KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN IDE POKOK PADA WACANA DI KELAS IV SDN NO. 39 HULONTHALANGI KOTA GORONTALO Oleh : Adrian Brahim Pembimbing I Dr. Rusmin Husain, S.Pd. M.Pd Pembimbing II Dra. Dajani Suleman, M.Hum
Mahasiswa Program Studi S-1 PGSD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Permasalahan dari penelitian ini yakni : bagaimana kemampuan siswa menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana dari sejumlah 14 siswa yang mampu menentukan ide pokok pada wacana hanya 5 siswa (35.72%) sementara 9 siswa (64.28%) diantaranya tidak mampu dalam menentukan ide pokok pada wacana. dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi hanya 35.72% dari 14 siswa yang mampu dalam menentukan ide pokok pada wacana. Kata Kunci
: Ide Pokok dan Wacana
PENDAHULUAN Pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumya tidak mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungan (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Menurut Van Dyke sebuah kemampuan dapat berubah menjadi profiency atau kecakapan (Efriyani Djuwita, 2003: 41).
Setiap individu
memiliki
kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Menemukan ide pokok merupakan suatu kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Jika siswa mampu menentukan ide pokok dengan baik, maka pemahamannya mengenai bacaan tersebut akan baik pula, sehingga siswa lebih mudah untuk menulis kembali apa yang telah di baca. Sebuah Wacana terdiri dari beberapa paragraf dan paragraf terdiri dari kalimat-kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik. Dalam menentukan ide pokok
pada wacana setiap siswa sebaiknya mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana, ciri-ciri wacana dan rangka atau struktur wacana terlebih dahulu. Dengan memahami teori wacana, maka peserta didik mampu menentukan ide pokok setiap paragraf dengan baik dan tepat dan pada wacana itu sendiri. Berdasarkan penelitian awal di SDN 39 Hulonthalangi siswa masih kesulitan untuk menentukan ide pokok pada wacana dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu kemampuan siswa menemukan ide pokok pada materi teks cerita hanya berkisar 65% dengan KKM sekolah 70. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul permasalahan di atas dengan judul “Kemampuan Siswa Menentukan Ide Pokok Pada Wacana di Kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi” PEMBAHASAN Pengertian Kemampuan Kemampuan menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis perubahan mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal. Menurut Chaplin
Ability adalah
(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan (dalam Syafrudin, 2012: 71). Hal ini sejalan dengan hasan yang menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, pengetahuan, keahlian, atau kepandaian yang dapat dinyatakan melalui pengukuran-pengukuran tertentu.
Pengertian Ide Pokok Gagasan utama atau ide pokok merupakan pernyataan yang menjadi inti pembahasan. Ide pokok terdapat dalam kalimat pokok/utama dalam setiap paragraf. Letaknya biasanya terdapat pada awal atau akhir paragraf (dalam Priyono Mangunrejo, 2009: 1). Gagasan penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas(Priyono Mangunrejo, 2009: 1). Langkah-langkah menentukan ide pokok Seorang pembaca perlu memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar penyusunan sebuah paragraph agar dapat menetukan secara cepat dan tepat apa yang dibicarakan dalam sebuah paragraf. Pengetahuan itu dapat diringkas sebagai berikut (dalam Josep Hayon, 2007: 59) 1. letak kalimat utama: biasanya dalam tulisan ilmiah kalimat utama menempati posisi bagian-bagian awal sebuah paragraf, yakni pada kalimat pertama atau kedua, bagian-bagian akhir sebuah paragraf, yakni pada kalimat terakhir atau kedua dari terakhir, dan gabungan (bagian-bagian awal dan akhir). 2. Ide pokok sebuah paragraf; ide pokok (yang berbentuk kata atau frase/kelompok kata) terdapat pada kalimat utama; kadangkala ide pokok terlihat secara jelas atau tersurat tetapi ada juga yang tersirat, baik seluruh maupun sebagiannya.
