KARAKTERISTIK CERPEN KARYA SISWA KELAS XI PROGRAM BAHASA Anung Ardiani1 Anang Santoso2 Dwi Saksomo3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145 Email:
[email protected] ABSTRAK: Fokus penelitian ini tentang karakteristik tokoh, penokohan, latar, sudut pandang dan pesan moral pada cerpen siswa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang tahun ajran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Temuan penelitan ini sebagai berikut (1) karakteristik tokoh meliputi tokoh utama protagonis dan tokoh utama antagonis, tokoh bawahan protagonist dan tokoh bawahan antagonis, pemberian nama tokoh yang mencerminkan budaya Jawa, pemberian nama tokoh mencerminkan budaya Barat dan budaya Islam, (2) karakteristik penokohan meliputi penokohan dengan teknik analitik dan teknik dramatik, (3) karakteristik latar meliputi latar waktu, latar tempat dan latar suasana, (4), karakteristik sudut pandang meliputi sudut pandang orang pertama dan sudut pandnag orang ketiga, (5) karakteristik pesam moral meliputi pesan moral individu, pesan moral sosial dan pesan moral religius. Kata kunci: cerita pendek, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, amanat ABSTRACT: Focus this research is the formation about characteristics of the characters, characterizations, setting, viewpoint, moral value of short story eleventh graders’ of Language Program in MAN 1 Malang academic year 2014/2015. This research use qualitative. The findings of the study were as follows (1) the characteristics of the characters in the story included main characters, and additional characters. Both characters had protagonist and antagonist characteristics. Giving of the characters’ namesin the short story was divided into two which were based on Javanese and western culture, (2) the characteristics of the characterizations in the short story included characterizations with analytic and dramatic techniques. In dramatic technique, the characterizations could be found through the behavior, conversation about the own character, environment, and discussion from other characters, (3) the characteristics of the settings included place, time, and atmosphere,(4) the characteristics of view of points in the short story covered first person omniscient perspective, and third person omniscient perspective, (5) the characteristics in the moral values in the short story consisted of individual, social, and religious moral values. Keyword: short story, characters, characterizations, setting, viewpoint, moral value.
Cerpen merupakan karangan fiktif yang isinya tentang sebagian kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan terfokus pada satu tokoh saja. Menurut Nurhadi (2012:84) mengungkapkan bahwa cerpen merupakan cerita yang megisahkan sebagian kecil aspek dalam kehidupan manusia yang diceritakan secara terpusat pada tokoh dan kejadian yang menjadi pokok cerita. Dengan adanya batasan yaitu bagian kecil dari kehidupan tokoh / manusia maka cerpen 1
Anung Ardiani mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi Program Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang, 2016 2 Anang Santoso dan 3Dwi Saksomo adalah Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
memiliki keterpusatan perhatian/ cerita pada tokoh utama dan permasalahan yang paling menonjol yang menjadi pokok cerita cerpen tersebut. Cerita pendek, dibangun dari beberapa unsur yang saling berkaitan baik unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, masyarakat atau keadaan lingkungan, pemikiran dan karya seni lainnya. Unsur intrinsik meliputi tema, amanat, plot, perwatakan, latar, dialog, dan pusat pengisahan. Menurut Lubis (1997:19) unsur-unsur yang harus ada dalam cerita pendek yakni: (1) cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung, (2) sebuah cerita pendek harus menimbulkan suatu hempasan bagi pembaca, (3) cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca, pembaca terbawa oleh jalan cerita, dan cerita pendek pertama-tama menarik perasaan, baru kemudian menarik perhatian, (4) cerita pendek mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. Penelitian karakteristik cerpen pernah dilakukan oleh Dyah Ayu Candra Dewi (2013), Wuri Setya Wardani (2014) dan Kamalia Naila yang meneliti tentang tokoh, penokohan, perilaku tokoh, ide cerita dan penggarapan cerita. Dalam penelitian ini dibahas lima unsur intrinsik dalam cerpen yakni tokoh, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat pada cerpen siswa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang. Alasan pemilihan judul tersebut karena karakteristik cerpen yang dibuat oleh siswa MAN akan berbeda dengan cerpen pada umumnya. Latar belakang sosial dan pendidikan siswa yang berbasis islami akan mempengaruhi penulisan cerpennya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) tokoh yang terdapat pada cerpen karya kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (2) penokohan yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (3) latar yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (4) sudut pandang yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (5) Pesan Moral yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan desain yang digunakan adalah deskriptif. Menurut Moleong (2002:6) salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah deskriptif. Deskriptif adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka. Sumber data dalam penelitian ini berupa cerpen karya siswa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang tahun ajaran 2014/2015 yang telah dibukukan. Antologi cerpen tersebut merupakan dokumentasi guru dan tidak diterbitkan. Jumlah cerpen dalam kumpulan cerpen tahun ajaran 2014/2015 itu sebanyak 18 cerpen. Dari keseluruhan jumlah itu, dipilih 7 cerpen sebagai sumber data. Data dalam penelitian ini adalah kutipan yang berupa narasi, dialog atau monolog yang terdapat pada cerpen siswa kelas XI MAN 1 Malang yang menggambarkan tokoh,
