e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH STRATEGI TOK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS V SD NEGERI PADANGBAI I Kd Dwi Andika Wirawan1, I Wyn Romi Sudhita2, I Gde Wawan Sudatha3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya minat siswa dalam pelajaran menulis khususnya menulis cerpen. Maka dari itu peneliti ingin menerapkan strategi yang bisa meningkatkan kemampuan menulis siswa yaitu Strategi TOK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis cerpen antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Strategi TOK (Tiru Olah Kembangkan) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional di kelas V SD Negeri Padangbai Tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Negeri Padangbai tahun pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah populasi 74 siswa. Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes kemampuan menulis cerpen siswa. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t untuk menguji hipótesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis cerpen siswa antara kelompok siswa yang dibelajar dengan strategi TOK dan kelompok siswa yang dibelajar dengan model pembelajaran konvensional. Besarnya thitung adalah 4,479 sedangkan ttabel dengan db = 74 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,379. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (4,479>2,379) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, strategi TOK berpengaruh terhadap kemampuan menulis cerpen siswa yang diperoleh pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Padangbai. Kata kunci : Strategi TOK, Cerpen, Kemampuan Menulis Abstract This research is motivated by the lack of student interest in lerning to write, especially to write short stories. Thus the researches wanted to implement strategies that can improve students writing skills are strategies TOK. This research aimed at knowing the significant difference on the students’ short story writing skills between the students who were taught by TOK strategy and the students who were taught by conventional teaching strategy on the fifth grade students of SD Negeri Padangbai in the academic year 2013/2014. This study was a semi-experiment research which post test only control group design. The populations of this study were all of the fifth grade elementary students of SD Negeri Padangbai in the academic years 2013/2014, in which consists of 2 classes which were 74 students. The instrument was the short story writing competency’s test and the data analysis used statistic descriptive and statistic
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
inferential by using t test to examine the hypothesis. The results of this study show that there were significant differences on students’ writing competency between the group who was taught by TOK strategy and the group who was taught by using conventional teaching strategy. The tcount was 4,479 while ttable with db=74 and the 5% significance standard was 2,379. It meant tcount was bigger than ttable (4,479 >2,379) so that H0 was rejected, and H1 was accepted. Therefore, TOK strategy has a significant effect on the fifth grade students’ writing competency at SD Negeri Padangbai in the academic year 2013/2014. Keywords : TOK Strategy, Short Story, Writing Competency PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahtraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada pelajaran Bahasa Indonesia pada kemapuan berbahasa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan komunikasi secara efektif dan efesien sesuai etika dan norma yang berlaku baik secara lisan ataupun tertulis. Tujuan lainnya adalah agar siswa menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Selain itu, kemampuan berbahasa berguna untuk memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya secara tetap dan kreatif untuk berbagai tujuan dan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional sosial. Dalam komponen bersastra, bahasa Indonesia bertujuan agar siswa menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas dan memperhalus budi pekerti serta meningkatkan kemampuan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Sementara pada komponen ketrampilan bertujuan agar siswa terampil dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu komponen ketrampilan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diajarkan pada siswa SD adalah komponen menulis. Dengan memiliki kemampuan menulis, siswa dapat mengemukakan ide dan pengalamanannya tanpa terikat tempat dan waktu. Kegiatan menulis merupakan kegiatan menuangkan keinginan hati, perasaan, baik susah maupun senang. Selain itu, kegiatan menulis dapat
