1
KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR DAN HAMA PADA TANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL DI International Cooperation and Development Fund (ICDF) CIKARAWANG, BOGOR
IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
4
5
ABSTRAK IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA. Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama pada Tanaman Jambu Biji Kristal di International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA. Informasi kelimpahan Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal sangat diperlukan dalam pertimbangan pengambilan keputusan pengendalian dengan menggunakan teknik pemanfaatan musuh alami. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menginventarisasi Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode pitfall trap, jaring serangga, light trap, dan pengamatan langsung. Tanaman contoh dipilih berdasarkan desain klaster forest health monitoring (FHM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi peran Artropoda sebagai hama, predator, parasitoid, dan lainnya berturut-turut sebesar 53%, 41%, 1%, dan 5%.Hama yang sering ditemukan dan menimbulkan kerusakan secara nyata adalah: Carphopilus sp., kumbang badak, ulat kantung, ulat pucuk, kutu putih, kutu daun, dan belalang. Predator yang paling dominan adalah semut (Hymenoptera: Formicidae). Semut merupakan Artropoda paling dominan yang dapat dideteksi keberadaannya menggunakan metode pengamatan langsung, pitfall trap, dan light trap. Belalang (Orthoptera: Acrididae) merupakan Artropoda paling dominan yang dapat dideteksi keberadaannya menggunakan jaring serangga. Kata kunci: forest health monitoring, predator, keragaman, jambu biji kristal.
6
7
ABSTRACT IVANPRIMAJOHAN SUPRIATNA. Abundance of Predators and Pests Arthropod Associated with Crystal Guava Plantation in International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Supervised by DADAN HINDAYANA. To apply a wise biological control of pests in an agroecosystem, specific information of abundance and diverstity of natural enemies and pest arthropods are needed. This basic requirement of information, however, in a crystal guava plantation is still neglected. Therefore, the purpose of this research was to explore and identify predators and pest Arthropods associated with crystal guava plantion in International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. These abundance and diversity of arthropods was investigated using pitfall trap, sweep net, light trap, and direct observation methods. Sample plants were selected by forest health monitoring (FHM) cluster design. The result showed that the proportions of pests, predators, parasitoids, and other arthoropods were 53%, 41%, 1% and 5% respectively. The main pests were: Carphopilus sp., rhinoceros beetles, bagworms, budworms, mealy bugs, aphids, and grasshoppers. The most dominant predators were ants (Hymenoptera: Formicidae). Ants were the only predator which found through direct observation methods, pitfall traps, and light traps. Meanwhile Grasshopper (Orthoptera: Acrididae) was the most dominant arthropod catched by insect nets. Keywords:forest health monitoring, predators, diversity, crystal guava.
8
9
KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR DAN HAMA PADA TANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL DI International Cooperation and Development Fund (ICDF) CIKARAWANG, BOGOR
IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
10
11
12
PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama pada Tanaman Jambu Biji Kristal di International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai Desember 2013. Penulis menghaturkan terima kasih kepada Dr Ir Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, saran, motivasi, dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Supramana, MSiselaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. Terima kasih kepada orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan do’a untuk penulis.Terima kasih kepada kepala dan seluruh staf ICDF Cikarawang, Bogor yang telah membantu penulis selama penelitian di lapangan.Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu, khususnya Reni Mulyani dan Ade Azis Kusnaya, serta teman-teman di Proteksi Tanaman angkatan 47 yang selalu menginspirasi. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pertanian.
Bogor, Desember 2013 Ivan Primajohan Supriatna
13
14
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Eksplorasi Artropoda Predator dan Hama di Lapangan Identifikasi Artropoda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Artropoda yang Ditemukan pada Tanaman Jambu Biji Kristal Artropoda Hama Artropoda Predator Artropoda Lain Hubungan Kelimpahan Artropoda Predator dan Hamadi Lapangan Proporsi Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 2 2 3 3 3 3 4 5 5 5 6 10 12 13 13 15 15 15 16 18 26
15
16
DAFTAR GAMBAR Bentuk klaster FHM Perangkap tanah (Pitfall trap) Arah ayunan jaring Proporsi peran Artropoda pada pertanaman jambu biji kristal Hama lalat buah Gejala busuk buah oleh Carphopilus sp. dan Hama Carphopilus sp. Hama kumbang badak(Coleoptera: Scarabaeidae) Hama ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae) Ulat pucuk (Lepidoptera: Pyralidae) Gejala kerusakan daun oleh ulat pucuk Hama kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) Hama kutu daun (Hemiptera: Aphididae) Hama belalang (Orthoptera: Acrididae) pada daun jambu biji kristal Proporsi famili hama lain pada pertanaman jambu biji kristal Proporsi famili Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal Proporsi peran Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal Kelimpahan Artropoda predator dan hama pada 12 minggu pengamatan Proporsi jumlah Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
3 4 4 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 12 12 13 14
DAFTAR TABEL Curah hujan minggu ke-1 sampai ke-12 kali pengamatan Kelimpahan Artropoda predator di lapangan
5 11
