KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 8 MALANG SEBAGAI PROGRAM NON PASCH DAN SMA NEGERI 5 MALANG SEBAGAI PROGRAM PASCH
Esty Prastyaningtias Pembimbing I: Desti Nur Aini, S.S.,M.Pd. Pembimbing II: Iwa Sobara, S.Pd.,M.A. Universitas Negeri Malang E-Mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan hasil kohesi, koherensi, serta pengembangan kalimat dalam paragraf pada karangan bahasa Jerman siswa non Pasch dengan siswa Pasch. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data karangan siswa kelas XI Bahasa SMAN 8 Malang dan SMAN 5 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesi karangan dari siswa kedua sekolah tersebut, baik siswa program non Pasch maupun siswa program Pasch, kurang baik. Pada aspek koherensi karangan siswa dari kedua sekolah sudah baik, dan pada aspek pengembangan kalimat paragraf karangan siswa dari kedua sekolah masih kurang mendukung paragraf. Siswa diharapkan dapat berlatih dengan kerangka karangan atau panduan berupa pertanyaan (Leitfragen) tentang apa saja yang ingin disampaikan dalam karangan siswa. Kata Kunci: Kemampuan Menulis, Karangan Bahasa Jerman, Pasch, non Pasch
Abstract: The purposes of the research are to describe and to compare the cohesion, coherence, and development of sentences in German essay between non Pasch-students and Pasch-students. The current research uses comparative method in analyzing students’ German essays based on cohesion, coherence, and development of sentences. The subject of the research is the students in 11th Grade from SMAN 8 Malang and SMAN 5 Malang. The results show that cohesion in the writings of both Pasch and non-Pasch students are relatively poor. According to coherence aspect, writings of both non Pasch-students and Pasch-students are relatively good. As for the development of sentences, the writings of both non Pasch or Pasch students have yet supporting the paragraph. It is thus suggested that students should practice more to develop their writing skill, especially for German essay, either inside or outside class. Outline and guiding questions (Leitfragen) can be use to help conveying their ideas in their writing. Keywords: Writing’s skill, German Essays, Pasch, non Pasch
Bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing sudah mulai banyak diajarkan di beberapa sekolah untuk tingkat sekolah menengah atas (SMA). Materi yang disajikan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain dibedakan dari program apa yang dipilih oleh siswa, kurikulum materi juga dibedakan berdasarkan tingkatan kelas. Hal ini dilakukan atas dasar peta uraian materi yang sudah dibuat. Keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada siswa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Cara yang digunakan untuk mengasah keterampilan siswa dalam setiap keterampilan berbeda-beda. Seperti contoh untuk melatih kemampuan menulis, siswa dapat berlatih membuat sebuah karangan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan untuk membuat
1