mengembangkan cara-cara berpikir rasional, karena tulisan yang tertuang tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh seseorang tersebut. Kesulitan menulis seringkali disebabkan oleh kompleksnya permasalahan yang ada dalam pembelajaran menulis. Seorang penulis tidak hanya dituntut untuk menguasai permasalahan yang akan ditulisnya, tetapi juga harus menguasai tata cara penulisan, kaidah-kaidah penggunaan bahasa tulis, dan gaya penulisan tertentu agar tulisannya menarik. Begitu pula dengan menulis cerpen, siswa belum terbiasa untuk menulis cerpen secara terperinci. Padahal menulis cerpen dapat dijadikan sebuah pembelajaran praktis yang menyenangkan. Disini peran guru sangat penting untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan menggunakan berbagai model yang ada. Tapi model yang masih di gunakan adalah Model Pembelajaran Konvensional yaitu pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan dan siswa dibiarkan pasif. Masih diberlakukannya model pembelajaran konvensional ini cenderung mengakibatkan pengetahuan serta pemahaman yang dimiliki oleh siswa terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan observasi, ketika akan memulai menulis cerpen, siswa merasa bingung mengenai hal apa yang harus dilakukannya terlebih dahulu, sehingga hasil menulis cerpen siswa kurang memuaskan. Siswa beranggapan materi cerpen itu sekali menulis langsung jadi menulis cerpen. Karena itu, hasil menulis cerpen siswa buruk dan terkesan asal jadi serta tidak runtut. Berdasarkan hal tersebut, setelah diadakan refleksi ternyata hasilnya kurang memuaskan karena isinya kurang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
sistematis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis siswa tergolong rendah. Terlihat pada skor rata-rata siswa adalah 6 dengan aspek penilaian terdiri dari kelengkapan huruf dalam kata, penggunaan ejaan dan pengembangan gagasan. Menurut Badudu (dalam Suyono, 2004:5) ketrampilan menulis siswa rendah ditandai dengan; (a) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan siswa rendah, yang mana pada umumnya siswa hanya akan menulis ketika guru memberi perintah. (b) kualitas karya tulis yang buruk, (c) rendahnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya dan menulis pada khususnya, (d) rendahnya kreativitas belajar siswa pada saat kegiatan belajar mengajar dengan aspek menulis. Selain itu berdasarkan pengalaman dan pendapat dari beberapa guru di sekolah penelitian bahwa pembelajaran menulis di sekolah sangat rendah hal itu disebabkan oleh (1) kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis, (2) siswa sulit menyampaikan gagasan pikirannya, (3) siswa kesulitan dalam mencari ide atau imajinasi untuk mengungkapkan inspirasi menulis, dan (4) siswa merasa jenuh dan malas untuk menulis. Pada kemampuan bersastra, misalnya dalam Pembelajaran menulis cerpen penting bagi siswa, karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya minat menulis siswa. Menurut Djuharie (2005:120), “Menulis merupakan ketrampilan yang dapat di bina dan di latihkan”, sedangkan Pranoto (2004:9) berpendapat, “bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan”. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan
kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan menulis adalah sebuah tulisan. Hasil sebuah tulisan pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pikiran, pendapat, atau gagasan yang muncul. Cerpen adalah salah satu bagian karya sastra yang memiliki banyak pengertian. Berikut beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang cerpen (cerita pendek). Sumadjo (2001:91) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, ketrampilan menyajikan cerita, yang merupakan satu kesatuan bentuk utuh, menunggal, dan tidak ada bagianbagian yang tidak perlu. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Adapun Suroto (1989:3) mengungkapkan bahwa “cerpen merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa, yaitu karangan yang bersifat menerangkan dan menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah, hal atau peristiwa”. Lebih lanjut Suroto menegaskan bahwa “cerpen merupakan suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia melalui prilaku atau tokoh-tokoh dalam cerita tersebut”. Kosasih dkk (2004:431) menyatakan Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan. Jadi dapat disimpulkan cerpen merupakan cerita fiksi (rekaan) yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan hanya menggambarkan satu sisi dari sekian banyak variasi kehidupan. Cerpen juga memiliki batasan sebagai bentuk fiksi yang paling pendek dengan banyak kata berkisar 500 s.d 10.000 kata dan memiliki unsurunsur yang membangun cerita. Kosasih dkk (2004:431) menyatakan “Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan”.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
