KARAKTERISTIK PUISI KARYA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MALANG Elfitria Kusumawati1 Roekhan2 Heri Suwignyo2 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:
[email protected] ABSTRACT: This research aims to describe (1) caracteristic of tone, (2) diction, (3) theme, (4) message in poems by eigth graders SMPN 8 Malang. This research use describe qualitatif method. This research have to (1) tone is assonance, vocal rhyme, consonan rhyme, mesodiplosis; (2) diction is sigh and symbol; (3) theme is love and parents love; and (4) message to invinite readers to respectfull the beauty of lover and parents love. Key word: poem’s characteristic, graders SMP’s creation ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) karaktersistik bunyi, (2) diksi, (3) tema, dan (4) amanat pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuan penelitian (1) bunyi berupa asonansi, rima vokal, rima konsonan, dan mesodiposis; (2) diksi berupa lambang dan simbol; (3) tema berupa cinta lawan jenis dan kasih sayang orang tua; dan (4) amanat mengajak pembaca untuk menghargai indahnya kasih sayang seorang kekasih dan orang tua. Kata kunci: karakteristik puisi, karya siswa SMP
Puisi adalah karya seni sastra. Menurut Endraswara (2003:68), eksplorasi bahasa khas merupakan sarana menampilkan aspek keindahan yang optimal. Hal senada disampaikan oleh Aminuddin (1995:125) yang menyatakan bahwa intensitas ciri penggunaan bahasa dengan berbagai tujuan dan motif yang melatarbelakangi tidak dapat dilepaskan dari konteks. Dengan kata lain, karakteristik atau ciri khas karya sastra merupakan pengaruh estetis sebuah karya sastra berdasarkan konteks tertentu. Menurut Aminuddin (1995:147), penggunaan bunyi dalam karya sastra memiliki beberapa ciri sebagai berikut. (1) Paduan bunyi vokal dari kata yang berbeda, baik itu diikut oleh keonsonan yang sama atau berbeda dalam satuan larik yang sama disebut asonansi; (2) Perulangan satuan bunyi pembentuk kata dalam larik yang sama disebut mesodiplosis; (3) Paduan bunyi konsonan pada akhir kata dalam larik yang sama, baik itu diawali oleh vokal yang sama atu berbeda disebut onsonansi; (4) Paduan bunyi konsonan pada awal kata dalam satu larik yang sama disebt aliterasi. (5) Paduan bunyi konsonan pada akhir larik yang berbeda tetapi berurutan, baik itu diawali oleh vokal yang sama disebut rima. (6) Paduan bunyi vokal pada akhir larik yang berbeda tetapi berurutan, baik diawali oleh konsonan yang sama atau berbeda disebut sebagai rima vokal. Berdasarkan bentuk dan isi, diksi pada puisi dapat dibedakan menjadi lambang dan simbol (Aminuddin, 1987:140). Lambang pada puisi berupa kata tugas, kata dasar, dan bentukan. Kata simbol mengandung makna ganda (makna konotatif), sehingga untuk memahaminya seseorang harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata tersebut dengan 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2012 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
makna kata lain (analisis kontekstual). Tema merupakan pikiran penyair puisi. Pikiran seorang penyair merupakan dasar bagi puisi yang diciptakan. Sesuatu yang dipikirka itu meliputi berbagai macam permasalahan hidup, misalnya cinta kasih, kebahagiaan, kekecewaan, kesengsaraan hidup, keindahan lingkungan, ketidakadilan, kritik sosial, dan lain-lain. Permasalahan ini disusun dengan baik dengan ditambah oleh cita-cita, ide, gagasan, atau pendirian penyair (Jabrohim, dkk, 2001:65). Tema berkenaan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berkenaan dengan makna karya sastra. Jadi, amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat atau sering juga disebut pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Oleh karena itu, sikap dan pengalaman pembaca pun turut menentukan amanat sebuah puisi. Menurut Aminuddin (1995:127), hubungan karya sastra dari masa ataupun konteks sosial budaya berbeda bersifat relatif ditentukan oleh motif dan pilihan penyair, sedangkan penyair adalah individu yang memiliki dunia pengalaman dan pengetahuan yang dibentuk ruang dan waktu sesuai amannya. Hal itulah yang menentukan karakteristik karya sastra yang diciptakan seorang penyair pada masa Pujangga Baru dan ‘45. Dengan demikian, menulis puisi merupakan matapelajaran yang mampu mengaktifkan siswa untuk menggali dan meningkatkan potensi berpikiranya secara kritis, kreatif dan produktif melalui bahasa yang khas dan estetis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wulandari