PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan dan metode pembelajaran masih kurang menarik siswa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pemanfaatan media dan kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga menyebabkan minat dan semangat siswa dalam pembelajaran menjadi kurang dan hasil yang dicapai tidak maksimal. Dengan media yang berupa gambar akan memudahkan siswa dalam menuangkan gagasannya, jika dibandingkan tanpa adanya media berupa gambar (media visual). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang dalam menulis puisi dengan menggunakan media gambar. Media gambar merupakan salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Media gambar dapat merangsang siswa untuk memberikan imajinasi dan membuat siswa untuk kreatif dalam penulisan puisi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang, sebanyak 43 siswa dengan rincian 23 putra dan 20 putri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis puisi berdasarkan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang. Kata kunci: menulis, peningkatan, puisi, media gambar.
nulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Dalam pembelajaran sastra di sekolah, siswa diajak untuk meng-ungkapkan ekspresi, keinginan, dan pengalamannya yang ditampilkan dalam bentuk karya sastra yaitu puisi. Puisi yang ditulis oleh siswa dapat bersifat imajinatif, intelektual, dan emosional yang telah diolah, disusun sehingga jelas, mudah ditangkap, dan menyentuh perasaan. Untuk itu, aktivitas pengungkapan karya sastra dalam bentuk puisi ini diterapkan pada pembelajaran menulis puisi. Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan sastra yang harus dicapai siswa karena siswa akan memperoleh banyak manfaat dari kegiatan menulis puisi tersebut. Beberapa manfaatnya adalah siswa dapat mengekspresikan pikirannya melalui bahasa yang indah dalam puisi, siswa dapat men-
Dalam Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang harus dibelajarkan dan dikuasai oleh siswa. Dengan menulis, siswa dapat menuangkan ide, pikiran, dan perasaan ke dalam bahasa tulis. Penuangan ide, pikiran, dan perasaan ini dimaksudkan agar siswa mampu dan terbiasa mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya, sekaligus mengurangi beban pikiran yang menjadi gangguan psikologis bagi perkembangan. Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SD kelas V adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas (Departemen Pendidikan nasional, 2006). Standar kompetensi ini terbagi dalam tiga kompetensi dasar yang salah satunya adalah me-
Dwi Sulistyorini adalah dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. 12
Sulistyorini, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Gambar, 13
jadikan puisi sebagai media untuk menuangkan segala hal yang dirasakan dan tentunya siswa mendapatkan keterampilan yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Kreativitas seseorang pun dapat terasah melalui menulis. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang padu dan ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Jabrohim (2001) mengemukakan bahwa kegiatan menulis membelajarkan siswa untuk menggunakan otak dan indera bekerja secara bersama-sama. Hal ini bisa diketahui ketika siswa menulis. Saat siswa menulis otaknya akan bekerja untuk menggagas suatu ide atau pikiran sementara jari-jari tangannya akan menuliskan ide tersebut. Selanjutnya tulisan yang telah dihasilkan akan dibaca oleh mata yang kemudian dipertimbangkan kembali oleh otak untuk direvisi menjadi tulisan yang sempurna. Salah satu proses kegiatan tersebut adalah menulis karya sastra, baik berupa prosa, puisi, maupun drama. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Menulis puisi merupakan kegiatan aktif dan produktif. Dikatakan aktif, karena dengan menulis puisi seseorang telah melakukan proses berpikir, sedangkan dikatakan produktif karena seseorang dalam menulis puisi akan menghasilkan sebuah tulisan yang dapat dinikmati oleh orang lain. Selain itu, menulis juga merupakan kegiatan yang mampu mengembangkan kreativitas. Menurut Roekhan (1991: 5-6) hal yang harus diperhatikan agar siswa menghasilkan karya sastra (puisi) yang kreatif adalah (1) kemampuan berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat (bakat ini dapat dilatih), dan (4) daya imajinasi yang mampu mengasosiasikan apa yang ditangkap indera. Kegiatan menulis puisi menurut Roekhan (1991:1) merupakan bagian dari penulisan kreatif sastra. Sebagai kegiatan kreatif, puisi
