ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN MUTU JAMBU KRISTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI ADC IPB-ICDF TAIWAN, BOGOR
RAISHA PRATIDINA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
i
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Raisha Pratidina NIM H24090029
iii
iv
ABSTRAK RAISHA PRATIDINA. Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan NUR HADI WIJAYA. Berdasarkan hasil analisis, terdapat enam Critical to Quality (CTQ) dalam proses pengelolaan jambu kristal antara lain pembibitan, keadaan lingkungan, pemupukan, perawatan, panen dan pasca panen. Keenam CTQ ini berpengaruh terhadap kecacatan jambu kristal yaitu bintik cokelat kehitaman pada kulit buah, kulit mengelupas, buah masih hijau atau belum matang, buah yang lembek atau terlalu matang, dan penyakit bakal busuk. Penyebab potensial bintik atau bercak coklat kehitaman dari prioritas tertinggi hingga terendah adalah kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida (RPN=200), kelalaian pekerja dalam pengendalian hama (RPN=162), kondisi lingkungan yang mendukung (RPN=128) dan bibit tanaman yang membawa penyakit (RPN=96). Sedangkan penyebab potensial untuk bakal busuk, antara lain kelalaian pekerja dalam pemanenan (RPN=216), kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida (RPN=192), keteledoran saat pendistribusian buah dari petani (RPN=189), infeksi hama dan penyakit tanaman (RPN=162), dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan hama (RPN=112). Kapabilitas sigma selama tahun 2012 masih berada kisaran 2- sigma. Hal ini menunjukkan masih banyak defect dan berada di bawah target six sigma. Tindakan perbaikan yang sebaiknya dilakukan antara lain sanitasi kebun, intensifikasi lahan, pemahaman kembali SOP, asking centre dan reward untuk petani mitra, pelatihan untuk karyawan, menambah petani mitra, ekstensifikasi lahan dan persiapan ISO. Kata kunci: cacat, jambu kristal, pengendalian mutu, six sigma
ABSTRACT RAISHA PRATIDINA. Analysis Management and Quality Control of Crystal Guava with Six Sigma Method in ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and NUR HADI WIJAYA. Based on analysis result, there are six Critical to Quality (CTQ) in management process of crystal guava which are seeding, environmental condition, maintenance, harvest and post harvest. They will be impacted to be defect of crystal guava which are blot brown spots on the fruit skin, peeling skin, the fruit is still green or immature, fruit is mushy or overcook and rotten fruit disease caused by Botryodiplodia theobromae Pat. Potential causes of blot brown spots on the fruit skin from the highest to the lowest priority which are negligence of workers on giving pesticides (RPN=200), negligence of workers on controlling pests (RPN=162), environmental condition (RPN=128) and seeds bring diseases (RPN=96). Whereas, potential causes of rotten fruit which are negligence of workers on harvesting (RPN=216), negligence of workers on giving pesticides (RPN=192), negligence in distribution from farmers (RPN=189), infection of pests and diseases (RPN=162), and environmental condition support for pests growth (RPN=112). Sigma capability during 2012 is still in range 2- sigma. It’s concluded, there are many defect and below target of six sigma. The Improvement steps which are land sanitation, land intensification, Standard Operation and Procedure, asking centre and reward for farmers, training for employee, adding farmers, and ekstensification land and preparation for ISO. Keywords : crystal guava, defect, quality control, six sigma
ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN MUTU JAMBU KRISTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI ADC IPB-ICDF TAIWAN, BOGOR
RAISHA PRATIDINA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 v
vi
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor : Raisha Pratidina : H24090029
Disetujui oleh
Dr. Ir Muhammad Syamsun M,Sc Pembimbing I
Nur Hadi Wijaya, STP. MM Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar M,Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus : vii
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal Dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini bisa terselesaikan yaitu Ibu Farida Nur Fitriana selaku counterpart IPB dan Mr. Liao selaku ketua tim di bagian jambu kristal. Serta Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Nur Hadi Wijaya, S.TP, MM selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, April 2013
Raisha Pratidina Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Batasan Pengukuran
3
METODE PENELITIAN
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Gambaran Umum Perusahaan
8
Pengelolaan Produksi Jambu Kristal
10
Pengendalian Mutu Jambu Kristal
12
Implikasi Manajerial
22
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
RIWAYAT HIDUP
30
ix
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1 2 3 4 5 6
Perbandingan antara permintaan supermarket dan pasokan jambu kristal Lima fase siklus perbaikan DMAIC Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma Standar mutu jambu kristal per grade mutu Pasar jambu kristal yang tersedia Persentase jumlah produk cacat terhadap jumlah panen Januari 2012 Desember 2012 7 Kertas periksa tipe kecacatan jambu kristal tanggal 26 Desember 2012 hingga 3 Januari 2013 8 Jumlah produk cacat jambu kristal menurut jenis 9 Hasil Perhitungan nilai DPMO dan nilai six sigma
1 4 5 11 12 13 14 14 16
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1 Perbandingan persentase jumlah produk jambu kristal per grade 2 Konsep six sigma Motorola dengan distribusi normal bergeser 1,5 3 Kerangka pemikiran penelitian 4 Struktur organisasi ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor 5 Jambu kristal 6 Jambu kristal berdasarkan grade mutu 7 Process flow diagram jambu kristal ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor 8. Diagram pareto 9 Grafik kapabilitas sigma pada produksi jambu kristal 10. Diagram sebab akibat bakal busuk dan bonyok atau remuk 11. Diagram sebab akibat bintik atau bercak cokelat kehitaman 12. Diagram sebab akibat produk cacat jambu kristal 13 Peta kendali penyimpangan kualitas jambu kristal tahun 2012
2 6 7 9 10 10 12 15 16 17 17 18 22
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Kuisioner penentuan CTQ produk jambu kristal 2. Diagram FMEA untuk kecacatan bintik atau bercak kecokelatan pada kulit buah 3. Diagram FMEA untuk kecacatan bakal busuk pada jambu kristal
Halaman 25 26 28
ii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Montgomery (2009), pengontrolan dan peningkatan mutu menjadi strategi bisnis yang penting bagi banyak organisasi. Sebuah bisnis yang dapat menyenangkan pelanggan dengan meningkatkan dan mengendalikan mutu produknya akan mendominasi di tengah persaingan. Perbaikan kualitas diartikan mengurangi variabilitas yang terjadi dalam proses dan produk akhir. Variabilitas yang berlebihan dalam kinerja proses sering menyebabkan pemborosan biaya, waktu dan seluruh usaha yang berhubungan dengan perbaikan. Oleh karena itulah, perusahaan harus mengembangkan efektivitas pelaksanaan manajemen mutu di setiap tahapan proses produksinya. Agribussiness Development Center (ADC) merupakan kerjasama di bidang pertanian antara ICDF Taiwan (Taiwan International Cooperative Development Fund) dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang bertujuan meningkatkan taraf hidup petani. Berbagai macam produk pertanian dihasilkan antara lain sayuran organik, non organik dan buah. Buah yang menjadi unggulan adalah jambu kristal, yaitu buah dengan rasa yang manis, renyah, ukuran relatif besar serta memiliki biji yang sedikit. Potensi peluang bisnis jambu kristal masih sangat besar, hal ini dikarenakan permintaannya yang tinggi sedangkan pasokannya masih rendah. Kelebihan permintaan supermarket yang ada di Bogor dan Jakarta terhadap jambu kristal grade A di ADC IPB-ICDF TAIWAN yang cukup signifikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan antara permintaan supermarket dan pasokan jambu kristal Bulan Permintaan (Kg) Pasokan (Kg) Kekurangan (Kg) Oktober 2011 5.820 3.679,8 2.140,2 November 2011 3.848 1.608 2.240 Desember 2011 3.848 2.562,9 1.285,1 Januari 2012 3.613 2.816,7 796,3 Februari 2012 4.280 4.190 90 Maret 2012 2.491 1.852 639 April 2012 2.491 2.175.8 315,2 Mei 2012 1.930 395,9 1.534,1 Juni 2012 2.076,5 720,6 1.355,9 Juli 2012 3.779,8 2.126,5 1.653,3 Agustus 2012 1.829 404,6 1.424,4 September 2012 1.846 525 1.321 TOTAL 37.852,3 23.057,8 14.794,5 Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012) Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 12 bulan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan jambu kristal grade A dari supermarket sebesar 14.794,5 Kg. Dalam hal ini perusahaan telah kehilangan kesempatan untuk meningkatkan penjualannya sebesar Rp 295.890.000 (jumlah
2
kekurangan permintaan dikalikan dengan harga jambu kristal grade A/Kg yaitu Rp 20.000). Masalah tersebut dipicu karena presentase produk cacat yang dihasilkan yaitu produk jambu kristal dengan grade B+, B dan C adalah 69 % dari total jumlah panen selama tahun 2012 sebagaimana terlihat pada Gambar 1. C A 21% 31% B 28%
B+ 20%
Gambar 1 Perbandingan persentase jumlah produk jambu kristal per grade (ADC IPB ICDF Taiwan Bogor, 2012) Penelitian dengan judul “Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor” dilakukan untuk meningkatkan pengendalian mutu jambu kristal di ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor. Deming (dalam Nasution 2005) menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Pengendalian mutu ini dilakukan agar kualitas yang dihasilkan lebih baik dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebab potensial dari produk cacat mulai dari pemilihan input yaitu bibit berkualitas unggul, proses penanaman, perawatan, pemupukan, pengendalian hama, pemanenan hingga pasca pemanenan produk. Dengan demikian, perusahaan mampu meningkatkan pendapatannya dengan pemenuhan permintaan pasar atas jambu kristal yang masih sangat tinggi. Analisis pengendalian mutu dari jambu kristal ini dilakukan dengan metode six sigma. Menurut Sartin (2008), metode six sigma adalah salah satu studi yang cukup revolusioner yang dikembangkan oleh Motorola, studi ini dibilang cukup berhasil untuk menerapkan jumlah defect meskipun belum mampu mewujudkan kondisi zero defect atau tanpa kecacatan. Keuntungan dari penerapan six sigma ini berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankan. Menurut Miranda (2006), dengan menerapkan metode six sigma biasanya ada perbaikan pada hal-hal berikut ini antara lain pengurangan biaya, perbaikan produktivitas, pertumbuhan pangsa pasar, pengurangan waktu siklus, retensi pelanggan, pengurangan cacat, perubahan budaya kerja dan pengembangan produk atau jasa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan tahapan six sigma dan melakukan perhitungan pergeseran sigma pada proses produksi produk pertanian yaitu jambu kristal, untuk mengetahui tingkat defect jambu kristal di ADC IPB ICDF Taiwan, Bogor dan memberikan gambaran baseline kinerja awal perusahaan untuk melakukan pengendalian mutu pada proses produksi jambu kristal kedepannya.