DAFTAR LAMPIRAN Gulma yang tumbuh di sekitar lahan jambu biji kristal Jumlah dan peran Artropoda di perkebunan jambu biji kristal Hasil pengamatan Artropoda selama 12 minggu Hasil pengamatan Artropoda berdasarkan metode yang digunakan
19 20 22 24
17
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak diproduksi di berbagai negara. Negara-negara penghasil jambu biji terbesar di dunia antara lain: India, Brazil, dan Meksiko (Lim & Manicom 2003; Panhwar 2005). Beberapa negara penghasil jambu biji lainnya yaitu Afrika Selatan, Kolombia, Republik Dominika, Haiti, Kuba, Venezuela, Filipina, Selandia Baru, Australia, Peru, Hawai, Cina, Malaysia, Amerika Serikat, Zimbabwe, Kenya, Pakistan (Panhwar 2005), dan Jepang (Soedarya 2010). Di Indonesia, produksi jambu biji mengalami pasang surut setiap tahunnya. Data produksi jambu biji dari tahun 2008 sampai 2012 adalah sebagai berikut: 212 260, 220 202, 204 551, 211 836, dan 208 151 ton (BPS 2012). Produksi jambu biji yang fluktuatif setiap tahunnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya hama. Hama merupakan faktor pembatas dalam memproduksi jambu biji (Susilo 2013). Menurut Faridah (2011) hama menggigit-mengunyah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman jambu biji hingga 22%, hal ini berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi jambu biji. Penggunaan kultivar unggul dan tahan sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi, serta mengurangi dampak kerugian yang diakibatkan oleh hama. Puslitbang Tanaman Pangan (2013) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melakukan pengendalian terhadap hama adalah dengan menanam tanaman tahan. Salah satu kultivar jambu biji yang memiliki sifat unggul dibandingkan dengan kultivar lainnya adalah jambu biji kristal. Susilo et al. (2013) menyatakan bahwa jambu biji kristal memiliki biji 3% bagian buah dan tekstur dagingnya lebih renyah dibandingkan kultivar lainnya. Hodijah (2013) menyatakan bahwa tekstur daun jambu biji kristal lebih kaku sehingga jambu biji ini lebih tahan kekeringan dan hama penyakit dibandingkan dengan kultivar jambu biji lainnya. Selain menggunakan kultivar unggul dan tahan, cara lain untuk mengendalikan hama adalah memanfaatkan musuh alami. Menurut Sudarmadji (1991)caramengendalikan hama yang lebih aman dan tidak mencemari lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan musuh alami termasuk predator. Hal ini dapat diartikan pula sebagai upaya memelihara keberadaan musuh alami dalam suatu keseimbangan dengan hama pada tingkat yang tidak merugikan (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 1993). Eksplorasi dan inventarisasi keragaman Artropoda diperlukan sebagai langkah awal untuk menerapkan teknik pemanfaatan musuh alami (predator).Untuk memantau keanekaragaman hayati dalam penerapan teknik pemanfaatan musuh alami perlu dilengkapi informasi jumlah individu (kelimpahan), peranannya pada suatu habitat dan ekosistem (Primack et al. 1988; Oliver dan Beatti 1996), serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sampai saat ini, informasi mengenai keragaman Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan banyak penelitian untuk melengkapi informasi tersebut.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menginventarisasi Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di International Cooperation and Development Fund(ICDF) Cikarawang, Bogor. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kelimpahan Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di ICDF Cikarawang, Bogor. Informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan pengendalian dengan teknik pemanfaatan musuh alami (predator), acuan untuk penelitian selanjutnya, dan pengayaan ilmu Entomologi.
3
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Eksplorasi Artropoda predator dan hama dilaksanakan di ICDF Cikarawang, Bogor.Identifikasi Artropoda predator dan hama dilaksanakan di laboratorium Ekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Metode Penelitian Eksplorasi Artropoda Predator dan Hama di Lapangan Tanaman contoh diambil menggunakanklaster forest health monitoring(FHM) dari United State Departement of Agriculture-Forest Service (USDA-FS) (Gambar 1).Satu klaster terdiri dari 4 subplot/plot annular. Setiap plot memiliki jari-jari7.32 m untuk subplot dan 17.95 m untuk plot annular. Dengan demikianluasan yang tercakup dalam satu buah klaster adalah seluas 4048.93 m2,sedangkan luasan wilayah yang diwakili oleh satu buah klaster-plot adalah seluas 1ha. Titik pusat pada subplot 1 merupakan titik pusat bagi keseluruhan plot. Titik pusat subplot 2 terletak pada arah 360o dari titik pusat subplot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik pusat subplot 3 terletak pada arah 120o dari titik pusat subplot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik pusat subplot 4 terletak pada arah 240o dari titik pusat subplot 1 dengan jarak 36.6 m (USDA-FS 1997 dalam Putra 2012). KelimpahanArtropoda predator dan hama diamati menggunakan jaring dan pengamatan langsung pada setiap tanaman jambu biji kristal yang berada pada subplot. Sampel tanaman diambil sebanyak 20 tanaman per-plot searah jarum jam mulai dari arah 360o (arah utara). Jadi keseluruhan tanaman contoh berjumlah 80 tanaman. Pitfall trapdan penjaringan diaplikasikan pada tanaman bernomor 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60, 64, 68, 72, 76, dan 80 (Gambar 1).
4 Gambar 1 Bentuk klaster FHM (USDA-FS 1997 dalam Putra 2012) Pengamatan langsung. Metode ini dilakukan untuk mengamati Artropoda yang berada pada tajuk tanaman sampel dan sekitarnya. Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali selama 12 kali pengamatan. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat. Perangkap tanah (Pitfall trap). Pitfall trap(Gambar 2) merupakan perangkap untuk Artropoda permukaan tanah yang terbuat dari gelas bekas minuman (berukuran: tinggi 9.5 cm dan diameter 6.5 cm). Gelas tersebut ditanam di tanah dengan posisi permukaan sejajar dengan permukaan tanah. Gelas diisi air sabun sebanyak 1/3 volume gelas, kemudian ditutup dengan seng (berukuran: panjang 30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.