tahun 2009 berjudul “Karakteristik Puisi Siswa Kelas III SD Njanti II Kecamatan Papar Kab.Kediri” diketahui bahwa puisi siswa sekolah dasar memiliki karakteristik sebagai berikut: Penggunaan diksi terdiri atas kata konkret, simbol dan citraan; Kata konkret terdiri atas kata benda, kerja dan kata sifat. Penggunaan rima terdiri atas rima berpola dan tidak berpola; Penggunaan temamengenai lingkungan sekitar, pengalaman pribadi, perjuangan dan penghargaan kepada guru, serta tipografiyang digunakan berbentuk tradisional dan pengubahan pola tradisional. Berdasarkan beberapa kenyataan di atas, disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar memiliki bahasa puisi yang khas. Oleh karena itu, untuk melengkapi informasi kemampuan menulis puisi di tingkat sekolah menengah pertama perlu diadakan sebuah penelitian. Pada jenjang SMP kelas VIII semester 2 terdapat standar kompetensi menulis kreatif puisi. Berdasarkan KD 16.1 dan 16.2, kompetensi yang dicapai ialah siswa mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas menggunakan pilihan kata (diksi) yang sesuai dan menulis puisi dengan memperhatikan unsur persajakan (rima). Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian kompetensi menulis puisi dan tingkat kretivitas, kekritisan, serta produtifitas siswa dalam menanggapi fenomena di sekitar perlu diadakan suatu penelitian. Dengan demikian, seorang pendidik mampu mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas kemampuan menulis puisi yang sudah dicapai siswa. Bertolak dari pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bunyi, diksi, tema, dan amanat dengan judul “Karakteristik Puisi Karya Siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang”.
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Selain itu, penelitian yang mencari karakteristik bahasa karya sastra ini menggunakan analisis struktural semiotik. Instrumen penelitian ini berupa tabel analisis data. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 di Malang. Sekolah ini berada di jalan Arjuno 19 Malang. Sumber penelitian ini adalah teks puisi siswa kelas VIII G angkatan 2008/2009, kelas VIII H angkatan 2009/2010, siswa kelas VIII F angkatan 2011, dan siswa kelas VIII G angkatan 2011. Secara keseluruhan puisi kelas VIII yang menjadi data penelitian ini berjumlah 157 puisi siswa. Teknik mengambilan data digunakan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuai dengan tujuan penelitian (Siswanto, 2008:73). Oleh karena itu, pengambilan sampel sekitar 20 data dilakukan dengan acak. Walaupun demikian, sampel dipilih dengan pertimbangan data yang kaya akan diksi, bunyi, tema, dan amanat yang variatif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumen. Analisis puisi dilakukan dengan kajian struktural dan semiotik. Teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data ialah melalui perpanjangan keikutsertaan, kecermatan, ketekunanatau keajegan pengamatan, pemeriksaan melalui diskusi dengan dosen dan teman sejawat. Tahap penelitian yang dilakukan, antara lain: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pengumpulan data, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan hasil analisis, (5) tahap pengecekan keabsahan data, dan (5) tahap penulisan laporan akhir. Analisis data dilakukan dengan analisis struktural dan analisis semiotik. Menurut Teeuw (1984:135), analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetel, dan mendalam mungkin terkait dengan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Menurut Pradopo (2002:120), analisis struktural adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan penguraian bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur yang lain, bahkan juga berdasarkan tempat, dan struktur. Analisis semiotik adalah menganalisis sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya tersebut memiliki makna. Dalam pengertian tanda, ada dua prinsip pokok, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified) atau arti tanda. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda pokok, yaitu icon, indeks, dan simbol. HASIL Karakteristik Bunyi pada Puisi Karya Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Berdasarkan hasil analisis data, bunyi yang digunakan puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas lima jenis bunyi, yaitu asonansi: [a], [i], [u], [e], aliterasi: [m], [k], [s], [n],[d], [t], [g], [h], konsonansi [n], mesodiplosis: [kau], [kaulah], [engkau], [bagaikan], [doa], [kasih], [bersama], [surga], [yang], [janganlah], [malam], [di kala], [mungkin], [maaf], rima vokal: [ku], [mu], [nya], dan [ka], dan rima konsonan: [-an], [-ah], [-kan], [-at], [tang], [-ang], dan [-yang]. Berdasarkan klasifikasi diketahui bahwa bunyi yang paling banyak digunakan oleh puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah
perpaduan asonansi [a], [u], rima vokal berupa enklitika [-ku], [-mu], [-nya], rima konsonan [-an], dan mesodiposis pronomina [kau]. Jadi, bunyi yang jarang digunakan dalam puisi karya siswa sekolah menengah pertama tersebut adalah konsonansi. Konsonansi yang digunakan oleh siswa sekolah menegah pertama tersebut hanya [n] pada puisi 02, 12, 15, dan puisi 20. Dengan demikian dapat ditemukan bahwa puisi yang kaya akan penggunaan bunyi adalah puisi 02 “Langitmu” karya Ainun Robiatul A dan puisi 12 “Mata-mata” karya Dyah Sekarini. Karakteristik Diksi pada Puisi karya siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Berdasarkan analisis data, diksi yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas lambang dan simbol. Lambang yang digunakan siswa diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kata tugas dan kata dasar. Kata tugas terdiri atas konjungsi di, ke,dari, untuk, dengan, agar, karena, jika, tapi,akan, dan, namun, adalah, bila, seperti, bak, bagaikan, dan kata dasar berupa kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Berdasarkan analisis data, kata dasar yang dominan digunakan siswa sekolah menengah pertama tersebut adalah kata benda dan kata kerja. Sebanyak 13 puisi menggunakan kata benda dan 17 puisi menggunakan kata kerja, sehingga puisi tersebut memiliki makna denotatif. Selanjutnya, diketahui bahwa puisi yang menggunakan kata sifat hanya terdapat empat puisi, yaitu puisi 13, 15, 17, dan puisi 19. Simbol yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang, yaitu blank simbol, natural simbol dan privat simbol. Dari ketiga jenis tersebut, simbol yang dominan digunakan dalam puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah blank simbol. Blank simbol yang digunakan puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang, antara lain: meraih, impian, melangkah maju, menghantam rintangan, mengotori, menangis dalam hati, hatiku menangis, sendiri dalam keheningan, sepasang jejak tak bertuan, menggugahku mengarungi masa lampau, pagi, siang, bayanganku, kata, dunia, malamku, hilang, menyapa rindu, lambaian sayap, hati, suara hati, bidadari, sebutir debu, menemani hariku, lampu, ruang hati, jalan hidup, peluh, mataku, dll. Lambang dan blank simbol yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang tersebut memiliki makna sama seperti pada umumnya, yaitu merujuk pada makna yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mudah untuk dipahami. Namun, natural simbol dan privat simbol yang memiliki jumlah sedikit dibanding diksi yang lain, justru mampu menunjukan kekhasan dalam makna arena mengacu pada hal di luar kata tersebut. Oleh karena itu, diksi simbol tersebut dapat menunjukan keunikan penggunaan diksi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Natural simbol yang digunakan siswa sekolah menengah pertama tersebut adalah mentari, langit, bumi, tanah, angin, pepohonan, dedaunan, rembulan, dara putih, angin, matahari, samudra, sinar rembulan, bulan, kan kucoba raih bintang gumintang, kan kucoba raih sepercik air surga, tenggelam dalam lautan penyesalan. Dan, natural simbol yang dominan adalah penggunaan kata-kata benda antariksa, yaitu rembulan, matahari, dan bintang. Ketiga kata tersebut digunakan untuk mewakili seorang kekasih, ayah dan ibu pada puisi 02 “Langitmu” karya Ainun Robiatul A., 03 “Dirimu Indah” karya Emirza Rakasakti S., 10 “Ayah” karya Kurintya Dewitami, dan puisi 18 “Kasih Sayang Seorang Ibu” karya Dema Oktavia T..