Cerpen ditulis berdasarkan imajinasi pengarangnya. Imajinasi tersebut sering kali bermula dari pengalaman pengarang yang paling mengesangkan, baik itu berupa kesedihan, keharuan, kebahagiaan, maupun ketaatan beragamaSalah seorang sastrawan A. Bakar Hamid (dalam http://aladzaniart.blogspot.com/2014/08/me nulis-cerpen.html) memberi batasan yang dapat disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitasnya, yaitu banyaknya jumlah kata yang dipakai: antara 500-20.000 kata. Lalu menurut Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek). Unsur-unsur yang membentuk cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Unsur intrinsik adalah isi suatu karya sastra yang berkaitan dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu” (Sukada, 1993:63). Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, setting, gaya bercerita, sudut pandang, dan amanat. Selain itu, sebagai sebuah karya sastra, menulis cerpen perlu perhatian gaya bahasa. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan dalam cerpen bersifat ekspresif. Artinya, bahasa yang digunakan pengarang seperti pemilihan kata, kalimat, ungkapanungkapan, dan sebagainya itu sudah benarbenar diusahakan secara selektif demi kepentingan ekspresif. Bahasa cerpen juga bersifat emotif. Maksudnya, penulis perlu menggunakan bahasa yang dapat memancing emosi pembaca. Bahasa dalam cerpen juga bersifat imajinatif karena bahasa yang digunakan cenderung memilki makna yang terselumbung atau bersifat simbolis dalam arti bahasa sastra bukan saja mengungkapkan makna yang tersurat, tetapi juga makna yang tersirat (Sutresna, dalam Candra). Bahasa merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan kepribadiannya, sehingga karya sastra memiliki ciri-ciri khas yang bersifat personal (Zulpahnur, dalam Candra). Unsur-unsur bahasa yang dapat membangun atau menciptakan teknik bercerita yang yang khas dinamakan gaya
bahasa. Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan). Berdasarkan uraian tersebut, ciri-ciri cerpen yang baik adalah menerapkan prinsip-prinsip : akurat, singkat, jelas, bermakna, dan memperhatikan kaidah gramatika dan penulisan. Selain itu perlu juga diperhatikan gaya bahasa dengan pilihan kata, kalimat, ungkapan-ungkapan, dan membangkitkan imajinasi dan memancing emosi pembaca. Strategi TOK (Tiru Olah Kembangkan) merupakan strategi hasil pengembangan dari strategi Copy The Master, secara harfiah, Copy The Master berasal dari bahasa inggris yang artinya adalah model untuk ditiru (Gymnastiar dalam Sofyan, 2006). Model yang akan di tiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan. Selanjutnya strategi ini dikembangkan menjadi strategi TOK yang lebih sederhana. Strategi TOK hanya melalui tiga tahap, yakni tahap Tiru, Olah dan Kembangkan. Pendekatan yang mendasari strategi TOK adalah teori Konstektual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Dalam hal ini, pendekatan kontekstual yang sesuai dengan strategi TOK adalah pendekatan pemodelan. Maksudnya, dalam pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang akan ditiru. Begitu juga pada strategi TOK ini, akan ada model yang akan dijadikan alat pembelajaran menulis cerpen yaitu naskah cerpen. Contexual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang berpandangan bahwa pada hakekat pengetahuan mempengaruhi konsep belajar, karena belajar bukanlah
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
sekedar menghafal akan tetapi mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Proses pembelajaran berbasis CTL perlu menjadi orientasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, mengaitkan segala hal yang secara konteks berdekatan dalam kehidupan siswa, akan membuat pembelajaran semakin berkualitas dan menyenangkan serta senantiasa memotivasi siswa untuk belajar sehingga tujuan pemebelajaran tercapai. Terkait dengan penggunaan strategi TOK yang menekankan pada latihan dan peniruan, Gymnastiar (dalam Sofyan, 2006) menjelaskan bahwa ada orang yang tidak pernah menempuh pendidikan formal yang cukup dalam bidang menulis mengatakan bahwa menulis itu gampang. Adapun tahapan dalam strategi TOk yaitu (1) Tahap tiru. (2) Tahap olah (3) Tahap Kembangkan. Tahap tiru di awali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca cerpen yang disajikan model. Pada tahap ini siswa akan diberikan satu cerpen yang dijadikan model yang dekat dengan