Gambar 2 Perangkap tanah (Pitfall trap) Penjaringan. Metode penjaringan dilakukan untuk mendapatkan Artropoda yang aktif terbang. Penjaringan dilakukan menggunakan jaring serangga sebanyak 5 kali ayunan dengan 3 kali ulangan. Pengayunan jaring dilakukan pada bagian sisi tengah tajuk tanaman dengan arah ayunan lurus ke depan (Gambar 3) Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.
Gambar 3 Arah ayunan jaring Pencahayaan lampu. Metode ini dilakukan untuk mengamati Artropoda yang aktif pada malam hari dengan menggunakan pencahayaan lampu yang terpasang di sekitar lokasi pengamatan. Lampu yang dipakai adalah jenis lampu neon yang menghasilkan cahaya putih, kemudian pada bagian bawah disimpan wadah untuk menampung Artropoda yang tertarik cahaya. Wadah tersebut kemudian diisi dengan air sabun sebanyak 1/3 volume wadah. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat. Identifikasi Artropoda Artropoda diidentifikasi hingga tingkat famili dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam Borror et al(1996) dan website www.bugguide.net yang dikelola Iowa State University Entomology.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lokasi Perkebunan jambu biji kristaldi ICDF Cikarawang, Bogor termasuk ke dalam wilayah dataran rendah dengan topografi yang berbentuk mendatar. Wilayah ini memiliki suhu rata-rata harian antara 25o dan 32o C dengan ketinggian tempat 200 m dpl.Wilayah ini berbatasan dengan daerah pemukiman dan lahan perkebunan milikrakyat.Curah hujan yang terjadi pada bulan September sampai Desember di wilayah ini termasuk ke dalam kategori rendah sampai menengah (Tabel 1). Tabel 1 Curah hujan bulan minggu ke-1 sampai ke-12 kali pengamatana Minggu Curah hujan (mm) Keterangan 1-2 51 – 100 Rendah 3-11 201 – 300 Menengah 12 51 – 100 Rendah a
Sumber: BMKG
Teknik budidaya tanaman jambu biji kristal di ICDF Cikarawang, Bogor dilakukan secara konvensional.Jambu biji kristal ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 3 m. Usian tanaman berkisar antara 3 sampai 6 tahun. Penyiangan gulma dilakukan menggunakan mesin pemotong rumput atau menggunakan herbisida bila pertumbuhan gulma sulit untuk dikendalikan.Tanaman jambu biji kristal secara intensif diberi perlakuan pestisida setiap 1 bulan sekali atau pada saat populasi hama melimpah. Pupuk yang digunakan berupa pupuk sintetik atau pupuk alami yang berupa limbah kotoran ternak.Sistem pengairan berasal dari danau Situ Gede dan Situ Burung yang dialiri melalui pompa dan terkontrol secara berkala. Artropoda yang Ditemukan pada Tanaman Jambu Biji Kristal Jumlah keseluruhan Artropoda yang ditemukan di perkebunan jambu biji kristal pada 12 kali pengamatan yaitu sebanyak 6529 individu. Sebanyak 3383 individu (53%) berperan sebagai hama pada jambu biji kristal, 2616 individu (41%) berperan sebagai predator, 100individu (1%) berperan sebagai parasitoid, dan 330 individu (5%) berperan sebagai Artropoda lain (Gambar 4).
6 Parasitoid 1%
Lainnya 5%
Hama 53% Predator 41% Gambar 4 Proporsi peran Artropoda pada pertanaman jambu biji kristal Artropoda Hama Menurut Gould dan Raga (2002) hama utama pada pertanaman jambu biji di berbagai negara adalah lalat buah (Diptera: Tephritidae). Pada penelitian ini hanya ditemukan 1 individu lalat buahyaitu pada pengamatan minggu III (Lampiran 3). Lalat buah tidak ditemukan lagi pada pengamatan minggu yang lainnya.Lalat buah dapat diminimalisir keberadaannya dikarenakan pengelola lahan sudah menerapkan cara budidaya yang baik yaitu dengan membungkus buah jambu biji kristal menggunakan pembungkus khusus yang terbuat dari gabus dan plastik. Pembungkusan berguna untuk menghalangi lalat buah agar tidak dapat menjangkau target yang diserang yaitu bagian buah (Gambar 5).
Gambar 5 Hama lalat buah (Diptera: Tephritidae) Kumbang penggerek buah, Carphopilus sp. (Coleoptera: Nitidulidae). Serangga ini merupakan hama yang sering ditemukanmenyerang buah pada tanaman jambu biji kristal. Hama ini dapat menyerang buah jambu yang tidak dibungkus atau terdapat lubang pada pembungkus yang memungkinkan kumbang ini mampu masuk dan menggerek buah jambu biji kristal. Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini berupa lubang gerekan dan selanjutnya buah akan membusuk(Gambar 6).
7 (a) (b) Gambar 6 Gejala busuk buah oleh Carphopilus sp. (a) dan Hama Carphopilus sp. Hasil pengamatan menunjukan bahwa populasi terbanyak kumbang penggerek buah yaitu pada pengamatan minggu I. Populasi ini selanjutnya mengalamipenurunan pada minggu II, selanjutnya tidak ditemukan populasi Carphopilus sp. pada pengamatan minggu III dan seterusnya dikarenakan buah jambu biji kristal telah dipanen (Lampiran 3). Kumbang badak, Dynastinae (Coleoptera: Scarabaeidae). Kumbang badak ini tergolong sub-famili Dynastinae, sering menyerang bagian buah dan daun tanaman jambu biji kristal melalui mekanisme mulut yang menggigitmengunyah (Gambar7). Gejala yang ditimbulkan seringkali parah dikarenakan kumbang ini mampu merusak dan memakan bagian buah dan daun dengan intensitas kerusakan yang cukup tinggi walaupun jumlah serangga di lapangan sedikit.
