PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI Oleh: ROBERTO DWI ALDHOMORO X1206045
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh: ROBERTO DWI ALDHOMORO X1206045
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Dr. Budhi Setiawan, M.Pd NIP 19610524 198910 1001
Pembimbing II
Sri Hastuti, S.S, M.Pd NIP 19690628 200312 2001
3
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
1. Dra. Raheni Suhita, M. Hum 2. Dra Sumarwati, M. Pd. 3. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd. 4. Sri Hastuti, S.S, M. Pd.
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. H. M Furqon Hidayattulah, M. Pd NIP 19600727 1987021 001
Tanda Tangan
4
ABSTRAK Roberto, Dwi Aldhomoro. X1206045. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI 3M (MENIRU, MENGOLAH, DAN MENGEMBANGKAN) PADA SISWA KELAS X.I SMA NEGERI 1 MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010. SKRIPSI, SURAKARTA: FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen, ditandai dengan timbulnya keaktifan siswa yang meliputi rasa semangat, motivasi serta minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran menulis ditandai dengan aktif bertanya maupun memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas serta menjawab pertanyaan guru melalui penerapan strategi 3M.(2) meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk di ditandai dengan hasil pekerjaan siswa yang telah mencapai angka yang sesuai standar KKM 65 ke atas melalui penerapan strategi 3M. Penelitian in berbentuk penelitian tindakan kelas dengan strategi deskriptif komparatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010 Adapun jumlah siswa kelas X.1 adalah 33 siswa. 12 Siswa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 21 siswa berjenis kelamin perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, serta analisis dokumen. Pelaksanaan tindakan dilakukan mulai dari pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Terjadi Peningkatan Kemampuan Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus, (2) Terjadi Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus. Peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen yang meliputi siklus I 69,6 %, pada siklus II 84, 8 %, dan pada siklus III 93,9 %. Peningkatan kemampuan menulis cerpen meliputi siklus I 66,6%, siklus II 84,8%, serta sebesar 90,9% pada siklus III.
5
MOTTO “Allah Mengazab siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan” (Al-Quran, Surat Al’Ankabuut Ayat: 21 )
6
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah swt karya kecil ini kupersembahkan untuk 1. Bapak Ibu pelita hidupku dalem ngaturaken agunging
panuwun
tumrap
sedoyo
pandongo soho panyengkuyungan ingkang mboten
nate
kendhat
saenggo
saget
ndadosno kirangipun momotan kulo ingkang keroas awrat. 2. Kakakku Agustin Merdeka Sari yang tak pernah letih terangi hatiku dengan senyum, sejukkan dahagaku dengan keceriaan, dan membuatku mengerti akan arti persudaraan. 3. Teman bolo kurowo bastind 06 Anass, Roza, Menot, Ganden, Ncrut, Lia, Tanti,
Rini,
Afni, Siti, Anis, Dheniss, dll yang telah mengisi hari-hariku. 4. Java Kost, Kost Mandiri, Kost Pak Budhi Kota Barat, Kost 36, Kost Anass, serta Rajawali kost yang semua telah memberiku arti kedewasaan dan kemandirian.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah swt, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian ini. 2. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Skripsi. 3. Drs. Suparno, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Skripsi. 4. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd, selaku ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Skripsi. 5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Sri Hastuti, S.S, M.Pd, Selaku Pembimbing II yang disela-sela kesibukannya telah membimbing penulis dengan penuh ketelitian penuh kesabaran,
keikhlasan,
dan
kebijaksanaan memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat. 7. Bambang Wahyadi, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Musuk yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
8
8. Sumadi, S. Pd selaku Guru BahasaIndonesia SMA Negeri 1 Musuk yang telah memberikan motivasi serta kerelaannya membantu penulis dalam penelitian. 9. Siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk, yang telah bersedia membantu pelaksanaan penelitian. Insya Allah jasa-jasa mereka akan saya kenang sepanjang hayat dan semoga Yang Maha Kuasa memberikan yang terbaik dan Ridho-Nya kepada kita semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………..……………………………………..…i PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..……………...ii PENGESAHAN…………………………………………………....……..iii ABSTRAK…………………………………………………...…...............iv MOTTO ………………………………………………...…......................v PERSEMBAHAN ………………………………………………...……..vi KATA PENGANTAR …………………………………………………..vii DAFTAR ISI………………………………………………………..........ix DAFTAR TABEL…………………………………………………...…..xii DAFTAR BAGAN………………………………………………...…....xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………....1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………….…4 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...5 D. Manfaat Penelitian……………………………………….…….…...5
BAB II LANDASAN TEORI………………..……………...…………....7 A. Tinjauan Pustaka…..………………………...…………………………7 I. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis………………...………………………...7 b. Hakikat Pembelajaran…………………...……………….......9 c. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA..................................10 d. Penilaian Pembelajaran Menulis…..…………………………12
10
II. Menulis Cerpen a. Pengertian Cerpen...................................................................13 b. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen………………..………..…16 c. Hakikat Menulis Cerpen……………………………..………21 d. Tahapan Menulis Cerpen…………………………….……...24 e. Anatomi Cerita Pendek……………………….…………..…24 f. Pembelajaran Menulis Cerpen di SMA…………….……….25 III. Strategi 3M a. Pengertian Strategi 3M……………………………………..26 b. Rancangan Pengajaran Menggunakan Strategi 3M………...30 c. Tahapan Strategi 3M……………………………………..…31 B. Penelitian Yang Relevan………………………………….…………..32 C. Kerangka Berpikir……………………….…………….……………..34 D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………...35
BAB III METODE PENELITIAN…………...…………………..........36 A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………....36 B. Subjek Penelitian…………………………………………............37 C. Sumber Data Penelitian…………………………….…………….37 D. Teknik Pengumpulan Data………………………….……………38 E. Uji Validitas Data…………………………………………..…….41 F. Teknik Analisis Data……………………………………….…….41 G. Indikator Keberhasilan...................................................................41 H. Prosedur Penelitian…………………………………………..…...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………............46 A. Deskripsi Kondisi Awal………………………………………46 B. Deskripsi Kondisi Kelas……………………………………...46 C. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………….....49
11
Siklus I………………………………………………………..49 Siklus II……………………………………………………….56 Siklus III……………………………………………………...62 D. Pembahasan…………………………………………………..69 E. Keterbatasan Penelitian………………………………….…...78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….………........80 A. Simpulan……….……………………………………………..80 B. Implikasi………………………………………………..…….81 C. Saran……………………………………………………..…...82
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...……………..84
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian……………….................36 Tabel 2. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen.........................................................38 Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Proses Pembelajaran………….42 Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Hasil Pembelajaran……...........43 Tabel 5. Presentase Keberhasilan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen………..69 Tabel 6. Presentase Keberhasilan Hasil Pembelajaran Menulis Cerpen…………70
13
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir.........................................................................35 Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas…………………………………….…43
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pratindakan……………………………………………………….86 RPP Pratindakan…………………………………………...………………87 Catatan Lapangan………………………………………………………….88 Wawancara Pratindakan…………………………………………………...92 Daftar Nilai Menulis Cerpen Pratindakan………………………………....96 Foto Pratindakan…………………………………………………………...98 Tulisan Cerpen Siswa Pratindakan……………….......................................99 Lampiran II Siklus I…………………………………….…………………….106 RPP Siklus I……………………………………………………………....107 Catatan Lapangan Siklus I……………………………………...………...112 Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus I…………………………...…..........115 Foto Siklus I…………………………………………………………........117 Tulisan Cerpen Siswa Siklus I……………………………………………118 Lembar Pengamatan………………………………………………………128 Lampiran III Siklus II…………………………….…………………………..133 RPP Siklus II………………………………………………………….......134 Catatan Lapangan Siklus II……………………………………...……......139 Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus II………………………………........141 Foto Siklus II……………………………………………………………..143 Tulisan Cerpen Siswa Siklus II…………………………………………..144 Lembar Pengamatan……………………………………………………...152 Lampiran IV Siklus III……………………………………………………….157 RPP Siklus III…………………………………………………………….158 Catatan Lapangan Siklus III…………………………………...………….163 Daftar Nilai Menulis Cerpen Siklus III………………………...…............165 Foto Siklus III……………………………………………………….........167 Tulisan Cerpen Siswa Siklus III………………………………………….168 Lembar Pengamatan……………………………………………………...176
15
Lampiran V Pascatindakan…………………………………………………..181 Rentangan Nilai Siklus I, II, dan III……………………………………...182 Wawancara Pascatindakan…………………………………………….....184 Foto Wawancara………………………………………………………….187 Master Cerpen…………………………………………………………….188
16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Urgensi bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang dihayati, diamati, dan dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain, apabila telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung. Tarigan (1983:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam kegiatan menulis, maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir atau menuangkan ide yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam menulis banyak hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah penggunaan bahasa, agar orang lain dapat membaca tulisan yang ditulis maka dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan keseriusan dari 1
17
seluruh instrumen penyelenggara pendidikan terutama guru dan kurikulum yang mendukung. Menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia, khususnya siswa. Dengan menulis siswa dapat menuangkan segala keinginan hati, sindiran, kritikan dan lainnya. Tulisan yang baik dan berkualitas merupakan manifestasi dan keterlibatan aktivitas berpikir atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang penulis harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Pada saat melakukan aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Aktivitas
tersebut
memerlukan
kesungguhan
untuk
mengolah,
menata,
mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk tulisan atau karangan. Keterampilan
menulis
merupakan
serangkaian
aktivitas
berpikir
menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk tulisan secara lebih mendalam. Akhadiah (1994:2-3) menyatakan bahwa aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa menulis sebagai proses melalui tiga tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang dilakukan menulis adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangkan tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang meliputi tahap revisi, menyunting, dan mengikuti uji coba. Aspek menulis difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat, meringkas buku, dan menulis catatan tertentu berdasarkan materi pembelajaran. Sedangkan pada kemampuan bersastra, standar kompetensi aspek menulis dijadikan satu dengan aspek keterampilan lainnya, yakni siswa mengapresiasi ragam sastra siswa melalui mendengarkan dan menanggapi cerita pendek, menulis prosa sederhana, memerankan drama anak tanpa teks, dan menulis puisi bebas (Depdiknas, 2006:16).
18
Realitas menunjukan bahwa keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa. Mereka menganggap bahwa menulis merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan sehingga sering dipandang kurang penting. Akan tetapi, menulis juga sering dianggap sesuatu kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu, perlulah kiranya guru mencari dan menerapkan metode dan strategi dalam upaya meningkatkan keterampilan keterampilan menulis. Seringkali kita temukan berbagai permasalahan dalam pembelajaran menulis di kalangan siswa. Seperti hanya yang terjadi pada siswa kelas Kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini tampak dari tugas menulis cerpen yang diberikan guru kepada 33 siswa di kelas tersebut, yaitu 12 siswa yang mencapai batas ketuntasan dengan KKM yang ditentukan sekolah sebesar 65. Organisasi isinya meloncat-loncat sehingga menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, terdapat banyak kesalahan bahasa yang meliputi diksi, ejaan, pilihan kata, dan kalimat. Dari data yang ada menunjukkkan bahwa pada karangan tersebut hanya sekitar 36 % siswa yang mendapatkan nilai 65 ke atas (sebagai batas ketuntasan) dan sisanya hanya mendapatkan nilai dibawah 65. Rendahnya presentase kemampuan menulis cerpen siswa menjadi salah satu petunjuk bahwa terdapat kelemahan dalam proses belajar. Hal ini merupakan titik awal peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan belajar dan berupaya mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para siswa diperoleh fakta bahwa bagi mereka aktivitas menulis terutama menulis cerpen hanya dilakukan saat mendapatkan tugas dari guru sehingga karangan yang berupa cerpen seakan-akan dibuat hanya untuk dibaca oleh guru. Adapun prosedur yang selama ini dilakukan guru dalam pembelajaran cerpen meliputi: (1) pemberian tema kepada siswa, (2) tugas menulis cerpen berdasarkan tema yang telah ditentukan,(3) batas waktu 2X30 menit dan cerpen harus dikumpulkan meskipun terdapat siswa yang belum selesai, (4) guru melakukan evaluasi dengan membaca cerpen hasil kerja siswa tanpa harus diketahui oleh siswanya, dan (5) guru mengembalikan cerpen kepada siswa
19
tanpa adanya latihan untuk menulis cerpen dengan tahapan maupun proses yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti berusaha untuk memberikan alternatif strategi pembelajaran menulis yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Peneliti menggunakan strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan) karena sebagian besar siswa kesulitan dalam menuangkan ide maupun gagasan untuk menulis cerpen terlebih mengembangkan ide tersebut. Diskusi kelompok pada nyatanya tidak terlalu berhasil untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen terlebih sebagian besar siswa belum mengetahui hakikat cerpen pada umumnya. Strategi pembelajaran yang ditawarkan dilandasi oleh strategi copy the master. Ide ini diperkuat pendapat bahwa strategi copy the master adalah strategi pemodelan yang dekat dengan calon penulis terutama calon penulis cerpen atau dalam hal ini adalah siswa. Adanya model yang dekat dengan siswa berarti memudahkan siswa untuk memulai kegiatan menulis cerpen. Strategi copy the master tersebut selanjutnya oleh Ismail Marahimin dikembangkan menjadi strategi menulis cerpen yang diberi nama strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan). Adapun kelebihan strategi 3M ini terletak pada proses peniruan cerpen yang tidak hanya sebatas meniru secara lateral, namun terdapat tahap pengolahan dan perbaikan sehingga akan dihasilkan cerpen baru. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kualitas Menulis Cerpen Melalui Penggunaan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan) pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010” B. Rumusan Masalah 1. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk? 2. Apakah penerapan strategi 3M dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk? C. Tujuan Penelitian
20
Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis siswa, ditandai dengan timbulnya keaktifan siswa yang meliputi rasa semangat, motivasi serta minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran menulis ditandai dengan aktif bertanya maupun memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas serta menjawab pertanyaan guru melalui penerapan strategi 3M. 2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk di ditandai dengan hasil pekerjaan siswa yang telah mencapai angka yang sesuai standar KKM 65 ke atas melalui penerapan strategi 3M.