3. Cara menentukan ide pokok; ide pokok dapat dilihat dari kata (yang ada) pada kalimat utama diulang kembali, diganti dengan kata ganti persona atau kata ganti yang sama arti, dan diikuti ganti petunjuk pada kalimat-kalimat penjelas. 4. Ide-ide penjelas terdapat pada kalimat-kalimat penjelas. Pengertian Wacana Dari asal usul katanya, kata „wacana‟ berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata „vacana‟ yang berarti „bacaan‟. Kata vacana itu, masuk ke dalam bahasa jawa kuno menjadi wacana yang berarti „bicara, kata, ucapan‟. Kata wacana di dalam bahasa jawa baru itu diserap ke dalam bahasa Indonesia „wacana‟ yang berarti „komunikasi verbal, percakapan‟(Wedhawati, 2006: 595). Roger Fowler mengemukakan bahwa “Wacana adalah alat komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya” (dalam Arifatul Fauzi, 2007: 12). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah suatu gramatik yang terlengkap yang memiliki kohesi dan koherensi yang tinggi dan memiliki makna secara berkesinambungan serta mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis. Jenis-jenis Wacana Menurut Iskak dan Yustinah (2008: 66) wacana dibedakan menjadi empat. Wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstrutur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak penjang dan berstruktur topic-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat. Tujuan Membaca Wacana Setiap orang yang membaca wacana, pertama-tama berusaha untuk memahami isi wacana itu dan kemudian membuat interprestasi terhadap isi bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan membuat interprestasi ia dapat memperoleh beberapa manfaat, antara lain dapat menambah atau memperkaya pengetahuan, memperkuat pendapatnya, dapat pula mengubah pemikiran atau segala apa yang telah diketahui sebelum membaca wacana itu, dan lain-lainnya (dalam Josep Hayon, 2007: 55). Pelaksanaan pembelajaran menentukan ide pokok di SD Dalam menentukan ide pokok pada bacaan terlebih dahulu siswa harus menguasai aspek membaca. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik (gagasan pokok) (dalam Ismail Kusmayadi dan kawankawan, 2008: 19). Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Latar Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 14 orang siswa yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Penetapan dan jenis penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tentang Kemampuan Siswa Menentukan Ide Pokok Pada Wacana di Kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang dapat diperoleh (dalam Kun Maryati, 2007: 105). Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuranpengukuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini teori mulai diperlukan tapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap hal yang diamati. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat
digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Data Sumber Data a. Data Primer Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Kemampuan Siswa Menentukan Ide Pokok Pada Wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi yaitu dengan cara wawancara dengan siswa kls IV dan guru mata pelajaran yang bersangkutan. b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa hasil nilai ulangan harian siswa, nilai ulangan semester, tugas, pekerjaan rumah, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan siswa kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi Pudji Muljono (2007: 16) mengemukakan bahwa observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamatai. Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi. b. Wawancara Menurut Atep Adya Barata (2007: 117) bahwa wawancara adalah Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara ini dilakukan dalam mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana. c. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam menetukan idé pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Analisis Data Analisis data menurut Webster New World Dictionary (dalam Syafrizal Helmi Situmorang, 2010: 1) data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.
Tahap-Tahap Penelitian Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut : Tahap Penelitian Pendahuluan Tahap Pengembangan Desain Tahap Penelitian Sebenarnya Tahap Penulisan Laporan Temuan Umum Secara umum peneliti menemukan gambaran berupa kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana pada siswa kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo Antara lain : Ada
beberapa
siswa
yang
belum
lancar
membaca
sehingga
menyulitkannya dalam menentukan ide pokok pada wacana. Pada penelitian ini ditemukan juga ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat proses pelajaran berlangsung, sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tentang cara menentukan ide pokok pada wacana. Temuan umum lainnya yang ditemukan pada penelitian ini yakni selain guru dalam mengajarkan materi ide pokok menggunakan metode ceramah ada juga ditemukan siswa yang belum lancar menulis, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan serta ada juga siswa yang mengganggu temannya, sehingga hal ini juga berpengaruh pada kemampuan siswa tersebut dalam menentukan ide pokok pada wacana.
