KELIMPAHAN ARTHROPODA PREDATOR DAN ARTHROPODA LAINNYA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI DESA KARANG TENGAH KABUPATEN BOGOR
IRMA YUSNITA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelimpahan Arthropoda Predator dan Arthropoda Lainnya pada Perkebunan Kopi Rakyat di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017 Irma Yusnita NIM A34120011
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
IRMA YUSNITA. Kelimpahan Arthropoda Predator dan Arthropoda Lainnya pada Perkebunan Kopi Rakyat di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA. Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Produksi kopi mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Informasi mengenai kelimpahan Arthropoda predator dan lainnya diperlukan sebagai langkah awal dalam penerapan teknik pengelolaan hama terpadu (PHT). Kelimpahan Arthropoda diamati menggunakan metode pitfall trap, light trap, sweep net, dan pengamatan langsung dari bulan Maret sampai Mei 2016 sebanyak 12 kali dengan interval pengamatan satu minggu sekali. Jumlah keseluruhan Arthropoda yang ditemukan yaitu 20 117 individu yang terdiri dari 6 kelas yaitu Arachnida (4 ordo, 13 famili, 455 individu), Chilopoda (1 ordo, 1 famili, 1 individu), Collembola (3 ordo, 4 famili, 561 individu), Diplopoda (1 ordo, 1 famili, 5 individu), Insecta (13 ordo, 96 famili, 19 092 individu), dan Malacostraca (1 ordo, 1 famili, 3 individu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi peran Arthropoda sebagai predator, herbivor, detritivor, parasitoid, dan lainnya secara berturut-turut adalah 76%, 19%, 4%, 1%, dan 1%. Semut atau famili Formicidae (kelas Insecta) berperan sebagai predator dan memiliki kelimpahan tertinggi (14 562 individu), sehingga diidentifikasi lebih lanjut sampai tingkat genus. Hasil yang ditemukan yaitu terdapat 20 genus dari Formicidae dan genus yang mendominasi yaitu genus Technomyrmex sp. (41%) dan Dolichoderus sp. (27%). Kehadiran semut dapat mengontrol populasi berbagai serangga hama khususnya hama penting pertanaman kopi yaitu Hypothenemus hampei (Coleoptera: Scolytidae). Semut dapat memangsa langsung H. hampei atau dapat mengganggu aktivitas imago betina dalam meletakkan telur. Kata kunci: Arthropoda, kelimpahan, kopi, predator
ABSTRACT IRMA YUSNITA. Abundance of Predator and Other Arthropods on Coffee Plantation in Karang Tengah Village. Bogor District. Supervised by Dadan HINDAYANA. Coffee is one of horticultural commodities which have high economic value among other plantation crops and plays an important role as a source of foreign exchange. Coffee production has decreased in recent years. Information of abundance of predator and other arthropods on coffee plantation are required to implement an effective integrated pest management (IPM) technique. The methods to monitor the abundance of arthropods are pitfall trap, light trap, sweep net, and direct observation, conducted from March to May 2016 with 12 times monitoring and time interval once a week. Number of arthropods found are 20 177 individuals, consist of six classes they are Arachnida (4 orders, 13 families, 455 individuals), Chilopoda (1 order, 1 family, 1 individuals), Collembola (3 orders, 4 families, 561 individuals), Diplopoda (1 order, 1 family, 5 individuals), Insecta (13 orders, 96 families, 19 092 individuals), and the Malacostraca (1 order, 1 family, 3 individuals). The result of the research indicated that the proportion of predator, herbivor, detritivor, parasitoid, and other arthropods are 76%, 19%, 4%, 1%, and 1%. Ant or family Formicidae (class Insecta) acts as a predator and has the highest abundance (14 562 individuals), so this family are identified up to genus level. There are 20 genera of Formicidae. Technomyrmex sp. (41%) and Dolichoderus sp. (27%) are the highest abundance. The presence of ants can control a variety of insect pest populations particularly important pest of coffee plantation, such as Hypothenemus hampei (Coleoptera: Scolytidae). Ants can feed directly H. hampei or may interfere with the activity of adult female in laying eggs. Key words: abundance, arthropod, coffee, predator
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KELIMPAHAN ARTHROPODA PREDATOR DAN ARTHROPODA LAINNYA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI DESA KARANG TENGAH KABUPATEN BOGOR
IRMA YUSNITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kelimpahan Arthropoda Predator dan Arthropoda Lainnya pada Perkebunan Kopi Rakyat di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor”. Skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2016. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Bapak Dr. Ir. Dadan Hindayana yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Efi Toding Tondok, M.Sc.Agr selaku dosen penguji luar pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Uding dan keluarga selaku pemilik perkebunan kopi yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian ini. Terimakasih kepada orang tua, adik dan seluruh keluarga penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa untuk penulis. Terimakasih juga disampaikan kepada Wildhan Ichsan, S.Si yang telah membantu terselesaikannya penelitian dan skripsi ini. Penulis juga mengucakan terimakasih kepada seluruh keluarga Proteksi Tanaman angkatan 49 yang telah memberi warna bagi kehidupan penulis. Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Bogor, Januari 2017 Irma Yusnita
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Eksplorasi Arthropoda di Lapangan Identifikasi Arthropoda dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kelimpahan dan Proporsi Peran Arthropoda Arthropoda Detritivor Arthropoda Herbivor Arthropoda Predator Arthropoda Parasitoid Arthropoda Lainnya Genus Semut Proporsi Peran Arthropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 1 2 2 3 3 3 3 5 6 6 7 8 9 11 13 14 14 15 17 17 17 18 21 29
DARTAR GAMBAR Pitfall trap (perangkap tanah) Light trap (perangkap cahaya) Sweep net (Penjaringan) Plot pengambilan sampel Sistem pertanaman tumpang sari dengan tanaman pandan Famili Cicadellidae yang ditemukan di lapang Lubang gerekan Hipothenemus hampei Proses predasi Araneidae terhadap Cicadellidae Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
3 4 4 5 6 10 11 12 16
DARTAR TABEL Data curah hujan di perkebunan kopi desa Karang Tengah (2016) Proporsi peran Arthropoda keseluruhan Kelimpahan Arhropoda detritivior pada pertanaman kopi Kelimpahan Arhropoda herbivor pada pertanaman kopi Kelimpahan Arhropoda predator pada pertanaman kopi Kelimpahan Arhropoda parasitoid pada pertanaman kopi Kelimpahan Arhropoda lainnya pada pertanaman kopi Kelimpahan genus semut berdasarkan teknik pengambilan sampel
6 7 8 9 11 13 14 15