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. b. Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis cerpen.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1. Memberi kemudahan bagi siswa dalam menuangkan ide maupun gagasan kedalam bentuk cerpen. 2. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. b. Bagi guru 1. Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis cerpen yang dialami guru. 2. Sebagai bahan acuan untuk membuat pembelajaran menulis cerpen lebih kreatif dan inovatif.
c. Bagi peneliti
21
1. dapat menambah pengetahuan peneliti dalam penelitian yang terkait dengan pembelajaran menulis cerpen. 2. Dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan teknik
pembelajaran
dengan
menggunakan
meningkatkan kemampuan menulis cerpen
strategi
3M
untuk
22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Tarigan (1994: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dal`am kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keteramplan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata selain itu menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8), menyebutkan pengertian menulis: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu. 7
23
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut mereka menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses. Sehingga dalam menulis seseorang harus melewati beberapa tahap antara lain, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Dengan kata lain kemampuan menulis lebih sulit dikuasai karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 4). Menulis seperti juga
ketiga
keterampilan
berbahasa
lainnya,
merupakan suatu proses perkembangan. Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati zuhdi (2001: 53) menyatakan bahwa dalam menulis seorang penulis tidak akan secara langsung dan tiba-tiba bisa menulis, melainkan harus mengituti tahap-tahap dalam menulis. Adapun tahap-tahap tersebut adalah tahap pramenulis dan tahap penulisan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan, (1993: 8) mengemukakan bahwa menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif, menulis cerpen termasuk salah satu kegiatan menulis kreatif. Tulisan kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis
24
berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain, melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks bersifat kreatif adalah teks cerpen seperti penulisan cerpen. Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan melalui media bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas aktif produktif yang dilakukan dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan yang terus menerus. Sedangkan menulis cerpen memiliki arti bahwa kemampuan seseorang mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan kreatif yang bersifat apresiatif dan ekspresif.
2. Hakikat Pembelajaran Winkel (1995: 36) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2001: 36) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran” (Oemar Hamalik, 2001: 57). Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku tentunya ke arah yang lebih baik. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak bisa dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami sebagai berikut: pengajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)
25
kurikulum, atau pengajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya. Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pengajaran berarti perihal mengajarkan sesuatu. Kata pengajaran menyiratkan adanya orang yang tugasnya mengajar, di sekolah umumnya disebut guru. Pengajaran lebih luas pengertiannya daripada mengajar (teaching). Pengajaran sebagai suatu proses, buah atau hasilnya adalah belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar di dalam diri siswa. Peristiwa belajar pada siswa ini menunjukkan adanya sikap, minat, perhatian, perasaan, percaya diri dan lainnya sebagainya. Istilah pembelajaran mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran, meskipun kedua istilah itu sering digunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembelajaran pada hakikatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala daya upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar. Jadi jelas bahwa dalam menyusun perangkat pembelajaran seorang guru harus berlandaskan kurikulum yang berlaku nasional. Pada tahun 2004 yang diberlakukan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kemudian pada tahun 2006 dirubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka agar pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan yang terlalu besar, maka perlu persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis yang didasarkan atas kurikulum yang berlaku. 3. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Menurut Tarigan (1983: 1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca (Reading Skill), dan Menulis (Writing Skill). Menulis merupakan kegiatan melahirkan
26
pikiran dan perasaan. Menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. “Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif” (Tarigan 1982: 4). Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga materi kesastraan. Kedua materi tersebut direncanakan dan mendapat bagian yang sama sehingga pengajarannya juga harus seimbang. Sebagi contohnya dalam pembelajaran menulis cerpen, secara tidak langsung materi pembelajaran menulis cerpen merupakan satu kesatuan dari materi kebahasaan dan materi sastra. Pembelajaran menulis di sekolah diakui masih sangat minim dan kurang aktraktif. Pembelajaran menulis di sekolah sering dianaktirikan. Pembelajaran menulis dianggap tidak penting, menghabiskan waktu, dan tidak dapat mendongkrak nilai ujian nasional. Sebab, soal-soal yang terkait dengan materi mengarang mapun menulis dalam ujian nasional dirasa sangat sedikit. Menulis adalah kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan besar untuk menyebarkan ide dan
pemikiran
perlu
didukung
dengan
kemampuan
menuliskan
dan
menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik. Itu artinya ide yang tertulis diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh audiens yang dikehendaki atau dituju. Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan tujuannya, baik tujuan menulis, dan kepada siapa tulisan ini ditujukan. Dengan demikian, penggunaan bahasa, istilah, dan ide yang akan disampaikan sesuai. Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti kegiatan yang dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan sebuah karangan baik karangan kebahasaan maupun karangan sastra seperti cerpen. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan kurikulum KTSP untuk SMA/MA Kelas X Semester 2 mencakup 2 kompetensi dasar yaitu
27
mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen dan menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen.
4. Penilaian Pembelajaran Menulis Ismail Marahaimin (2004: 16) menyatakan bahwa pelajaran menulis memang rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Di antara yang memberikan pelajaran tersebut terdapat sebagian yang memberikan teori tentang menulis sekalipun buku-buku pegangan tentang pembelajaran menulis masih langka. Namun, Dewasa ini pembelajaran menulis mulai ditingkatkan di sebagian sekolah. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menulis, dilakukan dengan dua cara penilaian yaitu: penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. a. Penilaian Proses Pembelajaran Nana Sudjana (2006: 59) menyatakan bahwa keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi, serta produktivitas. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Guru mengukur sampai berapa jauh tingkat keberhasilan pembelajaran melalui pengamatan terhadap minat dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, maupun respon yang diberikan dalam dengan menanggapi konsep menulis fungsional yang diberikan. Penilaian dilakukan menggunakan ceklist pada lembar pengamatan. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila anak memiliki minat dan perhatian yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan menulis. b. Penilaian Hasil Belajar Zaini Mahmuoed dalam Burhan Nurgiyantoro (2001: 305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian hasil belajar dilaksanakan apabila pembelajaran telah selesai.
28
Penilaian ini dilakukan melalui tes tertulis. Keberhasilan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi siswa pada kurun waktu tertentu yang ditunjukkan pada nilai ulangan harian atau nilai tes hasil belajar. Apabila nilai anak meningkat, maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa pembelajaran telah berhasil. Sebaliknya apabila nilai anak tidak meningkat, bahkan menurun, hal ini merupakan indikasi bahwa pembelajaran tidak berhasil.
5. Cerita Pendek (Cerpen) a. Pengertian Cerita Pendek (Cerpen) Banyak pengertian serta aliran sastra yang muncul dalam cerita pendek. Burhan Nurgiyantoro (1995: 11) menyatakan bahwa cerpen merupakan cerita khas yang mampu mengemukakan secara lebih banyak dari sekedar apa yang diceritakan. Sedangkan menurut Edgar Allam Poe dalam Burhan Nurgiyantoro (1995: 10) menyatakan bahwa cerpen merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sedangkan Menurut Doktor H.B. Jassin dalam Korie Layun Sampan (1995: 10) menyatakan bahwa cerpen adalah cerita yang pendek yang harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. Secara umum penulisan kreatif cerpen sama dengan menulis bisaa, pada umumnya. ”Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena hal ini sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun hasil akhirnya” (Titik, 2003: 31). Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan pengarang terhadap kehidupan yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan. Jadi sumber penciptaan karya sastra tidak lain adalah kehidupan kita secara keseluruhannya. Karya kreatif bisa saja merupakan penemuan kembali kekuatan dan kelemahan kita di masa lalu, keberhasilan kita kini, atau juga kegagalan kita dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu di dalam karya sastra menyuguhkan nilai kehidupan, yakni nilai-
29
nilai yang bermakna bagi kehidupan, yang mengarahkan dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan (Diponegoro 1994: 6). Dalam hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir dalam Endraswara (2003: 239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Pendapat itu memberikan gambaran bahwa penulis cerpen harus tanggap terhadap lingkungan dan perubahan waktu. Pengalaman pribadi, pengamatan atas kejadian-kejadian di sekitar kita, dari membaca buku atau menonton film, bahkan dari mimpi bisa menjadi ide cerita yang mampu menggerakkan imajinasi untuk berkreasi membuat cerpen. Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Cerita pendek adalah wadah yang bisaanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas.
30
Cerpen memuat penceritaan kepada satu peristiwa pokok, peristiwa pokok itu tidak selalu berdiri sendiri ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok. Cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian-kejadian. Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerita pendek (cerpen) memiliki banyak pengertian. Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian
cerita
pendek
(cerpen).
Jacob
Sumardjo
(2001:
91)
mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Adapun Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (1995: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk novel. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi (rekaan) yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan tidak ada bagian yang tidak perlu. Wiyanto (2005: 96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
dalam
cerpen
hanya
direkayasa
pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan. Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Cerpen sering mempergunakan (pengaruh dari film) dan bahasanya sederhana tetapi sugestif.
31
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal. Menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.
b. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak. Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: tema, alur atau plot, tokoh penokohan,latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa. Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312) berpendapat bahwa unsur-unsur sebuah cerpen antara lain sebagai berikut. 1) Tema Yaitu gagasan inti dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita. Tema merupakan sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu bisaanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup sang pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan
32
menyelesaikannya. Cerpen yang baik dan besar bisaanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu memiliki pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. 2) Alur/ Plot Alur yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot. Secara lebih jelas plot adalah sesuatu yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar. Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa alur adalah hubungan sebab akibat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis dalam pengertian ini, alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab akibat kejadian yang lain. Kejadian atau peristiwa-peristiwa itu tidak hanya berupa perilaku yang tampak seperti pembicaraan atau gerak gerik, tetapi juga menyangkut perubahan tingkah laku tokoh yang bersifat non fisik, seperti perubahan cara berpikir, sikap kepribadian dan sebagainya. Alur cerita rekaan terdiri dari alur buka, alur tengah, alur puncak dan alur tutup. Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back), dan alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan
33
alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik. Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau plot adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh. 3) Latar/ Setting Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang baik, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Latar atau landasan tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar dibedakan menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik (latar material) latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, bahasa dan lain-lain. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah latar di dalam wujud fisik. Latar tidak hanya sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran tempat, waktu dan situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup logis. Latar juga dimaksudkan untuk
membangun
atau
menciptakan
suasana
tertentu
yang
dapat
menggerakan perasaan dan emosi pembaca serta menciptakan mood atau suasana batin pembaca 4) Penokohan dan Perwatakan Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
34
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui: (1) tindakan, ucapan dan pikirannya; (2) tempat tokoh tersebut berada; (3) benda-benda di sekitar tokoh; (4) kesan tokoh lain terhadap dirinya; (5) deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang Perwatakan dalam suatu fiksi bisaanya dapat dipandang dari dua segi. Pertama mengacu pada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah mengacu kepada pembauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh adalah yang melahirkan peristiwa. Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi yaitu secara analitik dan secara dramatik. Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak tokoh atau karakter tokoh, pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Secara dramatik yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui pilihan nama, melalui penggambaran fisik / postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya dan sebagainya dan melalui dialog. 5) Sudut Pandang Penceritaan Diantara unsur-unsur pembangun cerpen yang tidak bisa ditinggalkan adalah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita. Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah sebagai berikut. (1) Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang aku atau saya. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan aku dan saya nya. (2) Sudut pandang orang ketiga, bisaanya pengarang menggunakan tokoh ia, atau dia. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya. (3) Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat
35
pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. (4) Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandang ini lebih cocok untuk ceritacerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui. 6) Gaya Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada secara khas di dunia ini. Gaya adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai seni. 7) Amanat Amanat dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang terdapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra. Dari tema cerita tergambar amanat yang ingin sampaikan oleh pengarang. Menurut Wiyanto (2005: 84) amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca seluruhnya.
36
Cerpen yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun jalan cerita yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan, alur/ plot, latar/ seting, gaya bahasa, dan sudut pandang penceritaan. Suroto (1990: 88) berpendapat bahwa cerpen pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan dan penokohan, latar, alur, gaya, serta amanat. Berdasarkan pendapat tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembangun cerpen terdiri atas tema, perwatakan, seting, rangkaian peristiwa/alur, amanat, sudut pandang, dan gaya. Adapun semua unsur tersebut berjalinan membentuk makna baru.