dunia mereka. Selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur cerpen dengan mengisi bagan yang telah disediakan. Bagan tersebut berisi hal-hal yang berkaitan dengan cerpen, yang meliputi: siapa, kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa. Setelah itu siswa akan menyadur cerpen model dengan mengganti unsur tokoh dan latar yang sesuai dengan dunia siswa. Pada tahap olah siswa mengolah, siswa mengolah hasil saduran sebatas pada beberapa unsur. Unsur tersebut adalah tokoh, latar, dan alur. Pertimbangan di gunakannya unsur tokoh, latar, dan alur adalah karena ketiga unsur tersebut merupakan unsur yang paling mudah dikembangkan secara kreatif dan efesiensi terkait dengan waktu pembelajaran yang relatif terbatas. Pada tahap mengolah tokoh, yang dilakukan siswa adalah menambah tokoh dalam cerita, mendeskripsikan watak tokoh, dan mengubah cerita secara relatif sama. Sedangkan pada mengolah alur cerita, kegiatan siswa adalah membuat urutanurutan peristiwa baru. Tahap kembangkan dilakukan siswa setelah tahap olah. Pada tahap ini, siswa
akan mengembangkan tema baru, mengembangkan tokoh baru, mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang baru. Adapun rincian dari setiap unsur yang di kembangkan adalah (1) tema di kembangkan secara orisional dan unik, (2) mengembangkan tokoh dengan melengkapi dialog, monolog, dan komentar, (3) mengembangkan latar dengan mendeskripsikan secara rinci. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang cerpen, maka di bawah ini disajikan beberapa ciri cerpen dari sastrawan atau peneliti. Antara (dalam Wastini, 2009:53) menyatakan cerpen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu Pada umumnya cerpen itu pendeky, yang di tampilkan pengarang dalam cerpen adalah hal-hal yang benar-benar berarti dan penting, isi cerpen singkat dan padat, dalam cerpen tergambar bagaimana tokoh ceritanya menghadapi suatu pertikaian dan apa tindakannya untuk menyelesaikan pertikaian itu dan sanggup meninggalkan kesan dalam hati pembacanya Ciri cerpen menurut Sumardjo (dalam Wastini, 2009:55) adalah sebagai berikut yaitu bentuk fisiknya pendek, cerpen adalah sikap rekaan (faction), dan cerpen adalah sifat naratif atau pencitraan. Cerpen yang baik mengandung unsur-unsur pembangun cerpen yang terdiri atas tema, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Sofyan (2006:142) menganjurkan, untuk memluai sebuah cerpen seseorang tidak perlu membuat isi cerita yang panjang. Seseorang dapat memulai menceritakan hal-hal yang terdapat didekatnya. Selain itu, cerpen dikatakan bernilai baik jika mencakup halhal sebagai berikut. Cerpen yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yag diungkapkan dalam sebuah tulisan. Apa yang disampaikan seseorang dalam tulisan harus mempunyai makna dan memberikan arti sehingga pembaca memahami dan mengerti terhadap tulisan yang diciptakan. Penulis dalam menciptakan sebuah cerpen harus mampu memberi arti atau makna bagi pembaca. Hal ini ditunjukkan dengan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
pemilihan kata atau fiksi, cara menyampaikannya dan menggunakan gaya bahasa yang mampu menarik hati pembaca. Cerpen yang baik akan memberikan kesan yang mendalam bagi pembacanya, sehingga perlu adanya gaya bahasa yang digunakan untuk menarik perhatian pembaca sehingga pembaca merasa tertantang untuk membaca cerpen. Cerpen yang baik alur ceritanya jelas, artinya tulisan itu dapat dibaca, ditangkap maknanya dan jalan ceritanya mampu dipahami oleh pembaca. Cerpen yang ditulis harus jelas arti dan maknanya, karena cerpen yang jelas arti dan maknanya akan memudahkan pembaca memahami isi cerpen. Menulis cerpen sangat memerlukan adanya alur cerita, karena adanya alur cerita akan membantu pembaca alur cerita yang dikisahkan atau diceritakan pada isi cerpen. Sebuah cerpen dikatakan satu kesatuan yang bulat jika pembaca dapat mengikuti dengan mudah, karena tulisan itu diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan bagian yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, baik dengan pola yang mendasari maupun dengan kata atau frase penghubung. Penggunaan kata penghubung juga sangat menentukan baik dan buruknya isi cerpen. Jika salah satu menggunakan kata penghubung akan mempengaruhi isi cerita yang disampaikan. Cerpen dikatakan singkat dan padat apabila penulis tidak membiarkan waktu pembaca hilang dengan sia-sia, dengan cara kata-kata yang berlebihan dibuang dari tulisan. Namanya juga cerita pendek harus benar-benar pendek. Jika cerita yang disampaikan itu panjang, seorang pembaca akan mengatakan bahwa yang ditulis penulis bukan cerpen melainkan novel. Dengan penerapan strategi TOK dalam menulis cerpen yang demikian itu akan menimbulkan ketertarikan terhadap siswa. Dalam hal ini, dalam pembelajaran, siswa belajar dengan menyenangkan dan membangkitkan rasa ketertarikan mereka dalam kondisi yang tidak dipaksakan. Rasa ketertarikan itu akan menjadi dasar untuk mengembangkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal itu bisa terjadi karena
