KEMAMPUAN HIDUP PENGGEREK POLONG Maruca testulalis Geyer (LEPIDOPTERA;PYRALIDAE) PADA TIGA VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L) Survival of Pod Borer Maruca testulalis Geyer (Pyralidae:Lepidoptera) on Three Varieties of Mungbean (Vigna radiata L) 1)
1)
2)
Retno Wijayanti , YV.Pardjo , Etik Zaky LR
ABSTRACT
The
pod borer Maruca testulalis is major pest of mungbean plants. Using resistant variety is one way to control this pest. On resistant variety, insects biotic potensial will be blocked. The objective of this research was to know several biotic potensial aspects of M. testulalis on three mungbean varieties as a reference of variety resistance to pod borer M. testulalis. The research was conducted in Laboratory of Pest and Plant Diseases and Green House of Agriculture Faculty on January 2005 until January 2006. This research was arranged with Completely Randomized Design (CRD) as the sample was mungbean variety (Walet, Murai, and Nuri). On the insects biotic potensial on laboratory test, the experiment was repeated by 24 times, and in egg laying preference test it was repeated by 6 times. Research sequence included mungbean planting to feeding and as a place for insect to laying their eggs, egg collecting from field, insects maintaining to knowing their survival on pod test, and egg laying preference test. Data was analysized using varian analysis with F test and after that followed by Duncan Multiple Range Test at 5% level. The result showed that the M. testulalis biotic potensial that ate Murai variety mungbean was better than Walet and Nuri variety seen from its size of larvae, lowest larvae mortality, more of pupal and adults form and better reproduction ability. On adult's laying egg preference test, the M. testulalis adult was laying much egg on Murai. It showed that Murai variety was more susceptible than Walet variety and Nuri was the most resistant variety to pod borer M. testulalis.
Key words : mungbean, pod borer Maruca testulalis
PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata L) merupakan anggota leguminosae yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah (Soeprapto, 1993). Potensi produksi kacang hijau sebenarnya sebesar 1,5 ton/ha, tetapi rata-rata produksi nasional masih rendah yaitu 0,7-0,8 ton/ha (Hakim et al., 1993). Salah satu faktor pembatas dalam produksi kacang hijau adalah adanya serangan hama. Chhabra et al. (1988) melaporkan bahwa tanaman kacang hijau diserang sekitar 30 hama salah satunya adalah penggerek polong Maruca testulalis Geyer.
M. testulalis merupakan hama utama pada tanaman kacang hijau. Larva makan daun muda atau bunga, kemudian menggerek polong dan makan biji yang sedang berkembang (Kalshoven, 1981; Chhabra et al. , 1988; Supriyatin, 1990). Hasil penelitian Nurdin danAtman (1996) menyatakan bahwa tingkat serangan penggerek polong M. testulalis cukup tinggi yaitu sekitar 41,7% pada polong dan 18,7% pada biji. Kerusakan tersebut sangat nyata menurunkan hasil. Apabila tidak dikendalikan M. testulalis dapat menurunkan hasil biji 35-53% (Supriyatin, 1990). Saat ini kebanyakan petani masih menggunakan pestisida sebagai upaya
1) Jurusan Agronomi - Fakultas Pertanian UNS email:
[email protected], 081578765877 2) Alumni Fakultas Pertanian UNS
40
Agrosains 11(2): 40-44, 2009
pengendalian M. testulalis. Mengingat bahaya pestisida baik bagi lingkungan maupun bagi kesehatan manusia, maka diperlukan upaya pengendalian lain yang lebih aman. Salah satu upaya pengendalian hama adalah dengan penggunaan varietas tahan. Varietas tahan hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sudah berkembang sejak abad XIX (Suharsono, 1991). Pemakaian varietas tahan hama telah berhasil menekan hama penting pada padi (Suharsono, 1991; Untung, 2001). Di luar tanaman padi penggunaan varietas tahan hama di Indonesia masih terbatas (Untung, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang beberapa aspek kemampuan hidup M. testulalis pada tiga varietas kacang hijau sebagai salah satu tolok ukur ketahanan varietas kacang hijau terhadap penggerek polong M. testulalis.
