PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP SIFAT TANAH, PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pas Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar, Bali e-mail :
[email protected]
ABSTRACT Maize demand in Bali is supplied from other provinces because productivity is low at around 3,0 tons ha-1. This assessment have been conducted in Sanggalangit Village, Gerokgak District, Buleleng, Bali from January to March 2012. The experiment was designed with factorial randomized block design, three replications. Two treatments were tested namely cattle manure doses: 0 tha-1, 5 tha-1, 10 tha-1 and 15 tha-1; bio urine dosages: 0 liter ha-1, 25.000 liters ha-1, 50.000 liters ha-1 and 75.000 liters ha-1, so there are 16 treatment combinations. Increasing doses of cattle manure reducing the bulk density of from 1,228 to 1,159, increasing soil moisture content from 31,11% to 35,17% and increase total soil pore space of 53,64% to 56,23%, increase C-organic from 0,27% to 1,67%. Interaction between cattle manure and bio urine increasing N-total up to 36,22%, with linear equation Y=2,049+7,16×10-2Pk+1,26×10-5U (R2=0.862**) to dry yield so that optimum dosage has not been found. Keys words: organic fertilizer, soil character, growth and yield, maize
Pendahuluan Di Indonesia jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah padi. Suastika et al. (2004) menyatakan bahwa permintaan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat khususnya untuk pangan. Data tahun 1995 menunjukkan 63% kebutuhan jagung digunakan untuk pangan, 30,5% untuk pakan ternak dan sisanya untuk kebutuhan industri. Muhammad dan Akuba (2005) menyatakan bahwa produksi jagung Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 4% per tahun pada tahun 2005-2010. Penggunaan jagung untuk pakan meningkat 4,9%, untuk pangan meningkat 2%, sedangkan penggunaan jagung untuk industri meningkat sebesar 3%. Peningkatan produksi jagung diperkirakan tidak akan dapat mengimbangi permintaan konsumsi sampai 2010. Suplai tahun 2010 diperkirakan 9,9 juta ton sementara permintaan mencapai 15,9 juta ton. Potensi permintaan komoditas jagung tahun 2005 di Bali sebesar 209.093.766 kg (Distan dan Fak Ekonomi Unud, 2005), sedangkan produksi jagung di Bali sebesar 88.692.144 kg, sehingga Bali masih kekurangan jagung sebesar kurang lebih 120.401 ton (Pemprov Bali 2008). Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 299
Produktivitas jagung di Bali dari tahun 2003 sampai dengan 2007 masih sangat rendah berkisar 26,5 - 30,0 kw ha-1, demikian pula halnya dengan Kabupaten Buleleng yang memiliki luas tanam tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya (Pemprov Bali 2008). Agung et al. (2003) menambahkan pada usahatani jagung di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, petani umumnya memakai varietas lokal yang sudah beradaptasi baik pada kondisi setempat namun produksinya umumnya rendah. Tingkat produksi yang dihasilkan kurang lebih 3,0 t ha-1 pipilan kering. Luas tanam jagung di Kecamatan Gerokgak tahun 2008 adalah 7.207 hektar dengan produksi 23.055 ton biji pipilan kering, sehingga produktivitasnya sebesar 3,20 ton ha-1(BPP Gerokgak. 2009 ). Rendahnya kesuburan lahan merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi jagung (Suastika et al. 2004). Sedang Kuntyastuti, et al. (1989) menyatakan kendala produksi tersebut antara lain disebabkan sifat fisik tanah yang kurang baik dan kekahatan tanah akan unsur makro serta mikro, sehingga menurunkan produktivitas lahan. Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah yang sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang dapat meningkatkan pH, kadar C-organik serta meningkatkan ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro bagi tanaman (Flaig, 1984; Suprijadi et al., 2002) . Kuntyastuti dan Rahmania (2001) menyatakan pemanfaatan pupuk organik dalam usaha peningkatan produktivitas lahan memerlukan takaran pupuk yang cukup tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas dalam alpikasi skala luas. Bio urin adalah urin ternak yang difermentasi (BPTP Bali dan Bappeda Prov. Bali. 2007). Untuk mengolah limbah dari kotoran sapi (air kencing) tersebut menjadi produk yang lebih bermanfaat dan potensial diperlukan paket teknologi fermentasi dengan melibatkan peran bakteri (mikroorganisme) untuk mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke substrat organik sehingga bisa diimplementasikan langsung sebagai nutrisi pada tanaman pertanian (Negara et al., 2007). Pemanfaatan urin atau bio urin untuk pemupukan tanaman masih sangat jarang diterapkan. Adijaya (2009) mendapatkan pemanfaatan 7.500 liter ha-1 bio urin sapi yang dikombinasikan pupuk kandang sapi 5,0 t ha-1 mampu meningkatkan hasil bawang merah sebesar 60,77%, sedangkan pemberian bio urin sapi 15.000 l ha-1 meningkatkan hasil sebesar 31,72% dibandingkan tanpa pemupukan yang menghasilkan umbi sebanyak 6,45 t ha-1. Informasi tentang hasil penelitian pupuk kandang dan bio urin sapi masih sangat terbatas, oleh karena itu penelitian tentang aspek tersebut perlu dilakukan pada tanaman jagung yang merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di lahan kering.
