KARAKTERISTIK PUISI KARYA SISWAKELAS VIII AKSELERASI SMPN 5 MALANG
Nur’aini A. Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang karakteristik puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Hal ini dilakukan dengan alasan memberikan perhatian kepada puisi hasil karya siswa dan lebih mendekatkan realitas pembelajaran sastra khususnya puisi di sekolah. Cakupan masalah yang menjadi fokus penelitian tentang karakteristik puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang, yaitu (1) karakteristik penggunaan diksi, (2) karakteristik penggunaan gaya bahasa, (3) karakteristik pemilihan tipografi puisi, (4) karakteristik dalam penciptaan rima, dan (5) karakteristik dalam hal penentuan tema. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari puisi karya siswa dan peneliti sebagai instrumen inti penelitian. Untuk menjaring data, peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model alir yang diadopsi dari analisis data kualitatif Miles dan Huberman, yakni dengan langkah-langkah (1) pengumpulan data, (2) reduksi data yang terdiri dari identifikasi data, klasifikasi data, kodifikasi data, (3) penyajian dan penjelasan data, (4) penyimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang memiliki karakteristik tersendiri dilihat dari segi penggunaan diksi, penggunaan gaya bahasa, pemilihan tipografi, penciptaan rima, dan penentuan tema. Kata-kata kunci: karakteristik, puisi, karya siswa Puisi merupakan salah satu hasil karya sastra yang terdiri dari deretan kata-kata atau baris-baris kalimat yang menjelmakan perasaan pengarang. Hal ini senada dengan pendapat Ibrahim (1987:62) menyatakan puisi merupakan seni perkataan yang mesra dari pengarang yang mendapatkan inspirasi dengan mengumpulkan kata-kata untuk
menjelmakan perasaan yang bergelora dalam kalbunya. Selain merupakan deretan kata-kata, puisi juga dikuasai oleh pola persajakan yang memperhatikan pengaturan tekanan kata, suku kata, dan sajak atau rima, termasuk di dalamnya juga gaya bahasa. Pada perkembangan selanjutnya puisi sudah mengarah pada bentuk-bentuk
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 23
bebas dan meninggalkan keterikatanketerikatan pola-pola kesajakan. Puisi juga mengungkapkan bermacam-macam konflik, yaitu konflik manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan alam, manusia dengan masyarakat, dan manusia dengan kekuatan lainnya. Sayangnya pembelajaran menulis puisi di sekolah menengah pertama tidak mendapatkan alokasi waktu yang cukup. Pembelajaran apresiasi sastra pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diintegrasikan ke dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pembelajaran Bahasa Indonesia diberi alokasi waktu empat jam per minggu. Jika setiap keterampilan berbahasa diberi jatah satu jam, maka empat jam akan terbagi habis untuk mengajarkan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu guru harus pandai mengintegrasikan pembelajaran sastra ke dalam salah satu keterampilan berbahasa. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai tema serupa masih dipusatkan pada penelitian karyakarya besar dari pengarangpengarang terkenal. Oleh karena itu untuk lebih mendekatkan realitas pembelajaran sastra di sekolah, peneliti memilih melakukan penelitian langsung kepada peserta pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini berfokus pada siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Karakteristik puisi dalam penelitian ini meliputi unsur penggunaan diksi, gaya bahasa, tipografi, rima, dan pemilihan tema. Adapun dasar teori yang digunakan untuk penelitian ini antara lain puisi, diksi, gaya bahasa,
tipografi, rima dan tema. Pengertian puisi menurut Waluyo (1991:25) memberikan batasan tentang puisi yaitu karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan pengkonsentrasian stuktur fisik dan stuktur batinnya. Pengertian diksi, diksi diartikan sebagai pilihan kata untuk menyatakan sesuatu (Arifin dan Tasai,1989:45). Penelitian ini ada 4 jenis diksi yang dibahas disesuaikan dengan tujuan dan pembatasan masalah yaitu (1) pilihan kata umum dan pilihan kata khusus, (2) pilihan kata konkret dan pilihan kata abstrak, (3) pilihan kata denotasi dan pilihan kata konotasi, dan (4) pilihan kata lugas dan pilihan kata kias. Menurut Keraf (1994:89), penggolongan kata umum dan kata khusus ini dibedakan berdasarkan luas atau tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Hal ini senada dengan pendapat Soedjito (1992:41) yang menyatakan bahwa kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit atau terbatas ruang lingkupnya. Menurut Keraf (1994:94), kata kongkret (adaptasi dari kata indria) adalah penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalamanpengalaman yang diserap oleh pancaindera yaitu serapan indera penglihatan, pendengaran, peraba dan penciuman. Selanjutnya, dikatakan bahwa kata abtrak merupakan kata yang terbentuk sebagai akibat dari konsep yang tumbuh dalam pikiran, bukan mengacu pada hal yang kongkret. Hal in sesuai dengan pendapat