penokohan, latar, sudut pandang dan pesan moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca yang tercermin dalam cerpen tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) peneliti, (2) pedoman analisis data, (3) tabel analisis data. Peneliti menjadi instrumen kunci dalam penelitian, karena fungsi peneliti menetapkan fokus penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan menyimpulkan hasil. Pedoman analisis data berisi indikator karakteristik tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan pesan moral dalam cerpen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi, (1) melakukan koordinasi dengan guru dan mengumpulkan dokumendari guru, (2) membaca sumber data, (3) menyeleksi sumber data, (4) membaca kembali kelayakan data berdasarkan rumusan masalah. Analisis data dilakukan sesuai dengan teori Miles & Huberman (1992:16) tentang analisis data kualitatif yang terdiri atas tiga tahap, yakni (1) data reduction atau pereduksian data, (2) data display atau penyajian data, dan (3) conclusion drawing and verification. atau penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Reduksi data meliputi identifikasi, kodefikasi, dan klasifikasi data. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk tabel. Penarikan kesimpulan didasarkan pada rumusan masalah. HASIL Karakteristik Tokoh pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang. Berdasarkan hasil penelitian, tokoh yang banyak dipilih adalah tokoh yang tinggal di pesantren, perkotaan, pedesaan dan luar negeri. Hal ini berpengaruh pada pemberian nama tokohnya. Pemberian nama tokoh dalam cerpen disesuaikan dengan latar tempat dan latar sosialnya. Tokoh-tokoh yang tinggal di pedesaan dengan latar ekonomi rendah menggunakan nama-nama pemuda pedesaan misalnya nama Bejo, Jojo, sedangkan untuk tokoh-tokoh yang tinggal di perkotaan, dengan latar belakang ekonomi keluarga mapan biasanya menggunakan nama misalnya Jesika, Olivia, Tiara. Tokoh dalam cerpen yang tinggal dipesantren dengan lingkungan yang religius juga berpengaruh pada pemberian namanya misalnya Aisyah, Fatimah, Khadijah. Ketiga nama tersebut merupakan nama-nama tokoh dalam islam. Selain nama-nama islami dan nama Jawa, dalam cerpen siswa juga ditemukan penggunaan nama tokoh yang mengandung unsur Barat, misalnya nama tokoh Mark, Rambo, Karen Brown, Pio. Tokoh yang banyak dipilih adalah, anak sekolah, anak pesantren, ustad, ustazah, guru, kyai, orang tua. Hal ini berkaitan dengan tema yang digunakan dalam cerpen siswa. Mayoritas tema yang dipilih penulis adalah tema tentang persahabatan, cinta remaja, keluarga, cinta pada Sang Pencipta, dan pergaulan bebas. Dalam cerpen ini jenis tokoh dibedakan atas tokoh utama protagonis, tokoh utama antagonis, tokoh tambahan protagonis dan tokoh tambahan antagonis. Tokoh utama yang dipilih oleh penulis mayoritas mempunyai karakter sebagai tokoh utama yang protagonis. Sedangkan tokoh yang antagonis kehadirannya kurang dominan. Tokoh tambahan yang mempunyai watak protagonis juga lebih dominan dari pada tokoh bawahan dengan watak antagonis.
Karakteristik pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Pada kumpulan cerpen siswa ini ada dua tehnik yang digunakan oleh penulis untuk menampilkan tokoh dalam cerita, yakni tehnik analitik dan tehnik dramatik. Teknik analitik adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan cara memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh dalam cerpen ini dihadirkan secara langsung dengan cara mendeskripsikan ciri fisik tokoh, sifat watak dan perilakunya. Sedangkan tehnik dramatik adalah tahnik yang menampilkan watak tokoh dalam cerita mirip dengan drama, dilakukakan secara tidak langsung. Tehnik dramatik yang ada dalam cerpen siswa terdiri atas tehnik dramatik berdasarkan perilaku tokohnya, pembicaraan tokoh tentang dirinya, gambaran lingkungan kehidupannya, dan perbincangan tokoh lain dengannya. Karakteristik Latar pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Ada tiga latar digunakan dalam cerpen tersebut yakni latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Dominasi latar waktu yang digunakan dalam cerpen adalah latar waktu sekarang. Hanya beberapa cerpen yang menggunakan latar waktu lampu misalnya tahun 1995 dan 1997. Latar waktu yang dipilih oleh penulis dalam kumpulan cerpen siswa ini disebutkan secara langsung misalnya sore ini, larut malam, waktu pagi hari, hari sudah mulai petang, hari masih pagi, tahun 1995, tahun 1997, lima tahun kemudian, waktu subuh, pada jam istirahat sekolah Berdasarkan data yang diperoleh, latar tempat yang terdapat pada cerpen siswa melipui tempat dengan nama tertentu misalnya Malang, Yogyakarta, Jakarta, Padang. Selanjutnya penggunaan latar tempat tanpa nama yang jelas seperti rumah, sekolah, di jalan, pantai, pondok pesantren, desa, cafe, di bengkel, di mushola, di lapangan. Latar tempat yang paling mendominasi adalah rumah dan sekolah. Hal ini dikarenakan rumah dan sekolah adalah tempat yang paling sering digunakan untuk beraktifitas. Latar suasana yang banyak diguanakan dalam cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa ini terdiri dari situasi yang menggambarkan kebahagiaan, kesedihan, dan ketegangan. Suasana tegang biasanya ditimbulkan tokoh karena perasaan hati tokoh yang marah dan cemburu. Suasana sedih ditimbulkan karena kehilangan dan suasana bahagia ditimbulkan karena mendapatkan sesuatu yang diharapkan tokoh. Karakteristik Sudut Pandang pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Berdasarkan data yang diperoleh sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam kumpulan cerpen siswa kelas 1X tersebut adalah sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama adalah sudut pandang dimana narator sebagai tokoh utama, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang dialaminya sendiri. Sudut pandang orang pertama menggunakan pronomina aku, -ku, dan kami. Sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang dimana narator adalah seorang yang berada di luar cerita dan seolah mengetahui segala sesuatu yang dialami, dirasakan oleh tokoh. Menggunakan pronomina dia, ia mereka atau menyebutkan nama tokoh.