6. Menulis Cerpen a. Hakikat Menulis Cerpen Menurut Widyamartaya (1990: 9) menulis adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan
seseorang
mengungkapkan
gagasan
dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Korrie Layun Sampan (1995:22) menyatakan sesungguhnya pengarang yang berbakat tidak pernah menunggu datangnya inspirasi atau ilham, tetapi mencarinya. Hal tersebut juga seharusnya dapat diterapkan pada semua kalangan penulis dengan harapan seorang yang akan menulis akan bisa menulis tanpa menunggu datangnya ilham atau inspirasi, melainkan menvcari inspirasi guna dikembangkan. Dengan demikian menulis cerpen pada hakikatnya sama dengan menulis kreatif sastra yang lain. Menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Tulisan yang termasuk kreatif berupa puisi, fiksi, dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991: 1) menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut (bisaanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas dan
37
utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis kreatif sastra adalah suatu proses yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa. Dasar penulisan kreatif atau creative writting sama dengan menulis bisaa, pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam hal ini sangat penting peranannya dalam penggembangan proses kreatif seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun akhirnya. Kreativitas dapat di artikan sebagai perilaku yang berbeda dengan perilaku umum, kecenderungan jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru lain dari yang umum, bentuk berpikir yang cenderung njlimet dan menentang arus. Pengertian kreativitas dapat juga mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada (Titik, dkk. 2003: 31). Terdapat empat unsur dalam kreativitas yakni: (1) keterampilan berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat, dan (4) daya imajinasi. Sedangkan untuk proses penulisan cerpen dimulai dari (1) munculnya ide dalam benak penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh. (4) membahasakan ide tersebut dan menatanya (ini masih dalam benak penulis), dan diakhiri dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra Dalam penulisan kreatif sastra terdapat tiga unsur penting yakni: (1) kreativitas, (2) bekal keterampilan bahasa, dan (3) bekal keterampilan sastra, kreativitas sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap dan mematangkan
ide,
mendayagunakan
bahasa
secara
optimal,
dan
mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra yang berwarna baru. Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat dicapai melalui pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiatif dan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui
38
kegiatan penulisan kreatif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis sebagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri, ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain dalam dan melalui tulisan kreatif, sebagai sesuatu yang bermakna. Kedua tujuan tersebut sekaligus memberikan peluang bagi pembentukan pribadi kreatif. Dalam kaitan ini, kepribadian hendaknya dipahami tidak hanya sebagai kumpulan sejumlah unsur kepribadian. Berdasarkan kenyataan harus diakui bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi yang kreatif antara ciri yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan secara tegas. Ciri-ciri pribadi kreatif tersebut adalah (1) keterbukaan terhadap pengalaman baru; (2) keluwesan dalam berpikir; (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat; (4) kaya imajinasi; (5) perhatian yang besar terhadap kegiatan cipta mencipta; (6) Keteguhan dalam mengajukan pendapat atau pandangan dan; (7) Kemandirian dalam mengambil keputusan (Sayuti 2002: 2). Proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan pribadi. Jadi, proses kreatif itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya juang kreatif yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dari aspek pribadi tersebut kreatifitas merupakan suatu tindakan yang muncul dari tindakan pribadi yang unik dan khas, sebagai tanggapan terhadap lingkungannya, tanggapan seseorang penulis (pengarang) terhadap lingkungan itu akan menolong inisiatif mengulur imajinasi. Pengaluran imajinasi itu menunjukan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru. Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/seting, perwatakan, dan tema.
39
b. Tahapan Menulis Cerpen Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah proses, menulis cerpenpun demikian halnya yang harus melewati beberapa tahap. adapun empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap inkubasi, 3) tahap saat inspirasi, 4) tahap penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini berlangsung pada saat gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan untuk mengungkapkan gagasan yang terdapat dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak hilang atau terlupa dari ingatan penulis (Sumardjo, 2001: 70). Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis
cerpen
sebagai
salah
satu
kemampuan
menulis
kreatif
mengharuskan penulis untuk berpikir kreatif dan mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.
c. Anatomi Cerita Pendek Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur pembangun cerpen, maka sejatinya seseorang sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya seseorang perlu mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun tempatnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut: 1) situasi (pengarang membuka cerita), 2) peristiwa-peristiwa
yang terjadi, 3) peristiwa-peristiwa memuncak, 4)
klimaks, 5) anti klimaks.
40
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula bisaanya di struktur cerita ini. Komposisi cerpen dapat dikatakan sebagai berikut: 1) perkenalan, 2) pertikaian, 3) penyelesaian. Sebuah cerpen dikatan berhasil memikat pembaca jika dalam penyajian insiden atau kejadian dalam ceritanya mampu memberikan kejutan atau surprise. Menurut Korrie Layun Rampan (1995: 56 ) kejutan atau surprise merupakan daya tarik yang membawa kenang-kenagan atau ingatan khusus pada cerita. Teknik kejutan yang paling populer adalah apa yang disebut dengan surprise ending (kejutan akhir).
7. Pembelajaran Menulis Cerpen di SMA Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran adalah belum maksimalnya penggunaan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran erat kaitannya dengan tingkat kesiapan anak. Dalam hal ini, diperlukan suatu pertimbangan khusus tentang bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi perkembangan kognitif dan bahasa sekolah menengah pertama. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI sekolah menengah atas. Pada periode ini anak mampu memahami konsep keadilan, kepribadian, dan kebenaran. Pertimbangan dalam menentukan bahan pembelajaran menulis cerpen bagi anak sekolah menengah adalah disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa yakni, bahan yang sudah mulai meninggalkan unsur-unsur fantasi dan masuk kepada unsur realitas, mulai mengarah pada upaya pemahaman melalui hipotesis, dan adanya implementasi konsep/prinsip. Pertimbangan psikologis tersebut diperlukan agar dapat menumbuhkan minat, daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Pemilihan bahan pembelajaran erat kaitannya dengan tingkat kesiapan anak. Pertimbangan selanjutnya untuk menentukan bahan pembelajaran menulis cerpen adalah sudut pandang bahasa. Guru dalam memilih bahan pembelajaran cerpen dengan mempertimbangkan kosakata yang baru, segi ketatabahasaan,
41
situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Ciriciri bahan pembelajaran yakni menarik, mengandung banyak lakuan, bahagia pada akhir cerita, tidak terlalu panjang, dan menyenangkan. Unsur-unsur literer yang membangun cerpen adalah alur, latar, tema, penokohan, dan gaya yang khas. Alur cerita tersusun dalam urutan yang logis dan sesuai tuntutan cerita. Latar cerita memiliki ciri-ciri: uiversal, menanamkan kebenaran, dan perjuangan antara kekuatan baik dan jahat. Penokohan atau penggambaran watak tokoh memiliki ciri-ciri: meyakinkan, nyata, tindakannya konsisten dengan plot, penggambarannya sederhana dan langsung. Selain itu juga sedikit memiliki citraan, penggambaran tokohnya hidup, memiliki suatu yang khas dan menarik, serta nama tokoh mudah diingat atau mengesankan. Sedangkan gaya pengarang dalam cerita memiliki ciri-ciri: mengesankan, segar, tepat, serta bila dibacakan terlihat menarik. Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa materi pembelajaran sastra tidak hanya mencakup tentang peristiwa sastra atau cipta sastra, melainkan sejumlah persoalan dan hasil olah pikir dan karya siswa. Hasil tulisan siswa dapat menjadi materi pembelajaran yang menarik dalam sebuah kelas apresiasi sastra. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan siswa dalam sebuah diskusi, merupakan materi pembelajaran yang menghidupkan kelas. Materi pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan siswa tentang sastra dan membangkitkan minat siswa untuk menulis kreatif sastra.
8. Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) a. Pengertian Strategi 3M Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kondisi sekolah mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Namun, kondisi tersebut bisa diatasi apabila
guru
mampu
menciptakan pembelajaran
yang
menyenangkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan merencanakan strategi pembelajaran yang menarik. Berdasarkan pertimbangan
42
tersebut, penulis berusaha untuk memberikan alternatif strategi pembelajaran menulis yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Strategi pembelajaran tersebut dikembangkan dari strategi copy the master. Strategi copy the master merupakan sebuah strategi yang diturunkan dari pendekatan menulis terpimpin, kontekstual, model, dan proses. Sementara itu, ungkapan copy
master tersebut berasal dari pemikiran orang china
sebagaimana yang diutarakan Ismail Marahhimin (2004: 20) bahwa konon pada zaman dahulu di China, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberikan lukisan yang sudah jadi dan baik. Bisaanya lukisan yang dibuat oleh sang master, yaitu orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang calon pelukis disuruh melukis dengan meniru model lukisan yang disediakan. Dengan cara yang demikian ini, calon pelukis akhirnya bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk khas sesuai dengan kepribadiaannya. Dan strategi pembelajaran yang demikian yang dinamakan copy the master, yang artinya meniru lukisan sang ahli. Proses tersebut dapat pula berlaku pada bidang lain termasuk pembelajaran menulis. Ismail Marahimin (2004: 21) juga menyatakan bahwa copy the master dalam pembelajaran menulis merupakan model yang paling disukai banyak penulis. Ide ini diperkuat pendapat bahwa strategi copy the master adalah strategi yang mudah karena dekat dengan penulis. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan copy the master juga mengalami pengembangan. Copy the master selanjutnya oleh Ismail Marahimin dikembangkan menjadi strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan). Namun demikian, copy the master memiliki perbedaan dengan stategi 3M meskipun Strategi 3M merupakan strategi hasil pengembangan strategi copy the master. Perbedaan tersebut terletak pada proses yang berkelanjutan pada strategi 3M yaitu proses mengolah dan mengembangkan, sementara pada copy the master calon penulis hanya diberi kesempatan untuk meniru hingga sang penulis mampu meniru tulisan yang dijadikan model. Kelebihan dari Strategi 3M adalah model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap
43
peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan. Strategi 3M melalui tiga tahap, yakni tahap meniru, mengolah dan mengembangkan. Tahap meniru diisi dengan kegiatan membaca, mengidentifikasi, selanjutnya menyadur. Hasil saduran tersebut akan diolah pada bagian alur dan tokoh. Hasil olah tersebut akan dikembangkan dalam bentuk dialog, monolog, dan komentar pengarang dan hal inilah yang menjadi kelebihan pada strategi 3M. Strategi ini mengedepankan proses yang sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu kreativitas siswa juga dikembangkan pada tahap yang ketiga yaitu tahap mengembangkan. Jakob Sumardjo (2001: 91) menyatakan bahwa yang menjadi kriteria cerpen yang akan dijadikan model yaitu: (1) Cerpen tersebut harus dekat dengan calon penulis, dalam artian cerpen harus menarik perhatian calon penulis; (2) cerpen tersebut merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, dan mengandung arti. Sama seperti hanya pada strategi copy the master, strategi 3M juga terdapat beberapa pendekatan yang menjadi latar belakang filofisnya. Ismail Marahimin (2004: 30) menyatakan bahwa pendekatan yang menjadi latar belakang filosofis metode 3M tersebut antara lain. 1) Pendekatan Menulis Terpimpin Pendekatan menulis terpimpin merupakan pendekatan yang memulai pembelajaran dari hal-hal yang mudah dan sederhana yang sesuai dengan minat siswa. Keunggulan yang terdapat pada pendekatan menulis terpimpin adalah membuat siswa menulis dengan mudah. Depdiknas ( dalam Arnita, 2007) menyatakan bahwa pendekatan menulis terpimpin adalah proses pembelajaran yang dimulai dari ha-hal yang sederhana, dekat dengan lingkungan serta dapat menarik minat siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan tulisannya dengan mudah.
44
2) Pendekatan Kontekstual Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa aktivitas menulis akan lebih bermakna bila dilakukan dengan berorientasi pada tujuan. Tujuan menulis adalah menyampaikan apa yang ada dalam gagasannya kepada pembaca. Dengan demikian pembelajaran menulis yang dilakukan akan lebih alamiah karena siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002: 1). 3) Pendekatan Analisis Model Pendekatan analisis model mengasumsikan bahwa keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca. Menurut Stephen D. Krasen (dalam Hernowo, 2004: 11) menyatakan bahwa hasil riset denga jelas menunjukkan bahwa orang belajar menulis lewat membaca. Sehingga kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh banyaknya wawasan yang diperoleh dari proses ia membaca. Hal tersebut merupakan sebuah penguatan atas apa yang dicetuskan Ismail Marahimin (2004: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis haruslah mencontoh tulisan-tulisan bermutu sebagai model untuk ditiru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membaca sebagai langkah awal untuk menulis. 4) Pendekatan Proses Menurut Siswandi (2006: 7) dalam menulis seseorang dituntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan khusus, dan pengajaran langsung. ”Pendekatan proses dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa” (Moejiono dan Dimyati, 1991: 14).
