PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IV SDN SUKUN 3 KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG MELALUI TEKNIK MENIRUMENGOLAH DAN MENGEMBANGKAN (3M) Semin Rudi Hartono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan dengan dilandasi kenyataan bahwa siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kota Malang memiliki kemampuan yang rendah dalam menulis puisi dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil penulisan puisi siswa masih belum memenuhi syaratsyarat puisi yang baik, khususnya dalam struktur kalimat dan daya imajinasi. Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi melalui strategi meniru, mengolah, dan mengembangkan contoh puisi oleh siswa kelas IV SDN Sukun 3 Malang. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran menulis puisi dengan strategi meniru, mengolah, dan mengembangkan dilakukan dengan a) siswa membaca contoh puisi yang baik, b) siswa meniru bentuk puisi berdasarkan contoh, c) memenggal atau merubah sebagian isi puisi yang telah ditulis, d) siswa menyadur hasil tulisan, dan e) pengembangan hasil saduran puisi menjadi sebuah puisi yang utuh; (2) Pembelajaran menulis puisi dengan strategi meniru, mengolah dan mengembangkan dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi yang baik pada siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kota Malang. Hasil penelitian ini sangat dimungkinkan untuk diterapkan di kelas IV sekolah lain. Kata kunci: menulis, meniru, mengolah, mengembangkan, puisi. Menulis merupakan salah satu dari empat aspek kebahasaan yang peranannya cukup penting. Siswa akan mampu mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya melalui tulisan (Akhadiah, dkk. 1991:64). Latihan kemampuan menulis di sekolah dasar sangat penting karena merupakan penanaman dasar menulis yang sangat menentukan siswa dalam menulis lanjut. Pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dalam menulis permulaan (kelas I dan II SD), pembelajaran menulis dilakukan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh,
menyalin, melengkapi, dan mendeskripsikan benda dengan sederhana. Sedangkan dalam menulis lanjutan (kelas III-VI SD), pembelajaran menulis dilakukan dengan media gambar seri, melengkapi cerita rumpang, dan menggunakan kerangka karangan. Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil menulis puisi yang telah dilakukan siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kota Malang, banyak terjadi kesalahan pada penulisan tiap bait pada puisi mereka. Kesalahankesalahan tersebut di antaranya adalah kesalahan penulisan ejaan kata, pilihan kata, dan kurang adanya keterpaduan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 205
antara kalimat-kalimat penyusun bait. Dengan adanya kesalahan-kesalahan tersebut, menyebabkan cerita yang mereka ceritakan dalam sebuah puisi memiliki kalimat-kalimat yang tidak runtut.
daya imajinasi sekaligus pikiran yang sadar. Hal ini sejalan dengan pendapat Saini (dalam Mahardika, 2007) yang mengatakan bahwa peristiwa pencitaannya, atau proses kreatif adalah peristiwa yang sadar.
Rendahnya keterampilan menulis puisi tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menulis puisi. Parera (1988:21) mengatakan “Kemampuan membentuk dan menyusun puisi bukanlah merupakan kemahiran berbahasa secara murni, tetapi merupakan satu kemampuan tersendiri, dan karena itu harus dipelajari dan dilatih”. Oleh karena itu, pembelajaran yang inovatif dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis puisi di kelas IV sekolah dasar perlu di kembangkan.
Menurut Edraswara (2005:84) ada empat tahap dalam proses kreatif. Tahapan-tahapan itu adalah sebagai berikut.