Karakteristik Pesan Moral pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang. Pesan moral yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi pesan moral individu, pesan moral sosial dan pesan moral religius. Pesan moral individu bisa berupa motivasi, disiplin, tanggung jawab, dan lain sebaginya. Pesan moral sosial yang terdapat pada cerpen siswa diantaranya patuh pada orang tua, peduli pada sesama, saling memaafkan. Pesan moral religi yang terdapat pada cerpen sisiwa diantaranya taat pada Alloh, selalu beribadah dan bersyukur PEMBAHASAN Pembahasan dalam penelitian ini meliputi lima aspek, yaitu (1) mendeskripsikan tokoh yang terdapat pada cerpen karya kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (2) penokohan yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (3) latar yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (4) sudut pandang yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang, (5) Pesan Moral yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang. Pembahasan dijabarkan berikut ini. Karakteristik Tokoh pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Karakteristik tokoh berdasarkan intensitas kemunculan tokoh yang terdapat dalam cerpen karya siswa kelas XI program Bahasa yang meliputi (1) tokoh utama dan (2) tokoh bawahan. Masing-masing tokoh utama dan tokoh tambahan mempunyai watak yang protagonis dan antagonis. Tokoh yang banyak dipilih adalah, anak sekolah, anak pesantren, ustad, ustazah, guru, kyai, orang tua. Hal ini berkaitan dengan tema yang digunakan dalam cerpen siswa Selain pemilihan tokoh, pemberian nama tokohnya juga unik. Menurut Wareing dan Thomas (2007:227), nama dapat membentuk identitas seseorang sehingga dapat dibedakan dengan orang lain dalam satu kelompok yang sama. Berikut ini pembahasan tentang pemberian nama tokoh yang ditemukan dalam cerpen siswa MAN 01 Malang. Pertama, pemberian nama tokoh yang berakar dari budaya Jawa. Koentjaraningrat (1990:203) yang menyatakan bahwa bahasa adalah bagian dari unsur kebudayaan. Dalam hal ini, bahasa Jawa dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat Jawa. Salah satunya adalah pencerminan budaya Jawa dalam pemberian nama pada anaknya. Dari tujuh cerpen yang dianalisis ditemukan adanya pemberian nama tokoh dengan bahasa Jawa. Nama yang digunakan umumnya hanya singkat dan terdiri dari satu suku kata. Misalnya Bejo, Minah, Pak Sabar. Nama-nama yang diberikan juga harus memiliki makna yang baik, sehingga dapat mencerminkan kepribadian tokoh. Nama Bejo yang diberikan orang tua pada anaknya memiliki makna supaya anak tersebut selalu beruntung dan berbakti pada orang tuanya. Seperti tokoh Bejo dalam cerpen “Cinta Tak Pernah Tua” pada kutipan berikut. Bejo pun jalan kaki menuju sekolahnya. Gak capek apa setiap hari ke sekolah jalan ?” Tanya Jessica “Capek sih, mau gimana lagi kalau gak gitu. Demi pendidikan apapun kan kulakukan” tegas Bejo “Salut aku sama ketangguhanmu” puji Jessica ke Bejo ……………………………………………………………………………………………
Setelah sholat Dhuhur, Bejo lantas tak leha-leha. Dia membantu ibunya membuat kue donat untuk dijual di desa-desa. “Ibu bangga punya anak sepertimu nak, seandainya bapak masih ada mungkin hidup kita nggak seberat ini nak,” kata ibu sambil memeluk Bejo “Demi ibu apapun kan kulakukan” jawab Bejo. (CTPT/02/TU)
Dalam cerpen tersebut tokoh Bejo digambarkan sebagai anak yatim yang sangat berbakti pada orang tuanya. Dia rela membantu orang tuanya untuk berjualan kue demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Melihat ketangguhannya dalam bekerja Jesika anak orang kaya di desanya tertarik padanya. Berkat kerja keras dan keuletannya bejo berhasil menjadi pengusaha yang sukses dan hidup bahagia bersama Jesika. Kedua, pemberian nama tokoh yang mencerminkan budaya islam. Lingkungan pendidikan siswa yang berbasis islami berpengaruh pada penulisan cerpennya. Pada unsur intrinsik tokoh, ditemukan adanya pemberian nama tokoh yang menggunakan nama-nama Islam. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Siswanto,(2008:2) bahwa sebagai makhluk sosial, sastrawan dipengaruhi oleh latar belakang sosiologisnya yang berupa struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Masyarakat penganut agama Islam di Jawa sering menggunakan namanama Rosululloh dan orang-orang terdekatnya ketika memberikan nama pada anaknya.. Menurut Al-Mutawakkil (dalam Sahid, dkk, 2010) orang-orang beragama Islam selalu berusaha memberikan nama kepada anak, saudara atau kerabat dengan nama-nama yang mengasosiasikan perkara kedamaian, keindahan dan bukan peperangan. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian, yakni adanya pemberian nama tokoh dalam cerpen siswa yang diadaptasi dari keluarga Rosululloh misalnya Khatijah, Aisyah, Fatimah. Dibuktikan pada kutipan cerpen berikut. Suara adzan bergema melingkupi seluruh penjuru desa. Aisyah dan Fatimah dua saudara kandung yang sering disebut calon kembang desa ini juga bergegas menuju surau. Aisyah baru saja tamat sekolah di salah satu Mts di Kota Bukittinggi. Kecerdasannya membuatnya menjadi lulusan terbaik tahun ini. Sepulang dari surau abah sudah menunggu di halaman rumah. “Kemarin sewaktu Abah di Jawa, abah dengar ada sebuah Pondok Pesantren yang tampaknya cocok buat kau. Abah harap kau bisa masuk ya Aisyah”. Aisyah termenung. Tak disangkanya Abah akan mengirimnya ke Pulau Jawa. Pulau yang sering dibicarakan orang- orang kampung. Entahlah ia tak tahu ia harus berkata apa. Dianggukannya lagi kepalanya pertanda ia menyetujui keputusan orang tuanya Keesokan harinya Aisyah dan Zainuddin berjalan ke bagian dalam ndalem. Dengan penuh kesopanan mereka berdua duduk didepan Gus Syarif (HC/15/TU)
Dalam cerpen karya siswa yang berjudul “Hijrah Cinta”, tokoh Aisyah ditampilkan sebagai tokoh utama protagonis yang membawakan nilai-nilai positif. Sikap sikap positifnya diantaranya cerdas, patuh pada orang tua dan religius seperti yang telah dipaparkan pada dataDari segi ceritanya cerpen tersebut menggambarkan perjalanan hidup tokoh Aisyah untuk mewujudkan cita-citanya memperoleh beasiswa kuliah di luar negeri. Berbagai tantangan hidup harus dia lewati, mulai dari tindakan kekerasan yang dilakukan Marwa temannya di pondok pesantren, hingga keberhasilannya terpilih menjadi santri yang mendapat beasiswa ke luar negri. Ketiga, pemberian nama tokoh yang mencerminkan budaya Barat. Seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi saat ini pemilihan nama-nama tokoh yang ditemukan dalam cerpen siswa juga semakin bervariasi. Hal tersebut nampak dari munculnya nama-nama tokoh yang tidak berakar dari budaya
Indonesia. Nama-nama tersebut tergantikan oleh nama-nama Barat. Misalnya Lea, Karen Brown, Mark, Rambo, Kinan. “Aku ingin sekali bersekolah. Tapi demi ayahku, aku tidak bisa.” “Apa yang terjadi dengan ayahmu?” “Dia sakit. Stroke menganggunya hingga ia tak bisa jalan saat umur ku 10 tahun. “ Tapi kenapa kau yang bekerja?” Karena itu tugasku. Laki-laki bertugas mencari nafkah kan? Ayahku tidak bisa melakukannya, jadi aku yang menggantikan ayahku …………………………………………………………………………… ” Sejak itu aku benar-benar melakukan tugasku dengan baik. Menjadi bersemangat setiap kali pergi ke sekolah. Menjadi anak yang sangat penurut dengan tata tertib, lalu lulus dengan hasil yang fantastis. Entahlah, aku merasa tergerak melakukan itu demi Mark (D/13/TB)
Dalam kutipan cerpen “Different” tokoh Mark digambarkan sebagai tokoh tambahan protagonis. Dia lahir di Amerika dan pindah ke Korea. Di sana dia harus menjadi tulang punggung keluarganya, menggantikan ayahnya yang lumpuh. Dia rela meninggalkan bangku sekolah dan bekerja paruh waktu. Karakteristik Penokohan pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang. Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan adanya dua teknik penokohan yang diguanakan pada cerpen siswa yakni teknik analitik dan teknik dramatik. Aspek penokohan yang paling dominan digunakan dalam cerpen siswa kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang digambarkan dengan teknik dramatik. Berikut ini pembahasan teknik analitik dan teknik dramatik. Pengenalan tokoh dengan teknik analitik. Teknik analitik merupakan teknik yang digunakan untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian secara langsung sifat, sikap bahkan ciri fisiknya. Tokoh ustad dalam cerpen digambarkan mempunyai watak yang sopan, ketika berjalan menunduk, pengetahuan agamanya luas. Seorang guru perempuan digambarkan mempunyai paras yang cantik, baik, ramah dan cerdas. Ibu digambarakan sebagai tokoh yang penuh kasih sayang, perilakunya lembut dan ramah. Seperti pada kutipan berikut: Aisyah, kakak Fatimah juga tak kalah pintarnya. Ia baru saja tamat sekolah di salah satu Mts di Kota Bukittinggi. Kecerdasannya membuatnya menjadi lulusan terbaik tahun ini. Kulit kuning langsat dan rambutnya yang hitam pekat selalu diselimuti kain pertanda ia sudah baligh. Kecantikannya menggambarkan bahwa ia benar benar orang Padang.
Pada data di atas pengarang mendeskripsikan secara langsung ciri fisik, sikap yang dimiliki tokoh Aisyah. Ciri fisik tokoh Aisyah yakni kulitnya kuning langsat, rambutnya hitam pekat dan selalu memakai jilbab. Sikapnya yang cerdas membuat Aisyah menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. Dari kutipan tersebut pembaca langsung bisa memahami bagaimana sifat dan sikap tokoh Aisyah tanpa harus menafsirkan sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Nurgiyantoro (2010:196) menyatakan bahwa pelukisan tokoh dengan teknik analitis cenderung sederhana dan ekonomis. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan kedirian tokoh ceritanya. Pembacapun dengan mudah akan memahami jati diri tokoh cerita secara tepat sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.