Metodologi Tempat, Waktu dan Rancangan Percobaan ini merupakan percobaan lapangan, dilaksanakan di lahan kering Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, dengan curah hujan 1.200 mm – 1.400 mm tahun-1 dan ketinggian + 50 m dpl. Percobaan dilaksanakan dari 3 Januari sampai 22 Maret 2012. Hasil analisis tanah lokasi percobaan menunjukkan N-total dan C-organik tanah rendah yaitu 0,110% dan 1,03%. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan. Dua perlakuan yang diuji yaitu dosis pupuk kandang dan dosis bio urin sapi. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 300
yang diuji yaitu: Pk0: Pupuk kandang sapi 0 t ha-1 (tanpa pupuk kandang sapi), Pk1: Pupuk kandang sapi 5 t ha-1, Pk2: Pupuk kandang sapi 10 t ha-1, Pk3: Pupuk kandang sapi 15 t ha-1. Perlakuan dosis bio urin sapi terdiri dari 4 taraf yaitu: U 0: Bio urin sapi 0 l ha-1, U1: Bio urin sapi 25.000 l ha-1, U2: Bio urin sapi 50.000 l ha-1, U3: Bio urin sapi 75.000 l ha-1, sehingga terdapat 16 perlakuan kombinasi. Tabel 1. Analisis pupuk kandang dan bio urin sapi Jenis Analisis
Pupuk kandang sapi
Bio Urin Sapi
pH
7,90
8,5
C-organik (%)
23,75
0,49
N total (%)
1,78
0,18
P tersedia (ppm)
79,64
76,0
K tersedia (ppm)
9616,68
5974
Ca (ppm)
24
Mg (ppm)
274
Keterangan: Pupuk kandang sapi dianalisis di Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, 2010; Bio urin sapi dianalisis di Balai Penelitian Tanah Bogor, 2010 Pengolahan tanah, tanam dan pemupukan Benih jagung yang digunakan adalah varietas Lokal Seraya. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 2 kali. Pada pengolahan tanah kedua dilakukan pembentukan petak dengan ukuran 3,60 m x 4,00 m. Jarak antar petak perlakuan 0,5 m dan jarak antar ulangan 1,0 m. Penanaman dilakukan secara tugal dengan 3-4 benih per lubang dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm, dengan menyisakan 2 tanaman per lubang tanam. Perlakuan pupuk kandang sapi yang telah difermentasi (matang) diberikan satu minggu sebelum tanam sesuai perlakuan. Pemupukan dengan bio urin sapi diberikan sebanyak 4 kali masing-masing ¼ dosis yaitu pada umur 14, 28, 42 dan 56 hst dengan cara disiramkan di dekat pangkal batang tanaman sesuai dosis perlakuan. Volume bio urin sapi yang diberikan berturut-turut 0 l rumpun-1 (bio urin sapi 0 l ha-1), 0,15 l rumpun-1 (bio urin sapi 25.000 l ha-1), 0,30 l rumpun-1 (bio urin sapi 50.000 l ha-1) dan 0,45 l rumpun-1 (bio urin sapi 75.000 l ha-1) setiap pemberian perlakuan. Pemberian bio urin sapi dicampur dengan air konsentrasi 25% (1:3). Pemeliharaan tanaman dan panen Penyiangan dilakukan pada umur tanaman 21 dan 42 hst. Panen dilakukan pada umur 80 hst yang ditandai kelobot tongkol sudah mengering, 75 % daun tanaman sudah menguning dan mengering, biji sudah padat, mengkilap dan jika ditekan terasa keras.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 301
Pengamatan a. Sifat fisik tanah Sifat fisik tanah yang diamati yaitu berat volume tanah, kadar air tanah dan total ruang pori, dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Berat volume tanah (bulk density) (g cm-3) Pengamatan umur tanaman 42 hst dan saat panen dilakukan dengan mengambil contoh tanah di lapangan dengan menggunakan ring sampel pada kedalaman 0 cm - 10 cm. Berat volume tanah dihitung dengan rumus: Berat volume tanah (g cm-3)
Berat tanah kering oven (g) = ----------------------------------- …………………………. (1) Volume tanah (cm3)