Dalam proses menuangkan ide atau gagasan, penulis harus melewati beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut sangatlah mempengaruhi tulisan yang akan dihasilkan. Seorang penulis tidak akan menghasilkan tulisan yang bagus apabila tidak mengikuti tahapantahapan tersebut, karena menulis merupakan proses. Menurut Jabrohim (dalam Mahardika, 2007) menulis puisi merupakan kegiatan seorang “intelektual”, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar menguasai bahasa, dan peka perasaannya. Menjadi penyair harus mempunyai kemampuan yang kreatif karena aktivitas menulis puisi memerlukan proses kreatif. Ketika proses kreatif berlangsung, seorang penulis dituntut untuk menggunakan
(1) Tahap penggalian, yang terdiri dari empat sub tahap, yaitu : a. kepekaan adalah individu harus peka menangkap fenomena kehidupan, b. sublimitas adalah setelah menangkap fenomena, seseorang dapat menyublimasi dengan cara membayangkan keagungan dan keindahan ciptaan Tuhan, c. abstraksi adalah menghubungkan fenomena tadi dengan visi atau panorama dirinya, d. pengeraman embrio adalah dengan merenungkan, menajamkan, memendamkan, dan mengeramifenomena beberapa saat. (2) Tahap penuangan. Tahap ini merupakan peneloran embrio yang telah menjadi ”core meaning” atau bakal karya sejati. Pada saat ini, semua perasaan, pikiran, dan kemauan dicurahkan. (3) Tahap koreksi, yaiti merevisi karya sebelum dilontarkan ke public. Penulis adalah pembaca pertama bagian mana yang kurang greget harus dibesut. (4) Tahap instropeksi, yaitu mau menerima kritik dari pembaca. Penulis perlu terbuka, tidak perlu sakit hati, mau menerima perbedaan pandangan.
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 206
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menukis puisi merupakan kegiatan atau aktivitas manusia menuangkan gagasan kedalam sebuah puisi dengan memperhatikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Dalam kegiatan menulis puisi terdapat proses kreatif memerlukan kesungguhan dalam mempelajarinya. Sehingga diperlukan banyak latihan karena proses kreatif bersifat personal. Artinya, setiap orang (siswa) mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami langkah-langkah dalam proses kreatif tersebut. Strategi3M merupakan strategi hasil pengembangan dari strategi copy the master. Secara harfiah, copy the master berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah model untuk ditiru. Salah satu metode alternatif adalah Strategi Copy The Master, yaitu metode meniru atau mencontoh master /model dari seorang ahli. Menurut Ismail Marahimin (1999:20)Metode Copy The Master, yaitu metode meniru atau mencontoh master /model dari seorang ahli. Dalam pembelajaran menulis, siswa langsung disajikan sebuah contoh tulisan yang paling baik (master) kemudian siswa meniru bentuk tulisan tersebut. Pada dasarnya, metode copy master ini menuntut dilakkan latihan-latihan sesuai dengan master yang diberikan. Selanjutnya Ismail Marahimin (1999:21) berpendapat tentu saja yang dituliskan tidak persis seperti modelnya: ini namanya menyalin bulat-bulat, menjiplak, atau bahkan membajak, yang di- copy adalah kerangkanya, atau idenya, atau bahkan juga ‘cara’ atau ‘teknik’-nya. Selanjutnya Lasmana (2009) berpendapat copy the master
adalah teknik meniru karya sastra yang telah ada untuk kita ubah sesuai keinginan. Caranya dengan memenggal sebagian puisi lalu kita ubah sebagian dan lanjutkan puisi itu dengan puisi hasil tulisan kita sendiri. Adanya model yang dekat dengan penulis berarti memudahkan penulis untuk memulai kegiatan menulis. Model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap peniruan sampai dengan pengembangan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan. Selanjutnya strategi ini dikembangkan menjadi strategi 3M yang lebih sederhana. Strategi 3M hanya melalui tiga tingkat, yakni tingkat meniru, mengolah dan mengembangkan. tingkat meniru diisi dengan kegiatan membaca, mengidentifikasi, selanjutnya menyadur. Hasil saduran tersebut akan diolah pada bagian rima akhir dan isi. Hasil olah tersebut akan dikembangkan dalam bentuk puisi anak. Hal inilah yang menjadi kelebihan pada strategi 3M. Strategi ini mengedepankan proses yang sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam hal ini, kreativitas siswa juga dikembangkan pada tahap mengembangkan. Tingkatan strategi 3Mmengacu pada beberapa tahapan pembelajaran menulis pada penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun rincian dan penjelasan tingkat pada strategi 3M sebagai berikut.