Gambar 7 Hama kumbangbadak (Coleoptera: Scarabaeidae) Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa keberadaan kumbang di lapangan hampir ada pada setiap minggu pengamatan, kecuali pada pengamatan minggu ke-9 sampai 11.Jumlah populasi terbesar terjadi pada pengamatan minggu ke-2 dan 3 yaitu sebanyak 5 individu.Kumbang ini banyak ditemukan pada minggu-minggu awal pengamatan karena dimungkinkan masih tersedianya sumber pakan yang memadai berupa buah jambu sebelum dilakukan pemanenan. Ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). Ulat kantung sering ditemukan menggantung pada bagian daun dan ranting tanaman jambu biji kristal (Gambar 8). Gejala yang ditimbulkan oleh ulat kantung berupa lubang-lubang gerigitan.Kantung yang merupakan ciri khas dari ulat inibiasanya menggantung pada bagian permukaan bawah daun maupun ranting. Kantung tersebut terbuat dari sisa-sisa tanaman atau bahan lainnya yang dijalin dan dibentuk menyelimuti tubuhnya. Kantung yang terdapat pada famili Psyichidae bermacam-macam bentuknya sesuai dengan spesies ulat kantung, sehingga kantung-kantung tersebut berguna untuk mengidentifikasi spesies serangga ini.Terdapat dua lubang pada kantung serangga ini, yaitu lubang anterior dan posterior. Larva akan mengeluarkan kepala dan tungkai asli yang terdapat pada toraks pada saat makan atau berpindah tempat melalui lubang anterior, sedangkan feses akan dikeluarkan melalui lubang posterior (Kalshoven 1981).
8
Gambar 8 Hama ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae) Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa populasi ulat kantung selalu ada tiap minggu pengamatan. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya tindakan pengendalian yang tepat sasaran pada hama ulat kantung di lapangan. Ulat pucuk (Lepidoptera: Pyralidae). Ulat pucuk menyerang daun muda atau pucuk tanaman jambu biji kristal dengan menjalin beberapa helai daun (Gambar 9). Larva hama ini kemudian menggerigit dari dalam jalinan daun, sehingga kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan pucuk yang diselimuti benang-benang halus berwarna putih. Gejala lanjut yang ditimbulkan oleh hama ini adalah kematian jaringan daun atau pucuk tanaman jambu biji kristal (Gambar 10).
Gambar 9 Ulatpucuk (Lepidoptera: Pyralidae)
Gambar 10 Gejala kerusakan daun oleh ulat pucuk Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa telah terjadi ledakan populasi ulat pucuk di lapangan pada pengamatan minggu ke-9 sampai 12.Populasi tertinggi terjadi pada minggu ke-11 sebanyak 409 individu.Hal tersebut dikarenakan tindakan pengendalian belum mampu mengurangi serangan ulat pucuk. Penyemprotan menggunakan insektisida yang dilakukan sebelum pengamatan minggu ke-11 tidak berpengaruh terhadap kelimpahan hama ulat pucuk, karena ulat ini mampu membuat barrier (jalinan daun) yang akan menghalangi ulat pucuk agar tidak terkena insektisida saat penyemprotan dilakukan.
9 Kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae). Kutu putih sering ditemukan pada bagianbuah, daun, tangkai, dan ranting (Gambar 11). Hama ini merusak jaringan tanaman dengan mekanisme mulut yang menusuk-menghisap. Permukaan tubuh hama ini selalu tertutup oleh lapisan lilin yang berguna untuk melindungi dirinya dari lingkungan luar. Hasil pengamatan (lampiran 3) menunjukan bahwa populasi kutu putih selalu ada dan berfluktuasi pada setiap minggu pengamatan.Hal ini menandakan bahwa tindakan penyemprotan menggunakan pestisida yang dilakukan secara berkala serta tindakan pengendalian lainnya belum terlalu berpengaruh terhadap keberadaan kutu putih di lapangan.
Gambar 11 Hama kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) Kutu daun (Hemiptera: Aphididae). Kutu daun sering ditemukan menyerang bagian daun tanaman jambu biji kristal (Gambar 12). Pada pengamatan ini sering ditemukan bahwa hama ini berasosiasi dengan semut. Semut sering ditemukan berasosiasi dengan kutu daun karena hama tersebut mampu mengeluarkan sekresi embun madu yang merupakan makanan bagi semut, sedangkan keuntungan yang didapat bagi kutu daun yaitu jasa transportasi oleh semut untuk kebutuhan pemencaran kutu daun di lapangan (Hidayat 2013 Oktober 24, komunikasi pribadi). Hasil pengamatan (lampiran 3) menunjukan bahwa keberadaan kutu daun di lapangan terjadi pada minggu ke-4 dan 5.Populasi kutu daun tidak ditemukan pada pengamatan minggu yang lainnya.Hal ini dimungkinkan tindakan pengendalian sudah tepat sasaran, musuh alami sudah mampu menekan keberadaan kutu daun, dan lingkungan (iklim, curah hujan, suhu, dll.) tidak mendukung pertumbuhan kutu daun di lapangan.
