupukan 400 kg urea +150 kg SP36+125 kg KCl per ha mempunyai kadar K biji adalah 0,86% (Tabel 7). Namun demikian kadar N biji yang tinggi jika tidak didukung dengan energi pertumbuhan (kadar P yang cukup), dan K yang cukup hasilnya akan tetap rendah, karena itu hasil yang diperoleh pada perlakuan kontrol tetap rendah (hanya 7,84 t/ha), dan indeks panennya sangat rendah (0,27), karena kadar N daun yang tidak diimbangi dengan P dan K cenderung akan menghasilkan biomas yang tinggi (Tabel 4). Nitrogen (N) sebagai bahan pembentuk khlorofil daun sangat diperlukan untuk memacu proses fotosintesis daun. Selain itu N juga sebagai pembentuk senyawa asam-asam amino dan protein untuk pertumbuhan tanaman. Fosfat (P) sangat diperlukan untuk energi
Tabel 7. Kadar N, P, dan K dalam biji jagung penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 2008
No
Kadar dalam biji (%)
Perlakuan
P
N
K
1
400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
1,53 ab
0,68 a
0,84 tn
2
400NPK(2x) + 200 UREA 45hst
1,51 ab
0,62 ab
0,83
3
400NPK(1x) + 100 UREA 25hst
1,37 b
0,64 ab
0,80
4
400NPK(2x) + 100 UREA 45hst
1,53 ab
0,68 a
0,85
5
300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
1,51 ab
0,66 a
0,86
6
300NPK(2x) + 200 UREA 45hst
1,47 ab
0,61 ab
0,77
7
300NPK(1) + 100 UREA 25hst
1,36 b
0,61 ab
0,85
8
300NPK(2x) + 100 UREA 45hst
1,40 ab
0,62 ab
0,79
9
750 UREA (3x)/ Cara petani
1,58 a
0,58 b
0,69
10
400UREA(3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl(2x)
1,58 a
0,67 a
0,86
KK (%)
7
8
11
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% 183
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
pertumbuhan (ATP) termasuk pembentukan biji, sementara K memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain tanaman dan berperan untuk pembentukan karbohidrat tanaman, karena itu hasil biji pada seluruh perlakuan NPK majemuk 400 kg/ha yang diikuti dengan pemberian urea 200 kg/ ha hasil biji keringnya dapat mencapai 10 t/ ha (Marschner, 1995, dan Cooke, 1985).
jika dipupuk dengan 300 kg NPK majemuk dan dikombinasi dengan 200 kg urea/ha, yaitu pada perlakuan 6, 8, 4 dan 7 masingmasing menghasilkan 12,4; 12,27; 11,97; dan 11,90 kg biji setiap pemberian satu kg P2O5 atau K2O (Tabel 8). Berdasarkan data ini, menunjukkan bahwa pupuk NPK majemuk mempunyai efisiensi produksi yang lebih tinggi dibanding pupuk NPK tunggal. Hal ini disebabkan pupuk NPK majemuk mempunyai sifat yang slow release.
Efisiensi Penggunaan Pupuk N,P, dan K Efisiensi penggunaan pupuk N tertinggi dicapai jika pemberian 300 - 400 kg NPK majemuk dikombinasi dengan pemberian 100 kg urea/ha. Hal ini terlihat pada perlakuan no. 7, 8, 4, dan 3, yaitu masingmasing menghasilkan; 89,33; 79,92; dan 76,64 - 89,62 kg biji kering dari setiap kg N yang diaplikasikan. Sedangkan efsiensi penggunaan pupuk P dan K tertinggi diperoleh
Analisis usahatani Sebagai bahan rekomendasi, tentunya kebutuhan jagung nasional yang setiap tahunnya tidak pernah cukup juga perlu mendapat perhatian, karena pilihan akan didasarkan pada 3 kriteria yaitu: 1) keuntungan yang dicapai cukup tinggi, 2) hasil yang dicapai cukup optimal, 3) modal yang dipakai tidak terlalu besar yang dapat dicerminkan pada nilai
Tabel 8. Efisiensi produksi dan pengunaan pupuk N, P, dan K. Gowa, 2008
No.
