KELIMPAHAN, BIOLOGI, DAN KEMAMPUAN PEMANGSAAN Oligota sp. (COLEOPTERA: STAPHYLINIDAE), KUMBANG PREDATOR TUNGAU PADA TANAMAN UBIKAYU
WIDYANTORO CAHYO SETYAWAN
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelimpahan, Biologi, dan Kemampuan Pemangsaan Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Kumbang Predator Tungau pada Tanaman Ubikayu adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014 Widyantoro Cahyo Setyawan NIM A34090097
ABSTRAK WIDYANTORO CAHYO SETYAWAN. Kelimpahan, Biologi, dan Kemampuan Pemangsaan Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Kumbang Predator Tungau pada Tanaman UbiKayu. Dibimbing oleh SUGENG SANTOSO. Infestasi tungau merupakan salah satu masalah utama dalam komoditas pertanian. Salah satu metode terbaik untuk mengendalikan tungau adalah pengendalian hayati menggunakan predator serangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan, biologi, dan kemampuan predasi kumbang predator tungau Oligota sp. pada tanaman ubikayu. Survei dilakukan pada pertanaman ubikayu di sekitar Bogor untuk mengetahui kelimpahan Oligota sp. Oligota sp. dikumpulkan dari lapangan dipelihara di laboratorium untuk pengamatan biologi. Perlakuan digunakan untuk mengetahui kemampuan predasi dari kumbang Oligota sp. dilakukan dengan menggunakan larva instar 3 dengan perlakuan 5, 10, 15, 20, dan 25 tungau dewasa sebagai mangsa. Pengamatan dilakukan selama 3, 6, dan 24 jam setelah perlakuan. Tahap perkembangan jantan dan betina masing-masing adalah 15.047 dan 16.097 hari. Lamanya hidup imago jantan dan betina masing-masing adalah 20.974 dan 21.677 hari. Imago betina meletakkan telur sebanyak 22.923 telur dalam 14.154 hari. Larva instar 3 dari Oligota sp. mengkonsumsi 18 imago tungau selama 24 jam. Kata kunci: biologi, kelimpahan, Oligota sp., pemangsaan
6
ABSTRACT WIDYANTORO CAHYO SETYAWAN. Abundance, Biology, and Predation Ability of Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Mites-Predatory Beetle on Cassava. Guided by SUGENG SANTOSO. Mites infestation is one of the main problem in many agricultural commodities. One of the best methods to control mites infestation is biological control using insect predators. The objective of this study is to know the abundance, biology, and predation ability of mites-predatory beetle, Oligota sp. on cassava. Surveys were conducted in cassava plantation around Bogor to know the abundance of Oligota sp. Oligota sp. collected from the field were reared in the laboratory to observe its biology. Experiment to know the predation ability of Oligota sp. was conducted using 3rd stage larvae, with 5, 10, 15, 20, and 25 adult mites as preys. Observations were carried out 3, 6 and 24 hours after treatment. The developmental time of male and female were 15.047 and 16.097 days, respectively. The longevity of male and female were 20.974 and 21.677 days respectively. Female laid 22.923 eggs in 14.154 days. The 3rd stage larva of Oligota sp. consumed 18 adult mites for 24 hours. Keywords: abundance, biology, predation, Oligota sp.
