KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Vado Reski KK 1), Syofiani 2), Elvina A. Saibi2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2) Dosen program Study Pendidikkan Bahasa dan Sastra Indonesia, jurusan pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikkan, Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected]
Abstract The research is motivated due to lack of ability of students at SMAN 1 Bayang South Coastal District in writing short stories. The purpose of this study was to describe the ability of X.4 grade students of SMAN 1 Bayang South Coastal District. In writing short stories using modeling techniques view of the five intrinsic elements. Theories used are: the short story structure proposed by M. Semi Atar. This research is a qualitative research method that uses descriptive. The results that the ability X.4 graders of SMAN 1 Bayang South Coastal District. In writing short stories using modeling techniques to determine the intrinsic elements are quite good because, of 23 students only 4 students not able to reveal the five intrinsic elements. Thus, it can be concluded that by using modeling techniques to improve students' writing class X.4 Bayang SMAN 1 South Coastal District. Keywords: Short Story Writing, Modeling Techniques, SMAN 1 Shaded Keterampilan menulis sebagai salah
Pendahuluan Pembelajaran
Indonesia
satu keterampilan berbahasa yang produktif
dipelajari mulai dari sekolah dasar sampai
sangat penting bagi siswa dalam dunia
perguruan tinggi. Dalam aplikasinya, mata
pendidikan.
pelajaran bahasa Indonesia
keterampilan menulis perlu ditingkatkan,
kepada
kurikulum
bahasa
pengajaran
guru harus bisa mengajarkan keterampilan
Satuan Pendidikkan
menulis dengan efisien dan dengan metode
(KTSP). Dalam KTSP pembelajaran bahasa
yang menarik sehingga siswa termotivasi
Indonesia
untuk berlatih menulis.
dan Sastra
berlaku
itu,
yaitu
Kurikulum Tingkat
yang
berpedoman
Untuk
Indonesia
dibagi
menjadi dua aspek yaitu aspek kebahasaan
Menurut Thahar (2008:12) kegiatan
dan aspek kesastraan. Masing-masing aspek
menulis adalah kegiatan intelektual. Seorang
dibagi lagi menjadi empat subaspek yaitu
intelektual ditandai dengan kemampuannya
mendengarkan, berbicara, membaca dan
mengekspresikan jalan pikirannya melalui
menulis.
tulisan Menulis 1
media
bahasa
membutuhkan
yang
sempurna.
pemikiran
dan
penalaran yang baik untuk mewujudkan ide
luar karya sastra yang ikut mempengaruhi
atau gagasan dalam bentuk tulisan sehingga
terciptanya
dapat dibaca dan dipahami orang lain. Salah
budaya, ideologi, politik, dan latar belakang
satu bentuk menyalurkan bakat menulis
penulis.
adalah dengan menulis cerpen.
karya sastra, seperti: agama,
Menurut Semi (2009:17-18) tujuan
Karya sastra yaitu suatu hal yang
menulis ada lima. Pertama, memberikan
menarik untuk dibicarakan, karena karya
arahan, yakni memberikan petunjuk kepada
sastra
orang lain dalam mengerjakan sesuatu.
memberikan
hiburan
dan
mengandung nilai-nilai kehidupan. Sastra
Kedua,
adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan
memberikan
seni
adalah
tentang suatu hal yang harus diketahui
dengan
oleh
kreatif
manusia
yang
objeknya
dan kehidupannya
menjelaskan
orang
uraian
lain.
menggunakan bahasa sebagai mediumnya
kejadian
(Semi, 1984:2).
tentang
suatu
disuatu
tempat
Salah satu prosa yang berkembang
sesuatu, atau
Ketiga,
penjelasan
menceritakan
yaitu: memberikan hal
yang
pada
yaitu
informasi berlangsung
suatu
waktu.
baik di masyarakat adalah cerpen. Menurut
Keempat, meringkaskan (merangkum) yaitu:
Hoerip (dalam Semi,
cerpen
membuat
yang dijabarkan lewat
sehingga
adalah karakter
1984:26)
rangkuman tulisan
suatu
tulisan
menjadi lebih singkat.