DARTAR LAMPIRAN Jumlah keseluruhan Arthropoda pada pengamatan setiap minggu Riwayat hidup
23 29
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dan komoditas ekspor penting dari Indonesia (Prastowo et al. 2010). Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia (ICO 2016). Data menunjukkan Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588 329 553 (Ditjenbun 2014). Selain itu komoditas kopi juga menyumbang devisa negara dari hasil ekspor. Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis kopi, salah satunya adalah kopi Robusta (Coffea canephora). Jenis kopi ini tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, serta produktivitasnya jauh lebih tinggi dari jenis lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia ditanami kopi Robusta (Prastowo et al. 2010) Luas areal tanaman kopi pada tahun 2014 mencapai 1 246 810 ha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 62 105 orang. Produksi kopi di Indonesia menurut Ditjenbun (2014) pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan, dari 686 921 ton pada tahun 2010, menurun menjadi 638 646 ton pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012 produksi kopi meningkat menjadi 691 163 ton dan kembali turun pada tahun 2013 yaitu sebesar 675 881 ton. Fluktuasi produksi kopi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah gangguan dari berbagai organisme pengganggu tanaman. Hama yang biasanya menyerang tanaman kopi yaitu penggerek buah kopi Hypothenemus hampei (Vega et al. 2009). Penggerek buah kopi telah lama dianggap sebagai hama utama di perkebunan kopi di seluruh dunia. Populasi kumbang ini sulit untuk ditekan karena sebagian besar siklus hidupnya diselesaikan di dalam buah, dan penggunaan insektisida sistemik dan kontak sulit dilakukan. Hama lainnya yang dapat menyerang pertanaman kopi yaitu Penggerek ranting (Coleoptera: Scolytidae), kutu kebul (Hemiptera: Pseudococcidae), dan kutu tempurung (Hemiptera: Coccidae) (Aristizabal et al. 2012). Pengendalian konvensional menggunakan pestisida dapat saja dilakukan oleh para petani karena dianggap efektif dan efisien. Tetapi penggunaan pestisida secara terus-menerus dapat menyebabkan residu pada bahan makanan, lingkungan, dan resistensi hama. Pestisida dengan spektrum luas dapat membunuh musuh alami dan organisme bukan sasaran yang hidup pada ekosistem pertanaman. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian berwawasan lingkungan dengan menerapkan IPM (Intregrated Pest Management). IPM menitik beratkan pada perpaduan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel sehingga hama dapat ditekan dibawah ambang kerugian ekonomi (Davis et al. 1998). Eksplorasi keragaman dan kelimpahan arthropoda diperlukan sebagai langkah awal dalam menerapkan teknik pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami yang ada. Pemantauan komponen agroekosistem khususnya Arthropoda perlu dilengkapi informasi jumlah individu, perannya pada suatu ekosistem, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan Arthropoda predator dan Arthropoda lainnya pada perkebunan kopi rakyat di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Arthropoda yang terdapat pada perkebunan kopi rakyat, kecamatan Babakan Madang, Bogor. Informasi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian dengan teknik pemanfaatan musuh alami.
3
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Eksplorasi Arthropoda dilakukan di perkebunan kopi rakyat Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Identifikasi Arthropoda dilaksanakan di Laboratorium Bionomi dan Ekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2016. Metode Penelitian Eksplorasi Arthropoda di Lapangan Eksplorasi kelimpahan arthropoda di lapangan menggunakan 4 metode yaitu pengamatan langsung, perangkap tanah (pitfall trap), perangkap cahaya (light trap), dan penjaringan (sweep net). Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali selama 12 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan dilakukan selama 2 hari. Hari pertama dilakukan pemasangan pitfall trap dan light trap. Hari kedua dilakukan pengambilan serangga dari pitfall trap dan light trap, kemudian dilanjutkan dengan penjaringan dan pengamatan langsung. Tanaman contoh diambil sebanyak 20 tanaman dari total populasi pohon yang ada secara diagonal. Pengamatan langsung. Metode ini dilakukan untuk mengamati Arthropoda yang berada di tajuk tanaman dan sekitarnya. Pengamatan langsung dilakukan pada 20 tanaman contoh yang diambil secara diagonal. Dalam satu pohon kopi diambil 4 cabang yang mengarah ke utara, selatan, timur, barat yang bertujuan untuk pemerataan paparan sinar matahari. Arthropoda yang didapat dimasukkan ke dalam plastik yang berisi alkohol 70%, kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di laboratorium. Pitfall trap (perangkap tanah). Pitfall trap merupakan salah satu perangkap untuk mengetahui kelimpahan arthropoda penghuni permukaan tanah. Perangkap ini terbuat dari gelas plastik dengan tinggi 9.5 dan diameter 6.5. Gelas tersebut ditanam di tanah dengan posisi agak ditinggikan dari permukaan tanah, agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap. Gelas diisi formalin 2% sebanyak 1/3 volume gelas, kemudian ditutup dengan seng (panjang 30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah untuk menghindari air hujan masuk ke dalam perangkap. Pitfall trap ditempatkan di 20 titik dengan jarak antar perangkap yaitu 7 m. Perangkap ini dipasang selama 24 jam. Arthropoda yang terperangkap dimasukkan ke dalam plastik yang berisi alkohol 70%, kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di laboratorium.
Gambar 1 Pitfall trap (perangkap tanah)
4
Light trap (perangkap cahaya). Metode ini dilakukan untuk mengamati Arthropoda yang aktif pada malam hari yang tertarik oleh cahaya. Light trap ini dipasang sebanyak 2 buah. Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu yang menghasilkan cahaya putih. Kemudian pada bagian bawah disimpan wadah yang telah diisi dengan formalin 2% sebanyak 1/3 volume wadah untuk menampung Arthropoda. Arthropoda yang didapat dimasukkan ke dalam plastik yang berisi alkohol 70%, kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di laboratorium.
Gambar 2 Light trap (perangkap cahaya) Sweep net (penjaringan). Metode penjaringan dilakukan untuk memantau Arthropoda yang aktif terbang. Penjaringan dilakukan menggunakan jaring serangga sebanyak 5 kali ayunan tunggal di 30 titik pertanaman yang dilakukan secara diagonal. Ayunan sweep net dilakukan pada ketinggian 1-2 meter di atas permukaan tanah. Arthropoda yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang berisi alkohol 70%, kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di laboratorium.
