ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN HIAS AIR TAWAR DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT DEF INDONESIA
PUTRI ERA LESTARI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian Mutu Produksi Ikan Hias Air Tawar dengan Metode Six Sigma di PT DEF Indonesia adalah benar karya saya dari arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Putri Era Lestari NIM H24134062
ABSTRAK PUTRI ERA LESTARI. Analisis Pengendalian Mutu Produksi Ikan Hias Air Tawar dengan Metode Six Sigma di PT DEF Indonesia. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI. PT DEF Indonesia adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang ekspor dan budidaya ikan hias air tawar. Tingginya persentase ikan mati memaksa PT DEF untuk terus melakukan pengendalian mutu. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab cacat berupa ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor menggunakan biaya mutu, menganalisis level sigma,mengidentifikasi faktor penyebab cacat. Data primer yang digunakan bersumber dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder merupakan data yang diberikan perusahaan. Penelitian menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control).Tingginaya biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal yang mengakibatkan tingginya ikan mati karena rendahnya tindak pencegahan. Level sigma untuk ikan budidaya yaitu 2.63 dan ikan ekspor 3.56. Analisa penyebab banyaknya ikan mati dengan fishbone diagram yaitu tingginya nilai TDS air (proses), kualitas awal ikan hias (input), dan faktor eksternal konsumen (output). Kata kunci : ikan hias, pengendalian mutu, six sigma
ABSTRACT PUTRI ERA LESTARI. Analysis of Quality Control Freshwater Ornamental Fish using Six Sigma Method in DEF Indonesia PT. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI. PT DEF Indonesia is the exporting company which produces and also cultivates aqua-cultured fishes. Because the high percentage of dead fishes, make PT DEF to keep and doing the quality control. The purposes of this study were to identify the main causes of dead fishes and return from exportwith quality cost approach, analyze the sigma level to determine the six sigma’s stages, identify factors causes of dead fishes and return from export. This study used DMAIC method (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control). The highest of dead fishes from the intenal and external failure because low the prevention. Sigma level on cultivating is 2,63 and 3,56 sigma level on exporting. Fish bone diagrams showed the main three causes such as highly TDS water (process), the fish supplier’s initial quality (input), and external factor from customers (output). Keywords : freshwater ornamental fish, quality control, six sigma
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN HIAS AIR TAWAR DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT DEF INDONESIA
PUTRI ERA LESTARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini ialah pengendalian mutu dengan judul Analisis Pengendalian Mutu Produksi Ikan HiasAir Tawar dengan Metode Six Sigma di PT DEF Indonesia. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, S Hut, MM selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan kesempatan, saran, ide, dan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh pegawai PT DEF Indonesia sehingga data penelitian dapat terkumpul. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Adik, serta seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016 Putri Era Lestari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Mutu Biaya Mutu Pengendalian Mutu Penelitian Terdahulu METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT DEF Indonesia Tahapan Six Sigma Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii xii xii 1 1 2 3 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 6 7 7 10 27 28 29 32
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia 2011-2012 Data ikan mati pengembalian ekspor dan karantina Metodologi Six Sigma DMAIC Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma Biaya mutu PTDEF Indonesia Perumusan masalah biaya mutu Data ikan mati pengembalian ekspor dan karantina* Konversi nilai DPMO Rekapitulasi hasil uji regresi* Rekapitulasi hasil uji regresi* Rekapitulasi hasil uji regresi logistik Tindak perbaikan proses
1 2 6 7 11 12 13 14 17 17 24 26
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kerangka pemikiran penelitian Diagram alir proses budidaya ikan hias Diagram alir proses ekspor ikan hias Bagan proses produksi Bagan kendali ikan mati bulan April Bagan kendali ikan mati bulan Mei Diagram sebab-akibat TDS Tinggi Bagan kendali pengembalian ikan bulan April Bagan kendali pengembalian ikan bulan Mei Diagram pareto pengembalian ekspor Diagram pareto ikan mati karantina Persentase pengiriman ikan untuk karantina-ekspor Diagram sebab-akibat ikan tidak standar dari pemasok
5 8 9 15 16 16 18 21 21 22 22 23 23
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Data ikan mati di karantina Data pengembalian ikan ekspor Tabel konversi nilai DPMO Data all inspect ikan karantina Pengujian regresi linier berganda Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-suhu Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-pH Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-TDS Data ikan mati karantina Bagan kendali pengembalian ikan hias ekspor Data pengembalian ekspor Hasil uji regresi logistik ikan karantina Hasil uji regresi logistik pengembalian ikan ekspor Standar pengemasan ikan hias ekspor
33 36 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara pengekspor ikan hias selain Ceko, Thailand, Jepang dan Singapura. Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia setelah Brazil, Indonesia memiliki banyak jenis spesies ikan hias. Sumber ikan hias dapat berasal dari air laut atau air tawar. Hingga saat ini di Indonesia terdapat 700 spesies ikan hias air laut. Lebih dari 280 jenis ikan hias air laut diperdagangkan untuk tujuan ekspor (Risnandar 2015). Permintaan ikan hias terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Dari tahun 1985 sampai hari ini, pertumbuhan perdagangan ikan hias dunia sekitar 14 persen setahun (Erlinda 2015). Wilayah sebaran produksi ikan hias di Indonesia terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Melihat peluang yang begitu menjanjikan, maka bisnis ikan hias dapat memberikan keuntungan besar bagi produsen di Indonesia. Volume dan nilai ekspor ikan hias (nomor 22) mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 seperti terlihat pada Tabel 1. Data ini dapat menjadi acuan bahwa ekspor ikan hias dapat dijadikan bisnis yang menjanjikan baik untuk perorangan ataupun negara (DJPPHP KKP 2012). Tabel 1 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia menurut komoditi, 2011-2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Produk Udang tidak beku Udang beku Udang (kaleng) Tuna segar Tuna beku Tuna (kaleng) Ikan lain hidup/segar Ikan lainnya beku Kering/asap/asin Ikan lainnya (kaleng) Kepiting segar/dingin Kepiting beku Kepiting (kaleng) Paha kodok Ubur-ubur Siput/bekicot Kerupuk udang Lemak&minyak ikan Rumput laut kering Kulit kerang/koral Mutiara Ikan hias Ikan teri kering/asin Hasil perikanan lain Total
Volume (Ton) 2012 2011 6.582 4.158 112.066 109.980 15.170 43.923 10.248 13.332 95.481 58.453 72.185 69.989 103.811 359.496 388.626 199.436 18.697 37.111 22.744 22.250 13.064 8.594 2.393 3.673 4.283 10.822 2.694 4.145 11.698 0 3.190 2.114 7.556 8.674 376 183 174.011 160.948 5.631 11.548 336 984 1.896 1.757 1.221 1.580 155.158 26.190 1 229.114 1 159.349
Sumber: Direktorat Jendral PPHP KKP Tahun 2012
Trend (%) 58.29 1.90 -65.46 -23.13 63.35 3.14 -71.12 94.86 -49.62 2.22 52.01 -34.84 -60.42 -35.11 50.94 -12.89 104.89 8.12 -51.24 -65.87 7.88 -22.75 492.42 6.02
Nilai (US$ 1 000) 2012 2011 43.066 16.932 986.024 1 000.56 79.669 292.178 71.022 88.026 228.870 131.414 351.535 279.151 237.467 363.186 547.084 538.581 82.519 119.689 55.992 53.945 76.545 32.383 25.727 46.075 67.718 183.863 14.850 20.340 9.952 7.392 4.954 16.181 19.172 997 6.633 177.922 170.214 7.500 8.564 31.186 34.251 21.015 13.262 8.221 11.912 705.204 85.802 3 853.658 3 521.09
Trend (%) 154.35 -1.45 -72.73 -19.32 74.16 25.93 -34.62 1.58 -31.06 3.79 136.38 -44.16 -63.17 -26.99 49.21 -15.60 -84.96 4.53 -12.43 -8.95 58.46 -30.99 721.90 9.44
2
PT DEF Indonesia adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang ekspor dan budidaya ikan hias air tawar. Walaupun baru beroperasi sejak 2011, PT DEF telah mengembangkan fasilitas dengan teknologi moderrn dalam ekspor ikan hias untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Banyaknya persaingan baik nasional maupun internasional, membuat PT DEF harus memperhatikan dengan baik kualitas ikan hias. Namun hal ini bertolak belakang dengan banyaknya ikan hias yang mati di karantina ataupun saat ekspor pada bulan April dan Mei seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel2 Data ikan mati pengembalian ekspor dan karantina No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Pengiriman ekspor awal (ekor) Pengembalian ikan ekspor cacat/mati (ekor) % pengembalian ikan Stok ikan awal (ekor) Ikan mati di karantina (ekor) % ikan mati di karantina Total ikan mati karantina dan ekspor
April 131 266 8 486 6.5 109 416 24 275 22.2 32 761
Mei 113 742 10 385 9.1 85 141 18 473 21.7 28 858
Rata-rata 9 436 7.8 21 374 21.95 30 809
Sumber: Data internal pengembalian ekspor dan karantina PT DEF 2015 Tingginya persentase pengembalian ekspor (7.8%) dan ikan mati di karantina (21.95%) mengharuskan PT DEF melakukan pengendalian mutu.Six Sigma merupakan salah satu metode pengendalian mutu yang digunakan dalam penelitian ini. Six Sigmadidefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas dan memenuhi kebutuhan pelanggan berupa produk berkualitas (Evans dan Lindsay 2007). Permasalahan tersebut menjadi latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan dengan judul Analisis Pengendalian Mutu Produksi Ikan Hias Air Tawar dengan Metode Six Sigma di PT DEF Indonesia. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah biaya mutu memiliki pengaruh terhadap kecacatan produk yaitu ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor? 2. Berapakah level sigma dari manajemen mutu di PT DEF Indonesia? 3. Apa saja faktor penyebab banyaknya ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis biaya mutu dan implikasinya terhadap kecacatan produk yaitu ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor. 2. Menganalisis level sigma dari manajemen mutu diPT DEF Indonesia.
3
3.
Menganalisis faktor penyebab banyaknya ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan mutu. 2. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan referensi selanjutnya khususnya penelitian yang terkait dengan Six Sigma. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT DEF Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Departemen Produksi dan Quality untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor serta menghitung level sigma untuk memberikan rekomendasi perbaikan mutu.
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Hias Ikan hias ialah jenis ikan baik yang berasal dari air tawar maupun laut yang dipelihara bukan untuk dikonsumsi melainkan untuk memperindah ruangan atau taman. Panorama bawah laut sering dinilai mempesona sampai banyak orang yang rela menghabiskan uang untuk menyelam. Kini kemajuan teknologi memungkinkan orang menikmati panorama laut di dalam ruangan. Ikan hias dipelihara untuk kesenangan, oleh karena itu bentuk, warna, ukuran, keserasian, dan kebiasaannya benar-benar harus diperhatikan (Risnandar 2015). Mutu Mutu adalah segala sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, produksi, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan pelanggan (Feigenbaum 1996). Biaya Mutu Biaya mutu merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas dan atau bahan serta alat-alat yang digunakan dalam menghasilkan produk yang dianggap memenuhi spesifikasi mutu, mulai dari awal proses pembuatan produk hingga sampai ke tangan konsumen. Biaya mutu perlu diidentifikasi dengan baik dan dinyatakan dengan bentuk “uang”. Biaya mutu dapat dikelompokkan menjadi
4
empat kategori utama yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal (Muhandri dan Kadarisman 2008). Pengendalian Mutu Pengendalian mutu merupakan teknik-teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Kegiatan ini mencakup monitoring suatu proses, melakukan tindakan koreksi bila terdapat ketidaksesuaian, dan menghilangkan penyebab timbulnya ketidaksesuaian (Suardi 2001). Penelitian Terdahulu Pengendalian mutu dengan metode Six Sigma ataupun Lean Six Sigma sudah banyak digunakan di industri baik industri manufacturing(skala besar-kecil) ataupun industri jasa. Pengendalian mutu dengan metode Six Sigma di industri manufacturing diantaranya pada industri yang bergerak dibidang otomotif (Astriningtias 2009), sektor pertanian (Pratidina 2013), sektor kerajinan kain (Pratiwi 2013), produksimur baut versing (Muchtiar et al. 2007), produksi shuttlecock (Putri 2010), percetakan sablon (Ghiffari et al. 2013), produksi sprocket gear (Aditya et al. 2013), dan produksi keripik apel skala UKM (Sukardi et al. 2011). Selain industri manufacturing, terdapat industri jasa yang juga menggunakan metode Six Sigma sebagai metode pengendalian mutu. Penggunaan Six Sigma pada industri jasa dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan seperti kepuasan kinerja (Rodiyah 2014), peningkatan kualitas layanan (Sulistiyowati 2008), perbaikan sistem distribusi (Sulistiyowati 2015). Metode yang sering digunakan dalam penerapan Six Sigma secara umum adalah DMAIC (Astriningtias 2009; Pratidina 2013; Pratiwi 2013; Putri 2010; Ghiffari et al.2013). Selain metode DMAIC, metode yang dapat digunakan dengan Six Sigmayaitu AHP atau Proses Hierarki Analisis (Astriningtias 2009), diagram kendali MEWMA (Aditya et al. 2013), PDSQ (Sulistiyowati 2015), serta analisa kepuasan konsumen dengan Servqual (Sulistiyowati 2008; Rodiyah 2014). Tahap Define dilakukan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dengan menggunakan beberapa metode seperti diagram SIPOC dan Value Stream Mapping (Aditya et al. 2013). Selain itu dapat menggunakan persentase cacat produk yang dimiliki perusahaan (Pratidina 2013). Tahap Measure dilakukan dengan perhitungan level sigma. Level sigma yang telah dihitung oleh masing-masing penelitian masih berada pada level sigma 3 (Pratiwi 2013; Putri 2010; Aditya et al. 2013 ). Ada pula yang sudah mencapai level sigma 4 atau dapat dikatakan se-level dengan industri USA (Sulistiyowati 2008; Sulistiyowati 2015). Namun ada pula yang masih berada pada level sigma 2 dan 1 (Pratidina 2013; Rodiyah 2014; Muchtiar et al. 2007; Ghiffari et al.2013).Tahap Analyzedilakukan untuk mengetahui penyebab masalah yaitu denganmenggunakan diagram sebab-akibat seperti yang dilakukan Pratidina (2013) untuk mencari tahu penyebab dari cacat jambu kristal yaitu karena faktor distribusi, kelalaian pekerja, lingkungan, hama dan penyakit. Tahap Improvement atau perbaikan berupa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa masalah. Tindakan perbaikan yang diusulkan oleh Pratidina (2013) dalam menghilangkan cacat jambu kristal yaitu dengan melakukan pengawasan terhadap
5
pekerja, pemanenan dan penanganan pasca panen. Tindakan perbaikan juga dapat dilakukan dengan penerapan implementasi 5S (Aditya et al. 2013; Muchtiar et al. 2007).Alat bantu untuk tahap control yang dapat digunakan yaitu bagan kendali, serta melakukan dokumentasi atau membuat standar pedoman kerja.