rentetan kejadian daripada kejadian itu
Kelima, meyakinkan, yaitu tulisan tulisan
sendiri satu per satu. Cerpen menceritakan
yang berusaha meyakinkan orang lain agar
manusia
dengan
setuju dan sependapat dengan apa yang
ringan.
kita tulis.
dan
menonjolkan
kehidupan konflik
yang
Keadaan yang dialami tokoh dalam cerita
Menurut Teeuw (dalam Atmazaki,
merupakan gambaran keadaan psikologi
2005:20). Mengatakan bahwa sastra berasal
watak
dari bahasa Sansekerta, yaitu sas dan tra.
tokoh
yang dapat
merangsang
pembaca. Pada
Sas berarti mengarahkan, mengajar, memberi dasarnya,
karya
sastra
petunjuk
atau instruksi,
sedangkan
tra
dibangun oleh dua unsur yang itu adalah:
berarti menunjukkan, alat atau sarana. Sastra
(1) unsur intrinsik, (2) unsur ekstrinsik.
adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk,
Unsur intrinsik adalah: unsur yang ada di
buku instruksi atau pengajaran. Akan tetapi,
dalam karya sastra itu sendiri, seperti:
member batasan sastra dengan menggunakan
tema,
pusat
bahasa tulis sebagai titik tolak tidaklah
pengisahan, dan gaya bahasa. Sedangkan
meyakinkan karena belles letter’tulisan yang
unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada di
indah’
alur,
latar,
penokohan,
2
membatasi
bahwa
sastra
hanya
tertulis, padahal sastra yang tertua adalah
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya,
sastra lisan. Sastra tulis merupakan turunan
tetapi murni ciptaan saja, direka oleh
dari sastra lisan terutama pada masa-masa
pengarangnnya meskipun cerpen hanyalah
awal. Sedangkan menurut John M.Ellis
rekaan,
(dalam Atmazaki,2005:22), Mengungkapkan
kenyataan kehidupan, (2) cerpen adalah
kesusasteraan ibarat tumbuhan liar yang
karya sastra naratif atau penceritaan. Cerpen
sangat berharga.
bukanlah
Cerpen berasal dari bahasa Inggris yaitu Short
Story
yang
merupakan
namun ia ditulis berdasarkan
pencandraan
(deskripsi)
atau
argumentasi dan analisis suatu hal, tetapi
bentuk
cerita namun tidak semua cerita dapat
sederhana dari fiction. Mengingat batas-
disebut cerpen.
batasnya, maka cerpen termasuk bentuk fiksi
Menurut Semi (1988:35) berbicara
yang paling sederhana, tetapi berbeda dengan
mengenai anatomi fiksi berarti berbicara
roman atau novel (Lubis dalam Tarigan,
tentang struktur fiksi atau unsur-unsur yang
1984:175).
cerpen
membangun fiksi. Struktur fiksi secara garis
memuat penceritaan yang memusat kepada
besar dibagi dua bagian, yaitu (1) struktur
satu peristiwa pokok. Sedangkan peristiwa
luar (ekstrinsik) dan (2) struktur dalam
pokok itu barang tentu tidak selalu sendirian,
(intrinsik). Struktur luar (ekstrinsik) adalah
ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung
segala macam unsur yang berada diluar suatu
peristiwa
karya
Dengan
demikian,
pokok
(Semi,1984:26),
sastra
yang
ikut
mempengaruhi
selanjutnya, Hoerip (dalam Semi, 1984:26)
kehadiran karya sastra tersebut, misalnya
mengungkapkan,
bahwa ”Cerita pendek
faktor sosial, ekonomi, faktor kebudayaan,
adalah karakter yang ”dijabarkan” lewat
faktor sosial-politik, keagamaan, dan tata
rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian
nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam
itu sendiri satu persatu. Apa yang terjadi di
(intrinsik)
dalamnya
suatu
membentuk karya sastra tersebut seperti
pengalaman atau penjelajahan. Dan reaksi
penokohan atau perwatakan, tema, alur
mental itulah yang pada hakikatnya disebut
(plot), pusat pengisahan, latar,dan gaya
juga cerpen.
bahasa.
juga
lazim
merupakan
adalah
unsur-unsur
yang
Seperti karya sastra lainnya, cerpen
Selanjutnya, ada cara dalam pembelajaran
memiliki
untuk
beberapa
ciri.