3
Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana pengelolaan produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan dalam usaha menghasilkan produk yang berkualitas, 2) Bagaimana pengendalian mutu pada pengelolaan produksi jambu kristal, 3) Apakah sebab-sebab potensial yang mempengaruhi mutu jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, dan 4) Berapakah range pergeseran sigma dari proses pengendalian mutu jambu kristal di ADC IPBICDF Taiwan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui pengelolaan produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan dalam usaha menghasilkan jambu kristal yang berkualitas, 2) Menganalisis pengendalian mutu pada pengelolaan produksi jambu kristal, 3) Mengidentifikasi sebab-sebab potensial yang mempengaruhi mutu produk jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, dan 4) Mengetahui kisaran sigma pengendalian mutu jambu Kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan saat ini.
Batasan Pengukuran Produk yang dijadikan objek penelitian adalah jambu kristal yang dihasilkan di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, baik dari lahan sendiri maupun lahan petani mitra, selama tahun 2012 yaitu dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Ruang lingkup penelitian ini tidak mencakup keseluruhan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Tapi hanya terbatas pada kajian proses produksi jambu kristal dan pengendalian mutu terhadap produk jambu kristal.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, pengisian kuisioner dan hasil wawancara dengan tim jambu kristal yang terdiri dari Counterpart IPB, pihak ICDF TAIWAN, pekerja di packing room dan juga petani yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari informasi dan pencatatan historis perusahaan. Data penunjang juga diperoleh dari internet dan literatur di perpustakaan. Analisis data kualitatif menggunakan metodologi sebagai upaya peningkatan menuju target six sigma. Tahapan penelitian ini mengacu pada Gasperz (dalam Dewi 2012) untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Keterangan dari lima fase siklus perbaikan DMAIC terdapat pada Tabel 2.
4
Tabel 2 Lima fase siklus perbaikan DMAIC Perbaikan Proses 1. Define Identifikasi masalah Definisikan kebutuhan Tetapkan tujuan
2. Measure
3. Analyze
Pertegas masalah/proses Membenarkan pengetahuan tujuan Ukur langkah-langkah inti/ masukan Kembangkan hipotesis Identifikasi akar penyebab utama Validasi hipotesis
4. Improve
Kembangkan ide untuk menghilangkan akar penyebab permasalahan Uji solusi Tetapkan solusi/ hasil pengukuran
5. Control
Buat standar pengukuran Bereskan permasalahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
Desain/Desain Ulang Proses Identifikasi masalah tertentu Definisi tujuan/perubahan visi Perjelas jangkauan dan kebutuhan pelanggan Ukur kinerja kebutuhan Kumpulkan data secukupnya
Identifikasi praktis terbaik Nama desain proses - Pertambahan nilai atau tidak - Bottleneck/disconnect - Alternatif lainnya Perjelas kebutuhan Desain proses baru - Asumsi-asumsi yang mendukung - Kreativitas - Kebijakan proses kerja Jalankan proses, struktur dan sistem baru Buat pengukuran dan kaji ulang untuk memelihara kinerja Bereskan permasalahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
Sumber : Gasperz (dalam Dewi 2012) Analisis data kuantitatif bertujuan untuk menilai efektivitas kinerja ADC IPBICDF TAIWAN. Analisis ini lebih berfokus pada pengelolaan produksi dari jambu kristal. 1. Analisis Defect per Opportunity (DPO) DPO merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur proporsi untuk cacat atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. DPO = …………………………………………. ( 1 ) 2. Analisis Defect per million Opportunity (DPMO) DPMO mengindikasikan berapa banyak defect yang akan muncul dalam satu juta peluang. DPMO = DPO x 1.000.000 ……………………………………………… ( 2 )
5
3. Ukuran Sigma Definisi six sigma menurut Vincent Gaspersz (2007) adalah suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistik serta terus-menerus dan memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas six sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk (barang dan/atau jasa) itu. Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma untuk rata-rata industri di dunia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma COPQ (Cost of Poor Quality) Tingkat Pencapaian DPMO Sigma 1-Sigma 2-Sigma 3-Sigma 4-Sigma 5-Sigma 6- Sigma
COPQ sebagai presentase dari nilai penjualan tidak Tidak dapat dihitung
691.462 (sangat kompetitif) 308.538 (rata-rata industri di Indonesia) 66.807 6.210 (rata-rata industri USA) 233 (rata-rata industri Jepang) 3.4 (Industri kelas dunia)
Tidak dapat dihitung 25-40% dari penjualan 15-25% dari penjualan 5-15% dari penjualan < 1% dari penjualan
Setiap peningkatan atau pergeseran 1-Sigma akan memberikan peningkatan keuntungan sekitar 10% dari penjualan
Sumber : Gaspersz (2007) Berdasarkan Tabel 3 tersebut, tingkat pencapaian sigma untuk rata-rata industri di Indonesia masih berada di kisaran 2-sigma. Hal ini harus menjadi perhatian bagi perusahaan agar melakukan upaya peningkatan kualitas produk yang lebih baik dalam rangka kemampuan bersaing dengan rata-rata industri kelas dunia yang memiliki tingkat pencapaian sigma yang jauh lebih tinggi. Pengendalian kualitas ini juga diakukan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan COPQ (Cost of Poor Quality) yang muncul dari tingginya jumlah produk defect yang dihasilkan. Dengan demikian, six sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk atau pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Proses six sigma dengan distribusi normal mengizinkan nilai rata-rata (mean) proses bergeser 1,5 sigma dari nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan oleh pelanggan seperti digambarkan pada Gambar 2.
6
-1.5
-6
-3
-2
-1
+1.5
mean
+1
+2
+3
6
Gambar 2 Konsep six sigma Motorola dengan distribusi normal bergeser 1,5 (Gaspersz, 2007) 4. Diagram alir proses Diagram alir proses (flowchart) merupakan alat yang menunjukkan masukan, keluaran dan tindakan dari suatu sistem. (Gasperz dalam Nasution, 1995) 5. Kertas periksa (Check sheet) Kertas periksa adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi. (Gasperz dalam Nasution, 1995) 6. Diagram pareto (Pareto Chart) Pareto chart digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. (Gasperz dalam Nasution, 1995) 7. Peta kendali Teknik kualitas yang paling umum dilakukan ialah dengan menggunakan diagram kontrol shewhart atau peta kendali. Diagram ini digunakan untuk mengendalikan jumlah barang yang rusak per unit secara keseluruhan hasil dalam suatu proses produksi. (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005) 8. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebabpenyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi. (Gasperz dalam Nasution, 1995) 9. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Menurut Meryanti Ramadhani dkk, FMEA adalah analisis sistematis mode kegagalan potensial yang bertujuan untuk mencegah kegagalan. Tujuan utama dari FMEA adalah: a. mengidentifikasi mode kegagalan yang mungkin dapat terjadi dalam desain atau pembuatan produk. b. mengidentifikasi tindakan perbaikan yang dapat mengurangi atau menghilangkan potensi kegagalan terjadi. c. menyediakan dokumentasi proses. d. mengukur tingkat risiko yang terkait dengan setiap mode kegagalan potensial.