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian PT DEF Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang ekspor dan budidaya ikan hias air tawar. Ketatnya persaingan antara peusahaan nasional dan internasional mengharuskan perusahaan memberikan kualitas ikan terbaik. Keadaan ini bertolakbelakang dengan tingginya ikan mati di karantina yaitu 21.95% dan pengembalian ekspor sebesar 7.8% berdasarkan data internal ikan mati PT DEF Indonesia bulan April dan Mei 2015, sehingga perusahaan harus melakukan pengendalian mutu. Salah satu metode pengendalian mutu yang dipilih yaitu Six Sigma dengan menggunakan analisa DMAIC yang selanjutnya digunakanuntuk analisa faktor penyebab cacat produk yang dibagi kedalam tiga bagian yaitu analisa input, proses dan output. Rekomendasi akan diberikan setelah analisa selesai. Adapun kerangka pemikiran yang telah disebutkan dapat dilihat pada Gambar 1. PT DEF Indonesia Persaingan ekspor antara perusahaan nasional dan internasional
Kualitas pada ikan hias
Tingginya angka kematian dan pengembalian ekspor
Ikan mati karantina 21.95%
Pengembalian ekspor 7.8% Perbaikan mutu
Metode Six Sigma (DMAIC)
Analisis Faktor Penyebab Cacat
Analisa Input
Analisa Proses
Analisa Output
Kualitas ikan awal dari pemasok
Kondisi pemeliharaan lingkungan
Penanganan di konsumen
Kesimpulan dan Rekomendasi Perbaikan Mutu
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
6
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di PT DEFIndonesia, Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada Mei – Juli 2015. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung serta studi pustaka. Wawancara yang dilakukan terkait kegiatan atau proses produks. Beberapa data tertentu diperoleh dari perusahaan. Studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, skripsi, jurnal, internet serta dokumen lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode Pengolahan Data Analisa Six Sigma dilakukan secara kualitatif. Seperti yang dijelaskan Gaspersz dan Fontana 2011, untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Tabel 3 Metodologi Six Sigma DMAIC No
Fase
Langkah-langkah
1
Define (perumusan)
- Identifikasi masalah
2
Measure (pengukuran)
- Pengumpulan data - Perhitungan nilai DPMO dan level sigma
Analyze (analisa)
- Analisa penyebab masalah
Improve (perbaikan) Control (pengendalian)
- Rekomendasi solusi perbaikan - Implementasi rekomendasi solusi perbaikan
3
4 5
Tools Perhitungan biaya mutu 5Why’s Penetapan Titik Kritis Kualitas (CTQ) Perhitungan tingkat pengembalian ekspor dan ikan mati di karantina Level sigma Bagan kendali Diagam sebab akibat Diagram pareto Regresi Linier Sederhana Regresi Linier Berganda Regresi Logistik
-
- Diagram sebab akibat - Dokumentasi dan Audit - Pengendalian proses statistik
Penentuan Level Sigma menurut Pande et al. (2002) dimulai dengan melakukan perhitungan DPU dan DPMO. Defect per Unit atau DPU merupakan pengukuran tingkat kualitas output yang dihitung dengan: DPU =
Defect per Million Oppurtunities atau DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk atau proses, karena berkorelasi langsung dengan cacat. Nilai DPMO dihitung dengan: DPMO =
7
Penentuan Level Sigma dilakukan dengan konversi nilai DPMO kedalam tabel Konversi DPMO ke Nilai Sigma berdasarkan Motorola’s 6-Sigma Process (Normal Distribution Shifted 1.5-sigma). Tabel 4 Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma Tingkat Pencapaian Sigma 1 sigma 2 sigma 3 sigma 4 sigma 5 sigma 6 sigma
DPMO 691 462 (sangat tidak kompetitif) 308 538 (rata-rata industri di Indonesia) 66 807 6 210 (rata-rata Industri USA) 233 (rata-ata industri Jepang) 3.4 industri kelas dunia
Yield (Probabilitas Tanpa Cacat) 30.9% 69.2% 93.3% 99.94% 99.98% 99.9997%
Sumber: Gaspersz dan Fontana (2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT DEF Indonesia PT DEF Indonesia (DEF) merupakan perusahaan gabungan antara PT DEF dengan grup Big Fish. Alasan PT DEF bergabung dengan grup tersebut untuk memperluas pangsa pasar skala internasional dan nasional. Grup Big Fish merupakan grup pengekspor ikan hias besar yang berpusat di Singapura. Grup tersebut telah memiliki berbagai standar mutu seperti ISO 9001:2008, ISO 14001. Sehingga dalam hal ekspor PT DEF tidak mengalami kesulitan. Negara tujuan ekspor diantaranya Singapura, Malaysia, Thailand, Cina, Jepang, Korea, SriLanka, Kanada, Australia, Rusia, Turki, Swedia dan Swiss. Visi perusahaan yaitu“To Be Balance Export and Local Bussines”. Sedangkan Misi PT DEF terdiri dari: a. Menjadi perusahaan ekspor ikan hias air tawar peringkat ketiga di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun. b. Menjadi perusahaan impor ikan hias air tawar peringkat pertama di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun c. Menyeimbangkan cakupan pasar yang dimiliki, yaitu dengan proporsi 50 persen pasar dalam negeri dan 50 persen pasar luar negeri. d. Meningkatkan nilai atau volume transaksi melalui kuantitas kiriman produk kepada konsumen setiap bulan. e. Meningkatkan frekuensi jumlah kiriman setiap bulan. f. Menstabilkan perusahaan dan menambah pasar baru bagi perusahaan, g. Menghasilkan produk yang memiliki ciri khas dan berkualitas untuk para konsumen. h. Meningkatkan dan memajukan perusahaan i. Mensejahterakan para karyawan j. Mengembangkan perusahaan melalui investasi dalam unit-unit usaha baru. Lingkup bisnis yang dijalankan PT DEF Indonesia yaitu ekspor ikan hias dan budidaya ikan hias (proses karantina). Proses ekspor ikan tidak melibatkan proses internal yang terlalu panjang. Ikan yang dikirim pemasok ke perusahaan hanya berada dua hari di perusahaan untuk karantina sampai penanganan proses
8
pemberangkatan.Sedangkan untuk proses budidaya atau karantina melibatkan proses internal berupa pemeliharaan ikan langsung oleh PT DEF Indonesia. Alur proses dapat dilihat pada Gambar 2 untuk proses budidaya (karantina) dan Gambar 3 untuk proses ekspor. Pemasok
Cek ukuran, jenis, kondisi ikan
No Yes
Proses aklimatisasi
Pemasukkan ikan ke akuarium
Penghitungan kartu stok
Proses pengawasan , Cek ikan, pH, suhu, TDS No
- Kualitas air menurun : ganti dengan air baru - Ikan sakit/mati : pisahkan dari ikan sehat
Yes
Pencatatan kartu stok
Ekspor Pencatatan form ikan mati
Gambar 2 Diagram alir proses budidaya ikan hias Alur proses dimulai dengan melakukan penerimaan ikan dari pemasok sesuai permintaan marketing. Pengecekan dilakukan oleh bagian penerimaan (produksi) saat ikan datang berupa pengecekan ukuran, jenis ikan yang dipesan dan kondisi ikan (sehat, cacat). Jika terdapat ikan cacat atau sakit dalam jumlah besar, maka dilakukan pengembalian pada pemasok saat itu juga. Pihak perusahaan dapat meng-klaim jika terdapat ikan mati dalam waktu dua hari sehingga pihak pemasok dapat mengurangi jumlah tagihan. Proses aklimatisasi merupakan upaya atau tahap penyesuaian fisiologis ikan terhadap lingkungan atau tempat baru yang akan dimasukinya. Proses aklimatisasi perlu dilakukan untuk menghindari kematian ikan akibat stress. Proses aklimatisasi dilakukan terhadap ikan-ikan yang baru datang dari pemasok, ikan yang dipindahkan tempatnya atau ikan yang akan dimasukan ke dalam akuarium yang baru dikuras. Proses selanjutnya adalah proses pemasukan ikan ke akuarium dan penghitungan atau pencatatan jumlah ikan ke kartu stok. Proses pengecekan berupa pengecekan ikan dilakukan setiap hari untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Ikan yang sakit atau cacat anggota tubuhnya dipisahkan dari ikan sehat lalu dilakukan pencatatan kondisi ikan sakit, mati, atau cacat. Sedangkan pengecekan air yaitu melihat tingkat pH, suhu, TDS yang dilakukan setiap hari. Untuk aliran proses penanganan ikan hias ekspor dapat dilihat pada Gambar 3.
9
Pemasok No
Cek ukuran, jenis, kondisi ikan Yes Proses aklimatisasi
Proses pra-pengemasan
Proses pengemasan
Proses penimbangan
Proses pemberian label
Distribusi bandara
Cek karantina ikan-Lab Bandara
No Yes
Distribusi konsumen
Cek bandara
Konsumen
Gambar 3 Diagram alir proses ekspor ikan hias Alur proses awal untuk ikan ekspor tidak berbeda dengan alur budidaya sampai dengan proses aklimatisasi. Tahap selanjutnya adalah proses prapengemasan setelah proses aklimatisasi selama 1 hari dan dilanjutkan dengan tahap pengemasan. Setelah ikan siap dalam box sterofoam, tahap selanjutnya adalah melakukan penimbangan. Penimbangan box penting dilakukan untuk mengetahui berat total box yang mempengaruhi kesesuaian antara space cargo yang telah dipesan sebelumnya. Berat yang melebihi space cargo akan dikenakan denda kepada produsen. Proses distribusi pertama yaitu distribusi ikan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Terdapat pengecekan berupa pengecekan sample khususnya snail, crab dan lobster di Balai Besar Karantina Ikan. Setelah hasil sample menunjukkan bebas hama atau penyakit, maka dilanjutkan dengan mengurus berbagai dokumen terkait ekspor ikan hias ke Kantor Bea Cukai. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi, maka box-box dapat dimasukkan ke pesawat dengan terlebih dahulu melakukan penimbangan ulang. Setelah proses penanganan produk di bandara selesai, maka dilakukan pengiriman dokumen yang telah dicap, ditandatangani dan diverifikasi oleh berbagai pihak terkait ke konsumen. Jika terjadi ketidaksesuaian produk seperti ikan cacat atau mati, konsumen dapat melakukan klaim tiga hari terhitung saat produk sampai ke tangan konsumen dengan menyertakan bukti berupa foto. Atribut mutu ikan hias yang telah distandarkan oleh PT DEF Indonesia sebagai berikut:
10
1. 2. 3. 4. 5.
Ukuran ikan yang dipesan harus seragam, toleransi yang diberikan yaitu ±0.5cm. Bentuk ikan harus sesuai dengan standar ikan yang ada. Warna dan corak terlihat mengkilap, tidak kusam dan berlendir. Organ tubuh harus lengkap, tidak cacat satu bagianpun. Kondisi ikan sehat.
1. 2. 3. 4. 5.
Ikan sakit memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sirip ikan bagian atas selalu kuncup atau tidak mengembang. Ikan sering menyendiri di sudut akuarium. Ikan berenang terlalu aktif sampai menggelepar-gelepar. Kulit tubuh terlihat kusam dan berlendir atau berselaput. Terdapat bintik putih pada kulit.
Berikut beberapa jenis penyakit dan cara penanganannya yang sering menyerang ikan di karantina. 1. Bakteri Aeromonas hydrophila Ikan mengalami pengelupasan sisik, pendarahan insang dan pembengkakan pada perut ikan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik Enrofloxacine sebanyak 15ppm dan obat Oxytetracycline sebanyak 5 sampai 10ppm ke dalam air akuarium atau bak kolam. Selama masa pengobatan ikan-ikan tidak diberi makan. 2. White spot Ikan akan memiliki bintik putih di seluruh bagian kulit. Pengobatan dilakukan meneteskan Methylene blue bermerk Blitz icth atau Raid-All dengan dosis sebanyak 10ppm ke dalam air akuarium. 3. Trichodina sp. Penyakit ini menyebabkan sirip ikan rusak dan terganggunya pernapasan ikan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Oxytetracycline10ppm, Methylene blue10ppmdan garam ikan 5ppm. 4. Cacing jangkar atau Lernea cyprinaceae Parasit ini mengakibatkan kerusakan pada jaringan pernapasan, mata, ekor dan sirip. Pengobatan ikan dilakukan dengan cara menaburkan garam ikan sebanyak 5ppm pada kolam bak atau akuarium yang terinfeksi parasit ini.