8
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
10
KELIMPAHAN, BIOLOGI, DAN KEMAMPUAN PEMANGSAAN Oligota sp. (COLEOPTERA: STAPHYLINIDAE), KUMBANG PREDATOR TUNGAU PADA TANAMAN UBIKAYU
WIDYANTORO CAHYO SETYAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
12
Judul Skripsi
: Kelimpahan, Biologi, dan Kemampuan Pemangsaan Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Kumbang Predator Tungau pada Tanaman Ubikayu Nama Mahasiswa : Widyantoro Cahyo Setyawan NIM : A34090097
Disetujui Oleh,
Dr. Ir. Sugeng Santoso, MAgr Dosen Pembimbing
Diketahui Oleh,
Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggal lulus:
: Kelimpahan, Biologi, dan Kemampuan Pemangsaan Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Kumbang Predator Tungau pada Tanaman Ubikayu Nama Mahasiswa : Widyantoro Cahyo Setyawan : A34090097 NIM Judul Skripsi
Disetujui Oleh,
Dr. Ir. Sugeng Santoso. MAgr Dosen Pembimbing
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggallulus:
0 9 JAN 2014
14
PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Kelimpahan, Biologi, dan Kemampuan Pemangsaan Oligota sp. (Coleoptera: Staphylinidae), Kumbang Predator Tungau pada Tanaman Ubikayu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sugeng Santoso, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan, Dr. Ir. Abdul Munif, Msc.Agr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayang yang selalu diberikan. Bapak Wawan yang telah membantu penulis selama penelitian dilapangan. Teman-teman Laboratorium Ekologi Serangga atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Daniar Rahmawati Solikhah atas bantuan yang selalu diberikan kepada penulis selama menempuh studi maupun penelitian. Teman-teman kontrakan Dedy Setiawan dan Utomo Pranoto atas segala macam dukangan yang diberikan kepada penulis. Teman-teman seperjuangan angkatan 46 di Departemen Proteksi Tanaman, serta pihak lain yang turut membantu dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Januari 2014 Widyantoro Cahyo Setyawan
DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 BAHAN DAN METODE 3 Tempat dan Waktu Penelitian 3 Bahan 3 Metode Penelitian 3 Persiapan Tanaman Inang 3 Pemeliharaan Kumbang Predator (Oligota sp.) 3 Survei Kelimpahan Predator pada Tanaman Ubikayu 4 Pengamatan Biologi Kumbang Predator (Oligota sp.) 4 Pengujian Kemampuan Pemangsaan Kumbang Predator (Oligota sp.)4 Rancangan Percobaan 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kelimpahan Oligota sp. Di Pertanaman Ubikayu 6 Biologi dan Siklus Hidup Kumbang Predator Oligota sp. 7 Kemampuan Pemangsaan Larva Oligota sp. terhadap Tungau Merah Ubikayu 11 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL 1 Lama perkembangan pradewasa Oligota sp. 2 Sifat biologi imago Oligota sp.
8 10
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8
Ubikayu yang ditanam dalam wadah plastik 3 Lahan pengambilan sampel ubikayu 4 Kelimpahan Oligota sp. pada tanaman ubikayu di beberapa lokasi 6 Predator tungau (A) Larva Cecidomyiidae (B) tungau predator famili Phytoseiidae (C) thrips predator (D) larva kumbang Coccinellidae 7 Fase perkembangan kumbang predator Oligota sp. (A) Telur Oligota sp. (B) larva instar 1 (C) larva instar 2 (D) larva instar 3 (E) prapupa (F) pupa 9 Imago Oligota sp. (A) Imago jantan (B) imago betina 10 Peletakan telur harian imago Oligota sp. 11 Tanggap fungsional Oligota sp. terhadap T. kanzawai 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Survei predator tungau di pertanaman ubikayu
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang Ubikayu (Manihot utilissima) merupakan salah satu komoditas pangan penting bagi negara beriklim tropis seperti Nigeria, Brazil, Thailand, dan Indonesia. Keempat negara tersebut merupakan negara penghasil ubikayu terbesar di dunia. Di Indonesia, ubikayu menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam hampir di seluruh wilayah. Sebagian masyarakat Indonesia menjadikannya sebagai bahan makanan pokok yang mengandung sumber karbohidrat utama setelah beras dan jagung. Daerah penghasil ubikayu terbesar di Indonesia terletak di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umbi merupakan bagian ubikayu yang menjadi sumber karbohidrat dan daun ubikayu menjadi sumber protein yang cukup tinggi. Selain sebagai tanaman pangan ubikayu juga dapat dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol. Beberapa jenis ubikayu memiliki umbi yang beracun karena mengandung asam sianida. Namun, saat ini ubikayu racun tersebut dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai obat kanker (Kusumastuti 2007). Tanaman ubikayu memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan atau hortikultura yang lain. Keunggulan tersebut adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga dapat ditanam pada lahan marjinal, kegiatan penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau maupun penghujan, mudah disimpan, mempunyai rasa yang