7
Tahapan dalam FMEA dijabarkan sebagai berikut : 1. Menetapkan batasan proses yang akan dianalisa, diperoleh dari tahap define dari proses DMAIC. 2. Melakukan pengamatan terhadap proses yang akan dianalisa. 3. Hasil pengamatan digunakan untuk menemukan defect potensial pada proses. 4. Mengidentifikasikan potensial penyebab dari defect yang terjadi. 5. Mengidentifikasikan akibat yang terjadi. 6. Menetapkan nilai – nilai dalam poin. 7. Masukkan kriteria nilai sesuai dengan 3 kriteria yang telah dibuat sebelumnya. 8. Dapatkan nilai RPN (Risk Potential Number) dengan jalan mengalikan nilai SOD (Severity, Occurance, Detection). 9. Pusatkan perhatian pada nilai RPN yang tertinggi, segera lakukan perbaikan terhadap potential cause, alat kontrol dan efek yang diakibatkan. 10. Buat implementation action plan lalu terapkan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
ADC IPB-ICDF TAIWAN Pemenuhan permintaan jambu kristal grade A Mutu jambu kristal
Grade A
Grade B+, B dan C
Proses pengendalian mutu PROCESS FLOW DIAGRAM DIAGRAM PARETO
Pendekatan tools Six Sigma
PETA KENDALI DIAGRAM SEBAB AKIBAT FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)
Hasil analisis pengendalian mutu Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu jambu kristal Rekomendasi manajerial perbaikan mutu produk jambu kristal
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Pergeseran Sigma
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Agribussiness Development Centre IPB-ICDF Taiwan (ADC IPB-ICDF TAIWAN) adalah organisasi yang menetapkan pendirian Misi Teknik Taiwan, yang didirikan sejak tahun 1959 di Vietnam. Sekarang Misi Teknik Taiwan telah memiliki 204 Teknisi di 26 negara yang tersebar antara lain di Timur Tengah dan Asia Tengah, Afrika, Amerika Tengah, Asia Pasifik, Karibia dan Amerika Selatan. Sejak tahun 1984, Misi Teknik Taiwan telah melakukan proyek-proyek di Indonesia antara lain proyek perikanan di Probolinggo dan Situbondo Jawa Timur. Berlangsung hingga bulan Desember 2007. Kemudian pada tahun 1998 hingga bulan Desember 2006 melakukan proyek kedelai di Lawang, Jawa Timur. Pada tahun 1990 hingga bulan Mei 2005 melakukan proyek jamur di Sleman Yogyakarta. Sejak tahun 1996 hingga sekarang, Misi Teknik Taiwan melakukan proyek agribisnis di Jawa Barat dan Jawa Tengah antara lain di Mojokerto, Boyolali, Sleman dan Bogor. Misi Teknik Taiwan bekerjasama dengan University Farm Institut Pertanian Bogor bergerak di bidang usaha proyek agribisnis yang kemudian diberi nama Agribusiness Development Center (ADC). Alamat kantor ADC IPB-ICDF TAIWAN berada di Cikarawang RT/RW 003/007, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proyek agribisnis di Bogor mendapatkan kesepakatan antara IPB dan TTM (Taiwan Technical Mission) untuk didirikan pada bulan April 2006. Kemudian persiapan lahan dilakukan pada bulan Mei 2006. Lahan ADC IPB-ICDF TAIWAN kurang lebih seluas 6 Hektar yang terdiri dari pos satpam, garasi, tempat parkir, kantor, tempat pembibitan, tempat pembimbingan, packing room, green house, lahan demonstrasi dan lahan produktif. Konstruksi sarana dibangun pada 26 Februari 2007 dan mulai resmi dibuka pada 24 Oktober 2007. Kegiatan utama yang dilakukan antara lain penyuluhan dan demonstrasi, pelatihan, workshop dan kunjungan, produksi bibit, bantuan pemasaran dan pameran promosi. Struktur organisasi di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor terdiri dari anggota Misi Teknik Taiwan yang mengelola proyek agribisnis di Bogor, untuk bagian tim jambu kristal dipimpin oleh Mr. Liao. Sedangkan, pihak University Farm IPB mengirimkan counterpart untuk pengelolaan dan pembinaan di setiap produk agribisnis yang dihasilkan, untuk bagian jambu kristal adalah Ibu Farida Nur Fitriana. Struktur organisasi perusahaan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
9
Taiwan International Cooperative Development Fund
University Farm Institut Pertanian Bogor
: Huang Chih Hisen : Chiu Wen Chi : Liao : Wu Chiung Feng
Agribussiness Development Centre (ADC) Form Manager : Ezipotia Rusli
Counterparts Sayuran organik Sayuran non organik Jambu Kristal Marketing
Expert Sayuran Organik Sayuran non organik Jambu Kristal Marketing
: Tisna : Koko : Farida Nur Fitriana : Hima
Asisten Sayuran Organik
Asisten Sayuran Non Organik
Asisten Jambu Kristal
Asisten Marketing
KARYAWAN
Gambar 4 Struktur oganisasi perusahaan (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, 2012) Empat sub proyek yang dilakukan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN Bogor adalah pemasaran produk agribisnis sayuran organik, sayuran non organik dan jambu kristal. Budidaya sayuran organik antara lain Edible Amaranth (bayam merah dan hijau), lettuce (selada keriting), Rape (cai sim), water spinach (kangkung), chinese kale (kailan) dan Pai choi (Sawi sendok). Produk Sayuran non organik antara lain asparagus, tomato cherry, pare putih, bunga kucai, baby buncis, oyong, labu, lobak, okra, kacang panjang merah, terong bulat, terong panjang, dan pepaya. Sedangkan produk buah yang menjadi unggulan adalah jambu kristal. Kegiatan produksi yang dilakukan dimulai dari pengolahan, penyortiran, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman. Produk agribisnis yang dijual oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN berasal dari lahan yang ditanam dan dirawat sendiri serta dari petani mitra. Sistem kerjasama dengan petani mitra yaitu sistem yarnen (bayar saat panen), yakni sistem yang pada awal, petani diberikan bibit dan saat panen, kemudian hasil panen dipotong untuk pembayaran bibit tersebut. Di ADC IPB-ICDF Taiwan, sistem yarnen diberlakukan potongan 25% untuk pelunasan bibit tiap pengiriman jambu. Bentuk kemitraan yang dibangun antara petani dengan TTM yaitu petani berperan sebagai produsen utama dari komoditikomoditi yang dikembangkan dan TTM berperan sebagai tenaga pendamping bagi petani untuk mendapatkan produksi yang lebih baik. Petani mitra untuk jambu kristal berada di Desa Cikarawang, Desa Bantarsari dan Kabupaten Bogor yang hampir mencapai 126 orang. Jambu kristal grade A dari petani mitra akan dibeli oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan harga Rp 15.000 per kg sedangkan untuk grade B akan dibeli dengan harga Rp 7.000 per kg dan untuk grade C akan dibeli dengan harga Rp 5.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk jambu kristal grade A adalah Rp 20.000/kg dan untuk jambu kristal grade B+, B dan C adalah Rp 11.000/kg. Tampilan untuk jambu kristal dapat dilihat pada Gambar 5.
10
Gambar 5 Jambu kristal (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, 2012) Menurut Bambang (2010), tanah untuk tanaman jambu kristal dipilih tanah yang subur dan banyak mengandung unsur Nitrogen. Cara pemupukan tanaman jambu kristal : 1. Pada tanaman umur 0-1 tahun, bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan di sekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm. 2. Pada tanaman umur 1-3 tahun, pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran yang sama. 3. Pada tanaman umur 3 tahun ke atas, kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tunas hasil pemangkasan ranting, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Pengelolaan Produksi Jambu Kristal 1. Panen Jambu kristal berbuah sepanjang tahun.Biasanya panen dilakukan setiap 3-4 hari sekali dengan melakukan penjadwalan panen per line atau per petak. 2. Pembersihan buah Buah yang dipanen dari lahan biasanya dilakukan pembersihan spons dan plastik serta pencucian kulit buah di packing room. Sedangkan buah dari petani biasanya telah dibersihkan sendiri oleh masing-masing petani. 3. Penyortiran Setelah dilakukan pembersihan, jambu kristal yang telah dipanen akan disortir per grade mutunya yang dilakukan oleh penanggung jawab packing room bagian jambu kristal. Tampilan jambu kristal per grade mutu dapat dilihat pada Gambar 6.