45
Secara garis besar terdapat tiga tahap yang harus dilalui jika seseorang hendak menulis, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap penuangan; dan (3) tahap peninjuauan. Dalam penerapan di kelas, siswa akan dituntun oleh guru untuk berlatih melalui proses menulis tahap demi tahap, sehingga mereka merasa jika proses itu diikuti dan akan menghasilkan tulisan yang baik.
b. Rancangan Pengajaran Menggunakan Strategi 3M 1) Tujuan Pengajaran Sesuai dengan kurikulum yang menjadi pegangan dalam penelitian ini, tujuan pengajaran yang diharapkan adalah peserta didik mampu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam jenis cerpen. 2) Materi Pengajaran Pembahasan materi pengajaran dalam stategi ini sebatas pada pengetahuan awal yang nantinya akan menjadi landasan siswa terkait dengan penulisan cerpen sehingga materi berfungsi sebagai pengetahuan dasar secara teoritis terhadap sebuah cerpen. Materi yang akan disajiakan pada pengenalan tersebut mencakup pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, unsur intrinsik cerpen, serta strategi 3M dalam menulis cerpen. 3) Peranan Siswa, Guru, dan Materi Peranan siswa dalam penelitian ini adalah sebagai subyek pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, hal ini karena pembelajaran yang dilakukan tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. Namun demikian pada tahap awal guru berkewajiban memberikan pengantar materi pembelajaran tentang sebuah cerpen kemudian mengarahkan siswa menulis cerpen menggunakan strategi 3M. Materi yang ada dalam pembelajaran berperan sebagai pengetahuan awal terhadap pembelaran cerpen yang sedang berlangsung.
46
c. Tahapan Strategi 3M Ismail Marahimin (2004: 33) menyatakan bahwa tahapan strategi 3M mengacu pada beberapa tahapan pembelajaran menulis pada penelitianpenelitian sebelumnya. Adapun rincian dan penjelasan tahap pada strategi 3M sebagai berikut. 1) Tahap Meniru Tahap meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca cerpen yang dijadikan model. Pada tahap ini siswa akan diberikan satu cerpen yang dijadikan model yang dekat dengan dunia mereka (siswa). Selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur cerpen dengan mengisi bagan yang telah disediakan. Adapun bagan tersebut berisi tentang siapa, kapan, bagaimana, dimana, mengapa. Setelah itu siswa akan menyadur cerpen model dengan mengganti unsur tokoh dan latar yang sesuai dengan dunia siswa. Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap meniru adalah: (1) adanya kegiatan pemahaman unsur-unsur cerpen dengan cara mengidentifikasi unsur-unsur cerpen; (2) dilanjutkan dengan kegiatan mengganti unsur yang paling mudah yakni tokoh dan latar; (3) kegiatan terakhir pada tahap meniru yakni menulis dengan meniru model cerpen.
2) Tahap Mengolah Pada tahap olah siswa akan mengolah hasil saduran namun hanya beberapa unsur. Unsur tersebut adalah tokoh, latar, dan alur. Pertimbangan digunakannya tiga unsur karena unsur tokoh, latar, dan alur adalah unsur yang paling mudah dikembangkan secara kreatif dan untuk efisiensi waktu pembelajaran. Pada tahap mengolah tokoh, yang dilakukan siswa yakni dengan menambah tokoh dalam cerita, mendeskripsikan watak tokoh, dan mengubah cerita secara relatif sama. Sedangkan pada tahap mengolah alur cerita, kegiatan siswa adalah dengan membuat urutan-urutan peristiwa baru. Adapun yang menjadi ciri-ciri tahap mengolah adalah: (1) kegiatan mendeskripsikan tokoh dengan menambah dialog, monolog, dan komentar,
47
(2) kegiatan mendeskripsikan latar waktu dan tempat, dan (3) kegiatan mengolah peristiwa dalam alur.
3) Tahap Mengembangkan Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah. Pada tahap ini, siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan tokoh baru, mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang baru. Adapun rincian dari setiap unsur yang dikembangkan meliputi: (1) tema dikembangkan secara orisinil dan unik; (2) mengembangkan tokoh dengan melengkapi dialog, monolog, dan komentar; (3) mengembangkan latar dengan mendeskripsikan secara rinci; (4) mengembangkan peristiwa dalam kalimat secara lengkap; (5) menggunakan bahasa yang komunikatif; (6) menggunakan ejaan yang benar. Pada tahap mengembangkan memiliki ciri-ciri: (1) kegiatan mengembangkan tema yang dilakukan oleh siswa sendiri dan (2) kegiatan mengembangkan tokoh, latar, dan peristiwa.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen merupakan penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tentang menulis cerpen tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis cerpen-cerpen di sekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah (2005), Maulana (2005), dan Kusworosari (2007). Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya Wisata pada siswa Kelas I3 MA Ma`hadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode karya wisata. Peningkatan ini dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada tindakan yaitu 58,66% kemudian meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi 69,38%, pada siklus II meningkat 7,25% menjadi 76,63%.
48
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tutiyah (2005) berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas IE SMP Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji tentang metode karya wisata yang berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerkak. Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil peningkatan keterampilan siswa yang signifikan dengan nilai rata-rata siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat sebesar 2,27. Setelah menggunakan metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan siswa dalam menulis cerkak meningkat sebesar 0,51 %. Kusworosari (2007) melalukan penelitian dengan judul
Peningkatan
Menulis Cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 5
Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 62,37. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 73,65. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami perubahan dari perilaku negatif menjadi perilaku positif. Penelitian yang dilakukan Maulana (2005), yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas 2B SMP Cinde Semarang Tahun pelajaran 2004/2005. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ternyata ditemukan adanya peningkatan keterampilan menulis siswa kelas 2 B SMP Cinde Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis iklan dengan menggunakan metode latihan terbimbing. Perubahan perilaku siswa juga tampak selama penelitian berlangsung, siswa sudah berperilaku positif terhadap pembelajaran. Berdasarkan penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian tentang menulis cerpen sudah mulai banyak dilakukan meski masih terbatas, dari penelitian tentang menulis cerpen di atas menunjukkan adanya peningkatan. masing-masing
49
penelitian menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dan menghasilkan peningkatan yang berbeda-beda pula. Tetapi upaya peningkatan menulis cerpen masih perlu di kembangkan dan dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara peningkatan keterampilan menulis yang dipilih oleh penulis adalah peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan). C. Kerangka Berpikir Pada dasarnya pengajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa memiliki keterampilan, pengalaman, dan memanfaatkan keterampilan menulis dalam berbagai keperluan. Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum memenuhi tujuan yang akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaannya dengan baik dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa strategi 3M (meniru, mengolah, dan mengembangkan) menekankan keseimbangan antara kualitas dalam pembelajaran menulis cerpen. Strategi 3M dilakukan melalui tahapan prapenulisan yang berupa pengenalan siswa terhadap cerpen disertai contoh cerpen, tahap penulisan (mengolah) yang didasarkan atas contoh cerpen yang telah diberikan sebelumnya, dan proses terakhir proses mengembangkan dimana siswa dituntut untuk dapat mengembangkan ide atau gagasan dalam membuat cerpen berdasarkan rangkaian proses yang dilakukan sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan pengadaan strategi 3M adalah agar siswa dapat terlibat secara langsung proses penulisan cerpen yang dimulai dari proses prapenulisan hingga sampai proses mengembangkan. Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap karangan yang mereka buat. Sebagai model pembelajaran yang konstruktivistik, strategi 3M dapat memberikan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, mengkonstuksi konsep-konsep yang terdapat dalam strategi 3M, sehingga kemampuan menulis cerpen siswa dapat meningkat.
50
Kerangka berpikir Rendahnya kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
Kualitas proses pembelajaran rendah ditandai dengan 1. Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. 2. Rendahnya Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Kerja sama siswa tidak terjalin. 4. Pembelajaran tidak menarik karena berpusat pada guru dan berorientasi pada siswa.
Kemampuan menulis cerpen siswa rendah ditandai dengan 1. Penilaian yang meliputi topik, tokoh dan penokohan, alur, latar, diksi dan gaya bahasa, pilihan kata, ejaan dan tanda baca belum mencapai KKM yaitu nilai 65. 2.
Pengetahuan siswa tentang cerpen rendah.
Reflecting
Planning Pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M.
Observing
Acting
Kualitas Pembelajaran Menulis Cerpen meningkat (Keaktifan, Kesungguahan, kerja sama siswa meningkat, dan pembelajaran berpusat pada siswa dan berorientasi pada proses menulis cerpen.
Kemampuan menulis dan pengetahuan siswa tentang cerpen meningkat (Topik Cepen ( Isi gagasan yang dikemukakan ), Organisasi Isi dalam Cerpen, Tata Bahasa, Gaya (Pilihan Struktur dan Kosa Kata),
Ejaan, serta ketuntasan belajar meningkat).
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: ”Penggunaan
Metode
3M
(meniru,
mengolah,
mengembangkan)
dapat
meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen dan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun pelajaran 2009/2010”
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk yang beralamatkan di Manggung, Sukorejo, Musuk, Boyolali, kode pos 57361, telp. 08122615912. Sekolah ini dipimpin oleh Bambang Wahyadi, S.Pd. Alasan pemilihan SMA Negeri 1 Musuk sebagai lokasi penelitian adalah karena memang sekolah ini mengalami permasalahan di dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis cerpen. Alasan lain yaitu sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terbuka dan mau menerima segala bentuk penelitian yang berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan profesionalisme guru sekolah tersebut. Selain itu sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan yang dimulai dari tahap persiapan yang dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga pelaporan hasil pengembangan pada bulan Mei 2010. Untuk lebih jelasnya berikut ini dapat dikemukakan rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Waktu No 1.
Jenis kegiatan
Sep.
Des.
Jan.
Feb.
Maret
2009
2009
2010
2010
2010
Persiapan survai awal sampai penyusunan prososal
2
Pengumpulan data
3
Analisis data
4
Penyusunan Laporan
36
April 2010
Mei 2010
52
B. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk Kabupaten Boyolali, Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun jumlah siswa kelas X.1 adalah 33 siswa. 12 Siswa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 21 siswa berjenis kelamin perempuan. Dipilihnya kelas X.1 sebagai responden penelitian didasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut. 1. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X.1 semester dua terdapat beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerpen. 2.
Hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X.1. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran kelas X.1 diperoleh informasi bahwa siswa kelas X.1 memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Proses pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode ceramah tanpa bantuan media maupun strategi pembelajaran apapun.
3. Kelas X.1 memiliki keterampilan menulis cerpen rendah. Padahal menulis merupakan tuntutan kurikulum. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis tersebut salah
satunya yaitu melalui penggunaan
strategi 3M. C. Sumber Data Penelitian Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber dat tersebut meliputi: 1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yakni berbagai kegiatan pembelajaran menulis cerpen yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dengan menggunakan strategi 3M. 2. Informan dalam penelitian ini yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
53
3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis cerpen, hasil tes siswa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti, serta hasil angket yang diisi oleh siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Tes Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen adalah tes yang menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M. Alat tes menulis cerpen berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis cerpen. Waktu yang digunakan untuk menulis cerpen adalah 60 menit. Kriteria penilaian menulis cerpen dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen Aspek
Skor Maksimal
- Topik Cerpen ( Isi gagasan yang dikemukakan ).
35
- Organisasi Isi dalam Cerpen.
25
- Tata Bahasa.
20
- Gaya: Pilihan Struktur dan Kosa Kata.
15
- Ejaan.
5 Jumlah
100
( Burhan Nurgiyantoro.”Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra”.2001: 306) Berdasarkan pedoman penilaian penilaian kemampuan menulis cerpen tersebut, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen berhasil dengan sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Siswa yang berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85-100, siswa yang berhasil dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75-84, siswa yang berhasil dengan kategori cukup baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 6074, siswa yang berhasil dengan kategori kurang baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 50-59, dan siswa yang tidak berhasil yaitu siswa yang memperoleh nilai 0-49.
54
2. Instrumen Nontes Teknik nontes alat penilaian yang
dipergunakan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan di kelas tanpa alat tes. Teknik nontes diperlukan untuk mendapatkan data yang tidak , atau paling tidak secara langsung, berkaitan dengan laku kognitif. a. Observasi Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa pada proses pembelajaran menulis cerpen yang terjadi selama proses penelitian di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Teknik ini dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan tanggal 17 Februari 2010. Observasi dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengamati jalannya proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti mengambil posisi duduk di tempat duduk paling belakang yang memang telah disediakan untuk peneliti. Selama berada di belakang peneliti dapat leluasa mengamati proses pembelajaran tanpa mengaanggu jalannya pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung. Pengamatan terhadap siswa mencakup kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Tulisan cerpen yang dibuat siswa hendaknya sesuai dengan struktur atau kriteria menulis cerpen yang baik yang mencakup aspek isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dam mekanisme pembuatan. Selain itu, diamati dari keaktifan serta minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan
pengamatan
terhadap
kinerja
guru
diamati
berdasarkan kesuaian proses pengajaran dengan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, diamati juga dari peran guru dalam pengelolaan kelas srta peran guru dalam memberikan motivasi terhadap siswanya. Hasil observasi selanjutnya didiskusikan peneliti dengan guru kemudian dianalisis untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada serta mencari jalan keluar atas permasalahan yang muncul selama proses pebelajaran menulis ceren berlangsung.
