PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS CERPEN Uji Lestari SMAN 1, Purwareja, Klampok, Jawa Tengah, Indonesia Pos-el:
[email protected] Abstrak: Terbatasnya sumber belajar untuk pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) di SMA melatarbelakangi peneliti untuk melakukan sebuah upaya mengembangkan bahan ajar. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar (modul) Menulis Cerpen Berbasis Proyek dengan Pendekatan Kontekstual bagi siswa Kelas XII Semester 1, ditinjau dari aspek kelayakan isi materi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafisan, untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen. Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Pengembangan bahan ajar (modul) dilakukan dengan mengacu pada model pengembangan Borg and Gall yang diadaptasi dari model pengembangan Puslitjaknov. Prosedur pengambangannya ada lima tahapan: 1) Tahap analisis produk yang akan dikembangkan. 2). Tahap mengembangkan produk awal yaitu tahap menyusun modul 3). Tahap validasi ahli dan revisi. 4). Tahap uji coba pada kelompok terbatas dan revisi produk 5). Tahap uji coba lapangan dan produk akhir. Uji coba produk dilakukan dengan eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group Design, untuk mengetahui kelayakan modul dengan mengubah skor hasil angket, konversi skala lima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul menulis cerpen untuk siswa SMA kelas XII sudah layak menurut respon ahli dan guru Bahasa Indonesia bahwa aspek: 1) kelayakan materi, skor 20 dan 18, kategori sangat baik, 2) kebahasaan skor 18 kategori sangat baik dan 14 kategori baik 3) penyajian skor 43 dan 40,5 kategori sangat baik, 4) kegrafisan skor 13 dan 13 kategori sangat baik. Respon ahli media terhadap desain skor 14 kategori sangat baik.Respon siswa terhadap modul pada kelompok terbatas maupun luas secara umum sangat baik.Respon siswa pada uji coba kelompok kecil aspek materi diperoleh skor 18,53, kebahasaan 18,97, penyajian 14,3 dan kegrafisan 13,78 maka secara umum respon siswa terhadap modul, kategori sangat baik. Respon kelas eksperimen terhadap kelayakan modul, aspek materi skor 18,41, kebahasaan 19,8, penyajian 14,38 maka, secara umum respon siswa terhadap modul sangat baik. uji t beda, diperoleh hasil t hitung = 2,917 taraf signifikan α = 0,05 diperoleh t table 1,667, maka t hitung (2,917) > t table (1,667), sehingga disimpulkan pembelajaran dengan modul lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menggunakan modul, serta dapat meningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas eksperimen dengan peningkatan skor pascates 2,81, dan peningkatan persentase ketuntasan 47,22 %. Kata kunci: pengembangan, modul, menulis cerpen, berbasis proyek, pendekatan kontekstual. METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
153
DEVELOPING SHORT STORY WRITING PROJECT-BASED MODULE WITH CONTEXTUAL APPROACH TO IMPROVE STUDENTS’ SHORT STORY WRITING COMPETENCE Abstract: The limitation of learning source for short story writing in senior high schools is the reason why the writer conducted this research for developing a module based on the students need and students characteristic as well. This research aimed to produce a module for short story writing with project-based for students of grade XII to improve students’ writing short story skill by using contextual approach, it is considered by the appropriatness of materials, the linguistics, the presenting, and the graphic. The developing is refered to Borg and Gall The procedure of the developing is was consisting of 1) Analysis the product, 2) Arrange the learning materials of writing short story based project by using CTL approach, 3) Validation and revision, 4) Try out for limited group and revise the product, 5) Applying the learning materials short story in experimental class. Try out of the product was using experimental method with the design of research Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group Design, while to know the appropriatness of the learning materials is by changing the result of questionare score, conversion scale five. Based on the expert and Indonesian teachers the result showed that 1) the score of appropriateness of materials are 20 and 18, very good, 2) the score of linguistics are 18, very good and 14 are good 3) the score of presenting are 43 and 40.5 categorized very good 4) the score of graphic is 13 and 13 are very good of the learning materials of writing short story for students of Senior High School (SMA) in grade XII are appropriate. The esperts’ response of media regarded with the score of the design were 14 very good. The students’ respond of learning material for learning wrting short story in limited group or another group generally are very good. Students’ response in try out of small group for learning materials were 18.53, the linguistics were 18.97, the presenting was 14.3 and the graphic was 13.78 generally students’ response of learning materials are very good. Students’ response of experimental class regarded with the score of materials are 18.41, the linguistics were 19.8, the presenting was 14.38 so, it can be said that students’ response are very good. While the result of setudents’ achievement in experimental class based on the statistic test and t test, t count = 2.917 level of significance @ = 0.05 t table 1.667, so t count (2.918) > t table (1.667), it can be concluded that learning by using learning material (module) is more effective than learning without module, and also it was able to improve experimental students’ writing short story skill with the score of pre-test 2.81, and the percentage improving of comprehensiveness were 47.22%. Key words: development, module, short story writing, project-based, contextual approach berbicara,
PENDAHULUAN Pembelajaran
membaca,
dan
Bahasa
menulis.Keempat aspek tersebut terdiri
Indonesia di Sekolah Menengah Atas
atas materi kebahasaan dan kesastraan.
(SMA)
aspek
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
berbahasa yaitu aspek mendengarkan,
Pendidikan (KTSP) SMA materi sastra
154
meliputi
empat
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
diajarkan di kelas X sampai kelas XII.
penghargaan terhadap karya sastra, 2).
Untuk kelas X, XI, XII program
Guru dapat memusatkan perhatian
IPA/IPS materi sastra menyatu dalam
kepada
pelajaran
kesastraan
bahasa
Indonesiadengan
pengembangan peserta
kompetensi
didik
dengan alokasi waktu empat jam
menyediakan
pelajaran @ 45 menit, setiap minggu.
apresiai sastra dan sumber belajar, 3).
Sedangkan untuk kelas XI dan XII
Guru lebih mandiri dan leluasa dalam
program
sastra
menentukan bahan ajar kebahasaan
diberikan di dalam mata pelajaran
dan kesastraan sesuai dengan kondisi
Sastra
Bahasa
Indonesia
terpisah
dari
Indonesia)
materi
(berdiri pelajaran
sendiri Bahasa
dengan alokasi waktu
empat jam per minggu, sedangkan materi kebahasaan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia
dengan
alokasi
waktu lima jam @ 45menit per minggu
(Departemen
Pendidikan
Nasional, 2006).
kegiatan
lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Dari jabaran latar belakang tersebut jelas terlihat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya
menekankan
kebahasaan
saja
kesastraanya.Dengan Bahasa
Indonesia
pada
aspek
tetapi
juga
pembelajaran tidak
hanya
membuat siswa tahu dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA untuk Program IPA dan IPS terdiri atas aspek kebahasaan dan kesastraan. Melalui
berbagai
dengan
tetapi
juga
harus
mampu
membuat siswa memiliki kemampuan kesastraan untuk dapat membantu siswa lebih mudah mempelajari dan
Nomor
22
memahami karya sastra yang banyak
Standar
Isi
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
latar
Di samping itu dalam Standar
belakang pengajaran Bahasa Indonesia
Isi KTSP (2006:2) disebutkan bahwa
di SMA yaitu: 1) Peserta didik dapat
pembelajaran mata pelajaran Bahasa
mengembangkan
Indonesia juga mempunyai
Tahun
Permendiknas
benar
2006
Kurikulum
tentang
2006
dijelaskan
potensinya
sesuai
tujuan
dengan kemampuan, kebutuhan, dan
antara
minatnya, serta dapat menumbuhkan
Memahami, dan memanfaatkan karya
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
lain
siswa
mampu:
1) 155
sastra
untuk
mengembangkan wawasan
drama, menulis karya cipta sastra
meningkatkan
berupa puisi, cerita pendek, dan novel.