Grade A
Grade B
Grade C
Gambar 6 Jambu kristal berdasarkan grade mutu (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, 2012)
11
Keterangan untuk standar mutu jambu kristal yang diterapkan di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor pada saat penyortiran dijabarkan pada Tabel 4. Tabel 4 Standar mutu jambu kristal per grade mutu No. Klasifikasi Grade Keterangan 1. Grade A a. Ukuran buah seragam dan memiliki bobot lebih kurang 300 gram b. Bentuk buat mendekati bulat atau bulat c. Warna kulit buah hijau muda d. Tekstur permukaan buah mulus, tidak ada bercak kecokelatan akibat serangan penyakit, kebusukan, atau akibat benturan fisik 2. Grade B a. Ukuran buah 250-300 gram b. Bentuk buah tidak bulat sempurna c. Tekstur permukaan terdapat sedikit bercak kecokelatan 3. Grade C a. Ukuran buah tidak seragam, cenderung kecil sekitar 250 gram b. Tekstur permukaan buah tidak mulus, terdapat bercak kecokelatan, terdapat cacat akibat benturan fisik c. Warna kulit buah kekuningan (terlalu matang) d. Bentuk buah tidak sempurna Sumber : ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor (2012) 4. Pengemasan Pada tahap ini buah yang telah disortir akan dipisahkan, untuk grade A akan dilakukan pengemasan yaitu dengan pemberian spons, plastik dan pemberian merek ADC IPB-ICDF TAIWAN untuk dijual ke supermarket atau toko buah. Sedangkan untuk grade B dan C akan disimpan di dalam chiller untuk dijual kepada konsumen yang membeli di tempat. 5. Penyimpanan di chiller Sebelum dikirim ke pembeli keesokan harinya, jambu kristal grade A yang telah dikemas dan dimasukkan ke dalam kardus yang telah siap kirim akan disimpan terlebih dahulu ke dalam chiller untuk menjaga kesegaran dan kualitas buah. 6. Pengiriman Pengiriman buah jambu kristal dilakukan setiap hari yaitu dari senin hingga minggu sesuai dengan project order (PO) yang diterima. Pengiriman jambu kristal produksi ADC IPB-ICDF TAIWAN antara lain ke beberapa supermarket dan toko buah di daerah Bogor dan Jakarta. Pasar jambu kristal yang telah dimasuki oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.
12
Tabel 5 Pasar jambu kristal yang tersedia 1. Margaretha 11. Grand Lucky Radio Dalam 2. Yayuk 12. Indomaret 3. Simon 13. Total Buah Wolter 4. Rezeki Ancol 14. Total Buah Menteng 5. Diamond Mag 15. Serambi Botani 6. Farmers Market Serpong 16. Yogya Pondok Bambu 7. Farmers Market KelapaGading 17. Yogya Mangga Dua 8. Farmers Market FX 18. Yogya Cimanggu 9. Farmers Market Kemang 19. Yogya Surya Kencana 10. Grand Lucky SCBD 20. Yogya Bogor Junction Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012) Process flow diagram di bawah ini menggambarkan tahapan pengelolaan produksi jambu kristal mulai dari metode okulasi untuk pembuatan bibit tanaman hingga pendistribusian ke konsumen yang terdapat pada Gambar 7. Okulasi atau grafting jambu kristal
Penanaman bibit di lahan ICDF Taiwan
Penanaman bibit di lahan petani mitra
Perawatan dan pemeliharaan tanaman (penyiraman, pembronsongan buah, pemupukan,dan pemberian pestisida)
Pemanenan buah Pendistribusian ke packing room Pembersihan buah Pensortiran
Grade A
Produk cacat (Grade B+, B dan C)
Pengemasan (pemberian spons, plastik dan label merek)
Penyimpanan
Penyimpanan
Pendistribusian ke supermarket
Penjualan langsung
Gambar 7 Process flow diagram jambu kristal ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor
Pengendalian Mutu Jambu Kristal Tahapan Define (Definisi) Masalah pengendalian mutu yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ingin memenuhi permintaan pasar adalah
13
jumlah produk cacat jambu kristal yang sangat tinggi perbandingannya dengan jumlah produksi jambu kristal grade A, ditambah lagi selisih harga yang cukup besar untuk setiap grade yang dijual oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN, hal ini akan berdampak pada pendapatan dari penjualan yang diterima perusahaan. Persentase produk cacat setiap bulannya selama tahun 2012 disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Persentase jumlah produk cacat terhadap jumlah panen Januari 2012 Desember 2012 Bulan-Tahun J. Panen (Kg) J. Cacat (Kg) % Produk cacat Januari 2012 6.386,5 4.788,9 75% Februari 2012 7.083,4 5.553,3 78% Maret 2012 3.670,4 2.868,4 78% April 2012 2.506,2 1.719,4 69% Mei 2012 677 457,2 68% Juni12 1.293,9 878,7 68% Juli 2012 5.718,6 3.667,3 64% Agustus 2012 3.176,3 2.091,6 66% September 2012 4.982,1 3.072 62% Oktober 2012 1.041,9 515,9 50% November 2012 586.5 363,3 62% Desember 2012 3.000,3 1.841,4 61% TOTAL 40.123,1 27.817,4 69% Sumber : ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor (2012) Jambu kristal grade A dijual untuk memenuhi permintaan pasar supermarket dan toko buah berskala besar. Harga per kilogramnya adalah Rp 20.000. Sedangkan untuk jambu kristal grade B dan C dijual secara langsung kepada pembeli dan distributor yang datang ke tempat serta mendirikan stand misal di Kampus IPB Darmaga dengan harga per kilogramnya adalah Rp 11.000. Perusahaan juga seringkali mengalami kerugian karena harus membuang produk cacat jambu kristal (untuk grade B+, B dan C) yang mengalami chilling injury, yaitu gangguan fisiologis yang disebabkan oleh suhu rendah (bukan suhu pembekuan) sehingga mengalami beberapa gejala kerusakan setelah dikembalikan pada suhu normal (non-chilling). (Jackman et al, 1988 dan Parkin et al, 1989 dalam Marangoni et al, 1996). Tahapan Measure (Pengukuran) Pada tahap measure atau pengukuran dilakukan pengamatan terhadap tipe kecacatan yang paling sering terjadi pada jambu kristal produksi ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan menggunakan diagram pareto. Diagram pareto dibuat dengan menggunakan data pengamatan yang dilakukan peneliti, yang telah dicatat pada kertas periksa (checksheet). Kertas periksa berisikan data frekuensi masingmasing tipe kecacatan jambu kristal yang diproduksi selama penelitian berlangsung yaitu 6 hari kerja, mulai tanggal 26 Desember 2012 hingga 3 Januari 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu Rentang waktu ini dipilih karena siklus panen jambu kristal terjadi setiap 3 atau 4 hari sekali bahkan bisa lebih cepat sehingga dalam rentang waktu enam hari kerja,
14
peneliti telah mendapatkan data jumlah per tipe kecacatan yang dihasilkan selama tiga kali panen jambu kristal baik dari lahan ADC IPB-ICDF TAIWAN maupun lahan petani. Pencatatan data pengamatan dilakukan dengan menggunakan kertas periksa. Hasil pengamatan dalam kertas periksa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kertas periksa tipe kecacatan jambu kristal tanggal 26 Desember 2012 hingga 3 Januari 2013 Tipe Kecacatan Tanggal 26 27 28 31 2 Jan 3 Jan TOTAL Des Des Des Des (buah) Bintik cokelat 496 35 91 68 545 548 1.783 Bercak kehitaman 282 26 45 45 222 145 765 Kulit mengelupas 118 5 255 94 56 528 Masih Hijau 34 12 7 32 376 461 Bakal busuk 6 1 274 76 62 419 Lembek/terlalu matang 42 12 31 86 91 262 Kotoran putih 2 4 6 Gagal okulasi 2 2 TOTAL 980 79 684 148 1.057 1.278 4.226 Dari data yang telah didapat pada Tabel 7 tersebut, diurutkan tipe kecacatan dari jumlah yang paling banyak ditemukan dalam inspeksi hingga jumlah yang paling sedikit, untuk tipe kecacatan yang memiliki persentase kurang dari 1% akan dihapuskan. Persentase jumlah cacat dari masing-masing tipe kecacatan berdasarkan hasil pengurutan dapat dilihat pada Tabel 8.. Tabel 8 Jumlah produk cacat jambu kristal menurut jenis Jumlah Persentase Jumlah (buah*) Kumulatif Bintik cokelat 1.783 42,27% 1.783 Bercak kehitaman 765 18,14% 2.548 Kulit mengelupas 528 12,52% 3.076 Masih Hijau 461 10,93% 3.537 Bakal busuk 419 9,93% 3.956 Lembek/terlalu 262 6,21% 4.218 matang TOTAL 4.218 100%
Persentase Kumulatif 42,27 % 60,41% 72,93% 83,86% 93,79% 100%
*1 kg Jambu kristal dengan ukuran normal setara dengan 5-6 buah
Hasil pengurutan persentase jumlah cacat yang ditemukan dalam inspeksi digunakan untuk mengetahui tipe kecacatan potensial yang paling banyak ditemui pada proses produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor. Dari Tabel 8 tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe kecacatan yang paling banyak ditemukan dalam inspeksi adalah bintik cokelat dan bercak kehitaman. Berdasarkan Tabel 8, juga dapat dibuat diagram pareto untuk menggambarkan tipe kecacatan jambu dari tertinggi hingga terendah.yang dapat dilihat pada Gambar 8.