TahapanSix Sigma Six Sigma didefinisikan sebagai sebuah metode peningkatan proses bisnis. Metode ini disusun berdasarkan berbagai macam tahapan secara berurutan yaitu Tahap Define (perumusan) dengan analisa pada biaya mutu.Tahap Measure (pengukuran) dengan analisa level sigma PT DEF Indonesia. Tahap Analyze (analisa) dengan analisa pada input, proses dan output.Tahap Improvement (peningkatan), dan TahapControl (pengendalian) yang dikenal dengan DMAIC.
11
Pengaruh Biaya Mutu Tahap Define berupa perumusan masalah dilakukan dengan analisa biaya mutu dan penetapan titik kritis kualitas (CTQ). 1. Analisa Biaya Mutu Justifikasi utama proyek Six Sigma harus dilihat dari sudut pandang finansial menggunakan tolak ukur seperti penghematan biaya atau pendapatan yang meningkat. Proses biaya mutu (cost of quality – COQ) seringkali membantu dalam pengidentifikasian masalah. Berikut merupakan biaya mutu PTDEF Indonesia bulan April dan Mei 2015. Tabel 5 Biaya mutu PTDEF Indonesia Kategori Biaya Mutu Pencegahan Obat ikan Pemeliharaan lingkungan Gaji karyawan Kalibrasi alat Listrik Sub Total Penilaian Audit pemasok Pengujian air Pengujian produk Handling produk Sub Total Kegagalan Internal Ikan mati saat karantina Sub Total Kegagalan Eksternal Ikan mati/cacat saat ekspor Sub Total Total
Biaya April (Rp)
Biaya Mei (Rp)
Biaya dalam 1 Tahun (Rp)
296 000 100 000 11 700 000 50 000 15 000 000 27 146 000
296 000 100 000 11 700 000 50 000 15 000 000 27 146 000
3 552 000 1 200 000 140 400 000 600 000 180 000 000 325 752 000
200 000 150 000 1 500 000 2 000 000 3 850 000
200 000 150 000 900 000 2 000 000 3 250 000
2 400 000 1 800 000 14 400 000* 24 000 000 42 600 000
28 992 529 28 992 529
25 860 939 25 860 939
329 120 810 329 120 810*
32
24 386 703 24 386 703 84 375 232
31 626 628 31 626 628 87 883 567
336 079 986* 336 079 986 1 033 552 796
33
%
32
4
100
*)estimasi dengan menggunakan rata-rata Perhitungan biaya mutu dilakukan dengan mengambil biaya mutu bulan April dan Mei yang dikalkulasikan menjadi satu tahun. Untuk biaya pengujian produk, ikan mati di karantina dan mati saat ekspor merupakan estimasi dengan menggunakan rata-rata dari bulan April dan Mei tersebut. Biaya pencegahan mencakup biaya seperti pembelian obat ikan untuk pencegahan ikan dari sakit seperti terkena cacing, jamur ataupun bakteri, pemeliharaan lingkungan seperti pembelian alat dan bahan desinfektan sepeti klorin yang digunakan untuk membersihkan aquarium, gaji karyawan yang bertanggungjawab terhadap operasional (karantina dan packing), kalibrasi alat berupa pH meter dengan menggunakan larutan bufferserta termometer, dan biaya penggunaan listrik untuk kegiatan operasional. Total dari biaya pencegahan dalam satu tahun yaitu Rp325 752 000 atau 32% dari total keseluruhan biaya mutu. Biaya penilaian tediri dari audit pemasok sekitar JaBoDeTaBek yang dilakukan setidaknya satu bulan sekali dengan memilih pemasok dengan pengiriman terbanyak atau pemasok yang kedapatan mengirim ikan diluar standar. Pengujian air merupakan titik kritis yang harus dilakukan, mengingan ikan hidup di air. Jika kualitas air tidak sesuai, maka akan mengakibatkan ikan mengalami stres lalu mati. Pengujian lengkap air dilakukan di lab eksternal di IPB dengan biaya Rp1 800 000 untuk
12
pengujian lengkap berupa kimia, fisik dan mikrobiologi. Pengujian dilakukan satu tahun sekali. Pengujian produk merupakan pengujian eksternal di karantina bandara yang dikhususkan untuk snail, crab dan lobster yang merupakan salah satu persyaratan ekspor. Terdapat perbedaan biaya pengujian produk pada April dan Mei, hal ini dikarenakan terdapat perbedaan pengiriman jumlah snail, crab dan lobster yang mempengaruhi biaya penilaian. Selain itu terdapat biaya handling selama pengiriman ke bandara. Biaya ini mencakup pengurusan dan pemeriksaan kelengkapan dokumen ekspor yang dilakukan di bandara. Total dari biaya penilaian selama satu tahun yaitu Rp42 600 000 atau 4% dari total keseluruhan biaya mutu. Biaya kegagalan internal yang ada yaitu biaya yang disebabkan karena ikan mati saat proses karantina atau budidaya. Penyebab ikan mati yaitu ikan stres karena jumlah yang terlalu banyak dalam akuarium, terkena penyakit seperti cacingan, jamur ataupun bakteri. Ikan cacat pada ekor ataupun sirip biasanya langsung dibakar terutama untuk ikan yang tergolong murah seperti jenis tetra. Namun untuk ikan yang mahal dengan jenis yang sulit didapat, dibiarkan di aquarium karena bagian tubuh ikan dapat tumbuh kembali dalam waktu 3 sampai 4 bulan. Total dari biaya kegagalan internal (estimasi) yang disebabkan karena ikan mati saat karantina mencapai Rp329 120 810 atau 32% dari total keseluruhan biaya mutu. Biaya kegagalan eksternal yang ada adalah biaya yang terjadi akibat ikan cacat atau mati yang diterima konsumen. Konsumen dapat melakukan klaim atas ikan cacat tiga hari setelah ikan diterima dengan menyertakan dokumen berupa foto tanggal diterima dan foto ikan yang cacat. PTDEF Indonesia akan melakukan pengurangan pembayaran sebagai ganti rugi atas ikan hias yang tidak sesuai standar tersebut. Biaya estimasi yang telah dikeluarkan akibat kegagaan eksternal selama satu tahun adalah Rp336 079 986 atau sekitar 33% dari total keseluruhan biaya mutu. Tabel 5 menunjukkan biaya mutu terbesar berasal dari biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sebesar masing-masing yaitu 32% untuk kegagalan internal dan 33% untuk kegagalan eksternal.Keadaan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Evans dan Lindsay (2007), bahwa 60 hingga 90 persen dari total biaya yang berkaitan dengan masalah mutu berasal dari kegagalan internal dan eksternal. Perumusan masalah terkait biaya mutu yaitu tingginya biaya kegagalan internal dan eksternal dianalisa dengan 5why’s seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6Perumusan masalah biaya mutu 1
Mengapa biaya kegagalan internal dan ekstenal tinggi?
2
Mengapa banyak ikan mati dan pengembalian ekspor?
3 4 5
Mengapa tindak pencegahan kurang dilakukan? Mengapa belum ada evaluasi? Mengapa belum menyadari?
Banyaknya ikan mati di karantina (budidaya) dan pengembalian ekspor. Kurangnya tindak pencegahan yang dilakukan PT DEF terlihat dari rendahnya biaya pencegahan yang dikeluarkan yaitu hanya 1/3 dari total biaya mutu yang ada. Belum ada evaluasi tentang efektivitas tindak pencegahan yang selama ini dilakukan. PT DEF belum menyadari dampak dari kurangnya tindak pencegahan. Banyaknya ikan mati atau cacat tidak langsung dikaitkan dalam bahasa uang dan dianalisa dalam biaya mutu.
13
Tabel 6 menunjukkan perumusan masalah berdasarkan analisa biaya mutu yaitu tingginya biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal karena rendahnya biaya pencegahan yang hanya 1/3 atau sekitar 32% dari total biaya mutu yang ada. Rendahnya biaya pencegahan perlu dianalisa lebih lanjut apakah merupakan penyebab dari tingginya persentase ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor. 2.
Penetapan Titik Kritis Kualitas (CTQ) Penetapan titik kritis kualitas berdasarkan analisa biaya mutu terdiri dari pengembalian ikan ekspor dan ikan mati di karantina. Titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya cacat dilakukan dengan melihat peluang terjadinya cacat pada setiap lini proses pada diagram alir yang telah dibuat sebelumnya. kemungkinan terjadinya pengembalian ekspor berupa ikan cacat atau mati terdiri dari empat peluang dimulai dari inspeksi saat penerimaan, proses aklimatisasi, proses pengemasan dan proses distribusi. Sedangkan peluang terjadinya ikan mati di karantina terdiri dari tiga tahap yaitu inspeksi saat penerimaan, proses aklimatisasi, dan proses pengawasan yang dilakukan setiap hari. Cacat potensial yang sering terjadi adalah ikan sakit, cacat dan mati. Namun, penghitungan akhir untuk ikan hias cacat dan sakit dimasukkan ke dalam data ikan mati. Level Sigma Manajemen Mutu PT DEF Indonesia Perhitungan level sigma merupakan bagian dari tahap pengukuran atau measure yang berfokus pada pemahaman kinerja proses yang dipilih untuk diperbaiki saat ini serta pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk analisis. Tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan perhitungan level sigma yaitu melakukan pengumpulan data untuk melihat tingkat pengembalian ekspor dan ikan mati di karantina 1. Tingkat Pengembalian Ekspor dan Ikan Mati di Karantina Perhitungan tingkat pengembalian ikan ekspor dan ikan mati di karantina dilakukan setelah mengetahui titik kritis kualitas (critical to quality – CTQ) yang terdiri dari pengembalian ikan ekspor dan ikan mati di karantina. Data yang digunakan yaitu data internal perusahaan pada bulan April dan Mei seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Data ikan mati pengembalian ekspor dan karantina* Nilai (Rp) No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Pengiriman ekspor awal (ekor) Pengembalian ikan ekspor (ekor) % pengembalian ikan Stok ikan awal (ekor) Ikan mati di karantina (ekor) % ikan mati di karantina Total ikan mati karantina dan ekspor
April 131 266
Mei 113 742
April
Mei
Rata-rata -
8 486
10 385
24 386 703
31 626 628
28 006 666
6.5 109 416 24 275 22.2
9.1 85 141 18 473 21.7
32 761
28 858
28 992 529
25 860 939
7.8 27 426 734 21.95 30 809
*)data lengkap lihat di lampiran 1 dan 2 Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat ikan mati di karantina lebih besar dibanding tingkat pengembalian ikan ekspor rata-rata yaitu 21.95% dengan nominal rupiah Rp27 426 734. Sedangkan tingkat pengembalian ikan ekspor
14
yaitu 7.8% dengan nominal rupiah Rp28 006 666. Persentase tingkat kecacatan produk tersebut sangat besar sehingga perlu dilakukan analisa penyebab masalah untuk mengetahui penyebab tingginya tingkat kecacatan produk berupa pengembalian ikan ekspor dan ikan mati di karantina. 2.
Penghitungan Level Sigma Perhitungan level sigma dibagi menjadi dua perhitungan yaitu level sigma untuk pengembalian ekspor dan perhitungan level sigma untuk ikan mati di karantina. Data yang digunakan adalah data cacat produk dan data jumlah unit (stok awal) pada bulan April dan Mei. Peluang kemungkinan cacat ditetapkan berdasakan penetapan CTQ pada tahap define. 2.1. Perhitungan Level Sigma Ikan Ekspor Langkah awal dalam perhitungan level sigma yaitu dengan menghitung nilai DPU terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan perhitungan DPMO. Kemungkinan cacat untuk ikan ekspor yaitu inspeksi, aklimatisasi, proses pengemasan dan distribusi. DPU =
DPMO =
=
=
.
= 0.0770
= 19 255
2.2. Perhitungan Level Sigma Ikan Karantina Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk ikan karantina untuk budidaya. Kemungkinan cacat untuk ikan karantina yaitu inspeksi, aklimatisasi dan pengawasan. DPU = DPMO =
=
=
.
= 0.39069
=130 230
Hasil perhitungan nilai DPMO untuk ikan pengembalian ekspor dan ikan mati karantina dikonversi menggunakan tabel konversi Six Sigma.Dari hasil konversi nilai DPMO ke dalam tabel konversi nilai DPMO (Lampiran 3) diadapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel8 Konversi nilai DPMO Ikan untuk ekspor Ikan karantina budidaya
Nilai DPMO 19 255 130 230
Level Sigma 3.56 2.63
Tabel 8 didapatkan level sigma untuk pengembalian ikan ekspor yaitu 3.56 dengan nilai DPMO 19 255 yang artinya dalam 1 000 000 pengiriman ikan ekspor terdapat 19 255 pengembalian ikan karena mati ataupun cacat. Sedangkan level sigma untuk ikan karantina yaitu 2.63 dengan nilai DPMO 130 230 yang artinya dalam 1 000 000 pemeliharaan terdapat 130 230 ikan
15
mati karena sakit ataupun cacat. Rendahnya level sigma ikan mati di karantina dikarenakan tingginya nilai DPMO. Semakin tinggi nilai DPMO akan mengakibatkan rendahnya nilai Sigma begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai DPMO maka semakin tinggi nilai sigma atau dapat dikatakan suatu perusahaan memiliki tingkat pengendalian mutu yang baik. Level sigma pada pengembalian ekspor ataupun ikan mati di karantina keduanya masih jauh dari standar yaitu 6 sigma (Six Sigma). Level sigma 3.56 (pengembalian ikan ekspor) masih berada dibawah rata-rata industri USA. Pada level ini menunjukkan yield perusahaan berada pada 93.3%. Level sigma 2.63 (ikan mati di karantina) merupakan level rata-rata industri di Indonesia. Pada level ini menunjukkan yield perusahaan hanya sebesar 69.2%. Keadaan ini masih jauh dari standar 6-sigma (Six Sigma) dimana nilai DPMO hanya 3.4 DPMO dengan yield perusahaan yaitu 99.9997%. Faktor Penyebab Ikan Mati di Karantina dan Pengembalian Ekspor Analisa faktor penyebab ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor merupakan tahap ketiga pada proses DMAIC yaitu analisa atau analyze. Permasalah yang telah dirumuskan berdasarkan biaya mutu yaitu rendahnya biaya pencegahan yang mengakibatkan tingginya biaya kegagalan internal dan eksternal (ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor). Analisa untuk mengetahui fakor penyebab ikan mati dibagi menjadi tiga bagian seperti terlihat pada Gambar 4. Proses
Input • Kualitas ikan dari pemasok
• Kondisi pemeliharaan di karantina
Output • Penanganan ikan di pelanggan
Gambar 4 Bagan proses produksi 1.