10
Gambar 12 Hama kutu daun (Hemiptera: Aphididae) Belalang (Orthoptera: Acrididae). Belalang sering ditemukan pada bagian daun tanaman jambu biji kristal (Gambar 13). Gejala kerusakan berupa gerigitan dan sobekan pada daun.Hama ini biasanya menyerang tanaman jambu biji kristal secara soliter atau dalam koloni kecil. Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa populasi belalang di lapangan selalu berfluktuasipada setiap minggu pengamatan, hal tersebut menandakan bahwa belum adanya pengendalian yang tepat terhadap keberadaan belalang di lapangan.
Gambar 13 Hama belalang (Orthoptera: Acrididae) pada daun jambu biji kristal Hama lainnya.Hama lainnya yang ditemukan di perkebunan jambu biji kristal di ICDF Cikarawang, Bogor terdiri atas 11 famili. Dari 11 famili Artropoda yang ditemukan, famili Membracidae adalah famili yang paling banyak ditemukan.Kelimpahan Membracidae di lapangan sebanyak 58 individu.Secara berturut-turut kelimpahan jumlah hama lain yang terdapat di kebun jambu biji kristal dari yang terbanyak sampai terkecil yaitu: Membracidae, Aleyrodidae, Thripidae, Saturniidae, Geometridae, Tettigonidae, Lasiocampidae, Coccidae, Chrysomelidae, Limacodidae, dan Cantharidae (Gambar 14).
11
Chrysomelidae Saturniidae Membracidae
Cantharidae Lasiocampidae Coccidae
Limacodidae Tettigonidae Aleyrodidae
Geometridae Thripidae
Gambar 14 Proporsi famili hama lain pada pertanaman jambu biji kristal Artropoda Predator Artropoda predator yang ditemukan adalah: kumbang koksi (Coleoptera: Coccinelidae), kumbang tanah (Coleoptera: Carabidae), capung (Odonata: Libellulidae), capung jarum (Odonata: Coenagrionidae), laba-laba pemburu bermata tajam (Araneae: Oxyopidae), laba-laba pemburu (Araneae: Lycosidae), laba-laba bulat (Araneae: Araneidae), semut predator (Hymenoptera: Formicidae), tabuhan (Hymenoptera: Vespidae), kepik predator (Hemiptera: Pentatomidae) dan (Hemiptera: Reduviidae), cocopet (Dermaptera: Chelisocidae), belalang sembah (Mantodea: Mantidae), katonggeng (Theliponida: Theliponidae), jangkrik (Orthoptera: Gryllidae), kasir (Orthoptera: Gryllacrididae), lalat penyamun (Diptera: Asilidae), dan sayap jala (Neuroptera: Chrysopidae). Predator yang paling banyak ditemukan di kebun jambu biji kristal berturut-turut adalah semut predator, laba-laba pemburu bermata tajam, dan laba-laba pemburu. Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan Artropoda predator yang paling dominan ditemukan di lahan perkebunan ICDF Cikarawang, Bogor. Keberadaan semut di lapangan kemungkinan ditentukan oleh keadaan lingkungan yang cocok untuk perkembangan semut dan keberadaan mangsa di lapang.Artropoda predator lain yang sering ditemukan setelah semut adalah Oxyopidae (laba-laba pemburu bermata tajam) dan Coccinelidae predator. Dilihat dari segi kelimpahan dan kemampuan memangsanya di lapang maka semut, Oxyopidae, dan Coccinelidae predator berpotensi dikembangkan dan dilindungi keberadaannya sebagai musuh alami potensial untuk menekan populasi hama di lapang (Tabel 2).
Kelas Insecta
Insecta
Tabel 2Kelimpahan Artropoda predator di lapangan Ordo Famili Jumlah (individu) Coccinelidae 106 Coleoptera Carabidae 6 Odonata
Libellulidae Coenagrionidae
70 3
12
Arachnida
Araneae
Oxyopidae Lycosidae Araneidae
385 96 15
Insecta
Hymenoptera
Formicidae Vespidae
1764 26
Insecta
Hemiptera
Pentatomidae Reduviidae
9 5
Insecta
Dermaptera
Chelisocidae
8
Insecta
Mantodea
Mantidae
20
Insecta
Diptera
Asilidae
5
Insecta
Neuroptera
Chrysopidae
8
Insecta
Orthoptera
Gryllidae Gryllacrididae
84 2
Arachnida
Theliponida
Theliponidae
3
Insecta
Diptera
Syrphidae
1
Artropoda Lain Artropodalain yang ditemukan berperan sebagai detrivor, herbivor, polinator, dan parasitoid pada ekosistem tanaman jambu biji kristal (Gambar 15).Data pengamatan dari minggu I sampai XII menunjukan bahwa proporsi Artropoda terbanyak berdasarkan peranannya di lapangan adalah Artropoda yang berperan sebagai herbivor, sedangkan yang terkecil adalah Artropoda yang berperan sebagai detrivor (Gambar 16).
13
Curculionidae Papilionidae Eulophidae Delphacidae Stratiomyidae Termittidae
Silphidae Amatidae Cicadidae Miridae Syrphidae Abacionidae
Nymphalidae Apidae Alydidae Cicadelidae Muscidae
Noctuidae Braconidae Psyllidae Tipulidae Sarcophagidae
Gambar 15 Proporsi famili Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal
Herbivor
Polinator
Parasitoid
Detrivor
Gambar 16 Proporsi peran Artropoda lain pada tanaman jambu biji kristal Hubungan KelimpahanArtropoda Predator dan Hama di Lapangan Peningkatan populasi hama pada minggu ke-2 sampai 5 diikuti oleh peningkatan populasi predator pada minggu ke-3 sampai 6, penurunan populasi hama pada minggu ke-5 sampai 6 diikuti pula oleh penurunan predator pada minggu ke-6 sampai 11.Fluktuasi populasi hama pada minggu ke-2 sampai 7 memiliki tren yang sama dengan fluktuasi populasi predator pada minggu ke-3 sampai 12, hal ini menandakan bahwa predator adalah faktor terpaut kerapatan (density dependent) bagi hama yang menyerang pada tanaman jambu biji kristal.