Diksi yang digolongkan dalam privat simbol antara lain: alunan gerak, poros sendi, selendang hitam, mata pasir pedesaan, menempuh angin yang berlalu, lampu yang menerangi ruang hari, otakku tlah kau gantungkan, temboktembok, mengotak-ngotakkan kesempatan, pencakar langit, menghimpit kebebasan, berpuluh pasang mata bercadar. Penggunaan diksi tersebut merupakan kreasi dan inovasi yang berhubungan dengan bentuk dan makna yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Penggunaan privat simbol dapat ditemukan dalam puisi 02 “Langitmu” karya Ainum Robiatul A., 04 “Dara” karya Eric Gian A., 06 “Ibu” karya Alivia Rusti Safitri, dan puisi 12 “Mata-mata” karya Dyah Sekarini H.. Berdasarkan pemaparan tersebut, diketahui bahwa puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang miskin dalam penggunaan kata sifat, natural simbol, dan privat simbol. Karakteristik Tema pada Puisi Karya Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa tema puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas cinta, kasih sayang orang tua, kritik sosial, persahabatan, kemanusiaan, alam, patriotisme, dan tokoh idola. Puisi bertema cinta diklasifikasikan menjadi 2, yaitu pengalaman indah mencintai seseorang dan pengalaman menyedihkan berpisah dengan seseorang yang dicintai. Puisi bertema kasih sayang orang tua sebanyak lima puisi. Ketiga diantaranya adalah puisi bertema kasih sayang seorang ibu dan sebuah puisi yang bertema kasih sayang seorang ayah, serta satu puisi yang ditujukan untuk keduannya, yaitu untuk ayah dan ibu. Puisi bertema persahabatan, kemanusiaan, dan alam masingmasing terdapat dalam 2 puisi. Dan, tema puisi yang hanya terdapat dalam satu puisi adalah tema kritik sosial, patriotisme, dan tokoh idola. Berdasarkan hasil analisis, tema yang dominan pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah tema cinta. Sebanyak 6 atau 30 % dari seluruh jumlah yang ada memiliki tema cinta. Selanjutnya, tema yang dominan kedua adalah tema kasih sayang orang tua. Sebanyak 5 puisi atau 25% dari seluruh jumlah yang ada memiliki tema kasih sayang kepada seorang ibu dan ayah. Jadi, tema puisi yang tidak telalu diminati oleh siswa sekolah menengah pertama adalah tema kritik sosial, patriotisme, dan tokoh idola. Karakteristik Amanat pada Puisi Karya Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Berdasarkan tema puisi, amanat puisi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan tema yang ada. Dengan demikian, jika diklasifikasikan, puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas amanat untuk saling mengasihi dan mencintai, serta menghormati (persahabat, kekasih, dan orang tua, rakyat miskin), menghormati pahlawan, memelihara keindahan alam. Namun, amanat yang palig dominan adalah mengajak pembaca untuk kasih sayang yang sudah dimiliki antara lain dari teman lawan jenis atau kekasih dan orang tua. Amanat yang tidak dominan juga terdapat dalam tema puisi yang sedikit digunakan siswa, yaitu bertema kritik sosial, patriotisme, dan tokoh idola. Dengan demikian, disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang lebih pada persoalan pribadi dan kurang peka terhadap permasalahan
sosial, sehingga puisi yang diciptakan tidak banyak menanggapi dan mengajak untuk peduli terhadap persoalan yang ada di sekitar. PEMBAHASAN Karakteristik Bunyi pada Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Menurut Pradopo (2002:22), bunyi yang bersifat estetik menimbulkan keindahan dan tenaga ekspresif. Senada dengan hal tersebut, Waluyo (1987:89) mengklasifikasikan bunyi ke dalam lambang. Jadi, bunyi dalam sebuah puisi dapat melambangkan kesan dan makna untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan banyangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya. Senada denga itu, Aminudin (1995:128) menyatakan bahwa aspek bunyi dalam karya sastra dimanfaatkan untuk memberikan gambaran hubungan secara semantis, sintakmatis, maupun paradigmatis. Oleh karena itu, Aminuddin menyebut perpaduan bunyi tersebut sebagai manipulasi bunyi. Manipulasi bunyi terjadi pada puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, puisi siswa kelas VIII sekolah menegah pertama tersebut menggunakan bunyi yang cukup variatif. Dalam puisi tersebut terdapat 5 jenis manipulasi bunyi yang dipakai, antara lain: asonansi, aliterasi, konsonansi, mesodiplosis, dan rima. Berdasarkan temuan hasil, manipulasi bunyi yang yang muncul pada puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah perpaduan asonansi [a], [u], rima vokal berupa enklitika [-ku], [mu], [-nya], rima konsonan [-an], dan mesodiposis pronomina [kau]. Perpaduan asonansi /a/ dan /u/ menimbulkan suasana yang menyedihkan bercampur dengan suasana bahagia, sehingga suasana yang ditimbulkan terkesan susana kegundahan atau kegelisahan . Hal tersebut senada dengan Waluyo (1987:911) yang mengatakan bahwa dominasi bunyi /a/ menimbulkan suasana suka, sedangkan perpaduan bunyi /a/ dan /u/ memberi efek suasana kacau dan memberi kesibukan. Hal tersebut menimbulkan ketidakstabilan emosi pada penyair. Pernyataan tersebut sesuai dengan Mappiare (1982:60) yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk emosi yang nampak pada remaja awal, antara lain marah, malu, takut, cemas (anxienty), cemburu (jealoucy), iri hati (envy), sedih, gembira, kasih sayang, ingin tahu. Karena sangat dikuasai emosi, seseorang remaja cenderung tidak mampu menguasai emosi negatifnya. Berbeda dengan Rendra yang matang dalam berpikir menghasilkan puisi bernada bahagia dengan dominasi bunyi /i/ dalam puisi “Surat Cinta”, seperti: kutulis surat ini/ kala hujan gerimis/ bagai bunyi tabur mainan/ anak peri dunia yang gaib/ dan angin mendesah/ mengeluh dan mendesah. Selain itu, puisi siswa SMP Negeri 8 Malang menggunakan perpaduan aliterasi /m/ dan /t/ menggambarkan suasana konflik, tegang, dan cenderung mencekam yang disampaikan dengan sinis sinis oleh penyair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Waluyo (1987: 91) yang menyatakan bahwa bunyi /m/ yang dominan menciptakan memberikan efek adanya dengungan (echo), nyanyian, musik, dan kadang-kadang bersifat sinis, sedangkan bunyi /t/ mampu menciptakan suasana kacau. Dengan demikian, kesan yang ditimbulkan oleh manipulasi tersebut sesuai dengan Aminuddin (1995:129) yang menyatakan bahwa paduan bunyi secara paradigmatis itu secara asosiatif dapat menampilkan gambaran
hubungan secara simetris dan asimetris, sehingga pembaca dapat dengan mudah menafsirkan sebuah larik dalam puisi. Gravielle Stanley Hall (dalam Mappiare, 1982:32) menyatakan bahwa remaja yang mengalami perubahan emosi tersebut mengalami “storm and stress”. Remaja memiliki perasaan yang sangat peka karena di masa itu, seorang remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Hal tersebut terlihat dalam penggunaan rima vokal dan mesodiplosis yang menekankan subjek dan objek. Jadi, remaja sering berubah, seperti biasa bergairah bekerja menjadi lesu, gembira tiba-tiba menjadi sedih. Senada dengan itu, Mappiare (1982: 179), suasana tersebut merupakan kebahagiaan tingkat menengah yang terjadi pada hal mendapatkan teman baru, tepatnya lawan jenis. Namun, menurut Mappiare (1982:179) suasana kebahagiaan tingkat menengah ini mulai bertahan relatif lama. Kemungkinan besar, perubahan emosi yang terlihat cepat berubah-ubah tersebut disebabkan oleh perkembangan emosi pada remaja awal. Menurut Sunarto dan Hartono, (2002: 47), masa peralihan hidup anak dan dewasa ini mengakibatkan hidup yang cenderung gelisah. Hal tersebut terbukti dari penggunaan perpaduan bunyi /m/ dan /t/. Keadaan tersebut diakibatkan kondisi remaja yang belum dapat menguasai diri. Keinginan yang sering tidak terpenuhi di masa yang selalu ingin mencari wawasan pengetahuan dan pengalaman ini membuat bunyi yang dihasilkan mewakili kekecewaan akan kondisi remaja yang belum mampu melakukan berbagai hal baik. Hal senada diungkapkan oleh Aminuddin (1995:125) yang menyatakan bahwa pemilikan dunia pengalaman dan pengetahuan itu lebih lanjut juga sangat menentukan karakteristik karya sastra yang diciptakannya. Oleh karena itu, contoh, materi dan metode pengajaran yang digunakan seorang guru sangat berpengaruh dalam penciptaan karya sastra seorang siswa. Aminuddin (1995:127) menyajikan sebuah contoh, yaitu motif dan pilihan-pilihan seorang Chairil Anwar dipengaruhi oleh pengarang yang mendahului dan hidup sezamannya, seperti Marsman dan Nietszhe. Karakteristik Diksi pada Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan perasaan dan pikiran sastrawan (Pradopo, 2002:51). Oleh karena itu, melalui diksi yang digunakan, seorang pembaca mampu menebak perasaan yang ada dalam karya seseorang. Namun, dalam menyampaikan perasaannya, setiap penyair memiliki bahasa yang khusus. Dengan demikian, perlu adanya pengajian khusus pula pada bahasa karya seorang penyair. Menurut Waluyo (1987:72—78), membedakan perbendaharaan kata merupakan salah satu cara untuk memahami kekhasan sebuah puisi, sedangkan yang lain adalah dengan mengetahui kekhasan urutan kata, serta mengetahui daya sugesti kata. Berdasarkan paparan data di atas, diksi yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas lambang dan simbol. Lambang yang digunakan siswa diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kata tugas dan kata dasar. Simbol yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang, yaitu blank simbol, natural simbol dan privat simbol. Dari ketiga jenis tersebut, simbol yang dominan digunakan dalam puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah blank simbol.