Pengenalan tokoh dengan teknik dramatik. Berdasarkan hasil penelitian, pengenalan tokoh dengan teknik dramatik yang terdapat pada cerpen siswa meliputi siswa meliputi (1) penggambaran tokoh melalui perilakunya, (2) perbincangan tokoh tentang dirinya, (3) gambaran lingkungan kehidupannya, (4) perbincangan tokoh lain dengannya. Dengan teknik dramatik ini pengarang membiarkan tokoh-tokoh dalam cerpen untuk menunjukkan sifat, sikap, dan ciri fisiknya melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik melalui perkataan maupun tingkah laku. Perilaku tokoh dalam cerpen, dapat menggambarkan perwatakannya. Seperti pada data yang telah ditemukan berikut: “Assalamualaikum Gus Alif” “ Ya Waalaikumsalam” Jawabnya sambil menunduk. Aisyah melihatnya dari kejauhan. (HC/15/TD)
Pada kutipan di atas, seorang santri putra yang sedikit menunduk saat berbicara dengan santri putri. Dari tingkah laku tersebut, pembaca akan dapat menafsirkan bahwa tokoh santri putra mempunyai watak yang terpuji, sopan dan santun terhadap wanita. Selain perilaku tokoh, perbincangan tokoh tentang dirinya sendiri juga dapat menunjukkan bagaimana wataknya. Seperti pada temuan data berikut. Aku adalah gadis cantik dengan hidung mancung dan bermata coklat. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Aku satu satunya anak dari mereka. Karena keluarga juga, aku menjadi seorang yang berprestasi dari sekolah dasar (TB/07/TD)
Pada data di atas tokoh aku mendeskripsikan ciri fisknya sebagai gadis yang cantik, menunjukkan kehidupan keluarganya yang berkecukupan, dan menunjukkan bahwa ia gadis yang pandai. Pembicaraan tokoh tentang dirinya sendiri dimunculkan pengarang di awal cerita saat tahap perkenalan. Hal tersebut bertujuan agar pembaca lebih mudah memahami karakter tokohnya. Gambaran lingkungan kehidupan tokoh juga dapat mencerminkan perwatakannya. Seperti pada data (HC/15/TD ) seorang tokoh yang digambarkan hidup di lingkungan pondok pesantren, selalu mengenakan baju rapi dan berkerudung, sering mengkuti lomba baca Qur’an tanpa dijelaskan pengarangnya pembaca akan dapat menduga bagaimana perwatakan yang dimiliki tokoh tersebut. Pemahaman watak seseorang juga dapat diketahui melalui apa yang dibicarakan tokoh lain terhadapnya. Hal tersebut dapat terlihat dalam dialog antar tokohnya. Seperti pada temuan data berikut: Kinaaan, makanya kamu itu yang semangat sekolah, jangan serem-serem juga rambut itu, dikira preman sekolah, ‘kan? Kamu juga butuh teman buat bicara. Kalau diam terus nanti stres, lho,” Mbak Ratna mengoceh sambil mondar-mandir untuk menyapu lantai salon (KSP/06/TD)
Pada data di atas pembaca dapat mengetahui watak tokoh Kinan dari dialog yang terjadi antara Kinan dan mbak Ratna. Dari penuturan tokoh mbak Ratna Kinan memiliki penampilan yang tidak rapi, dan sifat yang pendiam. Dia juga kurang bersemangat untuk menempuh pendidikannya. Penggunaan teknik dramatik oleh pengarang dalam penampilkan tokohnya membuat alur cerita sesuai dengan kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata manusia tidak mungkin menanyakan sifat orang lain secara langsung. Mereka akan mencoba memahami sifat dan sikap orang yang bersangkutan melalui tingkah laku, kata-kata, lingkungan kehidupannya. Hal tersebut senada dengan pendapat Sudjiman (1991:26) yang menyatakan bahwa penokohan dengan metode
dramatik lebih hidup dan memberi kesan “seperti di dalam hidup ini”. Berbeda dengan metode diskursif atau analitik, metode dramatik menggalakkan pembaca untuk menyimpulkan watak tokoh. Karakteristik Latar pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 1 Malang Latar tempat yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang meliputi di sekolah, di rumah, di Kota Malang, Jombang, Kota Surabaya, Yogyakarta, di Café, di rumah sakit, di masjid, di Kota Padang, di Pondok pesantren. Latar tempat yang paling banyak digunakan adalah di sekolah, di rumah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar cerpen menceritakan tentang kehidupan remaja. Sebagian besar waktu para remaja banyak dihabiskan di sekolah dan di rumah. Selain itu, ada beberapa cerpen yang menggunakan latar tempat yang berubah-ubah, diawali penggunaan nama daerah misalnya di Padang, di Surabaya, kemudian berpindah ke pondok pesantren di Jombang. Penggunakan latar yang sering berpindah-pindah dalam cerpen tersebut tergantung pada alur cerita. Seperti yang diungkapkan Nurgiyantoro (2010:229) bahwa latar tempat dalam sebuah karya sastra biasanya meliputi berbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh Latar waktu yang ditemukan dalam cerpen siswa, didominasi dengan latar waktu sekarang. Hal tersebut terlihat dari penggambaran tempat, dan situasi yang dideskripsikan di dalam cerpen. Penggunaan latar waktu dan kejadian ditulis secara rinci oleh penulis, sehingga tujuan cerita mudah dipahami pembaca. Sayuti, (2000:127) menyatakan bahwa rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dari perjalanan waktu yang dapat berupa jam, hari, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatar belakanginya. Dalam cerpen siswa setiap peristiwa yang disajikan pasti disertai latar waktu yang jelas, dan disebutkan secara langsung tanpa adanya deskripsi yang panjang. Seperti pada kutipan berikut: Kriiiiing...kriiiiing...kriiiiing... jam weker berwarna abu-abu berdering dengan kerasnya tepat pukul 04.00 am. Dengan sigap Ruha bangun dari tidurnya meskipun matanya masih tetap terpeja. Hoaam... sudah subuh.” Ia pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang sholat (UK/17/LW).