14 Fluktuasi populasi hama memiliki tren yang berbeda dengan fluktuasi populasi predator pada minggu ke-1 sampai 3 dan minggu ke-9 sampai 12, hal ini diakibatkan oleh adanya beberapa faktor penyebab. Peningkatan populasi predator diikuti oleh penurunan populasi hama pada minggu ke-1 sampai 2 dan minggu ke11 dan 12, dapat diartikan bahwa pengendalian hama oleh pengelola lahan sudah dilakukan dengan baik dan tepat sasaran, sehingga mampu menurunkan populasi hama tetapi tidak menurunkan populasi predator. Peningkatan populasi hama diikuti oleh penurunan populasi predator terjadi pada minggu ke-2 sampai 3, hal ini dimungkinkan karenahama sudah mengalami resistensiterhadappenyemprotan pestisida tetapi predator tidak mengalami resistensi (Gambar 17). 700 600 Individu
500 400 300 200
Predator Hama
100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu keGambar 17 Kelimpahan Artrpoda predator dan hama pada 12 minggu pengamatan Proporsi Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel Pengamatan langsung,pitfall trap, jaring serangga, danlight trap merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel Artropoda. Masing-masing metode memiliki kekhususan Artropoda yang diperoleh sehingga Artropoda yang ada di perkebunan ICDF Cikarawang, Bogor diketahuisecara menyeluruh. Jumlah famili Artropoda yang diperoleh adalah sebanyak 60 famili. Jumlah famili Artropoda berdasarkan metode yang digunakan (pengamatan langsung, pitfall trap, jaring serangga, dan light trap) adalah sebagai berikut: 48, 15, 29, dan 10 famili. Famili Formicidae merupakan Artropoda paling dominan yang dapat dideteksi oleh metode pengamatan langsung,pitfall trap, dan light trap hal ini menandakan bahwa famili Formicidae merupakan Artropoda yang paling sering ditemukan pada tajuk tanaman jambu biji kristal, permukaan tanah, dan aktif pada malam hari. Famili Acrididae merupakan Artropoda paling dominan yang dapat di deteksi oleh jaring serangga, hal ini menandakan bahwa famili Acrididae paling sering ditemukan sebagai serangga terbang yang ada di perkebunan jambu biji kristal di ICDF Cikarawang, Bogor (Lampiran 4). JumlahindividuArtropoda yang diperoleh menggunakan metode pengamatan langsung, pitfall trap, jaring serangga, dan light trap adalah sebagai berikut: 5339, 428, 364, dan 395. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah Artropoda yang paling dominan ditemukan adalah Artropoda yang di deteksi dengan menggunakan metode pengamatan langsung (Gambar 18).
15 364
395
428
5339 Pengamatan langsung Pitfall trap Jaring Serangga Light trap Gambar 18 Proporsi jumlah Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Proporsi peran Artropoda sebagai hama, predator, parasitoid, dan lainnya berturut-turut adalah 53%,41%, 1%, dan 5%.Hama yang sering ditemukan di lahan perkebunan jambu biji kristal adalah: Carphopilus sp. kumbang badak, ulat kantung, ulat pucuk, kutu putih, kutu daun, dan belalang. Predator yang paling banyak ditemukan di kebun jambu biji kristal berturut-turut adalah semut predator, laba-laba pemburu bermata tajam, dan laba-laba pemburu. Saran Identifikasi hingga tingkat spesies perlu dilakukan agar peranan Artropoda diketahui lebih spesifik.Penelitian mengenai kelimpahan Artropoda predator dan hama di lapangan perlu dilakukan agar penerapan teknik pemanfaatan musuh alami (predator) di lapangan lebih tepat sasaran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lingkungan (iklim) terhadap keragaman Artropoda predator di lapangan.
17
DAFTAR PUSTAKA [BMKG] Badan Metorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2013. Informasi hujan bulanan [Internet]. [diunduh 2013 Des 5].hlm1-3. Tersedia pada:http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Klimatologi/Informasi_Hujan_ Bulanan.bmkg. Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. [BPS] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012. Produksi buah-buahan di Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Des 22]. hlm 1. Tersedia pada: http:// www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_%20subyek=55&n otab=2. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1993. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu: Buku I Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta (ID): Departemen Pertanian Faridah D. 2011.Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gould WP, Raga A. 2002. Pest of guava. Di dalam: Pena JE, Sharp JL, Wysoki M, editor. Tropical Fruit Pests and Pollinators: Biology, Economic Importance, Natural Enemies, and Control. New York (US): CABI. hlm 295-313. Hodijah S. 2013. Jambu kristal icon Bogor [Internet]. E-petani. [diunduh 2013 Okt 22]; 1(1):1-2. Tersedia pada:http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ jambu-kristal-icon-bogor-7781. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia.Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesia. Lim TK, Manicom BC. 2003. Diseases of guava. Di dalam: Ploetz RC, editor. 2003. Diseases of Tropical Fruit Crops. Wallingford, UK: CABI Publishing. Oliver L, Beatti AJ. 1996. Invertebrate morphospecies as surrogates for species: a case of study. Conservation Biology. 10(1):99-109. Panhwar F. 2005. Genetically evolved of guava (Psidium guajava) and its future in Pakistan [Internet]. Virtual Library Chemistry.[diunduh 2011 Okt 22]; 1(1):1. Tersedia pada http://www.chemlin.com. [Puslitbang Tanaman Pangan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.2013.Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi [Internet]. [diunduh 2013 Des 23]. hlm 1. Tersedia pada: http://pangan.litbang.deptan.go.id/publicationjurnal/41/383. Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1988. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor. Putra EI, editor. 2012. Metode Pengukuran Indikator Pemantauan Kesehatan Hutan. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Soedarya AP. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Bandung: Pustaka Grafika.