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 207
Tingkat meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca puisi yang dijadikan model. Pada tingkat ini siswa akan diberikan satu puisi yang dijadikan model yang dekat dengan dunia mereka. Selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur puisi dengan mengisi bagian yang telah disediakan. Adapun bagian tersebut berisi tentang isi, rima akhir, dan tema. Setelah itu siswa akan menyadur puisi model dengan mengganti unsur tema dan isi yang sesuai isi puisi dengan dunia siswa. Pada tingkat olah siswa akan mengolah hasil saduran namun hanya beberapa unsur. Unsur tersebut adalah sampiran,isi dan tema. Pertimbangan dengan yang digunakannya tiga unsur sampiran, isi, dan tema adalah unsur yang paling cocok untuk dikembangkan secara kreatif mandiri untuk efisien waktu pembelajaran. Pada tingkat mengolah isi, yang dilakukan siswa yakni dengan mengolah isi sesuai isi puisi,merubah sajak dan mengubah tema yang relatif sama. Disini guru sebagai fasilitator membantu siswa aktif berpendapat dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi. Tingkat mengembangkan dilakukan siswa setelah tingkat mengolah. Pada tingkat ini, siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan isi baru, dan mengembangkan sampiran baru. Adapun dalam tahap pengembangan ini kretifitas penggunaan bahasa yang sangat menentukan untuk mengolah kata yang komunikatif, dalam membuat sampiran dan isi sebuah puisi tidak lepas dari penggunaan bahasa yang indah dan
menarik. Pengembangan sampiran, isi dan tema puisi secara orisinil dan unik. Pada tahap mengembangkan ini siswa dapat menulis puisi dengan tema, sampiran, isi dan sajak puisi yang baru. Model yang akan ditiru dari strategi 3M ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tingkat perbaikan. tingkat peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi 3M. Dengan strategi 3M Pembelajaran dilaksanakan dua tahap. Satu tahap dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan 1 adalah implementasi strategi 3M tingkat meniru, diisi dengan kegiatan membaca, mengidentifikasi, selanjutnya menyadur. Dianjutkan dengan implementasi strategi 3M tingkat mengolah, hasil saduran pada tingkat meniru akan diolah pada bagian sampiran dan isi. Pertemuan 2 adalah implementasi strategi 3M tingkat mengembangkan, hasil mengolah akan dikembangkan dalam bentuk penulisan puisi yang baru.
METODE Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) karena (1) penelitian berawal dari permasalahan praktis yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai pengelola pembelajaran di kelas, (2) penelitian melalui refleksi diri artinya lebih menekankan pada proses pemikiran kembali (refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 208
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan dan sebagai pelaksana sebuah tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya, (3) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (4) bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran (Wardani, 2003:13). Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (1992:10). Aspek yang terkandung dalam setiap siklus meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kondisi awal sebelum tindakan, yaitu keterampilan siswa dalam menulis puisi kurang, hal ini terlihat dari nilai formatif awal pembelajaran menulis puisi. Dari nilai formatif awal pada studi pendahuluan, terlihat bahwa siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa atau 20 %, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 20 siswa atau 80 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa studi pendahuluan tidak mencapai standar ketuntasan, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran.Berdasarkan hasil refleksi studi pendahuluan dapat disimpulkan bahwa siswa kurang mempunyai pengalaman belajar dalam menulis puisi yang disebabkan karena pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat.
Kegiatan pembelajaran menulis puisi dapat disajikan dengan menggunakan strategi yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman belajar, yaitu pembelajaran melalui beberapa tingkat pembelajaran. Salah satu pilihan alternatif strategi pembelajaran yang mempunyai tingkatan-tingkatan pembelajaran adalah strategi 3M (Meniru Mengolah Mengembangkan) yang dapat menumbuhkan siswa mempunyai pengalaman belajar. Akhirnya kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, siswa mampu menulis puisi, dan pada akhirnya pestasi belajar siswa meningkat. Berdasarkan analisis data pada siklus I yaitu pembelajaran dengan menerapkan strategi 3M, terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 siswa atau 56 % dari jumlah siswa yaitu 25 siswa, hal ini terjadi peningkatan belajar jika dibandingkan dengan studi pendahuluan. Pada studi pendahuluan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa atau 20 % dari jumlah siswa yaitu 25 siswa. Melihat hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa penerapan strategi 3M pada pembelajaran siklus I dinilai layak sebagai media pembelajaran, yaitu sebagai alternatif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi. Akan tetapi kelayakan penerapan strategi 3M belum ditunjang dengan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga tidak timbul sinkronisasi antara strategi dengan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 209