Analisa Proses Analisa dilakukan dengan menggunakan diagram sebab-akibat. Sebelum itu, untuk melihat perubahan data yang muncul dari waktu ke waktu, dilakukan analisa terlebih dahulu dengan menggunakan bagan kendalipchart.Pengolahan data menggunakan Ms. Excel. Data lengkap beserta perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.Pada Gambar 5 terlihat bagan kendali untuk ikan mati bulan April.
Proportion
16
0.0300 0.0275 0.0250 0.0225 0.0200 0.0175 0.0150 0.0125 0.0100 0.0075 0.0050 0.0025 0.0000
P UCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari ke-
Gambar 5 Bagan kendali ikan mati bulan April
Proportion
Bagan kendali pada Gambar 5 menunjukkan ikan mati pada bulan April yang melewati batas UCL(upper control limit) atau batas maksimal ada pada tanggal 7, 8, 11, 13, 18, 24, 25, 27 dan 28. Untuk melihat apakah terdapat persamaan tingginya ikan mati pada bulan Mei, maka dibuat bagan kendali ikan mati bulan Mei seperti terlihat pada Gambar 6.
0.0250 0.0225 0.0200 0.0175 0.0150 0.0125 0.0100 0.0075 0.0050 0.0025 0.0000
P UCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari ke-
Gambar 6 Bagan kendali ikan mati bulan Mei Bagan kendali p-chart bulan Mei terlihat data yang keluar dari batas UCL (upper control limit) atau batas maksimal untuk bulan Mei yaitu tanggal 3, 8, 10, 14, 15, 17, 24 dan 25. Dapat dikatakan bahwa ikan mati yang melebihi batas maksimal ada pada minggu kedua dan minggu keempat setiap bulannya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama Supervisor QC-Produksi, tidak ada pembeda penangan ikan setiap harinya. Pekerja melakukan urutan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang sama setiap harinya, seperti penggantian air, pemberian makan, pemberian obat. Dilakukan pengecekan pada hasil pemeriksaan air berupa pH, suhu dan TDS (total dissolved solid) atau total zat terlarut pada air. Analisis dilakukan dengan regresi linier menggunakan SPSS dimana ikan mati sebagai variabel dependen (terikat) dan suhu pH serta TDS sebagai variabel independen (bebas).Data yang digunakan adalah data ikan mati setiap hari selama dua bulan (±60 hari). Hasil dari uji regresi seperti terlihat pada Tabel 9.
17
Tabel 9Rekapitulasi hasil uji regresi* No 1 2 3 4
Variabel dependen (Y) Jumlah Ikan mati Jumlah Ikan mati Jumlah Ikan mati Jumlah Ikan mati
Variabel independen (X)
Persamaan regresi
Suhu, pH, TDS Suhu pH TDS
Y = (-1536.206)+31.869X 1+74.239X 2+4.186X3 Y = 1823.972+(-35.546)X Y = 92.101+91.953X Y = 19.227+3.861X
Nilai R² (%) 25.2 1.3 0.4 24.0
*Lampiran 5, 6, 7, 8 Persamaan umum dari regresi linier adalah Y=a+bX. Dimana Y merupakan vaiabel dependen, a merupakan konstanta yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius, X merupakan variabel independen dan b merupakan koefisien regresi pada masing-masing variabel (Surfen dan Nafael 2013). Persamaan regresi pada Tabel 9 pada regresi linier berganda (nomor 1) memiliki persamaan konstanta (a) yaitu -1536.206 menunjukkan nilai negatif variabel independen suhu (X1); pH (X2); dan TDS (X3). Nilai R² untuk pengujian regresi berganda (no.1) yaitu 25.2% yang berarti model tersebut mampu menjelaskan kemampuan model mempengaruhi variabel independen terhadap vaiabel dependen sebanyak 25.2% sedangkan 74.8% dipengaruhi oleh model lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Untuk mengetahui variabel independen manakah yang memiliki kontribusi terbesar, maka dilakukan pengujian regresi sederhana. Berdasarkan Tabel 9 pada nomor 4 nilai R² untuk TDS sebesar 24% yang berarti model tersebut mampu menjelaskan kemampuan mempengaruhi variabel dependen (ikan mati) terhadap variabel independen (TDS) sebesar 24%, sedangkan 76% dipengauhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Signifikasi variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi pada Tabel 10. Tabel 10Rekapitulasi hasil uji regresi* Model (Constant) Suhu Air Aquarium pH Air Aquarium TDS Air Aquarium
Std. Coefficients Beta 0.101 0.049 0.531
Sig 0.396 0.449 0.688 0.000
*Lampiran 5, 6, 7, 8 Nilai Sig dibandingkan dengan alfa 0.05 dimana jika Sig
alfa maka tidak memiliki pengaruh signifikan. Berdasarkan Tabel 10, didapatkan nilai Sig untuk TDS air akuarium 0.000<0.05 yang berarti TDS memiliki pengaruh signifikan terhadap ikan mati di karantina sedangkan variabel suhu, dan pH tidak memiliki pengaruh signifikan karena memiliki nilai Sig > alfa 0.05. Standardized Coefficients Beta digunakan untuk membandingkan variabel independen mana yang lebih kuat mempengaruhi variabel dependen. Semakin tinggi nilai Std. Coefficients Beta maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang lebih kuat (Sarwono 2014). Dalam kasus ini TDS memiliki nilai Std. Coefficients Beta lebih besar dibanding suhu dan pH. Ini berarti bahwa TDS memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap jumlah ikan mati. Analisa awal yang telah dilakukan dengan bagan kendali p dan regresi linier, didapatkan penyebab dari ikan mati di karantina setiap hari adalah
18
nilai TDS. TDS atau total dissolved solid atau total zat terlarut adalah ukuran kandungan semua zat anorganik dan organik yang terdapat dalam suatu cairan dalam hal ini air. TDS merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air. Air yang bening belum tentu memiliki kualitas yang baik atau memiliki TDS yang rendah. Nilai TDS yang semakin tinggi menunjukkan buruknya kualitas air tersebut (Wongso 2012). Analisa lebih lanjut dilakukan untuk mencari faktor yang memiliki peluang terhadap tingginya nilai TDS dengan menggunakan diagram sebabakibat. Manpower
Machine Filter kotor/rusak
Tidak terlatih UV mati Tidak peduli
Selang air kotor
TDS Tinggi Pakan tidak standar, jadwal pemberian pakan tidak sesuai
Kualitas air buruk
Materials
Gambar 7 Diagram sebab-akibat TDS Tinggi Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa penyebab tingginya TDS dipengaruhi oleh faktor manpower, machine, dan materials yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.1. Manpower (tenaga kerja) Penyebab masalah dari manpower atau tenaga kerja selalu dikaitkan dengan kekurangan pengetahuan seperti tidak terlatih, tidak berpengalaman, kelelahan serta ketidakpedulian. Tenaga kerja yang dimiliki PT DEF Indonesia untuk bagian produksi kebanyakan hanya lulusan SD sampai dengan SMA yang tinggal disekitar perusahaan. Pelatihan untuk karyawan yang baru masuk dilakukan oleh karyawan yang sudah senior dibawah pengawasan langsung Supervisor Produksi. Karyawan harus tahu semua lingkup proses mulai dari penerimaan, pemeliharaan, membedakan ikan sehat dan ikan sakit, penanganan ikan sakit sampai tahap pengiriman, hal ini dimaksudkan agar jika ada karyawan dibagian lain tidak masuk kerja, maka dapat digantikan oleh karyawan tersebut. Rasa ketidakpedulian atau kurang peka yang saat ini diduga kuat menjadi salah satu penyebab masalah dari banyaknya ikan yang mati. Rasa ketidakpedulian karyawan dapat timbul karena berbagai faktor seperti karyawan lelah atau stres, sehingga kadang tidak menghiraukan prosedur yang berlaku. Seperti contohnya tidak melakukan inspeksi atau pemeriksaan setiap harinya, tidak peka karena tidak teliti melihat ikan yang sakit, terlambat memberi makan ikan, tidak mengikuti prosedur yang telah dibuat.
19
Pihak perusahaan sudah membuat program yang dapat mempengaruhi KPI (key performance indicator) atau penilaian performa kerja karyawan dilihat dari berapa banyaknya ikan mati dari setiap akuarium yang di handle oleh masing-masing karyawan. Dari penilaian tersebut akan berpengaruh terhadap bonus tahunan yang diterima karyawan. Hal ini sudah cukup baik, namun sebaiknya juga diberikan sanksi berupa peringatan. Pengawasan secara langsung seharusnya juga dilakukan oleh Supervisor berupa verifikasi dari setiap proses yang dilakukan oleh bawahannya. Jika dilihat dari biaya mutu pada biaya pencegahan berupa pemberian gaji karyawan sebesar Rp140 400 000 pertahun dirasa sudah cukup, mengingat level pendidikan karyawan produksi lulusan SD sampai SMA. Beban kerja serta resiko kerja juga tidak terlalu berat seperti di industri manufaktur lainnya. 1.2. Machine (mesin dan peralatan) Mesin dan peralatan berkaitan dengan tidak adanya sistem perawatan preventif terhadap mesin dan peralatan yang digunakan. Untuk budidaya dan ekspor ikan hias tidak terlalu menggunakan peralatan atau mesin canggih seperti pada manufaktur lainnya. Peralatan yang digunakan yaitu akuarium, pipa saluran air, filter, lampu UV, tabung oksigen, penghangat ruangan dan pendingin ruangan. Untuk pengecekan tabung oksigen, penghangat ruangan dan pendingin ruangan dapat dilihat secara kasat mata melalui display yang ditunjukkan oleh alat. Hal yang sulit dilakukan ada pada filter dan lampu UV serta pipa saluran air. Jika karyawan tidak mengecek secara berkala kebersihan filter, maka kondisi air akan menurun dilihat secara visual seperti wana ataupun bau. Sedangkan lampu UV berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri di air. Jika lampu UV mati atau daya kerjanya berkurang, maka air yang digunakan akan mengandung bakteri atau jamur yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan ikan. Begitu juga dengan pipa saluran air, jika pembersihan tidak dilakukan dengan baik maka akan menjadi tempat tumbuh lumut. Kotoran yang disebabkan oleh filter kotor atau rusak, lampu UV mati, serta pipa saluran air yang kotor dapat meningkatkan kandungan organik pada air yang merupakan penyebab tingginya nilai TDS air. Biaya mutu yang dikeluarkan pada biaya pencegahan untuk pembelian obat ikan, pemeliharaan lingkungan serta kalibrasi alat dalam setahun hanya Rp5 352 000 atau 0.5% dari total biaya mutu. Biaya ini sangat rendah mengingat peralatan inilah yang menjadi salah satu penyebab tingginya nilai TDS. PT DEF hanya mengeluarkan Rp3 552 000 atau 0.3% untuk membeli obat dalam satu tahun. Rendahnya biaya pembelian obat dapat disebakan karena dosis kurang tepat, pemberian obat tidak dilakukan secara langsung karena karyawan tidak tanggap atau tidak tahu ciri ikan sakit atau perlu adanya penggantian merek obat ke brand yang lebih efektif. Sehingga dalam hal ini evaluasi terdahap dosis dan brand dari obat perlu dilakukan. Biaya pencegahan untuk pemeliharaan lingkungan dalam setahun hanya Rp1 200 000 atau 0.1% lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya pembelian obat yaitu 0.3%. Biaya ini sangat rendah karena penggantian filter harus dilakukan sesering mungkin karena air merupakan tempat hidup
20
ikan. PT DEF juga harus melakukan evaluasi terhadap ukuran filter yang selama ini digunakan, apakah ukuran tersebut dapat dikatakan efektif dalam menyaring kotoran. Sama halnya dengan lampu UV. Daya efektivitas lampu UV akan mempengaruhi kandungan organik dalam air. Semakin lemah intensitas cahaya UV maka akan meningkatkan bakteri air yang dapat mempengaruhi kesehatan ikan. Life time lampu UV berkisar 1 sampai 2 tahun. Namun semakin sering lampu digunakan dengan kondisi air yg kotor, maka intensitas sinar UV akan menurun. Untuk mengetahui intensitas cahaya dilakukan menggunakan alat Lux Meter, namun PT DEF belum memiliki alat tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya lampu UV adalah dengan pengecekan mikro pada air. Cara ini dapat dilakukan untuk mengukur semua air yang digunakan untuk proses baik air penampungan awal, air setelah UV dan air saat di akuarium. PT DEF perlu membuat ruang steril untuk pengujian mikro agar tidak terkontaminasi oleh bakteri udara. Biaya penilaian untuk pengujian air yaitu 0.17% dari total biaya mutu dan hanya dilakukan satu tahun sekali di lab eksternal. Minimnya frekuensi pengujian bertolakbelakang dengan pentingnya kualitas air sebagai tempat hidup ikan. Frekuensi pengujian dapat lebih diseringkan menjadi satu tahun dua kali atau melakukan monitoring air dengan pengecekan mikro air yang dapat dilakukan oleh PT DEF seperti telah dijelaskan sebelumnya. Minimnya peralatan uji menjadi kendala untuk melakukan tindakan pencegahan awal sehingga investasi berupa pembelian alat dan menambah sarana perlu dilakukan. 1.3. Materials (bahan baku dan bahan penolong) Material yang dimaksud berupa bahan baku dan penolong yang dapat membuat nilai TDS (total dissolved solid) menjadi tinggi. Material yang dimaksud adalah air dan pakan ikan. Kualitas air sangat berpengaruh untuk ikan hias. Air yang jernih belum tentu memiliki kualitas yang baik. Kualitas air berkaitan dengan suhu (max 33°C), pH (6-8,5) dan TDS (max 300ppm). Tingginya TDS yang telah dianalisa sebelumnya disebabkan oleh kualitas air yang buruk. Kualitas air dapat dipengaruhi oleh sumber air yang digunakan, peralatan yang digunakan serta pengawasan dari pekerja untuk melakukan pengecekan TDS ataupun penggantian air secara berkala. Tingginya TDS juga dapat disebabkan oleh pakan yang diberikan. Pakan ikan terdiri dari tiga jenis yaitu pelet, cacing beku, dan cacing sutra. Untuk pelet dan cacing beku sudah dalam bentuk kemasan dengan “brand” yang sudah dijamin kuaitasnya. Sedangkan untuk cacing sutra diperlukan penanganan yang selektif sebelum diberikan untuk pakan ikan. Cacing sutra harus dilihat kondisi awalnya untuk memastikan tidak sakit dan tidak membawa bibit penyakit. Cacing sutra harus dicuci dengan cara dialiri air mengalir agar benar-benar terpilah cacing sutra tanpa kotoran. Jika proses pembersihan dilakukan secara asal, maka bibit penyakit dari pakan akan dengan mudah menjangkiti ikan. Selain kebersihan dari pakan, kadar pemberian pakan juga perlu diperhatikan. Pemberian pakan harus sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jangan memberikan makan terlalu banyak
21
yang mengakibatkan dapat membuat air cepat kotor ataupun pakan yang telalu sedikit yang dapat mengakibatkan ikan kekurangan makanan.