18 Sudarmadji D. 1991. Pemanfaatan musuh alami dalam rangka pengendalian hama tanaman perkebunan. Didalam: Prosiding Seminar Bioteknologi Perkebunan dan Lokakarya Biopolimer untuk Industri [Internet]; 1991 Des 10-11; Bogor. Bogor (ID): IPB PAU. hlm 161-169; [diunduh 2013 Okt 7]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42134/prosiding%20 seminar%20bioteknologi%20perkebunan.pdf Susilo J. 2012. Sukses Bertanam Jambu Biji & Jambu Air. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press.
19
20
LAMPIRAN
20
19 Lampiran 1 Gulma yang tumbuh di sekitar lahan jambu biji kristal
Spesies gulma Eleusin indica Ageratum conyzoides Phyllanthus niruri Paspalum conjugatum Setaria plicata Axonopus compressus Asystasia intrusa Amaranthus dubius Cynodon dactylon Mikania micrantha Mimosa pudica Cyperus kyllingia Cyrtococcum oxyphyllum Tagetes sp.
Golongan Rumput Daun Lebar Daun Lebar Rumput Rumput Rumput Daun Lebar Daun Lebar Rumput Daun Lebar Daun Lebar Teki Rumput Daun Lebar
20
20 Lampiran 2 Jumlah dan peran Artropoda di perkebunan jambu biji kristal
Kelas
Ordo
Famili Coccinelidae Nitidulidae Scarabaeidae Silphidae Carabidae Chrysomelidae Cantharidae Curculionidae
Jumlah (individu) 106 92 25 11 7 4 1 2
Peran Predator Herbivor Herbivor Herbivor Predator Herbivor Herbivor Herbivor
Insecta
Coleoptera
Lepidoptera
Nymphalidae Psychidae Geometridae Noctuidae Papilionidae Pyralidae Saturniidae Amatiidae Lasiocampidae Limacodidae
75 184 17 3 4 1132 19 8 10 2
Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor
Insecta
Orthoptera
Gryllidae Acrididae Gryllacrididae Tettigonidae
84 292 2 14
Predator Herbivor Predator Herbivor
Insecta
Odonata
Libellulidae Coenagrionidae
83 3
Predator Predator
Arachnida
Araneae
Oxyopidae Lycosidae Araneidae
479 96 15
Predator Predator Predator
Insecta
Formicidae Apidae Vespidae Hymenoptera Braconidae Eulophidae Chalcididae
1764 98 28 3 80 4
Predator Polinator Predator Parasitoid Parasitoid Parasitoid
58 783 42 17 6
Herbivor Herbivor Herbivor Predator Herbivor
Insecta
Insecta
Hemiptera
Membracidae Pseudococcidae Cicadelidae Pentatomidae Miridae
21
21 Coccidae Aleyrodidae Reduviidae Delphacidae Psyllidae Alydidae Aphididae Cicadidae
7 32 5 57 11 1 563 2
Herbivor Herbivor Predator Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor Herbivor
Insecta
Dermaptera
Chelisocidae
8
Predator
Insecta
Mantodea
Mantidae
20
Predator
Arachnida
Theliponida
Theliponidae
3
Predator
Diplopoda
Callipodida
Abacionidae
2
Detrivor
Insecta
Diptera
Asilidae Tephritidae Tipulidae Stratiomyidae Syrphidae Muscidae Sarcophagidae
5 1 5 13 1 11 8
Predator Herbivor Herbivor Parasitoid Predator Detrivor Detrivor
Insecta
Neuroptera
Chrysopidae
8
Predator
Insecta
Isoptera
Termittidae
93
Herbivor
Insecta
Thysanoptera Thripidae
20
Herbivor
22
Lampiran 3 Hasil pengamatan Artropoda selama 12 minggu Hasil pengamatan minggu ke- (individu) No. Famili 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Coccinelidae 3 2 10 23 26 0 4 6 10 3 8 2. Nitidulidae 72 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3. Scarabaeidae 3 5 5 1 1 4 4 1 0 0 0 4. Silphidae 0 0 8 0 0 1 1 0 0 0 0 5. Carabidae 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 6. Chrysomelidae 0 0 0 0 1 0 2 1 0 0 0 7. Cantharidae 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8. Curculionidae 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9. Nymphalidae 11 6 8 32 5 1 9 0 0 0 1 10. Psychidae 8 13 12 9 29 6 20 20 0 28 18 11. Geometridae 2 1 6 1 0 0 0 3 0 4 0 12. Noctuidae 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 13. Papilionidae 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 14. Pyralidae 0 0 6 10 6 0 0 50 124 400 409 15. Saturniidae 0 0 5 0 8 2 0 1 0 0 1 16. Amatiidae 0 0 0 2 1 0 3 0 0 0 2 17. Lasiocampidae 0 0 0 0 2 1 1 2 0 0 4 18. Limacodidae 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 19. Gryllidae 5 10 15 7 3 8 6 7 9 5 4 20. Acrididae 16 16 19 43 69 19 29 14 13 25 9 21. Gryllacrididae 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 22. Tettigonidae 0 0 1 1 2 0 1 2 0 4 0 23. Libellulidae 18 9 0 10 5 