sebuah karangan. Faktor-faktor tersebut antara lain: kesulitan mencari ide, kesulitan mencari kosakata yang tepat, atau kesulitan menggunakan struktur kalimat yang benar. Mengarang juga dapat diartikan sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti orang lain (Gie, 2002:7). Sebuah karangan tidak akan terpisah dari paragraf. Gagasan yang dimiliki seseorang disampaikan melalui rangkaian paragraf. Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang mengacu kepada suatu topik. Selain itu, setiap paragraf yang ditampilkan hendaknya mempunyai kaitan dengan pembahasan topik penulisan. Apabila dalam paragraf tersebut tidak ada kaitannya dengan topik penulisan, maka penulis belum menguasai topik, tujuan dan teknik menulis dengan benar (Semi, 2007:86). Lebih lanjut Semi (2007:92) menyatakan bahwa paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki persyaratan kesatuan, koherensi, kecukupan pengembangan, dan adanya susunan yang terpola. Hal ini diperkuat oleh pendapat Keraf (2001:67), Parera (1988:21), serta Soedjito dan Hasan (1990:30) bahwa syarat paragraf yang baik harus memenuhi 3 syarat, yaitu: (1) kohesi (kesatuan); (2) koherensi (penyatuan); dan (3) pengembangan kalimat. Kohesi merupakan unsur dari kesatuan gagasan dalam sebuah paragraf. Parera (1988:21) mengemukakan pengertian sederhana tentang sebuah kesatuan dalam paragraf yaitu sebagai kalimat-kalimat yang menggambarkan hubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung gagasan dan pikiran dalam paragraf. Untuk membangun unsur keterpautan dalam suatu paragraf (koherensi) dapat dilakukan dengan menggunakan : (a) repetisi, (b) kata ganti, dan (c) kata transisi (Keraf, 2001:76). Kata transisi digunakan sebagai penghubung antarkalimat, sehingga kalimatkalimat dalam paragraf tersebut terkesan luwes. Menurut Keraf (2001:80) kata transisi dapat digolongkan menjadi delapan jenis, yaitu: (1) hubungan tambahan; (2) hubungan pertentangan; (3) hubungan perbandingan; (4) hubungan akibat atau hasil; (5) hubungan tujuan; (6) hubungan singkatan; (7) hubungan waktu; dan (8) hubungan tempat. Selain menggunakan kata hubung tersebut, untuk memenuhi aspek koherensi dapat juga dilakukan dengan menggunakan kata ganti. Hal tersebut diungkapkan oleh Soedjito dan Hasan (1990:45), bahwa kata ganti dapat bertugas menunjukkan kepaduan suatu paragraf. Dalam pengembangan kalimat, pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran-pikiran penjelas dituangkan ke dalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian kalimat utama (Soedjito dan Hasan,1990:23). Pengembangan kalimat pada dasarnya merupakan penyusunan dari kalimat penjelas dan untuk membantu memperjelas kalimat topik.Diungkapkan Soedjito dan Hasan, terdapat enam pola pengembangan paragraf, antara lain: (1) hal-hal yang khusus (umum-khusus atau khusus-umum); (2) alasan (sebab-akibat); (3) perbandingan; (4) contoh-contoh; (5) definisi luas; dan (6) campuran.
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif . Data dalam penelitian ini diambil dari karangan bahasa Jerman kelas XI Bahasa SMAN 8 dan SMAN 5 Malang. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMAN 8 Malang yang berjumlah tujuh orang dan siswa kelas XI Bahasa SMAN 5 Malang yang berjumlah sembilan orang. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara, mengobservasi proses pembelajaran dari awal hingga akhir, dan mendokumentasikan hasil karangan siswa. Data hasil penelitian yang terkumpul terdiri dari data hasil
2
observasi dan dokumentasi yang berupa hasil karangan bahasa Jerman. Dalam penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis meliputi lima tahap, yaitu: (1) mengorganisasi data; (2) kodifikasi data; (3) mengidentifikasi gagasan pokok dalam tiap paragraf pada karangan; (4) mengidentifikasi kalimat dalam satu paragraf; (5) mengidentifikasi kalimatkalimat penjelas; dan (6) menyimpulkan hasil analisis. HASIL Pada aspek kohesi ditemukan bahwa karangan siswa non Pasch menuliskan ide pokok di awal paragraf, terutama untuk