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 24
Soedjito (1992:39). Berkaitan dengan makna denotasi dan konotasi Soedjito (1992:53-54) menyatakan bahwa makna denotatif (referensial) adalah makna yang merujuk langsung pada acuan atau makna dasarnya, sedangkan makna konotatif (evaluasi/emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa/gambaran tertentu. Soedjito (1992:56) menyatakan bahwa lugas (sebenarnya) adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang bersangkutan, sedangkan makna kiasan (figuratif) adalah makna yang referennya (yang acuannya) tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan. Pengertian gaya bahasa, Tarigan (1986:5) menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan/mempengaruhi penyimak dan pembaca. Selanjutnya dikatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan cara memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dalam penelitian ini, ada 4 jenis gaya bahasa yang dibahas disesuaikan dengan tujuan dan pembatasan masalah yaitu: (1) gaya bahasa simile, (2) gaya bahasa metafora, (3) gaya bahasa personifikasi, (4) gaya bahasa repetisi. Keraf (2007:138) menyatakan simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Keraf (1996:139) menyatakan bahwa
metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Sementara itu, Soedjito (1992:114) menyatakan bahwa metafora adalah perbandingan yang singkat dan padat, dinyatakan secara implisit dan langsung. Menurut Soedjito (1992:115), personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda-benda tak bernyawa seolaholah memiliki sifat insani (seperti manusia). Sejalan dengan pendapat tersebut, Keraf (1996:140) menyatakan bahwa personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barangbarang yang tidak bernyawa seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Keraf (2007:135) menyebut dengan hiperbol, yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesarbesarkan sesuatu hal. Berkaitan dengan majas repetisi ini, Keraf (1994:127) menyatakan bahwa repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Selanjutnya, Keraf mengatakan bahwa pada prinsipnya repetisi didasarkan pada tempat kata yang diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. Pengertian tipografi, menurut Aminuddin (2011:146-147) tipografi adalah cara penulisan puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual. Pengertian rima ialah pengulangan bunyi yang sama. Senada dengan pengertian dalam
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 25
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:841) disebutkan rima ialah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Jenis-jenis rima menurut Ibrahim (1987:137-139) memilah rima menjadi dua macam, yaitu (a) berdasarkan bunyi yang terdiri dari (1) rima sempurna, yaitu bila seluruh suku kata akhirnya berima sama; (2) rima tak sempurna, yaitu bila yang berima hanya sebagian suku akhir; (3) aliterasi, yaitu yang berima hanya bunyi awalnya saja; (4) asonansi, yaitu bila bunyi vokal yang menjadi rangka kata sama; (5) disonansi, yaitu bila yang sama bunyi konsonannya; (b) berdasarkan letak kata-kata dalam baris kalimat terdiri dari (1) rima awal, (2) rima tengah, (3) rima akhir. Pengertian tema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1029) dipaparkan tema berarti pokok pikiran dan dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak, dan sebagainya). Waluyo (1987:106) menyatakan tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Siswanto (2008:124) juga menyatakan bahwa tema merupakan sebuah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang karakteristik yang dimunculkan pada puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Dan manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik puisi karya siswa kelas VIII