BAHANDANMETODE Penelitian uji kemampuan hidup M. testulalis dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan dan pengujian preferensi peletakan telur oleh imago dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNS pada Januari 2005 sampai Januari 2006. Penelitian disusun secara acak lengkap dengan perlakuan varietas kacang hijau (Walet, Murai, dan Nuri). Untuk uji kemampuan hidup di laboratorium setiap perlakuan diulang 24 kali, sedangkan untuk uji preferensi peletakan telur setiap perlakuan diulang 6 kali. Tata laksana penelitian meliputi penanaman kacang hijau untuk penyediaan pakan dan peletakan telur, pengumpulan telur dari lapangan, pemeliharaan serangga di laboratorium. Masing-masing larva yang baru menetas dipelihara dalam wadah pemeliharaan. Selama pemeliharaan larva, dilakukan penggantian pakan dan pengukuran panjang tubuh dan lebar kepala larva dengan micrometer dan mikroskop. Pupa yang terbentuk ditimbang dengan timbangan digital. Imago yang keluar diukur panjang tubuh dan rentang sayapnya kemudian dipasangkan. Setiap pasang imago dimasukkan ke dalam tanaman kacang hijau yang sedang berbunga yang telah disungkup dengan kain triko dan diamati jumlah telur yang diletakkan oleh imago. Pengujian preferensi peletakan telur oleh imago dilakukan dengan memasukkan 5 pasang imago ke dalam kurungan pengujian berukuran 1,5x2 meter yang di dalamnya terdapat tanaman kacang hijau varietas Walet, Murai,
dan Nuri masing-masing 6 polibag. HASILDAN PEMBAHASAN A. Studi Kemampuan Hidup M. testulalis di Laboratorium Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata pada ukuran panjang tubuh dan lebar kepala larva dan lama stadium imago M. testulalis dan tidak berpengaruh nyata pada lama stadium telur, larva, pupa, berat pupa, ukuran imago, dan lama siklus hidup M. testulalis (Tabel 1 dan 2). Varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata pada waktu yang diperlukan serangga untuk menempuh stadium telur, larva, pupa, imago. Waktu yang diperlukan serangga untuk menyelesaikan siklus hidupnya dari telur sampai imago mati pada varietas Walet, Murai, dan Nuri masing-masing adalah 22,50; 22,00; dan 22,67 hari (Tabel 1.) Larva. Larva M. testulalis merupakan stadium yang bersifat merusak Selama perkembangan larva terdapat 5 instar. Penentuan instar larva didasarkan pada pengukuran lebar kepala larva. Soehardjan (1983) menyatakan bahwa frekuensi banyaknya larva dengan lebar kepala tertentu dipakai untuk menaksir banyaknya instar.Rata-rata ukuran panjang tubuh dan lebar kepala larva tiap instar M. testulalis disajikan dalam Tabel 2. Panjang tubuh dan lebar kepala larva instar 1 tidak berbeda nyata pada masing-masing varietas kacang hijau. Larva instar 1 merupakan larva yang baru menetas. Pada pertumbuhannya larva M. testulalis instar 4 dan 5 mempunyai ukuran panjang tubuh dan lebar kepala yang berbeda nyata pada masing-masing varietas. Pada kacang hijau varietas Nuri ukuran panjang tubuh dan lebar kepala larva paling kecil dibandingkan pada varietas Walet dan Murai. Kacang hijau varietas Nuri mempunyai ukuran biji paling kecil yaitu 36 gram/1000 biji. Menurut Hakim et al. (1993) varietas kacang hijau yang bijinya kecil mempunyai kandungan biji keras lebih banyak dibanding varietas yang berbiji besar. Jadi varietas Nuri mempunyai kandungan biji keras lebih banyak dibanding varietas lainnya. Kekerasan biji ini diduga menyebabkan larva lebih sulit memakan biji sehingga jumlah pakan yang dapat dimakan larva lebih sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan larva lebih terhambat. Pupa. Pupa M. testulalis yang baru terbentuk berwarna kehijauan atau kuning pucat kemudian berwarna coklat keabuan. Pupa terdapat dalam kokon
Kemampuan Hidup Penggerek Polong Maruca Testulalis Geyer (Lepidoptera;Pyralidae) ....... (R. Wijayanti , Y.V.Pardjo, E Zaky LR)
41
Tabel 1. Periode umur telur, larva, pupa, imago, dan lama siklus hidup pada setiap varietas kacang hijau
Lama stadium Telur (hari)
La ma stadium larva (hari)
Lama stadium pupa (hari)
La ma stadium imago (hari)
Lama siklus hidup (hari)
Walet
3,00 a
8 ,82 a
9,16 a
6,36 a
22,50 a
Murai
3,00 a
8 ,83 a
8,75 a
7,68 b
22,00 a
Nuri
3,00 a
9 ,06 a
9,46 a
7,20 ab
22,67 a
Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan taraf 5% Tabel 2. Panjang tubuh dan lebar kepala larva masing-masing instar pada tiap vaietas kacang hijau
Instar1
Instar2
Instar3
Instar4
Instar5
Varietas P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