2. Kadar air tanah (%) Pengamatan air tanah dilakukan dengan metode gravimetrik (Soepardi, 1979) yaitu umur tanaman 42 hst dan pada saat panen. Kadar air tanah dihitung dengan rumus: Berat tanah basah (g) – Berat tanah kering oven (g) KAT (%) = --------------------------------------------------------------- x 100 % ..(2) Berat tanah kering oven (g) 3. Total ruang pori tanah (%) Pengukuran dihitung berdasarkan hasil penetapan berat volume tanah (bulk density) dan kerapatan partikel tanah (2,65 g cm-3) (Buckman dan Brady, 1982). Pengukuran ruang pori dilakukan umur tanaman 42 hst dan pada saat panen dengan persamaan: f = (1,0 – b/p) x 100 % ……………………………………………………(3) Dimana: f = total ruang pori (%), b = berat volume tanah (g cm-3), p = kerapatan partikel tanah yang diasumsikan 2,65 g cm-3 b. Sifat Kimia Tanah Pengamatan terhadap sifat kimia tanah dilakukan terhadap N-total, C-organik dan pH tanah pada saat panen. Penentuan N-total dan C-organik tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari masing-masing petak perlakuan sebanyak 500 g kemudian dikeringkan, diayak halus dan dilakukan analisis di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penetapan N-total yaitu metode Kjeldahl sedangkan C-organik dengan metode Walkey and Black. c. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Parameter agronomis yang diamati adalah komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun tan-1, ILD, dan berat kering oven berangkasan tan-1 dan ha-1) dan komponen hasil (berat biji kering oven dan berat biji kadar air 12% tan-1) serta produksi ha-1 (biji kering oven dan biji kadar air 12% ha-1) dan indeks panen.
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 302
Analisis Data Data dianalisis sidik ragam, jika interaksi antara dosis pupuk kandang dan bio urin berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%, jika perlakuan tunggal yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
Hasil dan Pembahasan Sifat Fisik Tanah Pemberian pupuk kandang sapi secara tunggal berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah lokasi percobaan seperti menurunkan berat volume tanah (bulk density), meningkatkan kadar air dan total ruang pori tanah saat panen. Bulk density menurun secara nyata dengan pemberian pupuk kandang sapi 15 t ha-1 yaitu dari 1,228 g cm-3 menjadi 1,159 g cm-3, kadar air meningkat dari 31,11% menjadi 35,17% serta total ruang pori tanah meningkat dari 53,64% menjadi 56,23%. (Tabel 2). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suratmini (2004) yang menyatakan pemberian 15 ton ha-1 pupuk kadang sapi menurunkan bulk density dari 1,00 g cm-3 menjadi 0,98 g cm-3 , meningkatkan kadar air dari 27,22% menjadi 29,11% serta meningkatkan ruang pori 62,32% menjadi 63,09%. Muku (2002) juga mendapatkan pemupukan pupuk kandang sapi 15 t ha-1 pada bawang merah menurunkan bulk density dari 0,14 g cm-3 menjadi 0,12 cm-3 dan meningkatkan kadar air tanah dari 15,87% menjadi 17,52%. Agus et al (2006) menyatakan berat volume tanah (bulk density) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah. Tabel 2. Pengaruh tunggal dosis pupuk kandang dan bio urin sapi terhadap sifat fisik tanah saat panen Bulk density (g cm-3) Dosis pupuk kandang sapi (t ha-1) 0 1,228 a 5 1,189 b 10 1,177 c 15 1,159 d BNT 5% 0,021 Dosis bio urin sapi (l ha-1) 0 1,192 a 25.000 1,188 a 50.000 1,189 a 75.000 1,188 a BNT 5% -
Kadar air tanah (%)
Total ruang pori (%)
31,11 c 34,06 b 35,08 ab 35,17 a 1,034
53,64 d 55,10 c 55,56 b 56,23 a 0,250
33,67 a 34,17 a 33,79 a 33,80 a -