kemampuan
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran
Mengekspresikan
sastra di sekolah (SMA) berkisar pada
kepribadian,
memperluas
kehidupan,
serta
pengetahuan
dan
berbahasa,
2)
menganalisis hasil sastra, memerankan
dirinya dalam medium sastra, 3)
pencapaian
Menghargai dan membanggakan sastra
dan kompetensi kreatif siswa.
apresiatif
Pembelajaran sastra dikatakan
Indonesia sebagai khasanah budaya
bermakna apabila standar kompetensi
dan intelektual manusia Indonesia. Dengan
kompetensi
demikian,
yang
telah
diamanatkan
dalam
pembelajaran sastra yang tercakup
kurikulum 2006 telah tercapai.Dalam
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kurikulum
sesuai
(SI)
bahwa salah satu tujuan pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
sastra adalah supaya peserta didik
(KTSP) pada dasarnya memilki dua
mempunyai
sasaran.
mengekspresikan
dengan
Standar
Pertama,
Isi
memberikan
2006
telah
dijelaskan
kemampuan dirinya
untuk dalam
untuk
medium sastra.Tujuan ini sebenarnya
menulis karangan fiksi dan nonfiksi
memberi kesempatan kepada siswa
dengan menggunakan kosakata yang
untuk dapat menciptakan berbagai
bervariasi
untuk
genre sastra baik puisi, cerpen, bahkan
menimbulkan efek dan hasil tertentu.
novel.Tujuan ini sekaligus menjadi
Kedua,
peluang
kompetensi
kepada
dan
siswa
efektif
bertujuan
memberikan
bagi
siswa
untuk
untuk
meningkatkan kemampuan menulis di
mampu mengapresiasi sastra melalui
bidang sastra.Namun demikian, dalam
kegiatan mendengarkan, menonton,
kenyataannya masih banyak masalah
membaca, dan melisankan hasil sastra
yang dihadapi dalam pembelajaran
berupa puisi, cerita pendek, novel,
sastra di sekolah.Kendala itu bisa
drama, dan mampu memahami dan
berasal dari pihak siswa maupun
menggunakan
guru.Hasil
kompetensi
kepada
siswa
pengertian
teknis
penelitian
oleh
Sayuti
kesusastraan dan sejarah sastra untuk
dkk.(2007) mengidentifikasi beberapa
menjelaskan, meresensi, menilai dan
kendala
156
yang
terjadi
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
dalam
sastra.Kendala
atau materi faktual lainnya (Chaedar,
pembinaan menulis karya sastra dari
Pikiran Rakyat: 2006) dan sebagai
pihak
pembelajaran
siswa
motivasi,
tampak
dalam
hal
media untuk mengekspresikan ide-ide
ide,
dan
dalam
pengembangan
teknik penyajian. Sedangkan kendala
bentuk
tulis
yang
dapat
dinikmati oleh orang lain.
dari pihak guru di antaranya (1)
Rendahnya kemampuan siswa
terbatasnya pengalaman guru dalam
dalam menulis cerpen disebabkan oleh
menulis, (2) terbatasnya pengetahuan
beberapa hal yang salah satunya
guru tentang karya sastra yang baik,
adalah pembelajaran lebih ditekankan
(3)
pada pembelajaran apresiasi sastra
terbatasnya
waktu
untuk
melakukan pembinaan menulis karena
bukan
porsi kurikulum, dan (4) terbatasnya
sastra.Pembelajaran
pengetahuan dan pengalaman guru
pendek
tentang metode pembinaan menulis
pembelajaran apresiasi cerpen yaitu
karya sastra yang menarik, efektif, dan
menganalisis unsur intrinsik cerpen,
menyenangkan bagi siswa.
dan teori tentang cerita pendek. Hal ini
Kendala-kendala tersebut telah
pada
produksi
lebih
menyebabkan
karya
menulis
cerita
menekankan
pada
keterampilan
siswa
menghambat pembelajaran sastra yang
menulis cerita pendek kurang terlatih
baik di sekolah, padahal, pembelajaran
sehingga kemampuan menulis cerpen
sastra memiliki nilai strategis bagi
menjadi
siswa, yaitu dengan membiasakan
pembelajaran menulis cerpen, masih
peserta didik menulis karya sastra
banyak dijumpai siswa yang kesulitan
dapat meningkatkan kecerdasan naratif
untuk memulai menulis ide cerpennya.
yaitu kemampuan memaknai secara
Dari hasil wawancara dengan
kritis dan kemampuan memproduksi
beberapa siswa teridentifikasi bahwa
narasi.
ragam
penyebab kesulitan adalah mereka
gaya
mempelajari teori tentang cerpen tetapi
Sastra
struktur penulisan
menawarkan
cerita,
tema,
dan
dari
para
penulisnya.
tidak
rendah.
bisa
Dalam
kegiatan
mengaplikasikan
teori
Dengan narasi dimaksudkan adalah
tersebut ke dalam kegiatan menulis
sejumlah
cerita pendek. Sedangkan wawancara
teks
fiksi,
biografi,
autobiografi, memoar, dan esai historia METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
dengan
guru
bahasa
Indonesia 157
mengungkapkan
bahwa
mereka
untuk
berlatih
maka
terkendala dengan waktu pembelajaran
dikembangkan
bahasa Indonesia yang terbatas yaitu
mampu menjembati kondisi tersebut.
jumlah jam pertemuan setiap minggu
Peneliti merasa perlu dan penting
hanya empat jam pelajaran namun
untuk mengembangkan bahan ajar
semua
yang
materi
harus
tersampaikan
dapat
sesuai tuntutan kurikulum. Kondisi
keterampilan
seperti
menulis
ini
sering
dianggap
sebuah
yang
meningkatkan
peserta
cerita
cara
perlu
didik
dalam
pendek,
dan
dalam
meningkatkan kemampuan atau hasil
melaksanakan pembelajaran sastra di
belajar siswa pada kompetensi dasar
sekolah.Waktu belajar yang terbatas
menulis cerpen.Pengembangan bahan
dan materi pembelajaran yang banyak
ajar dimaksudkan untuk memberikan
serta kompetensi yang harus dikuasai
kesempatan bagi peserta didik dapat
siswa
belajar
menyulitkan
bagi
dianggap
guru
kurang
saling
lebih
mandiri
secara
mendukung untuk tercapainya tujuan
terbimbing atau tertuntun terutama
pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh
dalam
karena
sebuah
sehingga jika guru merasa siswa
terobosan atau upaya lain yang mampu
memiliki keterbatasan waktu untuk
mengatasi permasalahan ini. Peneliti
melakukan praktik menulis cerpen di
melihat
perlunya
yang
kelas mereka bisa melakukan dengan
mampu
menghubungkan
berbagai
bantuan bahan ajar atau modul yang
dalam
disusun sesuai kebutuhan dan tujuan
itu,
permasalahan
dibutuhkan
yang
jembatan
terjadi
kegiatan
menulis
cerpen,
pembelajaran. Jika guru merasakan
pembelajaran.Bahan
ajar
beban materi yang cukup banyak
dikembangkan
pembelajaran
dengan waktu belajar yang kurang
menulis cerita pendek adalah bahan
sehingga pembelajaran lebih banyak
ajar berbasis proyek.