dapat dikembangkan secara bertahap, kontinyu, terarah, dan terintegrasi. Proses kreatif tentunya diperlukan dalam menulis puisi. Proses kreatif itu dapat dilakukan dengan cara banyak berlatih, karena semakin sering seseorang berlatih menulis, maka ia semakin terampil, ide dan gagasannya pun semakin banyak. Semakin sering seorang siswa berlatih untuk menulis puisi, maka kreativitasnya juga akan semakin terasah. Siswa dapat mengungkapkan ide atau pikirannya melalui proses kreatif tersebut dalam bentuk puisi. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalamai kesulitan. Selama ini siswa sulit untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki dalam bentuk puisi. Ide-ide tersebut kadang juga masih tidak terstruktur dan terinci dengan baik sehingga pengungkapannya pun kurang runtut. Hambatan lain yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis puisi adalah kurangnya semangat mereka dalam menulis puisi akibat metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik bagi siswa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran kurang bervariasi, guru masih sering menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajarannya sehingga membuat siswa merasa malas, jenuh, dan tidak dapat membangkitkan motivasi atau minat siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Siswa merasa pembelajaran menulis puisi membosankan sehingga menyebabkan siswa kurang berminat untuk dapat menghasilkan karya secara maksimal. Selain itu, siswa banyak yang kurang percaya diri untuk menunjukkkan hasil karyanya kepada orang lain. Fenomena tersebut juga terjadi pada pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang. Siswa di kelas ini kurang termotivasi untuk mengikuti pembe-lajaran menulis puisi karena metode yang digunakan guru hanya ceramah teoritis yang tidak membangkitkan semangat siswa dan contoh puisi yang ditunjukkan hanya
14, J-TEQIP, Tahun 1, Jilid 1, Nomor 1, November 2010.
pada buku teks pegangan siswa, bahkan tidak menjelaskan langkah-langkah menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi ini, guru tidak memanfaatkan media sebagai objek menulis puisi. Guru mengabaikan media dan hanya menyuruh siswa tanpa adanya alat, baik fisik maupun non fisik yang dapat membantu siswa daam menulis puisi, sehingga hasil yang diharapkan kurang maksimal. Cara pembelajaran seperti itu tentunya membingungkan siswa, dan siswa pun kurang tertarik mengikuti pembelajaran tersebut. Dalam komponen pembelajaran, cara mengajar guru, termasuk di dalamnya penggunaan metode pembelajaran, sangat penting demi pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang efektif sebaiknya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran menulis puisi, guru kelas V di SDN Sawojajar V Kota Malang ini masih menggunakan buku teks saja sebagai acuan. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan kemampuan siswa kurang berkembang dan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran seperti itu. Selain itu, keadaan tersebut membuat keterampilan siswa dalam menulis puisi masih rendah. Berdasarkan uraian serta hasil temuan penelitian di atas, maka di-perlukan metode pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan agar dapat membuat siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk merangsang keterampilan siswa dalam menulis puisi adalah menggunakan media gambar. Dengan media gambar akan memudahkan siswa dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam penulisan puisi, jika dibandingkan tanpa adanya media berupa gambar. Hal itu dikarenakan dengan adanya gambar, secara tidak langsung membantu siswa lebih mudah dalam mengembangkan gagasannya. Media gambar merupakan salah satu media yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Media gambar dapat merangsang siswa untuk memberikan imajinasi dan membuat siswa untuk
bertindak kreatif dalam penulisan puisi. Media gambar juga dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajarmengajar. Dengan cara pemanfaatan media gambar tesebut diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dan diperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Dengan adanya penelitian untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan media gambar ini, diharapkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang meningkat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan kajian tentang penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa SD kelas V khususnya. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif, jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini melibatkan guru kelas V dan 1 orang dosen yang bertindak sebagai peneliti pelaksana. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masingmasing siklus meliputi tahap perenca-naan tindakan, pelak-sanaan tindakan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Hasil refleksi siklus I dipakai sebagai dasar untuk pelaksanaan siklus II. Dengan kata lain, pemberian tindakan pada siklus II didasarkan pada upaya untuk dapat melaksanakan penggunaan media gambar dalam peningkatan keterampilan menulis puisi dengan baik. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang dengan jumlah 43 orang, terdiri dari 23 orang lakilaki dan 20 orang perempuan. Tindakan kelas yang berupa penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis puisi pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, selama semester II (bulan Pebruari-Maret 2010) tahun ajaran 2009/2010. Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan, sebagai berikut: (1) melaksanakan pembelajaran
Sulistyorini, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Gambar, 15
menulis puisi di kelas V. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara bergantian antara guru dan dosen. Pembelajaran dilakukan mulai tanggal 23 Pebruari sampai 11 Maret 2010, (2) melakukan pengamatan terhadap tindakan secara sistematis, cermat, dan obyektif. Peng-amatan dilakukan secara menyeluruh terhadap semua kejadian selama proses pembelajaran menulis. Semua hasil data pengamatan tersebut direkam dalam bentuk catatan lapangan, (3) melakukan diskusi setelah pembelajaran untuk membicarakan tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran. Hasil diskusi tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Prosedur penelitian tindakan kelas ini ada tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan peneliti dan guru mengadakan persiapan atau perencanaan tindakan. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dua kali pertemuan. Dengan demikian penelitian ini direncanakan empat kali pertemuan. Setiap pertemuan siswa melakukan menulis puisi dengan media gambar yang dilaksanakan selama dua jam pelajaran (2x35 menit). Materi pembelajaran selama penelitian ada empat gambar yang berbeda digunakan sebagai media menulis puisi. Tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dan mengamati selama pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan dan evaluasi, pemantauan atau pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai alat utama, dan alat penunjangnya adalah pedoman observasi dan catatan lapangan. Tahap refleksi atau analisis, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif. Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Sebelum pelaksanaan, program ini dikomunikasikan kepada siswa agar mereka mengetahui kegiatan yang harus dilakukan selama penelitian berlangsung. Guru menerangkan pentingnya belajar keterampilan menulis puisi. Siswa konsentrasi memahami
media gambar yang telah disiapkan oleh peneliti untuk menemukan ide atau gagasannya, tidak boleh mengganggu teman, berbicara sendiri, atau mengerjakan pekerjaan lain. Setelah memahami gambar yang disiapkan siswa diarahkan untuk mulai menulis puisi sesuai dengan gagasan yang telah ditemukan. Hasil pekerjaan siswa akan ditempelkan di papan dan sebagaian dibaca sebagai wujud apresiasi kepada siswa. Data tentang proses pembelajaran diperoleh melalui observasi aktivitas belajar mengajar, serta interaksi yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran. Untuk memudahkan pengumpulan data dengan pengamatan, peneliti menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek (Neil:1992). Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dan dipikirkan tentang semua kejadian selama berlangsungnya pembelajaran menulis puisi, dan mencatat refleksi terhadap data proses pembelajaran. Disamping itu kegiatan pengumpulan data dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil data penelitian diuraikan berdasarkan siklus-siklus tindakan pembelajaran. Hasil data tersebut disesuaikan dengan masalah penelitian mencakup data perencanaan, dan proses pembelajaran. Data tentang perencanaan adalah persiapan pengajaran tertulis yang berupa satuan pelajaran. Data proses pembelajaran meliputi tahap sebelum menulis, saat menulis, dan setelah menulis. Hasil data ini didasarkan pada data yang telah dikumpulkan melalui pengamatan dan catatan lapangan ketika pembelajaran berlangsung. Proses peningkatan keterampilan menulis puisi siswa berisi penjabaran seluruh kegiatan yang terjadi di kelas atau di lapangan pada saat tindakan dilaksanakan. Tindakan pada siklus I berisi tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dialami ketika membelajarkan menulis puisi. Hal yang dilakukan
16, J-TEQIP, Tahun 1, Jilid 1, Nomor 1, November 2010.