55
b. Wawancara Mendalam ( teknik In-depth Interview ) Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang respon siswa terhadap meteri keterampilan menulis cerpen melalui penggunaan strategi 3M. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16 Februari 2010 pada pukul 12.00 WIB. Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di ruang Tata Usaha di sekolah tersebut. Selain mewawancari guru, peneliti juga mewawancarai siswa yang dilakukan di kantin sekolah selama istirahat pertama berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2010. Suasana kantin pada saat itu tidak begitu ramai karena sebagian besar siswa berada di lapangan menyaksikan latihan upacara teman mereka sebagai persiapan lomba tata upacara bendera sekabupaten Boyolali. Wawancara dilakukan untuk mengetahi metode pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan guru. Teknik ini juga digunakan untuk mengetahi bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru selama ini. Adapun yang menjadi topik wawancara adalah pembelajaran menulis cerpen yang terjadi di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk.
c. Dokumentasi (Foto) Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan gambar (foto). Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data instrumen nontes. Foto yang diambil sebagai sumber data, dapat memperjelas data yang lain. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data lain. Pengambilan gambar dilakukan pada saat siswa melakukan beberapa aktivitas yaitu menulis cerpen, dan pada saat guru memberikan bimbingan kepada siswa saat pembelajaran.
56
E. Uji Validitas Data Berbagai data yang didapatkan dalam penelitian ini diuji validitasnya dengan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode, serta review informan. Trianggualsi
metode
adalah
teknik
untuk
menguji
kebenaran
dengan
membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Trianggulasi sumber adalah teknik yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan mengacu pada kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain. Review informan digunakan untuk mengetahui keaviditasan hasil wawancara.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Mulyadi (2006: 9) mengatakan bahwa teknik analisis deskriptif komparatif mencakup analisis kritis komparatif terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara diklasifikasikan sebagai data kualitaif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data yang berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada tiga siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan.
G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dinilai dari aspek-aspek indikasi ketercapaian dalam pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang telah
57
ditentukan menjadi indikator ketercapaian tujuan penelitian ini yaitu aspek proses pembelajaran menulis cerpen. Selain itu, indikator keberhasilan juga dilihat dari aspek ketuntasan belajar menulis cerpen yang telah ditetapkan oleh sekolah dengan batas ketuntasan minimal dengan nilai 65. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas dirumuskan indikator sebagai berikut. Tabel 3. Indikator Keberhasilan untuk Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Presentase Aspek yang Diukur
Kondisi
Kondisi
Hasil
Awal
Akhir
Capaian
Indikator Keberhasilan
Siklus III 1. Motivasi Belajar Siswa. 2. Keaktifan siswa
Rendah
Terjadi peningkatan
Siswa tertarik dan senang >75 %
dengan
pembelajaran
menulis cerpen.
para dalam
kegiatan belajar
Rendah
Terjadi peningkatan
>75 %
Siswa aktif dalam proses pembelajaran.
mengajar. 3. Keterlaksanaan oleh guru.
Rendah
Terjadi peningkatan
>75 %
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana. Pelaksanaan pembelajaran
4. Keterlaksanaan oleh siswa.
Rendah
Terjadi peningkatan
>75 %
sesuai
dengan
rencana
tanpa ada hambatan yang bersumber dari siswa. Terjadi hubungan timbal
5. Interaksi
siswa
dengan guru.
Rendah
Terjadi peningkatan
>75 %
antara siswa dengan guru dalam
kegiatan
belajar
mengajar.
( Nana Sudjana. ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”.2006: 60 )
43
58
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis Cerpen Aspek yang Diukur
Presentase Kondisi
Kondisi
Target
Awal
Akhir
Capaian
Indikator Keberhasilan
Siklus III Nilai Siswa Mencapai Standar Ketuntasan Minimal Untuk Mata
Pelajaran
Indonesia, Ketuntasan (Hasil
Belajar
Pembelajaran
Didasarkan Rendah
Tinggi
>75 %
menulis Cerpen)
Bahasa
Yaitu Atas
65 Aspek
Penilaian Yang Meliputi: 1. Topik Cerpen. 2. Organisasi Isi. 3. Tata Bahasa 4. Gaya. 5. Ejaan.
( Nana Sudjana. ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”.2006: 62 )
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai dengan akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 74). Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: 1) perencanaan tindakan (Planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi ( reflecting).
59
Berikut ini prosedur penelitian ini jika dilukiskan dalam bentuk gambar. Perencanaan tindakan I
Permasalahan
Pelaksanaan tindakan I
Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi
Pengamatan/ pengumpulan data I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II
Apabila masalah belum terselesaikan
Pengamatan/ pengumpulan data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk.”Penelitian Tindakan Kelas”.2006: 74)
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci akan diuraikan sebagai berikut: a. Rancangan Siklus I 1). Tahap Perencanaan, mencakup kegiatan: a) Penyusunan silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan meteri menulis cerpen I. b) Merancang skenario pembelajaran membaca cerpen melalui langkahlangkah: (1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kegiatan menulis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya contoh-contoh profesi yang berkaitan dengan kegiatan menulis, (2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
pengertian
menulis,
pengertian
cerpen,
unsur-unsur
pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M dalam menulis cerpen, (3) Guru
60
membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsurunsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagiakan, (4) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas, (5) Guru meminta siswa menulis cerpen berdasarkan unsurunsur pembangun cerpen yang telah didiskusikan sebelumnya dengan menggunakan strategi 3M. 2). Tahap Pelaksanaan, dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang sesuai skenario pembelajaran dan RPP yang telah dibuat, siklus pertama pembelajaran dilakukan oleh guru dengan mengenalkan strategi 3M pada pembelajaran cerpen selain itu juga masih harus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dengan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran selesai. 3). Tahap Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktikvitas siswa dalam mengikuti pembelajaran). Guna memperoleh data yang akurat dapat dilakukan dengan wawancara dengan para siswa berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4). Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis maka akan didapat kesimpulan guna mengetahui apakah strategi 3M yang diterapkan pada siklus I dapat meningkatkan kualitas proses serta hasil pembelajaran menulis cerpen. Sebagai bahan acuan keberhasilan proses serta hasil pembelajaran dinyatakan dengan tercapainya target yang ditetapkan atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan.
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan) Sebagaimana telah dituliskan di depan, penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Survei kondisi pratindakan dilakukan guna mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Survei ini dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara dengan guru dan siswa, serta angket. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran menulis cerpen di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Survei dilakukan pada hari Selasa, 16 Februari 2010 pada jam pelajaran ke 7-8 (pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.45 WIB). Survei dilakukan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun jumlah siswa di kelas tersebut adalah 33 siswa. B. Deskripsi Kondisi Kelas Kondisi kelas pada pratindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut. 1. Metode Mengajar yang Diterapkan Guru Kurang Menarik. Dalam mengajar guru menggunakan metode tanya jawab dan tugas. Terkadang siswa ditugasi untuk membaca sendiri materi modul yang kurang lengkap, setelah itu siswa ditugasi mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok. Meskipun siswa sudah berada dalam kelompok yang telah dibagi guru namun, guru belum mampu menguasai keadaan kelas yang ramai. Hal ini terbukti dari hasil observasi terlihat dalam berdiskusi siswa tidak semuanya mengerjakan tugas. Selain itu masih terdapat siswa yang bermalas-malasan. Saat mengerjakan tugas yang diberikan guru terlihat masih banyak siswa yang merasa kesulitan menangkap penjelasan guru. Sebagian besar dari mereka belum memahami betul mengenai cerpen dan langkah-langkah dalam membuat cerpen. Berdasarkan hasil survei tersebut, guru dan peneliti
46
62
berdiskusi dan berkolaborasi sehingga menghasilkan kesepakan bahwa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen adalah dengan melakukan tindakan dengan menggunakan strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan) yang merupakan strategi hasil pengembangan dari strategi Copy Master.
2. Guru Kesulitan dalam Mengelola Kelas. Sebagian siswa berbicara dengan temannya. Beberapa siswa yang lain sibuk menyisir rambut, memukul-mukul meja dengan buku, tidur-tiduran ketika pembelajaran berlangsung meskipun guru berada di dalam kelas. Hanya sebagian kecil siswa yang tampak memperhatikan guru ketika pembelajaran berlangsung, terutama siswa yang duduk di deretan terdekat dari posisi guru ketika mengajar. Ketika guru berpindah ketitik yang lain, siswa yang tadinya berada pada posisi dekat dengan guru dan terlihat memperhatikan guru, ternyata sama halnya siswa yang lain yang berbicara dengan temannya. Terkadang guru harus berdiam diri karena suara guru hampir tidak terdengar karena terlalu ramainya kelas. Selain itu siswa yang berada jauh dari posisi guru waktu mengajar terlihat tiduran. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan guru mengalami kesulitan dalam mengelola kelas. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, keadaan tersebut memang diakui oleh guru. Guru mengungkapkan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh terlalu dekatnya hubungan guru dengan siswa. Menurut
pengakuan
siswa
yang
peneliti
wawancarai,
siswa
mengungkapkan bahwa sikap guru kurang tegas. Meskipun terkadang guru terlihat tegas namun, guru lebih sering menuruti kemauan siswanya. Diakui oleh siswa bahwa mereka memang dekat dengan guru namun, kedekatan mereka justru membuat mereka merasa terbisaa berkelakuan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang siswa di dalam kelas pada umumnya. Hal ini terlihat saat pelajaran berlangsung masih terdapat siswa
yang
bercengkerama dengan temannya, tidur-tiduran bahkan memukul-mukul meja
63
menggunakan buku. Sehingga saat guru memberiakn pertanyaan pada mereka, merekapun tidak mengerti sama sekali apa yang ditanyakan oleh gurunya. Selain itu menurut siswa, guru yang bersangkutan baru awal semester II mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut sementara pada semester I diampu oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lain.
3. Perhatian, Motivasi, dan Minat untuk Mengikuti pembelajaran Menulis Cerpen Kurang. Berdasar kegiatan pengamatan yang dilakukan di kelas, wawancara terhadap siswa dan guru, terlihat bahwa perhatian motivasi, dan minat untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen kurang. Menurut siswa, pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa yang selalu mengeluh saat diberikan tugas oleh guru untuk menulis cerpen. Perhatian mereka tidak sepenuhnya
tercurah pada
pembelajaran menulis cerpen. Selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung, siswa menunjukkan sikap kurang berminat mengikuti pelajaran. Hanya sesekali guru terlihat memperingatkan siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada proses pembelajaran. Namun, siswa hanya memperhatikan saat guru mereka menugur mereka. Sementara guru berpindah posisi mereka kembali menunjukkan sikap yang kurang berminat dengan pembelajaran menulis cerpen. Posisis guru ketika kegiatan pembelajaran menulis cerpen berlangsung lebih benyak berada di depan kelas dan hanya sesekali berada di belakang kelas itupun dilakukan guru hanya saat menegur siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
4. Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Rendah. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kesulitan dalam menulis cerpen. Mereka merasa kesulitan dalam merangkai kata dan menuangkan ide maupun gagasan mereka dalam bentuk tulisan yang dalam hal ini adalah cerpen. Selain itu, kosa kata yang dimiliki siswa sangat terbatas
64
sehingga cukup mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan dalam bentuk cerpen. Hal lain yang membuat mereka Merasa kesulitan untuk menulis cerpen yaitu mereka tidak bisa membuat karangan yang runtut. Dalam pembelajaran menulis cerpen guru hanya memberikan materi cerpen secara umum dan langsung menyuruh siswa untuk membuat cerpen sementara siswa belum mengerti dengan jelas apa dan bagaimana bentuk cerpen tersebut. Penilaian yang dilakukan gurupun belum menggunakan aspek-aspek penilaian dalam kriteia penilaian tulisan. Guru selama ini menggunakan penilaian menulis berdasarkan kerapian tulisan, panjang tulisan dan tidak terlalu banyaknya coretan dalam tulisan siswanya. Sehingga, siswapun saat mendapatkan tugas menulis
termasuk
menulis
cerpen,
mereka
lebih
mementingkan
memperbanyak tulisan mereka tanpa mengindahkan mekanisme dan langkahlangkah menulis cerpen. Hal ini peneliti peroleh dari hasil menulis yang dilakukan siswa sebelum adanya tindakan (pratindakan). Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan berupa cerpen yang baik, terbukti dari hasil pekerjaan menulis cerpen yang diberikan guru belum memenuhi batas ketuntasan yang telah ditetapkan sekolah yaitu nilai 65. C. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berikut penjabaran hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu deskripsi tentang peningkatan kualitas pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Adapun rincian proses penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. a. Siklus Pertama 1) Perencanaan Tindakan I Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusiskan rancangan tindakan pada siklus pertama yang akan
65
dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. Tahap perencanaan tindakan I yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 meliputi kegiatan sebagai berikut. a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen untuk hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB dengan menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kegiatan menulis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya contoh-contoh profesi yang berkaitan dengan kegiatan menulis. (2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang
pengertian
menulis,
pengertian
cerpen,
unsur-unsur
pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M dalam menulis cerpen. (3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk berdiskusi untuk mencari unsurunsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagiakan. (4) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas. (5) Guru meminta siswa menulis cerpen berdasarkan unsur-unsur pembangun cerpen yang telah didiskusikan sebelumnya dengan menggunakan strategi 3M. b) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah. c) Peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa contoh cerpen dari buku dan media massa.