enak, dan hasil produksi yang dapat diambil setiap saat. Sebagian besar produksi ubikayu di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (85-90%) sedangkan sisanya diekspor (Hafsah 2003). Permintaan terhadap ubikayu diperkirakan akan meningkat seiring dengan naik dan melambungnya harga bahan bakar minyak di pasar dunia. Selain itu, menurut Roja (2009) peningkatan permintaan terhadap ubikayu dapat meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, berkembanganya industri pangan, dan pakan serta peningkatan volume ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) produksi ubikayu di Indonesia mengalami penurunan tercatat pada tahun 2011 produksi ubikayu mencapai 240 juta ton sedangkan pada tahun 2012 hanya 226 juta ton. Penurunan produktivitas mengindikasikan adanya kendala dalam budidaya ubikayu. Kendala tersebut dapat berasal dari aspek budidaya, iklim, maupun hama penyakit tanaman yang menyerang tanaman ubikayu. Tungau merah (Tetranychus kanzawai) merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman ubikayu dan dapat menyebabkan kerugian. Serangan tungau meningkat pada musim kemarau menyebabkan rontoknya daun dan tanaman ubikayu seperti mengeras dan tumbuhnya tunas-tunas baru pada setiap ketiak daun. Penurunan hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 20 sampai 53%, bahkan hingga 95% pada serangan berat (Kusumastuti 2007). Meskipun tungau tidak seperti serangga yang ukurannya kecil dan hidupnya jarang terdeteksi secara kasat mata. Populasinya yang semakin meningkat dapat menyebabkan kerusakan dan menjadi hama penting pada tanaman pertanian. Tungau merah merupakan hama yang penting pada berbagai tanaman pertanian dan paling banyak terdapat di Asia Timur, meskipun sekarang sudah diamati di seluruh dunia termasuk Asia Tenggara, Oceania dan Amerika Utara.
2 Seperti di banyak spesies Tetranychus, T. kanzawai mengalami diapause reproduksi terutama disebabkan karena lama hari dan suhu rendah. Sebagian besar populasi di Jepang, kecuali yang berasal dari Okinawa, memiliki genetik kapasitas yang sangat tinggi untuk diapause ketika diinduksi pada suhu 15 °C (Zhang, 2003). Pengendalian hayati merupakan salah satu pengendalian dengan memanfaatkan agen hayati. Jenis agen hayati diantaranya serangga, cendawan, bakteri, nematoda, dan virus. Agen hayati tersebut sebagai musuh alami organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satunya dengan memanfaatkan serangga yang bersifat predator sebagai pengendali. Banyak serangga predator yang berpotensi dalam mengendalikan tungau. Adapun beberapa serangga predator yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hama tungau seperti tungau predator, kumbang Coccinellidae, thrips predator, dan kumbang Staphylinidae. Kumbang Oligota (Coleoptera: Staphylinidae) merupakan salah satu kumbang predator yang memiliki potensi dalam memangsa tungau. Hal tersebut karena stadia larva dan imago dari kumbang ini menjadikan tungau sebagai mangsanya. Menurut penelitian Shimoda et al. (1997) menunjukkan bahwa larva instar tiga dari Oligota memiliki tingkat predasi yang lebih tinggi dibandingkan larva instar 1 terhadap Tetranychus urticae, karena larva instar ketiga lebih aktif bergerak dibandingkan larva instar satu dan memiliki kemampuan menangkap mangsa (tungau) yang juga aktif bergerak. Predator Oligota pada tahapan perkembangan memangsa tungau sebanyak 20 ekor per hari dan pada tahapan dewasa atau imago memangsa tungau 10 ekor per hari (Chazeau 1985). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kelimpahan, biologi, dan kemampuan pemangsaan kumbang predator tungau (Oligota sp.) pada tanaman ubikayu. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang biologi dan kelimpahan kumbang predator tungau pada tanaman ubikayu yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai agens pengendalian hayati.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Survei dilaksanakan pada pertanaman ubikayu di sekitar Bogor. Penelitian biologi dan pemangsaan dilaksanakan di Laboratorium Bionomi dan Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari hingga bulan Juli 2013. Bahan Bahan yang digunakan adalah tungau merah, kumbang predator Oligota sp., kantong plastik, kapas, kertas label, dan bibit ubikayu. Alat yang digunakan antara lain pinset, cawan petri, kotak pemeliharaan serangga, kuas serangga, dan mikroskop stereo. Metode Penelitian Persiapan Tanaman Inang Tanaman ubikayu digunakan untuk pemeliharaan tungau merah sebagai mangsa kumbang predator. Pada penelitian ini digunakan ubikayu varietas Manggu dan Roti yang banyak ditanam petani. Stek ubikayu kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik berdiameter + 15 cm berisi air hingga muncul daun (gambar 1). Setelah itu tanaman ubikayu diinfestasi dengan tungau merah dan dibiarkan berkembang. Tungau merah kemudian dijadikan mangsa kumbang predator, baik untuk pemeliharaan maupun perlakuan.