mengakibatkan kurang masksimalnya penerapan strategi 3M dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya hanya mampu meningkatkan keterampilan siswa hanya sebagian tidak keseluruhan siswa. Melihat hasil pembelajaran pada tahap I yaitu hanya 14 siswa yang memenuhi standar ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada tahap I dapat dikatakan belum berhasil, dan perlu diadakan perbaikan pembelajaran selanjutnya. Penyebab pembelajaran tahap I belum berhasil, karena adanya kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran. Adapun kelemahankelemahan yang harus diperbaiki diuraikan sebagai berikut. 1) Pada kegiatan awal guru perlu terus menerus memotivasi siswa agar aktif selama pembelajaran. 2) Guru perlu mengecilkan kelompok kerja siswa, agar siswa aktif dalam pembelajaran. 3) Pada kegiatan di kelompok, keaktifan siswa perlu ditingkatkan dengan cara memberi penghargaan kepada anggota kelompok yang yang masih mengalami kesulitan di dalam penerapan strategi 3M. Guru harus memberi pelayanan menyeluruh kepada semua kelompok siswa untuk memberi pelayanan yang maksimal kepada siswa. 4) Agar interaksi antar siswa tampak aktif, setiap siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada teman sebaya. Berdasarkan analisis data pada tahap II yaitu masih diterapkannya
strategi 3M dan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada tahap I, terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa atau 88 % dari jumlah siswa yaitu 25 siswa, hal ini terjadi peningkatan belajar jika dibandingkan dengan tahap I. Pada tahap I siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 siswa atau 56 % dari jumlah siswa yaitu 25 siswa. Kelebihan-kelebihan pada tahap II tidak terlepas dari tahap I, kelemahankelemahan yang terdapat pada tahap I diperbaiki/disempurnakan pada tahap II. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran pada tahap II berjalan sesuai tujuan dan tidak perlu diadakan tindakan perbaikan pembelajarn kembali. Melihat hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa penerapan strategi 3M pada pembelajaran tahap II dinilai layak sebagai media pembelajaran, yaitu sebagai alternatif dalam memberikan pengalaman belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan pula bahwa srtategi 3M yang terdiri dari tingkat meniru, tingkat mengolah, dan tingkat mengembangkan dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kecamatan Sukun Kota Malang tahun Pelajaran 2013/2014. Sarana dan prasarana dapat dipergunakan untuk menunjang keberasilan proses pembelajaran, apabila sarana/prasana tersebut digunakan secara tepat. Menurut Mulyasa (2006:49) sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 210
proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, teman sekolah, jalan menuju sekolah. Pada penelitian peningkatan keterampilan menulis puisi melalui strategi 3M sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah (1) ruang kelas, (2) meja dan kursi, (3) model puisi, dan halaman sekolah. Ruang kelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini dipergunakan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi. Meja kursi dipergunakan siswa untuk kegiatan menulis puisi selama proses pembelajaran melalui srategi 3M. Model puisi dalam pelaksanaan pembelajaran dipergunakan siswa untuk acuan/model menulis puisi dengan menggunakan strategi 3M. Halaman sekolah pada pelaksanaan pebelajaran dapat dipergunakan sebagai penambahan ide atau gagasan siswa dalam menulis puisi melaui strategi 3M pada tahap pengembangan. Hasil dan temuan penelitian menunjukkan bahwa media dan sarana pem-belajaran menulis, yaitu (1) contoh model puisi, (2) contoh model kerangka tulisan, (3) buku teks bahasa Indonesia kelas IV, dan (4) lembar kegiatan siswa. Tujuan penggunaan media dan sarana tersebut, yakni untuk mempermudah siswa mendapatkan dan menemukan berbagai informasi teoritis maupu praktis tentang menulis puisi.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya secara umum dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi dengan strategi 3M pada siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kota Malang dapat meningkat. Peningkatan keterampilan tersebut dilakukan melaui pelaksanaan tindakan dalam dua siklus. Adapun peningkatan keterampilan menulis puisi siswa dengan menggunakan stratefi 3M dapat diuraikan sebagai berikut. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Sukun Kota Malang melalui strategi 3M pada tahap pra menulis dicapai melalui fokus pembelajaran mengarahkan siswa pada aktivitas dengan kegiatan di antaranya (1) membentuk kelas menjadi lima kelompok belajar (2) membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk menulis puisi dengan strategi puisi dalam bentuk syair lagu yang dinyanyikan sebagai bahan apersepsi, (3) menunjukkan beberapa contoh strategi puisi (4) membimbing siswa untuk mengidentifikasi dan menyebutkan bagian-bagian puisi yang berupa sampiran, isi, banyaknya suku kata dalam satu baris, sajak, dan tema, dan (5) membimbing dan memotivasi siswa untuk menyusun kerangka sebelum mengembangkannya dalam bentuk tulisan puisi. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Sukun Kota Malang melalui strategi 3M pada tahap meniru dengan membuat kerangka puisi dan melakukan pemburaman dicapai melaui fokus pembelajaran yang membimbing dan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 211
mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dalam menyusun puisi. Dengan hasil sebagai berikut: 1) Siswa telah mampu mengolah kerangka tulisan menjadi buram tulisan puisi. Pada siklus I, subtopik dalam kerangka tulisan telah diolah siswa ke dalam buram awal tulisan puisi. Buram / draft awal tulisan puisi diolah untuk melengkapi sampiran dan isi puisi yang telah dirumpangkan sebagian kalimatnya. Jumlah kalimat pada tiap-tiap paragraf memiliki variasi antara 4 sampai 6 suku kata yang dirumpangkan. Pada siklus II, subtopik dalam kerangka tulisan telah dapat dengan baik dikembangkan siswa ke dalam buram tulisan puisi. Buram/draft awal tulisan puisi dikembangkan untuk melengkapi sampiran dan isi yang telah dirumpangkan. 2) Siswa mampu menyusun dua bait puisi dengan mengembangkan menjadi sampiran dan isi puisi yang baru. 3) Dalam hal ini guru dan siswa melalui curah pendapat/diskusi membicarakan tentang bentuk kesalahan pada syarat-syarat penulisan puisi yang harus dihindari. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Sukun Kota Malang melalui strategi 3M pada tahap perbaikan dicapai melalui fokus pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengkaji dan mengolah puisi. Dengan hasil pembanding sebagai berikut: 1) Siswa telah mampu melakukan revisi sampiran puisi, isi puisi dan tema
puisi berdasarkan kelengkapan begaian dan unsur tulisan puisi. Keterampilan ini didapatkan dari kegiatan saling menukar buram tulisan puisi diantara siswa dalam kelompok. 2) Siswa telah mampu melakukan revisi sampiran puisi, isi puisi, dan tema puisi berdasarkan kaidah jumlah suku kata, sajak, dan pilihan kata pada kalimat bahasa Indonesia yang sesuai dengan unsur-unsur penulisan puisi. Buram tulisan puisi yang telah diperbaiki merupakan bahan dasar bagi proses pemublikasian pada tahap selanjutnya. Keterampilan ini diperoleh siswa melalui kegiatan madiri dan curah pendapat. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Sukun Kota Malang melalui strategi 3M pada tahap pemubliksian dicapai melalui pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. Hasilnya 1) Siswa telah mampu menghilangkan atau menambah bagian dalam tulisan sampiran dan isi puisi. Keterampilan ini diperoleh siswa dari kegiatan curah pendapat dan pembacaan hasil menulis puisi individual. Kegiatan penugasan individual pada tahap pemublikasian lebih efektif dibandingkan dengan berkelompok. 2)
Tulisan puisi akhir sebagai hasil kegiatan pemublikasian menggambarkan peningkatan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 212
keterampilan menulis siswa kelas IV SDN Sukun Kota Malang. 3) Penilaian hasil terhadap keterampilan menulis puisi siswa dari refleksi awal, penerapan siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan. Peningkatan prestasi belajar menulis puisi sebelum penerapan siklus I siswa yang belum mencapai ketuntasan (memperoleh nilai di bawah 70) sebanyak 18 anak atau 72%, nilai terendah sebesar 50 dan teringgi 80 dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 59,40. Sebelum penerapan siklus I dari 18 anak atau 72% yang tidak tuntas setelah penerapan siklus I turun menjadi 11 anak atau 44%. Sedangkan nilai terendah pada siklus I sebesar 58 dan nilai tertinggi 92 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 72,88. Karena secara individu masih terdapat 11 siswa atau 44% yang belum tuntas maka dilanjutkan penerapan siklus II, penerapa siklus II nilai terendah 67 niali rata-rata kelas naik menjadi 84,68, nilai tertinggi pada siklus I sebesar 92 dengan penerapan siklus II naik menjadi 100. Rata-rata secara klasikal mengalami kenaikan dari 59,40 pada refleksi awal naik menjadi 72,88 pada siklus I dan meningkat menjadi menjadi 84,68. Dari data tersebut jika dikonfirmasikan dengan pedoman penerapan siklus sebagaimana dalam bab III maka dapat dipastikan bahwa dengan penerapan siklus II ini maka penelitian dapat dihentikan. Dengan kata lain, mengingat ketuntasan secara individu telah mencapai 88% penelitian sudah sesuai dengan tujuan dan kreteria yang ditetapkan yakni siklus akan dihentikan jika ketuntasan secara individu dan klasikan lebih dari atau sama dengan 70%.