55,01 a 55,19 a 55,14 a 55,19 a -
Keterangan: Angka-angka pada perlakuan dan kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 303
Sifat Kimia Tanah Kadar N-total tanah saat panen meningkat sebagai akibat interaksi pupuk kandang dengan bio urin sapi (Tabel 3). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Syukur dan Harsono (2008) yang mendapatkan peningkatan pemupukan pupuk kandang sapi sampai dosis 30 t ha-1 meningkatkan secara nyata kadar N-total dari 376,67 ppm menjadi 474,00 ppm dan N-tersedia tanah dari 10,65 ppm menjadi 11,14 ppm. Kadar N-total tanah lokasi penelitian sebelum perlakuan tergolong rendah yaitu sebesar 0,11%. Sirappa (2002) menyatakan batas kritis nitrogen untuk tanaman jagung adalah 0,15%. Apabila kadar nitrogen dalam tanah lebih rendah dari batas kritis tersebut maka tanaman jagung akan sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen yang dilakukan. Semakin tinggi kadar nitrogen dalam tanah mengakibatkan nitrogen yang tersedia bagi tanaman akan meningkat, sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin terpacu. Hal ini disebabkan oleh fungsi nitrogen yang memberikan pengaruh yang paling cepat terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan hara lainnya. Sutejo (2002) dan Poerwowidodo (1992) menyatakan nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, meningkatkan klorofil memperbesar ukuran daun dan biji. Kekurangan nitrogen akan menurunkan jumlah klorofil pada daun, yang menyebabkan laju fotosintesis berkurang sehingga fotosintat yang dihasilkan menurun. Tabel 3. Pengaruh interaksi antara dosis pupuk kandang dan bio urin sapi terhadap N-total tanah saat panen Perlakuan 0 Dosis bio urin (l ha-1) 0 0,127 c 25.000 0,123 c 50.000 0,157 abc 75.000 0,140 abc
N-total (%) Dosis pupuk kandang (t ha-1) 5 10 0,163 ab 0,133 bc 0,137 bc 0,147 abc
0,123 c 0,130 bc 0,143 abc 0,173 a
15 0,150 abc 0,137 bc 0,163 ab 0,143 abc
Keterangan: Angka-angka pada perlakuan dan kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. C-organik tanah saat panen meningkat akibat pengaruh tunggal perlakuan pupuk kandang sapi dan bio urin sapi. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi sampai 15 t ha -1 meningkatkan kandungan C-organik tanah dari 0,27% menjadi 1,67% atau meningkat 518,52%, sedangkan peningkatan dosis bio urin sapi sampai 75.000 l ha-1 meningkatkan kandungan C-organik tanah dari 0,75% menjadi 1,18% atau meningkat 57,33% (Tabel 4). Syukur dan Indah (2006) yang meneliti pemberian pupuk kandang sapi 10 t ha-1, 20 t ha-1 dan 40 t ha-1 pada tanaman jahe menyatakan bahwa C-organik tanah setelah panen meningkat masing-masing sebesar 12,55%, 20,55%, dan 36,51% dibandingkan tanpa pemupukan (1,586%). Kandungan C- organik tanah mengalami penurunan apabila tidak dilakukan pemupukan dengan pupuk organik. Pada tanpa pemupukan nilai C-organik lebih rendah dibandingkan analisis tanah sebelum dilakukan perlakuan dari 1,03% menjadi 0,27% dan 0,75% (Tabel 4). Syukur (2005) dan Syukur dan Harsono (2008) menyatakan kandungan C-organik mengindikasikan kandungan bahan organik dalam tanah dimana kandungan CI Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 304
organik nilainya sebesar kurang lebih 58% dari bahan organik tanah. Pemberian pupuk organik diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah. Perlakuan pupuk kandang dan bio urin sapi tudak berpengaruh terhadap pH tanah. Kisaran pH tanah lokasi percobaan yaitu 6,82 – 6,87 akibat perlakuan pupuk kandang dan bio urin sapi (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh tunggal dosis pupuk kandang dan bio urin sapi terhadap C-organik dan pH tanah saat panen Perlakuan Dosis pupuk kandang sapi (t ha-1) 0 5 10 15 BNT 5% Dosis bio urin (l ha-1) 0 25.000 50.000 75.000 BNT 5%