Gambar 1 Ubikayu yang ditanam dalam wadah plastik Pemeliharaan Kumbang Predator (Oligota sp.) Kumbang predator yang dikoleksi dari lahan ubikayu di sekitar kampus dipelihara di laboratorium dengan menggunakan tungau merah sebagai mangsa. Kumbang Oligota sp. dipelihara di dalam wadah plastik yang berisi daun ubikayu yang diinfestasi oleh tungau merah. Kumbang predator dipelihara selama beberapa generasi sampai mendapatkan jumlah yang cukup untuk penelitian biologi dan pemangsaan.
4 Survei Kelimpahan Predator pada Tanaman Ubikayu Survei dilakukan untuk mengetahui kelimpahan tungau dan serangga predator yang ada di pertanaman ubikayu. Sampel daun yang bergejala tungau diambil dari 25 tanaman contoh yang ditentukan secara acak. Dari setiap tanaman contoh diambil satu daun yang bergejala tungau. Daun dimasukkan kedalam kantong plastik satu per satu dan dibawa ke laboratorium untuk diamati. Predator yang ditemukan kemudian dihitung dan diidentifikasi.
Gambar 2 Lahan pengambilan sampel ubikayu Pengamatan Biologi Kumbang Predator (Oligota sp.) Pengamatan biologi dan morfologi dilakukan terhadap 80 telur Oligota sp. yang berumur seragam dan dipelihara serta diamati perkembangannya sampai menjadi imago. Telur dipelihara satu per satu dalam wadah plastik yang berisi daun ubikayu yang diinfestasi tungau merah. Pengamatan perkembangan serangga sejak telur sampai menjadi imago dilakukan setiap 6 jam. Selain biologi, pengamatan morfologi setiap stadia perkembangan kumbang juga dilakukan. Setelah menjadi imago, kumbang predator dipasang-pasangkan dan dipelihara sampai mati. Masa praoviposisi, oviposisi, pasca oviposisi dan jumlah telur yang diletakkan diamati setiap hari sampai kumbang mati. Pengujian Kemampuan Pemangsaan Kumbang Predator (Oligota sp.) Pengujian kemampuan pemangsaan kumbang predator dilakukan menggunakan larva instar tiga. Larva kumbang predator yang telah dipuasakan selama 3 jam kemudian dimasukkan kedalam cawan petri satu per satu. Setiap larva diberi imago tungau merah dengan jumlah 5, 10, 15, 20, dan 25. Pengamatan jumlah tungau yang dimangsa dilakukan setiap 3, 6, dan 24 jam. Pada pengujian kemampuan pemangsaan kumbang predator ini dilakukan dengan 10 kali ulangan.