Gambar 3 Sweep net (penjaringan)
5
Pitfall trap Light trap Sweep net Pengamatan langsung
Gambar 4 Plot pengambilan sampel Identifikasi Arthropoda dan Analisis Data Arthropoda yang didapatkan diidentifikasi hingga tingkat famili dengan menggunakan buku acuan identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam oleh Borror et al (1996), Identification Key to the Families in Diptera (Insecta) oleh Tachi dan Mohamed (2004), Manual of Nearctic Diptera Volume 1 oleh McAlpine et al (1981), dan website www.bugguide.net yang dikelola Iowa State University Departement of Entomology. Kemudian semut diidentifikasi lanjut sampai tingkat genus dengan buku acuan Identification guide to the ant genera of Borneo oleh Hashimoto (2003). Arthropoda dikelompokkan berdasarkan perannya sebagai predator, herbivor, detrivor, parasitoid, dan lainnya. Analisis data diolah menggunakan Ms. Excel 2016, dilanjutkan dengan analisis kualitatif.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Perkebunan kopi rakyat yang diamati terletak di desa Karang Tengah memiliki topografi yang miring dengan luas 7000 m2. Sebelah barat dan utara terdapat perkebunan kopi robusta yang luasnya mencapai 200 ha, pada bagian timur terdapat sungai, sedangkan bagian selatan adalah jalan. Curah hujan pada bulan Maret sampai Mei 2016 berkisar antara 120 sampai 782 mm (Tabel 1). Tanaman yang diamati berumur 9 tahun dengan tinggi tanaman berkisar antara 2 sampai 3 meter. Jenis kopi yang ditanam adalah jenis kopi robusta (Coffea canephora) dengan produktivitas rata-rata 1 ton/hektar/tahun. Tabel 1 Data curah hujan di perkebunan kopi desa Karang Tengah (2016) a Bulan Curah hujan (mm) Maret 782 April 740 Mei 120 a Sumber: BMKG
Keterangan Sangat tinggi Sangat tinggi Menengah
Jarak tanam tanaman kopi yaitu 2 x 2 m dan sistem pertanamannya adalah tumpang sari dengan tanaman pandan. Pohon pelindung yang digunakan adalah pohon lamtoro. Pohon pelindung dalam perkebunan kopi memiliki peranan dalam mengontrol iklim mikro agar tanaman kopi tumbuh secara optimal. Selain itu, tanaman penaung juga menghasilkan serasah dari daun atau ranting yang gugur yang dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman kopi.
Gambar 5 Sistem pertanaman tumpang sari kopi dengan tanaman pandan
7
Pemupukan di pertanaman kopi desa Karang Tengah tidak pernah dilakukan oleh petani karena dianggap akan menambah biaya produksi, sehingga petani hanya menggunakan daun-daun yang gugur sebagai pupuk kompos. Pemeliharan melalui pemangkasan terhadap tunas yang tidak dikehendaki (wiwilan) sering dilakukan oleh petani untuk menjaga produktivitas hasil buah kopi. Banyak gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman kopi yaitu gulma dari golongan rumput, teki dan daun lebar. Pengendalian gulma dilakukan apabila pertumbuhan gulma sudah mengganggu pertanaman kopi. Pengendalian ini menggunakan herbisida sintetik berbahan aktif isopropilamina glifosat.
Kelimpahan dan Proporsi Peran Arthropoda Jumlah Arthropoda yang ditemukan di perkebunan kopi pada 12 kali pengamatan yaitu 20 117 individu yang terdiri dari 6 kelas yaitu Arachnida, Chilopoda, Collembola, Diplopoda, Insecta, dan Malacostraca. Kelas Arachnida terdiri dari 4 ordo, 13 famili, dan 455 individu. Kelas Chilopoda hanya terdiri dari 1 ordo, 1 famili, dan 1 individu. Kelas berikutnya yaitu Colembolla yang terdiri dari 3 ordo, 4 famili, dan 561 individu. Kelas Diplopoda terdiri dari 1 ordo, 1 famili, dan 5 individu. Kelas Insecta yang ditemukan meliputi 13 ordo, 96 famili dan 19 092 individu. Kelas yang terakhir yaitu Melacostraca yang terdiri dari 1 ordo, 1 famili dan 3 individu. Kelas Insecta merupakan kelas terbesar dari filum Arthopoda. Kelas Insecta atau yang biasa kita kenal dengan serangga merupakan jenis hewan yang paling sukses beradaptasi di muka bumi. Kurang lebih terdapat 1 juta spesies serangga yang telah diketahui dan masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsikan (Tarumingkeng 1994). Kesuksesan kehidupan serangga ditunjang oleh beberapa faktor, antara lain kemampuan beradaptasi yang cepat, kemampuan beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang ekstrem, pada umumnya ukuran tubuh kecil, keanekaragaman yang tinggi, siklus hidup yang singkat dan daya reproduksi yang tinggi. Tabel 2 Proporsi peran Arthropoda keseluruhan Peran Predator Herbivor Detritivor Parasitoid Lainnya Total
Jumlah (individu) 15 287 3 839 751 126 114 20 117
Persentase (%) 76 19 4 1 1 100
Arthropoda memiliki peranan yang penting dalam ekosistem, khususnya dalam siklus rantai makanan. Peran Arthropoda dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai detritivor, herbivor, predator, dan parasitoid. Arthropoda detritivor merupakan organisme yang memperoleh energi dengan cara memakan sisa-sisa makhluk hidup seperti bangkai hewan, tumbuhan mati, dan daun-daun yang gugur.
8
Arthropoda herbivor adalah organisme yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanannya. Arthropoda predator merupakan organisme yang memangsa organisme lain. Sedangkan Arthropoda parasitoid merupakan organisme yang menghabiskan sebagian siklus hidupnya dan mengambil makanan di dalam tubuh organisme lain (inang). Tabel 1 menunjukkan proporsi peran arthopoda predator, herbivor, detritivore, parasitoid, dan lainnya secara berturut-turut adalah 76%, 19%, 4%, 1%, dan 1%.
Arthropoda Detritivor Pertumbuhan buah kopi pada perkebunan umumnya dipengaruhi oleh keadaan tanah. Disamping keadaan umum tanah, kesuburan lahan sangat dipengaruhi oleh kehadiran Arthropoda tanah yang berperan sebagai detritivor. Arthropoda detritivor memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurai bahan organik. Kelimpahannya di perkebunan kopi cukup tinggi yang meliputi 5 kelas yaitu Arachnida (0.6%), Collembola (69.5%), Diplopoda (0.6%), Insecta (28.9%), dan Melacostraca (0.4%). Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 3) famili yang paling banyak ditemukan yaitu Isotomidae, Hypogastruridae, dan Entomobryiidae. Ketiga famili tersebut termasuk ke dalam kelas Collembola. Kelas Collembola memiliki kelimpahan paling tinggi yaitu 69,5% dari seluruh Arthropoda detritivor yang didapatkan. Kelimpahan Collembola yang tinggi dipengaruhi oleh banyaknya serasah yang terdapat di petanaman kopi. Serasah tesebut sebagian besar berasal dari daun dan ranting yang gugur dari tanaman kopi maupun tanaman pelindung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyarnes (2014) yang menyebutkan bahwa habitat alami Collembola adalah permukaan tanah yang banyak mengandung humus dan serasah. Lahan yang mempunyai jumlah serasah melimpah, komunitas Collembola akan lebih banyak. Tabel 3 Kelimpahan Athropoda detritivor pada pertanaman kopi Ordo Blattodea Coleoptera
Entomobryomorpha
Famili
Jumlah
Ordo
1
Blattidae
6
Ephydridae
53
Ciidae
1
Lauxaniidae
2
Scirtidae
1
Milichiidae
Sphaeriusidae
1
Phoridae
Entomobryidae
78 359
Anisopodidae
Jumlah
Blaberidae
Isotomidae
Diptera
Famili
1
8 74
Platystomatidae
1
Scatopsidae
7
Poduromorpha
Hypogastruridae
84
Sepsidae
1
Symphypleona
Sminthuridae
40
Sphaeroceridae
Isopoda
Philosciidae
3
Ephemeroptera
Baetidae
15 1
9
Collembola memiliki peran penting dalam ekologi yaitu sebagai perombak bahan organik tanah. Selain mendekomposisi bahan organik, fauna tanah tersebut berperan dalam mendirtribusikan bahan organik di dalam tanah, meningkatkan kesuburan, dan memperbaikin sifat fisik tanah (Meneses et al. 2004). Collembola dapat ditemukan di permukaan tanah maupun di dalam lapisan tanah. Collembola yang menghuni permukaan tanah atau di dalam serasah adalah Collembola dewasa yang berukuran lebih besar. Sedangkan pada lapisan tanah yang lebih dalam, hanya dihuni oleh individu muda dan berukuran lebih kecil (Ganjari 2012).