Akselerasi SMPN 5 Malang. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat pada kajian ilmu tentang diksi, gaya bahasa, tipografi, rima, dan tema dari aspek penggunaan yang sesungguhnya yaitu pembelajaran apresiasi puisi, juga dapat digunakan bahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, bahan pembaca untuk lebih memahami puisi, dan bagi peneliti lain, sebagai sumber inspirasi pengembangan penelitian. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini ditujukan untuk mencari karakteristik puisi karya siswa. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen kunci dan kehadirannya sangat diperlukan dan berperan sebagai pengamat penuh dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid. Peneliti juga menggunakan tabel sebagai instrumen pendamping atau pengumpul data yaitu: tabel untuk mengidentifikasi data berupa tabel penyajian data dan tabel 2 digunakan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan data yang berupa: aspek penggunaan diksi, aspek gaya bahasa, aspek tipografi, aspek penggunaan rima, dan aspek pemilihan tema berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun setting penelitian ini adalah teks puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Puisi karya siswa ini terdapat pada majalah dinding dan hasil karya siswa dalam proses pembelajaran puisi di kelas. Waktu pengambilan data dilaksanakan antara bulan Juli sampai dengan bulan November 2013. Data penelitian ini berupa
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 26
diksi, gaya bahasa, tipografi, rima, dan tema yang terdapat pada barisbaris kalimat dalam bait-bait puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Sumber data penelitian ini adalah puisi-puisi hasil karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang, baik yang dipasang di majalah dinding sekolah antara bulan Juli sampai dengan bulan November 2013 maupun puisi yang diciptakan siswa saat pembelajaran sastra di kelas pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sepanjang penelitian berlangsung dengan teknik dokumentasi, karena data penelitian berupa data tertulis dalam bentuk puisi. Langkah-langkah pengumpulan data penelitian ini dimulai dari: (1) membaca puisipuisi yang ditelaah sesuai dengan kebutuhan; (2) memilah data berupa diksi, gaya bahasa, tipografi, rima, dan tema sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan; (3) menandai bagian data yang diduga sebagai data ;(4) mengeluarkan teks atau data dari naskah asli; (5) memasukkan data ke dalam tabel pengumpul data yang telah disediakan; (6) memberi kode pada data. Teknik analisis data didasarkan pada pendapat Miler & Huberman (1992) yang terbagi dalam tiga tahap yaitu (1) tahap pereduksian data, (2) tahap paparan data, dan (3) tahap penarikan simpulan dan verifikasi. Pereduksian data dilakukan dengan cara data yang telah terkumpul dilakukan penyeleksian data, pengklasifikasian data sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan untuk memilah data sesuai dengan
rumusan masalah agar memudahkan analisis data berdasarkan kerangka teori yang telah dibahas. Proses selanjutnya adalah analisis paparan data dilakukan secara deskriptif hasil analisis data kemudian menginterpretasi data. Dalam hal ini, peneliti mengajak teman sejawat untuk membahas hasil penarikan simpulan. Kemudian agar diperoleh temuan dan interpretasi yang sah dan valid, diperlukan pengecekan data dan analisisnya (Mistar, 2010:22). Pengecekan temuan dilakukan dengan menggunakan model alir dan model interaktif (trianggulasi). Adapun prosedur penelitian ini: pertama adalah tahap pra lapangan yaitu (1) mencari buku sumber sebagai bahan telaah, (2) menyusun rancangan penelitian, (3) mengkaji pustaka menyusun kerangka teori, (4) membuat kisi-kisi instrumen pembantu untuk menjaring data; tahap yang kedua yaitu pelaksanaan yaitu (1) mengumpulkan data, (2) menyeleksi dan mengategorikan data (3) menganalisis dan merefleksikan data, (4) mendiskusikan/mengkonfirmasikan hasil analisis, dan (5) menata hasil analisis; kemudian tahap yang ketiga yaitu tahap penyelesaian dengan melakukan (1) penyusunan draf laporan, (2) penulisan laporan, dan (3) penjilidan laporan. HASILPENELITIAN DAN BAHASAN Berdasarkan analisis data yang terkumpul, diperoleh hasil tentang aspek pemilihan diksi pada puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Aspek tersebut yaitu (1) pilihan kata umum dan pilihan kata khusus, (2) pilihan kata