Proportion
Pembuatan bagan kendali untuk mengetahui adakah proses ekspor yang menyimpang terhadap ikan yang dikarantina yaitu dengan menggunakan data pengembalian keseluruhan dari setiap pengiriman. Pengolahan data menggunakan Ms. Excel. Data lengkap beserta perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9.Pada gambar 8 terlihat bagan kendali untuk pengembalian ikan bulan April.
0.0160 0.0140 0.0120 0.0100 0.0080 0.0060 0.0040 0.0020 0.0000
P UCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pengiriman ke-
Gambar 8Bagan kendali pengembalian ikan bulan April
Proportion
Gambar 8 menunjukkan bahwa pengiriman ke 5, 8, dan 9 berada di luar batas kendali. Untuk mengetahui apakah terdapat persamaan dengan pengiriman bulan Mei, maka dibuat juga bagan kendali pengembalian ikan bulan Mei seperti terlihat pada Gambar 9.
0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0
P UCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengiriman ke-
Gambar 9Bagan kendali pengembalian ikan bulan Mei Gambar 9 menunjukkan pengiriman satu dan pengiriman tiga berada diatas batas kendali. Data ini berbeda dengan bagan kendali pada bulan April. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh proses pada banyaknya pengembalian ikan ekspor. 2.
Analisa Input Analisa selanjutnya dilakukan pada input yaitu kondisi ikan hias dari tiap pemasok untuk melihat siapa saja pemasok yang paling banyak memiliki catatan ikan mati atau cacat untuk karantina (stok budidaya) dan
22
karantina untuk ekspor. Pemasok memberikan garansi kepada PT DEF selama dua hari terhitung saat ikan sampai. Garansi tersebut berupa diskon 100% terhadap ikan mati atau cacat. Hal yang sama juga dilakukan pada pengembalian ikan ekspor. Pihak perusahaan akan memberikan garansi selama tiga hari terhitung ikan sampai ditangan konsumen berupa diskon 100% atau tidak memasukkan ikan tersebut kedalam hitungan pembayaran. Data lengkap untuk ikan mati dan pengembalian ekspor dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Sedangkan untuk mengetahui siapa saja pemasok yang menyumbang ikan mati paling banyak baik untuk stok karantina ataupun untuk ekspor dibuat diagram pareto. Diagram pareto dikenal dengan konsep 20/80 yang menyatakan banyak kejadian atau akibat sebesar 80% dari total efeknya hanya disebabkan 20% penyebabnya.
Gambar 10Diagram pareto pengembalian ekspor Gambar 10 menunjukkan bahwa pemasok AA, HE, KA, AQ, IR, QU, SY, HD, LA merupakan pemasok terbesar banyaknya ikan cacat sehingga perusahaan dapat memfokuskan atau melakukan audit lebih ketat terhadap pemasok tersebut untuk ikan ekspor. Diagram pareto untuk ikan mati di karantina dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11Diagram pareto ikan mati karantina Gambar 11 menunjukkan bahwa pemasok yang menyebabkan banyaknya ikan untuk karantina adalah KA, IV, AM, HE, ES, AR. Perusahaan dapat memfokuskan audit pada pemasok tersebut. Banyaknya ikan mati dengan jumlah pengiriman dibandingkan dalam Grafik 12 untuk melihat apakah terdapat pengaruh secara tidak langsung
23
antara banyaknya ikan mati dengan jumlah pengiriman tiap pemasok.
25.0 20.0 %
15.0 %Pengiriman Karantina
10.0
%Pengiriman Ekspor
5.0
KA IV LA AG AR AM TO SW MA HE QU AA AL SY YO VI BR PA ES AQ HD KO IR BE SO JA NO CA RA TF SU PI KV
0.0
Pemasok
Gambar 12 Persentase pengiriman ikan untuk karantina-ekspor Jika dilihat dari Gambar 12 tidak ada pengaruh antara banyaknya jumlah ikan mati atau pengembalian ekspor dengan banyaknya pengiriman atau supply dari tiap pemasok. Kualitas ikan tidak standar dari pemasok di analisa dengan diagram sebab-akibat seperti terlihat pada Gambar 13. Machine Peralatan belum standar
Method Proses pengemasan
Jarak Pengiriman
Kualitas ikan tidak standar dari pemasok Kualitas air buruk
Materials
Gambar 13 Diagram sebab-akibat ikan tidak standar dari pemasok Analisa diagram sebab-akibat menunjukkan adanya ikan mati dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranyamachine, methode, dan material. Faktor machine atau kondisi peralatan hanya dapat diketahui dengan mengunjungi pemasok langsung saat melakukan audit. Peralatan yang digunakan mencakup pipa saluran air serta sarana dan prasarana kebersihan. Untuk materials yaitu pakan dan kualitas air juga hanya dapat diketahui saat melakukan kunjungan. Namun, pengecekan kualitas air berupa suhu, pH dan TDS dapat dilakukan saat ikan sampai di PT DEF. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak quality control untuk melakukan dugaan sementara. Faktor yang dapat diamati secara langsung yaitu methode dalam hal ini jarak pengiriman dan kondisi pengemasan ikan. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kondisi ikan mati dengan jarak dan kemasan, dilakukan pengujian statistik menggunakan regresi logistikdengan SPSSuntuk ikan mati dikarantina (Lampiran 12) dengan pengembalian ekspor (Lampiran 13).
24
Tabel 11 Rekapitulasi hasil uji regresi logistik No
Variabel
1 2 3
Jarak Kemasan Constant R Square
Karantina Sig 0.006 0.737 0.012
Exp(B) 0.832 1.545 1.133E3 0.696
Pengembalian Ekspor Sig Exp(B) 0.146 0.721 0.863 0.755 0.241 16.995 0.556
Ikan karantina didapatkan nilai R Square (karantina) untuk jarak dan kemasan sebesar 69.6% yang berarti model tersebut mampu menjelaskan kemampuan mempengaruhi variabel dependen (kesesuaian dengan standar) terhadap jarak dan kemasan sebesar 69.6% (0.696x100%), sedangkan 30.4% dipengauhi oleh variabel lain di luar model penelitian penelitian ini. Nilai signifikansi digunakan untuk mengetahui variabel mana yang signifikan mempengaruhi variabel dependen. Nilai Sig dibandingkan dengan alfa 0.05. Jika Sigalfa maka tidak memiliki pengaruh signifikan. Berdasarkan Tabel 11, didapatkan nilai Sig untuk jarak (jarak pemasok ke PT DEF) 0.006<0.05 yang berarti jarak memiliki pengaruh signifikan terhadap kesesuaian dengan standar sedangkan variabel kemasan tidak memiliki pengaruh signifikan karena memiliki nilai Sig > alfa 0.05 (PS UI 2015). Interpretasi terhadap model hanya dilakukan untuk variabel yang signifikan yaitu pada variabel jarak. Berdasarkan nilai Odds Ratio (Exp (B)) dapat dijelaskan bahwa variabel jarak dengan OR 0.832 memiliki arti jarak pemasok yang jauh menyebabkan ikan mati pada karantina sebanyak 0.832 kali dibandingkan jarak pemasok yang lebih dekat (Sihombing 2013). Pengembalian ekspor didapatkan nilai R Square (pengembalian ekspor) untuk jarak dan kemasan sebesar 55.6% (0.556x100%) yang berarti model tersebut mampu menjelaskan kemampuan mempengaruhi variabel dependen (kesesuaian dengan standar) terhadap covariates (jarak dan kemasan) sebesar 55.6%, sedangkan 44.4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Tabel 11, baik jarak dan kemasan memiliki nilai signifikansi lebih besar dari alfa 0.05 sehingga kedua variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya ketidaksesuaian berdasarkan dari banyaknya pengembalian dengan standar yang didapat pada UCL bagan kendali p (Lampiran 11). Adanya faktor eksternal yaitu berupa output (penanganan di konsumen) yang diduga menjadi penyebab banyaknya pengembalian ikan hias. Pengemasan yang dilakukan pemasok saat pengiriman ikan ke perusahaan belum memiliki standar seperti pengiriman seperti pengemasan dari perusahaan ke konsumen pada proses ekspor. Kemasan yang digunakan adalah plastik yang sering disebut bag. Plastik diisi ikan dengan jumlah yang beragam dan kadar oksigen yang tidak diketahui awalnya. Berpengaruhnya jarak terhadap banyaknya jumlah ikan mati pada karantina, dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu pengemasan dan kadar oksigen awal dalam kemasan tersebut.
25
PT DEF Indonesia selama ini telah melakukan pengiriman sesuai prosedur yang ada. Standar pengemasan untuk ekspor dibuat berdasarkan jenis dan ukuran ikan hias. Ini bertujuan agar selama proses pengiriman, ikan memiliki ruang gerak yang cukup yang dapat meminimalisasi kondisistress (Lampiran 14).Untuk dosis ikan hias sudah disesuaikan berdasarkan negara tujuan ekspor. Belum ada kaji ulang dosis obat ikan hias karena untuk saat ini dirasa sudah efektif. Biaya mutu pada biaya penilaian untuk audit pemasok dalam setahun hanya Rp2 400 000 atau 0.23% dari total biaya mutu. Biaya ini tergolong rendah jika melihat bahwa input yang berkualitas sangat dibutuhkan. Sosialisasi dan evaluasi pada pemasok terutama pemasok yang banyak mengirim ikan tidak standar perlu dilakukan. Apakah tetap menggunakan pemasok tersebut atau mencari pemasok lain yang memiliki ikan jenis yang sama. Audit dapat dilakukan lebih ketat dan dengan frekuensi yang lebih sering untuk melihat perkembangan perbaikan sistem pada pemasok. 3.
Analisa Output Analisa output juga dilakukan untuk melihat penanganan produk di konsumen. Kondisi eksternal ini yang sulit untuk dikendalikan oleh PT DEF.Untuk negara tujuan dengan musim dingin, proses pengiriman ikan dilengkapi dengan heater. Sedangkan untuk pengiriman ke negara dengan iklim tropis sampai panas, pengiriman ikan dilengkapi dengan es batu dalam bentuk yang dibungkus koran. Namun penggunaan heater dan es batu ini tidak berfungsi efektif dalam waktu yang lama. Pengiriman terjauh dalam kondisi proses lancar adalah tiga hari tehitung dari ikan sampai di karantina bandara sampai ikan diterima oleh konsumen. Namun ada kondisi dimana pengiriman mengalami penundaan akibat cuaca buruk serta masalah dokumen perijinan. Faktor eksternal inilah yang dicurigai menjadi penyebab dari banyaknya pengembalian ikan ekspor. Perlu ada komunikasi yang baik antara PT DEF dengan pihak bandara (Soekarno-Hatta), pihak bandara negara tujuan serta konsumen langsung untuk meminimalisasi kematian ikan saat ekspor. Tindakan Perbaikan (Improvement) Tahap analyze menunjukkan bahwa karakteristik cacat berupa ikan mati yang disebabkan tingginya nilai TDS (total disolved solid) pada proses, kualitas awal ikan dari pemasok pada input dan penanganan di konsumen pada output. Tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengurangi ikan mati terutama di karantina (saat budidaya) karena nilai TDS tinggi dapat dilihat pada Tabel 12.