Arthropoda Herbivor Arthropoda herbivor yang ditemukan pada pertanaman kopi adalah 33 famili yang terdiri dari kelas Insecta dan kelas Arachnida (Tabel 4). Proporsi Arthropoda herbivor adalah 19% dari total Arthropoda yang ditemukan. Arthropoda herbivor yang ditemukan tidak semuanya berperan sebagai hama pada pertanaman kopi. Arthropoda herbivor yang dominan pada pertanaman kopi yaitu kutu loncat (Hemiptera: Psyllidae) dan wereng daun (Hemiptera: Cicadellidae). Tabel 4 Kelimpahan Arthropoda herbivor pada pertanaman kopi Ordo Coleoptera
Famili Chrysomelidae
Diptera
Coccinellidae Curculionidae Scarabaeidae Languriidae Mordellidae Nitidulidae Pyrochroidae Scolytidae Agromyzidae
2 6 54 1 3 20 1 9 20
Anthomyiidae Cecidomyiidae Diopsidae Drosophilidae Sciaridae Tephritidae Acrididae Pyrgomorphidae
23 80 7 41 22 9 46 3
Orthoptera
Jumlah 22
Ordo Hemiptera
Famili Alydidae
Lepidoptera
Cicadellidae Cicadidae Delphacidae Dictyopharidae Flatidae Miridae Pentatomidae Psyllidae Tropiduchidae Geometridae Lymantriidae Noctuidae Nymphalidae Pieridae Tetranychidae
Prostigmata Hymenoptera Cynipidae
Jumlah 6 1 054 1 5 4 2 28 2 2 347 3 1 1 1 1 2 8 3
Psyllidae atau kutu loncat mendominasi proporsi Athropoda herbivor dengan jumlah 2 347 individu. Kelimpahan Psyllidae yang tinggi karena perkebunan kopi yang diamati menggunakan pohon pelindung jenis lamtoro (Leucaena sp). Hama ini hanya menyerang tanaman lamtoro dan tidak berperan sebagai hama kopi. Dalam ekosistem alami, kutu loncat dapat dikendalikan dengan musuh alami baik
10
dari golongan parasitoid maupun predator. Dalam penelitian Wijaya et al. (2010) melaporkan bahwa parasitoid yang dapat mengendalikan hama kutu loncat yaitu dari famili Eulopidae dan Encyrtidae, kedua parasitoid tersebut merupakan parasitoid nimfa. Sedangkan predator dari kutu loncat yaitu famili Coccinellidae, Salticidae, dan Oxyopidae. Kelimpahan wereng hijau (Hemiptera: Cicadellidae) pada pertanaman kopi cukup tinggi yaitu 1 054 individu. Wereng hijau dapat menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung yaitu kerusakan sel dan jaringan tanaman pada saat proses makan. Sedangkan kerusakan tidak langsung yaitu wereng hijau memproduksi senyawa beracun yang diinokulasi ke jaringan tanaman pada saat proses makan dan akan menyebabkan gejala yang disebut hopperburn (Nasruddin et al. 2014). Kehadiran wereng daun pada pertanaman kopi tidak terlalu mempengaruhi penurunan produksi, namun wereng hijau ini dapat menjadi vektor penyakit tanaman seperti virus dan mikoplasma. Pada ekosistem pertanaman kopi, wereng hijau ini dikendalikan oleh predator dari kelas Arachnida, ordo Araneae, famili Araneidae. Laba-laba ini memangsa wereng hijau dengan cara memerangkapnya pada jaring yang telah dibuat, kemudian membalutnya dengan jaring ke seluruh tubuh wereng hijau hingga akhirnya mati.
Gambar 6 Famili Cicadellidae yang ditemukan di lapang Hama penting pada pertanaman kopi adalah Hypothenemus hampei (Coleoptera: Scolytidae). Sebagian besar siklus hidup dari H. hampei berada dalam buah kopi dan hanya imago betina yang aktif terbang. H. hampei sangat jarang sekali ditemukan, kelimpahannya hanya 9 individu dan gejala serangannya juga jarang terlihat. Gejala serangan berupa lubang pada bagian ujung buah akibat gerekan imago betina pada saat meletakkan telur. Kelimpahan H. hampei yang sedikit disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, aktivitas terbang imago betina terjadi pada jam 16.00 hingga 18.00 sedangkan pada jam tersebut hujan sering turun sehingga akan mengganggu aktivitas imago betina dalam mencari buah kopi untuk meletakkan telur. Kedua, karena dipengaruhi kehadiran predator semut (Hymenoptera: Formicidae) yang berada pada gerombolan buah kopi, sehingga akan mengganggu imago H. hampei dalam proses peletakkan telur.