Walet
1.28 a
0.22 a
4.26 a
0.46 b
7.74 b
0.73 b
10.17 b
0.93 b
12.58 c
1 .19 b
Murai
1.36 a
0.22 a
4.36 a
0.43 ab
6.97 a
0.66 a
9.36 ab
0.92 b
11.24 b
1 .20 b
Nuri
1.70 a
0.23 a
3.98 a
0.42 a
6.61 a
0.63 a
9.04 a
0.84 a
10.45 a
1 .04 a
Keterangan : P = panjang tubuh larva, L = lebar kepala larva Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan taraf 5%. Pengukuran lebar kepala dilakukan setiap hari sejak larva menetas dari telur hingga larva memasuki fase pupa. dan terbungkus oleh benang-benang halus. Berat pupa pada perlakuan polong kacang hijau varietas Walet, Murai, dan Nuri masing-masing adalah 0.0350 gram; 0.0331 gram; dan 0.0337 gram. Pengukuran berat pupa dilakukan pada hari keempat setelah pupa terbentuk. Imago. Panjang tubuh dan rentang sayap imago tidak berbeda nyata pada masing-masing varietas (Tabel 3). Pada perlakuan varietas Murai, lama stadium imago lebih panjang dibandingkan varietas lainnya yaitu 7,68 hari.
Mortalitas larva yang diberi pakan polong kacang hijau varietas Murai paling rendah dibanding varietas lainnya. Menurut Bedjo (1990) rendahnya mortalitas larva disebabkan oleh kesukaan larva pada pakan. Mortalitas larva yang rendah menyebabkan tingginya jumlah pupa terbentuk dan jumlah imago terbentuk juga tinggi. Hal ini berpengaruh pada kemampuan serangga berkembang biak.
Tabel 4. Mortalitas larva, persentase pupa terbentuk, dan persentase imago terbentuk pada tiap varietas kacang hijau
Varietas
Jumlah larva awal
Jumlah larva mati
Jumlah larva hidup
Jumlah pra pupa 17
Jumlah pupa terbentuk 12
Jumlah imago terbentuk 11
Walet
24
7
17
Murai
24
6
18
18
16
15
Nuri
24
8
16
16
13
11
Keterangan : Pengamatan dilakukan setiap hari sampai stadium imago
42
Agrosains 11(2): 40-44, 2009
Tabel 5. Nisbah kelamin dan jumlah telur yang dihasilkan imago betina
Nisbah kelamin (jantan : betina)
Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan imago betina
Rata-rata jumlah telur (butir)
Walet
2:9 (n=11)
1,50
1,0000 b
Murai
1:4 (n=15)
4,33
2,5000 c
Nuri
3:8 (n=11)
2,33
0,1667 a
Varietas
Keterangan : n = ulangan
M. testulalis mempunyai perbandingan jumlah betina lebih banyak daripada jantan (Tabel 5). Rata-rata jumlah telur yang diletakkan imago betina yang larvanya diberi pakan kacang hijau varietas Murai lebih banyak yaitu sejumlah 4,33 butir. Hal ini menunjukkan bahwa serangga yang diberi pakan polong kacang hijau varietas Murai mempunyai daya reproduksi yang lebih baik dibandingkan serangga yang diberi pakan polong kacang hijau varietas Walet dan Nuri. B. Uji Preferensi Peletakan Telur oleh Imago Imago M. testulalis meletakkan telur pada kuncup bunga atau bunga pada tanaman kacang-kacangan, meskipun peneluran pada daun, pucuk tanaman, dan polong juga telah dilaporkan (Taylor, 1978 cit Suharsono dan E. Wahyuni, 1992). Tabel 6. menunjukkan bahwa imago betina lebih banyak meletakkan telur pada tanaman kacang hijau varietas Murai kemudian berturut-turut varietas Walet dan Nuri. Telur ditemukan pada kelopak bunga, pucuk daun, tangkai daun, dan tangkai bunga. Letak antara telur yang satu dengan yang lain saling berdekatan. Untung (2001) menyatakan bahwa ciri morfologi tanaman seperti ukuran, bentuk, warna, kekerasan jaringan tanaman, atau adanya rambut atau tonjolan pada
tanaman dapat menghasilkan rangsangan untuk kegiatan makan serangga atau kegiatan peletakan telur. Imago betina lebih banyak meletakkan telurnya pada tanaman kacang hijau varietas Murai diduga karena tertarik pada bunga yang berwarna kuning cerah. Selain itu pada varietas Murai, permukaan tanaman seperti tangkai daun, daun, dan tangkai bunga terdapat banyak bulu-bulu yang memudahkan imago meletakkan telur. Seperti pada hama Heliothis yang menyerang tanaman kapas lebih banyak menyerang tanaman kapas yang berbulu karena bulu-bulu tersebut merupakan tempat yang baik untuk peletakan telurnya (Untung, 2001). Pada varietas Walet jumlah telur yang diletakkan lebih sedikit karena meskipun bunganya berwarna kuning cerah tapi pada permukaan tanaman hanya terdapat sedikit bulu. Pada varietas Nuri, jumlah telur yang diletakkan paling sedikit karena bunganya berwarna kuning kelabu sehingga imago tidak tertarik untuk meletakkan telur dan pada permukaan tanaman hanya terdapat sedikit bulu-bulu. Jadi berdasarkan hasil pengamatan tersebut diduga bahwa imago M. testulalis lebih tertarik pada bunga yang berwarna kuning cerah dan permukaan tanaman yang berbulu lebat sebagai tempat meletakkan telur.