26
Tabel 12 Tindak perbaikan proses Penyebab masalah
Man
Tindakan perbaikan
Tidak terlatih
Dilakukan tes lisan ataupun praktek (terjadwal)
Tidak peduli/mengabaikan prosedur kerja
- Memberikan sanksi langsung - Menumbuhkan kepedulian terhadap mutu (quality awareness) - Menjalankan dan mengawasi dokumentasi berupa pengisian form
Filter rusak/kotor-pipa saluran air kotor
- Pengawasan terhadap prosedur pembesihan - Dokumentasi (form) kondisi filter, pipa, dan lampu UV. - Pengecekan mikro air dapat dilakukan secara bekala untuk mengetahui tingkat mikroorganisme pada air
Machine Lampu UV mati/fungsi menurun
Kualitas ikan hias
- Audit pemasok dan review terhadap hasil audit - Pemberian training kepada pemasok tentang proses pemelihaan dan pembersihan. - Sourching kembali pemasok yang berada di wilayah Bogor - Melakukan budidaya terhadap jenis ikan yang terdapat di pemasok di luar Bogor
Kualitas pakan
- Pembersihan pakan terutama cacing sutera - Pemberian pakan secara terjadwal dan dengan takaran yang sesuai, tidak berlebih apalagi kurang.
Kualitas air
- Melakukan pengecekan setiap hari, melaporkan hasil pengecekan air baik air penampungan ataupun air akuarium. - Melakakukan pengecekan pada filter, pipa saluran air dan lampu UV. - Mencatat seluruh kegiatan pengecekan ke dalam form.
Materials
Keseluruhan akar penyebab masalah yang telah dianalisa dengan menggunakan diagram sebab akibat, tindak perbaikan untuk seluruhnya dapat dikatakan sama yaitu perlu pengawasan langsung oleh atasan langsung, perlu kesadaran dari tiap pekerja untuk mengikuti tahapan proses yang sesuai dan tidak melewatkannya tanpa rasa tanggungjawab. Alat bantu dokumentasi juga harus dijalankan untuk memudahkan telurus jika terjadi selisih jumlah stok ikan hias. Sanksi secara langsung yang menindak secara tegas tiap pekerja yang tidak melakukan prosedur kerja sehingga menyebabkan banyak ikan hias yang mati baik saat proses ekspor ataupun saat di karantina. Proses Pengendalian (Control) Pengendalian atau control merupakan langkah terakhir dalam proses DMAIC Six Sigma, dan merupakan aktivitas untuk memastikan agar perbaikan proyek terjaga melalui pemantauan tolak ukur kinerja utama. 1.
Dokumentasi dan Audit Dokumentasi mencakup setiap aktivitas yang dilakukan, dicatat dan disimpan seperti laporan inspeksi, data pengujian, laporan audit, data kalibrasi serta data lainnya yang diberhubungan dengan kualitas. Data-data yang ada juga harus dengan mudah dianalisa untuk mengidentifikasi tren serta mengawasi efektivitas tindakan proses. Audit yang dilakukan bukan hanya audit eksternal pada pemasok yang memang sudah rutin dilakukan. Audit internal juga harus dilakukan di lingkungan perusahaan yang berfokus pada tindakan mengidentifikasi apakah prosedur yang didokumentasikan diikuti dengan baik dan berjalan
27
efektif, serta melaporkan isu-isu kepada manajemen agar dilakukan tindakan korektif. Audit internal umumnya dilakukan dengan bertanya kepada pekerja, kemudian dari pernyataan tersebut dicocokan dengan prosedur kerja serta catatan tertulis lainnya untuk dimintai penjelasan terhadap apapun yang mereka tulis untuk mengetahui apakah proses konsisten dengan prosedur tertulis serta dengan penjelasan pekerja. 2.
Pengendalian Proses Statistik Pengendalian proses statistik (statistical process control-SPC) adalah salah satu metode untuk memonitor proses agar ditemukan sebab-sebab khusus variasi dengan memberi tanda jika dibutuhkan tindakan korektif. Metode SPC ini efektif digunakan untuk perusahaan yang baru akan memulai perbaikan kualitas dengan Six Sigma. Salah satu alat dari SPC yang dapat digunakan yaitu diagram pengendalian atau biasa disebut control chart. Proses pengendalian dapat dilakukan seperti pada saat proses analisa untuk melakukan analisa awal letak penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan bagan kendali diagram p.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diberikan untuk memperbaiki sistem mutu yang ada berupa tindakan perbaikan baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam jangka pendek adalah dengan membuat kebijakan terkait sanksi untuk pekerja yang melangga prosedur kerja, serta pemberian reward untuk pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat membantu mengurangi cacat akibat ketidakpedulian ataupun komunikasi yang buruk. Selain itu, perusahaan harus dapat membangun komunikasi dengan baik antara pihak eksternal yaitu pemasok dengan cara melakukan audit sesuai prosedur serta memberikan penyuluhan terkait penanganan ikan hias, pihak pengirim (bandara) terkait persyaratan ekspor serta konsumen untuk mendapatkan kualitas ikan hias yang sesuai standar baik input, proses, maupun output. Proses pembersihan diutamakan untuk menjaga kualitas air berdasarkan analisa yang dilakukan yaitu tingginya nilai TDS. Penggantian filter, pengecekan kebersihan dan kelayakan filter, kemampuan kerja lampu UV, serta pemilihan pakan berupa cacing sutera yang berkualitas serta bersih harus menjadi prioritas utama baik pada karantina ikan ataupun ekspor ikan. Perusahaan juga harus menciptakan lingkungan kerja yang nyaman ditinjau dari hubungan antara atasan dan bawahan, lingkungan kerja yang bersih dan kondisi internal lain yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja serta menghindari konflik internal. Tindakan perbaikan jangka menengah yaitu dengan mengadakan pelatihan internal ataupun eksternal secara terjadwal terkait metode baru ataupun prosedur penanganan ikan ataupun pengendalian mutu untuk ikan hias. Review secara berkala juga perlu dilakukan terkait dosis pemberian obat ataupun standar pengemasan dan prosedur kerja lainnya. Investari peralatan dan sarana yang dapat menunjang pengendalian mutu seperti pembelian alat pengukur intensitas cahaya dan ruangan pengecekan mikro untuk air yang digunakan.
28
Tindakan perbaikan jangka panjang yaitu dengan selalu melakukan dokumentasi dengan baik terkait seluruh catatan kegiatan pengecekan untuk melakukan tindakan persiapan seperti penerapan ISO, dan melakukan simulasi audit internal untuk melihat kemampuan telusur dari setiap dokumentasi kegiatan. PT DEF juga dapat mulai melakukan budidaya jenis ikan hias yang dijual oleh pemasok yang berada di luar Bogor. Manajemen juga harus komitmen terhadap kebijakan terkait pengendalian mutu dengan terus memberikan support dalam bentuk perbaikan sarana ataupun prasarana. Keuntungan yang didapat jika program pengendalian mutu dapat dijalankan, perusahaan dapat menghemat Rp665 200 796 dalam setahun atau sejumlah biaya kegagalan internal dan eksternal yang dikeluarkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebanyak 65% atau Rp665 200 796 digunakan untuk cost of poor quality yaitu biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya tersebut jauh lebih besar dari cost of good quality pada biaya pencegahan yang hanya 32% atau Rp325 752 000. Rendahnya biaya pencegahan mengakibatkan rendahnya pemeliharaan lingkungan yang mengakibatkan buruknya kualitas air sehingga nilai TDS (total dissolved solid) menjadi tinggi. Pemberian dosis obat dan penanganan ikan sakit juga tidak dilakukan secara segera sehingga dapat menyebabkan penyakit ikan cepat menular di air. Biaya mutu yang dikeluarkan untuk biaya penilaian hanya 4% atau Rp42 600 000. Biaya ini mencakup audit pemasok dan pengujian air yang dilakukan sekali dalam setahun dimana air merupakan tempat hidup ikan, yang akan mempengaruhi kualitas ikan saat pemeliharaan. Biaya audit pemasok yang kecil mempengaruhi kualitas awal ikan dari pemasok. Level sigma pengendalian mutu pada kasus pengembalian ekspor yaitu 3.56 yang artinya dalam 1 000 000 pengiriman ekspor tedapat 19 255 pengembalian ikan karena cacat ataupun mati. Level sigma pada pengembalian ekspor sudah berada dibawah standar perusahaan USA (level sigma 4). Level sigma pada kasus ikan mati di karantina yaitu 2.63 yang artinya dalam 1 000 000 pemeliharaan terdapat 130 230 ikan mati karena sakit ataupun cacat. Level sigma pada karantina merupakan rata-rata dari pencapaian perusahaan di Indonesia (level sigma 2). Level sigma tersebut masih jauh dari 6 sigma (standar sigma perusahaan dunia) dengan nilai DPMO yaitu 3.4 dimana dalam 1 000 000 produk hanya terdapat 3.4 produk yang cacat. Faktor penyebab banyaknya ikan mati di karantina dan pengembalian ekspor dianalisa dalam tiga tahap yaitu analisa input, analisa proses dan analisa output. Pada analisa input, faktor penyebab kualitas ikan tidak standar dari pemasok disebabkan karena jarak yang jauh antara pemasok dengan perusahaan berdasarkan hasil uji regresi logistik dengan nilai signifikansi 0.006 untuk ikan mati di karantina. Peluang ikan mati karena jarak yang jauh antara pemasok dan perusahaan sebesar 0.832 kali dibanding pemasok dengan jarak yang dekat ke PT
29
DEF. Pada analisa proses, faktor penyebab ikan mati karena kondisi lingkungan yaitu rendahnya kualitas air yang digunakan karena tingginya nilai TDS. TDS memberikan pengaruh sebesar 24% terhadap banyaknya ian mati di karantinaTingginya nilai TDS disebabkan oleh faktor tenaga kerja (tidak terlatih dan tidak peduli) faktor mesin (UV mati, filter rusak/kotor, pipa saluran air kotor), material (kualitas air buruk, pakan tidak standar, jadwal pemberian pakan dan takaran tidak sesuai). Pada analisa output, faktor penyebab banyaknya pengembalian ekspor karena penundaan penerbangan, dokumentasi tidak lengkap dan kurangnya komunikasi antara konsumen dan perusahaan. Saran Berikut beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan bagi perusahaan: 1. Defect berupa ikan cacat, ikan sakit dan ikan mati tidak dijadikan dalam satu bagian yaitu ikan mati. Pemisahan ini dapat dilakukan untuk melihat setiap efektivitas dari proses pengobatan ikan dan untuk mengetahui defect dominan yang terjadi sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat sasaran. 2. Pencatatan dan pengawasan langsung dari atasan dilakukan setiap harinya untuk setiap tahapan proses yang dilakukan agar data yang ada dapat valid dan digunakan untuk analisa serta pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA Aditya S, Rambe AJM, Siregar K. 2013. Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Diagram Kontrol MEWMA dan Pendekatan Lean Six Sigma di PT.XYZ. e-Jurnal Teknik Industri. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara. Vol.3, No.5, hal: 35-46. Aimyaya. 2009. Saringan Air Sederhana. [internet]. Jakarta (ID) [diunduh 2015 Okt 30] Tersedia pada aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/saringan-airsederhana. Astriningtias N. 2009. Prospek Penerapan Strategi Six Sigma pada Pengendalian Mutu Produksi PT Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [DJPPHP KKP] Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor. Jakarta (ID): DJPPHP KKP. Erlinda E. 2015. Ikan Hias Alami: Potensi Triliunan Rupiah yang Sia-sia. [internet]. Jakarta (ID) [diunduh 2015 Agt 7] Tersedia pada www.kompasiana.com/evierlinda/ikan-hias-alami-potensi-triliunan-rupiahyang-sia-sia_557e49b89493730607e18a59. Evans JR, Lindsay WM. 2007. Pengantar Six Sigma An Introduction to Six Sigma & Process Improvement. Jakarta (ID): Salemba Empat. Feigenbaum AV. 1996. Kendali Mutu Terpadu. Jakarta (ID): Penerbit Elangga.