dilakukan
dengan
teori-teori
saja
menyampaikan
untuk
yang
Pembelajaran menulis cerpen
banyak
yang dilakukan oleh pendidik selama
melakukan kegiatan praktik dimana di
ini masih memisahkan pengetahuan
sisi lain siswa merasa selama ini
formal peserta didik tentang menulis
mereka tidak punya cukup waktu
cerpen dengan pengalaman sehari-hari
158
tanpa
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
peserta didik, sehingga peserta didik
pengetahuan yang diperoleh di kelas
berasumsi
dan penerapannya dalam kehidupan
menulis
bahwa cerpen
pembelajaran
tidak
mempunyai
siswa
sebagai
anggota
hubungan dengan mereka. Dari hasil
sebagai
warga
prapenelitian pengembangan terhadap
nantinya
bahan ajar kelas XII yang digunakan
(Suyanto, 2002).
masyarakat
dan
tenaga
kerja
sebagai
Salah
pendidik dalam kegiatan pembelajaran
keluarga,
satu
bentuk
inovasi
bahasa Indonesia khususnya menulis
pembelajaran Bahasa Indonesia yang
cerpen diperoleh fakta bahwa, materi
dikembangkan dalam penelitian ini
ajar yang tersaji di dalam bahan ajar
adalah pengembangan
tersebut tidak pernah dikaitkan dengan
(modul)
objek-objek
kejadian-kejadian
berbasis proyek dengan pendekatan
aktual di dunia nyata yang akrab
CTL. Pengembangan tersebut penting
dengan
dilakukan karena di dalamnya terdapat
atau
kehidupan
peserta
didik.
menulis
Materi ajar yang disajikan berupa
kegiatan
teori. Sebagai akibatnya, peserta didik
memberikan
tidak dapat membuat hubugan antara
peserta
apa
menemukan,
yang
mereka
pelajari
dan
Bahan ajar
cerita
pendek
pembelajaran
yang
kesempatan
kepada
didik
untuk
belajar
menggali kemampuan
akan
yang mereka miliki dengan bimbingan
digunakan. Demgan demikian peserta
guru. Bahan ajar yang dikembangkan
didik menjadi tidak tertarik/berminat
dalam penelitian ini adalah
dalam pembelajaran menulis cerpen
Mendasarkan
atau
akan
dalam pembelajaran menulis cerpen
mengatakan bahwa menulis cerpen itu
tersebut di atas, maka dipandang perlu
sulit.
untuk dilakukan pengembangan bahan
bagiamana
pengetahuan
bahkan
peserta
Pembelajaran merupakan
suatu
didik
kontekstual konsep
yang
membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran
dengan
keadaan
dunia
pada
modul.
permasalahan
ajar (modul) menulis cerita pendek berbasis proyek dengan pendekatan CTL. Berdasarkan
latar
belakang
nyata.Pembelajaran
ini
memotivasi
yang telah peneliti paparkan tersebut,
siswa
menghubungkan
maka dapat dirumuskan masalah 1)
untuk
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
159
modul
Dalam tahap penelitian pendahuluan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang
dilakukan studi dokumen yaitu analisis
dikembangkan
pembelajaran
kurikulum, pemetaan SK, KD, analisis
menulis cerpen di SMA kelas XII? 2)
kebutuhan bahan ajar, dan survai
Bagaimanakah respon siswa terhadap
bahan ajar yang sudah ada serta
pembelajaran
penentuan
Bagaimanakah
menulis
kelayakan
untuk
menggunakan
cerpen
yang
dikembangkan? 3)
modul telah
Bagaimanakah
keefektifan
Berdasarkan
bahan
pada
hasil
ajar. tahapan
tersebut, disusun rencana atau draf
yang
pengembangan produk bahan ajar. 2).
pembelajaran
Mengembangkan produk awal; Pada
modul
dikembangkan untuk
jenis
tahap ini dilakukan pengembangan
menulis cerita pendek siswa SMA?
jenis/bentuk produk awal meliputi menentukan desain produk yang akan
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis
dikembangkan,
sarana
penelitian
yang
penelitian pengembangan (Research
dan
and Development) yang
dibutuhkan selama proses penelitian
untuk
bertujuan
mengembangkan
memvalidasi
produk
dan
pendidikan
prasarana
menentukan
pengembangan,
dan
menentukan
tahap-tahap pelaksanaan uji desain di
Cerpen
lapangan. Borg dan Gall menyebut
Berbasis proyek dengan Pendekatan
kegiatan ini sebagai tahap Develop
Kontekstual mengacu pada model
Preliminary from of Product. 3).
pengembangan Borg and Gall yang
Validasi ahli dan revisi; Pada tahap ini,
diadaptasi oleh Puslitjaknov (2008:
peneliti
11).
karena
produk tahap awal terhadap validator
keterbatasan dana dan waktu. Adapun
(ahli), mengumpulkan informasi atau
langkahnya
data dengan menggunakan instrument
berupa
modul
Hal
ini
Menulis
dilakukan
sebagai berikut. 1).
melakukan
uji
Melakukan analisis produk yang akan
kuesioner,
dilanjutkan
dikembangkan;
menganalisis
data.
Kegiatan
kelayakan
dengan
Validasi
ahli
analisis awal untuk produk yang akan
dilakukan setelah produk awal (Draf
dikembangkan merupakan langah awal
1) selesai, yaitu dengan
yang didapat dari kegiatan studi awal.
kelayakan modul oleh ahli materi dan
160
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
cara uji
bahasa serta ahli kegrafisan. 4). Uji
1, sebagai produk pengembangan.
coba lapangan skala kecil dan revisi
Dengan demikian modul dapat dinilai
produk;
kelayakannya.
Tahap
ini
dilalui
untuk
Setelah
draf
menguji coba produk pada skala kecil
divalidasi,
dan melakukan revisi terhadap produk
berdasarkan saran dan masukkan para
utama, berdasarkan masukkan dan
ahli materi dan bahasa (Prof. Dedi
saran-saran dari hasil validasi ahli,
Heryadi, M.Pd. dan Dr. Furqanul
yaitu ahli materi dan bahasa, dan ahli
Aziez, M.Pd.), guru bahasa Indonesia
desain grafis
SMA Negeri 1 Purwareja Klampok,
5). Uji coba lapangan
kemudian
1
direvisi
skala luas dan produk akhir; Pada
dan ahli kegrafisan yaitu guru TIK
tahap
pengujian produk, peneliti
SMA Negeri 1 Purwareja Klampok,
melakukan uji coba lapangan skala
maka jadilah draf dua Modul Menulis
kecil, yaitu peneliti melakukan uji
Cerpen,
coba kepada pengguna/peserta didik
berikutnya yaitu uji coba draf dua
dengan
Modul Menulis Cerpen oleh kelompok
cara
tes/penilaian
tentang
2).