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 27
konkret dan pilihan kata abstrak, (3) pilihan kata denotasi dan pilihan kata konotasi, dan (4) pilihan kata lugas dan pilihan kata kias. Penggunaan Diksi dalam Puisi Karya Siswa Dalam puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang yang menggunakan pilihan kata umum dan kata khusus seperti pada kutipan berikut. Ketika ku berkendara Kulihat jalan raya Begitu ramai keadaannya Mobil, motor tak ada bedanya Saling terobos menantang bahaya (Puisi ke-61) Pilihan kata berkendara, kulihat, dalam kutipan puisi ke-61 di atas merupakan pilihan kata pengarang yang menggambarkan kata umum yaitu kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata mobil, motor, terobos, merupakan kata-kata yang sempit cakupan maknanya yang digunakan pengarang sehingga bisa juga disebut dengan kata khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984:89) dan pendapat Soedjito (1992:41). Dalam puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang ada yang menggunakan pilihan kata konkret dan kata abstrak seperti pada kutipan berikut. Ku lihat dari kejauhan Langit biru nan luas Membuat mata yang memandang merasa sejuk dan segar Awan putih di depan langit biru Bagai benda suci yang tak pernah terkena najis
Bagai sutra yang amat halus (Puisi ke-112) Kutipan puisi tersebut memberikan gambaran bahwa katakata seperti langit biru, awan putih, merupakan kata-kata kongkret yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan idenya dengan merujuk kepada obyek yang dapat ditangkap atau diserap oleh pancaindera sebagai wujud imajeri dari pengalaman atau kejadian yang sesungguhnya. Dan kata-kata seperti sejuk dan segar, merupakan katakata abstrak yang mempunyai rujukan berupa konsep atau pengertian. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Keraf (1994:94) dan Soedjito (1992:39). Hal ini merupakan kreatifitas pengarang dalam berimaji untuk membuat puisi yang diciptakan menjadi hidup. Dalam puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang ada yang menggunakan pilihan kata bermakna denotasi dan kata bermakna konotasi seperti yang terdapat pada kutipan puisi berikut ini. Pintu gerbang itu jadi tujuanku tiap pagi Ruang kelas di ujung atas itu adalah rumah kedua bagiku Bangku depan dekat pintu adalah sandaranku sehari-hari Kantin paling pojok jadi hiburan perut laparku (Puisi ke-114) Kutipan puisi di atas dapat digambarkan bahwa kata-kata seperti, pintu gerbang, ruang kelas, bangku depan, yang digunakan pengarang merupakan kata-kata bermakna denotatif yang merujuk
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 28
langsung pada acuan atau makna dasarnya, Dan kata-kata seperti rumah kedua, kantin, hiburan perut laparku, merupakan kata-kata yang bermakna konotasi positif karena memiliki makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa lebih baik. Hal ini berdasarkan teori Soedjito (1992:53-54) yang menyatakan bahwa makna denotatif (referensial) adalah makna yang merujuk langsung pada acuan atau makna dasarnya, sedangkan makna konotatif (evaluasi/emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa/gambaran tertentu. Dalam karya puisi siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang juga ada yang menggunakan pilihan kata lugas dan kata kias seperti pada kutipan berikut. Sahabatku adalah tetesan embun pagi yang jatuh membasahi kegersangan hati hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari dalam kesejukan (Puisi ke-109) Kutipan puisi di atas memberikan gambaran bahwa kata sahabat merupakan kata bermakna lugas. Sedangkan pada kata tetesan embun pagi, membasahi kegersangan hati, menyuburkan seluruh taman sanubari, merupakan kata bermakna kias karena kata tersebut lazimnya mengacu pada yang bukan manusia diterapkan pada manusia (sahabat). Akibatnya timbullah makna kiasan (figuratif). Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjito (1992:56) yang menyatakan bahwa lugas (sebenarnya) adalah makna yang acuannya cocok dengan