paragraf pertama dan ketiga. Sebagai contoh dapat dilihat pada karangan siswa dengan kode NP1. Pada paragraf pertama, ide pokok terlihat pada kalimat „in meine familie gibt es vier personen“ (data K1). Kalimat tersebut menunjukkan informasi secara umum bahwa siswa menjelaskan tentang keluarganya. Pada paragraf ketiga, terlihat pada kalimat „in der freizeit gehe ich mit meine familie spazieren“ (data K11). Kalimat tersebut menjelaskan kegiatan yang dilakukan siswa pada waktu senggang. Untuk paragraf kedua, siswa menuliskan ide pokok secara tersirat. Hal tersebut terlihat dari kalimat-kalimat penjelas yang mendukung kesatuan ide pokok paragraf. Sebagai contoh dapat dilihat pada paragraf siswa NP1, yaitu pada paragraf berikut ini: (5)Mein Vater ist beamter und dozent. (6)Er arbeitet als in PPPG IPS und PMP ist beamter und er arbeitet als in UIN Malang ist dozent. (7)Und dann meine Mutter ist hausfrau und verkauferin. (8)Sie arbeitet als in haus ist verkauferin und hausfrau. (9)Und dann meine schwester ist schulerin in SMPN 18 Malang. (10)Und ich bin schulerin in SMAN 8 Malang. Kalimat-kalimat pada paragraf di atas menjelaskan tentang pekerjaan anggota keluarga. Pada paragraf di atas tidak terdapat satu kalimat yang memuat ide pokok, akan tetapi semua kalimat dalam paragraf tersebut mengacu pada gagasan tentang pekerjaan anggota keluarga. Pada aspek koherensi siswa menggunakan kata hubung, kata ganti orang, serta kata ganti milik pada setiap paragrafnya. Sebagai contohnya dapat dilihat pada kalimat berikut in meine Familie... (NP1.Pr1.K1); ...besuchen wir unsere...(NP2.Pr3.K15); Und dann mein onkle..(NP3.Pr2.K7). Pada aspek pengembangan kalimat dalam paragraf, beberapa kalimat yang dituliskan siswa dalam paragraf masih kurang mendukung. Misalnya pada data NP2.Pr2.K9, yaitu „ich habe fünf Neffe und eine Nichte“. Pada aspek kohesi karangan paragraf pertama siswa Pasch terlihat bahwa siswa menuliskan ide pokok pada awal paragraf. Misalnya pada karangan siswa P2, yaitu pada kalimat „ich habe eine Familie“ (Pr1.K1). Pada paragraf kedua ide pokok dituliskan secara tersirat. Hal tersebut terlihat dari kalimat-kalimat penjelas yang mendukung kesatuan ide untuk paragraf tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat dalam paragraf berikut ini: (8)Mein Vater ist Lehrer und meine Mutter lehrerin auch. (9)Meine Mutter arbeitet im Gymnasium in Malang. (10)Aber mein Bruder ist kein Lehrer. (11)Er ist Mechaniker. (12)Mein Bruder ist lustig und einbisschen
3
komisch. (13)Und ich bin Schülerin an der SMAN 5 Malang. (14)Ich liebe meine Familie sehr. Sedangkan pada paragraf ketiga, siswa Pasch masih menuliskan lebih dari satu ide pokok dalam satu karangan yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat „Bei uns hat andere Hobbys auch. Mein Vater und ich lesen gern. mein Vater liest gern Zeitung. Ich lese gern fiktion novel und film sehen. Meine Mutter und Schwester schlafen gern“ (P2.Pr3.K17-K21) Pada aspek koherensi, siswa menggunakan kata hubung, kata ganti orang, dan kata ganti milik dalam setiap paragrafnya. Sebagai contoh terlihat dalam kata yang bergaris bawah berikut ini: Mein Mutter ist..(P5.Pr2.K11); ...und alle lieben ihn. (P4.Pr2.K15); Aber mein Bruder ist kein Lehrer (P3.Pr2.K10). Pada aspek pengembangan kalimat dalam paragraf masih terdapat beberapa kalimat yang tidak mendukung paragraf. Misalnya pada kalimat Meine Mutter hobby sind Kochen und einkaufen. Mein Bruder hobby ist fußball spielen, und ich höre Musik gern. (P4.Pr2.K17-K18).