Uji
coba
yang
terdiri
produk
prestasi belajar peserta didik sebelum
terbatas/kecil
atas
dan sesudah memahami materi modul
sembilan siswa yang meliputi tiga
(Puslitjaknov, 2008:11).
siswa berprestasi tinggi, tiga siswa bertujuan
berprestasi sedang, dan tiga siswa
secara
berprestasi rendah (Sri Jaya, 2012:11).
langsung dari pengguna produk yang
Uji coba kelompok terbatas ini akan
sedang
diperoleh data respon siswa terhadap
Uji coba produk untuk
mendapatkan
data
dikembangkan
tentang
kelayakan modul. 1). Uji coba produk
Modul
berupa modul menulis cerpen berbasis
kemampuan siswa menulis cerpen baik
proyek dengan pendekatan kontekstual
sebelum pembelajaran dengan modul
sebagai validator yaitu ahli materi dan
Menulis
bahasa, guru bahasa Indonesia, guru
pembelajaran dengan Modul Menulis
Teknik Informatika (desain), siswa
Cerpen (prates dan pascates). Data
(sebagai pengguna produk) dilakukan
tersebut, sebagai dasar untuk merevisi
untuk memperoleh data yang akan
draf dua Modul Menulis Cerpen,
digunakan untuk merevisi modul draf
sehingga jadilah modul draf tiga. 3).
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Menulis
Cerpen
Cerpen,
maupun
dan
setelah
161
Selanjutnya, modul menulis Cerpen
menggunakan
draf tiga diujicobakan pada kelompok
kontrol yaitu kelas XII IPA 3 yang
luas yaitu kelas eksperimen yaitu kelas
berjumlah 36 siswa.Oleh karena itu,
XII IPA 2 yang berjumlah 36 siswa.
digunakanlah metode eksperimen.
Uji
coba
kelompok
modul
Metode
luas/kelas
pada
eksperimen
kelas
adalah
eksperimen akan diperoleh data respon
metode penelitian yang digunakan
siswa
Menulis
untuk mencari pengaruh perlakuan
siswa
tertentu terhadap yang lain dalam
sebelum
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,
Cerpen,
terhadap
Modul
dan
kemampuan
menulis
cerpen
baik
pembelajaran dengan modul Menulis
2012:72).
Cerpen maupun setelah pembelajaran
penelitiannya yaitu Pratest – posttest
dengan Modul Menulis Cerpen (prates
Non-
dan pascates). Data hasil uji coba kelas
Design.Desain penelitian ini terdiri
eksperimen
atas satu atau beberapa kelompok
berupa
respon
siswa
Adapun
Equivalent
desain
Control
Group
terhadap modul Menulis Cerpen dan
eksperimen
dan
satu
kelompok
kemampuan
kontrol.Kelompok
yang
digunakan
siswa
menulis
cerpen.Data tersebut, sebagai revisi
merupakan intact group, dan dependen
akhir/final modul draf tiga dan untuk
variable diukur satu kali, yaitu setelah
mengetahui keefektifan penggunaan
perlakuan
modul
dalam
diberikan.Adapun desain penelitiannya
pembelajaran dibandingkan dengan
menurut Puslitjaknov (2008:5) adalah
pembelajaran menulis cerpen tanpa
sebagai berikut.
menulis
cerpen
ekperimen
Table 1: Desain Penelitian (Puslitjaknov, 2008) Intact Pratest Experimen Pascatest Group Variabel G1 G2
Class 1 Class 2
O1 O 3
X1 X2
O2 O4
Keterangan: G 1 : Group 1 = C 1: Kelas yang mendapat perlakuan yaitu pembelajaran menulis cerita pendek menggunakan Modul menulis cerita pendek berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yaitu, peserta didik kelas XII IPA 2 . 162
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
O 1 : Kemampuan menulis cerpen sebelum mendapat perlakuan. X 1 : Perlakuan dengan modul menulis cerita pendek berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. O 2 : Kemampuan menulis cerpen setelah mendapat perlakuan G 2 : Group 2 = C 2 : Kelas yang tidak mendapat perlakuan O 3 : Kemampuan menulis cerpen. X 2 : pembelajaran menulis cerpen tanpa perlakuan (konvensional) O 4 : Kemampuan menulis cerpen . Jenis data dalam penelitian ini adalah
data
primer
dan
data
sekunder.Data primer diperoleh dari
eksperimen dengan hasil belajar siswa kelas kontrol. Data tersebut berupa hasil pratest dan pascates.
cerpen
Instrumen pengumpul data
berbasis proyek dengan pendekatan
dalam penelitian dan pengembangan
kontekstual. Data ini merupakan data
ini berupa angket dan soal tes.
dari
Angket;Instrumen
kelayakan
modul
validasi
menulis
ahli,
guru
bahasa
berupa
1).
angket
Indonesia, ahli desain/kegrafisan (guru
digunakan untuk memperoleh data
Teknik
tentang kelayakan modul
menulis
desain), dan pengguna produk yaitu
cerpen
dengan
siswa pada kelompok skala terbatas
pendekatan kontekstual sebagai hasil
dan siswa pada kelas eksperimen. Data
penelitian dan pengembangan, yaitu
yang peneliti kumpulkan meliputi
untuk data aspek materi, bahasa,
penilaian
modul,
penyajian,
isi/materi modul, bahasa, penyajian,
Instrument
dan tanggapan subjek coba terhadap
diperuntukkan
modul menulis cerpen berbasis proyek
(validator), ahli media (guru TIK),
dengan pendekatan kontekstual. Selain
guru bahasa Indonesia, dan pengguna
data tersebut, juga data lain yaitu
produk. Instrument angket disusun
temuan
dengan
Informatika
aspek
tentang
sebagai
tampilan
kelemahan
ahli
dan
berbasis
proyek
dan
kegrafisan
berupa
angket
bagi
skala
modul.
ahli
linkert
materi
(skala
kekurangan yang diberikan oleh ahli
lima)..Angket
ataupun subjek coba. Sedangkan data
divalidasi
sekunder diperoleh dari eksperimen,
pembimbing), 2). Soal Tes; Instrument
yaitu
tes
perbedaan
yang
signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelas METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
sebelum
ini
oleh
digunakan
digunakan
ahli
(dosen
untuk
mengetahui
kemampuan/pemahaman
siswa 163
terhadap materi dalam modul menulis
Klampok yaitu Dewi Rahmawati, S.S.
cerpen
dan Suci Hartati, S.Pd., guru TIK (ahli
berbasis
pendekatan
proyek
dengan
kontekstual.
Tes
desain)
yaitu
Hery
Budi
dilaksanakan dua kali pada kelas
Santoso,S.Kom. dan Fitriyanto,S.Kom.
eksperimen dan kelas kontrol yaitu
dan siswa pada uji terbatas. Adapun
pratest dan pascates. Dari hasil tes ini
langkah-langkah pengolahan datanya
akan diperoleh/ diketahui persentase
yaitu: (a). menabulasi semua data dari
siswa
dan
validator untuk setiap komponen dan
modul
butir penilaian yang tersedia dalam
proyek
instrument. (b). Menghitung skor total
dengan pendekatan kontekstual. Tes
rata-rata dari setiap komponen dengan
berbentuk esay dan merupakan tes
rumus
proyek.