66
d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes unjuk kerja untuk menilai kemampuan menulis cerpen siswa. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan keaktifan, motivasi, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
2) Pelaksanaan Tindakan I Tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Dalam pelaksanaan tindakan I ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut. a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan melakukan presensi terhadap siswa. b) Guru
menyampaikan
kompetensi
dasar,
indikator,
serta
tujuan
pembelajaran menulis cerpen pada pertemuan kali ini. c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang pengertian menulis, pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temanny tentang hahal yang yang dipertanyakan tadi. Guru memperkenalkan strategi 3M (meniru, mengolah, dan mengembangkan). d) Guru membentuk siswa ke dalam kelompok belajar memberikan contoh cerpen untuk dibaca oleh siswa kemudian dianalisis unsur-unsur pembangun cerpennya dengan cara diskusi kelompok. e) Guru meminta salah satu siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas. f) Siswa diminta meniru unsur-unsur cerpen yang dianalisis , mengolahnya menjadi kerangka cerpen, kemudian mengembangkan kerangka cerpen
67
yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian dikumpulkan. g) Guru menutup pelajaran pembelajaran pada pertemuan tersebut karena pelajaran bahasa Indonesia telah selesai.
3) Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi menulis cerpen di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Pengamatan dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. Pada pelaksanaan tindakan I, guru mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. pada pembelajaran sebelumnya yang dilakukan tanpa menggunakan metode maupun strategi dalam menulis cerpen. Meskipun di awal pembelajaran guru sudah menerangkan seputar cerpen namun. Pada tindakan I guru telah menerapkan strategi 3M diantaranya adalah dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk dianalisis siswa berdasarkan unsur-unsur pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya, kemudian mereka tiru dengan menganalisis unsur-unsur dalam cerpen yang disediakan sebagai contoh cerpen, mengolah dengan mengubah unsur-unsur paling sederhana yaitu tema, tokoh, serta alur, kemudian mengembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh. Pada awal pertemuan, guru mengadakan apersepsi terhadap siswa tentang kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Guru menyebutkan beberapa tokoh yang berhasil sukses dari menulis. Hal tersebut dilakukan guru dengan harapan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk menulis. Guru membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kemudian membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa berdasarkan unsur-unsur pembangun cerpen yang terdapat di dalamnya. Kemudian menyuruh siswa membuat cerpen dengan meniru unsur-unsur yang telah
68
didiskusikan sebelumnya. Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil tulisan mereka sebelum menutup pelajaran pada pertemuan tersebut. Sementara itu, peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil posisi duduk di belakang kelas. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu mengamati jalanya pembelajaran tanpa mengganggu jalannya pembelajaran. Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis cerpen sebagai berikutt. a) Guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. RPP tersebut telah sesuai dengan silabus pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b) Guru telah melaksanakan kegiatan menulis cerpen dengan baik. Guru telah mengajar dengan arah serta tujuan yang jelas dan terencana. Selain itu guru juga telah berusaha menerapkan strategi 3M dan berusaha mengajak siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari pemberian contoh cerpen yang kemudian dianalisis siswa secara diskusi dan hasil analisis tersebut dikembangkan menjadi sebuat cerpen yang utuh. c) Sebelum memberikan materi menulis cerpen, terlebih dahulu guru menggali pengalaman siswa mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis. Hingga pada akhirnya mengerucut pada permasalahan menulis cerpen. Guru mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran guna menerapkan penilaian yang otentik. d) Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan I ini, yaitu: (1) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi. Hal ini sebagai suatu kesalahan guru karena tidak membagi siswa kedalam kelompok diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang dilakukan tidak teratur karena siswa melakukan diskusi antar meja, antarderet kolom meja, antarbaris.
69
Hingga terdapat anggota kelompok yang letak tempat duduknya jauh sehingga membuat gaduh suasana kelas. Ada juga siswa yang mondarmandir menanyakan jawaban kepada teman mereka. (2) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “cukup” dalam kinerjanya. (3) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 % dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa 12 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 11 siswa
termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya
sebanyak 10 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. (4) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 25 siswa atau sebesar 75,7 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 16 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 9 siswa dalam kategori “cukup”, dan 8 siswa dalam kategori “kurang”. (5) Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini terlihat dari sebagian besar siswa masih terlihat takut dalam mengungkapkan pendapatnya. Selain itu saat guru memberikan tugas masih terdapat siswa yang tidak mengetahui tugas yang diberikan guru hingga sang guru harus mengulangi perintah yang diberikan pada siswanya. (6) Dari segi hasil tes unjuk kerja dari keseluruhan siswa yaitu 33 siswa hanya 22 siswa atau sebesar 66,6 % yang mampu menulis cerpen dengan baik dan dikatakan tuntas belajar dengan KKM yang ditentukan sekolah sebesar 65. Sisanya sebanyak 11 siswa atau sebesar 33,3 % masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis cerpennya. Mereka belum mampu mencapai batas tuntas minimal dalam menulis cerpen dan dinyatakan belum lulus.
70
4) Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi. Adapun yang menjadi penyebab kelemahan pada siklus I sebagai berikut. a) Posisi guru selalu berada di depan kelas dan tidak memberikan teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan selama proses pembelajaran. Guru seharusnya berkeliling guna memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. b) Pembentukan kelompok diskusi terlalu besar. Pembentukan kelompok diskusi seharusnya dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang kecil dan jarak antar anggota kelompok tidak berjauhan. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses pembagian kelompok dan proses diskusi semua siswa dapat aktif dan tidak terjadi kegaduhan karena harus bertukar tempat duduk. c) Belum dilakukannya refleksi pascabelajar sehingga guru tidak bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. d) Guru tidak memberikan motivasi siswa agar mau memperhatikan selama proses pembelajaran dengan mengemukakan pendapatnya, meberikan komentar dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dengan lancar dan benar. Motivasi-motivasi tersebut dapat berupa nasehat-nasehat yang bisa menyadarkan siswa sehingga mereka mengikuti pelajaran atas dasar keinginan hati mereka bukan lantaran terpaksa. Selain itu guru harus mampu mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga kegiatankegiatan dalam rangkaian pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
71
b. Siklus Kedua 1) Perencanaan Tindakan II Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 Maret 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusiskan rancangan tindakan pada siklus kedua yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB. Peneliti dan guru berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran pada siklus I. Analisis siklus I berupa nilai siswa pada siklus I, kondisi pembelajaran pada siklus I, mendiskusikan kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan berupaya melakukan perbaikan kekurangan pada siklus I. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi menulis cerpen pada siswa. Hal-hal tersebut yakni: (a) posisi guru selama pembelajaran sebaiknya selalu berkeliling ruang kelas untuk memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa terfokus pada proses pembelajaran. Dengan kata lain guru akan dapat memantau siswa, baik yang duduk di bagian depan maupun di bagian belakang. (b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memotivasi dan membimbing siswanya. (c) Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum ia pahami. Dengan demikian siswa akan melakukan hal-hal yang dikehendaki guru atas dasar kesadaran dari dalam diri siswa. Guru harus bisa mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sehingga rangkaian kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan perencanaan.
72
(d) Pembentukan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan dalam satu kelompok diharapkan tempat duduk antar anggota kelompoknya tidak berjauhan. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses pembagian kelompok dan proses diskusi, semua siswa dapat aktif dan tidak terjadi kegaduhan karena harus bertukar tempat duduk. (e) Perlu dilakukannya refleksi pascabelajar. Hal ini dimaksudkan agar guru bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan kata lain setelah adanya refleksi pascabelajar diharapkan dapat mengurangi kelemahan dan kesalahan terhadap pembelajaran berikutnya. Kelemahan dan kesalahan dalam pembelajaran tersebut akan diminimalisir dan diganti dengan cara lain yang dianggap akan lebih efektif dalam proses pembelajaran. Berpijak pada hal-hal tersebut, peneliti dan guru kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen II berdasarkan silabus dari sekolah. Selanjutnya peneliti dan guru mempersiapkan sumber belajar yang berupa contoh cerpen dari buku. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen untuk hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB dengan menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Guru menanyakan kesan siswa saat pertama kali menulis cerpen menggunakan strategi 3M. (2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi cerita pendek. Guru memberikan materi mengenai tahapantahapan dalam strategi 3M. Guru mempersilakan siswa untuk
73
berdiskusi dengan temannya tentang hal-hal yang yang dipertanyakan tadi. (3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar yang lebih kecil dari sebelumnya kemudian membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah disediakan. (4) Guru meminta siswa mengolah cerpen dengan meniru unsur cerpen yang paling sederhana yaitu tema, tokoh, serta alur. (4) Guru meminta siswa mengembangkan cerpen yang telah mereka olah menjadi sebuah cerpen dengan mengganti unsurunsur yang paling sederhana dari cerpen yang dijadikan sebagai contoh. (5) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar sebelum menutup pelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan II Tindakan II dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran pada siklus I. Sedangkan Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran.
74
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut. a) Guru masuk kelas, megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan melakukan presensi terhadap siswa. b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator, serta tujuan pembelajaran menulis cerpen pada pertemuan kali ini. c) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang tahapan-tahapan menulis cerpen dan anatomi cerita pendek. Guru memberikan materi mengenai tahapan-tahapan dalam strategi 3M. d) Guru
membagi siswa
dalam
kelompok belajar
kemudian
membagikan contoh cerpen, siswa diminta untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah disediakan. e) Guru meminta siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerpen dengan meniru, mengolah, serta mengembangkan unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen yang dijadikan sebagai contoh dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam menulis cerpen. f) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar sebelum menutup pelajaran. g) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.
3) Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi menulis cerpen di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Pengamatan dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB. Seperti halnya pada siklus I pelaksanaan tindakan II guru mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M.
75
Pada tindakan II guru masih menerapkan strategi 3M dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru siswa dan sebagai bahan acuan sebagai kerangka cerpen yang pada akirnya mereka kembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh. Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya kemudian melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi terhadap siswa seputar pengalaman menulis siswanya pada pertemuan sebelumnya (siklusI). Guru melakukan refleksi pada pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa adanya pertukaran tempat duduk diantara siswanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat pembentukan kelompok
diskusi
dan
pelaksanaan
diskusi.
Guru
kemudian
membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa Kemudian menyuruh siswa untuk meniru unsur-unsur yang terkandung di dalamnya kemunian mengolahnya menjadi sebuah kerangka cerpen dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh untuk kemudian dikumpulkan. Selama proses pembelajaran guru mendampingi siswanya secara bergantian untuk mengevaluasi keseriusan dan kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses membuat kerangka cerpen dan mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Kali ini guru tidak lagi segan untuk mengingatkan dan memberikan motivasi kepada siswanya yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Guru menutup pelajaran pada pertemuan tersebut. Sementara itu, peneliti masih berlaku sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil posisi duduk di belakang kelas sama seperti pada tindakan pada siklus I. Hal ini dilakukan peneliti agar mampu mengamati jalanya pembelajaran tanpa mengganggu jalannya pembelajaran.
76
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II ini, diperoleh gambaran tentang kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut. a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 % dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa terdapat 18 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 10 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 5 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 10 siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori “kurang”. c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen, diketahui sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8% telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar dengan KKM yang telah ditentukan sekoalah sebesar 65, sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1% belum mencapai batas ketuntasan. d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam kinerjanya. 4) Analisis dan Refleksi Pada siklus ini guru memberikan materi langkah-langkah dalam membuat cerpen serta langkah-langkah dalam strategi 3M sehingga siswa paham mengenai cerpen dan menulis cerpen menggunakan strategi 3M. Siklus II ini dilakukakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-7 dan ke-8, pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB.
77
Proses pembelajaran pada siklus II ini berjalan dengan lancar. Sebagian besar kekurangan pada siklus I sudah dapat diatasi. Namun pada siklus II ini masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun kekurangan dalam siklus II antara lain: (1) Siswa masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya saat diberi pertanyaan oleh gurunya. Hal ini menjadi indikasi masih terdapat kekurangan pada siklus II ini. Selain itu, meskipun terdapat peningkatan hasil tulisan siswa, namun masih perlu dilakukan perbaikan dalam hal aspek kriteria penulisan cerpen yang benar. (2) Selain itu pada pertemuan ini belum terdapat kegiatan saling merevisi tulisan antarteman. Hal ini penting dilakukan agar siswa tahu dimana letak kesalahan tulisan yang dibuatnya. (3) Pembentukan kelompok belum optimal dan masih meninbulkan suasana kelas yang gaduh. Hal ini dikarenakan dalam menentukan anggota kelompok tidak dilakukan oleh guru, melainkan siswa mencari anggota kelompok mereka secara mandiri.
c. Siklus Ketiga 1) Perencanaan Tindakan III Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia mendiskusikan rancangan tindakan pada siklus ketiga yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. Peneliti dan guru berdiskusi untuk menganalisis pembelajaran pada siklus II. Analisis siklus II berupa nilai siswa pada siklus II, kondisi pembelajaran pada siklus II, mendiskusikan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan berupaya melakukan perbaikan kekurangan pada siklus II.