30
Gaspersz V, Fontana A. 2011. Lean Six Sigma for Manufacturing and Servive Industries Waste Elimination and Continuous Cost Reduction: Penerbit Vinchristo Publication. Ghiffari I, Harsono A, Bakar A. 2013. Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon Studi Kasus CV.Miracle. Jurnal Online. Bandung (ID): Institut Teknologi Nasional. Vol. 1, No.1, hal: 156-165. Muchtiar Y, Noviyasri, Adriansyah. 2007. Implementasi Metode 5S pada Lean Six Sigma dalam Proses Pembuatan Mur Baut Versing Studi Kasus di CV. Desra Teknik. Jurnal Teknik Industri. Padang (ID): Universitas Bung Hatta. Vol. 9, No. 1, hal:63-74. Muhandri T, Kadarisman D. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor (ID): Penerbit IPB Press. Pande SP, Neuman PR, Cavanagh R. 2002. The Six Sigma Way, Bagaimana GE, Motorola, dan Perusahaan Terkenal Lainnya Mengasah Kinerja Mereka. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi Yogyakarta. [PS UI] Pelatihan Statistik Universitas Indonesia. 2015. Analisa Regresi Logistik dengan SPSS [internet]. Depok (ID): [diunduh 2015 Okt 30]. Tersedia pada pelatihan-ui.com/analisa-regresi-logistik-dengan-spss/ Pratidina R. 2013. Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pratiwi AI. 2013. Pendekatan Metode Lean Six Sigma (DMAIC) dan Cumulative Sum untuk Peningkatan Kualitas Kain Grei pada Departemen Shuttle II Studi Kasus di Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Indonesia (PC GKBI Yogyakarta) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. PT DEF Indonesia. 2015. Data Internal Keuangan (Biaya Mutu). Bogor (ID): PT DEF Indonesia PT DEF Indonesia. 2015. Data Internal Pengembalian Ekspor dan Karantina. Bogor (ID): PT DEF Indonesia. Putri CF. 2010. Upaya Menurunkan Jumlah Cacat Produk Shuttlecock dengan Metode Six Sigma. Jurnal Teknik Industri. Malang (ID): Universitas Widyagama. Vol. 18, No.2, ISSN 1411-0660. Risnandar C. 2015. Menilik Prospek Bisnis Ikan Hias [internet]. Jakarta (ID): [diunduh 2015 Agt 7]. Tersedia pada alamtani.com/ikan-hias.html. Rodiyah S. 2014. Analisis Six Sigma : Upaya Peningkatan Kinerja Layanan Zakat (Atudi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional Kota Yogyakarta) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Sarwono J. 2014. Riset Skripsi dan Tesis dengan SPSS 22. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Sihombing R. 2013. Analisis Regresi Logistik menggunakan SPSS [internet]. Jakarta (ID): [diunduh 2015 Okt 30]. Tersedia pada lesprivatestatistik.com/index.php/berita/96-regresi-logistik-dengan-spss. Suardi R. 2001. Sistem Manajemen Mutu 9000:2000: Penerapannya untuk Mencapai TQM. Jakarta (ID) : Penerbit PPM. Sukardi, Effendi U, Astuti DA. 2011. Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di UKM Keripik Apel Tijauan dari Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Vol. 12, No.1, hal: 1-7.
31
Sulistiyowati W. 2008. Perancangan Sistem Terintegrasi Servqual, Lean, dan Six Sigma untu Mengembangkan Metode Peningkatan Kualitas Layanan (Studi Kasus PT PLN Distribusi Jawa Timur, APJ Surabaya Selatan-UPJ Ngagel) [tesis]. Surabaya (ID) : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sulistiyowati W. 2015. Perbaikan Desain Distribusi Ikan dengan Mengintegrasikan Metode Physical Distribution Service Quality dan Lean Six Sigma pada Distribusi Ikan di Kabupaten Sidoarjo. Jemis. Sidoarjo (ID): Universitas Muhammadiyah. Vol. 3, No. 1: ISSN 2338-3925. Surfen, Natanael Y. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Wongso A. 2012. Total Disolved Solid [internet]. Jakarta (ID): [diunduh 2015 Okt 30]. Tersedia pada indoaquashop.blogspot.co.id/2012_10_01_archive.html.
32
33
LAMPIRAN
34
35
Lampiran 1 Data ikan mati di karantina Tanggal 01-Apr-15 02-Apr-15 03-Apr-15 04-Apr-15 05-Apr-15 06-Apr-15 07-Apr-15 08-Apr-15 09-Apr-15 10-Apr-15 11-Apr-15 12-Apr-15 13-Apr-15 14-Apr-15 15-Apr-15 16-Apr-15 17-Apr-15 18-Apr-15 19-Apr-15 20-Apr-15 21-Apr-15 22-Apr-15 23-Apr-15 24-Apr-15 25-Apr-15 26-Apr-15 27-Apr-15 28-Apr-15 Sub Total Total Ikan Mati Stok Awal Stok Akhir
Jumlah Ikan Mati (pcs) 363 477 558 397 365 428 2100 1979 407 333 1964 554 1340 798 354 560 985 1234 604 842 589 559 365 928 948 462 2289 1493 24 275
Tanggal 01-Mei-15 02-Mei-15 03-Mei-15 04-Mei-15 05-Mei-15 06-Mei-15 07-Mei-15 08-Mei-15 09-Mei-15 10-Mei-15 14-Mei-15 15-Mei-15 16-Mei-15 17-Mei-15 18-Mei-15 19-Mei-15 20-Mei-15 21-Mei-15 22-Mei-15 23-Mei-15 24-Mei-15 25-Mei-15 26-Mei-15 27-Mei-15 28-Mei-15 29-Mei-15 30-Mei-15 31-Mei-15 Sub Total 42 748 109 416 66 668
Jumlah Ikan Mati (pcs) 749 429 1251 873 761 458 529 1591 716 795 314 442 281 845 968 488 973 298 443 405 481 322 305 955 1605 364 409 423 18 473
36
Lampiran 2 Data pengembalian ikan ekspor Periode
02-Apr-15
Destinasi/ Konsumen LMCT
04-Apr-15
TQH
07-Apr-15
CCB
11-Apr-15
MA
16-Apr-15
LMCT
19-Apr-15
MA
20-Apr-15 23-Apr-15
PAB TLM
Tanggal
April
Supplier QU SW, QU QU QU AG YO, NO YO, NO YO, QU BR QU CA, QU PA HD, QU CA, QU PA KA, QU PA JA, QU KO QU KV KO QU KA QU QU CA QU QU QU MA PA, AR QU QU QU SU SW QU CA NO HD QU CA TF QU HD QU HD IR, KO IR KO CA, QU QU HD QU QU, NO CA QU HE CA CA CA NO KV SU HD IR, QU KO, CA CA, SY, HD NO, QU CA AR KO NO CA, QU SW AR
Jumlah pengembalian ikan (ekor) 45 15 18 27 250 42 30 34 40 23 70 155 150 10 30 15 5 5 50 150 40 400 10 250 30 22 2 6 25 6 17 43 3 16 8 1 1 5 8 30 10 5 15 2 66 76 1 2 28 17 36 9 1 98 20 2 10 1 000 500 9 40 27 20 200 21 127 380 120 300 110 26 30 270 4 6 16 76
Jumlah pengiriman awal (ekor) 160 540 40 32 250 450 479 675 200 2 020 7 500 300 440 600 100 514 220 149 1 050 150 1 500 400 20 250 250 100 100 19 40 20 60 100 20 16 270 124 360 160 300 270 210 240 140 200 99 210 50 6 10 800 2 400 3 840 80 215 100 175 50 300 1 600 1 500 400 160 50 60 300 165 640 3 600 4 400 3 000 1 600 300 300 1 050 225 326 225 220
% 28.1 2.8 45.0 84.4 100.0 9.3 6.3 5.0 20.0 1.1 0.9 51.7 34.1 1.7 30.0 2.9 2.3 3.4 4.8 100.0 2.7 100.0 50.0 100.0 12.0 22.0 2.0 31.6 62.5 30.0 28.3 43.0 15.0 100.0 3.0 0.8 0.3 3.1 2.7 11.1 4.8 2.1 10.7 1.0 66.7 36.2 2.0 33.3 0.3 0.7 0.9 11.3 0.5 98.0 11.4 4.0 3.3 62.5 33.3 2.3 25.0 54.0 33.3 66.7 12.7 19,8 10.6 2.7 10.0 6.9 8.7 10.0 25.7 1.8 1.8 7.1 34.5
37
Lanjutan Lampiran 2 Periode
Tanggal
April
23-Apr-15
Destinasi/ Konsumen TLM
25-Apr-15
TQH
28-Apr-15
YFG
30-Apr-15
LMCT
Supplier AR LA AQ QU HE HE QU AG AG AG HE CA, NO, TF NO, SU YO, SU QU, CA SW CA HD LA KO IR, KO IR, CA AR CA SW CA KV, AM KV, NO NO QU NO KV CA LA, QU ES QU SU HE AL AM SW QU AM CA CA CA YO VI, CA QU HD CA BR CA, KO, VI BR JA QU QU
Total Periode
Tanggal
Mei
26-Apr-15
Destinasi/ Konsumen DGZ
Supplier AM AM HD, QU SW, HD SW MA QU BR, QU AA CA HD HD HD CA ES
Jumlah pengembalian ikan (ekor) 16 60 10 5 3 10 10 3 8 10 3 40 32 35 21 15 155 35 5 137 127 395 421 110 21 35 147 13 9 12 33 7 6 56 6 6 8 183 4 10 20 25 12 90 10 18 11 70 20 15 60 3 60 50 25 2 6 8 486
Jumlah pengiriman awal (ekor) 200 60 900 150 10 50 30 3 10 10 10 900 1 620 660 600 900 400 990 150 4 800 9 825 26 000 500 500 440 600 2 000 750 1 000 150 1 440 3 000 200 223 50 50 360 6 000 100 260 360 360 270 140 210 210 75 1.920 270 400 250 30 900 200 196 30 60 131 266
Jumlah pengembalian ikan (ekor) 45 120 150 20 40 40 120 360 6 36 10 23 15 15 1 320
Jumlah pengiriman awal (ekor) 45 120 150 130 100 180 120 400 22 360 120 260 420 60 1 320
% 8.0 100.0 1.1 3.3 30.0 20.0 33.3 100.0 80.0 100.0 30.0 4.4 2.0 5.3 3.5 1.7 38.8 3.5 3.3 2.9 1.3 1.5 84.2 22.0 4.8 5.8 7.4 1.7 0.9 8.0 2.3 0.2 3.0 25.1 12.0 12.0 2.2 3.1 4.0 3.8 5.6 6.9 4.4 64.3 4.8 8.6 14.7 3.6 7.4 3.8 24.0 10.0 6.7 25.0 12.8 6.7 10.0
% 100.0 100.0 100.0 15.4 40.0 22.2 100.0 90.0 27.3 10.0 8.3 8.8 3.6 25.0 100.0
38
Lanjutan Lampiran 2 Periode
Tanggal
Mei
02-Mei-15
Destinasi/ Konsumen DGZ
04-Mei-15
QHFFT
09-Mei-15
TQH
11-Mei-15
QHFFT
14-Mei-15
LMCT
20-Mei-15
YFG
21-Mei-15
CLB
23-Mei-15
TQH
Supplier ES ES AG AG QU KA QU QU KA QU QU QU QU KA QU QU QU SW QU SU CA, QU HD, SW HD CA KO, IR VI, IR, QU VI, IV MA, KO KO, CA, QU HD, QU QU HD QU SU, HD, QU SU, HD HD, CA QU LA, QU KO, CA, QU QU CA QU SW IR, QU VI, CA, KO SW SW QU QU QU QU AM QU QU VI AM QU SU CA PA JA QU LA, QU KV HD KA QU HD LA QU PA LA, QU LA IR LA AM AM
Jumlah pengembalian ikan (ekor) 360 8 10 20 10 20 14 9 7 29 4 130 3 3 8 40 25 30 55 79 1 47 2 5 39 3 3 2 13 5 334 459 2 5 145 5 204 1.596 20 23 145 151 27 5 38 12 10 44 4 13 3 300 160 370 2 5 1 100 120 50 96 9 85 149 585 53 30 8 4 21 1 10 15 10 3 1 38
Jumlah pengiriman awal (ekor) 360 120 80 67 86 100 80 52 50 150 19 130 400 400 640 3 600 500 900 330 1 080 15 5 000 600 200 800 300 150 640 250 80 500 5 400 100 540 1 000 450 700 15 000 700 3 840 400 2 400 360 440 810 400 100 2 400 160 52 150 9 600 320 1 080 10 30 10 250 250 250 148 387 85 500 1 400 1 500 2 000 120 200 350 21 450 330 540 160 300 600
% 100.0 6.7 12.5 29.9 11.6 20.0 17.5 17.3 14.0 19.3 21.1 100.0 0.8 0.8 1.3 1.1 5.0 3.3 16.7 7.3 6.7 0.9 0.3 2.5 4.9 1.0 2.0 0.3 5.2 6.3 66.8 8.5 2.0 0.9 14.5 1.1 29.1 10.6 2.9 0.6 36.3 6.3 7.5 1.1 4.7 3.0 10.0 1.8 2.5 25.0 2.0 3.1 50.0 34.3 20.0 16.7 10.0 40.0 48.0 20.0 64.9 2.3 100.0 29.8 41.8 3.5 1.5 6.7 2.0 6.0 4.8 2.2 4.5 1.9 1.9 0.3 6.3
39
Lanjutan Lampiran 2 Periode
Tanggal
Mei
23-Mei-15
Destinasi/ Konsumen TQH
27-Mei-15
QHFFT
28-Mei-15
LMCT
LMCT
Total
Supplier SU PA QU QU HD AM JA TF LA SO, QU TO CA, NO, YO YO SU, YO SU, BE, NO QU QU SW HD AM, KV IR CA, IR, KO,VI, MA, QU KO HD QU QU HD CA AM QU CA RA CA, QU KV BR SU SU PI PI PI AM QU QU VI
Jumlah pengembalian ikan (ekor) 1 288 40 91 29 1 4 1 65 18 7 130 167 79 93 13 60 29 23 9 6
Jumlah pengiriman awal (ekor) 200 1 000 80 3 000 250 320 240 600 200 450 600 1 800 2 100 800 700 800 900 605 405 630 630
0.5 2.8 50.0 3.0 11.6 0.3 1.7 0.2 32.5 4.0 1.2 7.2 8.0 9.9 13.3 1.6 6.7 4.8 5.7 1.4 1.0
16
2 800
0.6
31 39 16 4 45 4 25 1 5 30 2 3 20 10 37 140 7 3 4 10 1 3 10 385
1 800 400 140 360 147 100 900 270 51 180 140 140 7 200 2 400 160 1 920 100 300 66 70 2 7 113 742
1.7 9.8 11.4 1.1 30.6 4.0 2.8 0.4 9.8 16.7 1.4 2.1 0.3 0.4 23.1 7.3 7.0 1.0 6.1 14.3 50.0 42.9
%
40
Lampiran 3Tabel konversi nilai DPMO Nilai Sigma 2.60 2.61 2.62 2.63 2.64 2.65 2.66 2.67 2.68 2.69 2.70 2.71 2.72 2.73 2.74 2.75 2.76 2.77 2.78 2.79 2.80 2.81 2.82 2.83 2.84 2.85
DPMO 135 666 133 500 131 357 129 238 127 143 125 072 123 024 121 001 119 000 117 023 115 070 113 140 111 233 109 349 107 488 105 650 103 835 102 042 100 273 98 525 96 801 95 098 93 418 91 759 90 123 88 508
Nilai Sigma 2.86 2.87 2.88 2.89 2.90 2.91 2.92 2.93 2.94 2.95 2.96 2.97 2.98 2.99 3.00 3.01 3.02 3.03 3.04 3.05 3.06 3.07 3.08 3.09 3.10
DPMO 86 915 85 344 83 793 82 264 80 757 79 270 77 804 76 359 74 934 73 529 72 145 70 781 69 437 68 112 66 807 65 522 64 256 63 008 61 780 60 571 59 380 58 208 57 053 55 917 54 799
Nilai Sigma 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 3.26 3.27 3.28 3.29 3.30 3.31 3.32 3.33 3.34 3.35
DPMO 53 699 52 616 51 551 50 503 49 471 48 457 47 460 46 479 45 514 44 565 43 633 42 716 41 815 40 929 40 059 39 204 38 364 37 538 36 727 35 930 35 148 34 379 33 625 32 884 32 157
Nilai Sigma 3.36 3.37 3.38 3.39 3.40 3.41 3.42 3.43 3.44 3.45 3.46 3.47 3.48 3.49 3.50 3.51 3.52 3.53 3.54 3.55 3.56 3.57 3.58 3.59 3.60
DPMO 31 443 30 742 30 054 29 379 28 716 28 067 27 429 26 803 26 190 25 588 24 998 24 419 23 852 23 295 22 750 22 216 21 692 21 178 20 675 20 182 19 699 19 226 18 763 18 309 17 864
41
Lampiran 4 Bagan kendali ikan mati karantina Bulan
April
Mei
Hari ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total
Mati (D) 0 363 477 558 397 365 428 2100 1979 407 333 1964 554 1340 798 354 560 985 1234 604 842 589 559 365 928 948 462 2289 1493 24275 0 749 429 1251 873 761 458 529 1591 716 795 314 442 281 845 968 488 973 298 443 405 481 322 305 955 1605 364 409 423 18473
Stok Ikan (n) 109416 109053 108576 108018 107621 107256 106828 104728 102749 102342 102009 100045 99491 98151 97353 96999 96439 95454 94220 93616 92774 92185 91626 91261 90333 89385 88923 86634 85141
Proporsi (D/n) 0.0033 0.0044 0.0052 0.0037 0.0034 0.0040 0.0201 0.0193 0.0040 0.0033 0.0196 0.0056 0.0137 0.0082 0.0036 0.0058 0.0103 0.0131 0.0065 0.0091 0.0064 0.0061 0.0040 0.0103 0.0106 0.0052 0.0264 0.0175
P 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792 0.00792
UCL 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872 0.00872
85141 84392 83963 82712 81839 81078 80620 80091 78500 77784 76989 76675 76233 75952 75107 74139 73651 72678 72380 71937 71532 71051 70729 70424 69469 67864 67500 67091 66668
0.0089 0.0051 0.0151 0.0107 0.0094 0.0057 0.0066 0.0203 0.0092 0.0103 0.0041 0.0058 0.0037 0.0113 0.0131 0.0066 0.0134 0.0041 0.0062 0.0057 0.0068 0.0046 0.0043 0.0137 0.0237 0.0054 0.0061 0.0063
0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775 0.00775
0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865 0.00865
42
Perhitungan Bagan Kendali April : P-propotion: =
p=
= 0.00792
UCL-upper control limit (batas pengendalian atas) (
UCL = p + 3 x
)
= 0.00792 + 3 x
.