makna kata yang bersangkutan, sedangkan makna kiasan (figuratif) adalah makna yang referennya (yang acuannya) tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Puisi Karya Penggunaan gaya bahasa simile terdapat pada kutipan puisi berikut. Temanku ... Kau adalah penerangku Bagaikan lampu yang menerangiku Kau adalah pelindungku Bagai baju baja yang melindungi tubuhku (Puisi ke-22) Penggunaan gaya bahasa simile pada kutipan puisi tersebut terdapat pada larik yang ditandai dengan kata bagaikan yaitu larik Kau adalah penerangku Bagaikan lampu yang menerangiku dan bagai pada larik Kau adalah pelindungku Bagai baju baja yang melindungi tubuhku. Pengarang dalam puisi tersebut menyatakan sesuatu (Kau) sama dengan hal lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (2007:138) yang menyatakan simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Puisi karya siswa yang memiliki gaya bahasa simile yang lain juga senada seperti contoh di atas, sehingga gaya bahasa simile yang digunakan siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang bersifat asosiatif sesuai dengan pendapat Sayuti (1985:32). Penggunaan gaya bahasa metafora terdapat pada kutipan puisi berikut.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 29
Teriknya sang raja siang serasa menusuk diri Tetesan air hujan menghujam buruh tani tanpa henti Tapi para buruh tani akan tetap bertahan diri (Puisi ke-16) Gaya bahasa metafora pada kutipan puisi tersebut terdapat pada larik kelima pada kata sang raja siang. Pengarang dalam puisi tersebut membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1996:139) dan Soedjito (1992:114) yang menyatakan bahwa metafora adalah perbandingan yang singkat dan padat, dinyatakan secara implisit dan langsung. Puisi karya siswa yang menggunakan gaya bahasa metafora selalu bersifat asosiatif. Penggunaan gaya bahasa personifikasi terdapat pada kutipan puisi berikut. Bulan... Bersinar kau menghiasi tidurku Gemerlap cahayamu menemani malam ku Kau yang selalu senantiasa menemaniku Dan selalu tersenyum padaku (Puisi ke-26) Penggunaan gaya bahasa personifikasi pada kutipan puisi karya siswa tersebut sangat signifikan dalam menggambarkan bulan seolah-olah memiliki sifat insani (seperti manusia). Hal ini seperti yang dinyatakan Soedjito (1992:115). Penggunaan gaya bahasa Hiperbola terdapat pada kutipan puisi berikut. Ku berlari Terus berlari
Meskipun peluh mengalir tanpa henti Bercucuran begitu derasnya Ku tetap berlari Lelah aku berlari Badan serasa remuk tak berdaya Namun harus tetap kujalani Tapi, Semua ini demi kebugaranku sendiri (Puisi ke-34) Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada kutipan puisi ke-34 tersebut, pengarang menggambarkan dirinya berkeringat diungkapkan secara berlebihan pada larik Meskipun peluh mengalir tanpa henti. Bercucuran begitu derasnya. Begitu juga pada larik Badan serasa remuk tak berdaya, pengarang juga mengungkapkan badannya sangat lelah dengan cara melebih-lebihkan. Hal ini dilakukan pengarang untuk meyakinkan pembaca agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (1987:85). Dengan demikian gaya bahasa hiperbola yang digunakan pengarang cenderung bersifat konvensional yang menunjukkan tingkatan, artinya menggunakan kata-kata atau pernyataan yang melebih-lebihkan dengan maksud menyangatkan makna yang menunjukkan tingkatan. Penggunaan gaya bahasa repetisi yang menggunakan pengulangan dalam satu larik terdapat pada kutipan puisi karya siswa berikut ini. Dingin, dingin, dingin, dan dingin (Puisi ke-28) Bencana oh bencana (Puisi ke-38)
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 30
Pada contoh puisi di atas terlihat bahwa kata dingin dan bencana, sudah, mengalami pengulangan. Pengulangan kata tersebut ada yang diulang dua kali bahkan ada yang diulang hingga empat kali dalam satu larik/satu kalimat menggambarkan adanya repetisi yang bersifat langsung (epizenkis), artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Pengulangan dalam dua larik didapati juga dalam puisi siswa berikut ini. Rasa lelah ini mulai terasa saat melewati putaran ke – 10 Kaki ini terasa kaku, lemas dan tak berdaya (Puisi ke-30) Pada contoh kutipan puisi di atas terlihat repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada awal, tengah, dan akhir larik atau kalimat berurutan. Begitu juga pengulangan dalam tiga larik, empat larik, bahkan ada yang lima larik yang digunakan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat pada puisi berikut ini. Bersama ibu kau merawatku Bersama ibu kau bagaikan raja dan ratu Bersama ibu kau berbagi kasih sayang untukku Bersama ibu kau mencari nafkah untukku (Puisi ke-75) Pengulangan dalam puisi di atas menggunakan anafora yaitu repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris/ kalimat berikutnya, yakni perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat.