5 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Keragaman data kelimpahan, biologi, dan kemampuan pemangsaan diolah dengan menggunakan Microsoft excel 2007 dan data biologi dianalisis ragam menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) ver 16.0. Perbedaan nilai ratarata perlakuan dianalisis dengan pengujian Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Data masa perkembangan setiap stadia, keperidian dan potensi pemangsaan disajikan dengan rataan dan standar deviasi (SD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Oligota sp. Di Pertanaman Ubikayu Survei dilakukan untuk mengetahui kelimpahan predator tungau yang ada di lapangan. Dari gambar 3 menggambarkan kondisi populasi kumbang predator Oligota sp. pada pertanaman ubikayu di lokasi survei. Survei dilakukan di 10 lokasi pengambilan sampel pertanaman ubikayu dengan varietas Manggu dan Roti. Kedua varietas tersebut banyak ditanam petani karena selain bisa menghasilkan pati, juga bisa dikonsumsi langsung untuk kebutuhan sehari-hari. Umur tanaman yang digunakan untuk pengamatan sangat bervariasi mulai dari satu bulan sampai enam bulan. Keberadaan jumlah tungau dilapang juga berbedabeda dari mulai sedikit, sedang, sampai tinggi. Gambar 3 menunjukkan bahwa hampir semua stadia perkembangan Oligota sp. bisa ditemukan di lapangan. Telur Oligota sp. ditemukan di 6 lokasi, larva di 3 lokasi, sedangkan imago di 2 lokasi pengambilan sampel. Telur paling banyak ditemukan di lokasi Cilubang dengan jumlah 14 telur, namun dalam pengambilan sampel tidak ditemukan keberadaan imago Oligota sp. karena imago dari kumbang ini dapat terbang sehingga mampu berpindah-pindah ke lokasi yang lain. Larva dan imago ditemukan paling banyak di lokasi Cimahpar dengan jumlah larva sebanyak 9 dan imago sebanyak 12. Dari hasil survei juga diketahui bahwa populasi kumbang Oligota sp. di lapangan masih sangat rendah sehingga perannya sebagai agens pengendalian hayati tungau masih belum optimal. Upaya peningkatan populasi kumbang predator ini di lapangan akan bisa meningkatkan perannya dalam mengendalikan tungau hama, sehingga kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama ini dapat dikurangi. 16 Cimahpar Tenjolaya Cibereum Balebak Cinangneng Cilubang
Jumlah (ekor)
14 12 10 8 6 4 2 0 Telur
Larva
Imago
Gambar 3 Kelimpahan Oligota sp. pada tanaman ubikayu di beberapa lokasi Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan selain kumbang Oligota sp., ditemukan beberapa jenis predator tungau yang berasosiasi dengan tungau merah ubikayu, diantaranya tungau predator, larva lalat Cecidomyiidae, thrips
7 predator, dan larva kumbang Coccinellidae (gambar 4). Predator yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah tungau predator famili Phytoseiidae. Tungau predator mendominasi hampir di seluruh lokasi pengambilan sampel ubikayu. Selain tungau predator, yang juga banyak ditemukan adalah larva Cecidomyiidae, yang ditemukan hampir di seluruh lokasi pengamatan, walaupun jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan tungau predator. A
B
C
D