15
2000 1800 1600 1400 1200 Count 1000 800 600 400 200 0
100 90 80 70 60 50 Percent 40 30 20 10 0
Gambar 8. Diagram pareto Dilihat dari hasil pengisian kuisioner (Lampiran 1) oleh tim jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan dapat ditentukan titik kritis permasalahan penyebab tipe kecacatan dari jambu kristal atau CTQ (Critical to Quality) antara lain : 1. Pembibitan : bibit gagal okulasi dikarenakan kesalahan prosedur okulasi sehingga tidak menghasilkan bibit jambu kristal tetapi jambu lokal, faktor keterlambatan melakukan tahapan okulasi menyebabkan bibit tanaman terlanjur tua sehingga produktivitas menurun 2. Keadaan lingkungan : cuaca, curah hujan. penyinaran sinar matahari, suhu udara dan kelembaban udara 3. Pemupukan : kesalahan takaran pemberian pupuk, kesalahan tata cara pemupukan dan keterlambatan pemberian pupuk 4. Perawatan : keterlambatan pemberian pestisida, kesalahan takaran pemberian pestisida, keterlambatan pembungkusan dengan plastik, keterlambatan pengontrolan dan penanganan buah yang terkena hama dan penyakit 5. Panen : keterlambatan dan/atau terlalu cepat pemetikan buah 6. Pasca panen : kesalahan metode pencucian buah sehingga merusak tekstur kulit buah, keteledoran pada saat distribusi, jarak pengiriman yang jauh, moda transportasi yang seadanya dan penyimpanan dalam chiller. Langkah selanjutnya pada tahapan measure atau pengukuran yaitu dilakukan perhitungan pergeseran sigma. Nilai DPMO (Defect per million Opportunity) menunjukkan kapabilitas produksi selama periode tersebut. Dari hasil perhitungan kinerja six sigma didapatkan bahwa proses produksi jambu kristal ADC IPB-ICDF TAIWAN memiliki kapabilitas produksi yang masih rendah dilihat dari nilai DPMO yang masih cukup tinggi yaitu 124.975 artinya dalam 1.000.000 kesempatan produksi, terdapat kemungkinan 124.975 buah jambu kristal yang cacat. Hasil perhitungan nilai six sigma tersebut mengacu pada konversi nilai DPMO berdasarkan tabel Motorola's 6-Sigma Process (Normal Distribution). Perhitungan DPMO dan nilai sigma per bulan selama tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 9.
16
Tabel 9 Hasil Perhitungan nilai DPMO dan nilai six sigma Jumlah Jumlah Panen Cacat Jumlah Bulan-Tahun (Kg) (Kg) CTQ DPO Januari 2012 6.386,5 4.788,9 6 0,125 Februari 2012 7.083,4 5.553,3 6 0,131 Maret 2012 3.670,4 2.868,4 6 0,130 April 2012 2.506,2 1.719,4 6 0,114 Mei 2012 677 457,2 6 0,113 Juni 2012 1.293,9 878,7 6 0,113 Juli 2012 5.718,6 3.667,3 6 0,107 Agustus 2012 3.176,3 2.091,6 6 0,110 September 2012 4.982,1 3.072 6 0,103 Oktober 2012 1.041,9 515,9 6 0,083 November 2012 586.5 363,3 6 0,103 Desember 2012 3.000,3 1.841,4 6 0,102 Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012)
DPMO 124.975 130.665 130.249 114.343 112.555 113.185 106.881 109.750 102.768 82.526 103.240 102.290
SIX SIGMA 2,66 2,63 2,63 2,71 2,72 2,71 2,75 2,73 2,77 2,89 2,76 2,77
Dari hasil perhitungan, manfaat pencapaian sigma dari proses produksi jambu kristal masih berada di kisaran 2- sigma. Kapabilitas sigma terendah pada bulan Februari dan Maret 2012 yaitu 2,63 sigma dan tertinggi pada bulan Oktober 2012 yaitu 2,89 sigma. Grafik kapabilitas sigma per bulan selama tahun 2012 digambarkan pada Gambar 9. 3 2.9 2.8 Nilai Sigma 2.7 2.6 2.5
Gambar 9. Grafik kapabilitas sigma pada produksi jambu kristal Pengendalian mutu dengan menggunakan six sigma memang masih jarang dipakai di Indonesia. Perusahaan yang telah memakai metode ini, kebanyakan dari industri manufaktur dan perbankan. Berdasarkan perbandingan manfaat tingkat pencapaian sigma pada rata-rata industri di dunia yang terdapat pada Tabel 3, tingkat pencapaian rata-rata industri di Indonesia masih berada di kisaran 2sigma. Pencapaian tingkat sigma ini masih sangat jauh dari target kapabilitas sigma yang mencapai 6 sigma atau 3,4 DPMO. Begitu juga dalam penelitian ini, perhitungan sigma yang dilakukan pada perusahaan yang bergerak di agribisnis yaitu ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor masih rendah yaitu berada di kisaran 2sigma. Perusahaan yang bergerak di agribisnis memang lebih sulit untuk menerapkan metode six sigma yaitu pengendalian mutu dengan target pencapaian yang sangat ketat atau tingkat kecacatan mendekati nol (zero defect). Hal ini dikarenakan produk agribisnis yang rentan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
17
alam yang sulit untuk dikendalikan. Dengan demikian, untuk saat ini ADC IPBICDF Taiwan, Bogor masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada proses produksi jambu kristal dan sangat membutuhkan effort yang tinggi untuk mewujudkan kondisi zero defect. Tahapan Analyze (Analisis) Pada Gambar 10 menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan bakal busuk dan bonyok atau remuk . Pendistribusian
Kelalaian pekerja Kelebihan pemberian pestisida
Kelalaian pemberian penahan benturan
Jarak distribusi jauh
Kelalaian dalam pencucian buah
Benturan
Moda transportasi seadanya
Keterlambatan Pemanenan buah
Bakal busuk Bonyok atau remuk
Jarak penanaman rapat Kelembaban tinggi
Terlalu lama dalam chiller
Infeksi cendawan
Suhu ekstrem
Lingkungan
Penyimpanan
Penyakit dan hama
Gambar 10. Diagram sebab akibat bakal busuk dan bonyok atau remuk Sedangkan pada Gambar 11, tulang ikan menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan bintik atau bercak cokelat kehitaman pada kulit buah jambu kristal. Lingkungan
Hama
Penyakit tanaman
Serangan kutu buah
Suhu rendah
Kelembaban tinggi
Tidak rutin dalam memberi pestisida
Ranting yang sakit
Kurang tanggap Pengendalian hama
Kelebihan dalam Pemberian pestisida
Metode perawatan
Bercak daun Sejak kecil
Serangan ulat buah
Bintik atau bercak coklat kehitaman Plastik pelindung Kurang rapat
Keterlambatan Pembronsongan buah
Kelalaian pekerja
Gambar 11. Diagram sebab akibat bintik atau bercak cokelat kehitaman Diagram sebab akibat untuk penyebab dari tipe kecacatan yang lain seperti kulit buah mengeluas, buah masih hijau, buah terlalu matang, kotoran putih pada kulit buah dan tanaman yang tidak menghasilkan jambu kristal dapat dilihat pada Gambar 12.