Pengulangan pada beberapa kutipan puisi karya siswa sesuai dengan pendapat Keraf (1994:127). Penggunaan gaya bahasa repetisi pada puisi karya siswa tersebut umumnya dapat dikategorikan memiliki kesejajaran maksud (sederajad) maknanya pada kata-kata yang diulang, inilah yang menjadi karakteristik puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Penggunaan Tipografi dalam Puisi Karya Siswa Tipografi puisi yang digunakan siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang ada beberapa macam. Secara umum ada empat tipografi puisi karya siswa yang ditulis yaitu (a) puisi tiga baris dalam satu bait, (b) puisi empat baris dalam sebait (c) puisi lima baris dalam sebait, (d) puisi kombinasi dari tiga baris, empat baris, dan seterusnya dalam sebait, dan (d) puisi dalam bentuk gambar sesuai dengan ilustrasi/tema. Tipografi puisi karya siswa cenderung ditulis dalam larik-larik yang membentuk bait dan penulisan bait-baitnya ada yang lurus, ada yang bertekuk, ada juga yang bebas. Bentuknya cenderung bait pertama ditulis dari tepi dan bait selanjutnya menjorok ke dalam. Bentuk bertekuk inilah yang sering dijumpai dalam puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Contoh tipografi puisi karya siswa yang cenderung ditulis dalam larik-larik yang membentuk bait misalnya empat baris dalam satu bait seperti puisi berikut ini.
Kipas Angin Oleh Dhiemas Apta A
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 31
Kau terus berputar Ku rasakan angin berhembus Angin sejuk bagaikan pohon menyejukkan dunia Kau menyejukkan saat gerahku Kau menghilangkan kegerahan dan rasa panas diri ini Rasanya seperti api yang dipadamkan oleh sejuknya air Kau terus meniupkan angin Dingin, dingin, dingin, dan dingin Aku tak dapat menahan gerahku tanpamu Aku selalu membutuhkanku Aku tak bisa menbayangkan hidupku tanpamu Terima kasih telah menyejukkanku
(Puisi ke-28)
Tipografi puisi tersebut terdiri satu pokok pikiran yang memberikan dari larik-larik yang membentuk bait. jawaban kepada larik/bait Setiap bait terdiri dari empat larik. sebelumnya. Larik ditulis lurus dari tepi kiri dan Adapun tipografi puisi karya pergantian antar bait diberi jarak, siswa yang lain bentuknya larik/bait yang ditulis menjorok ke bebas/puisi kombinasi bahkan ada tengah halaman, dan larik/bait yang yang menggunakan tipografi yang ditulis menepi. Penulisan larik/bait tidak mempedulikan bait (tipografi yang lurus, menjorok, menepi bebas) yang berupa bentuk gambar tersebut membentuk hubungan ilustrasi seperti pada puisi karya kausal dan setiap bait mengandung siswa berikut ini. Kesepianku Oleh I Made Rama Ini Adalah Sebuah puisi Puisi tentang kesepianku Kesepianku yang ada di hatiku Hatiku yang selalu merasa kesepian Kesepian karena tak ada apapun dalam diriku Diriku yang kosong karena tak ada seorang teman Seorang teman yang selalu menemaniku di setiap hariku Hariku yang sepi, sunyi, tanpa suara apapun seperti kuburan Kuburan hatiku adalah inti dari kesepianku yang mendalam di hidupku Di hidupku, kesepian bagaikan hantu yang ada di malam hari Hari di saat aku merasa kesepian karena merasa sendiri Sendiri tanpa teman, sahabat, apapun atau siapapun Siapapun yang pernah merasa sendirian Sendirian itu tak punya teman Tanpa teman itu kesepian NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 32