78
Peneliti dan guru akhirnya menyepakati bahwa untuk siklus III guru akan membekali siswa dengan materi hakikat menulis cerpen, kriteria penilaian tulisan cerpen,
dan memberikan ciri-ciri dalam
strategi 3M dengan harapan agar siswa mengetahui cara menulis cerpen yang baik dan benar berdasarkan strategi 3M. Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan diskusi kelompok dilakukan untuk kegiatan saling merevisi tulisan antarteman agar lebih efektif dan efisien.hal itu dimaksudan agar siswa mengetahui kekurangan serta kelemahan tulisan yang dibuatnya. Selain itu, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum ia pahami dengan memberikan kesempatan bertanya pada siswa yang belum pernah bertanya sama sekali pada siklus I maupun siklus II. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis cerpen untuk hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB dengan menggunakan strategi 3M, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Guru menanyakan kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen dan setelah mereka mengetahui langkah-langkah membuat cerpen menggunakan menggunakan strategi 3M. (2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang hakikat serta tujuan menulis cerpen. Guru memberikan materi mengenai ciri-ciri dalam strategi 3M. Kemudian guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dengan temannya tentang hakikat menulis cerpen, tujuan menulis cerpen, dan ciri-ciri dalam strategi 3M (3) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kemudian membagikan cerpen hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian menyuruh siswa untuk saling merevisi tulisan antarteman.
79
(4)
Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa kemudian ditiru,diolah dan dikembangkan menjadi sebuah cerpen utuh dengan tidak mengulangi kesalahan dalam menulis cerpen pada siklus II.
(5) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar. (6) Guru menutup pelajaran. Guru
dan
peneliti
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen III berdasarkan silabus dari sekolah. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan nontes. Instrument tes berupa tes unjuk kerja untuk menilai kemampuan menulis cerpen siswa. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan Tindakan III Tindakan III dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Dalam pelaksanaan tindakan III ini, guru tetap bertindak sebagai pemimpin jalannya
kegiatan belajar
mengajar.
Guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran pada siklus II. Sedangkan Peneliti tetap bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
80
a) Guru masuk kelas, membuka pelajaran dengan megucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, dan melakukan presensi terhadap siswa. b) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa tentang hakikat serta tujuan menulis cerpen. Guru memberikan materi mengenai ciri-ciri dalam strategi 3M. Guru menanyakan kesan siswa satelah dua kali menulis cerpen setelah mengetahui langkah-langkah membuat cerpen menggunakan menggunakan strategi 3M. c) Guru
membagi siswa
dalam
kelompok belajar
kemudian
membagikan cerpen hasil tes mereka pada siklus II. Kemudian menyuruh siswa untuk saling merevisi tulisan antarteman. d) Guru memberikan contoh cerpen untuk dianalisis siswa kemudian ditiru,diolah dan dikembangkan menjadi sebuah cerpen utuh dengan tidak mengulangi kesalahan dalam menulis cerpen pada siklus II. e) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tes unjuk kerja yang berupa cerpen kemudian guru melakukan analisis dan refleksi pascabelajar. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.
3) Observasi dan Interpretasi Pengamatan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 selama 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit), yakni pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di ruang kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Peneliti tetap bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di sebuah kursi di belakang kelas yang memang sengaja disediakan untuk peneliti guna mengamati jalannya pembelajaran seperti halnya pada siklus-siklus sebelumnya. Seperti halnya pada siklus I dan siklus II pelaksanaan tindakan III masih mengajarkan materi menulis cerpen dengan menggunakan
81
strategi 3M. Pada tindakan II guru masih menerapkan strategi 3M dengan menyuguhkan contoh cerpen untuk ditiru siswa dan diolah sebagai bahan acuan sebagai kerangka cerpen yang kemudian mereka kembangkan menjadi sebuah cerpen yang utuh. Pada awal pertemuan, guru menanyakan keadaan siswanya kemudian melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi terhadap siswa seputar pengalaman menulis siswanya pada pertemuan sebelumnya (siklusI). Guru melakukan refleksi pada pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih kecil tanpa adanya pertukaran tempat duduk diantara siswanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kegaduhan saat pembentukan kelompok diskusi dan pelaksanaan diskusi. Guru membagikan hasil tulisan siswa pada siklus II untuk dianalisis oleh siswanya secara acak. Guru kemudian membagikan contoh cerpen untuk didiskusikan siswa Kemudian menyuruh siswa untuk meniru unsur-unsur yang terkandung di dalamnya kemudian mengolahnya menjadi sebuah kerangka cerpen dengan dan terakhir siswa diminta mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat menjadi sebuah cerpen yang utuh dengan memperhatikan kesalahan hasil tulisan pada siklus II. Sama halnya pada siklus II, selama proses pembelajaran guru mendampingi siswanya secara bergantian untuk mengevaluasi keseriusan dan kendala-kendala yang mungkin ada dalam proses 3M yaitu meniru, mengolah, serta mengembangkannya ke dalam sebuah cerpen. Guru tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada siswanya yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan terakhir yang dilakukan guru adalah menyuruh siswa mengumpulkan hasil tulisan mereka kemudian guru melakukan analisis dan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelum guru menutup pelajaran pada pertemuan tersebut.
82
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus III ini, diperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut. a) Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,3% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Sebanyak 23 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 8 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 2 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. b) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 8 siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori “kurang”. c) Berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen, diketahui sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar dengan KKM yang telah ditentukan sekolah sebesar 65, sedangkan 3 siswa 9 % belum mencapai batas ketuntasan. d) Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam kinerjanya.
4) Analisis dan Refleksi Secara umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M ini telah teratasi dengan baik. Guru berhasil membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M. Guru telah mampu memancing
83
respons siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan guru mampu mengelola kelas dengan baik dengan membuat siswa merasa senang mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan. Proses pembelajaran pada siklus III ini berjalan dengan lancar. Sebagian besar siswa dengan sukarela menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Mereka sudah mulai terbisaa mengeluarkan pendapat mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya tidak diterima. Sedangkan dari hasil menulis cerpen yang telah dikerjakan siswa, dapat disimpulkan bahwa strategi 3M terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa
84
D. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dan diikuti pula dengan meningkatnya keaktifan dan keterlibatan siswa selama pembelajaran menulis cerpen. Hal ini dapat diketahui dari table di bawah ini: Tabel 5. Presentase Keberhasilan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Presentase Hasil Capaian Aspek yang Diukur
1.
Motivasi
Belajar
Siswa. 2.
Keaktifan
Siklus I
Siklus
Siklus
II
III
69,6 %
84,8 %
93,8 %
69,6 %
84,8 %
93,8 %
75,7 %
90,9 %
90,9 %
Indikator Keberhasilan
Siswa tertarik dan senang dengan pembelajaran menulis cerpen.
para
siswa
dalam
kegiatan
belajar
Siswa
aktif
dalam
proses
pembelajaran.
mengajar. 3.
Keterlaksanaan oleh guru.
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana. Pelaksanaan pembelajaran sesuai
4.
Keterlaksanaan oleh siswa.
75,7 %
90,9 %
90,9 %
dengan
rencana
tanpa
ada
hambatan yang bersumber dari siswa.
5.
Interaksi dengan guru.
siswa
Terjadi hubungan timbal antara 50 %
77 %
88 %
siswa dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
85
Tabel 6. Presentase Keberhasilan Kemampuan Menulis Cerpen Presentase Hasil Capaian Aspek yang Diukur
Ketuntasan
Siklus
Siklus
Siklus
I
II
III Nilai siswa mencapai kriteria
Belajar
(Hasil Pembelajaran menulis Cerpen)
Indikator Keberhasilan
66,6 %
84,8 %
90,9 %
ketuntasan
minimal
(KKM)
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 65
1. Terjadi Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen di Setiap Siklus. Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 23 siswa atau sebesar 69,6 % dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa 12 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 11 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 10 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 25 siswa atau sebesar 75,7 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 16 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 9 siswa dalam kategori “cukup”, dan 8 siswa dalam kategori “kurang”. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “cukup” dalam kinerjanya. Pada siklus II, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 % dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Dari 33 siswa terdapat 18 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 10 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 5 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki
86
motivasi terhadap pembelajaran, dengan 20 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 10 siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori “kurang”. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam kinerjanya. Pada siklus III, Siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,3% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, yaitu sebanyak 33 siswa. Sebanyak 23 siswa telah termasuk dalam kategori “baik”, 8 siswa termasuk dalam kategori “cukup”, dan sisanya sebanyak 2 siswa termasuk dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang keaktifan dan motivasi siswa dalam menulis cerpen, terdapat 30 siswa atau sebesar 90,9 % aktif dan memiliki motivasi terhadap pembelajaran, dengan 22 siswa termasuk dalam kategori “baik”, 8 siswa dalam kategori “cukup”, dan 3 siswa dalam kategori “kurang”. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas, guru memperoleh kategori “baik” dalam kinerjanya.
2. Terjadi Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen di Setiap Siklus. Pada siklus I, berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa dalam menulis cerpen, diketahui sebanyak 22 siswa atau sebesar 66,6 % telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 11 siswa atau sebesar 33,3 % belum mencapai batas ketuntasan. Pada siklus II, diketahui sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,8 %telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 5 siswa atau sebesar 15,1 % belum mencapai batas ketuntasan. Pada siklus III, diketahui sebanyak 30 siswa atau sebesar 90,9 % telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 3 siswa atau sebesar 9 % belum mencapai batas ketuntasan. Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M pada siswa kelas
87
X.1 SMA Negeri 1 Musuk ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei pratindakan guna
mengetahui permasalahan-permasalahan
yang terjadi pada proses
pembelajaran menulis cerpen dan untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei pratindakan, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran menulis cerpen dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk masih tergolong rendah. Oleh karena itu, peneliti membuat kesepakatan untuk berkolaborasi dengan guru mata diklat Bahasa Indonesia yang bersangkutan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan strategi 3M dalam pembelajaran menulis cerpen. Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis cerpen I berdasarkan silabus dari sekolah. Siklus I merupakan titik awal guna mengatasi permasalahan-permasalah menulis cerpen. Pada siklus pertama, guru telah menerapkan strategi 3M pada proses pembelajaran menulis cerpen. Adapun komponen dalam strategi 3M mencakup tiga tahapan yaitu, tahap meniru, tahap mengolah dan tahap mengembangkan. Berdasarkan
siklus
pertama
tersebut
diperoleh
deskripsi
hasil
pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. dari deskripsi tersebut ternyata masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan. Adapun kelemahan yang bersumber dari duru antara lain : a) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru. b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk bagian depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang duduk deretan belakang. Selain itu guru jarang menegur siswa yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung.
88
c) Guru tidak mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Sehingga guru tidak mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen yang telah dipelajari. d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar menjadi aktif seperti halnya siswa lain yang aktif dalam mengikuti pelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung. Kelemahan yang bersumber dari siswa diantaranya adalah Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Hal ini terliht dari masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh gurunya. Siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Sedangkan kelemahan yang bersumber dari metode yaitu belum adanya aspek refleksi dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I berlangsung, siswa masih terlihat canggung dengan adanya kehadiran peneliti di dalam kelas mereka. Pada pertemuan sebelumnya peneliti sudah pernah mengikuti proses pembelajaran ketika melakukan survei pratindakan namun, siswa ternyata masih terlihat belum terbisaa dengan kehadiran peneliti.. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran di siklus I, diperoleh gambaran tentang kondisi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai berikut. Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan guna mengatasi kekurangan pada siklus I. solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa selama proses pembelajaran posisi guru selalu berkeliling ruang kelas untuk memonitoring kegiatan siswa agar perhatian siswa terfokus pada proses pembelajaran. Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara memotivasi dan membimbing siswanya. Selain itu, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum ia pahami. Guru sudah mampu mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Sudah terjadi pembentukan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan dalam satu kelompok diharapkan tempat duduk antar anggota
89
kelompoknya tidak berjauhan. Sudah dilakukannya refleksi pascabelajar dengan cara mengulas hasil pembelajaran dan memberi pertanyaan kepada siswa seputar materi pembelajaran yang telah diberikan. Meskipun telah terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen yang cukup signifikan pada siklus II, namun masih ditemukan sedikit kekurangan atau kelemahan dalam proses pembelajarannya. Kelemahan tersebut terlihat dari masih terdapat beberapa siswa yang masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya saat diberi pertanyaan oleh gurunya. Selain itu, dari segi hasil tulisan cerpen yang dikerjakan siswa di siklus II masih perlu dilakukan perbaikan dalam hal aspek kriteria penulisan cerpen yang benar. Pada pertemuan inipun belum terdapat kegiatan saling merevisi tulisan antarteman. Hal ini penting dilakukan agar siswa tahu dimana letak kesalahan tulisan yang dibuatnya. Untuk mengatasi kelamahan tersebut peneliti dan guru kemudian mencari solusi yang akan diterapkan pada tindakan siklus III. Dengan kata lain, siklus III dilaksanakan untuk memberikan solusi guna mengatasi kekurangan pada siklus II. solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa dengan memberikan materi tentang kriteria cerpen yang baik, membuat kelompok belajar yang lebih kecil, melakukan revisi hasil tulisan pada siklus II, dan memotivasi siswa agar rasa percaya diri siswa muncul saat siswa mengemukakan pendapatnya. Siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung. Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan peneliti, guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kalitas pembelajaran menulis cerpen, baik dari proses maupun hasilnya. Selain itu, penelitian ino juga bermanfat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik di dalam kelas. Keberhasilan penggunaan strategi 3M dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
90
1. Kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran menulis cerpen serta mengembangkan materi ajar. Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang
bersangkutan
belum
pernah
menggunakan
strategi
pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru hanya mengandalkan modul sebagai bahan acuan dan sumber belajar, selebihnya guru menggunakan papan tulis, tes lisan, dan metode ceramah. Guru beranggapan bahwa modul sudah cukup untuk digunakan sebagai media sekaligus sumber belajar siswa karena sudah sesuai dengan kurikulum KTSP yang berlaku di sekolah tersebut. Setelah diadakan tindakan, guru menyatakan bahwa Strategi 3M merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan agar menarik perhartian, minat, dan motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajarnya.