Menurut
menulis
cerpen.
Teknik
yang
Sumardjo dan Saini.KM (1988:36) ciri dasar
digunakan guru haruslah dapat memotivasi
lain cerpen
siswa dalam menuangkan idenya, oleh sebab
sifat
rekaan
adalah (1) cerpen merupakan (fiction).
Cerpen
bukan
itu guru haruslah menggunakan teknik yang
penuturan kejadian yang benar-benar terjadi,
bervariasi agar siswa tidak bosan dalam 3
pembelajaran. Salah satu teknik yang dapat
Metodologi Penelitian
menimbulkan semangat siswa adalah dengan
Jenis
teknik pemodelan.
penelitian
yang
dilakukan
adalah penelitian kualitatif dengan metode
Karakteristik anak didik yang sedang
deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor
berkembang adalah keinginannya untuk
(dalam
melakukan peniruan atau imitasi. Prinsip
kualitatif
inilah yang dimaksud dengan modeling atau
menghasilkan data deskritif berupa kata-kata
pemodelan. Muslich (2008:46) mengatakan
yang diamati. Sedangkan metode deskriptif
pemodelan (modelling) adalah komponen
menurut
pendekatan CTL yang menyarankan bahwa
yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan
gambar, dan bukan angka-angka. Dari hal
tertentu diikuti dengan model yang bisa
tersebut maka penulis menetapkan jenis
ditiru siswa.
penelitian yang digunakan yaitu penelitian
Penelitian
ini
difokuskan
pada
Moleong
2005:
adalah
4)
penelitian
penelitian
yang
Moleong (2005:11) adalah data
kualitatif dengan metode deskriptif.
kemampuan siswa kelas X.4 SMAN 1
Data dalam penelitian ini adalah
Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dalam
Kemampuan Siswa Kelas X.4 SMAN 1
menulis cerpen dengan menggunakan teknik
Bayang dalam Menulis Cerpen. Jumlah
pemodelan. Aspek yang diperhatikan yaitu
semua siswa kelas X adalah orang, tersebar
unsur intrinsik: tema, amanat, alur, latar, dan
ke dalam 7 kelas yang masing-masing kelas
penokohan dalam menulis cerpen dengan
terdiri atas 28-40 orang siswa. Objek
menggunakan teknik pemodelan.
penelitian ini adalah hasil cerpen yang ditulis
Berdasarkan
rumusan
masalah,
siswa. Sedangkan data adalah siswa kelas
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
X.4 SMAN 1 Bayang yang berjumlah 28
kemampuan siswa kelas X.4 SMAN 1
siswa.
Bayang dilihat dari aspek (1) kemampuan
Instrumen
penelitian
ini
adalah
mengembangkan tema dalam cerpen, (2)
peneliti sendiri, dibantu dengan tes menulis
kemampuan dalam menggambarkan amanat
cerpen
dalam
kemampuan
pemodelan. Waktu yang diberikan kepada
mengembangkan alur dalam menulis cerpen,
siswa dalam menulis cerpen adalah 2x45
(4) kemampuan menggambarkan latar dalam
menit. Siswa disuruh untuk menulis cerpen
menulis
kemampuan
sesuai dengan unsur intrinsiknya yaitu: tema,
menggambarkan penokohan dalam menulis
amanat, alur, latar, dan penokohan. Sebelum
cerpen.
peneliti menugaskan siswa, terlebih dahulu
cerpen,
cerpen,
Dengan
(3)
(5)
menggunakan
teknik
pemodelan.
dengan
menggunakan
teknik
memberikan penjelasan tentang unsur-unsur 4
intrinsik dan langkah-langkah dalam menulis
secara konsisten interpretasi dengan berbagai
cerpen. Setelah itu barulah siswa ditugaskan
cara dalam kaitannya dengan analisis yang
menulis cerpen berdasarkan model cerpen
konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan
yang disediakan, yaitu dengan topik “Teman
bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
Sekamar”.