adalah sebagai upaya agar permasalahan yang selama ini dihadapi guru dan siswa dapat teratasi. Pelaksanaan siklus I ini dilakukan selama dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Hasil refleksi dari tindakan siklus I dijadikan dasar untuk memperbaiki tindakan pada siklus II. Perbaikan rancangan tindakan siklus II merupakan rencana untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi atau solusi dari masalah pada tindakan siklus I dan memperbaiki tindakan pada siklus II Hasil Penelitian Siklus I Siklus I berlangsung dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2 x 35 menit atau 70 menit. Tindakan yang diberikan untuk meningkatkan ketrampilan menulis puisi ada tiga tahap. Pertama, tahap sebelum menulis puisi, siswa diajak untuk menyanyikan lagu tentang puisi agar siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran. Siswa juga diingatkan kembali mengenai materi menulis puisi. Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan untuk membangkitkan kembali ingatan mereka mengenai puisi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi. Dari kegiatan ini diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang puisi sudah cukup baik, hanya saja masih ada kekurangan. Siswa masih kesulitan untuk menggunakan majas. Hal ini dapat diketahui dari respon siswa saat menjawab pertanyaan peneliti tentang kesulitan yang dialami siswa dengan menjawab bahwa kesulitannya terletak pada penggunaan majas. Kejadian tersebut ditindaklanjuti guru untuk memberikan tambahan penguatan tentang majas. Untuk meningkatkan pemahaman siswa, peneliti memberikan contoh-contoh penggunaan majas seperti metafora dan simile. Dalam penulisan puisi, menggambarkan atau membandingkan sesuatu seolah-olah seperti hal lain disebut metafora, misalnya, angin adalah singa yang mengaum. Penyair membayangkan angin sebagai singa yang mengaum. Simile atau kiasan mirip dengan metafora, yakni,
dua hal yang dibandingkan untuk menghasilkan sebuah lukisan kata. Simile menggunakan kata ”seperti‟ atau ”bagaikan‟, misalnya, kuat seperti banteng. Setelah menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi dan penggunaan majas, guru juga mengajak siswa untuk berlatih membuat puisi dengan media gambar. Guru membagikan contoh puisi yang ditulis dengan media gambar kepada siswa untuk didentifikasi. Guru juga memberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran tahap sebelum menulis puisi tersebut di atas dimaksudkan untuk membangkitkan skemata siswa tentang menulis puisi. Selain itu, siswa diajak untuk menulis puisi secara klasikal berdasarkan media gambar yang telah disiapkan. Kegiatan ini, siswa dapat menggali kembali skemata tentang menulis puisinya untuk dihubungkan dengan pengalaman baru yakni belajar menulis puisi dengan media gambar. Kegiatan ini merupakan langkah awal dari pembelajaran menulis puisi dengan media baru agar siswa dapat menyesuaikannya dengan baik. Tahap kedua adalah menulis puisi. Pada tahap pembelajaran menulis puisi ini adalah siswa melakukan penulisan puisi secara individu dengan menggunakan media gambar secara individu. Gambar yang digunakan sebagai media dalam menulis puisi adalah rumah. Gambar rumah tersebut dijadikan objek untuk merangsang ide maupun gagasan siswa dalam menulis puisi. Tahap setelah menulis puisi dilakukan pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru dan peneliti menanyakan ulang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi, khususnya dengan media gambar. Dari kegiatan ini, dapat diketahui bahwa pemahaman siswa tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi, khususnya menulis puisi dengan media gambar sudah cukup baik. Siswa dan guru merefleksi pembelajaran dengan mendiskusikan manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran menulis puisi.