Gambar 4 Predator tungau (A) Larva Cecidomyiidae (B) tungau predator famili Phytoseiidae (C) thrips predator (D) larva kumbang Coccinellidae Biologi dan Siklus Hidup Kumbang Predator Oligota sp. Setiap makhluk hidup mempunyai ciri diantaranya melestarikan keturunannya karena memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Kumbang Oligota sp. bereproduksi dengan cara bertelur. Telur berukuran ±0.29 mm, berbentuk lonjong dan berwarna kekuningan. Telur diletakkan di permukaan bawah daun ubikayu secara terpisah-pisah. Telur yang telah diletakkan ditutupi dengan sisa-sisa tungau yang telah dimakan kumbang predator. Rata-rata lama perkembangan stadia telur sampai menjadi larva instar 1 pada jantan selama 2.171 hari dan betina 2.073 hari. Larva dari kumbang Oligota sp. terdiri dari 3 instar. Setiap instar mempunyai perbedaan karakter dan morfologi. Instar 1 berukuran panjang ±0.75 mm dan berwarna transparan. Selain itu larva instar 1 cenderung mengkonsumsi telur dari tungau sampai mengalami proses ganti kulit. Rata-rata lama perkembangan dari larva instar 1 pada jantan selama 1.541 hari dan betina 1.597 hari. Larva instar 2 berukuran panjang ±1.25 mm dan berwarna kuning transparan. Rata-rata lama perkembangan larva instar 2 pada jantan 1.612 hari dan betina 1.589 hari. Larva instar 2 sudah mulai mengkonsumsi tungau namun dalam
8 jumlah yang sedikit. Larva instar 3 berukuran ±1.5 mm dan berwarna kuning. Rata-rata lama perkembangan larva instar 3 pada jantan 1.763 hari dan betina 1.790 hari. Larva instar 3 lebih aktif bergerak untuk mencari mangsa selain itu larva mengkonsumsi tungau dalam jumlah yang banyak. Dari ketiga tahap perkembangan larva tersebut tidak berbeda nyata antara jantan dan betina dengan rata-rata perkembangan selama 1 hari. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap ketiga instar larva tidak terjadi kematian. Setelah tahap instar 3 larva akan menjadi pupa. Namun sebelum mencapai tahap pupa, kumbang akan mengalami fase prapupa. Pada tahap ini kumbang tidak makan dan berdiam diri selama beberapa hari sampai menjadi pupa. Jika proses prapupa tidak berhasil larva tidak menjadi pupa melainkan akan mati dan tubuhnya berubah warna menjadi hitam. Dalam pengamatan yang dilakukan banyak larva yang mati saat proses prapupa. Untuk rata-rata proses prapupa pada jantan 1.783 hari dan betina 1.831 hari. Pupa Oligota sp. berbentuk eksarata, berwarna kuning dan melekat pada permukaan bawah daun, selain itu pupa juga diselimuti oleh benang-benang berwarna putih di sekitar pupa namun ada sebagian pupa yang tidak diselimuti oleh benang-benang. Setelah beberapa hari pupa akan berubah warna menjadi hitam. Pupa yang sudah berubah warna menjadi hitam menandakan bahwa pupa tersebut akan menjadi imago. Rata-rata perkembangan pupa jantan selama 6.178 hari dan betina 7.218 hari. Menurut penelitian Chazeau (1985), untuk spesies O. oviformis larva instar 3 yang akan menjadi pupa akan menjatuhkan diri ke tanah sehingga kumbang predator ini akan berpupa di tanah. Siklus hidup Oligota sp. mencapai 15.047 hari (jantan) dan 16.097 hari (betina). Pada perkembangan pupa antara jantan dan betina terlihat perbedaan yang nyata. Lama perkembangan pupa betina lebih lama 1 hari dari jantan hal ini menandakan bahwa betina memiliki lama perkembangan yang lebih lama dari jantan saat stadia pupa. Selain itu total dari perkembangan mulai dari telur sampai pupa menjadi imago pada jantan dan betina menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Betina memiliki perkembangan yang lebih lama dibandingkan jantan (Tabel 1). Tabel 1 Lama perkembangan pradewasa Oligota sp. Stadia Telur Larva 1 Larva 2 Larva 3 Prapupa Pupa Total a
Lama perkembangan (hari) (rata-rata ± sd)a Jantan Betina 2.171 ± 0.424a 2.073 ± 0.383a 1.541 ± 0.206a 1.597 ± 0.221a 1.612 ± 0.264a 1.589 ± 0.285a 1.763 ± 0.284a 1.790 ± 0.259a 1.783 ± 0.335a 1.831 ± 0.332a 6.178 ± 1.945a 7.218 ± 1.969b 15.047 ± 2.127a 16.097 ± 1.935b
Nilai rataan yang diikuti huruf kecil yang sama pada setiap lajur menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan, α = 0.05.