Perlakuan
Biji yang dihasilkan setiap kg N (kg)
Biji yang dihasilkan setiap kg P2O5 (kg)
Biji yang dihasilka n setiap kg K2O (kg)
1
400 NPK (1x) + 200 urea 25 hst
58,82
9.23
9.23
2
400 NPK (2x) + 200 urea 45 hst
59,24
9.40
9.40
3
400 NPK (1x) + 100 urea 25 hst
76,64
9.28
9.28
4
400 NPK (2x) + 100 urea 45 hst
79,92
9.18
9.18
5
300 NPK (1x) + 200 urea 25 hst
64,80
11.97
11.97
6
300 NPK (2x) + 200 urea 45 hst
64,20
12.40
12.40
7
300 NPK (1x) + 100 urea 25 hst
89,62
11.90
11.90
8
300 NPK (2x) + 100 urea 45 hst
89,33
12.27
12.27
9
750 kg urea/ha (petani)
23,33
10
400 urea (3x) + 150 SP36 (1 x) + 125 KCl (2
54,83
7.04
7.04
184
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
B-C rasio yang tinggi, dan 4) dapat menghemat tenaga kerja Seluruh perlakuan pemberian NPK pelangi mempunyai tingkat kentungan dan BC rasio yang lebih tinggi dibanding keuntungan dan B-C rasio pada perlakuan ditingkat petani (750 kg urea/ha) maupun dengan pemberian pupuk tunggal (400 kg urea+ 150 kg SOP36+ 125 kg KCl/ha). Pemberian NPK pelangi dapat memperoleh keuntungan antara Rp. 12.705.000 – Rp.13.820.000 dengan B-C rasio antara 1,81 – 1,96, sedangkan pemberian urea 750 kg/ha hanya memperoleh keuntungan Rp. 9.537.500 dengan B-C rasio 2,38, dan
pemberian pupuk tunggal (400 kg urea+ 150 kg SP36+ 125 kg KCl/ha) memperoleh keuntungan Rp 12.690.000 dengan B-C rasio 1,58. Apabila modal petani tidak menjadi faktor pembatas, maka dianjurkan pemberian NPK pelangi dengan takaran 400 kg/ha diaplikasi 2 kali dan dikombinasi dengan 200 kg urea/ ha, jika modal petani terbatas, maka dengan pemberian 300 kg NPK pelangi yang diaplikasi dua kali dan dikombinasi dengan 100 - 200 kg urea/ha masih dapat memberikan keuntungan di atas Rp.13 juta dengan B-C yang tinggi yaitu 1,95 (Tabel 9 a dan b).
Tabel 9 a. Analisis usahatani perlakuan 1-5 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung. Gowa, 2008 Komponen Biaya 1 4730000 950000 420000 300000 300000
Perlakuan 3 4688000 950000 420000 300000 300000
600000 800000 60000
2 5037000 950000 420000 300000 300000 300000 600000 800000 60000
300000 1000000
300000 1007000
300000 958000
300000 999000
300000 972000
Biaya tenaga kerja Benih 20kg (45.000) NPK (Rp.2500/kg) Urea (Rp1750/kg) KCl (Rp.11200/kg) SP36(Rp.1850/kg) Pestisida Furadan 10 kg (20000/kg)
2450000 900000 1000000 350000
2450000 900000 1000000 350000
2275000 900000 1000000 175000
2275000 900000 1000000 175000
2200000 900000 750000 350000
200000
200000
200000
200000
200000
Total biaya Hasil Keuntungan B-C rasio
7180000 21000000 13820000 1.92
7487000 21147000 13660000 1.82
6963000 20118000 13155000 1.89
7304000 20979000 13675000 1.87
6902000 20412000 13510000 1.96
Biaya tenaga kerja Pengolahan tanah (traktor) Penanaman Pemupukan I II III Penyiangan (2x) Pengairan (4x) Pengendalian hama dan penyakit Panen Pemipilan (Rp.100/kg) menggunakan mesin
Keterangan Perlakuan: 1. 400NPK (1x)+ 200 UREA 25hst 4. 400NPK(2x) + 100 UREA 45hst
2. 400NPK(2x) + 200 UREA 45hst 5. 300NPK (1x)+ 200 UREA 25hst
185
5 4702000 950000 420000 300000 300000
600000 800000 60000
4 5029000 950000 420000 300000 300000 300000 600000 800000 60000
600000 800000 60000
3. 400NPK(1x) + 100 UREA 25hst
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 9b. Analisis usahatani perlakuan 6 - 10 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung. Gowa, 2008 Komponen Biaya 6 4993000 950000