Temuan Khusus Dalam menentukan ide pokok pada wacana dikelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi, guru menemui beberapa masalah dalam mengajarkannya, antara lain : 1. Siswa belum memahami bagaimana cara menentukan ide pokok pada tiap paragraf/wacana sehingga berdampak pada kemampuan siswa itu sendiri. 2. Adanya siswa yang belum lancar membaca sehingga menyulitkan siswa itu dalam menentukan ide pokok pada wacana/paragraf. 3. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga ada siswa yang merasa bosan. Pada saat pembelajaran peneliti memperhatikan kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana ternyata ada diantara siswa tidak paham tentang ide pokok yang diajarkan. Melihat beberapa masalah di atas dalam menentukan ide pokok pada wacana, guru melakukan upaya-upaya berikut : 1. Menjelaskan tentang wacana dan cara menentukan ide pokok pada tiap paragraf/wacana. 2. Melakukan tanya jawab dengan siswa jika siswa mengalami kendala dalam menentukan ide pokok. 3. Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. 4. Melatih siswa yang belum lancar membaca agar dapat menemukan ide pokok pada wacana yang dibaca.
Peneliti menemukan gambaran secara umum dan khusus apa yang menyebabkan sebahagian siswa kurang memahami cara menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi. Pembahasan Pelaksanaan interaksi belajar mengajar dalam hal ini mengenai kemampuan siswa menentukan ide pokok pada wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo adalah : 1. Minimal 75% dari jumlah siswa menunjukkan nilai baik atau nilai 70 2. Daya serap seluruh siswa memperoleh presentase minimal 75% Berdasarkan nilai yang diperoleh dari pembelajaran materi ide pokok pada wacana, keterampilan menentukan ide pokok pada siswa kls IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo adalah : 1. Kemampuan siswa dalam menetukan ide pokok pada wacana yang memperoleh persentase 35.71% Berdasarkan gambaran deskripsi data dan pembahasannya seperti diuraikan di atas maka kemampuan siswa dalam menetukan ide pokok pada wacana sesudah diajarkan materi ide pokok adalah 35.71% dapat dikatakan mampu. Dilihat dari kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok masih ada beberapa orang siswa yang tidak mampu menentukan ide pokok pada wacana berkisar 64.28% (9 siswa) hal ini dapat dilihat pada format penilaian yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang cara menentukan ide pokok wacana, siswa yang belum lancar membaca sehingga menyulitkannya dalam menentukan ide pokok wacana dan minimnya buku yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan karena dengan siswa aktif dalam bertanya dia akan menemukan pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum dimengerti dan guru juga akan merasa senang bila siswa-siswanya aktif dalam pembelajaran karena akan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. PENUTUP Simpulan Kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok suatu bacaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya kemampuan siswa dalam membaca. Jika siswa dalam menentukan ide pokok belum dapat membaca dengan baik maka berdampak pada kemampuan siswa itu dalam menentukan ide pokok suatu wacana. Dalam penelitian ini kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi dari 14 siswa, 5 diantaranya mampu menentukan ide pokok pada wacana (35.71%) sedangkan 9 (64.28%) tidak mampu menentukan ide pokok pada wacana. Hambatan pada saat proses
pembelajaran yaitu siswa belum dapat memahami cara menentukan ide pokok pada wacana. Saran Bagi siswa kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok suatu wacana agar dapat lebih ditingkatkan, biasakan membaca wacana dan tentukan ide pokok wacana itu, jika mengalami kesulitan bisa di tanyakan pada guru mata pelajaran atau orang tua di rumah. Bagi Guru agar lebih mengembangkan kemampuannya dalam mengajarkan ide pokok pada siswa agar kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada menjadi lebih baik. Bagi Sekolah Agar dapat menyediakan sarana dan prasaran bagi siswa dan sebagai masukan agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Barata, Adya.2007. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta : Grasindo Djuwita, Efriyani. 2003. Memilih dan Mencari Kerja Sesuai Dengan Bakat dan Kepribadian. Jakarta: Kawan Pustaka Fauzi, Arifatul. 2007. Kabar-kabar Kekerasan Dari Bali. Yogyakarta: LKis Pelangi Askara Hayon, Josep. 2007. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta : Rajawali Pers Iskak dan Yusytinah. 2008. Bahasa Indonesia Kelas X. Jakarta: Erlangga Kusmayadi, Ismail dkk. 2008. Be Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama Mangunrejo, Priyono. 2009.Buku Pintar UN Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta: Gramedia Maryati, Kun. 2007. Sosiologi Jilid 3 untuk SMA dan MA Kelas XII.Jakarta: Esis Muljono, Pudji. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Gramedia Syafrudidin. 2012. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan : Perdana Publishing Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2011. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II. Jakarta: Grasindo Wedhawaty dan Arifin. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius