PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK (16:16:15) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L) DI TANAH INCEPTISOLS E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar Balai Penelitian Tanah ABSTRAK Telah dilaksanakan percobaan lapang tentang pemupukan NPK tanaman jagung pada tanah Inceptisols di Cibungbulang Kabupaten Bogor. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan NPK tunggal dan NPK majemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dan menentukan takaran pupuk NPK yang tepat untuk tanaman jagung. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan NPK efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pemberian pupuk majemuk NPK antara 300-600 kg ha-1 memberikan respon yang setara dengan pupuk N, P, K tunggal uji tanah terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dengan kisaran tinggi 121-132 cm pada umur 6 minggu setelah tanam. Pemupukan NPK majemuk yang memberikan hasil biomassa kering dan biji kering tertinggi masing-masing 10,03 t ha-1 dan 8,96 t ha1 adalah dengan dosis 450 kg ha-1, walaupun nilai Relative Agronomic Effectiveness-nya lebih rendah jika dibandingkan dengan pupuk NPK tunggal, namun berdasarkan kajian ekonomis perlakuan yang paling menguntungkan adalah pemberian pupuk majemuk NPK 300 kg ha-1 dengan nisbah IBCR (2,54), lebih tinggi dibanding perlakuan N, P, K uji tanah (2,39). PENDAHULUAN Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan berimbang memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil tanaman jagung. Anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman akan unsur hara, sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan sekaligus menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K
77
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi (Rauf et al., 2000), pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh telah pula mengakibatkan menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P (Goenadi, 2006) dan tanaman yang dipupuk P dan K saja tanpa disertai N, hanya mampu menaikkan produksi yang lebih rendah (Winarso, 2005) Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar proses masuknya CO2 lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta dalam sintesis protein dan gula (Dibb, 1988). Hara K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan jumlahnya dalam tanah cukup bervariasi (Mutscher, 1995; Havlin et al., 1999). Kalium dalam tanah berada dalam bentuk K dalam larutan, K dapat dipertukarkan dan K tidak dapat dipertukarkan. Pada tanah lahan kering hara K dalam kondisi rendah. Pemberian pupuk K dalam bentuk MOP Rusia dapat meningkatkan kadar K terekstrak HCl 25% dan NH4Oac 1N pH 7 (Nursyamsi et al., 2005). Tanah Inceptisols termasuk tanah pertanian utama di Indonesia, mengandung banyak jenis mineral liat dan mempunyai sebaran yang cukup luas yaitu 70.52 juta ha (Puslittanak, 2000) sehingga tanah ini mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi sentra tanaman pangan terutama padi, jagung dan kedele. Hasil penelitian Nursyamsi dan Suprihati (2005) mengemukakan bahwa dosis pupuk NPK untuk tanaman jagung untuk tanah Inceptisols adalah 300 kg ha-1 Urea, 132 kg ha-1 SP-36 dan 150 kg ha-1 KCl. Sementara penelitian lain di tanah Alfisols, Ultisols dan Vertisols menunjukkan bahwa untuk mencapai hasil jagung pipilan kering antara 5,0-6,0 t ha-1 diperlukan dosis pupuk 90-225 kg ha-1 N, 45-100 kg ha-1 P2O5, dan 50-120 kg ha-1 K2O (Suyamto, 1993). Hasil penelitian Sukristiyonubowo et al.(2009) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk majemuk NPK (6:16:7) mampu meningkatkan serapan N,P dan K serta produksi ketimun, demikian juga penelitian Sarno (2009) yang mengungkapkan bahwa selain unggul dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman caisim pemupukan NPK juga nyata meningkatkan kadar P-tersedia dan K-dd tanah dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi pupuk NPK. Kebijakan penghapusan subsidi harga pupuk, mahalnya harga pupuk serta kelangkaan pupuk urea, SP-36 dan KCl di pasaran yang sering terjadi telah menumbuh kembangkan mekanisme pasar yang terbuka bagi pengadaan dan penyaluran berbagai jenis pupuk anorganik maupun organik (Hasibuan, 2000).