strategi ini lebih mengedepankan proses yang di mulai dengan hal mudah dan menarik, yaitu meniru, yang diikuti dengan mengolah, dan mengembangkan hasil olahan dari contoh yang diberikan. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan maka dilaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Strategi TOK (Tiru Olah Kembangkan) terhadap kemampuan menulis Cerpen siswa kelas V semester I SD Negeri Padangbai. Kecamatan Manggis Berdasarkan permasalahan yang Kabupaten Karangasem diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis cerpen antara siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran TOK dan pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri Padangbai Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian eksperimen semu adalah jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Padangbai, tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua kelas yang berjumlah 73 siswa. Model pengumpulan data yang digunakan adalah model Observasi kemapuan menulis siswa. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari hasil observasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tes. Tes yang di berikan adalah tes kemampuan menulis cerpen. Data kemampuan menulis siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan kriteria menulis siswa. Lembar pengamatan digunakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Strategi TOK terhadap kemampuan menulis cerpen dengan memanipulasi variabel bebas, sedangkan variabel lain yang juga mempengaruhi variabel terikat yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eskperimen semu. Penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan sebelum diadakannya penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah “Post Test Only Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Padangbai yang berjumlah 73 siswa. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang keterampilan berbicara siswa yang merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah semua penyelidikan yang didasarkan atas data statistik beserta petunjuk-petunjuk tentang ketelitian dan kemantapan dari keputusan yang diambil berdasarkan teori probabilitas (Agung, 2010:35). Statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasi hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis.
Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modus, median, mean. Mean, median, modus kemampuan menulis cerpen siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data kemampuan menulis cerpen siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon distribusi frekuensi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum me-lakukan uji hipotesis, ada beberapa per-syaratan yang harus dipenuhi dan perlu di-buktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka di-lakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian ini adalah skor kemampuan menulis cerpen siswa melalui Strategi TOK pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran Konvensional pada kelompok control. Rekapitulasi perhitungan data dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kemampuan Menulis Cerpen Statistik Deskriptif
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Modus
20,5
12,75
Median
18,75
12,79
Mean
18,17
14,34
Varians
13,03
12,87
Standar Deviasi
3,61
3,58
Skor minimum
11
9
Skor maksimum
25
23
Rentangan
8
15
Sebelum menyajikan data kedalam table frekuensi maka ditentukan terlebih
dahulu rentangan dan interval data hasil post test kekmampuan menulis cerpen
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah itu data disajikan ke dalam kurve poligon seperti berikut. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data kemampuan menulis cerpen siswa pada kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Hubungan antara mean (M), Median (Me), Modus (Mo), dan standar deviasi (S) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurve poligon distribusi frekuensi. Gambar 1.2 Kurve Kemampuan menulis Kelompok Kontrol
Poligon cerpen
Data Siswa
Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam kurve poligon tampak bahwa sebaran data pada kelompok kontrol merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah (Koyan, 2012: 18). Karena Mo < Md < M (12,75 < 12,79 < 14,34).
