KONTRIBUSI KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMAN 16 PADANG Oleh: Andri Abdurahman 2, Ellya Ratna3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:
[email protected] Hernanda1,
ABSTRACT The purposes of this study were to (1) describe, able to apreciation short story class XI Senior hight school 16 Padang, (2) describe, capable to write short story class XI Senior hight school 16 Padang, (3) the analities contribute able to apresiation short story to capable write short story class XI Senior hight school 16 Padang. The data this studi of were two kind test, is objective and write test. Objective test use for colleted able data student in the appreciation short story.The principle research conclude three case. First, capable appreciation short story student class XI senior hight school 16 Padang qualification at qualification moreb than enough (72,77). Second capable write short story student class XI senior hight school 16 Padang at qualification well (78,89).Third,able appreciation short story contribute to capable write short story student class XI senior hight school 16 Padang as big as 25%, and more influence by factor other not research in this research. Kata kunci: apresiasi, menulis, cerpen A. Pendahuluan Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang besar pengaruhnya dalam meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik. Dengan adanya keterampilan menulis, peserta didik mampu mengungkapkan gagasan-gagasan dan ide-ide pemikiran dalam suatu kerangka berpikir yang logis dan sistematis. Selain itu, keterampilan menulis juga dapat membantu peserta didik untuk berpikir secara kritis Salah satu bentuk keterampilan menulis fiksi yang diajarkan kepada siswa di sekolah, khususnya SMA, adalah menulis cerpen. Pembelajaran menulis cerpen terdapat dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA/sederajat kelas X dengan standar kompetensi ”Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerita pendek (cerpen)”. Pada kompetensi dasar 16.1 berbunyi ”Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (perilaku, peristiwa, dan latar)”, dan kompetensi dasar 16.2 ”Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (perilaku, peristiwa, dan latar)” (Depdiknas, 2006:25). Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode Maret 2013 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 1 2
324
Kontribusi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen terhadap Menulis Cerpen– Andri Hernanda, Abdurahman, dan Ellya Ratna
dengan baik. Kondisi tersebut, berkaitan dengan rendahnya kemampuan siswa dalam mengenali sebuah karya fiksi seperti cerpen. Kurangnya pemahaman siswa mengenai karya fiksi seperti cerpen memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan menulis cerpen siswa. Selain itu, pembelajaran di sekolah selama ini tidak menitikberatkan pada keterampilan menulis cerpen siswa, tetapi lebih kepada pemberian teori yang secara umum. Pemberian teori tanpa diiringi pengenalan-pengenalan dengan karya sastra, seperti cerpen akan mempersulit siwa untuk menghasilkan cerpen yang bernilai sastra. Hal lain yang terlihat adanya kesulitan siswa dalam menulis cerpen, karena kurangnya pemahaman siswa terhadap unsur pembangun cerpen, pemilihan diksi yang kurang tepat, dan penguasaan siswa terhadap pemakaian EYD yang benar. Hal ini diidentifikasi siswa tidak memiliki kemampuan menulis dengan baik, karena untuk melatih kemampuan menulis, membutuhkan waktu yang banyak. Selain itu, rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen dapat disebabkan kurananya pemahaman siswa untu mampu mengapresiasi sebuah karya sastra. Secara umum pembelajaan menulis cerpen di sekolah masih menghadapi berbagai persoalan dan belum memberikan hasil yang maksimal. Indikasi permasalahan tersebut, dapat ditinjau dari berbagai segi. Pertama, dari segi proses, yakni masih rendahnya keterampilan siswa dalam menggali ide dan menjadikanya sebuah cerpen. Meskipun, ada ide cerita yang menarik, namun karena penyajian dengan bahasa yang tidak tepat menjadikan hasilnya tidak menarik. Kedua dari segi jumlah, hanya sebahagian kecil siswa yang terampil menulis. Ketiga ditinjau dari segi kualitas karya yang dihasilkan, masih banyak karya yang belum layak disebut sebagai sebuah cerpen, baik dari segi struktur cerita maupun dari segi penggunaan bahasa. Rendahnya kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Padang terlihat dari nilai mereka yang tidak mencapai SKBM (Standar kelulusan belajar mengajar). Hal ini terlihat pada hasil karangan cerpen siswa yang terkesan asal-asalan. Karangan yang dihasilkan siswa belum memperlihatkan penerapan unsur pembangun cerpen yang baik. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen terlihat dari penggunaan tema yang tidak kreatif, alur yang tidak runtut sehingga menyulitkan pembaca untuk memahaminya, serta penggambaran tokoh yang masih dirasa biasa tanpa ada pengembangan-pengembangan karakter yang berarti. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Padang pada tanggal 29 Februari 2012 diidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait kemampuan mengapresiasi dan keterampilam menulis cerpen. Deskripsi singkat permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, pemilihan teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran kurang tepat. Dalam proses pembelajaran, guru lebih sering menggunakan teknik ceramah dan penugasan. Kedua, penggunaan bahan ajar tentang cerpen kurang bervariasi. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini pentingdilaksankan untuk mengetahui tentang kontribusi kemampuan mengapresiasi cerpen terhadap keterampilan menulis cerpen siswa belum pernah diteliti sebelumnya di sekolah ini. Penulis memilih SMA negeri 16 Padang sebagai lokasi penelitian karena sekolah tersebut belum terlihat keterampilan menulis cerpen yang tinggi dari siswanya. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti khususnya meneliti tentang bagaimana kontribusi kemampuan mengapresiasi cerpen terhadap keterampilan menulis cerpen Cerpen merupakan jenis fiksi yang sederhana. Pada dasarnya, cerpen merupakan cerita rekaan yang sering ditemukan di majalah-majalah atau media cetak. Cerpen dikatakan sebagai fiksi yang sangat sederhana, karena cerpen dapat dibaca dalam waktu yang singkat. Selain itu, cerpen dikatakan sebagai karya sastra fiksi karena cerpen merupakan karangan yang tidak berdasarkan kenyataan, tetapi berdasarkan pernyataan yang berbentuk khayalan atau pikiran semata. Menurut Semi (1988:34), cerpen merupakan suatu karya sastra yang memuat penceritaan dan berpusat pada suatu peristiwa pokok. Peristiwa pokok tersebut, tidak berdiri sendiri tetapi dibantu oleh peristiwa lain yang sifatnya mendukung. Dalam sebuah cerpen, krisis atau 325
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri E 318 - 398
permasalahan tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Sebaliknya, dalam sebuah novel krisis jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib pelaku. Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dan lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk sebuah totalitas yang menentukan keberhasilan dalam menulis sebuah cerpen. Nurgiyantoro (2007: 23) menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun dari dalam karya satstra itu sendiri. Sebaliknya, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra namun secara tidak langsung ikut mempengaruhi kehadiran sebuah karya sastra. Menurut Semi (1988: 35) unsur intrinsik cerpen terdiri dari penokohan, alur (plot), latar, sudut pandang, tema, dan gaya bahasa. Muhardi dan Hasanuddin WS (1992: 20) menyatakan bahwa fiksi secara umum mempunyai unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur yang membangun fiksi dari dalam disebut unsur intrinsik, dan unsur yang mempengaruhi penciptaan fiksi itu dari luar disebut dengan unsur ekstrinsik. Kemudian unsur intrinsik dapat dibedakan menjadi dua yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Yang termasuk ke dalam unsur utama adalah semua hal yang berkaitan dengan pemberian makna melalui bahasa seperti penokohan, alur, latar, tema, dan amanat. Sedangkan yang termasuk unsur penunjang adalah segala upaya yang digunakan dalam memanfaatkan bahasa seperti: sudut pandang dan gaya bahasa. Sebuah karya fiksi seperti novel dan cerpen bukanlah salinan peristiwa kehidupan nyata. Apa yang diceritakan dalam fiksi mungkin tidak pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Jika, sebuah fiksi sudah sama dengan kehidupan nyata tanpa bumbu mungkin saja karya tersebut tidak dibaca orang, karena kering tanpa bumbu. Sebaliknya, bila sebuah karya fiksi itu terlalu asing dari kehidupan, karya fiksi akan menjadi abstrak dan sukar dikenali dan dinikmati. Oleh sebab itu, isi sebuah cerpen dan novel seringkali diapresiasikan oleh masyarakat secara beranekaragam Secara leksikal, apresiasi mengacu pada pengertian, pemahaman, pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang memberikan penilaian (Horuby dalam Sayuti, 2000). Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya dengan sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Efendi dalam Sayuti, 2000). Secara umum, disimpulkan bahwa apresiasi sastra merupakan penilaian terhadap hasil karya sastra. Menurut Efendi (dalam Aminuddin, 2000:4) apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. Kedua, mendeskripsikan keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. Ketiga, menganalisis kontribusi kemampuan mengapresiasi cerpen terhadap keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. B. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Disebut penelitian kuantitatif karena data dikumpulkan melalui tes dan data tersebut dalam bentuk angka-angka. Selanjutnya, data diolah dengan rumus statistik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Moleong (2005:3) bahwa penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Dalam penelitian ini angka-angka berasal dari skor pengetahuan tentang narasi dan keterampilan menulis narasi siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini dideskripsikan data tentang mengapresiasi cerpen dan keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. Hal itu sesuai dengan pendapat Nazir (2005:54) bahwa tujuan metode deskriptif adalah