Dari hasil penelitian ini, kepada guru kelas IV hendaknya (a) merancang rencana pembelajaran dengan menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas pembelajaran, (b) memadukan tahapan menulis puisi dengan tahapan strategi 3M, (c) menggunakan media pembelajaran yang merangsang anak sehingga mampu menulis puisi dengan baik, dan (d) Guru bahasa Indonesia disarankan untuk senantiasa menerapkan strategi 3M sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran menulis puisi. Hendaknya siswa menyadari bahwa (1) menulis puisi dengan strategi 3M merupakan kegiatan menyampaikan ide/gagasan tentang fakta/peristiwa/kejadian yang terdiri dari beberapa tahapan, (2) menulis puisi akan lebih mudah jika dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelas, (3) kegiatan menulis puisi tentang berbagai tema pada hakekatnya adalah penyampaian ide/gagasan secara deskriptif berdasarkan informasi yang diperoleh. Kepada penyusun buku ajar bahasa Indonesia untuk: (1) mencantumkan langkah-langkah pembelajaran menulis puisi sesuuai dengan masing-masing tahapan menulis, (2) memanfaatkan siswa sebagai sumber dan tema pembelajaran, dan (4) memberikan strategi puisi mulai dari hasil tahap pra menulis, hasil tahap pemburaman, hasil tahap perevisian, dan tahap penyuntingan Kepada penyusun kurikulum disarankan agar : (1) mengalokasikan waktu yang cukup untuk pembelajaran menulis puisi, (2) menyertakan perangkat dasar pembelajaran menulis
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 213
puisi dalam bentuk instrumen menulis, sehingga siswa dan guru memiliki arah yang sama dalam memahami hakekat proses dan hasil kegiatan menulis puisi tersebut, dan (3) menekankan orientasi evaluasi pembelajaran menulis puisi pada proses daripada hasil sehingga proses belajar lebih ditekankan pada “bagaimana cara menulis puisi ” dan bukan semata-mata “bagaimana hasil menulis puisi ” Latar belakang dan subjek penelitiannya terbatas pada siswa kelas IV SDN Sukun 3 Kota Malang. Dengan demikian, disarankan kepada peneliti lain untuk menindak lanjuti hasil dan temuan penelitian ini dengan cara : (1) memperluas jangkauan latar dan subjek, (2) memperdalam analisisa menyangkut komponen-komponen pembelajaran yang lain, (3) untuk meneliti keefektifan strategi 3M dengan menggambarkan desain eksperimen, dan (3) melakukan penelitian serupa dalam konteks pembelajaran menulis jenis sastra yang lainnya.
Anggoro, Toha, dkk. MetodePenelitian. Universitas Terbuka.
2010. Jakarta:
Arifin, Bustanul dan Rani, Abdul. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Basrowi, H.M. & Suwandi.2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia Hapsoyo, Sunarto, dkk. 1993. Readers BAHASA INDONESIA. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rahardi, R. Kunjana, Dr., M. Hum. 2001. Serpih-Serpih Masalah KebahasaIndonesiaan. Yogyakarta: Adi Cita
DAFTAR RUJUKAN
Suhaebah, Ebah., dkk. 1996. Penyulihan Sebagai alat Kohesi dalam Wacana. Jakarta: Depdikbud
Akbar, Sa’dun & Faridatus, Luluk. 2009. Proses Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Cipta Media
Sujanto, J. Ch. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-MenulisBerbicara untuk Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Akhadiah, Sabarti M.K., dkk. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suparno, dkk. 2010. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
Akhadiah, Sabarti M.K., dkk. 1991. Bahasa Indonesia II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 214