78
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Hal ini akan berdampak pada keberlanjutan sistem usaha tani, produksi, dan kualitas hasil pertanian kita. Hal ini pula yang mendorong para produsen pupuk untuk memproduksi berbagai jenis pupuk majemuk NPK dengan komposisi hara yang beragam. Salah satu pupuk anorganik baru yang mulai beredar di pasaran adalah pupuk majemuk NPK Pro Andalas (16:16:15), yang mana efektivitas pupuk majemuk baru ini perlu diketahui terutama dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dibandingkan dengan pupuk NPK tunggal, maka atas dasar itu perlu dilakukan penelitian terhadap pupuk majemuk NPK Pro Andalas (16:16:15) guna mempelajari efektivitasnya dan menentukan dosis yang tepat untuk tanaman jagung pada Inceptisols. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lahan petani pada tanah Inceptisols di Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian lapangan ini dimulai pada bulan JuniNovember 2008. Sebelum tahap pengolahan tanah berlangsung, terlebih dahulu diambil contoh tanah awal pada lapisan olah (0-20 cm) secara komposit. Selanjutnya contoh tanah dianalisa di laboratorium. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomize Block Design) dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan dan takaran pupuk NPK disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan dan dosis pupuk NPK untuk tanaman jagung hibrida varietas Bisi-16 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Perlakuan
Kontrol NPK tunggal uji tanah NPK Majemuk 150 NPK Majemuk 300 NPK Majemuk 450 NPK Majemuk 600 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 300 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 450
Urea
SP-36
KCl
NPK majemuk
....................... kg ........................ 0 0 0 0 300 175 100 0 100 0 0 150 100 0 0 300 100 0 0 450 100 0 0 600 100 130 80 0 150 200 120 0
79
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Untuk perlakuan standar, sebagai pembanding digunakan pupuk N, P, dan K tunggal yang dosis pupuk P dan K-nya ditentukan berdasarkan uji tanah. menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dari Balai Penelitian Tanah. Berdasarkan PUTK takaran pupuk rekomendasi yang digunakan adalah 300 kg urea ha-1, 50 kg SP 36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1. Selain pupuk majemuk NPK, semua perlakuan diberi pupuk kandang 2 ton ha-1 dan kaptan 1,5 ton ha-1. Tanaman indikator adalah jagung hibrida varietas Bisi-16. Sifat kimia contoh tanah awal dan setelah panen di analisa di Laboratorium Kimia Tanah Balai Penelitian Tanah Bogor, dengan parameter : tekstur tanah, pH, C-organik, KTK, NTK, dan kejenuhan basa. Lokasi penelitian dipilih pada lahan kering dengan katagori kadar hara N, P, dan K rendah dan ditempatkan di daerah yang dekat dengan sumber air dan mempunyai saluran air. Juga dipilih petani yang respon terhadap adanya inovasi teknologi baru, serta mempunyai luasan yang cukup untuk penelitian (sekitar 1.000 m2) dengan memperhatikan bahwa lahan tidak terlindung dari sinar matahari, tingkat kesuburannya diperkirakan seragam, dengan melihat kondisi tanaman yang tumbuh di lokasi dimana percobaan akan dilakukan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemetakan dilakukan setelah pengolahan tanah. Pemetakan dimaksudkan untuk memisahkan masing-masing perlakuan, sehingga tidak saling terkontaminasi. Petakan berukuran 4 x 5 m, sebanyak delapan perlakuan dan tiga ulangan. Batas petakan antar perlakuan dibuat saluran berukuran dalam 20 cm, lebar 50 cm, sedangkan batas ulangan minimum 100 cm. Pemupukan dilakukan setelah plang (papan nama) perlakuan dipasang pada masing-masing petak sesuai dengan lay out. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pemberian pupuk saat aplikasi. Sebelum dilakukan pemupukan periksa kembali peletakan pupuk pada masing-masing petak. Pupuk urea, KCl, dan pupuk NPK majemuk diberikan dua kali masingmasing setengah bagian pada tanaman berumur 1 dan 3 minggu setelah tanam (MST). Pupuk SP-36 diberikan sekali saat tanam, pupuk urea, SP-36, KCl dan pupuk NPK majemuk diberikan dengan cara ditugal + 3-5 cm di samping lubang tanam. Benih jagung Bisi-16 ditanam dengan jarak 75 x 25 cm, 1 biji per lubang. Kedalaman lubang tanam 2-3 cm dibuat sehomogen mungkin, untuk menghindari perbedaan kecepatan perkecambahan. Sebelum ditanam benih diberi seed
80
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
