1
JURNAL PENELITIAN KEMAMPUAN SISWA BERBICARA DENGAN METODE DISKUSI DI KELAS IV SDN NO. 88 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO oleh HENDRA AHMAD NIM : 151 411 300
(Kelas IV SDN no. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo)
ABSTRAK HENDRA AHMAD. 2013. Kemampuan Siswa Berbicara Dengan Metode Diskusi di kelas IV SDN NO. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi, Gorontalo, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Dajani Suleman, M.Hum, dan Pembimbing II Dr. Hj. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kemampuan Siswa Berbicara Dengan Metode Diskusi di kelas IV SDN NO. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa berbicara menggunakan metode diskusi di kelas IV SDN NO. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan siswa berbicara menggunakan metode diskusi 33 siswa atau (77%) siswa yang mampu, dan 10 orang atau (23%) siswa tidak mampu. Berdasarkan hasil data penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Di kelas IV SDN NO. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo masih terdapat siswa yang kurang mampu dan tidak mampu berbicara menggunakan metode diskusi. Kata Kunci: Berbicara, Diskusi Pendahuluan Pada saat ini kualitas siswa pada suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pendidikan, Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas dan bermanfaat. Oleh karena itu pembaharuan di bidang pendidikan harus dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan yang bisa mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia. Secara umum esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia seutuhnya bukan hanya dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat, tetapi juga mampu menyumbang bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur : tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru (Sri
2
Anitah W, dkk, 2009:1.15). Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, aktor terpenting yang harusnya berperan adalah guru. Permasalahan aspek kehidupan banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat luas adalan pendidikan baik perorangan maupun secara kelompok. Masalah ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang belum mencapai target kurikulum dan daya serap siswa. Sehubungan dengan hal tersebut banyak guru yang mendapat teguran dari masyarakat. Seperti ’’Guru sekarang kurang memiliki kreaktivitas dalam menjalankan tugasnya’’. Untuk itu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru, sebab gurulah yang menentukan arah kemana proses pembelajaran tersebut. Menurut Hisyam Zaini, dkk (2008 :45) Prinsip – prinsip belajar sebagai berikut: (1) Belajar harus memiliki tujuan yang terarah, (2) Belajar memerlukan bimbingan, (3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian. (4) Belajar merupakan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. Belajar adalah suatu proses aktif terjadinya saling pengaruh secara dinamis antara siswa dengan lingkungan. Hal ini tentunya tidak luput dari bagaimana penyampaian materi oleh guru kepada peserta didik (siswa). Untuk materi yang efektif dan efisien guru mengenal starategi pembelajaran, sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling tepat untuk suatu bidang pembelajaran dalam menyusun strategi pembelajaran. Berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai tergantung pada penggunaan metode mengajar. Menurut Nurbiana Dhieni (2005 : 18) Mengemukakan bahwa Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Fungsi bahas bagi setiap orang ada empat yaitu: Bahas sebagai alat media komunikasi, Bahasa sebagai alat untuk ekspresi diri, Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial, dan Bahasa sebagai alat control sosial. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi secara lisan membutuhkan pesan yang ditransaksikan melalui bahasa verbal, ini terjadi pada kemamampuan berbicara dan menyimak, sedangkan berkomunikasi secara tertulis pesan ditransaksikan melalui lambang suatu bahasa. Berbicara adalah salah satu keterampilan bahasa yang bersifat produktif. Dikatakan produktif karena di dalamnya menyatakan ide, gagasan, dan pendapatnya secara tertulis. Berdasarkan hal di atas, dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia, maka guru merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar, tentu dibutuhkan krektivitas seorang guru dalam menyampaikan/ membelajarkan hakitat arti disiplin ilmu sehingga mampu mengubah dan membawa siswa menjalin hubungan timbal balik yang efektif dalam proses pembelajaran sehingga indikator tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal. Akan tetapi proses pembelajaran sesuai dengan realita dilapagan masih jauh dari harapan, pelaksanaan pembelajaran terutama pada pembelajaran bahasa Indonesia masih kurang mendapatkan hasil yang maksimal terlebih pada indkator peningkatan keterampilan berbicara siswa, sehingga perlu penggunaan meode dan pendekatan yang tepat. Banyak pilihan metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kepada siswa. Pemilihan tersebut disesuaikan dengan mata pelajaran, sarana dan sebagainya.