9 Imago dari Oligota sp. berukuran ±1 mm dan berwarna hitam. Imago Oligota sp. memiliki sayap sehingga dapat terbang dari tanaman satu ke tanaman yang lainnya untuk mencari mangsa yang lebih banyak. Imago dari Oligota sp. memiliki ciri khas yaitu saat berjalan abdomen bagian belakang akan berdiri ke atas ataupun saat dalam keadaan diam bahkan untuk imago jantan ujung abdomen dapat melengkung sampai menyentuh bagian toraks depan yang membedakan dengan imago betina. Bentuk imago betina bulat dan besar, sedangkan jantan cenderung lonjong dan panjang. Imago jantan berwarna hitam mengkilap dan imago betina berwarna keabu-abuan. Selain itu ukuran dari imago jantan lebih kecil dibanding dengan imago betina (Gambar 6). Imago betina dari Oligota sp. memiliki tingkat predasi terhadap tungau Oligonychus coffeae lebih tinggi daripada imago jantan dipertanaman teh (Perumalsamy 2009). Imago betina lebih rakus dalam memangsa tungau dibandingkan dengan larva instar 3 (Shimoda et al. 1993). A
B
C
D
E
F
Gambar 5 Fase perkembangan kumbang predator Oligota sp. (A) Telur Oligota sp. (B) larva instar 1 (C) larva instar 2 (D) larva instar 3 (E) prapupa (F) pupa
10 Menurut Frank et al. (1992) telah ditemukan imago Oligota di Florida dengan spesies Oligota minuta. Imago Oligota minuta dan larvanya diketahui sebagai predator berbagai macam tungau Tetranychidae pada berbagai tanaman. A
B
Gambar 6 Imago Oligota sp. (A) Imago jantan (B) imago betina Imago jantan dapat hidup selama 20.974 hari dan betina 21.677 hari. Menurut penelitian Perumalsamy (2009), imago betina memiliki lama hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan imago jantan dalam kondisi lingkungan yang sama. Imago jantan yang melakukan perkawinan mempunyai lama hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan yang tidak melakukan perkawinan. Imago betina membutuhkan mangsa dalam jumlah banyak selama proses peneluran. Perkawinan imago jantan dan betina membutuhkan waktu ±10 menit dan dalam sehari perkawinan dapat terjadi lebih dari satu kali. Keperidian imago betina ratarata 22.923 telur. Imago betina memerlukan masa praoviposisi selama 2.692 hari. Masa oviposisi berlangsung selama 14.154 hari, dan masa pasca oviposisi 4.077 hari. Gambar 7 menunjukkan rata-rata peletakan telur harian betina imago Oligota sp. Pada hari ketujuh jumlah telur yang diletakkan mencapai puncaknya. Selama proses peneluran, imago tidak selalu bertelur setiap hari, bahkan bisa tidak bertelur lebih dari satu hari. Pada hari ke-21, jumlah telur yang diletakkan sangat sedikit. Pada hari ke-22 imago masuk pada tahap pascaoviposisi yaitu imago sudah berhenti bertelur. Tabel 2 Sifat biologi imago Oligota sp. Masa praoviposisi Masa oviposisi Masa pascaoviposisi Keperidian Lama hidup imago jantan Lama hidup imago betina
2.692 14.154 4.077 22.923 20.974 21.677
± 1.601 ± 3.184 ± 1.038 ± 13.726 ± 3.360 ± 3.156
(hari) (hari) (hari) (telur) (hari) (hari)
11
Gambar 7 Peletakan telur harian imago Oligota sp. Kemampuan Pemangsaan Larva Oligota sp. terhadap Tungau Merah Ubikayu Pengujian kemampuan predasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kumbang Oligota sp. dalam mengurangi populasi tungau di lapangan. Pengujian kemampuan predasi menggunakan larva instar 3 yang sebelumnya dipuasakan selama 3 jam. Menurut penelitian Shimoda et al. (1997) menunjukkan bahwa larva instar 3 dari Oligota sp. memiliki tingkat predasi yang lebih tinggi dibandingkan larva instar 1 terhadap Tetranychus urticae, karena larva instar 3 lebih aktif bergerak dibandingkan larva instar 1 dan memiliki kemampuan menangkap mangsa (tungau) yang juga aktif bergerak. Pada gambar 8 disajikan kurva pengujian predasi larva Oligota sp. dalam memangsa tungau pada waktu 3, 6, dan 24 jam.