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil paparan data pada karangan siswa SMAN 8 dapat dilihat bahwa dalam paragraf pertama terdapat kalimat gagasan atau kalimat utama yang terletak pada awal paragraf. Pola yang digunakan tersebut juga serupa dengan paragraf ketiga dalam karangan siswa. Untuk paragraf kedua, hasil karangan menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan siswa menuangkan gagasan pokok pada seluruh keterangan dalam paragraf. Pada paragraf tersebut tidak terdapat satu kalimat tumpuan yang menjadi kalimat utama, akan tetapi kalimat-kalimat yang dituliskan oleh siswa dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan anggota keluarga siswa dan mendukung ide pokok paragraf. Namun, masih terdapat kalimat-kalimat pada beberapa karangan yang mengandung ide pokok baru, sehingga paragraf tersebut memiliki dua ide pokok yang berbeda. Kecenderungan siswa di dalam menggunakan kata hubung yaitu dengan menggunakan kata und atau und dann. Penggunaan kata ganti milik sering digunakan oleh siswa, terutama penggunaan orang pertama tunggal, yaitu mein atau meine. Sedangkan untuk penggunaan kata ganti orang ketiga dalam karangan siswa, yaitu orang ketiga tunggal maskulinum (er), orang ketiga tunggal femininum (sie), kata ganti orang ketiga jamak (sie), serta kata ganti orang pertama jamak (wir). Pada pengembangan kalimat paragraf pertama, keempat siswa menggunakan pola umum-khusus. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat gagasan yang dituliskan siswa pada awal paragraf pertama. Pola tersebut juga dijumpai dalam paragraf ketiga yang dibuat oleh siswa. Sedangkan untuk paragraf kedua, tidak terdapat kalimat utama (gagasan). Akan tetapi, kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut berpusat pada satu tema. Namun, dalam kalimat pengembangan tersebut, masih terdapat beberapa kalimat yang kurang sesuai. Sebagai contoh pada karangan siswa NP2 pada paragraf kedua terdapat beberapa kalimat penjelas yang terbaca kurang baik dengan kalimat lainnya. Pada karangan siswa NP3, ketidaksesuaian pengembangan kalimat disebabkan karena siswa tidak menunjukkan aspek koherensi dalam kalimatnya, sehingga kalimat tersebut terbaca kurang padu.
4
Hasil karangan siswa SMA Negeri 5 Malang menunjukkan pada paragraf pertama karangan siswa terlihat adanya kecenderungan memunculkan kalimat gagasan atau kalimat utama pada awal paragraf. Untuk hasil paragraf kedua menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan siswa dalam penulisan kalimat gagasan atau kalimat utama secara tersirat pada keseluruhan paragraf. Pada paragraf tersebut tidak terdapat satu kalimat tumpuan, akan tetapi kalimat-kalimat yang dituliskan oleh siswa dapat memberikan keterangan dan mendukung ide pokok paragraf. Untuk paragraf ketiga siswa menuliskan kalimat gagasan pada awal paragraf dan kemudian diikuti beberapa kalimat penjelas. Tetapi, masih terdapat pada kalimat-kalimat beberapa karangan yang mengandung ide pokok baru, sehingga paragraf tersebut memiliki dua ide pokok yang berbeda. Koherensi yang dimunculkan dalam karangan siswa antara lain dengan menggunakan kata hubung, kata ganti orang, serta kata ganti milik. Kata hubung sebagai penunjuk koherensi yang dominan digunakan oleh siswa adalah kata hubung yang menyatakan penambahan (und, und dann, und auch). Penggunaan kata ganti milik yang paling banyak digunakan oleh siswa adalah penggunaan orang pertama tunggal, yaitu mein dan meine. Sedangkan penggunaan kata ganti orang dalam karangan banyak digunakan kata ganti orang er, sie (sgl.), sie (pl), serta wir. Pada pengembangan kalimat karangan masih terdapat beberapa kalimat yang kurang mendukung paragraf. Kalimat-kalimat tersebut dikatakan kurang mendukung karena mengandung ide pokok baru, peletakan kalimat yang kurang tepat dalam paragraf atau dikarenakan tidak adanya koherensi antarkalimat, sehingga kalimat tersebut tidak padu dengan kalimat sebelumnya dan bahkan merusak kesatuan paragraf itu sendiri.