7 4671000 950000
Penanaman 14 HOK Pemupukan I II III Penyiangan (2x) Pengairan (4x) Pengendalian hama dan penyakit
420000 300000 300000 300000 600000 800000 60000
420000 300000 300000
Panen Pemipilan (100/kg) menggunakan mesin
Biaya tenaga kerja Pengolahan tanah (traktor
Biaya tenaga kerja Benih 20kg (45.000) NPK pelangi (Rp.2500/ kg) Urea (Rp1750/kg) KCl (Rp.7000/kg) SP36(Rp.2300/kg) Pestisida Furadan 10 kg (20000/ kg) Total biaya Hasil Keuntungan B-C rasio
Perlakuan 8 4968000 950000
9 4514000 950000
10 5017000 950000
420000 300000 300000
600000 800000 60000
420000 300000 300000 300000 600000 800000 60000
600000 800000 60000
420000 300000 300000 300000 600000 800000 60000
300000 963000
300000 941000
300000 938000
300000 784000
300000 987000
2200000 900000 750000
2025000 900000 750000
2025000 900000 750000
2412500 900000
3020000 900000
350000
175000
175000
1312500
700000 875000
200000
200000
200000
200000
345000 200000
7193000 20223000
6696000 19761000
6993000 19698000
6926500 16464000
8037000 20727000
13030000 1.81
13065000 1.95
12705000 1.82
9537500 1.38
12690000 1.58
Keterangan Perlakuan: 1. 300NPK (2x) + 200 UREA 45 hst 2. 300NPK (1) + 100 UREA 25 hst 3. 300NPK (2x) + 100 UREA 45 hst 4. 750 UREA (3x)/Cara petani 5. 400UREA (3x) + 150SP36(1x) + 125 KCl (2x
186
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Nursyamsi, D. B. Budianto, dan L. Anggria. 2002. Pengelolaan kahat hara pada Inceptisol untuk meningkatkan Pertumbuhan tanaman jagung. Jurnal Tanah dan Iklim 20:56 -68.
Kesimpulan 1. Rekomendasi pemupukan NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya 400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha. 2. Efisiensi penggunaan pupuk N tertinggi dicapai pada pemberian pupuk 300 – 400 kg NPK majemuk 20:10:10 dikombinasi dengan 100 kg urea/ha, yaitu 76,64 – 89,33 kg biji kering dari setiap kg N. Sedangkan efisisiensi penggunaan P dan K tertinggi jika pemberian pupuk 300 kg NPK majemuk 20:10:10 dikombinasi dengan 100 – 200 kg urea/ha, yaitu 11,9 – 12,4 kg biji dari setiap kg P atau K.
Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograf Agronomy Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686. Saenong, S., Syafruddin, dan Subandi. 2005. Penggunaan LCC untuk pemupukan N pada tanaman jagung. Laporan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Kerjasama Balitereal dengan Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC). (belum dipublikasi) Subagyo. H., N. Saharta, dan A.B. Siswanto. Tanah-tanah pertanian di Indonesia.Di dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 21 – 65. Subandi, Zubachtirodin, Wasmo Wakman, dan Yamin Sinuseng. 2001. Teknologi Menunjang Pengembangan dan Agribisnis Jagung di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan pada Sosialisasi Hasilhasil Penelitian di Makassar, 13-14 Nopember 2001.
Daftar Pustaka Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London. p. 75-87. Departemen Pertanian. 2005. Data produksi dan produktivitas tanaman jagung se Indonesia.WWW.deptan.id.co. Jakarta.
Syafruddin, M. Rauf, R. Y. Arvan, dan M. Akil. 2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplusteps.
Fathan, R,, M, Raharjo, dan A.K. Makarim. 1988. Hara tanaman jagung. Di dalam Jagung. Puslitbangtan. Bogor. Hlm 6780. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. London. p.596-680.
187