18
Buah belum matang
Kulit buah mengelupas
Gesekan saat distribusi
Terlalu cepat dipanen Kesalahan Penjadwalan pemanenan
Tidak memakai Plastik pelindung buah
Pekerja salah melihat
Serangan hama Ulat putih
Gagal okulasi
Produk cacat Jambu kristal
Kesalahan Metode okulasi Tanaman tidak Menghasilkan Jambu kristal
Kotoran putih
Gambar 12. Diagram sebab akibat produk cacat jambu kristal Selain itu, dari hasil wawancara dengan tim jambu kristal dari ADC IPB ICDF Taiwan dan observasi ke lapangan, didapatkan fakta bahwa kekurangan pasokan jambu kristal dari perusahaan dikarenakan adanya sistem gabruk hasil panen dari lahan petani mitra. Sistem gabruk adalah penjualan hasil panen jambu kristal ke pengumpul atau tengkulak tanpa dilakukan pensortiran terlebih dahulu dengan pemberlakuan satu harga untuk setiap grade yaitu sekitar Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram. Dari hasil wawancara dengan salah satu petani mitra sekaligus pengumpul hasil panen dari 11 orang petani di Desa Bantarsari dan sekitarnya, jumlah hasil panen rata-rata perbulan yang mereka kirim ke ADC IPBICDF Taiwan dibandingkan ke pasar lain seperti bazar Kementerian Pertanian, stand di Dinas Pertanian dan kehutanan Bogor, stand di kantor Walikota Bogor dan beberapa supermarket yang menjadi langganan petani adalah 1:5. Hal ini menyimpulkan loyalitas petani mitra yang masih kurang terhadap perusahaan dikarenakan hasil panen mereka tidak seluruhnya dikirim ke kantor ADC IPBICDF Taiwan, Bogor. Beberapa alasan petani yang melakukan sistem gabruk antara lain hasil panen yang sedikit ditambah lagi lokasi kantor yang jauh dari lahan petani mitra serta biaya transportasi yang tidak sebanding dengan hasil penjualan panen yang mereka terima saat menjual ke ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjual hasil panen mereka dengan sistem gabruk bahkan ada beberapa petani yang memberlakukan sistem pembelian “jemput” yaitu pembeli datang langsung ke tempat pengumpul dikarenakan dari hasil kumulatif pendapatan penjualan lebih menguntungkan. Tahapan Improve (Perbaikan) Tipe kecacatan jambu kristal dibagi menjadi penyebab yang sulit dikendalikan dan mudah dikendalikan. Tipe kecacatan seperti bakal busuk dan bintik cokelat atau bercak kehitaman adalah beberapa tipe kecacatan yang sulit untuk dikendalikan disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, penyakit dan hama serta faktor human error. Sehingga risiko terjadinya tipe kecacatan ini memiliki peluang yang sangat tinggi. Sedangkan, tipe kecacatan kulit buah mengelupas, buah masih hijau dan buah kematangan adalah beberapa tipe kecacatan yang mudah dikendalikan disebabkan oleh faktor kesalahan pekerja
19
seperti keteledoran yang sebenarnya bisa dihindari, sehingga akan berdampak pada penurunan jumlah produk cacat. Penanggulangan tipe kecacatan jambu kristal yang sulit dikendalikan dimulai dengan mengetahui penyebab potensial yang menyebabkan kecacatan dari prioritas tertinggi hingga terendah dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), untuk dijadikan dasar merumuskan rekomendasi action planbagi perusahaan. Penilaian kuisioner untuk metode FMEA yaitu skor SEV (Severity), OCC (Occur) dan DET (Detect) setiap item penyebab kecacatan jambu kristal dilakukan oleh tim jambu kristal ADC IPB-ICDF TAIWAN. Berdasarkan penilaian tersebut dapat dihitung RPN (Risk Priority Number) yaitu hasil perkalian dari SEV, OCC, dan DET. Responden memberikan skor dari 1-10 pada kolom SEV (Severity) yaitu tingkat keseriusan atau keparahan yang akan diakibatkan oleh setiap mode kegagalan, OCC (Occur) adalah tingkat kemungkinan terjadinya kegagalan dan DET (Detect) adalah tingkat pendeteksian kegagalan diakibatkan kemungkinan lolosnya penyebab kegagalan dari tindakan kontrol yang sudah dilakukan perusahaan. Dari hasil diskusi dengan tim jambu kristal (diagram FMEA dapat dilihat pada Lampiran 2) didapatkan prioritas item atau modus kegagalan potensial dari tertinggi hingga terendah untuk penyebab kecacatan bintik atau bercak pada kulit buah jambu kristal adalah : 1. Kelalaian pekerja dalam memberikan pestisida karena kelelahan atau akibat beriteraksi dengan sesama pekerja (RPN=200) 2. Kelalaian pekerja dalam pengendalian hama tanaman misal kurang tanggap mendeteksi adanya tanaman yang terserang hama atau penyakit (RPN=162) 3. Kondisi lingkungan yang memiliki suhu lembab dan teduh mendukung perkembangbiakan hama sehingga serangan hama meningkat dan menyerang buah (RPN=128) 4. Bibit tanaman yang membawa penyakit bercak pada tanaman (RPN=96) Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial dari kecacatan produk jambu kristal berupa bintik atau bercak kecokelatan pada kulit buah yaitu dengan cara melakukan pengontrolan pekerja saat pemberian pestisida yang telah terjadwal untuk menghindari kelalaian pekerja yang kelebihan dalam memberikan dosis dan segera membuang jambu kristal yang telah terlihat memiliki bintik atau bercak cokelat kehitaman yang melebar karena hama atau penyakit agar tidak terkena ke buah jambu kristal yang lain. Selain itu juga, dibuat shift bagi pekerja untuk pembagian pekerjaan dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman. Hal ini dilakukan agar penanganan seluruh tanaman jambu kristal lebih terkendali dan terawasi untuk mencegah kelalaian dalam pengendalian hama dikarenakan lahan yang cukup luas. Sedangkan untuk tipe kecacatan bakal busuk pada jambu kristal, berdasarkan penilaian terhadap SEV, Occur dan Detect (diagram FMEA dapat dilihat pada Lampiran 3) didapatkan kesimpulan bahwa penyebab mode kegagalan potensial berdasarkan prioritas tertinggi ke terendah adalah: 1. Kelalaian pekerja dalam pemanenan misal karena buah terlambat dipanen sehingga terlalu matang di pohon (RPN=216) 2. Kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida misal kelebihan pestisida menyebabkan kulit buah berwarna merah (RPN=192)
20
3. Pendistribusian dari petani dikarenakan moda transportasi yang seadanya dan jarak distribusi yang jauh dari kantorADC IPB-ICDF Taiwan (RPN=189) 4. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman yang menyebabkan bakal busuk pada buah misal berupa infeksi cendawan Botryodiplodia thebromaepat (RPN=162) 5. Kondisi lingkungan misal kelembaban yang tinggi dan penanaman tanaman yang terlalu rapat jaraknya (RPN=112) Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial dari kecacatan produk jambu kristal berupa bakal busuk pada buah yaitu dengan cara pembuatan shift pekerja atau penjadwalan pemanenan buah yang teratur agar lebih terkendali dan buah yang telah matang tidak terlambat dipanen. Penanganan serta pengendalian hama dan penyakit harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Perawatan harus lebih rutin dilakukan pada musim hujan karena serangan hama lebih banyak terjadi pada musim ini dikarenakan suhu dan kelembaban yang mendukung perkembangan hama tersebut. Sedangkan, penanggulangan untuk tipe kecacatan yang mudah dikendalikan harus dilakukan lebih intensif dan ketat. Misal untuk tipe kecacatan buah masih hijau dan buah kematangan yang disebabkan oleh keteledoran pekerja saat pemanenan, bisa ditanggulangi dengan pengawasan yang ketat ketika masa panen. Selain itu,tipe kecacatan kulit buah mengelupas yang disebabkan oleh keteledoran petani mitra pada saat pasca panen yaitu pendistribusian ke kantor ADC IPBICDF Taiwan, bisa ditanggulangi dengan memberikan edukasi kepada petani untuk lebih berhati-hati dan telaten dalam melakukan pembersihan buah agar tidak merusak tekstur dan kemulusan kulit buah serta memberikan penahan benturan yang berlapis seperti koran atau kertas bekas agar buah tidak remuk atau bonyok saat pendistribusian. Dalam jangka panjang, perusahaan perlu memikirkan lebih lanjut untuk melakukan investasi dengan pendirian kantor cabang baru di daerah penghasil jambu kristal dari petani mitra yang berpotensi tinggi meningkatkan produksi misal di Desa Bantarsari. Sehingga hasil panen petani mitra lebih mudah terdistribusikan dengan peluang reject yang lebih kecil, dengan demikian produksi jambu kristal akan meningkat. Tahapan Control (Pengendalian) Pada tahapan control, batasan penelitian ini hanya sampai penentuan standar pengukuran yang didapat dari perhitungan garis sentral (Central Limit) pada peta kendali. Garis sentral (CL) melukiskan nilai baku yang menjadi dasar perhitungan terjadinya penyimpangan hasil–hasil pengamatan untuk tiap sampel. UCL (Upper Control Limit) atau batas kontrol atas adalah garis yang menunjukkan penyimpangan paling tinggi dari nilai baku dan LCL (Lower Control Limit) atau batas kontrol bawah adalah batas penyimpangan yang paling rendah. Nilai tiap sampel berdasarkan statistik dihitung dan kemudian digambarkan dengan titiktitik dan dihubungkan dengan garis untuk dianalisis. Apabila titik-titik berada dalam daerah yang dibatasi oleh UCL dan LCL, maka proses produksi berada dalam kontrol sehingga penyimpangan kualitas masih dapat ditolerir. Sebaliknya bila titik-titik berada di luar batas UCL dan LCL, maka proses produksi berada di luar kontrol. (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005)
21
Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah sebagai berikut (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005) : 1. Menentukan standar mutu proses 2. Menentukan data yang dibutuhkan 3. Menghitung rata-rata produksi per periode ( a ) yaitu 3343.6 kg 4. Menghitung rata-rata kerusakan per periode ( c ) yaitu 2318,1 Kg 5. Hitung kerusakan maksimum dan kerusakan minimum Kerusakan maksimum = c + 3 √ c ……………………………………... ( 3 ) = 2.462,6 Kg Kerusakan minimum = c - 3 √ c ……………………………………… ( 4 ) = 2.173,7Kg 6. Tentukan CL, UCL dan LCL CL : Rata-rata jumlah kerusakan per periode ( c ) / rata-rata produksi per periode ( a ) CL = 69% UCL : Kerusakan maksimum / a x 100% ………………………………. ( 5 ) UCL = 74% LCL : Kerusakan minimum / a x 100% ………………………………… ( 6 ) LCL = 65% Menurut Hatani (2007), produk cacat atau rusak yang mencapai atau melebihi Batas Kendali Atas (UCL), maka proses produksi yang dilakukan perusahaan dianggap tidak efektif. Sedangkan produk cacat atau rusak berada di Batas Kendali Bawah (LCL), maka proses produksi perusahaan dianggap cukup efektif. Pada bulan Juli, September, Oktober, November dan Desember 2012, persentase kecacatan produk jambu kristal berada di bawah Batas Kendali Bawah (LCL). Hal ini artinya proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan pada kelima bulan ini cukup efektif. Penyimpangan kualitas yang masih bisa ditolerir terjadi pada proses produksi bulan Mei, Juni dan Agustus 2012, karena persentase kecacatan jambu kristal masih berada pada daerah yang dibatasi oleh UCL dan LCL. Begitu juga pada bulan April 2012, penyimpangan kualitas tepat mencapai garis sentral yaitu 69% sehingga penyimpangan pada bulan ini dianggap masih bisa ditolerir. Sedangkan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2012, persentase kecacatan jambu kristal melebihi Batas Kendali Atas, artinya proses produksi pada ketiga bulan ini tidak efektif. Berdasarkan pencapaian tingkat sigma tersebut, perusahaan masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada proses produksi jambu kristal dan membutuhkan effort pengendalian mutu produk yang cukup tinggi untuk mewujudkan kondisi zero defect atau tingkat kecacatan mendekati nol. Peta kendali penyimpangan kualitas jambu 21ristal produksi dari ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor per bulan selama tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 13.