(
.
)
.
)
= 0.00872
Perhitungan Bagan Kendali Mei: P-propotion: p=
=
= 0.00775
UCL-upper control limit (batas pengendalian atas) : UCL = p + 3 x
(
)
= 0.00775 + 3 x
.
(
= 0.00865
43
Lampiran 5 Hasil uji regresi linier berganda Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
1 0.502 0.252 0.209 a. Predictors: (Constant), TDS Air Aquarium, pH Air Aquarium, Suhu Air Aquarium
445.938
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-1536.206
1796.137
Suhu Air Aquarium
31.869
41.797
pH Air Aquarium
74.239
TDS Air 4.186 Aquarium a. Dependent Variable: Ikan Mati di Karantina
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-0.855
0.396
0.101
0.762
0.449
184.024
0.049
0.403
0.688
1.038
0.531
4.034
0.000
44
Lampiran 6Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-suhu Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 0.113 0.013 a. Predictors: (Constant), Suhu Air Aquarium
-0.006
502.717
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
1823.972
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
1276.464
Suhu Air -35.546 42.721 Aquarium a. Dependent Variable: Ikan Mati di Karantina
-0.113
t
Sig.
1.429
0.159
-0.832
0.409
45
Lampiran 7Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-pH Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 0.060a 0.004 a. Predictors: (Constant), pH Air Aquarium
Std. Error of the Estimate
-0.015
505.010
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
92.101
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
1514.123
pH Air 91.953 207.208 Aquarium a. Dependent Variable: Ikan Mati di Karantina
0.060
Sig.
0.061
0.952
0.444
0.659
46
Lampiran 8Hasil uji regresi linier sederhana ikan mati-TDS Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
1 0.490 0.240 0.226 a. Predictors: (Constant), TDS Air Aquarium
441.035
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
19.227
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
189.553
TDS Air 3.861 0.935 Aquarium a. Dependent Variable: Ikan Mati di Karantina
0.490
Sig.
0.101
0.920
4.130
0.000
47
Lampiran 9 Data ikan mati karantina Pemasok
Pengiriman Awal 4665 16235 30755 1085 7030 7825 5025 17890 5435 15840 924 12000 14065 605 32375 4110 4205 1610 12295 8110 1340 51815 2495 980 30035 11315 9980 980 1161 7775 8075 8195 16135
QU AQ TO SY AM LA ES VI AR HE JA MA KA AG TF SU KV PI NO KO AL AA CA RA IR YO BR BE SW IV SO PA HD Sisa 3716 Stok Total 356081 %tidak standar
Mati 2 hari 18 38 12 7 214 32 111 30 101 137 6 55 344 8 11 15 9 11 12 10 12 26 9 10 13 18 17 4 20 244 4 5 17
% Pengiriman 2.9 10.2 12.9 0.9 5.8 3.5 4.5 7.8 4.8 10.4 0.6 9.9 11.8 0.5 14.4 3.2 3.3 1.2 7.3 4.0 0.7 21.5 1.2 0.8 13.5 8.1 7.9 0.8 0.7 6.4 3.5 3.8 7.7
% Mati 0.8 0.5 0.9 1.6 3.8 3.2 2.2 2.5 2.3 1.7 1.3 0.7 3.1 5.4 0.2 0.9 0.6 1.7 0.2 0.4 1.6 1.5 1.0 6.8 0.2 0.3 0.5 1.1 3.9 4.1 0.8 0.2 0.5
Standar/Tidak (1.7%) 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
Jarak
Kemasan
35.28 36.77 29.86 28.11 48.98 47.92 45.16 42.5 41.43 44.23 37.11 36.92 64.84 62.22 10.13 9.95 9.66 8.78 5.33 23.69 23.25 21.14 21.22 19.76 12.21 18.6 14.17 11.57 51.73 51.1 24.88 24.17 23.58
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
19
3.4
0.5
1
0.00
1
1599
100 30.3
33.3
48
Lampiran 10 Bagan kendali pengembalian ikan hias ekspor Bulan
Konsumen
Tanggal
April
LMCT TQH CCB MA LMCT MA PAB TLM TQH YFG LMCT Total
02-Apr 04-Apr 07-Apr 11-Apr 16-Apr 19-Apr 20-Apr 23-Apr 25-Apr 28-Apr 30-Apr
Mei
DGZ QHFFT TQH QHFFT LMCT YFG CLB TQH QHFFT LMCT Total
26-Apr 04-Mei 09-Mei 11-Mei 14-Mei 20-Mei 21-Mei 23-Mei 27-Mei 28-Mei
Pengembalian (D) 355 849 690 121 1970 317 127 1476 1811 263 507 8486
Pengiriman Awal (n) 1022 16347 920 439 23735 1135 640 16 679 57425 6783 6141 131266
Proporsi (D/n) 0.0027 0.0065 0.0053 0.0009 0.0150 0.0024 0.0010 0.0112 0.0138 0.0020 0.0039
P
UCL
0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877 0.005877
0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651 0.00651
2941 79 3400 113 1124 1015 26 1164 153 370 10385
5101 5540 41735 4310 12002 6140 571 16420 7270 14653 113742
0.025857 0.000695 0.029892 0.000993 0.009882 0.008924 0.000229 0.010234 0.001345 0.003253
0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913 0.00913
0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976 0.009976
Perhitungan Bagan Kendali April: P-propotion: p=
=
= 0.005877
UCL-upper control limit (batas pengendalian atas) (
UCL = p + 3 x
)
.
= 0.005877 + 3 x
(
.
)
= 0.006509
Perhitungan Bagan Kendali Mei: P-propotion : p=
=
= 0.00913
UCL-upper control limit (batas pengendalian atas) UCL = p + 3 x
(
)
= 0.00913 + 3 x
.
(
.
)
= 0.009976
49
Lampiran 11 Data pengembalian ekspor Pengiriman Pengembalian Awal KA 1850 1694 AG 1941 550 SW 2557 340 IV 420 301 AM 658 127 LA 1270 565 ES 1026 61 VI 7130 483 AR 22 6 HE 16883 1963 JA 7830 293 MA 233 31 QU 8978 1025 AQ 29948 1508 TO 180 30 SY 7570 699 SO 100 4 PA 7191 434 HD 13826 639 KO 6603 298 AL 1000 100 AA 51099 5202 CA 2188 77 RA 75 2 IR 27524 1129 YO 4307 332 BR 2320 150 BE 225 9 TF 29869 523 SU 1100 17 KV 900 10 PI 600 7 NO 7585 262 Total 245008 18871 %tidak standar Ket: 1=standar ; 0=tidak standar Pemasok
% Pengiriman 0.8 0.8 1.0 0.2 0.3 0.5 0.4 2.9 0.0 6.9 3.2 0.1 3.7 12.2 0.1 3.1 0.0 2.9 5.6 2.7 0.4 20.9 0.9 0.0 11.2 1.8 0.9 0.1 12.2 0.4 0.4 0.2 3.1 100
% Pengembalian 91.6 28.3 13.3 71.7 19.3 44.5 5.9 6.8 27.3 11.6 3.7 13.3 11.4 5.0 16.7 9.2 4.0 6.0 4.6 4.5 10.0 10.2 3.5 2.7 4.1 7.7 6.5 4.0 1.8 1.5 1.1 1.2 3.5
Standar/Tidak (1,6%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 90.9
Jarak
Kemasan
64.84 62.22 51.73 51.1 48.98 47.92 45.16 42.5 41.43 44.23 37.11 36.92 35.28 36.77 29.86 28.11 24.88 24.17 23.58 23.69 23.25 21.14 21.22 19.76 12.21 18.6 14.17 11.57 10.13 9.95 9.66 8.78 5.33
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 51.5
50
Lampiran 12 Hasil uji regresi logistik ikan karantina Model Summary -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 18.402a 0.488 0.696 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. Variables in the Equation B a
Step 1
jarak kemasan
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-0.183
0.066
7.675
1
0.006
0.832
0.435
1.295
0.113
1
0.737
1.545
6.338
1
0.012
1.133E3
Constant 7.033 2.794 a. Variable(s) entered on step 1: jarak, kemasan.
51
Lampiran 13 Hasil uji regresi logistik pengembalian ikan ekspor Model Summary -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 10.450a 0.254 0.556 a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than ,001. Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
jarak
-0.328
0.226
2.111
1
0.146
0.721
kemasan
-0.281
1.624
0.030
1
0.863
0.755
Constant 2.833 2.417 a. Variable(s) entered on step 1: jarak, kemasan.
1.374
1
0.241
16.995
52
Lampiran 14 Standar pengemasan ikan hias ekspor Item
Discus
Cichlid
Black Ghost
Kalimantan Tiger Fish Baby Dolphin
Bichir
Lobster Crab
Size (inch) 2 2.5-3 3.5 4 4.5-5 1-1.5 2-2.5 3 3 3.5-4 4.5-5 6-6.5 7-7.5 2 2.5-3 2 2.5-3 2 2.5-3 3.5-4 5-5 6-6,5 1.5-2 2 2.5-3 3-3.5 -
Plastic Bag 12x30 15x35 17x50 20x55 30x59 10x20 12x30 15x35 12x30 13x30 12x30 15x35 17x50 12x30 15x35 10x20 12x30 10x20 12x30 12x30 12x30 15x35 -
Mika BX-70 BX-6A 9X-5 BX-5A 9X-2A
Quantity 70 40 15 12 6 135 90 72 90 48 64 28 15 70 40 135 90 135 90 48 64 28 264 180 126 96 20
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 1991 dari ayah Subawani dan ibu Ngati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 88 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima pada Program Diploma Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan lulus pada tahun 2012. Tahun 2013 penulis ujian masuk Program Sarjana Alih Jenis dan diterima pada jurusan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan alih jenis, penulis juga bekerja di PT Futami Food and Beverages sebagai staff R&D Packaging Process sampai dengan Maret 2015.