X (skor rata-rata)= ∑ X (jumlah skor) n (jumlah penilai)
yang
keefektifan menulis
tuntas
belajar
penggunaan
cerpen
berbasis
Data hasil penelitian diolah dengan meliputi
analisis analisis
kuantitatif.Analisis data
kelayakan
2). Mengubah skor rata-rata menjadi nilai
dengan
kriteria;
Mengetahui
modul, data respon siswa, dan data
kualitas modul hasil pengembangan
hasil belajar siswa. 1). Menganalisis
dari aspek materi, bahasa, penyajian,
kelayakan Modul Menulis Cerpen
dan aspek kegrafisan, maka data yang
Berbasis Proyek dengan Pendekatan
berupa skor, diubah menjadi data
Kontekstual;
kelayakan
kualitatif (data interval) dengan skala
modul (Draf 1) dilakukan oleh ahli
lima. Adapun pedoman pengubahan
yaitu Prof. Dr. H. Dedi Heryadi dan
skor menjadi skala lima menurut
Dr. Furqanul Azies, M.Pd.,
Sukardjo (2008: 100) adalah sebagai
Analisis
Guru
Bahasa Indonesia SMA N 1 Purworejo
berikut:
Tabel 2: Rumus Konversi Skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria No
Rentang Skor (i)
Nilai
Kategori
1
X > X + 1,80 Sbi
A
Sangat baik
2
X + 0,60 SBi < X ≤ x + 1,80 SBi
B
Baik
164
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
3 4 5
X – 0,60 SBi < X ≤ x + 0,60 SBi
C
Cukup baik
X – 1,80 SBi < X ≤ x – 0,60 SBi
D
Kurang baik
X ≤ X – 1,80 SBi
E
Sangat kurang baik
Keterangan: Mi
= Mean ideal = (1/2) (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SBi
= (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
Skor tertinggi ideal = ∑ butir kriteria x skor tertinggi Skor terendah ideal = ∑ butir kriteia x skor terendah 3). Analisis Ketuntasan Hasil Belajar;
eksperimen dengan nilai pratest dan
Analisis ketuntasan atau ketercapaian
pascates kelas kontrol baik nilai rata-
pembelajaran siswa diperoleh dari
rata
Ketuntasan individu: = skor yang diperoleh x 100 skor maksimal
belajarnya dianalisis dengan uji t beda
ditetapkan
SMA
tuntas
Negeri
secara
ketuntasan
1
311) yaitu dengan rumus sebagai berikut.
Purwareja Klampok, yaitu 76.Siswa dinyatakan
maupun
rata-rata menurut Arikunto (2006:
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
kelas
individu
Mx − My
t=
∑ x2 + ∑ y2 1 1 + N1 + N2 − 2 N1 N2
apabila telah mencapai nilai ≤ 76 sebagai batas minimum. 4). Analisis Keefektifan Analisis
Penggunaan keefektifan
Modul;
penggunaan
modul menulis cerpen berbasis proyek dengan dilakukan
pendekatan dengan
kontekstual
membandingkan
Keterangan: Mx : rata-rata peningkatan kelas eksperimen My : rata-rata peningkatan kelas control 2 ∑ x : jumlah kuadrat kelas
hasil belajar kelas eksperimen dan
∑y
kelas kontrol. Membandingkan antara
N1
nilai pratest dan nilai pascates kelas METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
N2
2
eksperimen : jumlah kuadrat kelas control : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas kontrol 165
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Ahli terhadap Modul
No
1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 166
Table 3: Penilaian Ahli terhadap Modul Indicator Respon terhadap Modul Validator, Rt. Skor 1 2 3 Aspek Materi Materi yang disajikan sesuai 5 4,5 dengan Kompetensi Dasar. Materi yang disajikan 5 5 menggunakan contoh yang sesuai. Materi yang disajikan kontekstual. 5 4,5 Materi yang disajikan mudah 5 4 dipahami. Aspek Kebahasaan Materi yang disajikan 5 4 menggunakan ejaan secara benar. Menggunakan istilah yang benar. 5 4,5 Menggunakan kalimat yang 4 4,5 benar. Menggunakan bahasa yang 5 5 komunikatif. Aspek Penyajian Penyajian materi logis. 5 4,5 Penyajian materi sistematis. 5 4,5 Penyajian materi menyenangkan. 4,5 4,5 Penyajian materi menjadikan 5 4,5 peserta didik kreatif. Penyajian latihan-latihan 5 4,5 Penyajian rangkuman materi 5 4,5 Penyajian evaluasi 5 4,5 Penyajian rubric penilaian 4,5 4,5 Penyajian daftar pustaka 4 4,5 Aspek Kegrafisan Ukuran modul 5 4,5 4.5 Penggunaan huruf 4 4,5 5 Kemenarikan sampul 4 4,5 4,5
kriteria
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Respon Siswa Kelompok Terbatas terhadap Modul
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Table 4: Respon Siswa Kelompok Terbatas terhadap Modul Indicator Respon Kriteria terhadap Modul Aspek Materi Skor Materi yang disajikan sesuai dengan 4,66 Sangat baik Kompetensi Dasar. Materi yang disajikan menggunakan 4,55 Sangat baik contoh yang sesuai. Materi yang disajikan kontekstual. 4,66 Sangat baik Materi yang disajikan mudah 4,66 Sangat baik dipahami. Aspek Kebahasaan Materi yang disajikan menggunakan 4,55 Sangat baik ejaan secara benar. Menggunakan istilah yang benar. 4,88 Sangat baik Menggunakan kalimat yang benar. 4,88 Sangat baik Menggunakan bahasa yang 4,66 Sangat baik komunikatif. Aspek Penyajian Penyajian materi logis. 4,22 Sangat baik Penyajian materi sistematis. 4,44 Sangat baik Penyajian materi menyenangkan. 4,66 Sangat baik Penyajian materi menjadikan peserta 4,33 Sangat baik didik kreatif. Penyajian latihan-latihan 5 Sangat baik Penyajian rangkuman materi 4,33 Sangat baik Penyajian evaluasi 5 Sangat baik Penyajian rubrik penilaian 4,33 Sangat baik Penyajian daftar pustaka 5 Sangat baik Aspek Kegrafisan Ukuran modul 4,55 Sangat baik Penggunaan huruf 4,55 Sangat baik Kemenarikan sampul 4,66 Sangat baik
Table 5: Respon Siswa Kelompok Luas/ Kelas Eksperimen tehadap Modul No Indicator Respon terhadap Kriteria Modul Aspek Materi 1 Materi yang disajikan sesuai dengan 4,77 Sangat baik Kompetensi Dasar. 2 Materi yang disajikan menggunakan 4,66 Sangat baik contoh yang sesuai. METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
167
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Materi yang disajikan kontekstual. Materi yang disajikan mudah dipahami. Aspek Kebahasaan Materi yang disajikan menggunakan ejaan secara benar. Menggunakan istilah yang benar. Menggunakan kalimat yang benar. Menggunakan bahasa yang komunikatif. Aspek Penyajian Penyajian materi logis. Penyajian materi sistematis. Penyajian materi menyenangkan. Penyajian materi menjadikan peserta didik kreatif. Penyajian latihan-latihan Penyajian rangkuman materi Penyajian evaluasi Penyajian rubric penilaian Penyajian daftar pustaka Aspek Kegrafisan Ukuran modul Penggunaan huruf Kemenarikan sampul
4,41 4,61
Sangat baik Sangat baik
4,61
Sangat baik
4,91 4,72 4,77
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
4,58 4,75 4,69 4,41
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
4,88 4,66 4,61 4,66 4,77
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