Pada data di atas menunjukkan latar waktu yang disebutkan secara langsung tanpa ada deskripsi yang panjang misalnya dengan menggunakan metafora. Latar waktu pada data tersebut cukup disebutkan dengan tepat pukul 04.00 am. Kutipan tersebut menunjukkan waktu terjadinya peristiwa tokoh Ruha yang bangun pukul 04.00 pagi dan akan melaksanakan sholat subuh. Latar suasana dalam cerita biasanya dibangun bersamaan dengan pelukisan tokoh. Pembaca mengikuti kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh utama dan larut dalam suasana cerita. Hal tersebut senada dengan pendapat Aminudin (2013:67) yang menyatakan bahwa setting mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Seperti dalam cerpen yang berjudul “Sahabat”, suasana tegang terjadi saat tokoh utama dan temannya berselisih pendapat. Sedangkan suasana tegang yang terdapat dalam cerpen “KasihMu Sampai Padaku”, Suasana tegang terjadi saat
Kinan tokoh utama berdiskusi dengan Pak Rambo guru BK di sekolahnya. Seperti pada kutipan berikut Saya sudah serius, Pak.” Jawabku singkat. “Lalu?” Pak Rambo memotong perkataanku cepat. “Lalu, jika saya tanya kamu mau lanjut ke mana, ya dijawab dengan benar. Itu, ‘kan, yang namanya serius?” Giliranku menghela napas berat. Aku menatap mata Pak Rambo menantang. “Sudah saya bilang, saya nggak mau lanjut ke mana-mana (KSP/06/LS)
Pada data di atas menunjukkan suasa tegang yang terjadi antara tokoh utama Kinan dengan pak Rambo guru BK di sekolahnya. Suasana tegang ditandai dengan adanya kalimat Saya sudah serius, Pak?Jawabku singkat dan kalimat Aku menatap mata Pak Rambo menantang. Pak Rambo sebagai guru ingin mengarahkan Kinan untuk melanjutakn pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi Kinan dengan tegas menolak karena dia merasa tidak akan bisa menjadi orang sukses akibat trauma masa kecilnya. Pada cerpen tersebut Kinan berperan sebagai tokoh utama, yang mengendalikan suasana cerita. Dari penuturan dan perilaku tokoh utama tersebut, emosi pembaca mampu terbawa dalam suasana cerita. Hal tersebut senada dengan pendapat Adi (2011:52) yang menyatakan bahwa tokoh utama dipakai untuk mengendalikan suasana cerita. Pembaca diajak memasuki suasana sedih atau gembira bersama tokoh utama sesuai dengan intensitas fiksi tersebut dibuat. Karakteristik Sudut Pandang pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Sudut pandang orang pertama memungkinkan pembaca untuk mengalami apa yang dialami oleh si tokoh utama sehingga pembaca dapat menjalaninya seolah-olah nyata (Stanton, 2007:57). Sudut pandang orang pertama yang ditemukan pada penelitian ini adalah sudut pandang orang pertama menduduki peran tokoh utama. Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya. Seperti pada kutipan berikut Aku berlari sekuat tenaga saat itu sambil memanggil-manggil nama Ibu. Aku berhasil lolos dan dengan kepayahan aku berlari keluar rumah, jauh, sampai aku tidak tahu aku ada di mana. Aku hanya berlari sejauh mungkin sampai rasa takutku teratasi, namun traumaku tak bisa hilang. Aku menangis, berteriak-teriak dan terpuruk di jalan tanpa peduli dengan semua orang. Sampai keesokan harinya, Bunda menemukanku. …………………………………………………………………………………… Aku menghembuskan napas panjang tak habis pikir. Gadis ini baru mengenalku, tapi sudah dengan seenaknya menyentuh rambutku. Bagaimana mungkin semua orang suka pada gadis seperti ini? Aku membatin sedikit geli. (KSP/06/SP1)
Pada data di atas pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama serba tahu karena narator sebagai tokoh utama dan menggunakan kata ganti aku. Si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, yakni ketika tokoh utama harus lari dari rumah karena tidak tahan dengan tindak kekerasan yang dilakukan ayahnya. Dia berusaha berlari menjauh, menangis, berteriak hingga terpuruk di jalan. Dalam keadaan yang sangat terpuruk, tidak ada seorangpun yang mau menolongnya. Hingga akhirnya seorang ibu bersedia membantunya bahkan merawatnya hingga dewasa. Penggunaan sudut pandang orang pertama seperti kutipan di atas, membuat pembaca seolah ikut merasakan kejadian yang dialami tokoh utama. Hal tersebut senada dengan pendapat Nurgiyantoro (2010:263) yang menyatakan bahwa pembaca akan mengidentifikasi diri terhadap tokoh “aku” dan karenanya
akan memberikan empati secara penuh. Walaupun hanya secara imajinatif, akan ikut mengalami dan marasakan semua pengalaman si “aku”. Sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang mahatahu, bahkan mampu berdialog langsung kepada pembaca (Sayuti, 2000:160). Selain itu, narator seolah mengetahui segala sesuatu yang dialami, dirasakan oleh tokoh dalam cerita. Sudut pandang orang ketiga ini terbagi atas “dia” mahatahu dan “dia” terbatas. Akan terapi dalam cerpen karya siswa ini mayoritas menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu. Narator mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa dan tindakan yang dilakukan. Seperti pada kutipan berikut: Gadis berkerudung coklat itu tertunduk lemas didepan sebuah ruangan bertuliskan “Spesialis Penyakit Dalam”. Mata yang menatap kosong lurus kedepan seolah tak memperdulikan orang-orang yang lalu lalang melihat khawatir ke arahnya. Kalimat yang diucapkan dokter tadi masih saja mengiang di telinga Ruha, gadis ceria yang kini hanya bisa diam sambil sesekali meneteskan air matanya. Sedangkan ibu dan ayah Ruha hanya diam menatap nanar wajah sendu Ruha.Tangan kurus ibu Ruha mengusap lembut kepalanya. Dan akhirnya Ruha tidak bisa menyembunyikan sisi rapuhnya ia menangis histeris dipelukan ibunya (UK/17/SP3)