11
Gambar 7 Lubang gerekan H. hampei Arthropoda Predator Arthropoda predator memiliki proporsi yang paling besar dibandingkan dengan Arthropoda lainnya yaitu sebesar 76% dari seluruh Arthropoda yang ditemukan (Tabel 2). Sebanyak 37 famili dan 15 286 individu ditemukan pada pertanaman kopi yang mencakup kelas Insecta, Arachnida, dan Chilopoda. Semakin beragamnya keanekaragaman predator pada suatu ekosistem mampu menekan kerugian hasil akibat serangan hama (Furlong 2010). Arhropoda predator yang paling banayak ditemukan adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) sebesar 95.3% (14 562 individu), laba-laba (Araneae: Araneidae) sebesar 1.5% (233 individu), dan laba-laba (Araneae: Tetragnathidae) sebesar 0.6% (98 individu) (Tabel 5). Tabel 5 Kelimpahan Arthropoda predator pada pertanaman kopi Ordo Araneae
Famili Amaurobiidae Araneidae
Dermaptera Diptera
Jumlah 1
Ordo Hemiptera
Famili Hebridae
Jumlah 4
223
Pentatomidae
12
Dysderidae
2
Pyrrhocoridae
6
Linyphidae
26
Reduvidae
14
Lycosidae
6
Hymenoptera
Formicidae
14 562
Nephilidae
7
Mantodea
Mantidae
1
Oxyopidae
44
Mecoptera
Boreidae
1
Salticidae
16
Odonata
Calopterygidae
10
Tetragnathidae
98
Coenagrionidae
7
Thomisidae
16
Libellulidae
8 3
Anisolabididae
4
Opiliones
Phalangiidae
Forficulidae
2
Orthoptera
Gryllidae
Chamaemyiidae
1
Curtonotidae
5
Dolichopodidae
50
55
Tettigonidae
7
Scolopendromorpha
Scolopendridae
1
Coleoptera
Coccinellidae
1
Empididae
1
Pselaphidae
4
Rhagionidae
1
Salpingidae
2
Sarcophagidae
2
Staphylinidae
Syrpidae
1
Carabidae
79 5
12
Semut dan laba-laba termasuk generalist predator dan memiliki pengaruh yang nyata pada ekosistem. Karena kemampuannya yang dapat menstabilkan dan mengatur populasi serangga hama, maka kehadiran predator ini sangat diperlukan di ekosistem (Nunes et al. 2001). Semut banyak ditemukan pada gerombolan buah kopi dan di cabang primer tanaman. Pada cabang primer (plagiotrop) tanaman, ditemukan sarang semut pada beberapa tanaman contoh. Menurut Mele dan Cuc (2004) kebutuhan semut akan protein, karbohidrat, gula, dan mineral lainnya dapat ditemukan pada bagian-bagian tanaman kopi seperti pada bagian daun, bunga, dan buah. Selain pakan yang tersedia pada kanopi pohon kopi, umumnya semut juga memperoleh ruang tempat berlindung yaitu dengan menggabungkan beberapa dedaunan ataupun bersarang pada sela-sela gerombolan buah. Faktor lainnya yang mempengaruhi kelimpahan semut yaitu semut tertarik dengan embun madu yang dikeluarkan oleh Psyllidae (Stadler dan Dixon 2008). Araneidae merupakan predator yang banyak ditemukan di pertanaman kopi. Araneidae atau laba-laba bolah (orbspiders) bertubuh relatif bulat dengan dengan warna yang mencolok. Pada pertanaman kopi, laba-laba ini membuat jaring-jaring yang membentuk lingkaran di antara cabang, ranting, atau antar tanaman untuk memerangkap mangsa. Pada pertanaman kopi, ditemukan bahwa famili Araneidae sering ditemukan memangsa famili Cicadellidae dari ordo Hemiptera. Hal ini sesuai dengan penelitian Nunez et al. (2001) yang melaporkan bahwa laba-laba ini paling banyak memangsa serangga dari ordo Hemiptera dan sebagian kecil lainnya dari ordo Hymenoptera, Diptera, dan Coleoptera.
Gambar 8 Proses predasi Araneidae terhadap Cicadellidae Tetragnathidae merupakan salah satu jenis laba-laba pembuat jaring yang kelimpahannya cukup banyak. Famili ini umumnya melimpah pada rerumputan atau vegetasi rendah, dan sangat jarang ditemukan pada pohon yang tinggi. Sama seperti laba-laba pada umumnya yang bersifat generalist predator, maka kehadihan laba-laba ini cukup penting pada pertanaman perkebunan untuk mengendalikan hama pertanaman.
13
Arthropoda Parasitoid Jumlah parasitoid pada pertanaman kopi adalah 129 individu atau hanya 1% dari seluruh Arthropoda yang didapat. Menurut Kruess dan Tscharnke (1994) pada perkebunan kopi yang dikelola secara intensif, ketersediaan tanaman berbunga sangat terbatas dan pada umumnya memiliki keanekaragaman vegetasi rendah sehingga tidak dapat mendukung keanekaragaman parasitoid. Sebagian besar parasitoid Hymenoptera dapat memarasit beberapa jenis inang dan hanya sedikit spesies yang spesifik memarasit satu spesies inang. Parasitoid dari kelompok Hymenoptera memiliki peran penting dalam pengendalian hayati dan polinator di lapangan (Wackers 2004). Terdapat 11 famili Arthropoda parasitoid yang ditemukan dan seluruhnya merupakan Ordo Hymenoptera. Dari 11 famili parasitoid Hymenoptera yang telah dikoleksi, dua famili yaitu Braconidae dan Eulopidae adalah famili yang memiliki kelimpahan relatif tinggi. Menurut Rauf (2005), di Indonesia terdapat 13 jenis spesies parasitoid yang berasosiasi dengan Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae), di antara spesies parasitoid yang paling efektif antara lain Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulophidae) dan Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae). Tabel 6 Kelimpahan Arthropoda parasitoid pada pertanaman kopi Ordo
Famili
Hymenoptera Bethylidae Braconidae Diapriidae Encyrtidae Eulophidae Mymaridae
Jumlah 7 52 6 5 33 2
Ordo
Famili
Jumlah
Perilampidae Platygastridae Scelionidae Eurytomidae Ichneumonidae
1 6 5 1 8
Famili Braconidae merupakan salah satu kelompok utama parasitoid yang terdiri dari spesies-spesies yang sangat efektif untuk menekan kenaikan populasi hama penting tanaman (Wharton 1993). Kelimpahan famili Braconidae paling tinggi diantara parasitoid lainnya yaitu sebesar 40%. Hal ini sebanding dengan penelitian Hamdi et al. (2015) yang menemukan famili Braconidae dengan proporsi 42% pada perkebunan kopi rakyat di kabupaten Aceh Tengah. Hal ini diduga karena famili Braconidae memiliki kisaran inang yang lebih luas dan kemampuan mencari inang untuk meletakkan telur lebih baik dari famili lainnya. Braconidae merupakan jenis endoparasit larva (Bordat et al. 1995) yang artinya parasitoid ini berkembang dalam tubuh inang dan sebagian besar dari fase hidupnya ada di dalam tubuh inang. Sedangkan famili Eulophidae merupakan ektoparasit larva-pupa yang memarasit inang di luar tubuh inang (dengan menempel pada tubuh inang). Biasanya Eulophidae lebih menyukai larva instar terakhir yang akan menjadi pupa
14
Arthropoda Lainnya Arthropoda yang termasuk dalam peran lainnya berarti Arthropoda tersebut tidak diketahui jelas peranannya pada ekosistem alami atau tidak termasuk ke dalam peran predator, herbivor, detritivor maupun parasitoid (Oktaviani 2015). Arthropoda yang ditemukan pada pertanaman kopi terdiri dari 2 ordo yaitu ordo Diptera dan Hymenoptera.Ordo Diptera terdiri dari famili 8 famili, sedangkan ordo Hymenoptera terdiri dari 2 famili. Tabel 7 Kelimpahan Arthropoda lainnya pada pertanaman kopi Ordo
Famili
Diptera
Asteiidae Carnidae Ceratopogonidae Culicidae Dixidae
Jumlah 2 1 2 6 1
Ordo
Hymenoptera
Famili Psychodidae Simuliidae Tipulidae Apidae Colletidae
Jumlah 10 1 89 1 1
Tabel 7 menunjukkan bahwa famili Tipulidae adalah famili yang paling banyak ditemukan dengan proporsi 78% dari jumlah Arthropoda lainnya. Kondisi lingkungan yang lembab dan kurang intensitas cahaya merupakan habitat yang cocok bagi Tipulidae. Selain itu pada sekitar perkebunan terdapat sungai sehingga banyak genangan air yang dapat dijadikan habitat bagi larva nyamuk ini.