Sulistyorini, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Gambar, 17
Siswa dengan semangat menyatakan pendapatnya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penutup ini merupakan refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari kegiatan ini, dapat diketahui keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan media gambar, kesulitankesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran, manfaat pembelajaran yang diperoleh siswa, dan perencanaan kegiatan tindak lanjut dari pembelajaran menulis puisi dengan media gambar. Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, hasil yang dicapai siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga perlu dirancang lagi tindakan siklus II. Hasil peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan media gambar diuraikan dalam dua kelompok. Pertama, hasil peningkatan pada setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang harus dicapai siswa dalam menulis puisi. Indikator tersebut meliputi (1) menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, (2) memilih kata (diksi) yang baru dan kreatif, (3) menggunakan rima yang tertata, dan (4) menggunakan majas. Berdasarkan indikator tersebut, maka analisis data hasil pada siklus I diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi pada aspek kemampuan menentukan tema, 80,2% siswa, aspek kemampuan memilih kata (diksi) hanya 25% siswa, aspek kemampuan menggunakan rima, 92% siswa, dan aspek kemampuan menggunakan majas, 5,5% siswa. Secara utuh, kemampuan siswa dalam menulis puisi pada siklus I dengan indikator tersebut di atas hanya 55 % siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil Penelitian Siklus II Siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan dengan jumlah tindakan yang sama. Tindakan pembelajaran sama dengan Siklus I, yaitu tahap sebelum menulis, saat menulis, dan setelah menulis. Pada tahap sebelum menulis, tindakan yang dilakukan
sama dengan siklus I dilakukan pembelajaran dengan memberi penjelasan untuk mengembangkan skemata. Kegiatan ini, dimaksudkan menggali kembali skemata siswa tentang menulis puisi untuk dihubungkan dengan pengalaman baru yakni belajar menulis puisi dengan media gambar. Hasil penelitian pada tahap ini menunjukkan kemampuan siswa meningkat. Tahap saat menulis, siswa menulis puisi secara individu. Dalam kegiatan ini siswa mencermati media gambar yang telah dibagikan. Pada Siklus II ini media gambar yang digunakan adalah gambar sekolah. Siswa menentukan tema yang ada dalam gambar, siswa mendaftar kata sebanyak-banyaknya sesuai dengan gambar, kemudian siswa menuliskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada gambar dan dapat dikembangkan dengan pengalaman pribadi siswa, siswa menyusun puisi berdasarkan media gambar tersebut dengan penemuan kata-kata yang telah diidentifikasinya. Tahap setelah menulis puisi, siswa mereviu puisi yang telah ditulisnya berdasarkan rubrik yang telah disiapkan peneliti dan guru. Siswa ditugasi untuk merevisi puisi yang telah direviu untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Selain itu, pada tahap ini siswa dan guru merefleksi pembelajaran dengan mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menulis puisi. Pada akhir kegiatan guru memberikan penguatan langkah-langkah dalam menulis puisi, dan indikator apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi. Hasil tindakan siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi. Berdasarkan indikator tersebut, maka analisis data hasil pada siklus II diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi pada aspek kemampuan menentukan tema, 100% siswa, aspek kemampuan memilih kata (diksi) 75% siswa, aspek kemampuan menggunakan rima, 100% siswa, dan aspek kemampuan menggunakan majas, 6 % siswa. Secara utuh, kemampuan siswa dalam menulis puisi pada siklus II dengan indikator tersebut di atas 100% siswa yang mampu mencapai nilai 75
18, J-TEQIP, Tahun 1, Jilid 1, Nomor 1, November 2010.