6 21 3 4 0 5 24. Coenagrionidae 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 25. Oxyopidae 3 4 43 71 110 19 31 23 45 80 24 26. Lycosidae 15 17 18 18 6 13 2 0 0 0 4 27. Araneidae 1 0 2 0 0 0 10 0 0 0 0 28. Formicidae 147 186 92 95 121 603 158 121 84 56 34 29. Apidae 13 6 12 7 17 11 20 2 3 0 5 30. Vespidae 5 3 2 0 14 0 1 0 1 0 1 31. Braconidae 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 32. Eulophidae 0 0 0 0 0 0 59 0 0 20 0 33. Chalcididae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 34. Membracidae 3 7 3 2 4 1 3 5 5 8 8 35. Pseudococcidae 53 7 54 47 95 69 294 60 13 48 24 36. Cicadelidae 25 0 2 0 10 0 0 0 5 0 0 37. Pentatomidae 2 3 5 1 0 0 1 0 2 0 0 38. Miridae 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 39. Coccidae 1 2 0 0 0 0 0 0 0 4 0 40. Aleyrodidae 1 0 0 0 3 0 21 0 0 0 0 41. Reduviidae 0 2 1 0 0 0 0 2 0 0 0 42. Delphacidae 0 2 50 0 0 0 0 0 0 0 5
22
12 11 0 1 1 4 0 0 1 2 21 0 0 0 127 2 0 0 0 5 20 0 3 2 0 6 3 2 67 2 1 0 1 0 9 19 0 3 0 0 0 0 0
23 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
23 Psyllidae Alydidae Aphididae Cicadidae Chelisocidae Mantidae Theliponidae Abacionidae Asilidae Tephritidae Tipulidae Stratiomyidae Syrphidae Muscidae Sarcophagidae Chrysopidae Termittidae Thripidae
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 1 0 0 0 200 363 0 0 0 2 0 0 2 5 5 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 0 0 0 51 0 0 20
0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 13 0 1 0 4 0 4 0 0 40 2 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0
24
24
Lampiran 4 Hasil pengamatan Artropoda berdasarkan metode yang digunakan Metode pengamatan Famili Pengamatan Pitfall trap Jaring Light trap langsung Coccinelidae 97 0 9 0 Nitidulidae 92 0 0 0 Scarabaeidae 16 4 1 4 Silphidae 0 8 0 3 Carabidae 2 1 4 0 Chrysomelidae 3 0 1 0 Cantharidae 1 0 0 0 Curculionidae 2 0 0 0 Nymphalidae 73 0 2 0 Psychidae 183 0 0 0 Geometridae 17 0 0 0 Noctuidae 0 0 0 3 Papilionidae 2 0 2 0 Pyralidae 1125 0 3 4 Saturniidae 19 0 0 0 Amatiidae 4 0 4 0 Lasiocampidae 10 0 0 0 Limacodidae 2 0 0 0 Gryllidae 3 79 2 0 Acrididae 197 2 93 0 Gryllacrididae 0 1 1 0 Tettigonidae 14 0 0 0 Libellulidae 80 0 3 0 Coenagrionidae 1 0 2 0 Oxyopidae 467 3 9 0 Lycosidae 66 21 9 0 Araneidae 14 0 0 1 Formicidae 1167 283 27 285 Apidae 83 0 15 0 Vespidae 18 0 10 0 Braconidae 3 0 0 0 Eulophidae 80 0 0 0 Chalcididae 4 0 0 0 Membracidae 56 0 2 0 Pseudococcidae 757 0 26 0 Cicadelidae 7 0 35 0 Pentatomidae 3 8 6 0 Miridae 0 0 6 0 Coccidae 7 0 0 0 Aleyrodidae 32 0 0 0 Reduviidae 0 2 1 2 Delphacidae 2 0 55 0 Psyllidae 0 0 11 0 Alydidae 1 0 0 0
25
25 Aphididae Cicadidae Chelisocidae Mantidae Theliponidae Abacionidae Asilidae Tephritidae Tipulidae Stratiomyidae Syrphidae Muscidae Sarcophagidae Chrysopidae Termittidae Thripidae Jumlah
563 2 0 17 0 0 0 1 5 13 1 11 8 8 0 0 5339
0 0 8 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 428
0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 20 364
0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 90 0 395
26
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sumedang pada 16 Februari 1990 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ewat Supriatna SPd dan Dadah Nurfaridah SPd. Ketiga adiknya bernama Vina Delvia Supriatna, Vani Seelvia Supriatna, dan Niva Zaskia Supriatna. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Majalengka pada tahun 2008.Pada tahun 2008 penulis menempuh pendidikan nonformal di Pondok Pesantren An-nawawiyah dan pernah menjadi mahasiswa di jurusan ilmu hukum Unswagati Cirebon.Pada tahun 2009 penulis pernah menjadi mahasiswa di FKIP jurusan Bahasa Inggris UNINUS Bandung. Kemudian pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Proteksi Tanaman melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB. Selama masa pasca SMA penulis aktif berorganisasi.Pada tahun 2008 penulis menjadi pengurus di Yayasan Pendidikan Ciremai Kasih.Pada tahun 2009 penulis pernah menjadi wakil rohis di Pondok Pesantren An-nawawiyah.Penulis juga pernah menjadi anggota himpunan mahasiswa proteksi tanaman (HIMASITA IPB).