22
80%
UCL = 74%
75%
CL = 69%
70%
LCL = 65%
65% 60% 55% 50%
Gambar 13 Peta kendali penyimpangan kualitas jambu kristal tahun 2012
Implikasi Manajerial Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk jangka pendek antara lain : 1) melakukan tindakan yang tanggap terhadap tanaman atau buah yang telah terkena hama dan penyakit dengan cara sanitasi kebun, 2) menggiatkan intensifikasi lahan seperti pemangkasan, perebahan tanaman dan pemberian fungisida dengan pengawasan yang lebih ketat terutama saat high season (bulanbulan saat produktivitas jambu kristal tinggi) misal membuat kartu laporan pengawasan pekerja yang berisi rincian pekerjaan disertai dengan jadwal pekerjaan rutin setiap hari kerja yang harus dilakukan oleh pekerja dan wajib dilaporkan ke tim pengawas, dan 3) pembagian shift pekerja yang lebih teratur dan penjadwalan pekerjaan yang lebih tertata yaitu dengan pembinaan dan pemahaman kembali SOP perawatan dan pemeliharaan. Tindakan perbaikan untuk jangka menengah antara lain : 1) peningkatan efektivitas dari aktivitas pertemuan rutin dengan kelompok petani misal membuat stand informasi“asking centre” bagi petani mitra dan pemberian reward bagi petani mitra teladan pada berbagai kategori misal produktivitas tertinggi, loyalitas dan sebagainya, yang diharapkan dapat mendongkrak hasil panen dan memotivasi petani mitra agar melakukan upaya peningkatan kualitas jambu kristal di lahan mereka, 2) melakukan penambahan petani mitra yang sesuai dengan spesifikasi perusahaan dan menerapkan perjanjian kontrak, 3) peningkatan kapabilitas karyawan melalui pelatihan dan bimbingan untuk penerapan manajemen yang efektif. Sedangkan tindakan perbaikan untuk jangka panjang antara lain : 1) melakukan ekstensifikasi lahan yaitu perluasan lahan milik ADC IPB-ICDF TAIWAN dan/atau kantor cabang baru di Desa Bantarsari untuk mengurangi produk reject dari petani mitra disebabkan oleh keteledoran saat pendistribusian sehingga akan berdampak untuk meningkatkan hasil panen jambu kristal, dan 2) melakukan tindakan persiapan untuk mendapatkan sertifikasi ISO (International Standard Organization) seperti audit internal mutu jambu kristal.
23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Tahapan pengelolaan produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF TAIWAN antara lain pemanenan, pembersihan buah, penyortiran, pengemasan, penyimpanan di chiller dan pengiriman. 2. Berdasarkan hasil analisis pengendalian mutu jambu kristal produksi ADC IPB-ICDF TAIWAN, persentase kecacatan jambu kristal selama tahun 2012 adalah 69% dari keseluruhan total jumlah panen. Jenis kecacatan yang biasanya terjadi antara lain bintik atau noda cokelat kehitaman, kulit mengelupas, buah masih hijau atau belum matang, buah lembek atau terlalu matang, dan penyakit bakal busuk pada buah. Dilihat dari seluruh tahapan proses produksi, maka didapatkan enam Critical to quality (CTQ) penyebab produk cacat antara lain pembibitan, keadaan lingkungan, pemupukan, perawatan, panen dan pasca panen. Proses produksi yang tidak efektif terjadi pada bulan Januari, Februari dan Maret 2012 dikarenakan persentase kecacatan jambu kristal pada bulanbulan tersebut melebihi Batas Kendali Atas yang ditetapkan yaitu 74%. Sehingga, penyimpangan kualitas dari produk jambu kristal harus di kendalikan oleh perusahaan dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebab potensial kecacatan produk 3. Penyebab potensial kecacatan jambu kristal antara lain penyakit tanaman, serangan hama seperti ulat dan kutu buah, kondisi lingkungan yang memiliki suhu rendah dan kelembaban tinggi, faktor human error, kesalahan operasional seperti keterlambatan pekerja dalam membronsong buah dengan rapat dan juga dalam penanganan jambu kristal yang telah terkena hama dan penyakit, kesalahan saat pemanenan dan keteledoran dalam pendistribusian. 4. Berdasarkan perhitungan sigmadidapatkan hasil bahwa kapabilitas sigma pada bulan Januari hingga Desember 2012 pada produksi jambu kristal di ADC IPBICDF TAIWAN masih berada di kisaran 2- sigma. Kapabilitas sigma terendah pada bulan Februari dan Maret 2012 yaitu 2,63 sigma dan tertinggi pada bulan Oktober 2012 yaitu 2,89 sigma. Hal ini menunjukkan defect yang dihasilkan masih banyak dan masih berada di bawah target kapabilitas six sigma. Sehingga, perusahaan masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada proses produksi jambu kristal dan membutuhkan effort yang tinggi untuk mewujudkan kondisi zero defect atau tingkat kecacatan mendekati nol.
Saran Tidak hanya saran untuk perusahaan saja, penulis juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya diantaranya adalah: a. Penelitian untuk mengukur tingkat risiko produksi jambu kristal antara lahan ADC IPB-ICDF TAIWAN dan lahan petani mitra b. Penelitian untuk perhitungan kinerja rantai pasok jambu kristal ICDF Taiwan c. Penelitian lanjutan studi kelayakan proyek pembangunan kantor cabang ADC IPB-ICDF Taiwan di Desa Bantarsari.
24
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2010. Sukses Budi Daya Jambu biji di Pekarangan dan Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher Cendrawati, NI. 2007. Rancangan Pengendalian Mutu dengan Metode Six sigma pada Divisi Spinning PT Unitex Tbk Bogor.Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dewi, Shanti K. 2012. Minimasi Defect Product dengan Konsep Six sigma.Vol. 13 No 1.43-50. Jurnal pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hatani, La. 2007. Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui Statistical Quality Control (Studi Kasus pada Perusahaan Roti Rizky Kendari). Jurnal pada Jurusan Manajemen UNHALU. Hesvita. 2012. Analisis Pengendalian Mutu Produk Palm Sugar pada CV Dwi Sarana Mandiri. Tangerang. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kokoelieser._____.Budidaya Jambu kristal. www.scribd.com (terhubung berkala) http://www.scribd.com/doc/100917512/Budidaya-Jambu-Biji-Kristal (27 September 2012). Montgomery, DC. 2009. Introduction To Statistical Quality Control Sixth Edition. USA: John Wiley and Sons Inc. Miranda, Amin WT. 2006. Six sigma, Gambaran Umum, Penerapan Proses dan Metode yang digunakan untuk Perbaikan. Yogyakarta: Harvarindo. Nasution, MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total QualityManagement). Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Ramadhani M, Farizam A, Basuki DK. Sistem Pendukung Keputusan Identifikasi Penyebab Susut Distribusi Energi Listrik Menggunakan Metode FMEA. Jurnal pada Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Rizky M, Limbong WH, Suharjo B. Kajian Manajemen Mutu Perspektif Six sigma pada perusahaan Elsari Brownies dan Bakery Bogor. Vol 6 No 1.39-48. Jurnal pada Manajemen IKM. Sartin. 2008. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Defect pada Produk Bussing dengan Metode Six sigma di PT MWS Surabaya. Jurnal pada FTI UNPV Jawa Timur. Solichin, I. 2006. Analisis Manajemen Kualitas Perspektif Six sigma pada Divisi Produksi Bagian Fish Fillet PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tanjung Priok, Jakarta Utara. Jurnal pada Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan Institut Pertanian Bogor.