SIMPULAN dan SARAN Pada kesatuan gagasan dalam karangan siswa SMAN 8 masih terdapat kalimat yang memunculkan ide pokok baru dalam satu paragraf yang sama. Pada aspek keterpautan atau penyatuan dalam suatu paragraf (koherensi), siswa menggunakan kata hubung, kata ganti milik, serta kata ganti orang. Penggunaan unsur penyatuaan tersebut digunakan siswa pada setiap paragraf dalam karangan. Pada pengembangan kalimat dalam paragraf, terdapat beberapa kalimat yang kurang padu. Hal tersebut disebabkan karena kurang tepatnya peletakkan kalimat dalam paragraf dan tidak memunculkan unsur koherensi antarkalimat. Pada karangan siswa SMAN 5 Malang sudah memuat ide pokok yang telah ditentukan sebelumnya, akan tetapi terdapat beberapa kalimat penjelas yang tidak mendukung paragraf. Hal tersebut disebabkan karena kalimat tersebut mengandung ide pokok baru dalam paragraf yang sama. Unsur keterpautan atau penyatuan dalam suatu paragraf (koherensi) yang tampak dalam karangan siswa adalah kata hubung, kata ganti milik, serta kata ganti orang. Penggunaan unsur penyatuaan tersebut juga digunakan siswa pada setiap paragraf dalam karangan. Untuk pengembangan kalimat dalam paragraf yang dibuat oleh siswa SMAN 5 Malang juga terdapat beberapa kalimat yang kurang padu. Hal tersebut disebabkan karena kurang tepatnya peletakkan kalimat dalam paragraf, tidak memunculkan unsur koherensi antarkalimat, dan kalimat-kalimat tersebut mengandung ide pokok baru yang tidak mendukung paragraf. Perbandingan hasil pada ketiga aspek karangan antara siswa kedua sekolah tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek kesatuan gagasan (kohesi) karangan siswa non
5
Pasch dan siswa Pasch sudah memuat ide pokok yang diharapkan. Namun pada aspek kohesi, baik karangan siswa non Pasch maupun karangan siswa Pasch, dapat dikatakan masih kurang baik, karena beberapa karangan siswa dari kedua sekolah tersebut masih terdapat lebih dari satu ide pokok dalam satu paragraf. Pada koherensi karangan siswa dapat disimpulkan bahwa hubungan antarkalimat dalam karangan siswa dari kedua sekolah tersebut sudah sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan munculnya penggunaan kata hubung, kata ganti orang maupun kata ganti milik di setiap paragraf karangan siswa. Sementara itu pengembangan kalimat siswa non Pasch maupun siswa Pasch kurang tersusun dengan baik. Hal ini dibuktikan karena masih terdapat beberapa kalimat penjelas yang dituliskan oleh beberapa siswa dari kedua sekolah tersebut yang kurang mendukung ide pokok serta peletakkan beberapa kalimat yang kurang tepat dalam paragraf tersebut. Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar sebaiknya dalam membuat suatu karangan, siswa lebih memperhatikan kalimat yang ingin dituliskan dalam paragraf, agar kalimat-kalimat yang dituliskan oleh siswa nantinya tidak mengandung ide pokok baru dalam paragraf yang sama. Hal tersebut dapat disiasati dengan membuat kerangka karangan atau panduan berupa pertanyaan (Leitfragen) tentang apa saja yang ingin disampaikan dalam karangan siswa.
DAFTAR RUJUKAN Atarsemi, M.2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: PT. Angkasa. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: PT. Penerbit Nusa Indah. Parera, Jos Daniel.1988. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: PT. Erlangga. Soedjito dan Hasan, Mansur. 1990. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
6