4,75 4,88 4,75
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Table 6: Hasil Belajar Menulis Cerpen Kelompok terbatas Prates dan Pascates Ketuntasan Ketuntasan No Prates Tuntas Tidak Pascates Tuntas Tidak 1 57 V 1 77 V 2 63 V 2 77 V 3 76 V 3 80 V 4 76 V 4 81 V 5 80 V 5 81 V 6 68 V 6 79 V 7 74 V 7 77 V 8 62 V 8 77 v 9 77 V 9 77 V 633 706 Jumlah 70,33 78,44 Rata-rata 80 81 Ntinggi 57 77 Nrendah % 44,45% 100% 168
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Table 7: Hasil Belajar Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kontrol Prates dan Pascates No
Kelas Eksperimen Nilai pret
1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 %tuntas
75 75 57 61 71 65 74 69 59 80 77 79 77 69 61 78 79 85 77 77 74 75 77 66 81 68 81 67 65 66 81 79 83 63 72 69 41,67
No
Tnts Td pasc Ts Tdk
V V V V V V V V V V V V V
V V V V V
V V V
V V V
87 77 79 77 83 83 82 81 77 87 77 77 77 V 81 V 80 77 87 85 79 81 V 79 V 81 83 V 75 83 V 79 87 V 77 V 74 V 83 79 87 83 V 75 V 79 V 75 88,89
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Kelas Kontrol Nilai Pra Tnts Tdk pas tn tdk
1 79 2 58 3 87 4 70 5 66 6 66 7 66 8 77 9 65 10 83 11 69 12 75 13 87 14 75 15 75 16 79 17 75 18 77 19 75 20 68 21 79 22 75 23 79 24 65 25 62 26 73 27 79 28 64 29 83 30 77 31 73 32 83 33 77 34 77 35 89 36 64 Ktn 44,45
V V
V V
V
V V
V V
V V V V V V V
77 V 74 67 V 81 V 74 V 75 V 81 77 V 77 81 V 81 V 77 64 V 63 V 77 79 V 48 66 V 77 V 70 77 V 79 81 V 75 V 81 V 77 76 V 77 81 81 V 77 79 55 64 72 V 84 63,89
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 169
Analisis Data Validasi Ahli, Guru Bahasa Indonesia, dan Ahli Media
dengan skor
13 termasuk kategori
sangat baik, dan penilaian dari ahli
Data hasil evaluasi produk
media yaitu guru Teknik Informatika
kelayakan isi materi diperoleh rata-rata
dengan skor 14 termasuk kategori
skor total 20, maka
sangat baik.
jika dikonversi
pada table hasil penilaian ahli materi termasuk dalam kategori sangat baik, dan
penilaian dari guru bahasa
Indonesia dengan skor
18 termasuk
Analisis Data Hasil Uji Coba Skala Terbatas Respon Siswa Skala Terbatas
kategori sangat baik pula. Data hasil
Data hasil penilaian (respon
evaluasi produk pengembangan pada
siswa) pada skala terbatas terhadap
aspek bahasa oleh ahli diperoleh skor
produk pengembangan oleh peserta
18, maka jika dikonversi pada table
didik pada aspek kelayakan isi materi
kanversi nilai skala lima termasuk
dengan skor total 167 dan rerata 18,53
kategori sangat baik,
jika dikonversikan pada table hasil
sedangkan
penilaian dari guru bahasa Indonesia diperoleh skor
14 , jadi termasuk
kategori baik.
pengembangan aspek penyajian dari ahli diperoleh rata-rata skor 43, maka jika dikonversi pada table termasuk kategori sangat baik, dan penilaian dari guru bahasa Indonesia dengan 40,5 termasuk kategori sangat
termasuk kategori sangat
baik. Data selanjutnya adalah respon siswa
Data hasil evaluasi produk
skor
penilaian
terhadap
kebahasaan
diperoleh skor total 171 dengan rerata 18, 97 jika dikonfersikan pada table penilaian termasuk kategori sangat baik sedangkan respon siswa terhadap aspek penyajian diperoleh skor total 372
denga
dikonversikan
baik.
aspek
rerata
41,
pada
table
3
jika hasil
Data hasil evaluasi produk
penilaian termasuk kategori sangat
prngembangan untuk aspek kegrafisan
baik, sedangkan respon siswa terhadap
penilaian ahli diperoleh skor total 13,
aspek kegrafisan diperoleh skor total
jadi
124 dengan rerata 13.78 termasuk
termasuk kategori sangat baik.
Penilaian dari guru bahasa Indonesia 170
kategori sangat baik.
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Oleh karena itu, secara umum respon siswa terhadap modul hasil pengembangan
mendapat
kategori
sangat baik pada kelayakan isi materi, kelayakan keterbacaan bahasa, aspek penyajian maupun aspek kegrafisan dan perlu ada revisi pada aspek evaluasi.
Analisis Data Hasil Uji Coba Skala Luas (Uji Lapangan) Uji coba skala luas atau uji lapangan (kelas eksperimen) terhadap produk pengembangan berupa modul bahasa Indonesia Menulis Cerpen dilakukan pada peserta didik di SMA Negeri 1 Purwareja Klampok yaitu pada kelas XII IPA 2, yang berjumlah 36 peserta didik. Uji coba skala luas/
Kemampuan Siswa Menulis Cerpen kelompok Terbatas Data
hasil
belajar
menulis
uji coba lapangan bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan
cerpen pada skala terbatas data prates diperoleh
nilai
rerata
70,
33,
persentase ketuntasan 44,45%. Dilihat dari persentase ketuntasan (44, 45),
modul
pada
kelas
eksperimen.Di samping itu, juga untuk mengetahui
pengaruh
penggunaan
modul terhadap prestasi belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
maka secara individual maupun secara
yang menggunakan buku standar yang
klasikal pencapaian ketuntasan dapat
sudah disediakan oleh sekolah.
dikatakan
belum
berhasil.Namun
demikian, data pascates menunjukkan hasil ketuntasan 100%, dan rerata nilai 78, 44. Jadi diperoleh data kenaikan persentase ketuntasan 55,55% dan kenaikan demikian
rerata
8,11.
Dengan
pembelajaran
dengan
menggunakan modul menulis cerpen pada subjek skala terbatas dapat meningkatkan hasil belajar peserta
Analisis Data terhadap Modul
Respon
Siswa
Data hasil penilaian (respon siswa) pada skala luas terhadap produk pengembangan pada aspek kelayakan isi materi dengan skor total 663 dan rerata 18,41 jika dikonversikan pada table hasil penilaian termasuk kategori sangat baik. Data selanjutnya adalah respon siswa terhadap aspek
didik secara mandiri maupun klasikal. METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
171
kebahasaan diperoleh skor total 687
sebesar 0,5
dengan rerata 19,8 jika dikonfersikan
menjadi 74,5. Begitu pula ketuntasan
pada table penilaian termasuk kategori
belajar kelas control pun ada kenaikan
sangat baik, sedangkan respon siswa
19,44,
terhadap aspek penyajian diperoleh
pretes 44,45 % menjadi 63,89% pada
skor total 1514 denga rerata 42,05 jika
ketuntasan postes. Dengan demikian,
dikonversikan
hasil
persentase (%) kenaikan KKM kelas
penilaian termasuk kategori sangat
eksperimen lebih besar dibandingkan
baik. Jadi secara menyeluruh, respon
kelas kontrol.Hal ini menunjukkan
siswa
hasil
bahwa modul menulis cerpen dapat
kategori
meningkatkan hasil belajar peserta
pada
terhadap
pengembangan
table
modul
mendapat
sangat baik pada semua aspek.
yaitu dari rerata 74
yaitu dari ketuntasan belajar
didik.