2. Guru telah mampu melakukan pengelolaan kelas. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas meliputi tindakan gur untuk menumbuhkan motivasi belaja siswa, menumbuhka keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, pemberian hukuman dan penghargaan, perhatian, melibatkan siswa ke dalam proses pembelajaran, dan posisi guru saat mengajar. Pada pengamatan siklus I terlihat bahwa kemampuan mengelola kelas oleh guru masih kurang baik. Hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut. a) Guru masih terlihat kuwalahan dalam mengendalikan situasi kelas yang ramai dan gaduh ketika murid-murid berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini sebagai suatu kesalahan guru karena tidak membagi siswa kedalam kelompok diskusi yang lebih kecil. Diskusi yang dilakukan tidak teratur karena siswa melakukan diskusi antar meja, antarderet kolom meja, antarbaris. Hingga terdapat anggota kelompok yang letak tempat duduknya jauh sehingga membuat gaduh suasana kelas.
91
b) Posisi guru masih terfokus di depan kelas dan di deretan tempat duduk bagian depan saja. Oleh karena itu, guru sulit untuk memonitor siswa yang duduk deretan belakang. c) Selain itu guru tidak memberikan peringatan kepada siswa yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung d) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar menjadi aktif seperti halnya siswa lain yang aktif. 3. Perhatian, motivasi, dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen meningkat. Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa terlihat kurang berminat, kurang memperhatikan, dan kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak tertarik dengan cara mengajar guru yang selalu berada di depan kelas. Kegiatan semacam ini dapat memunculkan kebosanan siswa, sehingga tidak temotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut terlihat dari suasana kelas yang gaduh dan siswanya tidak aktif dalam memberikan tanggapan atas stimulus yang diberikan oleh guru. Sebagian besar siswa terlihat bermalas-malasan dan tidak merespon ketika guru memberikan pertanyaan. Setelah dilakukan tindakan dengan mempergunakan strategi 3M, terlihat sebagian besar siswa mulai tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen. Secara umum kelemahan serta kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran menulis cerpen ini telah teratasi dengan baik. Guru telah berhasil membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M. Guru telah mampu memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan guru mampu mengelola kelas dengan baik dengan membuat siswa merasa senang mengikuti pelajaran tanpa adanya paksaan. Sebagian besar siswa dengan sukarela menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Mereka sudah mulai
92
terbisaa mengeluarkan pendapat mereka tanpa ada rasa takut pendapatnya tidak diterima. 4. Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa Sebelum diadakan tindakan, siswa mengalami kesulitan dalam menulis cerpen Karena siswa memang tidak menyukai kegiatan menulis. Dari hasil tes tertulis, hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh hasil yang memuaskan dan dinyatakan tuntas belajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum mampu dalam menulis cerpen dengan baik. Setelah
diadakan
tindakan,kemampuan
menulis
cerpen
sisw
mengalami pengkatan. Hal tersebut terlihat dari nilai tes tertulis mereka peroleh. Indikasi menigkatnya kemampuan menulis cerpen siswa dapat juga dilihat melalui peningkatan nilai yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya. Peneeliti dan guru menetapkan batas minimal ketuntasan menulis cerpen adalah 65. batas ketuntasan tersebut adalah batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajran Bahasa Indonesia. Penilaian pada siklus I, hanya terdapat 22 siswa yang mampu menulis cerpen dengan baik dan dikatakan tuntas belajar dengan batas ketuntasan 65 dari dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33 siswa. Sisanya sebanyak 11 siswa masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis cerpennya. Penilaian pada siklus II, terdapat 28 siswa telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 5 siswa belum mencapai batas ketuntasan. Pada siklus III, diketahui sebanyak 30 siswa telah mampu menulis cerpen dengan baik dan termasuk dalam kategori tuntas belajar, sedangkan 3 siswa belum mencapai batas ketuntasan. Peningkatan niali siswa dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memilki dampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dampak tersebut antara lain terdapat peningkatan kemampuan
guru,
penggunaan bahan
ajar,
serta
pemanfaatan strategi
pembelajaran. Siswa yang tadinya tidak begitu aktif dalam mengikuti
93
pembelajaran berubah menjadi siswa aktif dan percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Guru memberikan stimulus dan siswa memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Ditinjau dari segi kemampuan guru, semula guru masih mengalami kesulitan untuk memotivasi siswanya. Namun setelah adanya tindakan guru mulai dapat mengembangkankan kemampuannya untuk memotivasi siswa agar lebih aktif.. selain itu, guru yang semula tidak berpikir untuk menggunakan strategi pembelajaran, sekarang lebih tertarik menggunakan strategi pembelajaran sebagi upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan mengembangkan materi dapat meningkat setelah tindakan penelitian ini dilaksanakan. Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif terhadap sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. sebagian besar siswa mulai tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen. Minat serta motivasi siswa mengalami peningkaan untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Perhatian siswa menjadi lebih fokus pada proses pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M.
E. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa ada beberapa permasalahan penelitian yang belum tersentuh atau kurang mendapatkan data yang akurat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan tenaga dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan adanya keterbatasan penelitian ini diharapkan dapat disikapi dan ditindaklanjuti didalam penelitian lanjut yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berikutnya. Adapun keterbatasan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, kurangnya data penelitian yang memfokuskan pada aspek efektifitas pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M dibandingkan dengan dengan strategi lain. Oleh karena itu, penelitian ini belum dapat menyampaikan hasil penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M jika dibandingkan
94
dengan menggunakan strategi lainnya. Kedua, pengambilan data dalam penelitian ini masih secara perwakilan dari siswa dan belum bisa dilaksanakan terhadap seluruh siswa, terutama untuk wawancara. Sehingga dapat dimungkinkan masih terdapat pendapat yang belum termuat dan belum teranalisis dalam penelitian ini. Ketiga, hasil maupun simpulan penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk yang dijadikan subjek penelitian. Sehingga, simpulan ini relatif tidak bisa digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik yang berbeda.
95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Terjadi peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk yang terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut. a. Proses pembelajaran menulis cerpen mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M yang digunakan oleh guru. Perhatian siswa terfokus pada proses pembelajarn menulis cerpen yang sedang berlangsung dan siswa tidak melakukan kegiatan di luar kegian mereka menulis cerpen. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tulisan cerpen yang ditugaskan oleh guru. b. Siswa terlibat aktif di dalam proses pembelajaran menulis cerpen yang sedang berlangsung. Hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang yang terlihat aktif dalam memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, keaktifan siswa juga terlihat dari kegiatan diskusi dan observasi. Siwa mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Jika terjadi permasalahan, siswa berperan aktif dalam membantu pemecahan masalah. Selain itu telah terjadi hubungan dua arah antara siswa dengan guru. c. Guru telah mampu mengelola kelas dengan baik. Suasana kelas menjadi teratur dan dapat dikendalikan oleh gur sehingga siswa merasa nyaman
dengan
pembelajaran
menulis
cerpen
yang
sedang
berlangsung.
2. Terjadi peningkatan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Musuk. Hal ini terlihat dari hasil tes menulis cerpen pada
80
96
setiap siklus yang mengalami peningkatan. Hasil penilaian menulis cerpen siswa menunjukan bahwa pada siklus I terdapat 22 siswa, pada siklus II terdapat 28 siswa, dan pada siklus III terdapat 30 siswa yang mampu melampuai batas ketuntasan yaitu nilai 65. Perolehan nilai siswa dapat dilihat pada lampiran.
B. Implikasi Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, implikasi yang didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. Implikasi pertama yaitu implikasi pedagogis. Implikasi pedagogis dari penelitian ini yaitu dapat membuka cakrawala baru tentang pembelajaran menulis cerpen dengan penggunaan strategi 3M. Penggunaan strategi 3M dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Selain itu juga dapat memberikan pengaruh positif berupa pembelajaran yang nyata bagi siswa yang dialaminya ketika pembelajaran berlangsung. Sehingga, siswa mampu mengaitkan ilmu yang ia dapatkan dengan pengalaman dan penerapan pengalaman nyata di masyarakat. Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari guru, siswa, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan pihak-pihak yang berhubungan dengan kepentingan pendidikan. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain agar tujuan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Implikasi kedua yaitu implikasi praktis. Implikasi praktis dari penelitian ini yaitu untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas. Sehingga dapat memacu guru maupun peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti
ini
juga
dapat
dijadikan
referensi
untuk
mengembangkan
pembelajaran kearah yang lebih kreatif dan inovatif. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan strategi sejenis sebagai strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
97
Selain itu, penelitian ini juga berguna bagi guru untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati dan memahami kondisi siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan sehingga dapat merancang desain pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saransaran sebagi berikut. 1. Bagi Siswa Siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Siswa harus bisa menambah wawasannya untuk lebih mendalami materi yang sedang dipelajari. Siswa harus memiliki inisiatif untuk meniru mengolah, kemudian mengembangkan cerpen tanpa harus adanya perintah dari guru. Selain itu, sekiranya siswa kurang setuju dengan cara mengajar yang digunakan guru, siswa tersebut diharapkan dapat memberi masukan maupun saran kepada guru agar pembelajaran menulis cerpen yang terjadi dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta bisa saling memberi dan menerima ilmu dengan lebih baik. 2. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dalam
proses
pembelajaran,
guru
hendaknya
melakukan
perencanaan dan evaluasi. Guru seharusnya selalu mencari terobosan dalam pembelajaran semisal menggunakan strategi 3M dalam menulis cerpen dengan harapan agar pembelajaran menulis cerpen dapat menarik minat siswa. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar dalam proses pembelajaran guru yang bersangkutan dapat memperkecil atau bahkan menghilangkan
kemungkinan
munculnya
permasalahn
dalam
pembelajaran. Guru
hendaknya
terus
berusaha
untuk
meningkatkan
kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi serta dalam pengelolaan kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan
dapat
terus
meningkat
seiring
dengan
peningkatan
98
kemampuanyang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya membuka diri untuk menerima berbagai saran dan kritik agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya. 3. Bagi Kepala Sekolah Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kulitas kinerjanya sebagai sebagai seorang pendidik yang berkompeten di bidangnya, disarankan kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaruan dalam pendidikan dan pengajarannya, (c) mengirim guru kebeberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, workshop, maupun diskusi
ilmiah
guna
menambah
wawasan
dan
memperdalam
pemahamannya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas pokoknya. 4. Bagi Pembaca dan Peneliti Lainnya Pembaca dan peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian lanjutan mengenai strategi 3M untuk diterapkan pada aspek keterampilan berbahasa lainnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan disiplin ilmu lainnya.
99
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi.2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang. Aloys Widyamartaya dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi, Lukisan dan Cerita. Yogyakarta: Pusataka Widyatama. Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Barulgensindo. Arnita.2007. ”Penggunaan Pendekatan Menulis Terpimpin Dalam pembelajaran Menulis Bagi siswa Kelas III SDN No.04 Guguk Malintang”, (Online), (http:// arnita-situs pribadi.blogspot.com/ 2007/10/ penggunaanpendekatan-menulis-terpimpin.html, diakses 28 Desember 2009). Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya. A Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Bahdin Nur Tanjung dan Ardial.2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan Thesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Depdiknas.2002. Pendekatan Konteks tual (Contextual teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Dick Hartoko dan B. Rahmanto. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Penerbit kanisius. Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.Yogyakarta: Kota Kembang. Erzuhedi.2008. ”Imitasi, Metode Pengajaran Retorika”, (Online), (http://erzuhedi.wordpress.com/2007/12/10/16/, diakses, 28 Desember 2009 Henry Guntur Tarigan. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. .1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Hernowo. 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat Untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ismail Marahimin.2004. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. Jacob Sumardjo. 2001. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana. Korrie Layun Rampan.1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek. Flores: Nusa Indah. Muhammad Pujiono. 2006. Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen) Karya Miyazawa Kenji. (http.wwwlibrary.usu.ac.id.pdf) Diakses tanggal 25 September 2009. 84
100
Mulyadi H. P. 2006. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Moedjiono dan Moh Dimyati. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Tahun 1991/ 1992. Nuril Huda.1988. Metode Audio Lingual Vs. Metode Komunikatif Suatu Perbandingan. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Roekhan. 1991. Menulis Kreatif, Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang :YA3. Sabarti Akhadiah. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan.1996. Menulis. Jakarta: Dikti. . 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Siswandi. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan menulis Narasi Melalui Penggunaan Metode Copy The Master Varian Teknik Anakronisme pada siswa Kelas X-4 SMA Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2006/2007”. Laporan Hasil Penelitian. Demak : Dinas Pendidikan SMA Negeri 2 Demak. Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta. Suharsimi Arikunto, Sudjanto, dan Supardi.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suminto A Sayuti. 1988. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suroto. 1990. Teori Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga. Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK. Widyamartaya A. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: UNS Press. Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo Indonesia SMP dan SMA. Jakarta : Grasindo. Zulfahnur dan Firdaus, Sayuti Kurnia, Yuniar Z. Adji.1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
101