Gambar 1. Kurve Poligon Kemampuan menulis cerpen Siswa Kelompok Eksperimen Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam kurve poligon tampak bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi (Koyan, 2012:19). Karena Mo > Md > M (23,5 > 18,75 > 18,17). Begitu pula dengan data kelompok kontrol Mean, median, modus, dan standar deviasi (S) skor kemampuan menulis cerpen siswa pada kelompok kontrol, selanjutnya disajikan ke dalam kurve poligon berikut. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data ketrampilan menulis siswa pada kelompok kontrol. Hubungan antara mean (M), Median (Me), Modus (Mo), dan standar deviasi (S) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurve poligon distribusi frekuensi.
PEMBAHASAN Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis menyangkut kemampuan menulis cerpen siswa kelas V, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, diterapkan strategi TOK di kelas V SD No. 2 Padangbai sedangkan pada kelompok kontrol, diterapkan model pembelajaran konvensional dikelas V SD No. 1 Padangbai. Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang berbeda pada kemampuan menulis cerpen siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil Kemampuan menulis cerpen siswa. Secara deskriptif, kemampuan menulis cerpen siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor kemampuan menulis cerpen dan kecenderungan skor kemampuan menulis cerpen. Rata-rata skor kemampuan menulis cerpen siswa kelompok eksperimen adalah 18,17 dan didistribusikan pada kriteria penilaian PAP yang berada pada katagori tinggi sedangkan skor kemampuan menulis cerpen siswa kelompok kontrol adalah 14,34 dan didistribusikan pada kriteria
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
penilaian PAP yang berada pada katagori sedang. Jika skor kemampuan menulis cerpen siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor kemampuan menulis cerpen siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 diketahui thit = 4,479 dan ttab (db = 44 dan taraf signifikansi 5%) = 2,379. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara siswa yang belajar dengan Strategi TOK dan kelompok siswa yang belajar dengan model konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan Strategi TOK berpengaruh terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas V SD Negeri Padangbai Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil perhitungan mean kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh skor 18,17 pada kelompok eksperimen dan skor 14,34 pada kelompok kontrol. Ini berarti kemampuan menulis cerpen siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menulis cerpen kelompok kontrol. Hasil analisis uji-t sampel tidak berkorelasi diperoleh thitung = 1,01 dan dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 44 diperoleh ttabel = 1,76 yang berarti thitung = 4,479 > ttabel = 2,379. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan menulis cerpen siswa antara kelompok siswa yang belajar menggunakan Strategi TOK dengan
kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Padangbai, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan Strategi TOK berpengaruh positif terhadap kemampuan menulis cerpen siswa dibandingkan dengan Model Konvensional. SARAN Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Kepada Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya memakai Strategi TOK dalam mengajar menulis cerpen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang Mencoba menggunakan strategi TOK dalam menulis karangan, dan puisi. Dalam pembelajaran menggunakan Strategi TOK hendaknya guru memikirkan materi yang dapat dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari siswa secara matang. Kepada Peneliti lain disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Strategi TOK dalam bidang menulis karangan dan puisi, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Candra Wiriantari. 2010. Penerapan Strategi TOK (Tiru Olah Kembangkan) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.3 SMAN 1 Selat. Skripsi (tidak diterbitkan), Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Undiksha. Djuharie, Otong Setiawan, dkk. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. University Press. Saefulah. 2009. Penerapan Startegi TOK (Tiru olah Kembangkan) Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen SMA Negeri 11 Malang. Skripsi. (tersedia pada http://repository.upi.edu/operator/up load/s_c0151_0603765_chapter1.p df di akses pada tanggal 27 mei 2013) Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono, 2010. Model Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukada. 1993. Menulis Cerpen. ( tersedia pada http://aladzaniart.blogspot.com/2014 /08/menulis-cerpen.html di akses pada tanggal 27 mei 2014). Sumardjo dan Saini. 2001. Beberapa Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana. Suroto, 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Wastini, Ida Ayu Komang Poni. 2009. Penerapan Model Inkuiri Dengan Media Cerpen Untuk Meningkatkan Ketrampilan Narasi Pada Siswa Kelas XII SMAN 2 Banjar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja:Undiksha