326
Kontribusi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen terhadap Menulis Cerpen– Andri Hernanda, Abdurahman, dan Ellya Ratna
untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah kemampuan mengpresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang, sedangkan variabel terikat (Y) adalah keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang. Data penelitian ini ada dua, yaitu hasil tes objektif dan hasil tes unjuk kerja menulis cerpen siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan yakni tes objektif dan tes unjuk kerja. Sebelum dijadikan instrumen, tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui apakah tes yang disusun valid atau tidak dan reliabel atau tidak. Instrumen yang layak dijadikan alat pengumpul data harus valid dan reliabel. Sebelum dijadikan sebagai instrumen penelitian, tes terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa kelas X1 SMA Negeri 16 Padang. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk menentukan validitas item, reliabilitas tes, sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan. C. Pembahasan Untuk menentukan nilai kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum digunakan rumus persentase. Berikut adalah contoh penerapan rumus tersebut untuk sampel 1 5 N= 9 × 100 Selanjutnya, nilai kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang dikelompokkan berdasarkan kualifikasi angka konversi skala 10. Pengelompokkan nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, tingkat kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tergolong baik (B) dijawab oleh 13 orang (43,33%), yaitu siswa yang tingkat penguasaanya berkisar antara 76-85%. Kedua, tingkat kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tergolong lebih dari cukup (LDC) dijawab oleh 13 orang (43,33%), yaitu siswa yang tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi berkisar antara 66-75%. Ketiga, tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi siswa tergolong cukup (C) dijawab oleh 4 orang (13,33%), yaitu siswa yang tingkat penguasaanya berkisar antara 56-65%. Setelah kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang setiap siswa diperoleh, langkah berikutnya adalah menafsirkan kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tersebut berdasarkan rata-rata hitung (M) dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini. Tabel 18 Distribusi frekuensi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum No 1 1 2 3 4 5 6 7
X 2 83 80 77 73 70 67 63 jumlah
F 3 2 4 7 4 4 5 4 30
FX 4 166 320 539 292 280 335 252 2183
327
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri E 318 - 398
Rata-rata hitung (M) siswa untuk kemampuan mengapresiasi cerpen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus rata-rata hitung (M) sebagai berikut. M
=
FX N
= 2183 30 = 72,77 Berdasarkan data tersebut, diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 72,77. Mengacu pada rata-rata hitung yang diperoleh, disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum tergolong lebih dari cukup M-nya berada pada tingkat penguasaan 66% - 75% pada skala 10. Setelah mengetahui kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang M secara umum dikelompokkan berdasarkan skala 10. Pengelompokkan nilai kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19 Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rentang Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase 96% - 100% Sempurna 0 00,00 86% - 95% Baik Sekali 0 00,00 76% - 85% Baik 13 43,33 66% - 75% Lebih dari Cukup 13 43,33 56 % - 65% Cukup 4 13,33 46%-55% Hampir Cukup 0 00,00 36 % - 45% Kurang 0 00,00 26% - 35% Kurang Sekali 0 00,00 16% - 25% Buruk 0 00,00 0 % - 15% Buruk Sekali 0 00,00 Jumlah 30 100,00 Berdasarkan Tabel 18 di atas, diperoleh gambaran bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 kualifikasi. Pertama, 13 orang siswa (43,33%), berada pada kualifikasi baik (B). Kedua, 13 orang siswa (3,33%), berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LDC). Ketiga, 4 orang siswa (13,33%), berada kualifikasi cukup (C). Untuk lebih jelasnya mengenai kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum dapat dilihat pada histogram berikut.