[ADC IPB-ICDF TAIWAN] Agribussiness Development Centre Institut Pertanian Bogor Taiwan International Cooperation and Development Fund. Data perusahaan.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Kuisioner penentuan CTQ produk jambu kristal Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui Titik Kritis Pengendalian mutu (Critical to Quality/CTQ) dari produk jambu kristal. Berikut ini beberapa CTQ mutujambu kristal. Beri checklist (√) pada kotak skor dengan skala 1-5 untuk setiap poin CTQ di bawah ini : Keterangan: (1) Sangat tidak berpengaruh (2) Tidak berpengaruh (3) Cukup berpengaruh (4) Berpengaruh (5) Sangat berpengaruh 1. Pembibitan : bibit gagal okulasi dikarenakan kesalahan prosedur okulasi sehingga tidak menghasilkan bibit jambu kristal tetapi jambu taiwan 2, faktor keterlambatan tahapan okulasi sehingga bibit tanaman terlanjur tua menyebabkan produktivitas menurun 1
2
3
4
5
2. Keadaan lingkungan : cuaca, curah hujan. penyinaran sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara 1
2
3
4
5
3. Pemupukan : kesalahan takaran pemberian pupuk, salah tata cara pemupukan, keterlambatan pemberian pupuk 1
2
3
4
5
4. Perawatan : keterlambatan pemberian pestisida, takaran pemberian pestisida yang berlebihan dan atau kurang, keterlambatan pembungkusan dengan plastik. pemeriksaan dan penanganan buah yang terkena hama terlambat 1
2
3
4
5
5. Panen : keterlambatan dan atau terlalu cepat pemetikan buah 1
2
3
4
5
6. Pasca panen : kesalahan metode pencucian buah sehingga merusak tekstur kulit buah, keledoran pada saat distribusi sehingga buah bonyok dan remuk, jarak pengiriman yang jauh dan moda transportasi yang seadanya, penyimpanan yang terlalu lama dalam chiller. 1
2
3
4
5
1
26
Lampiran 2. Diagram FMEA untuk kecacatan bintik atau bercak kecokelatan pada kulit buah Item
Modus Kegagalan Potensial
Effect Kegagalan Potensial
S E V
Kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida Kelalaian pekerja dalam pengendalian hama
Kelebihan pestisida
Warna kulit buah merah kecokelatan
10
Hama ulat buah dan kutu menyerang kulit buah
Bintik atau noda kecokelatan pada kulit buah
9
Kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan infeksi hama
Kondisi lembab dan teduh mendukung perkembangbiakan hama
Bintik atau noda kecokelatan pada kulit buah
8
C Penyebab L Potensial A S S
O C C U R
Desain Kontrol Pencegahan
Desain Kontrol Deteksi
Petugas tidak fokus karena kelelahan/ berinteraksi Petugas kewalahan menangani banyak pekerjaan
10
Gunakan lembar check sheet dan SOP Gunakan lembar check sheet dan SOP
Buang buah yang terkena hama
Kelembaban udara cukup tinggi
8
Gunakan lembar check sheet
9
D E T E C T 2
R P N
Rekomendasi action plan
Pemenuhan Target Pencapaian
200
Pengontrolan pekerja
Lakukan penyemprotan dengan rutin
2 162
Pembagian shift pekerja
Lakukan pengendalian dan penyemprotan hama lebih rutin
2 128
Penanganan pengendalian hama yang lebih ketat saat musim hujan
pemberian pestisida sesuai aturan Pekerjaan terkendali dengan baik dan tidak ada tanaman terbengkalai Jumlah buah yang terkena hama berkurang
2
Lanjutan Lampiran 2. Item
Modus Kegagalan Potensial
Effect Kegagalan Potensial
S E V
Bibit Tanaman
Penyakit bercak daun pada bibit
Bercak hitam kecokelat -an melebar pada kulit buah
6
C Penyebab L Potensial A S S Pengendalian hama saat pembibitan kurang
O C C U R
Desain Kontrol Pencegahan
Desain Kontrol Deteksi
8
Gunakan lembar check sheet dan SOP
Buang daun yang terkena hama agar tidak menyebar ke buah
D E T E C T 2
R P N
Rekomendasi action plan
Pemenuhan Target Pencapaian
96
Penjadwalan penanganan bibit tanaman yang teratur dan pengendalian hama yang lebih rutin
Tidak terjadi kesalahan saat metode okulasi dan bibit tanaman yang dihasilkan berkualitas
27
Lampiran 3. Diagram FMEA untuk kecacatan bakal busuk pada Jambu kristal Item
Modus Kegagalan Potensial
Effect Kegagalan Potensial
S E V
Kelalaian pekerja dalam pemanenan
Buah terlambat dipanen sehingga terlalu matang di pohon Kelebihan pestisida
Buah lembek atau terlalu matang
9
Kulit buah kemerahan
8
Benturan, jatuh atau tekanan saat distribusi
Remuk. Goresan atau kulit buah mengelupas
7
Kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida
Pendistribusian buah dari petani
C Penyebab L Potensial A S S
O C C U R
Desain Kontrol Pencegahan
Desain Kontrol Deteksi
Petugas tidak fokus karena kelebihan pekerjaan/ kelelahan
8
Gunakan lembar check sheet danSOP
Penjadwalan pemanenan lebih teratur
Petugas tidak fokus karena kelelahan/ berinteraksi dengan petugas lain Moda transportasi seadanya dan jarak distribusi yang jauh
8
Gunakan lembar check sheet danSOP
9
Gunakan lembar check sheet danSOP
D E T E C T 3
R P N
Rekomendasi action plan
Pemenuhan Target Pencapaian
216
Pembagian shift pekerja
Buang buah yang telah terkena hama
3 192
Pengontrolan pekerja saat pemberian pestisida
Pemanenan terkendali dengan baik dan tidak adanya buah yang terlalu matang Pemberian pestisida sesuai aturan
Pemberian penahan benturan pada buah yang berlapis-lapis
3 189
Cara pembersihan buah lebih hati-hati dan pemberian penahan benturan yang lebih banyak
Menurunnya jumlah buah yang remuk atau bonyok saat pendistribusian
28
3
4
Lanjutan Lampiran 3 Item Modus Kegagalan Potensial
Effect S C Penyebab Kegagalan E L Potensial Potensial V A S S
O C C U R
Desain Kontrol Pencegahan
Desain Kontrol Deteksi
9
Gunakan lembar check sheet dan SOP
Buang buah yang terkena bakal busuk agar tidak menyebar
Kelembaban 8 udara yang tinggi
Gunakan lembar check sheet
Lakukan pengendalian hama dengan penyemprotan hama yang lebih rutin
Pengendalian hama dan penyakit
Infeksi cendawan Botryodiplodia theobromaepat
Penyakit bakal busuk pada buah
9
Kondisi lingkungan
Penanaman pohon terlalu rapat dan kelembaban udara yang tinggi
Buah yang 7 telah terkena bakal busuk menyebar kan ke buah lain
Pengendalian hama kurang terkendali
D E T E C T 2
R P N
Rekomen- Pemenuhan dasi Target Action plan Pencapaian
162
Pengendali -an hama lebih rutin
2 112
Tidak ada atau menurunnya jumlah buah yang terkena penyakit bakal busuk Penangan- Menurunnya an jumlah buah pengendali- yang terkena an hama penyakit yang lebih bakal busuk ketat saat musim hujan
29
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Raisha Pratidina, dilahirkan di Palembang pada tanggal 27 Agustus 1991. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Agus Sulistiyanto dan Ibu Yuli Purwaningsih. Keluarga ini sekarang bertempat tinggal di Perum Tanjung Raya Permai, Jl. M. Yunus Blok 1 no 2, Kecamatan Tanjung Senang.Kota Bandar Lampung. Riwayat pendidikan penulis bermula dari TK Melati Puspa Bandar Lampung dan setahun kemudian pindah ke TK Theobroma, Bengkulu Selatan, Kemudian dilanjutkan dengan SD Negeri 2 Siabun, Bengkulu Selatan hingga kelas 3 SD dan pindah ke SD Negeri 2. Tanjung Senang, Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke SLTP Negeri 4 Bandar Lampung hingga lulus dan melanjutkan lagi ke SMA Negeri 9 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis mengambil kuliah di program sarjana Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor hingga lulus pada tahun 2013. Pengalaman organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung pada tahun 2010-2011 menjabat sebagai Bendahara Umum dan pada tahun 2011-2012 menjabat sebagai staf Direktorat Finance Himpunan Profesi Centre of Management (COM@). Selain di bidang akademik dan organisasi, penulis juga menorehkan prestasi di beberapa perlombaan tingkat nasional antara lain Ketua PKMK Kewirausahaan yang didanai DIKTI pada tahun 2012, Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang, Juara 3 Lomba Kreasi Usaha Mahasiswa BEM Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Juara 3 Bussiness fair Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Padjajaran, Juara 3 Ide Bisnis Keamanan Pangan Kementerian Perindustrian, Juara 3 ALCOFE 2012 Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Negeri Semarang serta Juara 3 GMBCC Management Events Universitas Gadjah Mada.