Kesepian itu adalah Judul puisi Ini (Puisi ke-51) Dilihat dari tipografinya, karya siswa tersebut cenderung menggunakan tipgrafi bebas. Bentuknya cenderung tidak terikat dengan bait dan baris yang terdapat pada penulisan puisi. Dilihat dari bentuk tipografi pada puisi di atas pengarang sengaja menampilkan bentu-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual seperti yang dinyatakan Aminuddin (2011:146147). Tipografi ini berfungsi sebagai alat untuk menciptakan nuansa makna, suasana tertentu, juga berperan dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair Penggunaan Rima dalam Puisi Karya Siswa Adapun rima yang ditemukan dalam puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang yaitu rima sempurna yang terdapat pada penggalan puisi berikut. Aku rela jadi buruhmu asal bisa membantumu Aku rela jadi budakmu asal bisa meringankan tugasmu Aku rela jadi badutmu asal bisa membuat senyum di pipimu Tapi itu semua tetap tak cukup untuk membalas jasamu (Puisi ke-18) Penggunaan rima pada puisi ke18 menyamakan suku akhir setiap larik yaitu /mu/. Karena setiap larik bersuku akhir /mu/ maka puisi tersebut menggunakan jenis rima
sempurna. Selanjutnya, kecenderungan rima puisi karya siswa adalah rima tidak sempurna. Hal ini dapat dilihat dari penggalan puisi berikut ini. Kokok ayam mulai terdengar di belahan bumi Bersaut sautan menyambut datangnya pagi Di ufuk timur sang fajar mulai menampakkan diri Tanda psagi telah menghampiri bumi (Puisi ke-1) Puisi ke-1 suku akhir larik pertama /mi/, larik kedua /gi/, larik ketiga /ri/ dan larik keempat /mi/. Pada larik pertama dan keempat bersuku akhir sama tetapi pada larik kedua dan ketiga bersuku akhir tidak sama, yang sama hanya bunyi akhirnya yaitu /i/. Dengan demikian pengarang menggunakan rima tidak sempurna seperti yang dinyatakan Ibrahim (1987). Selain itu, puisi siswa didapati juga berima disonansi seperti penggalan puisi berikut ini. Ada kapak ada kapuk Kapak sekeras kapuk Kapuk sekeras kapak Kupunya kapak Kupunya kapuk Sekarang kapak Besoknya kapuk (Puisi ke-45 ) Pada penggalan puisi ke-45 terdapat rima disonansi yaitu bila yang sama bunyi konsonannya /kapak kapuk/. Dengan demikian pengarang menggunakan rima
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 33
disonansi/konsonansi seperti yang dinyatakan Ibrahim (1987). Berdasarkan letak kata-kata, puisi karya siswa didapati ada yang mempunyai rima awal, tengah, dan akhir. Contoh berikut ini penggalan puisi berima awal. Ketika aku terbangun, aku memulai hariku Ketika aku tertidur. Aku mengakhiri hidupku Ketika aku berangkat, aku meninggalkan rumahku Ketika aku pulang. Aku kembali ke rumahku (Puisi ke-50) Puisi ke-50 tersebut mempunyai rima awal. Hal ini dapat dilihat dari persamaan bunyi pada kata ketika aku yang terletak pada kata-kata di awal larik/ kalimat.
Pemilihan Tema dalam Puisi Karya Siswa Tema-tema yang digunakan dalam puisi dapat bermacam-macam. Pada puisi yang ditulis siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang, tema atau ide puisi dapat diambil dari hal-hal yang berada di sekitar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, puisi karya siswa mengandung 10 tema antara lain (a) kehidupan, (b) keluarga, (c) persahabatan, (d) alam, (e) pendidikan, (f) keagamaan, (g) kepahlawanan/ patriotik, (h) perpisahan, (i) penyesalan, (j) percintaan. Salah satu contoh puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang yang mengangkat bermacam-macam tema, misalnya tema keluarga seperti yang terdapat pada puisi berikut.
Keluarga Oleh Berliana Maduratna I Ayah, bunda dan kakak tersayangku, Bertahun-tahun telah berlalu, Hari-hari kulalui tanpa hadirmu di sisiku, Tahukah kalian apa hari yang paling aku tunggu? Hari itu adalah hari di mana kita semua berkumpul seperti dahulu, Tahukah kalian, dalam diamku, Aku selalu ingin mengatakan sesuatu, Sesuatu yang terdengar aneh untukku, Aku menyayangimu, Aku sadar aku tidak harus mengatakannya, Tapi, aku hanya ingin kalian mengetahuinya, Aku hanya ingin kita bersama, Seperti keluarga lainnya, Apa hanya aku yang merasakannya? Apa hanya aku yang merasakan kesepian? Apa hanya aku yang merasa sangat jauh dari kalian?