Genus Semut Semut (Hymenoptera: Formicidae) adalah salah satu famili serangga yang penyebarannya sangat luas. Semut memiliki peranan penting dalam ekosistem yaitu dapat digunakan untuk membantu memahami kaidah ekologi dan biomonitoring konservasi, sebagai polinator, membantu penyebaran biji, dan juga sebagai bioindikator predator pada serangga herbivor (Rizal et al. 2011). Menurut Azhar (2015), semut juga diketahui memiliki kemampuan untuk mengurangi populasi hama. Semut hitam Dolichoderus thoracius pada perkebunan kopi di kabupaten Tanggamus mampu menekan serangan Hypothenemus hampei (Oktarina 2014). Semut merupakan Arthropoda predator yang jumlahnya paling melimpah dari Arthropoda predator lainnya. Hal ini dikarenakan semut memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kemampuan hidupnya dan memiliki kisaran mangsa yang luas. Pengamatan jenis semut pada pertanaman kopi di desa Karang Tengah diperoleh 5 subfamili, 20 genus, dan 14 562 individu. Tabel 8 menunjukkan kelimpahan genus semut pada setiap metode pengamatan. Metode pengamatan langsung pada 20 tanaman contoh menunjukkan kelimpahan semut paling banyak yaitu sebesar 10 865 individu. Hal ini sesuai dengan penelitian Azhar (2015) yang menyatakan bahwa keanekaragaman semut pada strata pohon relatif lebih tinggi dibandingkan pada strata tanah.
15
Tabel 8 Kelimpahan genus semut berdasarkan metode pengambilan sampel Sub famili Dolichoderinae
Genus
Dolichoderus sp. Technomyrmex sp. Formicinae Camponotus sp. Euprenolepis sp. Plagiolepis sp. Anoplolepis sp. Myrmicinae Mayriella sp. Pheidole sp. Pheidologeton sp. Monomorium sp. Crematogaster sp. Ponerinae Cryptopone sp. Hypoponera sp. Leptogenys sp. Mystrium sp. Odontomachus sp. Odontoponera sp. Pachycondyla sp. Ponera sp. Pseudomyrmicinae Tetraponera sp. Total
PT 1 9 1
52 1 67 33 1 9 3 9 8 1 37 181 10 1 1 425
Jumlah (individu) LT SN PL 1 3 863 1 5 936 237 3 004 237 1 16 642 187
2
4
1
5
3250
22 10 865
Total 3 865 5 946 238 3 004 237 711 1 254 33 1 15 3 9 9 1 37 186 10 1 1 14 562
Genus Technomyrmex sp. dan Dolichoderus sp. Merupakan genus yang dominan pada pertanaman kopi, yaitu 5 946 dan 3 865. Keberadaan Technomyrmex sp. banyak ditemukan pada gerobolan buah. Menurut Oktarina (2014), genus Technomyrmex sp. hanya ditemukan pada kebun kopi organik yang memiliki pohon naungan. Sedangkan genus Dolichoderus sp. dapat ditemukan pada kebun kopi organik dan anorganik baik dengan naungan dan tanpa naungan. Dolichoderus sp. banyak ditemukan karena genus ini berperan sebagai predator bagi Hypothenemus hampei yang banyak digunakan untuk mengontrol kelimpahan hama penggerek buah kopi ini (Oktarina 2014). Hal ini sesuai dengan Hashimoto (2003) yang menyatakan bahwa semut Dolichoderus sp. merupakan semut predator yang banyak ditemukan di perkebunan.
16
Proporsi Peran Arthropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel Pitfall trap, light trap, sweep net, dan pengamatan langsung merupakan metode pengambilan sampel serangga yang digunakan dalam penelitian ini. Setiap metode memiliki kekhususan Arthropoda yang diperoleh, sehingga Arthropoda yang berada di perkebunan kopi dapat diperoleh secara representatif. Jumlah individu Arthropoda yang diperoleh pada pitfall trap, light trap, sweep net, dan pengamatan langsung berturut-turut adalah 1 091, 3 369, 4 617, dan 11 040 individu. Pengamatan langsung Sweep net Light trap Pitfall trap 0
Lainnya
Parasitoid
2000 4000 6000 8000 10000 12000 Individu Predator
Herbivor
Detritivor
Gambar 9 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel Gambar 8 menunjukkan proporsi peran masing-masing Athropoda berdasarkan metode pengambilan contoh. Arthropoda detritivor banyak ditemukan menggunakan metode pitfall trap. Hal ini sesuai dengan peranannya sebagai perombak bahan organik yang berada pada permukaan tanah. Namun terdapat Arthropoda detritivor yang diperoleh pada metode sweep net yaitu dari kelas Collembola. Hal ini dimungkinkan karena Collembola memiliki organ yang disebut furcula yang terapat pada abdomen ruas keempat. Fungsi dari organ ini adalah sebagai alat melompat dengan cara kerja mirip pegas. Arthopoda herbivor dan parasitoid banyak terperangkap pada metode sweep net. Hal ini dikarenakan sebagian besar Arthropoda tersebut merupakan Arthropoda yang aktif terbang. Arthropoda lainnya banyak ditemukan pada metode pengamatan langsung karena merupakan serangga yang tinggal pada pohon kopi (Diptera: Tipulidae). Arthropoda predator ditemukan pada seluruh metode pengamatan dan paling banyak ditemukan pada metode pengamatan langsung. Hal ini menunjukkan bahwa Arthropoda predator tidak hanya tinggal di permukaan tanah, tapi juga dapat berada di pertanaman dan adapula yang aktif terbang. Dari keempat metode pengambilan sampel, metode pengamatan langsung merupakan metode dengan jumlah serangga teramati paling banyak namun memiliki keragaman yang sedikit. Serangga yang teramati pada metode pengamatan langsung yaitu sebagian besar adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) dan laba-laba (Araneae: Araneidae).
17
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Arthropoda predator memiliki kelimpahan tertinggi pada perkebunan kopi rakyat Desa Karang Tengah, Kabupaten Bogor. Proporsi peran Arthropoda sebagai predator, herbivor, detritivor, parasitoid dan lainnya secara berturut-turut adalah 76%, 19%, 4%, 1%, dan 1%. Arthropoda predator yang banyak ditemukan yaitu Formicidae, Araneae, dan Tetragnathidae. Genus dari famili Formicidae yang kelimpahannya sangat tinggi yaitu Technomyrmex sp. dan Dolichoderus sp. Arthropoda herbivor yang paling dominan yaitu Psyllidae dan Cicadellidae. Arthropoda detritivor yang paling banyak ditemukan dari kelas Collembola yaitu Isotomidae, Hypogastruridae, dan Entomobryidae. Arthropoda parasitoid yang banyak ditemukan adalah Braconidae dan Eulopidae. Sedangkan Arthropoda lainnya yang dominan adalah dari famili Tipulidae. Kelimpahan Arthropoda secara alami sudah mampu menekan populasi serangga hama, sehingga pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik tidak diperlukan.