Berdasarkan temuan penelitian di atas, penggunaan lambang dan blank simbol siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang cenderung abstrak dan dapat dijumpai dalam hidup sehari-hari. Menurut Pradopo (2002:53), penggunaan kata sehari-hari dapat memberi efek gaya yang realistis. Puisi realistis juga dapat menyampaikan seluruh pengalaman jiwa penyair, tapi penggunaan bahasa yang cenderung abstrak membentuk puisi menjadi baris yang tidak padat dan tidak puitis karena tidak menimbulkan imajinasi estetis (Pradopo, 2002:54). Oleh karena itu, penggunaan lambang dan blank simbol tidak dapat digolongkan dalam kekhasan diksi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Penggunaan natural simbol yang dominan adalah penggunaan kata-kata benda antariksa, yaitu rembulan, matahari, dan bintang. Menurut Mappiare (1982:51), pada masa remaja awal terjadi perkembangan fisik berupa mulai berkembangnya organ seks. Kematangan organ seks tersebut menjadi penyebab utama bagi seorang remaja mendekati lawan seks. Oleh karena itu, semua kata yang muncul cenderung mengacu pada perasaan cinta penyair kepada lawan jenis. Dengan demikian, makna yang melekat pada diksi tersebut tidak identik dengan makna yang diidealkan (arbitrer) dalam lambang kebahasaan itu sendiri. Penggunaan privat simbol yang hanya dapat ditemukan dalam puisi 02 “Langitmu” karya Ainum Robiatul A., 04 “Dara” karya Eric Gian A., 06 “Ibu” karya Alivia Rusti Safitri, dan puisi 12 “Mata-mata” karya Dyah Sekarini H.. merupakan gambaran tingkatan pemikiran yang unik. Menurut Aminuddin (1995:171), penggunaan privat simbol merupakan bentuk nyata dari pengubahan makna dalam simbol kebahasaan, kombinasi secara kreatif yang dimanipulasikan sesuai dengan tujuan dan motif kreator. Dengan demikian, penggunaan simbol tersebut merupakan kreasi dan inovasi yang berhubungan dengan bentuk dan makna yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Jika dihubungkan dengan konsep pemilahan figures model Du Marsais (dalam Aminudin, 1995:174), gejala penggunaan diksi pada puisi siswa sekolah menegah pertama tersebut merupakan bentuk figure of words. Figure of words menyangkut perihal pemilihan kata, pembentukan, penggunaan, dan penghubungan unsur kebahasaan berupa kata-kata dalam berbagai tataran. Jenis figures yang dimaksud meliputi figures of diction, figures of contruction, figures of repetition, dan tropes. Namun, berdasarkan diksi yang digunakan, siswa kelas VIII menggambarkan figures of diction. Figures of diction merupakan bentuk pemilihan kata-kata yang dapat membuahkan gagasan tertentu, nuansa pengertian lain, suasana tertentu, maupun berbagai kemungkinan efek lain sesuai dengan intensi penuturnya (Aminuddin, 1995:175). Bentuk kata tersebut dapat ditemukan pada penggunaaan kata langit yang dapat ditemukan pada puisi 02 “Langitmu” karya Ainun Robiatul A. Selain itu, puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang juga berkenaan gembaran figures of tropes. Figures of tropes merujuk pada apa yang disebut sebagai metafora, sinekdok, metonimi, dan lain sebagainya (Aminuddin, 1995:176). Berdasarkan paparan data di atas, puisi siswa kelas VIII tersebut menunjukan pada penggunaan metafora, personifikasi, dan hiperbola. Jika dihubungkan dengan unsur kebahasaan, gambaran tersebut terkait pemindahan ciri semantis karena terdapat beberapa kesamaan ciri semantis antarkata. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sutardji Colzoum Bachri. Beliau memiliki kata puisi yang khas seperti: ngiau, huss, puss, tiarap karap, burung paling sayap,
laut paling larut, tanah paling pijak, renyai, sangsai, ngilu, puri pura-puraku, anu, bajingan, bolong, mengotakatikkan, winka, sihka, berak, hyang, dll. Menurut Waluyo (1987:74), kata-kata yang dipilih Sutarji tersebut kurang bahkan tidak lazim digunakan dalam puisi Indonesia. Namun, kata-kata tersebut diberi makna, diberi makna baru, dan dipergunakan untuk mengungkapkan yang bersifat estetis. Jadi, kekhasan diksi pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang dapat ditemukan pada penggunaan privat simbol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang kurang kreatif dalam menggunakan diksi karena blank simbol yang muncul pada puisi sangat terbatas. Selain itu, terbatasnya perbendaharaaan kata tesebut menggambarkan terbatasnya ide atau gagasan yang diungkapkan. Hal tersebut sesuai dengan (Keraf, 2010:21) yang menyatakan bahwa pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Semua kata yang dikemas ke dalam sebuah puisi tidak lepas dari sebuah proses pembelajaran. Menurut Keraf (2010:67), selain proses belajar, perluasan kosa kata seseorang dipengaruhi oleh konteks, yaitu lingkungan yang dimasuki sebuah kata, kamus, dan analisis kata di mata pelajaran bahasa, maupun lainnya. Selain itu, kemampuan mental atau kemampuan berpikir remaja awal di usia 12—16 tahun mulai sempurna. Oleh karena itu, pengajaran seorang guru, baik dalam kaitanya dengan contoh, materi, dan metode memberi pengaruh yang sangat besar kepada puisi yang diciptakan oleh siswa. Senada