328
Kontribusi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen terhadap Menulis Cerpen– Andri Hernanda, Abdurahman, dan Ellya Ratna
14 12 10 8 6 4 2 0
43,33%43,33
13,33 0
0
0
0
0
0
0
Nilai Siswa Gambar 8 Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum Selanjutnya, secara umum nilai keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum dapat dilihat dengan menggunakan rumus persentase. Nilai keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang dikelompokkan berdasarkan kualifikasi angka konversi skala 10. Pengelompokkan nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, tingkat keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tergolong baik sekali (BS) dijawab oleh 17 orang (56,66%), yaitu siswa yang tingkat penguasaanya berkisar antara 86 – 95 %. Kedua, tingkat keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tergolong baik dijawab oleh 4 orang (13,33%), yaitu siswa yang tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi berkisar antara 76-85%. Ketiga, tingkat keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tergolong lebih dari cukup (LDC) dijawab oleh orang 9 orang (30%), yaitu siswa yang tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi berkisar 6675%. Setelah keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang setiap siswa diperoleh, langkah berikutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang tersebut berdasarkan rata-rata hitung (M) dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini. Tabel 30 Distribusi frekuensi Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum No 1 1 2 3 4 5
X 2 93 87 80 73 67 Jumlah
F 3 6 11 4 7 2 30
FX 4 558 957 320 511 134 2363
329
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri E 318 - 398
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata hitung (M) siswa dengan menggunakan rumus rata-rata hitung (M) sebagai berikut. M
=
FX N
= 2363 30 = 78,79 Berdasarkan data tersebut, diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 78,79. Mengacu pada rata-rata hitung yang diperoleh, disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum tergolong baik Berada pada tingkat penguasaan 76-85% pada skala 10. Setelah keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang M secara umum dikelompokkan berdasarkan skala 10. Keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 31 Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rentang Nilai Kualifikasi 96% - 100% Sempurna 86% - 95% Baik Sekali 76% - 85% Baik 66% - 75% Lebih dari Cukup 56 % - 65% Cukup 46%-55% Hampir Cukup 36 % - 45% Kurang 26% - 35% Kurang Sekali 16% - 25% Buruk 0 % - 15% Buruk Sekali Jumlah
Frekuensi 0 17 4 9 0 0 0 0 0 0 30
Persentase 00,00 56,66 13,33 31,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 100,00
Berdasarkan Tabel 30 di atas, diperoleh keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 kualifikasi. Pertama, 17 orang siswa (56,66%), berada pada kualifikasi baik sekali (BS). Kedua, 4 orang siswa (13,33%), berada pada kualifikasi baik (B). Ketiga, 9 orang siswa (30%), berada kualifikasi lebih dari cukup (LDC). Secara jelas keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang secara umum, dapat dilihat pada histogram berikut.
330
Kontribusi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen terhadap Menulis Cerpen– Andri Hernanda, Abdurahman, dan Ellya Ratna
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
56,66%
31% 13,33 0
0
0
0
0
0
0
Nilai Siswa Gambar 14 Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Padang Secara Umum Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LDC) dengan nilai rata-rata 72,77. Sementara itu, keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang berada pada kualifikasi baik dengan nilai 78,79. Setelah kedua variabel tersebut dikorelasikan, maka diperoleh nilai r hitung 0,50. Selanjutnya, koefisien korelasi kedua variabel tersebut dimasukkan ke dalam rumus kontibusi sebagai berikut. = r2 x 100% = 0,502 x 100% = 0,25 x 100% = 25% Hasilnya diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen berkontribusi terhadap keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang sebesar 25%. Maka, dapat disimpulkan keterampilan menulis cerpen selebihnya yaitu sebesar 75% dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti minat baca, pengetahuan kosakata dan sebagainya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Menurut Tarigan (2008:94), minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, bila bahan bacaan yang baru diberikan guru sesuai dengan minat dan kemampuannya, maka akan belajar dengan sebaik-baiknya karena adanya daya tarik pada dirinya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka minat baca tergantung pada seberapa tertariknya dan seberapa sering orang tersebut membaca. Selain itu, menurut Dale (dalam Tarigan, 1993:15) menjelaskan bahwa mempelajari sebuah kosakata baru dengan sendirinya membawa efek yang baik dan mengakibatkan pengaruh luas dalam kehidupan. Mempelajari sebuah kosakata baru juga merupakan proses dinamis yang melibatkan pula pemerolehan perhatian dan kepentingan ganda. Sejalan dengan pendapat Dale tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata seseorang akan membawa pengaruh yang baik dalam kehidupannya. Semakin tinggi tingkat penguasaan kosakatanya, maka semakin tinggi pula tingkat keterampilan berbahasanya, salah satunya dalam menulis cerpen.
331
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri E 318 - 398
D. Simpulan dan Saran Berdasarkan penganalisisan data, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas XI SMA N 16 Padang kualifikasi berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LDC) (72,77). Nilai tertinggi terletak pada indikator menentukan latar, dengan nilai rata-rata (82,66). Nilai terendah terletak pada indikator menentukan sudut pandang (59,33). Kedua, keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang berada pada kualifikasi baik (78,89). Nilai tertinggi terletak pada indikator menggunakan tokoh dalam sebuah cerpen dengan nilai rata-rata (87,76). Nilai terendah terletak pada indikator menggunakan alur (76,66). Ketiga, kemampuan mengapresiasi cerpen berkontribusi terhadap keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 16 Padang sebesar 25%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut. Pertama, bagi siswa sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menulis cerpen. Kedua, guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 16 Padang diharapkan lebih memotivasi dan mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerpen dan keterampilan menulis cerpen dengan memperbanyak latihan agar siswa lebih terampil dalam kegiatan menulis cerpen tersebut. Ketiga, bagi pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mengembangkan bakat dan minat siswa dalam menulis, khususnya menulis cerpen. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dr. Abdurahman, M.Pd. dan pembimbing II Dra. Ellya Ratna, M.Pd.
Daftar Rujukan Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Press Padang. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gama Media. Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit Angkasa.
332