3
Khusus untuk metode bahasa Indonesia yang menyangkut peningkatan hasil belajar meliputi keterampilan berbicara, menyimak, menulis, membaca. Untuk keterampilan berbicara ini sangatlah tepat apabila dalam pembelajaran kita menggunakan metode diskusi. Dengan metode ini siswa termotivasi untuk berbicara dan bertaya pada materi yang disajikan oleh guru. Menurut Dimas Setiawan, (2010: 20) Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata. Atas dasar itulah, maka penulis ingin mencoba untuk melakukan suatu penelitian yang diformulasikan dengan judul : “Kemampuan Siswa Berbicara Dengan Metode Diskusi di kelas IV SDN NO. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo ”. Kajian Teori Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan, telah disebutkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas,2006:1) bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama. (KBBI, 2005:165). Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Menurut Fuji (2013) Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa dalam bentuk lisan. Keterampilan ini melatih siswa untuk mengeluarkan ide/pendapat melalui alat ucapnya. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien,dan efektif. Menurut Tarigan (2006 :15) Berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu: Pembicara, Isi pembicaraan, Saluran, Penyimak (pendengar), dan Tanggapan dari penyimak. Perkuliahan.com (2011) Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan siswa dan di dahului dengan proses menyimak. Menurut Suhartono (2005 : 21) Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor – factor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pertama, faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, seperti kepala,
4
tangan, dan roman muka yang dimanfaatkan dalam berbicara. Kedua, faktor psikologis dapat mempengaruhi terhadap kelancaran berbicara. Oleh karena itu stabilitas emosi tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapa pun yang mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya Menurut The_jar 2012 Di dalam kegiatan berbicara ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berbicara diantanya : a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati. b. Membatasi pokok pembicaraan. c. Mengumpulkan bahan-bahan. d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan) e. Melakukan Presentasi Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar, sedang gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicarapun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi. Menurut Ozie Jaak Bah 2012 Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu: a. Pembicara b. Isi pembicaraan c. Saluran d. Penyimak, dan e. Tanggapan penyimak Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup Sembilan hal, yakni: 1. Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal, 2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, 3. Berbicara adalah ekspresi kreatif, 4. Berbicara adalah tingkah laku, 5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, 6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman, 7. Berbicara sarana memperluas cakrawala, 8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, 9. Berbicara adalah pancaran kepribadian Menurut Burhan (2005 : 94) ada beberapa aspek yang dinilai pada saat anak berbicara diantaranya sebagai berikut: a. Ketepatan pengucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perahatian
5
pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu. Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya, pengucapan untuk akhiran kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh. b. Ketepatan intonasi Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang. Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal. c. Pilihan kata (diksi) Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan katakata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar). d. Kelancaran Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya. Buguruesde (2012) Aspek lainya yang dinilai didalam berbicar terdiri atas aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas
6
ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama persendian, koskata atau ungkapan dan versi kalimat atau struktur kalimat. Aspek non kebahasaan terdiri dari kelancaran penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban semangat dan sikap. Dari pendapat di atas penilaian dapat dilakukan dengan melihat struktur kalimat, pilihan kata, intonasi, dan kelancara. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Sekolah ini dibangun dibangun pada tahun 1976 yang dulunya SDN Inp. Wumialo, terdiri 4 ruangan dan luas tanah 1722 m2 dengan 4 guru yang kemudian berkembang menjadi SDN 35 Kota Utara hingga tahun 2007 yang kemudian berubah menjadi SDN 88 Kota tengah NPSN: 40501416 NSS: 101 306 005 013. SDN No.88 Kota Tengah terletak di Jl. jeruk kelurahan wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo telp ( 0435 ) 828539 dan kode pos 96128. SDN No.88 Kota Tengah memiliki 7 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah 1 ruang dewan guru, 1 ruang perpustakaaan,1 ruang UKS, 1 Gudang, 1 Musholah, 2 rumah dinas 1 kantin dan 3 WC. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis dengan jenis penelitian kualitatif. Penetapan pendekatan dan jenis penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana kemampuan siswa berbicara dengan metode diskusi di kelas IV SDN NO 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Cara yang ditempuh siswa berbicara dengan metode diskusi adalah dengan jalan memperhatikan dan menganalisis fenomena yang ada. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis kemampuan berfikir logis siswa. Data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih bersifat naratif daripada kuantitatif. Lebih berupa kata-kata (Berbicara) dari pada angka. Dengan demikian informasi dan data merupakan aspek utama dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi pada saat berlangsungnya suatu proses kegiatan. Hasil Penelitian Sesuai dengan hasil penelitian, penelitian ini melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas IV SDN No. 88 Kota tengah Kota Gorontalo tentang berbicara. Dari wawancara yang dilakukan dengan siswa ternyata sebagian besar siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam berbicara. Mereka menyatakan bahwa berbicara itu menyenangkan. Walaupun menyenangkan, tetapi mereka mendapatkan kesulitan ketika dalam Struktur klailiat, pilihan kata, kelancaran dan intonasi.