C- organik (%)
pH
0,27 d 0,76 c 1,26 b 1,67 a 0,239
6,87 a 6,85 a 6,82 a 6,79 a -
0,75 c 0,90 bc 1,12 ab 1,18 a 0,239
6,86 a 6,80 a 6,85 a 6,82 a -
Keterangan: Angka-angka pada perlakuan dan kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Komponen pertumbuhan jagung Lokal Seraya juga dipengaruhi secara nyata oleh pemupukan pupuk kandang dan bio urin sapi yang ditandai peningkatan komponen pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, ILD, berat segar dan berat kering oven berangkasan (Tabel 5). Berat berangkasan kering oven ha-1 meningkat 37,11% pada pemupukan pupuk kandang sapi 15 t.ha-1 dan 22,97% pada pemupukan bio urin 75.000 l.ha-1. Peningkatan nilai komponen hasil jagung Lokal Seraya tersebut disebabkan oleh produksi asimilat yang meningkat dibandingkan tanpa pemupukan. Meningkatnya ILD disebabkan oleh meningkatnya jumlah daun, disamping juga oleh meningkatnya luas daun. ILD maksimum yaitu umur 49 hst meningkat dari 2,52 menjadi 2,87 akibat pengaruh faktor tunggal pupuk kandang sapi dan 2,55 menjadi 2,83 akibat pengaruh faktor tunggal bio urin (Tabel 5).
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 305
Tabel 5. Pengaruh tunggal dosis pupuk kandang dan bio urin sapi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, ILD dan berat berangksan kering oven
Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
ILD
Berat berangkasan kering oven (g tan-1) (t ha-1)
Dosis pupuk kandang sapi (t ha-1) 0
297,23 d
9,83 d
2,52 d
42,34 c
3,53 c
5
311,18 c
10,08 c
2,67 c
48,13 b
4,01 b
10
316,24 b
10,26 b
2,77 b
52,67 ab
4,39 ab
15
323,53 a
10,57 a
2,87 a
58,05 a
4,84 a
BNT 5%
4,81
0,11
0,05
5,48
0,46
-1
Dosis bio urin sapi (l ha ) 0
299,39 d
9,78 d
2,55 d
44,63 c
3,70 c
25.000
310,39 c
10,13 c
2,68 c
48,41 bc
4,04 bc
50.000
316,68 b
10,35 b
2,77 b
53,80 ab
4,48 ab
75.000
321,76 a
10,48 a
2,83 a
54,63 a
4,55 a
BNT 5% 4,81 0,11 0,05 5,48 0,46 Keterangan: Angka-angka pada perlakuan dan kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Produksi asimilat yang meningkat tersebut mengakibatkan indeks panen meningkat 121,39% pada perlakuan kombinasi pupuk kandang sapi dosis 15 t ha -1 dengan bio urin dosis 75.000 l ha-1 dibandingkan tanpa pemupukan (Tabel 6). Purnomo (2006) menyatakan bahwa apabila indeks luas daun tanaman jagung sebesar 1,14-2,42 berarti prediksi cahaya yang diintersep sbesar 79-89% sehingga masih meningkatkan hasil ekonomis tanaman sehingga indeks panen masih meningkat. Goldsworthy cit. Fischer dan Palmer (1995 dalam Indradewa et.al., 2005), bahwa indeks luas daun optimum untuk hasil biji bernilai antara 2,5 sampai 5,0. Jika indeks luas daun lebih besar daripada nilai tersebut, tambahan bahan kering yang dihasilkan terutama tertimbun dalam batang. Peningkatan indeks panen akibat pemupukan pupuk kandang dan bio urin sapi disebabkan oleh semakin meningkatnya hasil ekonomis yang dihasilkan. Peningkatan dosis pupuk kandang dan bio urin sapi meningkatkan berat biji yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan dosis pupuk kandang sampai 15 t ha-1 dan bio urin sampai 75.000 l ha-1 menyebabkan tanaman jagung lokal Seraya semakin banyak mengalokasikan asimilatnya ke organ penyimpanan.