treatment dengan ridomil untuk menghindari penyakit bulai. Untuk menghindari kontaminasi pupuk antar petak perlakuan, penanaman dimulai dari petak perlakuan tanpa pupuk. Pemeliharaan tanaman terdiri dari kegiatan penjarangan, penyulaman, penyiangan, pengairan atau penyiraman, pemberantasan hama dan penyakit. Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanaman tumbuh, setiap lubang tanam ditinggalkan satu tanaman. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin, bibit yang digunakan untuk menyulam disiapkan dalam polibag yang ditanam bersamaan waktu tanam. Penyiangan dilakukan sesegera mungkin setelah terdapat rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pengamatan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman jagung pada umur 2, 4, dan 6 MST. Contoh tanaman yang diamati 10 tanaman diacak di dalam petakan termasuk dalam petak panen. Tinggi tanaman jagung diukur dari pangkal batang atau permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi. Panen dilakukan pada luas ubinan 3 x 4 m. Hasil panen yang diamati meliputi berat tanaman kering, berat biji kering ubinan dan dikonversikan dalam ton ha-1. Contoh tanah sebelum diberi perlakuan diambil di setiap ulangan, setiap petak/perlakuan diambil dua titik anak contoh dengan kedalaman 0-20 cm (lapisan olah) sehingga diperoleh 16 anak contoh, digabungkan, diaduk sampai rata kemudian diambil + 1 kg dan diberi label yang berisi ulangan, dan lokasi serta nama percobaan. Contoh tanah setelah panen diambil di setiap petak perlakuan sebanyak 10 titik anak contoh secara acak dan kemudian dijadikan satu, sehingga dalam satu unit percobaan diperoleh 24 contoh. Diberi label ulangan, perlakuan, dan tanggal pengambilan kemudian segera diproses, dan dianalisis. Contoh tanaman diambil secara acak pada masing-masing ubinan per perlakuan, dipotong-potong kemudian dimasukkan dalam kantong kertas (yang sudah dilubangi kecil-kecil) diberi label yang memuat ulangan, perlakuan dan tanggal pengambilan. Dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 70oC selama 48 jam. Kemudian segera digiling sampai halus dan dianalisis. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung dilakukan analisis statistik dengan program IRRISTAT. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis dengan tingkat ketelitian 5% berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
81
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Untuk membandingkan efektivitas pupuk NPK majemuk digunakan perhitungan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) masing-masing pupuk yang diuji terhadap pupuk standar. RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan suatu pupuk dengan kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk standar dikalikan 100 (Machay et al., 1984). Hasil pada pupuk yang diuji – hasil pada kontrol RAE =
x 100% Hasil pada pupuk standar – hasil pada kontrol
Analisa usaha tani yang dilakukan adalah analisis Incremental Benefit Cost Ratio (IBCR) (Kadariah, 1988), yaitu analisis usaha tani untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani dengan penerapan teknologi pupuk alternatif dan analisis dampak penerapan teknologi yang bertujuan untuk melihat produksi dan pendapatan yang diterima petani sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pengujian. Hasil usaha tani dikatakan menguntungkan apabila output lebih besar dari pada input atau nilai IBRC >1 dengan formula sebagai berikut :
Penerimaan dengan perlakuan – Penerimaan kontrol IBCR = Pengeluaran dengan perlakuan – Pengeluaran kontrol
HASIL Sifat kimia tanah sebelum percobaan Hasil analisis contoh tanah yang diambil sebelum dilakukan percobaan disajikan dalam Tabel 2. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa tekstur tanah Inceptisols lapisan atas (0-20 cm) yang digunakan dalam penelitian adalah liat berpasir kemasaman tanah tergolong agak masam (pH = 4,9). Kadar C-organik tergolong rendah, N-total dan C/N tergolong rendah. P-potensial (HCl 25%) dan P-Bray-1 tergolong sedang. Kadar K-potensial (HCl 25%) dan K-dd tergolong rendah yang diduga disebabkan oleh bahan induk yang miskin K, pencucian K yang tinggi. Kadar kation Ca dan Mg tergolong rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dan kejenuhan basa (KB) tergolong sedang. Pada kondisi tanah seperti ini tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah. Hal ini
82
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
disebabkan unsur hara kation di dalam tanah mudah tercuci dari komplek pertukaran, sehingga produktivitas tanaman kurang optimal. Tabel 2. Tekstur dan sifat kimia tanah sebelum percobaan No. 1.