unsur dalam situasi yang sangat relevan
Teknik
pengumpilan
dalam
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
penelitian ini adalah dengan cara: (1)
dan memusatkan diri pada hal tersebut secara
menjelaskan
rinci, (Moleong, 2010:329).
materi
data
pelajaran
tentang
penulisan cerpen, pengertian tema, amanat,
Hasil dan Pembahasan
alur, latar, dan penokohan, (2) menugaskan
Berdasarkan penelitian dan analisis
siswa menulis cerpen dengan topik bebas, (3)
yang telah dilakukan, penulis menemukan
membaca hasil cerpen yang ditulis siswa,
beberapa hal yaitu:
dan (4) menandai setiap aspek yang diteliti
Pertama, siswa kelas X.4 SMAN 1
yaitu menentukan tema, amanat, alur, latar,
Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dalam
dan penokohan dalam cerpen tersebut.
menggambarkan tema dapat dikatakan sudah
Langkah-langkah untuk
menganalisis
yang
data
dilakukan
adalah:
baik. Hal tersebut terlihat pada hasil cerpen
(1)
yang ditulis siswa, yaitu siswa sudah mampu
mengklasifikasikan aspek intrinsik yaitu
mengurai tema tersebut sehingga menjadi
tema, amanat, alur, latar dan penokohan yang
alur
telah ditandai, (2) menganalisis setiap tema,
digambarkan pada watak tokoh dalam cerita
amanat, alur, latar dan penokohan yang telah
tersebut.
ditandai yang terdapat di dalam data atau tulisan
siswa
tersebut,
yang
Kedua,
runtut
dalam
dalam
cerita
dan
menggambarkan
(3)
amanat siswa kelas X.4 SMAN 1 Bayang
menginterpretasikan aspek-aspek intrinsik
Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikatakan
antara lain tema, amanat, alur, latar, dan
mampu. Hal tersebut dapat dilihat dalam
penokohan yang terdapat dalam cerpen yang
cerpen siswa yang telah menggambarkan
ditulis siswa, dan (4) menyimpulkan hasil
konflik dan penyelesaian konflik dalam
penelitian.
cerita. Dari penyelesaian konflik tersebut,
Untuk melakukan uji keabsahan data,
maka pembaca cerpen akan dapat mengambil
mengenai tingkat faliditas data yang penulis
pesan dan amanat yang disampaikan oleh
temukan,
pengujian
pengarang karena dalam konflik yang terjadi
keabsahan data ini berdasarkan ketekunan
dalam cerita adalah peristiwa yang dialami
pengamatan atau keajengan pengamatan.
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-
Keajengan
hari.
penulis
melakukan
pengamatan
berarti
mencari 5
Ketiga, dalam menggambarkan alur
unsur intrinsik dan ekstrinsik harus muncul
siswa kelas X.4 SMAN 1 Bayang Kabupaten
dalam sebuah karya sastra.
Pesisir Selatan dapat dikatakan sudah baik.
Kesimpulan
Hal tersebut dapat dillihat dalam cerpen yang ditulis
oleh
siswa
sudah
Berdasarkan hasil analisis tentang
mampu
Kemampuan
Menulis
Cerpen
dengan
menggambarkan alur cerita, mulai dari awal
menggunakan teknik pemodelan pada Siswa
berisi pengenalan tokoh-tokoh cerita, konflik
Kelas X.4 SMAN 1 Bayang Kabupaten
yang terjadi dalam cerita sampai pada
Pesisir Selatan Tahun Ajaran 2012 / 2013
akhirnya penyelesaian terkait dengan konflik
dapat
yang terjadi dalam cerita.
menulis cerpen dapat dikatakan tergolong
Keempat,
bahwa
kemampuan
menggambarkan
baik, dengan alasan berikut. Pertama, dalam
latar siswa kelas X.4 SMAN 1 Bayang
menggambarkan tema dalam menulis cerpen,
Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikatakan
dari
sudah mampu. Hal tersebut sudah terlihat
menggambarkan tema sesuai dengan model
dalam cerpen yang ditulis siswa sudah
cerpen
menggambarkan latar peristiwa cerita, baik
menggambarkan amanat
latar waktu maupun latar tempat, sehingga
cerpen, dari 23 orang siswa, sebanyak 19
pembaca seakan-akan ikut hadir dalam
orang
peristiwa yang ada dalam cerita tersebut.