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 306
Tabel 6. Pengaruh interaksi antara dosis pupuk kandang dan bio urin sapi terhadap berat biji kering oven, berat biji kadar air 12% dan indeks panen Indeks panen Perlakuan tan-1 (g) ha-1 (t) tan-1 (g) ha-1 (t) (%) Pk0 U0 19.65 k 1,64 k 21,52 j 1,79 j 22,58 j Pk0 U1 30.32 j 2,52 j 33,14 i 2,76 i 31,06 i Pk0 U2 33.27 hij 2,77 hij 36,36 ghi 3,03 hi 33,06 hi Pk0 U3 35.59 fgh 2,97 fgh 39,10 efg 3,26 efgh 34,56 efgh Pk1 U0 30.98 ij 2,58 ij 33,87 hi 2,82 i 31,52 i Pk1 U1 34.68 ghi 2,89 ghi 38,01 fgh 3,17 gh 33,96 gh Pk1 U2 37.32 defg 3,11 defg 41,24 def 3,44 defg 35,69 defg Pk1 U3 39.68 cde 3,31 cde 43,43 cde 3,62 cde 37,08 cde Pk2 U0 35.08 fgh 2,92 fgh 38,44 fg 3,20 fgh 34,23 fgh Pk2 U1 35.93 efgh 2,99 efgh 39,61 efg 3,30 efgh 34,80 efgh Pk2 U2 39.05 def 3,25 def 42,92 de 3,57 def 36,70 def Pk2 U3 43.19 bc 3,60 bc 47,41 bc 3,95 bc 39,07 bc Pk3 U0 37.36 defg 3,11 defg 40,81 defg 3,40 defgh 35,69 defg Pk3 U1 40.23 cd 3,35 cd 44,15 cd 3,68 cd 37,41 cd Pk3 U2 44.19 b 3,68 b 48,73 b 4,06 b 39,61 b Pk3 U3 50.78 a 4,23 a 55,76 a 4,65 a 42,99 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Berat biji kering oven
Berat biji kadar air 12%
Peningkatan hasil ekonomis terlihat dari meningkatnya berat biji tan-1 dan ha-1. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi sampai 15 t ha -1 dan bio urin sapi sampai 75.000 l ha-1 masih meningkatkan hasil (berat biji kering oven dan berat biji kadar air 12% ha -1) secara nyata (Tabel 6). Hasil analisis regresi yang dilakukan terhadap variabel berat biji kering oven ha-1 mendapatkan persamaan linier dengan persamaan Y = 2,049 + 7,16×10 -2 Pk + 1,26×10-5U (R2 = 0,862**), sedangkan hubungan antara dosis pupuk kandang sapi dan bio urin sapi dengan berat biji kadar air 12% ha -1 dengan persamaan Y = 2,242 + 7,9×10-2 Pk + 1,39×10-5U (R2 = 0,862**).
Kesimpulan 1.
Pengaruh tunggal pupuk kandang sapi memperbaiki sifat fisik tanah dengan menurunkan bulk density, meningkatkan kadar air dan total ruang pori. Peningkatan dosis pupuk kandang sampai 15 t ha-1 menurunkan bulk density saat panen dari 1,228 menjadi 1,159, meningkatkan kadar air tanah dari 31,11% menjadi 35,17% dan meningkatkan total ruang pori tanah dari 53,64% menjadi 56,23%.
2.
Peningkatan dosis pupuk kandang dan bio urin sapi memperbaiki sifat kimia tanah. Ntotal tanah saat panen meningkat akibat interaksi pupuk kadang dan bio urin sapi menjadi 0, 173% pada kombinasi perlakuan dosis pupuk kandang sapi 10 t ha -1 dengan bio urin sapi 50.000 l ha-1 dibandingkan tanpa pemupukan (0,127%). C-organik tanah Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 307
saat panen meningkat akibat pengaruh tunggal pupuk kandang dan bio urin sapi. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi sampai 15 t ha-1 dan bio urin sapi sampai 75.000 l ha-1 meningkatkan C-organik tanah saat panen dari 0,27% menjadi 1,67% dan dari 0,75% menjadi 1,18%. 3.
Peningkatan dosis pupuk kandang sampai 15 t ha-1 dan bio urin sapi sampai 15 l ha-1, masih meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung lokal Seraya. Hubungan antara dosis pupuk kandang sapi dan bio urin sapi dengan berat biji kering oven ha-1 dan berat biji kadar air 12% ha-1 bersifat linier dengan persamaan Y = 2,049 + 7,16×10 -2 Pk + 1,26×10-5U (R2 = 0,862**) dan Y = 2,242 + 7,9×10 -2 Pk + 1,39×10-5U (R2 = 0,862**).