Saran Perlu adanya perhitungan intensitas kerusakan oleh hama, khususnya hama penting pertanaman kopi. Penelitian tentang predatisme terhadap hama penting tanaman kopi juga diperlukan agar tersedianya informasi yang lebih spesifik mengenai musuh alami yang efektif menekan populasi hama tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA Aristizabal LF, Lara O, Arthurs SP. 2012. Implementing an integrated pest management program for coffee berry borer in a specialty coffee plantation in Colombia. JIPM. 3(1):1-5. doi:10.1603/IPM11006. Azhar A. Keanekaragaman serangga predator pada berbagai tingkatan umur kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kabupaten Sorolangun, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bordat D, Coly EV, Olivera CR. 1995. Morphometric, biological, and behavioral differences berween Hemiptarsenus varicornis and Opius dissitus (Hymenoptera: Braconidae) parasitoids of Liriomyza trifolii (Diptera: Agromyzidae). J App Ent. 119: 423-427. Borror DJ, Tripelhorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects. Davis M, Dinham B, Williamson S. 1998. Growing coffee with IPM. Pesticides Action Network. 9:1-4. [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik perkebunan Indonesia komoditas kopi 2013-2015. Ditjenbun. Jakarta (ID). Furlong MJ, Zalucki MP. 2010. Exploiting predators for pest management: the need for sound ecological assessment. Entomologia Experimentalis et Applicata. 1(35):225-236. Ganjari LE. 2012. Kemelimpahan jenis Collembola pada habitat vermi-komposting [skripsi]. Madiun (ID): Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Hamdi S, Sapdi, Husni. 2015. Komposisi struktur komunitas parasitoid Hymenoptera antara kebun kopi yang dikelola secara organik dan konvesional di kabupaten Aceh Tengah. J. Floratek. 10(2): 44-51 Hashimoto Y. 2003. Identification guide to the ant genera of Borneo. Di dalam: Hashimoto Y, Rahman H, editor. Inventory and collection: Total protocol for understanding of biodiversity. Kota Kinabalu (MY): Research and Education Component, BBEC Programme (Universiti Malaysia Sabah). 95-137. [ICO] International Coffee Organization. 2016. Export by exporting countries to all destination. London (UK). International Coffee Organization; [diunduh 2016 Nov 3]. Tersedia pada: http://www.ico.org/prices/m1-exports.pdf. Kruess AT, Tscharntke. 1994. Habitat fragmentation, species loss, and biological control. Science. 264: 1581-1584. McAlpine JF, Paterson BV, Shewell GE, Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM. 1981. Manual of Nearctic Diptera Volume 1. Hull (CA): Canadian Government Publishing Centre. Mele PV, Cuc NTT. 2004. Semut Sahabat Petani: Meningkatkan Hasil Buahbuahan dan Menjaga Kelestarian Lingkungan Bersama Semut Rangrang. Rahayu S, penerjemah. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF). Terjemahan dari: Ants as Friends: Improving your Tree Corps with Weaver Ants. Meneses GC, Vargas JGP, Pool LQC. 2004. Feeding habits of Collembola and their ecological niche. Serie Zoologia. 75(1): 135-142.
19
Nasruddin A, Fattah A, Baco MS, Said AE. 2014. Potential damages, seasonal abundance and distribution of Empoasca terminalis Distant (Homoptera: Cicadellidae) on soybean in South Sulawesi. J Entomol Indones. 11(2): 93102. doi: 10.5994/jei.11.2.93. Nunez GI, Garcia JA, Lopez JA, Lachaud JP. 2001. Prey Analysis in the diet of Ponerinae ants (Hymenoptera: Formicidae) and web-building spiders (Araneae) in coffee plantation in Chiapas, Mexico. Sociobiology. 37(3): 723754. Oktarina D. 2014. Jenis-jenis semut penghuni kanopi dan perilaku semut dominan di kebun kopi rakyat Pekon Ngarip dan Pekon Gunung Terang [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung. Oktaviani E. 2015. Kelimpahan Arthropoda musuh alami dan hama pada pertanaman durian (Durio zibethinus L.) di kebun wisata Warso Farm, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prastowo B, Karmawati E, Rubijo, Siswanto, Indrawanto C, Munarso SJ. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Rauf A. 2005. Hama Pendatang: Liriomyza sativae B. (Diptera: Agromyzidae): Biologi, Tumbuhan Inang, dan Parasitoidnya. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rizal S, Falahudin I, Endarsih T. 2011. Keanekaragaman semut predator permukaan tanah (Hymenoptera: Fomicidae) di perkebunan kelapa sawit SPPN Sembawa Banyuasin. Sainmatika. 8(1): 37-42. Stadler B, Dixon T. 2008. Mutualism Ants and their Insect Partners. Cambridge (UK): Cambridge University Press. Tachi T, Mohamed M. 2004. Identification Key to the Families in Diptera (Insecta). Sabah (MY): Universiti Malaysia Sabah. Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan Vega FE, Infante F, Castillo A, Jaramillo J. 2009. The coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolytidae): a short review, with recent finding and future research direction. Terrestrial Arthropod Reviws. 2:129-147. doi:10.1163/187498209X12525675906031 Wackers FL. 2004. Assesing the suitability of flowering herbs as parasitoid food source: flower attractiveness and nectar accessibility. Biol Control. 29: 307314. Wharton RA. 1993. Bionomic of the Braconidae. Annu Rev Entomol. 38: 121-143. Widyarnes NI. 2014. Kajian komunitas ekor pegas (Collembola) pada perkebunan apel (Malus sylvestris Mill.) di desa Tulungrejo Bumiaji kota Batu [skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Wijaya IN. Adiartayasa W, Sritamin M, Yuliadhi KA. 2010. Dinamika populasi Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae) dan deteksi CVPD dengan teknik PCR. J Entomol Indones. 7(2): 78-87.