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang masih mengalami kesulitan dalam menulis puisi, maka dirancang tindakan sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan media gambar. Dengan penerapan media gambar ini, pembelajaran yang dilakukan dapat melatih keterampilan siswa dalam menulis puisi. Dari kegiatan belajar seperti itu, maka kemampuan berbahasa siswa dalam bahasa tulis akan lebih mudah terpantau. Proses meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi siswa SD kelas V dengan media gambar ini dilaksanakan dala dua tindakan, yaitu tindakan siklus I dan indakan siklus II. Dalam setiap tindakan dilakukan dua kali pertemuan, setiap pertemuan ada tiga tahapan, yaitu tahap sebelum menulis puisi pada kegiatan awal, saat menulis puisi pada kegiatan inti, dan setelah menulis puisi pada kegiatan akhir dalam pembelajaran. Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dapat dikatakan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN Sawojajar V Kota Malang. Peningkatan tersebut terdapat pada aspek proses dan hasil pembelajaran. Proses meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa dengan media gambar, baik tindakan siklus I maupun siklus II dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu sebelum menulis puisi pada kegiatan awal, saat menulis puisi pada kegiatan inti, dan setelah menulis puisi pada kegiatan akhir dalam pembelajaran. Kegiatan awal meliputi pembangkitan skemata siswa tentang menulis puisi, penulisan puisi dengan media gambar secara klasikal. Semangat siswa jauh lebih baik jika dibandingkan dengan studi pendahuluan. Semangat siswa ini ter-
jadi karena adanya inovasi pembelajaran seperti penggunaan apersepsi seperti yel-yel menyanyikan lagu puisi, dan adanya strategi baru dalam pembelajaran menulis puisi. Kegiatan inti dilakukan kegiatan penulisan puisi dengan media gambar secara individu yang melalui beberapa tahapan. Tahapantahapan tersebut dilakukan siswa dengan baik. Semangat belajar siswa dalam kegiatan inti pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan pada studi pendahuluan. Kegiatan penutup merupakan refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari kegiatan ini dapat diketahui keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan media gambar, kesulitankesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran, manfaat pembelajaran yang diperoleh siswa, dan perencanaan kegiatan tindak lanjut dari pembelajaran menulis puisi dengan media gambar. Peningkatan hasil pembelajaran menulis puisi dengan media gambar ini mencakup peningkatan hasil setiap aspek dan peningkatan hasil secara utuh. Aspek-aspek tersebut, antara lain: peningkatan as-pek kemampuan menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, memilih kata (diksi) yang baru dan kreatif, menggunakan rima yang tertata, dan menggunakan majas. Aspek-aspek tersebut dijadikan indikator untuk menilai puisi pada tindakan siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui 80,2% siswa mampu mengerjakan puisi sesuai dengan aspek kemampuan menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, dan 100% siswa pada siklus II diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi pada aspek kemampuan menentukan tema. Aspek kemampuan menggunakan memilih kata (diksi) pada siklus I hanya 25% siswa, sedangkan pada siklus II meningkat 75% siswa. Pada siklus I aspek kemampuan menggunakan rima diketahui 92% siswa mampu menggunakan rima, dan pada siklus II meningkat menjadi 100% siswa. Aspek kemampuan menggunakan majas pada siklus I hanya 5,5% siswa, dan pada siklus II diketahui 6% siswa yang mampu meng-
Sulistyorini, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Gambar, 19
gunakan majas. Semua aspek kemampuan tersebut terangkum dalam hasil kemampuan menulis puisi secara utuh yang harus mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Ketuntasan belajar siswa dalam keterampilan menulis puisi ini akan dicapai jika siswa memperoleh nilai 75. Pada tindakan siklus I, jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam menulis puisi sesuai dengan indikator tersebut di atas hanya 55 % siswa yang mampu mencapai nilai 75. Sedangkan pada siklus II dengan indikator tersebut di atas 100% siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar. SIMPULAN Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar yang dilaksanakan dalam penelitian ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Kemampuan keterampilan menulis puisi siswa menjadi meningkat. Peningkatan tersebut meliputi peningkatan kemampuan dalam menulis puisi dengan aspek kemampuan DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jakarta: Departemen 2004. Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, memilih kata (diksi) yang baru dan kreatif, menggunakan rima yang tertata, dan menggunakan majas. Selain itu, peningkatan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis puisi secara utuh. Demikian pula terjadi peningkatan pada guru dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan media gambar. Peningkatan tersebut meliputi membangkitkan skemata siswa tentang menulis puisi, membimbing siswa dalam menulis puisi, memberi respon secara positif, melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menulis puisi, dan memberikan pemantapan pemahaman langkah-langkah dalam menulis puisi dengan memperhatikan indikator dalam menulis puisi. Berdasarkan simpulan hasil penelitian, disarankan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran keterampilan menulis puisi, terutama di Sekolah Dasar. Guru perlu memperhatikan tahapan dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi, yaitu tahap sebelum menulis, saat menulis, dan setelah menulis. Selain itu, guru perlu mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan mempersiapkan berbagai media yang digunakan sebagai alat dalam pembelajaran.
Jabrohim, dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mc.
Neill. 1992. Action Research: Principles and Practice. New York: Champman and Hall Inc.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh (Y A 3) Malang.