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 34
Hingga saat ini, aku tidak tahu, Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk membawa kalian kembali padaku, Dalam kesedihanku, aku tetap menunggu, Menunggu, menunggu, dan terus menunggu Hingga kalian kembali padaku dan memelukku. Puisi di atas yang bertema keluarga cenderung mengungkapkan perasaan pengarang terhadap keberadaan ayah dan ibu sebagai orang tua. Dalam puisi tersebut pengarang mengungkapkan harapannya yang kuat terhadap keluarga yang disayanginya karena pengarang ingin selalu bersamanya. Dengan demikian pengarang mengungkapkan gagasan pokok/idenya melalui puisi ciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (1987:106) dan juga Siswanto (2008:124) yang menyatakan bahwa tema merupakan sebuah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini, akhirnya dapat disimpulkan bahwa puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMP Negeri 5 Malang memiliki karakteristik tersendiri dalam hal: (1) penggunaan diksi, (2) penggunaan gaya bahasa, (3) perwajahan/tipografi puisi, (4) penggunaan rima, dan (5) pemilihan tema. Karakteristik dalam penggunaan diksi pada puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang sudah menggunakan diksi yang bervariasi. Diksi yang bervariasi tersebut yaitu menggunakan (1) pilihan kata umum dan pilihan kata khusus, (2) pilihan kata konkret dan pilihan kata abstrak, (3) pilihan kata
denotasi dan pilihan kata konotasi, dan (4) pilihan kata lugas dan pilihan kata kias.. Pilihan kata yang digunakan dominan memiliki imaji dan imajeri yang kuat sehingga membuat puisi yang diciptakan menjadi hidup dan bergerak dan inilah yang menjadi ciri khas puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Karakteristik dalam penggunaan gaya bahasa, siswa kelas VIII Akselerasi SMP Negeri 5 Malang cenderung menggunakan gaya bahasa yang bervariasi antara lain (1) gaya bahasa (majas) kiasan yaitu simile yang bersifat asosiatif, metafora, dan personifikasi; (2) gaya bahasa retoris, yaitu hipérbola yang menunjukkan tingkatan; (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, yaitu repetisi yang memiliki kesejajaran maksud (sederajad) maknanya pada kata-kata yang diulang, inilah yang menjadi karakteristik puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang. Karakteristik dalam penggunaan tipografi puisi, ada empat tipografi puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang yang ditulis yaitu (a) puisi tiga baris dalam satu bait, (b) puisi empat baris dalam sebait (c) puisi lima baris dalam satu bait, (d) puisi kombinasi dimulai dari tiga baris, empat baris, dan seterusnya, dan (e) puisi bebas dalam bentuk gambar sesuai dengan ilustrasi/tema.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 35
Karakteristik dalam pemilihan rima, puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang cenderung menggunakan dua jenis rima yaitu rima sempurna dan rima tak sempurna. Dari kedua jenis tersebut, jenis rima tak sempurna lebih dipilih siswa. Selain itu menggunakan aspek bunyi euphony untuk melukiskan perasaan senang, gembira dan bunyi cacophony untuk mengungkapkan rasa sedih dan syahdu. Karakteristik dalam pemilihan tema disimpulkan bahwa puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang mengandung sepuluh tema, yaitu: (a) kehidupan, (b) keluarga, (c) persahabatan, (d) alam, (e) pendidikan, (f) keagamaan, (g) kepahlawanan/ patriotik, (h) perpisahan, (i) penyesalan, (j) percintaan. Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah tesis ini dapat bermanfaat untuk perkembangan sastra baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: (1) Bagi pembaca, analisis/kajian sastra khususnya puisi dalam penelitian ini hendaknya mampu memperkaya khasanah tinjauan sastra sebagai salah satu wujud budaya yang berpengaruh terhadap kehidupan pembaca agar menjadi manusia berbudaya; (2) Bagi guru, hendaknya bisa menambah keluasan materi pembelajaran apresiasi puisi; (3) Bagi para pengarang, dengan penelitian ini pengarang dapat menciptakan karakteristik puisi tersendiri sehingga akan memunculkan teori baru dalam bidang sastra; (4) Bagi para peneliti yang lain, penelitian ini dapat
dijadikan sumber inspirasi acuan penelitian selanjutnya.
atau
DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran bahasa Indonesia untuk SMP dan M Ts. Jakarta : Depdiknas. Ibrahim, Abd. Syukur. 1987. Kesusasteraan Indonesia: Sajian Latih-Ajar Mandiri. Surabaya: Usaha Nasional. Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Jaya. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya: Sebuah Pengantar. Semarang : IKIP Semarang Press. Soedjito. 1992. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Jaya. Siswanto, Wahyudi.2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung : Angkasa. Tim Penyusun Balai Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Waluyo, Herman J.1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: PT. Gramedia. Waluyo, Herman J.1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 36