Hasil pengamata siswa berbicara menggunakan metode diskusi
7
ASPEK YANG DI NILAI Pilihan kata Kelancaran
Struktur kalimat N o
Nama siswa
1 2 3
Ariyanto A Fadli S. Juliandi R Moh.Arief y Moh. Chair Moh.Thori Moh. Riyan Rahmad P Rifaldi Y Safrin R
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Anisa B Apriliyani Arini U
M 3 √
K M
T M
M
2
1
3
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √
Siti Marsita Tiara P Yesi L
√ √ √
√ √
22 23
Yuliana R Abdul K B Anisa P A Aryo D
√ √
√
√
√
√ √ √
30 31
Jihan U Maimun A
√ √
Moh. A. R Moh. I. P Moh. Reza
√ √ √
√
√ √
1
3
T M
2 √ √ √
1
√ √
√ √
√ √ √
√
√
√ √ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √ √
√
√ √ √
√
√
√ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √
92
M
10
83
M
12
100
M
10
83
M
9
75
M
7
58
TM
7
58
TM
10
83
M
12
100
M
12
100
M
12
100
M
7
58
TM
M
75
M
9
75
M
√
11
92
M
12
100
M
10
83
M
12
100
M
10
83
M
12
100
M
7
58
TM
√ √ √ √ √ √ √ √ √
11
9
√
√
TM
√ √ √
√ √
√
√
M
50
TM
√
√ √ √
83
6
83
√
√
10
KET
58
√
√
Perse ntase
7
√
√ √ √
JLH Sko r
10
√ √
√
√
K M
√
√ √ √
√ √
√
2
√
√
√
M
√
√ √ √
√ √
Deni S. I Fatmah B Hindun A.
√
√ √
19 20 21
David M
T M
√
√
√ √ √ √ √
27 28 29
3 √
K M
√
√
√
Nurfadila . Nurhayati
Moh. Rizki Moh. Zul Nuryani M
1
√
√ √ √
35 36 37
2 √
M
√
Nursia M Preti P Silvana R
32 33 34
T M
√
16 17 18
24 25 26
K M
Intonasi
√
6
50
TM
12
100
M
10
83
M
11
92
M
10
83
M
9
75
M
12
100
M
10
83
M
11
92
M
7
58
TM
12
100
M
6
50
TM
8 38 39 40
Popi D Putri D Rahmat L
41
Siti H. D Verawati M Zulkarna
42 43
√
√
√ √
√
√ √
7
58
TM
11
92
M
√
√ √
10
83
M
√
√
√
10
83
M
12
100
M
12
100
M
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
JUMLAH
33
10
0
15
25
3
29
13
1
13
20
10
%
76 %
23%
0%
35%
58%
7%
68%
30%
2%
30%
47%
23%
:M
: Mampu
KET
KM : Kurang Mampu TM : Tidak Mampu
Interpretasi Data hasil belajar siswa sebagai berikut : NO 1 2
Kriteria Mampu Tidak mampu
Rentang Nilai 75 – 100 0 – 74
Dilihat dari rata – rata siswa presentasi setiap aspeknya sebagai berikut: 1. Aspek petrama yaitu penilaian Struktur kalimat, dari 43 siswa di kelas IV terdapat 33 orang siswa (77%) mampu, 10 orang siswa (23%) kurang mampu dan 0% tidak mampu. 2. Pada Aspek kedua yaitu pilihan kata atau diksi. Terdapat 15 orang siswa (35%) Mampu, 25 orang siswa (58%) kurang mampu, dan 3 orang siswa (7%) tidak mampu. 3. Aspek ketiga yaitu kelancaran, terdapat 29 orang (68%) mampu, 13 orang siswa (30%) kurang mampu dan 1 orang atau (2%) tidak mampu. 4. Aspek berikut yakni intonasi, terdapat 13 orang atau (30%) mampu, 20 orang siswa (47%) kurang mampu dan 10 orang siswa (23%) tidak mampu Penjelasan lebih lanjut akan dipaparkan kemampuan siswa berbicara menggunakan metode diskusi di kelas IV SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu sebagai berikut. 1. Putri Dambea. Hasil yang diperoleh pada penelitian yaitu pada aspek pertama, kedua, dan ketiga yaitu struktur kalimat, pilihan kata dan kelancaran, ia tergolong mampu dan pada aspek keempat yaitu intonasi, ia tergolong kurang mampu sehingga ia mendapatkan skor 11 dengan nilai 92 dan dilihat dari nilai yang diperolehnya, ia tergolong mampu berbicara.