Jenis analisis
Unit
Inceptisols
Tekstur - Pasir - Debu - Liat
% % %
Liat berpasir 36 21 49
2.
pH - H2O (1:5) pH - KCl (1:5)
-
4,9 3,9
3.
Bahan organik C-organik N-Total C/N
% % -
1,26 0,15 8 -1
4.
P2O5 -HCl 25%K2O - HCl 25%
5.
P2O 5 – Bray 1
6.
NH4-Oac, 1 N pH 7 - Ca - Mg -K - Na Jumlah
c mol(+) kg c mol(+) kg-1 -1 c mol(+) kg c mol(+) kg-1 -1 c mol(+) kg
4,00 0,90 0,15 tt 5,05
7.
KTK
c mol(+) kg-1
10,40
8.
Kejenuhan Basa
%
49
9.
KCl 1 N – Al+3 + KCl 1 N – H
c mol kg-1 -1 c mol/kg
1,14 0,10
mg 100 g mg 100 g-1
116 8
ppm
9,7 -1
Komposisi dan kandungan hara pupuk majemuk NPK Pupuk majemuk NPK yang diuji berdasarkan hasil analisis contoh pupuk yang dilakukan oleh Laboratorium Balai Penelitian Tanah, menunjukkan bahwa komposisi kandungan unsur hara total N, P2O5, dan K2O masing-masing telah memenuhi syarat yaitu 46,87% (> 30%) dan kandungan logam-logam beratnya (Hg; Pb; dan Cd) berada jauh di bawah batas maksimum yang disyaratkan (Tabel 3). Dengan demikian berdasarkan analisis tersebut, maka pupuk majemuk NPK yang diuji telah memenuhi persyaratan mutu pupuk majemuk NPK anorganik padat menurut SNI 02-2805-2005 dan Permentan No. 08/2007.
83
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Tabel 3. Kadar hara pupuk majemuk NPK yang diuji Jenis hara
Satuan
Kadar hara Pupuk NPK majemuk
N-total P2O5 K2O Total N, P2O5 dan K2O As Hg Pb
% % % % ppm ppm ppm
15,79 15,77 15,31 46,87 Td 0,07 4,80
Cd
ppm
2,30
7 Persyaratan Sesuai label Sesuai label Sesuai label Minimal 30 Maksimal 100 Maksimal 10 Maksimal 500 Maksimal 100
td = tidak terdeteksi
Pertumbuhan tanaman jagung Tinggi tanaman merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui respon pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 2 MSTmenunjukkan bahwa baik antar perlakuan pemupukan maupun kontrol belum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kisaran tinggi tanaman antara 36-42 cm. Hal ini disebabkan pemupukan baru diberikan 1 kali (½ dosis) sedangkan ½ dosis sisanya diberikan pada umur 3 MST sehingga jumlah hara yang diserap akar tanaman masih sedikit dan belum memenuhi kebutuhan tanaman. Pada umur 4 dan 6 MST pemberian pupuk NPK Majemuk pada dosis 300600 kg ha-1 berbeda nyata dibanding kontrol, adapun antar dosis pupuk majemuk itu sendiri (T3-T6) tidak berbeda nyata dengan kisaran pada 4 MST antara 83-95 cm dan 6 MST antara 121-132 cm (Tabel 4) dan Gambar 1 sebagai ilustrasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK antara 300-600 kg ha-1 terhadap pertumbuhan tinggi tanaman memberikan respon yang setara dengan pupuk N, P, K tunggal uji tanah. Demikian halnya pemberian pupuk N,P,K tunggal yang kadar haranya setara pupuk majemuk NPK 300 dan 450 kg ha-1 (T7 dan T8) tidak berbeda nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arafah dan Sirappa (2003) bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi NPK, hal ini menunjukkan bahwa tanaman jagung sangat respon terhadap pemupukan, terutama terhadap hara N dan K karena tanah yang digunakan dalam percobaan ini miskin hara N dan K.
84
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman jagung 2, 4, dan 6 MST, pada tanah Inceptisols, Cibungbulang, Bogor Kode
Tinggi tanaman
Perlakuan
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
2 MST
4 MST
6 MST
................... cm ................... 36 a 76 c 99 c 41 a 103 a 139 a 39 a 83 bc 121 bc 40 a 91ab 125 ab 40 a 95 ab 132 ab 37 a 89 ab 123 bc 42 a 94 ab 127 ab 37 a 91 ab 126 ab
Kontrol NPK tunggal uji tanah NPK Majemuk 150 NPK Majemuk 300 NPK Majemuk 450 NPK Majemuk 600 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 300 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 450
Keterangan : Dalam kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
140.0
2 MST 4 MST
Tinggi tanaman jagung (cm)
120.0
6 MST
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 0
150
300
450
600
-1 Dosis pupuk majemuk NPK Pro Andalas Cap Dosis pupuk Majemuk NPK (16:16:15) (kg ha ) Muitiara (kg/ha)
Gambar 1. Hubungan antara dosis pupuk majemuk NPK dengan tinggi tanaman jagung hibrida varietas Bisi-16 umur 2, 4, dan 6 MST
85
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Hasil biomassa kering dan biji kering Berdasarkan hasil biomassa kering tanaman jagung, maka pemberian pupuk NPK tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung jika dibandingkan dengan petak kontrol, kecuali pada perlakuan NPK tunggal setara pupuk majemuk 300 kg ha-1 (T7) dan NPK majemuk 600 kg ha-1 (T6). Dan bila dibandingkan dengan perlakuan standar uji tanah (T2), maka pupuk majemuk NPK (150-600 kg ha-1) dan N,P,K tunggal setara pupuk majemuk NPK 450 kg ha-1 (T8) tidak menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pupuk NPK tidak berpengaruh terhadap peningkatan bobot biomassa kering tanaman jagung. Sementara itu untuk hasil biji kering jagung, perlakuan dengan pupuk majemuk NPK dibandingkan dengan N ,P, K tunggal berdasarkan uji tanah (300 kg urea ha-1, 175 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1) ternyata memberikan hasil biji kering rata-rata yang lebih rendah, kecuali untuk dosis 450 kg ha-1 yang mampu mengimbangi hasil biji kering rata-rata perlakuan NPK tunggal. Hal ini menurut Sukristiyonubowo (2009) menunjukkan bahwa pada taraf ini, hara dari pupuk NPK majemuk dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan tanaman sama baiknya dengan hara yang berasal dari pupuk tunggal Urea, SP-36 dan KCl. Sementara tingginya hasil biji kering rata-rata pada perlakuan pupuk NPK tunggal dibandingkan NPK majemuk lebih disebabkan karena pemberian pupuk P yang sekaligus pada perlakuan NPK tunggal, sehingga P lebih cepat tersedia bagi tanaman, hal ini selaras dengan pendapat Allen et al. (1996) bahwa pelepasan hara fosfor sangat dipengaruhi oleh tipe pupuk sumber P dan perubahan proporsi NH4 dan K dalam tanah. Pengaruh antar perlakuan pupuk majemuk NPK (150-600 kg ha-1) terhadap biji kering berbeda nyata pada dosis 150 kg ha-1 (T4) dibanding 450 kg ha-1 (Tabel 5). Berdasarkan kurva regresi pada Gambar 2 menunjukkan bahwa untuk lokasi penelitian ini dosis optimum pupuk majemuk NPK adalah 450 kg ha-1 dengan hasil biji kering sebesar 9,0 ton ha-1. Pemberian pupuk N, P, K tunggal dengan kadar hara setara pupuk majemuk NPK 300 kg ha-1 dan 450 kg ha-1 (T7 dan T8) hasilnya lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kadar hara yang setara pemberian pupuk majemuk NPK lebih baik dibandingkan dengan N, P, K tunggal.
86
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Tabel 5. Hasil biomassa kering dan biji kering jagung, pada percobaan pemupukan NPK tanaman jagung pada Inceptisols, Cibungbulang, Bogor Kode
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
Biomassa kering
Perlakuan
Kontrol NPK tunggal uji tanah NPK Majemuk 150 NPK Majemuk 300 NPK Majemuk 450 NPK Majemuk 600 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 300 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 450
Biji kering
.......... ton ha-1 .......... 6,32 c 5,26 d 10,15 a 9,15 a 9,33, ab 8,07 c 9,56 ab 8,47 bc 10,03 a 8,96 ab 8,27 abc 8,48 bc 7,76 bc 8,09 c 9,18 ab 8,44 bc
Keterangan : Dalam kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
y = -2E-05x 2 + 0.0172x + 5.4577 R2 = 0.9551
10
Hasil jagung biji kering (t/ha)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
150
300
450
600
Dosis pupuk NPK Pro Andalas Cap Mutiara (kg/ha)
Dosis pupuk NPK Majemuk (16:16:15) (kg ha-1)
Gambar 2. Hubungan antara dosis pupuk majemuk NPK dengan hasil biji kering jagung (ton ha-1)
87
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Nilai RAE Efektivitas pupuk dihitung dengan menggunakan RAE, yakni perbandingan antara pengaruh pupuk yang diuji dengan pengaruh pupuk yang sudah umum digunakan. Dalam hal ini sebagai pembanding adalah perlakuan N, P, K standar yang ditetapkan memiliki efektivitas 100%. Nilai RAE dihitung berdasarkan nisbah dari selisih hasil/produksi dari perlakuan pupuk yang diuji dengan NPK standar dikalikan 100%. Berdasarkan perhitungan tersebut pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai RAE pupuk majemuk NPK rata-rata masih di bawah pupuk N, P, K tunggal. Nilai RAE pupuk majemuk NPK tertinggi diperoleh pada dosis 450 kg ha-1 yaitu sebesar 95,12% hampir setara dengan RAE pupuk N, P, K tunggal (100%). Tabel 6. Nilai RAE pengujian efektivitas pupuk majemuk NPK pada Inceptisols, Cibungbulang, Bogor Kode T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
Perlakuan Kontrol NPK tunggal uji tanah NPK Majemuk 150 NPK Majemuk 300 NPK Majemuk 450 NPK Majemuk 600 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 300 NPK tunggal ~ NPK Majemuk 450
RAE % 100,00 72,24 82,52 95,12 82,78 72,75 81,87
Analisis usahatani Analisis usahatani jagung biji kering per hektar disajikan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa nisbah IBCR secara keseluruhan >1 artinya cukup menguntungkan. Menurut Ismunadji (1989) bahwa perhitungan ekonomi penggunaan pupuk tergantung dari tiga faktor yatu : 1) peningkatan hasil per unit masukan pupuk, 2) harga per unit pupuk, 3) harga yang diperoleh per unit hasil. Secara ekonomis diantara perlakuan pupuk yang diuji yang paling menguntungkan adalah pemberian pupuk majemuk NPK 300 kg ha-1 dengan nisbah IBCR (2,54), lebih tinggi dibanding perlakuan N, P, K uji tanah (2,39). Ada asumsi bahwa makin tinggi penggunaan sarana produksi terutama pupuk, nisbah IBCR yang diperoleh semakin kecil. Hal ini terlihat pada pemberian pupuk
88
Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
majemuk NPK pada dosis 600 kg ha-1 nisbah IBCR hanya 1,54 walaupun hasilnya tinggi tapi secara ekonomis kurang menguntungkan dibanding perlakuan lainnya. Artinya bahwa penambahan biaya produksi tidak proposional dengan peningkatan hasil. Tabel 7. Analisis usaha tani pada pengujian efektivitas pupuk majemuk NPK pada Inceptisols, Cibungbulang, Bogor No. T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
Perlakuan Kontrol NPK tunggal uji tanah NPK Majemuk 150 NPK Majemuk 300 NPK Majemuk 450 NPK Majemuk 600 NPK tunggal ~ NPK-Majemuk 300 NPK tunggal ~ NPK- Majemuk 450
Pengeluaran Penerimaan ................ Rp ................ 4.810.000 10.520.000 8.060.000 18.300.000 7.530.000 16.140.000 7.350.000 16.940.000 8.170.000 17.920.000 8.990.000 16.960.000 7.060.000 16.180.000 7.875.000
16.880.000
Nisbah IBCR 2,39 2,07 2,53 2,20 1,54 2,52 2,08
Keterangan : Harga jagung biji kering Rp. 2.000,-/kg, pupuk majemuk NPK Rp. 6.000,/kg, Urea Rp. 1.750,-/kg, SP-36 Rp. 3.500,-/kg, dan KCl Rp. 12.000,-/kg
KESIMPULAN 1.
Pupuk majemuk NPK efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil jagung BISI -16. Dosis optimum dicapai pada dosis 450 kg ha-1 menghasilkan biji kering 9,0 ton ha-1 dengan RAE 95,12% setara dengan pupuk N, P, K standar.
2.
Secara ekonomis pemberian 300-450 kg ha-1 pupuk majemuk NPK menguntungkan dengan nisbah IBCR sebesar 2,53 dan 2,20. DAFTAR PUSTAKA
Allen, E.R., L.R. Hossner, D.W. Ming, and D.L. Henninger. 1996. Release Rates of Phosphorus, Ammonium, and Potassium in Clinoptilolite-Phosphate Rock Systems. Soil Science Soc. Am. Journal. 60: 1467-1472 Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 4 (1) pp. 15-24.
89
E. Tuherkih dan I.A. Sipahutar
Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 08/Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pupuk An-Organik. Departemen Pertanian, Jakarta. 30 hal. Dibb, D. W. 1988. Potassium for agriculture. Better Crops with Plans Food. No. 3, p. 39. Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan berbasis Hayati dari Cawan Petri ke Lahan Petani. Edisi Pertama. Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jakarta. Hasibuan, N., 2000. Konsep Pengendalian mutu pupuk untuk pertanian. Hal 71 – 82 dalam Pros. Seminar Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku I, Puslittanak. Bogor. Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale and W.L. Nelson. 1999. Soil fertility and fertilizers an introduction to nutrient management . 6th ed. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Pp. 497 Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. Mutscher, H. 1995. Measurement and assessment of soil potassium. IPI Research Tropics No. 4, pp. 102. International Potash Institute Basel/ Switzerland. Nursyamsi, D., Husnaen, A. Kasno, dan D. Setyorini. 2005. Tanggapan tanaman jagung (Zea Mays, L.) terhadap pemupukan MOP Rusia pada Inceptisols dan Ultisols. Hal. 13-23. Jurnal Tanah dan Iklim No. 23, Desember 2005. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Nursyamsi, D dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta Kaitannya dengan Kebutuhan Pupuk untuk Padi, Jagung dan Kedelai. Bulletin Agronomi. Vol. 33 No.3. Hal. 40-47 Puslittanak, 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia. Sakala 1 :1 000.000. Puslittanak. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Rauf, A.W., T. Syamsuddin, S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian No. 01/LPTP/IRJA/99-00. Hal. 1-9 Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. Jurnal Tanah Tropika. Vol. 14, No.3. Hal. 211-219 Suyamto. 1993. Pemupukan tanaman jagung di lahan kering. Hal 1076-1083 dalam Prosiding Seminar Penelitian tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor, 23-24 Agustus 1993. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Edisi Pertama. Gava Media. Yogyakarta. Hlm 65.
90