Daftar Pustaka Adijaya, I.N. 2009. Respon Bawang Merah Terhadap Pemupukan Organik di Lahan Kering. Cibinong: Makalah disampaikan pada Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 4-21 Juli 2009. Agung, I.G.A.M.S., Suprapto, Nurjaya, I.G.M.O. 2003. Pengaruh Kerapatan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Hasil Jagung dan Kacang Tanah dalam Sistem Tumpangsari di Lahan Kering. Jurnal Agritrop 22(1):8-13. Agus, F., Yustika R.D., Haryati, U. 2006. Penetapan Berat Volume Tanah. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Dalam Kurnia, U., dkk. (Ed.). Sifat Fisik dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal. 25-34. BPP Gerokgak. 2009. Programa Penyuluhan Pertanian dan Peternakan Tahun 2009. (laporan). Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gerokgak, Kabupaten Buleleng. 41 hal. BPTP Bali dan Bappeda Prov. Bali. 2007. Proses Membuat Bio Urin. (leaflet). Denpasar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Bali. Buckman, H.O., Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Terjemahan Soegiman. Penerbit Bhatara Karya Aksara. 788 hal. Distan Prov. Bali dan Fak. Ekonomi Unud. 2005. Peluang Pasar Komoditas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Provinsi Bali. (laporan). Denpasar: Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali dengan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 65 hal. Flaig, W. 1984. Soil Organic Matter as a Source of Nutrients. Organic Matter and Rice. Los Banos Laguna, Philippines: International Rice Research Institute. p. 73-92. Gomez, A.K., Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Universitas Indonesia Press. 698 hal.
Jakarta:
Indradewa, D., Kastono, D., Soraya, Y. 2005. Kemungkinan Peningkatan Hasil Jagung dengan Pemendekan Batang. Jurnal Ilmu Pertanian 12(2):117-124. I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 308
Kuntyastuti, H., Rahmania, A.A. 2001. Pemanfaatan Pupuk Alternatif Organik dan Anorganik pada Kedelai di Lahan Sawah. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kuntyastuti, H., Sunarsedyono, Ismail, C. 1989. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 3(1):25-31. Muhammad, F., Akuba, R.H. 2005. Agropolitan. Inovasi Membangun Pertanian. Innovation Forever, Innovation or Die. Gorontalo: Penerbit Balitbangpedalda Provinsi Gorontalo. 176 hal. Muku, O.M. 2002. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan dan Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Lahan Kering. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Negara, I.M.S., Simpen, Arsa, Diantariani, Miwada. 2007. Teknik Penampungan dan Fermentasi Air Kencing Sapi Bali di Desa Dauh Yeh Cani, Badung Menjadi Pupuk Organik Ramah Lingkungan. Denpasar: Universitas Udayana. 5 hal. Pemprov. Bali. 2008. Programa Penyuluhan Sektor Pertanian Provinsi Bali. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali. 35 hal. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Penerbit Angkasa. 275 hal. Purnomo, J. 2005. Respons of Maize Variety in Low Irradiation. Jurnal Agrosains 7(1):8693. Sirappa, M.P. 2002. Penentuan Batas Kritis dan Dosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering pada Tanah Typic Usthorthents. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3(2):25-37. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. 648 hal. Suastika, D.K.S., Kasim, F., Sudana, W., Hendrayana, R., Suhariyanto, K., Gerpacio, R.V., Pingali, P.L. 2004. Maize in Indonesia. Mexico, D.F. : CIMMYT: Production Systems, Constrains and Research Priorities. 41 p. Suprijadi, Abdulrachman, S., Juliardi, I., Pahim. 2002. Pemupukan Berimbang Pada Tanaman Padi di Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan. Prosiding Seminar Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suratmini, N.P. 2004. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil, Kadar Gula Biji dan Kadar Protein Kasar Brangkasan Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 177 hal.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 309
Syukur, A. 2005. Penyerapan Boron oleh Tanaman Jagung di Tanah Pantai Pasir Bugel dalam Kaitannya dengan Tingkat Frekuensi Penyiraman dan Pemberian Bahan Organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(2):20-26. Syukur, A., Harsono, E.S. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK Terhadap Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8(2):138-145. Syukur, A., Indah, N.M. 2006. Kajian Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe di Inceptisol, Karanganyar. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2):124-131.
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Pengaruh pupuk organik | 310