9
2.
Moh. Alit Razak hasil yang di peroleh yakni dari aspek struktur kalimat, pilihan kata, kelancaran, dan intonasi, ia tergolong mampu dengan skor 12 dengan nilai 100 dan dari nilai yang di perolehnya ia terolong mampu berbicara. 3. Verawati Moha hasil yang didapat untuk keempat aspek ia tergolong mamapu dengan skor 12 dengan nilai 100 dan dari nilai yang di peroleh maka ia tergolong mampu berbicara. 4. Silvana Rustam hasil yang diperolehnya pada aspek struktur kalimat ia mampu. Sementara aspek pilihan kata, kelancaran dan intonasi ia kurang mampu dengan skor 9 dengan nilai 75. Siswa ini tergolong siswa yang mampu dalam berbicara. 5. Moh. Ariefyansyah dari aspek struktur kalimat anak ini mampu namun pada aspek pilihan kata, kelancaran dan intones kurang mampu dengan skor 9 dan nilai 75. siswa ini tergolong mampu dalam berbicara. 6. Preti Pakaya hasil yang diperolehnya pada aspek struktur kalimat ia mampu. Sementara aspek pilihan kata, kelancaran dan intonasi ia kurang mampu dengan skor 9 dengan nilai 75. Siswa ini tergolong siswa yang mampu dalam berbicara. 7. Nuryani Miradj dari aspek struktur kalimat siswa ini kurang mampu, sementar aspek pilihan kata tidak mampu, aspek kelancara kurang mampu, dan aspek intonasi ia tidak mampu dengan skor 6 dan nilai 50. Siswa ini tergolong siswa yang tidak mampu berbicara. 8. Moh. Rizki Umar pada aspek struktur kalimat ia kurang mampu, pilihan kata kurang mampu, kelancaran kurang mampu dan aspek intonasi ia tidak mampu dengan skor 7 dengan nilai 58. Siswa ini tergolong siswa tidak mampu berbicara. 9. Fadli S. Nurdin pada aspek struktur kalimat ia kurang mampu, aspek pilihan kata tidak mampu, kelancaran tidak mampu intonasi kurang mampu.dengan skor 6 dan nilai 50 siswa ini tergolong tidak mampu berbicara. Sementara itu dilihat dari rata kelas tingkat mampu, dan tidak mampu diperoleh data dari 43 orang siswa yakni, ada 33 atau (77%) siswa yang mampu, 10 orang atau (23%) siswa yang tidak mampu. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan halhal yang diantaranya adalah Dengan Berdiskusi kemampuan siswa berbicara . Hampir seluruhnya siswa kelas IV SDN 88 Kota Tengah telah mampu dalam keterampilan berbicara sehingga mampu memotivasi mereka didalam pembelajaran.
Daftar Pustaka Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Tarigan, 2006. Pendidikan Keterampilan Berbahahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
10
Setiawan, Dimas. 2010. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: Departemen Pendidikan Dan kebudayaan. Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. W, Anitah, Sri, dkk. 2009, Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumber dari internet Ozie Jaak Bah (2012) Makalah berbicara. (online ) http://oziejakbah.blogspot.com/2013/01/makalah-berbicara-dapat-membuat-orang.html di akses tanggal 10 Mei 2013. The_jar 2012. Makalah menyimak dan berbicara. (online ) http://munawier.blogspot.com/2012/02/makalah-menyimak-dan-berbicara.html diakses tanggal 17 Mei 2013.