dalam
Kelima,
dalam
disimpulkan
dalam
menggambarkan
23
orang
yang
siswa
sudah
diberikan.
mampu
Kedua, dalam
menggambarkan
menulis
cerpen
dengan
mampu
dalam menulis
amanat baik,
sedangkan 4 orang lainnya belum mampu
penokohan siswa kelas X.4 SMAN 1 Bayang
menggambarkan amanat
dalam
Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikatakan
cerpen
Ketiga,
mampu. Hal tersebut dapat dilihat dalam
menggambarkan alur dalam menulis cerpen,
cerpen
dari
yang
ditulis
siswa
dengan
23
dengan
orang
baik.
sisiwa,
sudah
menulis dalam
mampu
menggambarkan watak atau karakter tokoh
menggambarkan alur sesuai dengan model
tersebut seiring dengan peristiwa yang
yang
terjadi. Jika tokoh tersebut dalam keadaan
menggambarkan latar dalam menulis cerpen
marah, maka disertai dengan adegan seperti
dari 23 orang siswa, sebanyak 22 orang
melempar sebuah benda ke Lantai, sehingga
mampu menggambarkan latar dalam menulis
pembaca dapat membayangkan bagaiamana
cerpen dengan baik, sedangkan 1 orang
wajah tokoh dalam cerita tersebut.
Dari
lainnya belum mampu menggambarkan latar
keseluruhan aspek tersebut dikaitkan dengan
dalam menulis cerpen dengan baik. Kelima,
teori Semi (1984:35), bahwa unsur-unsur
dalam menggambarkan penokohan dalam
yang ada dalam cerpen maupun novel, yaitu
menulis 6
diberikan.
cerpen
Keempat,
dari
23
orang
dalam
siswa
semuanya
mampu
menggambarkan
Gani, Erizal. 1999. Pembinaan Keterampilan Menulis di perguruan Tinggi, Buku Ajar. Padang: UNP Press.
penokohan dengan baik. Keenam, dalam menggambarkan kelima unsur terdapat 19
Isnanda, Romi. (2007). “Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX SMPN 3 Padang”. Padang : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta.
orang yang mampu, sedangkan 4 orang lainnya
belum
mampu
menggambarkan
kelima unsur dalam menulis cerpen. Berdasarkan kesimpulan, disarankan kepada: Pertama, guru Bahasa Indonesia,
Moleong, J. Lexy. 2008. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Ramaja Rosdakari.
agar lebih memperjelas ketika menerangkan pelajaran mengenai menulis cerpen, dan guru
Semi, M Atar. 1984. Anatomi Sastra. Padang: FPBSS IKIP Padang.
harus sering memberikan siswa latihanlatihan menulis, khususnya pembelajaran menulis
cerpen
salah
satunya
dengan
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang. UNP PRESS.
menggunakan teknik pemodelan. Kedua, siswa SMAN 1 Bayang Kabupaten Pesisir
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Selatan, khususnya di sekolah menengah atas dan sederajat, agar dapat meningkatkan kemampuannya
dalam
menulis
Sumardjo, Jakob. 2007. Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
cerpen
terutama dalam pengembangan unsur-unsur
Tarigan, Hendri Guntur. 2005. Menulis sebagai SuatuKeterampilanBerbahasa. Bandung: Angkasa.
intrinsik. Ketiga, peneliti lain, agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau sebagai bahan perbandingan untuk penelitian
Thahar, Haris Effendi. 2008. Kiat Menulis Cerpen. Bandung: Angkasa Bandung.
selanjutnya. Daftar Pustaka
Yulina,
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya. Enre, Fachrudin Ambo. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Esten,
Mursal. 1984. Pengantar Teori Bandung: Angkasa.
Kesusastraan & Sejarah.
7
Rahmi. (2008). “Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMAN 1 Ulakan Tapakis Padang Pariaman”. Padang : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta.
8