Pada data di atas menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Penggunaan sudut pandang tersebut untuk mengisahkan tokoh “dia” Ruha dan orangtuanya. Melalui sudut pandang persona ketiga dia serbatahu, narator menceritakan hal-hal apa saja yang menyangkut tokoh dia. Dalam hal ini narator menceritakan kejadian yang baru dialami Ruha ketika mendapat vonis menderita kanker dari dokter. Selain itu, dengan sudut pandang tersebut, narator bebas mengisahkan tokoh cerita dengan berpindah dari tokoh satu ke tokoh yang lain. Pada kutipan tersebut tokoh juga dimunculkan oleh narator dengan menggunakan nama seperti Ruha. Narator juga menggunakan pronomina ia, -nya sebagai variasi dalam memunculkan tokoh-tokoh dalam cerita. Seperti yang diungkapkan Nurgiyantoro (2010:258) bahwa pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia” narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau gantinya; ia, dia, mereka. Karakteristik Pesan Moral pada Cerpen Siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 01 Malang Pesan moral ditemukan dalam cerpen siswa meliputi (1) pesan moral individu, (2) pesan moral sosial, (3) pesan moral religius. Dari keseluruhan pesan moral tersebut, pesan moral religius banyak dipilih oleh siswa. Hal tersebut dipengaruhi oleh tema cerpen yang menjadi dasar penulisan cerpen. Tema cerpen yang ditulis siswa adalah tentang sosial buadaya dan religiusitas. Dari keseluruhan cerpen siswa banyak meimilih tema tentang religiusitas. Latar belakang pendidikan mereka yang menempuh pendidikan di Madrasah Aliah Negeri juga memberikan pengaruh pada penulisan cerpennya. Pesan moral religius yang terdapat pada cerpen siswa yakni bersyukur, beriman kepada Alloh, ikhlas dan berdoa. Pesan moral individu adalah pesan moral terkait hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Nurgiyantoro, 2010:324). Salah satu pesan moral individu yang terdapat pada cerpen siswa adalah tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan YME (Aqib, 2011:7). Tanggung jawab adalah sikap yang harus dimiliki oleh semua orang. Nilai moral tanggung jawab yang ditemukan dalam penelitian ini berbentuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin. Seperti pada kutipan berikut: “Maksudku, kau tak lelah dari kecil… sudah bekerja?” Mark menghela nafas sebentar, meminum coklat hangatnya lagi “Tak ada kata lelah dalam hidupku. Karena itu tugasku. Laki-laki bertugas mencari nafkah kan? Ayahku tidak bisa melakukannya, jadi aku yang menggantikan ayahku.”(D/13/PMI)
Pada data di atas menunjukkan sikap tanggung jawab yang dilakukan tokoh Mark terhadap kedua orang tuanya. Setelah ayahnya lumpuh, dia rela bekerja keras dan meninggalkan bangku sekolah untuk mencari nafkah menggantikan ayahnya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Kesuma (2012:19) bahwa kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah dibebankan dan menjadi tugasnya hingga tuntas. Pesan moral sosial banyak ditemukan dalam cerpen siswa. Namun pesan moral sosial yang paling dominan tersirat dalam cerpen siswa adalah tolong menolong dan berbakti pada orang tua. Hal tersebut terkait dengan latar belakang penulisnya yang masih pelajar, sehingga pean moral yang ditampilkan tidak jauh dari pengalaman hidup mereka sehari-hari. Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan. Oleh karena itu, sikap tolong menolong sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Sunarjo, dkk. (2000:135) yang menyatakan bahwa tolong menolong selalu dilakukan oleh manusia yang rendah hati dan baik budi. Jika dalam menjalani kehidupan mereka menerapkan sikap tolong menolong, maka kesulitan hidup akan mudah dihadapiSeperti yang dipaparkan pada kutipan berikut. Aku menangis, berteriak-teriak dan terpuruk di jalan tanpa peduli dengan semua orang. Sampai keesokan harinya, Bunda menemukanku Bunda menolongku, membawanya ke rumahnya dan membawaku ke dokter. Bunda merawatku selama setahun penuh dengan penuh kasih sayang. (KSP/06/PMS)
Kutipan di atas mencerminkan pesan moral sosial untuk selalu tolong menolong antar sesama manusia. Hal itu tampak pada peristiwa ketika bunda menolong Kinan seorang gadis kecil yang mengalami tindak kekerasan dari ayahnya hingga dia terpuruk dan menangis jalan. Saat itu semua orang mengabaikannya, hanya bunda yang dengan ikhlas bersedia menolong, membawanya ke dokter hingga merawatnya. Bunda merawat Kinan hingga dewasa dengan penuh kasih sayang seperti anak kandungnya sendiri. Pesan moral religi adalah pesan moral yang terkait hubungan manusia dengan Tuhannya. Menurut Idris dkk.(2011:137) moral digunakan sebagai standar penilaian mengenai suatu perbuatan yang sedang dinilai dan diberlakukan oleh suatu masyarakat. Pesan moral religi yang terdapat pada cerpen siswa yang paling dominan yakni beriman pada Tuhan. Beriman pada Tuhan dapat dilakukan dengan cara selalu bersyukur, ikhlas dan rajin berdoa. Berdoa merupakan salah satu bentuk pesan moral religius yang ditemukan dalam cerpen siswa. Karena mayoritas tema cerpen mereka adalah religius, kegiatan berdoa banyak dilakukan oleh tokoh dalalm cerpen. Menurut Idris, dkk. (2011:65) berdo’a ialah salah satu hajat rohaniah yang diperlukan oleh manusia dalam hidup, terutama saat ditimpa
kesusahan. Dalam cerpen siswa, pesan moral berdoa ditunjukkan oleh tokoh Kinan ketika dia sedang mengalami kegelisahan. Bodoh sekali kalau selama ini aku berfikir tak ada masa depan untukku. Bukankah Allah telah berkali-kali menolongku? Mungkin ini adalah langkah pertamaku mendekat pada-Nya. Mungkin semua akan lebih baik mulai dari sini. Aku akan mencoba berharap kali ini, berharap pada Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu mengabulkan harapan dan doa hamba-hamba-Nya. (KSP/06/PMR)
Pada data tersebut menunjukkan tokoh Kinan yang telah bertaubat menyadari kesalahannya selama ini dan memutuskan untuk menggantungkan hidupnya hanya pada Alloh Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ketika seseorang merasa gelisah, takut dan membutuhkan perlindungan maka hal yang harus dilakukan adalah berdoa. Apabila mereka berdoa dengan sungguh-sungguh maka akan mendatangkan kedamaian dalam hatinya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, karakteristik tokoh pada cerpen siswa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang meliputi tokoh utama dan tokoh tambahan. Baik tokoh utama maupun tokoh tambahan mempunyai watak yang antagonis dan protagonis. Pemberian nama tokoh pada cerpen siswa dibedakan menjadi dua, yakni (1) pemberian nama tokoh yang berakar dari budaya Jawa, (2) pemberian nama tokoh yang mencerminkan budaya Islaam, (3) pemberian nama tokoh yang mencerminkan budaya Barat. Kedua, karakteristik penokohan pada cerpen siswa kelas XI program Bahasa MAN 01 Malang meliputi penokohan dengan teknik analitik dan teknik dramatik. Teknik penokohan yang dominan digunakan oleh siswa adalah teknik dramatik. Dengan teknik ini pengarang membiarkan tokoh-tokoh dalam cerpen untuk menunjukkan sifat, sikap, dan ciri fisiknya melalui perilakunya, perbincangan tokoh tentang dirinya, gambaran lingkungan kehidupannya dan perbincangan tokoh lain dengannya. Ketiga, karakteristik latar pada cerpen sisiwa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang meliputi latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Latar tempat yang paling banyak digunakan adalah di sekolah, pondok pesantren, dan di rumah. Latar waktu yang ditemukan dalam cerpen siswa, didominasi dengan latar waktu sekarang. Hanya ada satu cerpen yang menggunakan latar waktu masa lampau misalnya tahun 1995-1997. Latar suasana yang terdapat pada cerpen siswa ini meliputi suasana sedih, gembira, tegang, marah dan kecewa. Keempat, karakteristik sudut pandang pada cerpen siswa kelas XI program Bahasa MAN 01 Malang yang ditemukan adalah sudut pandang orang pertama serba tahu dan dan sudut pandnag orang ketiga serba tahu. Kelima, karakteristik pesan moral pada cerpen sisiwa kelas XI program Bahasa MAN 1 Malang. Pesan moral individu yang terdapat pada cerpen siswa, yaitu tanggung jawab, keoptimisan, disiplin. Pesan moral individu yang paling dominan ditemukan pada cerpen siswa adalah tanggung jawab. Pesan moral sosial yang terdapat pada cerpen siswa, diantaranya peduli, tolong menolong dan berbakti pada orang tua. Selanjutnya, pesan moral religi yang terdapat pada cerpen siswa diantaranya bersyukur, beriman kepada Alloh, ikhlas dan berdoa. Pesan
moral religi yang terdapat pada cerpen siswa yang paling dominan yakni beriman pada Tuhan. Saran Pertama, bagi guru bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai referensi dalam pembelajaran menulis cerpen di sekolah. Dengan mengetahui karakteristik cerpen yang ditulis oleh siswa, guru dapat menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa terutama dalam pembelajaran menulis cerpen. Kedua, bagi siswa. Hasil penelitian sudah menunjukkan penyajian unsur intrinsik cerpen yang baik. Akan tetapi terkadang masih ada kekurangan dalam penggarapan cerpen tersebut. Misalnya saja ada salah satu unsur yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi pada unsur latar. Ada beberapa cerpen yang latarnya monoton, kurang memasukkan latar sosial maupun budaya. Pada para siswa disarankan supaya memperbanyak membaca cerpen dan memahami buku-buku teori tentang karya sastra agar kemampuan mereka dalam menulis cerpen lebih meningkat. Ketiga, saran untuk peneliti selanjutnya. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan hasil dari temuan penelitian ini sebagai rujukan terkait unsur intrinsik cerpen. Peneliti selanjutnya dapat mengambil fokus masalah yang berbeda terkait penulisan cerpen siswa MAN 1 Malang.
DAFTAR RUJUKAN Adi, I.R. 2011. Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Aqib, Z, Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya. Dewi, D.A. 2013. Karakteristik Cerpen pada Lomba Menulis Cerpen Siswa SMA Se-Kota Malang Tahun 2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Idris, A.M., Ridwan, D.M., Huda, M., Zain, M., Hanafi, Y., Sjafruddin, A.R., Jazimah., Syafa’at., Nasih, M., Adib, K., Kholidah, N.L., Thoha, M., Sultoni, A. 2011. Aktualisasi Pendidikan Islam:Respon Terhadap Problematika Kontemporer. Malang: Hilal Pustaka. Kesuma, D. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lubis, M. 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Milles, Matthew B dan Huberman A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Molelong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Reamaja Rosdakarya. Naila, K. 2013. Karakteristik Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen Kaya Buruh Migran Indonesia Di Hongkong. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Nurgiyantoro, B. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurhadi. 2012. Menulis 20 Ragam Tulisan. Malang: Universitas Negeri Malang. Sahid, T.W., Nuraini, Y., Hisyam, D. 2010. Nama Orang Jawa: Kepelbagian Unsur dan Maknanya. International Journal of the Malay World and Civilisation, (Online), 28 (2): 259-277, (www.academia.edu/990054), diakses 10 Maret 2016. Sayuti. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Stanton, R. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, P. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sunarjo, N., Sulistiati.,& Mahmud, A. 2000. Struktur Karya dan Nilai Budaya dalam Hikayat Pak Belalang dan Lebah Malang, Hikayat Abunawas dan Hikayat Masyud Hak. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Wareing, S. dan Thomas, L. 1999. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Terjemahan oleh Sunoto, dkk. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wardani, W.S. 2014. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Karya Siswa Kelas IX SMP 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.