12
Gambar 8 Tanggap fungsional Oligota sp. terhadap T. kanzawai Pada 3 jam setelah perlakuan, tingkat predasi tertinggi adalah 3 ekor, sedangkan yang terendah adalah 1.1 ekor. Pada pengamatan 6 jam setelah perlakuan, jumlah tertinggi mangsa yang dikonsumsi 5.6 ekor, sedangkan pada 24 jam setelah perlakuan kumbang Oligota sp. bisa memangsa rata-rata 18 ekor. Gambar 8 juga menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah mangsa yang diberikan, maka jumlah mangsa yang dikonsumsi cenderung meningkat. Semakin lama waktu pemangsaan, maka semakin banyak mangsa yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah mangsa yang diberikan, proporsi mangsa yang dikonsumsi cenderung semakin menurun.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kumbang predator Oligota sp. ditemukan berasosiasi dengan tungau merah ubikayu. Kumbang ini memiliki 3 instar, dengan siklus hidup 15.047 hari (jantan), dan 16.097 hari (betina). Imago betina bisa hidup selama 21.677 hari, dan bisa meletakkan 22.923 telur selama 14.154 hari oviposisi. Larva instar 3 Oligota sp. dapat memangsa 18 imago betina tungau merah ubikayu selama 24 jam. Semakin tinggi kepadatan populasi mangsa, semakin meningkat jumlah mangsa yang dikonsumsi. . Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan predasi kumbang Oligota sp. di lapangan. Selain itu perlu adanya penelitian tentang pembiakan masal kumbang predator Oligota sp.
14
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik RI. 2012. Tabel luas panen-produksi tanaman ubi kayu Provinsi Indonesia [Internet]. [diunduh 2012 Nov 26]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Chazeau J. 1985. Predaceous insec. Di dalam: Helle W, Sabelis MW, editor. Spider Mites. Their Biology, Natural Enemies and Control. Amsterdam (NL): Elsevier Science Publisher. hlm: 211-246. Ehara S, Gotoh T. 2000. Colored Guide to the Phytophagous Mites of Japan and Their Natural Enemies. Tokyo (JP): Nissan Chemical industry. Frank JH, Bennett FD, Cromroy HL. 1992. Distribution and prey records for Oligota minuta (Coleoptera: Staphylinidae), a predator of mites. Florida Entomologist. 75(3):376-379. Hafsah MJ. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Kusumastuti CT. 2007. Singkong sebagai salah satu sumber bahan bakar nabati (BBN) [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada. Perumalsamy K. 2009. Life table and predation of Oligota pygmaea (Coleoptera: Staphylinidae) a major predator of the red spider mite, Oligonychus coffeae (Acarina: Tetranychidae) infesting tea. Biological Control. 51 (1):96-101. doi:10.1016. Roja A. 2009. Ubikayu: varietas dan teknologi budidaya [makalah pelatihan spesifik lokalita kabupaten 50 kota Sumatera Barat]. Sumatera Barat (ID): Peneliti Madya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 15 hlm. Shimoda T, Shinkaji N, Amano H. 1997. Prey stage preference and feeding behavior of Oligota kashmirica benefica (Coleoptera: Staphylinidae), an insect predator of the spider mite Tetranychus urticae (Acari: Tetranychidae). Experimental and Applied Acarology. 21(1):665-675. Zhang ZQ. 2003. Mites of Greenhouses. Oxon(UK): CAB Internasional.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Survei predator tungau di pertanaman ubikayu Lokasi Cimahpar Situgede Tenjolaya Tanah baru Cibereum Balebak Cinangneng Leuwikopo Cangkurawok Cilubang
Varietas umur tanaman Roti Manggu Manggu Manggu Manggu Roti Roti Roti Manggu Manggu
3 bulan 5 bulan 2 bulan 3 bulan 2.5 bulan 4 bulan 5 bulan 5 bulan 5 bulan 3.5 bulan
Telur Oligota
Larva Oligota
Imago Oligota
Tungau predator
Larva Feltiella
Scolothrips
Larva Stethorus
7
9
12
33
10
3
1
17
11
35
3
53
6
20
18
15 5 10
3 3 2
3 6
4 1
14
2 1
1
10 45
3 1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 22 Januari 1991, sebagai putra ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sarimin S.Pd dan Ibu Sulistyani S.Pd. Penulis memiliki seorang kakak bernama Eko Prasetyo SP. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Purworejo, Jawa Tengah pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah Purworejo (Gamapuri), anggota Himasita divisi Keprofesian tahun 2012/2013, anggota club Organic Farming tahun 2012-2013. Selain itu, penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum mata kuliah Hama Penyakit Tanaman Tahunan pada tahun 2013. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.