20
21
LAMPIRAN
22
23
Tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Arthropoda pada pengamatan setiap minggu Famili Acrididae Agromyzidae Alydidae Amaurobiidae Anisolabididae Anisopodidae Anthomyiidae Apidae Araneidae Asteiidae Baetidae Bethylidae Blaberidae Blattidae Boreidae Braconidae Calopterygidae Carabidae Carnidae Cecidomyiidae Ceratopogonidae Chamaemyiidae Chrysomelidae Cicadellidae
Peran Herbivor Herbivor Herbivor Predator Predator Detritivor Herbivor Lainnya Predator Lainnya Detritivor Parasitoid Detritivor Detritivor Predator Parasitoid Predator Predator Lainnya Herbivor Lainnya Predator Herbivor Herbivor
M1 2
M2 13 2
M3 6
M4 5 2
M5 4 2
M6 3 2
1 1
M7 2
M8 3 1
M9 2 11
5 1
12
13
2
1
13 1
12 1
1 3 13
1 1
1 21
22
35
1
1
2
27
1 2 1 6 2
1
1
4 1
2
6
1 1 4
1 5 1
3 1
1
7 3 2
10 2 1
3
4
10
12
2 70
2 122
1 130
1
13
1 5
2 11
1 1 78
2 69
3 83
M10 M11 M12 JUMLAH 3 1 2 46 20 6 1 1 2 4 1 8 8 23 1 1 23 16 16 223 2 1 2 7 1 1 6 1 3 6 3 52 10 1 5 1 13 19 11 80 1 2 1 5 3 22 173 153 147 1054
24
Cicadidae Ciidae Coccinellidae Coenagrionidae Colletidae Culicidae Curculionidae Curtonotidae Cynipidae Delphacidae Diapriidae Diastatidae Dictyopharidae Diopsidae Dixidae Dolichopodidae Drosophilidae Dysderidae Empididae Encyrtidae Entomobryidae Ephydridae Eulophidae Euphthiracaridae Eurytomidae Flatidae
Herbivor Detritivor Herbivor Predator Lainnya Lainnya Herbivor Predator Herbivor Herbivor Parasitoid Detritivor Herbivor Herbivor Lainnya Predator Herbivor Predator Predator Parasitoid Detritivor Detritivor Parasitoid Detritivor Parasitoid Herbivor
1 1 1 2
1 1 1
1
1 2 4
2 2
1 1
1 1
1 4
1
3 5 2
1
1 2
1 1
2 1
2 3 1
1 5
5 6
1 1 2 2
2
2 1 2 9
9 2
6 3
6 2
9 1
1 4
1
5 1
3 5
1 7 1
6 3 6
1 13 2
1 10 18 3
8 4 3
5 6 3
3 4 1
1
1
1 7 2 3 3 1
7 1 4
4 4 5
2 5 6 3
3 2 3 1
1 1 3 7 1 6 6 5 3 5 6 3 4 7 1 50 41 2 1 5 78 53 33 5 1 2
25
Forficulidae Formicidae Geometridae Gryllidae Hebridae Hypogastruridae Ichneumonidae Isotomidae Languriidae Lauxaniidae Libellulidae Linyphidae Lycosidae Lymantriidae Mantidae Milichiidae Miridae Mordellidae Mymaridae Nephilidae Nitidulidae Noctuidae Nymphalidae Oxyopidae Paradoxosomatidae Pentatomidae
Predator Predator Herbivor Predator Predator Detritivor Parasitoid Detritivor Herbivor Detritivor Predator Predator Predator Herbivor Predator Detritivor Herbivor Herbivor Parasitoid Predator Herbivor Herbivor Herbivor Predator Detritivor Herbivor
4266
919
939
1002
2 3 2
1
6
11
13
4 1 34
5 20
1 1 2
3 3 14
822
1 5 10
1 1058
862
7
941 1 4
7 1 43
10 1 28
12
1 1 1
1 3 1
4
2
1 8 1
4 2
2 5 1
1
1
3 1 9
1038
837
6
4
9
5
11 1 46 1
7
10 1 45
8
65
23
1 1
1
2 2 1
18
955
1 923
2 5 1
3 2
4 1
3
1 2
2 3
2
6 1
1 1 3
1
4 1
2 1
1 1
2
3
2
2
3 2
5
1 1
6
6
2
1
1 2
5
2
2 14562 1 55 4 84 8 359 1 2 8 26 6 1 1 8 28 3 2 7 20 1 1 44 5 2
26
Pentatomidae (Predator) Perilampidae Phalangiidae Philosciidae Phoridae Pieridae Platygastridae Platystomatidae Pselaphidae Psocidae Psychodidae Psyllidae Pyrgomorphidae Pyrochroidae Pyrrhocoridae Reduviidae Rhagionidae Salpingidae Salticidae Sarcophagidae Scarabaeidae Scatopsidae Scelionidae Sciaridae Scirtidae Scolopendridae
Predator Parasitoid Predator Detritivor Detritivor Herbivor Parasitoid Detritivor Predator Detritivor Lainnya Herbivor Herbivor Herbivor Predator Predator Predator Predator Predator Predator Herbivor Detritivor Parasitoid Herbivor Detritivor Predator
1 1
1
1 4
3
1 8
1 4
11
7
1 1
3 109
1
5
1 98
1 1 132
3
2
1 1 10
5 2
1 2
1 107
2
1 8
7
1
3
3 295
1 252 1
1
3
1
1
2
1 1 1 6 1 1
3 2
1 1 4
1
2 1
2
3
2
393 2 1
297
1
155
164
1
1 169
2 3
1
2 3
1
3
4
2
1
1 2
2
11
176
1 1 1 2
1 7
1 1 4
1 2
5 2 1 1
5
2
14
3
12 1 3 3 74 2 6 1 4 1 10 2347 3 1 6 14 1 2 16 2 54 7 5 22 1 1
27
Scolytidae Sepsidae Simuliidae Sminthuridae Sphaeriusidae Sphaeroceridae Staphylinidae Syrpidae Tephritidae Tetragnathidae Tetranychidae Tettigonidae Thomisidae Tipulidae Tropiduchidae 117
Herbivor Detritivor Lainnya Detritivor Detritivor Detritivor Predator Predator Herbivor Predator Herbivor Predator Predator Lainnya Herbivor
4
3
4
1
7
21
11
7
4487
4 1 1 2 7
1 2 1 11
2 1
3 2
3 2
9
21
1 4 1
4
1 2 4
1 7 1 2 9 9
1 10 4 2 1 14
1411
1144
1217 1199
1507
1
1 1
1
1
1
9 1 1 3
2
4
8
7
2 8
3
1 5 2
3 7
1 11
12 1
1 4
1381 1355 1603
3 9 1 1 3
10
10
1 18 1
7 1
9 1 1 40 1 15 79 1 9 98 8 7 16 89 3
1581
1807
1425
20117
1
28
29
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Grobogan pada 3 Juli 1994. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Haryanto dan Ibu Puji Lestari, dengan adik bernama Tika Prihastuti dan Galih Pujo Priyambodo. Tahun 2009-2012 penulis menyelesaikan pendidikan formal di SMA Futuhiyyah Mranggen, Demak dan pendidikan non formal di Pondok Pesantren KH. Murodi Mranggen. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 memalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Proteksi Tananaman. Selama masa kuliah, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi Himasita di divisi pengembangan sumber daya mahasiswa 2014-2015. Pada tahun 2015-2016 penulis juga aktif mengikuti kegiatan sosial yang berbasis lingkungan. Penulis bergabung dengan komunitas lingkungan yang ada seperti HiLo Green Community sebagai anggota dan ASEAN Reusable Bag Campaign sebagai marketing director. Penulis juga pernah menjadi pembicara pada kegiatan Launching Eco-Tuesday yang dilaksanakan oleh Agreemove IPB.