dengan itu, Mappiare (1982:33) menyatakan bahwa remaja 12 tahun kemampuan menangkap informasi abstrak baru sempurna. Remaja 14 tahun mampu mengambil kesimpulan dan informasi abstrak. Menurut Sunarto dan Hartono, (2002: 84), kemampuan berpikir abstrak menunjukan perhatian seseorang kepada kejadian dan peristiwa yang tidak konkret, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup masyarakat, pilihan pasangan hidup yang terlalu cepat. Akibatnya, remaja sering menolak hal yang masuk akal. Namun, meraka juga menantang hal yang tidak punya alasan rasional. Tetapi, remaja cenderung ingin memiliki pemikiran orang dewasa yang masuk akal. Oleh karena itu, tahap remaja merupakan waktu yang baik untuk menunjukan konvensi sebuah karya, sehingga seorang mampu diarahkan untuk menemukan kekhasan yang dimilikinya. Namun, sebelum itu siswa harus memiliki variasi gambaran yang utuh mengenai karya puisi sebelumnya sebagai sarana perbendaharaan kata. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pembelajaran sastra di kelas. Dengan demikian, seorang guru memiliki peran yang sangat besar dalam menstimulus dan menggali kekhasan bahasa yang dimiliki oleh seorang siswa. Karakteristik Tema pada Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Menurut Waluyo (1987:106), tema merupakan gagasan pokok atau subjek matter yang dikemukakan oleh penyair. Kekuatan persoalan yang dihadapai penyair itulah yang menjadi landasan utama lahirnya tema sebuah puisi. Berdasarkan telaah puisi secara keseluruan dengan cermat, disimpulkan bahwa tema yang dominan pada puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah temacinta dan kasih sayang orang tua. Hal tersebut berarti perasaan sosok penyair kembali mengimajinasikan dan mengekspresikan diri, sehingga muncul tema kasih sayang dan permasalahan yang terjadi antarlawan jenis dan keluarga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan, Toto Sudarto Bactiar, tema kemanusiaan yang muncul banyak mengangkat rasa terharunya terhadap rakyat miskin, sedangkan tema cinta puisi Chairil Anwar berisi tentang kedukaan karena sebuah kegagalan dalam percintaan. Namun, puisi kemanusiaan yang cenderung ke persoalan cinta yang ditulis oleh siswa kelas VIII ini lebih pada perasaan cinta yang lebih bahagia. Secara umum, saat remaja awal, siswa mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kelanjar-kelenjar seks (gonads) remaja juga turut berkembang menjadi satu kesatuan yang integral dengan pertumbuhan fisik remaja. Menurut penelitian Jams dan Moore (dalam Mappiare, 1982:50), bertambahnya usia remaja seirama dengan kegiatan-kegiatan heteroseksual antarlawan jenis. Perkembangan perilaku seksual tergambar jelas dalam penggunaan diksi puisi. Penggunaan diksi menunjukan perkembangan fisik remaja berpengaruh pada pola berpikirnya. Hal tersebut tergambar melalui diksi yang digunakannya, yaitu menemani, memeluk, mencium, mencintai, dan menyayangi pada puisi 09 “Kasihku” karya Irma Aprilia. Penggunaan diksi aktif tersebut menunjukan permasalahan yang terjadi di tengah masa remaja, yaitu ketertarikan hubungan dengan lawan jenis. Oleh karena itu, tema yang muncul banyak berisi tentang kasih sayang kepada lawan jenis. Kenyataan yang muncul di tengah masa remaja awal adalah adanya istilah “cinta monyet”. Luapan kasih sayang yang diterima seorang remaja dan besarnya kebutuhan remaja akan kasih sayang juga terlihat dalam puisi bertema kasih sayang kepada keluarga yang dominan setelah puisi kasih sayang kepada lawan jenis. Konteks pergaulan yang semakin luas mendorong remaja mengajak remaja melihat permasalahan yang semakin kompleks. Dan, lawan jenis adalah sosok “kekasih dan sahabat” yang mampu memberi semangat. Hal tersebut senada dengan Mappiare (1982:61), yaitu salah satu cara atau usaha menemukan dan membongkar kekuatan emosi ialah dengan mengatakan kepada orang yang dipercayai atau orang yang dapat menunjukan gambaran persoalan yang dihadapi. Karakteristik Amanat pada Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Amanat yang disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi (Waluyo, 1987:130). Berdasarkan tema yang dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya, amanat yang dominan juga muncul pada puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah mengajak pembaca untuk saling mengasihi dengan tulus dan tidak menyakiti atau mengecewakan orang-orang di sekitar. Amanat yang melekat pada puisi siswa yang tergolong remaja awal dipengaruhi oleh keunikan kepribadian yang merupakan bentukan dari faktor dalam dan luar. Menurut Mappiare (1982:67), pembawaan (hereditas) yang melekat pada organisme, citra diri (self concept), dan lingkungan sosial berpengaruh pada kualitas dan kuantitasnya dalam membangun kepribadian yang unik. Ketiga faktor tersebut membuat remaja menyadari adanya sifat dan sikap sendiri yang baik dan yang buruk. Bebeda dengan puisi remaja, puisi kemanusiaan Toto Sudarto Bachtiar lebih menyoroti kehidupan dunia anak jalanan. Dilihat dari amanat yang disampaikan, puisi siswa kelas VIII dapat digolongkan menjadi puisi subjektif. Menurut Waluyo (1987:138), puisi subjektif yang juga bisa disebut puisi personal mengungungkapkan gagasan, pikiran,
perasaaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi tersebut mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Hal tersebut terlihat pada penggunaan kata ‘janganlah’ dan kata kerja, serta kata bentukan yang berkonfiks [ke-an] dan bersufiks [-kan], pertanyaan retoris, serta penggambaran dampak baik/ buruk menyugesti pembaca untuk menghargai martabat manusia dengan saling mengasihi dan mencintai. Barisan beberapa puisi juga menggambarkan dengan jelas betapa besar dampak perasaan kecewaan yang dialami oleh remaja karena sebuah penolakan cinta, sehingga kata-kata yang diluapkan menggambarkan emosi negatif penyair. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mappiare (1982: 58), sikap, perasaan emosi seseorang telah ada semenjak ia bergaul dengan lingkunganya. Timbulnya sikap, perasaan, emosi (negatif/ positif) merupakan produk pengamatan dari pengalaman individu secara unik dengan benda-benda fisik lingkungannya, orang tua dan saudara-saudaranya, serta pergaulan sosial yang lebih luas. SIMPULAN Berdasarkan paparan hasil analisis dan temuan hasil, karakteristik puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang disimpulkan bahwa bunyi, diksi, tema, dan amanat saling berkaitan. Karakteristik bunyi pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah perpaduan asonansi [a], [u], konsonansi [n], rima vokal berupa enklitika [ku], [-mu], [-nya], rima konsonan [-an], dan mesodiposis pronomina [kau]. Manipulasi bunyi yang tidak banyak terdapat dalam puisi karya siswa SMP adalah konsonansi, rima konsonan, dan rima vokal yang hanya berupa enklitika. Karakteristik diksi pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas lambang dan simbol. Lambang yang digunakan siswa diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kata tugas dan kata dasar. Kata tugas berupa konjungsi, sedangkan kata dasar terdiri atas kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Dari keempat jenis kata tersebut yang jarang digunakan siswa adalah kata sifat. Simbol yang digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang, yaitu blank simbol, natural simbol dan privat simbol. Dari ketiga simbol tersebut yang paling dominan adalah blank simbol, sedangkan simbol yang paling sedikit pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah privat simbol. Karakteristik tema pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang terdiri atas cinta, kasih sayang orang tua, kritik sosial, persahabatan, alam, patriotisme, dan tokoh idola. Tema yang dominan dalam puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang adalah tema cinta dan kasih sayang orang tua. Karakteristik amanat pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang selaras dengan tema yang dominan. Oleh karena itu, amanat yang dominan pada puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang mengajak pembaca untuk menyadari dan menghormati indahnya kasih sayang yang diberikan oleh seorang kekasih dan orang tua. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, disampaikan saran kepada (1) guru bahasa Indonesia: Berdasarkan kesimpulan di atas, diketahui bahwa puisi karya siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang kurang variatif dalam penggunaan manipulasi bunyi konsonansi, rima konsonan, rima vokal, kata sifat, dan privat simbol. Oleh
karena itu, guru harus menggunakan model atau contoh, materi, dan metode pembelajaran yang juga variatif, khususnya dalam aspek yang kurang, sehingga proses belajar sungguh-sungguh menjadi sarana bagi siswa untuk meningkatkan daya imajinasi dan krativitasnya. Dengan demikian, tema dan amanat pada puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang juga variatif; (2) peneliti lain: Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, diketahui bahwa perlu adanya penelitian lanjutan yang mampu mengarahkan siswa untuk mengolah emosi dalam bahasa puisi yang indah. Selain itu, karena penelitian karakteristik puisi masih dilakukan di tingkat SD dan SMP, maka perlu dilakukan penelitian di tingkat SMA. Dengan demikian, kelengkapan penelitian di semua tingkat pendidikan dapat memperkaya literatur bagi pembelajaran puisi siswa. Namun, peneliti harus mengetahui contoh atau model, materi, dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sastra, khususnya dalam menulis puisi. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset. Aminuddin. 1995. Stilistika.Semarang: IKIP Semarang Press. Endraswara, S. 2003. Metodologi Penelitian Sastra.Yogjakarya: Pustaka Widyatama. Jabrohim, Chairul A. dan Suminto A. Sayuti. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Keraf, G. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Pradopo, Rachmad D. 2002. Pengkajian Puisi. Yogjakarta: Gadja Mada University Press. Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Garsindo. Sunarto dan Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Waluyo, H. J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.