Belajar
Efektivitas Modul terhadap Prestasi Belajar Menulis Cerpen
yang
Untuk mengetahui perbedaan
diperoleh dari hasil belajar siswa pada
prestasi belajar pada siswa yang
kelas eksperimen, diketahui bahwa
belajar dengan menggunakan modul
hasil
pembelajaran menulis cerpen berbasis
Analisis Data Menulis Cerpen
Prestasi
Berdasarkan
belajar
data
tersebut,
mampu
menaikkan rerata nilai postes terhadap
proyek
rerata nilai pretes sebesar 7,81 yaitu,
kontekstual, dengan siswa yang belajar
dari rerata 72,55 menjadi 80,36.
(tanpa
Apabila
menggunakan
dilihat
dari
Kriteria
dengan
pendekatan
menggunakan buku
teks
modul) Bahasa
Ketuntasan Minimal sebesar 76, maka
Indonesia yang tersedia di SMA
ada kenaikan 47,22 % peserta didik
Negeri
yang telah tuntas belajar, yaitu dari
dilakukan
ketuntasan pretes 41,67% menjadi
peningkatan hasil belajar antara kelas
88,89 ketuntasan postes, sedangkan
eksperimen dengan kelas kontrol yang
pada kelas kontrol terjadi kenaikan
dilanjutkan dengan pengujian statistik
rerata nilai pretes terhadap postes
uji t.
172
1
Purwareja dengan
Klampok
membandingkan
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rata-rata peningkatan nilai 7,81
Kelas Eksperimen Kontrol
t hitung
t
2,917
1,667
tabel
Keterangan Signifikan
0,69
Berdasarkan hasil perhitungan
yang dikembangkan, dengan siswa
analisis diperoleh nilai t hitung =
yang belajar (tanpa menggunakan
2,917. Hasil perhitungan ini kemudian
modul)
dibandingkan dengan t tabel dengan
Bahasa Indonesia yang tersedia di
taraf signifikansi α=0,05 diperoleh t
SMA Negeri 1 Purwareja Klampok.
menggunakan
buku
teks
tabel 1,667. Maka t hitung (2,917) > t tabel
(1,667),
dikatakan pengembangan dibandingkan menggunakan
sehingga
penggunaan lebih dengan
yang
modul
dapat
Revisi Produk Pengembangan
modul
Revisi produk pengembangan
efektif
(Modul Bahasa Indonesia Menulis
tidak
Cerpen), dilakukan berdasarkan saran
dalam
ahli materi dan bahasa, guru bahasa
meningkatkan kemampuan menulis
Indonesia, dan ahli
cerpen. Hal ini dapat dilihat dari
Teknologi Informatika), serta temuan
perbedaan peningkatan nilai pretes-
uji terbatas maupun uji skala luas/uji
postest antara kedua kelas yang cukup
lapangan. Dengan demikian revisi
signifikan. Rata-rata peningkatan nilai
dilakukan tiga kali, revisi pertama
kelas eksperimen yang menggunaan
dilakukan setelah memperoleh saran
modul sebesar 2,81, sedangkan rata-
dari ahli baik ahli materi maupun
rata kenaikan nilai kelas kontrol yang
media, guru bahasa Indonesia. Revisi
tidak menggunakan modul sebesar 0,5.
kedua dilakukan setelah mendapat
Dengan demikian terdapat perbedaan
temuan pada uji kelompok kecil,
prestasi belajar pada siswa yang
selanjutnya revisi ketiga dilakukan
belajar dengan menggunakan modul
setelah mendapat temuan pada uji coba
pembelajaran menulis cerpen berbasis
lapangan (skala luas).Adapun ketiga
proyek dengan pendekatan kontekstual
tahap revisinya adalah sebagai berikut.
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
media (guru
173
ASPEK Materi
TAHAP 1 Cakupan materi masih kurang Bahasa sangat baku (kurang komunikatif)
Bahasa
Penyajian
Petunjuk belajar kegiatan 2 yang konsisten dengan petunjuk pada kegiatan 1
TAHAP 2
TAHAP 3
Penggunaan isitilah belum konsisten yaitu pada judul/subjudul
Penyajian
Spasi pada subtema dibedakan dengan spasi pada materi
Kegrafisan Font sebaiknya 12 Letak Kolom latihan, diposisikan langsung setelah contoh. Contoh disertai analisis contoh diletakkan setelah sub-sub materi
Setiap unsur pembangun cerpen disertai latihan
Latihan
Contohcontoh
Contoh merupakan produk penulis
proyek
Kajian Produk Akhir
dengan
produk
kontekstual.
Modul
(materi) mendapat respon yang positif
Menulis Cerpen.Modul pembelajaran
dari penilaian ahli materi dan guru
yang
bahasa Indonesia.Menurut ahli materi
Hasil
akhir
pengembangan
ini
berkualitas
memperhatikan
adalah
di
antaranya
Aspek
pendekatan kelayakan
isi
komponen
yang
Penilaian terhadap modul menulis
BSNP,
yaitu
cerpen temasuk kategori sangat baik.
komponen aspek kelayakan isi, aspek
2). Aspek Bahasa; Penilaian terhadap
bahasa,
aspek
modul menulis cerpen pada aspek
kegrafisan, dan temuan uji coba
kebahasaan menunjukkan hasil yang
lapangan. 1). Aspek Kelayakan Isi;
positif. Hasil penilaian ahli dan guru
Materi pada “Modul Menulis Cerpen”
bahasa Indonesia terhadap modul hasil
merupakan
pengembangan menunjukkan bahwa
ditetapkan
oleh
aspek
penyajian,
modul
yang
berisi
pembelajaran menulis cerpen berbasis 174
kualitas
modul
termasuk
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
dalam
kategori baik. 3). Aspek Penyajian;
modul yang merupakan gejala sangat
Penilaian terhadap modul menulis
baik untuk meningkatkan hasil belajar
cerpen
pada
aspek
penyajian
siswa.
(b).
Penggunaan
modul
menunjukkan hasil yang positif. Hasil
menjadikan waktu belajar yang sesuai
penilaian ahli terhadap modul hasil
kebutuhan sehingga siswa dapat secara
pengembangan menunjukkan bahwa
maksimal
kualitas modul ditinjau dari aspek
pembelajaran.
penyajian termasuk dalam kategori
peningkatan kemampuan siswa dalam
baik.Menurut guru bahasa Indonesia,
menulis cerpen setelah melakukan
aspek
pembelajaran menggunakan modul.
penyajian
modul
hasil
memahami (c).
materi Terjadinya
dalam
Dengan demikian, berdasarkan
kategori baik.Hasil penilaian tersebut
kajian akhir tersebut dapat dikatakan
menunjukkan bahwa modul tersebut
bahwa “Modul Menulis Cerpen” hasil
memiliki
pengembangan ini merupakan produk
pengembangan
termasuk
kemudahan
dalam
menggunakannya serta tampilan yang
yang
sangat
pembelajaran
baik.4)
Aspek
Kegrafisan;
Penilaian terhadap modul menulis cerpen
dari
aspek
kegrafisan
layak
digunakan menulis
dalam cerpen.