KESIMPULAN
1. Pertumbuhan dan perkembangan M. testulalis yang Tabel 6. Jumlah telur yang diletakkan oleh imago M. testulalis Varietas
Rata-rata jumlah telur (butir)
Walet
1 ,0000b
Murai
2,5000c
Nuri
0,1667a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan taraf 5%
diberi pakan polong kacang hijau varietas Murai paling baik dibandingkan serangga yang diberi pakan polong kacang hijau varietas Walet dan Nuri dicirikan dengan ukran larva yang besar, rendahnya mortalitas larva, jumlah pupa dan imago yang terbentuk lebih banyak daya reproduksinya paling baik. 2. Imago M. testulalis lebih banyak meletakkan telur pada tanaman kacang hijau varietas Murai. 3. Varietas Nuri lebih tahan terhadap serangan penggerek polong M. testulalis karena varietas Nuri menghambat pertumbuhan serangga dan imago kurang menyukainya sebagai tempat peletakan telur
Kemampuan Hidup Penggerek Polong Maruca Testulalis Geyer (Lepidoptera;Pyralidae) ....... (R. Wijayanti , Y.V.Pardjo, E Zaky LR)
43
DAFTARPUSTAKA Bedjo. 1990. Biologi Helicoverpa sp. dan Ostrinia furnacalis (Guenee) pada Makanan Buatan. Dalam M. Dahlan, Sudaryono, A. Kasno, Suyamto, K. Hartojo, N. Saleh, Sunardi, A. Winarto (eds). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan. Malang. Chhabra, K. S., B. S. Kooner,A. K. Sharma, A. K. Saxena. 1988. Sources of Resistance in Mungbean (Vigna radiata) to Insect Pests and Mungbean Yellow Mosaic Virus. Pp : 308-314. Dalam S. Shanmugasundaram and D. T. McLean (Eds). Mungbean : Proceeding of the Second International Symposium. AVRDC. Taiwan. Hakim, L., T. Sutarman, Jumanta. 1993. Evaluasi Daya Hasil Galur Kacang Hijau (Vigna radiata L) Umur Genjah pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Risalah Seminar Tanaman Pangan. Balittan. Bogor. Kalshoven, L. G. E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru- van Hoeve. Jakarta. Nurdin, F. dan Atman. 1996. Pengaruh Aplikasi Insektisida Monocrotophos terhadap Serangan Hama pada Tanaman Kacang Hijau. Risalah Seminar BPTP Sukarami. Balittan Sukarami. Sumatera Barat.
44
Soehardjan, M. 1983. Dinamika Populasi Penggerek Kuning Padi Tryporyza Incertulas Walker (Pyralidae, Lepidoptera). Depdikbud Ditjen Pendidikan Tinggi direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Soeprapto. 1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharsono. 1991. Komponen Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Hama Pengisap Polong Riptortus linearis F. Penelitian Palawija Vol 6. No.1 dan 2 : 12-21. , dan E. Wahyuni. 1992. Hama-hama Penting pada Kacang Hijau. Hal 65-85. Dalam T. Adisarwanto et al (eds). Kacang Hijau Monograf Balittan Malang No. 9. Balittan. Malang. Supriyatin. 1990. Pengendalian Hama Penggerek Polong Kacang Hijau M. testulalis Geyer (Lepidoptera, Pyralidae) dengan Insektisida Kimia dan Mikrobia. Hal 50-54. dalam M. Dahlan et al (eds). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan. Malang. Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Agrosains 11(2): 40-44, 2009