Kelayakan tersebut didukung dari hasil penilaian
keempat
aspek
(aspek
menunjukkan hasil yang positif. Hasil
kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan
penilaian ahli, guru bahasa Indonesia,
kegrafisan) dari ahli matei dan bahasa,
ahli media (guru Teknik Informatika)
guru bahasa Indonesia dan ahli media
terhadap modul tersebut menunjukkan
(guru Teknik Informatika) dengan
bahwa kualitas modul dalam kategori
kategori baik.
tersebut
Karakteristik lain dari modul
menunjukkan bahwa modul tersebut
menulis cerpen adalah berbasis proyek
memiliki tingkat kegrafisan yang baik
dengan
sehingga
siswa
Modul ini disusun dengan kaidah-
memahami materi di dalamnya, serta
kaidah penulisan modul, dan ada
siswa tertarik pada penampilan modul
kesempatan melatih kemandirian siswa
tersebut. 4). Temuan Uji Lapangan;
belajar,
(a).Adanya ketertarikan siswa terhadap
lingkungan,
baik.
Hasil
penilaian
mempermudah
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
pendekatan
kontekstual.
berinteraksi serta
siswa
dengan dapat 175
mengimplementasikan hidup
siswa
dalam
pengalaman
seperti dalam menyusun kerangka
pembelajaran
cerpen siswa dapat mengaplikasikan
menulis cerpen.
melalui panduan wawancara, yaitu
Berdasarkan temuan-temuan tersebut,
mewawancarai
maka dapat dikatakan “Modul Menulis
lingkungan siswa dengan demikian
Cerpen” mempunyai keunggulan dan
siswa mendapat kemudahan untuk
kelemahan.
Modul
menyusun kerangka cerpen. (7) modul
Menulis Cerpen di antaranya (1)
menulis cerpen dilengkapi dengan peta
modul disusun dengan kaidah-kaidah
konsep,
penulisan
penggunaan
memahami isi modul, (8) modul
ajar
dapat
dilengkapi latihan-latihan dari setiap
melatih kemandirian peserta didik
unsur pembangun cerpen sehingga,
dalam belajar sehingga memungkinkan
selesai mengerjakan latihan, peserta
peserta didik dapat mengembangkan
didik dapat menusunnya langsung
rasa tanggung jawab, (3) pembelajaran
menjadi sebuah cerpen, (9) modul
melalui modul memberi keleluasaan
dilengkapi LKS.
modul
Keunggulam
modul,
sebagai
(2)
bahan
dapat
orang-orang
membantu
di
siswa
waktu belajar yang sesuai kebutuhan
Adapun kelemahan modul hasil
peserta didik, sehingga peserta didik
pengembangan yaitu (1) modul hanya
dapat mengerjakan evaluasai secara
menyajikan kajian materi menulis
maksimal (4) modul menulis cerpen
cerpen, (2) materi yang disajikan dari
berbasis proyek
satu
didik
menjadikan peserta
memiliki kesempatan untuk
mengatur waktu mengerjakan evaluasi sesuai dengan keadaan dirinya karena pekerjaan diselesaikan di rumah (5) kegiatan siswa di luar kelas (di rumah) termonitor guru melalui kartu monitor,
Kompetensi
Dasar.Namun
demikian, kelemahan dalam modul ini sesungguhnya dapat menjadi hal yang memudahkan baik bagi guru maupun siswa karena modul fokus hanya untuk pembelajaran menulis cerpen.
(6) modul menulis cerpen dengan pendekatan siswa
kontekstual
dalam
pengalaman
membantu
mengaplikasikan hidup
siswa
di
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
lingkungannya ke dalam pembelajaran 176
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
dapat disimpulkan bahwa modul yang
sangat baik, dan aspek kegrafisan
telah dikembangkan:
skor 14,38 kategori sangat baik.
1. Memiliki tingkat kelayakan ditinjau
3. Terbukti efektif digunakan dalam
dari aspek kelayakan isi, aspek
pembelajaran
penyajian, aspek kebahasaan, dan
karena setelah diujikan pada kelas
aspek kegrafisan secara keseluruhan
kontrol
sangat baik dan layak digunakan
terdapat perbedaan yang signifikan
dalam pembelajaran menulis cerpen
pada hasil belajar menulis cerpen
bagi siswa SMA kelas XII.
antara
2. Mendapatkan responyang
sangat
menulis
dan
kelas
siswa
cerpen
eksperimen
yang
menggunakan
belajar
modul
menulis
baik dari siswa terkait dengan aspek
cerpen (kelas eksperimen) dengan
kelayakan isi, aspek bahasa, aspek
siswa
penyajian, dan kegrafisan. Hal ini
menggunakan buku standar yang
dibuktikan dengan hasil penilaian
disediakan
oleh subjek terbatas dengan skor
control). Hal ini dapat dilihat dari
penilaian
aspek
materi
18,53
perbedaan peningkatan nilai pretes-
kategori
sangat
baik,
aspek
postest antara kedua kelas yang
yang
belajar
di
dengan
sekolah
kebahasaan skor 18,97 kategori
cukup
sangat baik , aspek penyajian skor
peningkatan nilai kelas eksperimen
41,3 kategori sangat baik, aspek
yang menggunakan modul sebesar
kegrafisan
skor 13.78 termasuk
2,81, sedangkan rata-rata kenaikan
kategori sangat baik. Demikian pula
nilai kelas kontrol yang tidak
respon siswa pada skala luas secara
menggunakan modul sebesar 0,5.
umum
Berdasarkan
sangat
baik.
Hal
ini
signifikan.
(kelas
hasil
Rata-rata
penelitian,
diketahui dari pemerolehan skor
pembahasan dan simpulan, maka
penilaian aspek kelayakan materi
dapat
skor 18,41 kategori sangat baik,
sebagai berikut. 1). Modul menulis
aspek
19,8
cerpen diharapkan dapat digunakan
baik,
aspek
sebagai salah satu contoh variasi
skor 42,05
kategori
kebahasaan
kategori penyajian
sangat
skor
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
diajukan
penggunaan
beberpa
bahan
ajar
saran
dalam 177
pembelajaran
mata
pelajaran
Bahasa Indonesia pada Kompetensi
9_22.JuknisPengembanganBah anAjar.pdfDiunduh 8 April 2013.
Dasar menulis cerpen. 2). Modul menulis cerpen hasil pengembangan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan materi yang berbeda. 3). Pengembangan produk lebih lanjut; Modul menulis cerpen ini efektif digunakan
dalam
pembelajaran.
Oleh karena itu, para guru bahasa Indonesia
dapat
Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based Learning), Jakarta: Kemendikbud. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. ___________. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
mengembangkannya pada materimateri
pembelajaran
bahasa
Indonesia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Borg, W. R., Gall, M., D. 1983.Educational Research An Introduction. New york and London, Logman Inc.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: DIVA Press.
Depdiknas. 2006. KurkulumTngkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Sayuti, Suminto A. 2009. Model Pembinaan Penulisan Karya Sastra Kolaboratif-Produktif untuk Guru dan Siswa SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah Publikasi Hasil Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009.
Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sukardjo. 2010. “Pengadministrasian Ujian dan Pengolahan Skor.’ Hand out perkuliahan Pasca UNY. Yogyakarta.
Direktorat Pembinaan SMA Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. (Online).http://guruindonesia.net/admin/file/f_889
Sugiyono. 2010. Statistic untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
178
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tukan, P. 2005. Mahir Berbahasa Indonesia 2 SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Yudistira. Tim
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatau Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015
Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
179