Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
KEBIJAKAN PEMERINTAH DIBIDANG PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DALAM RANGKA MENINGKATKAN IKLIM INVESTASI DI INDONESIA Taufik H. Simatupang Pusjianbang Departemen Hukum dan HAM Republik Indoesia Jl. Raya Gandul Cinere, Jakarta Selatan
[email protected]
ABSTRACT Development at Indonesian by design get new been said is begun since Orde Baru, one that is enlightened deep each Repelita. Development nationaling to constitute exhaustive aware effort nation to lift degree and dignity so on a line with other nations at world. That development performing is alone not only mensyaratkan most actually development authorized capital in savvy most actually natural resourceses, but also given most actually tangible the other capital skill, management ability technology, etc.. On developments early phases, really feels that Indonesian nation ability haven't sufficed to get perform independent ala development. Technological limitation, skill and management ability and financial as serious constraint in development performing. To settle that constraint, government invites intern capital to do investment at Indonesian. Keywords: Development, Investment, Regulation
Sedangkan Pasal 10 menyatakan:
Pendahuluan Diijinkannya modal asing menanamkan in-
“Penanggulangan kemerosotan ekonomi serta pem-
vestasinya di Idonesia merupakan amanat dari Tap
bangunan lebih lanjut dari potensi ekonomi harus di-
MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pemba-
dasarkan kepada kemampuan dan kesanggupan rak-
haruan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi Keua-
yat Indonesia sendiri. Akan tetapi asas ini tidak bo-
ngan dan Pembangunan dan UU No. 1 tahun 1967
leh menimbulkan keseganan untuk memanfaatkan
tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Penyu-
potensi modal, teknologi, skill yang langsung ter-
sunan UUPMA merupakan penjabaran lebih lanjut
sedia di luar negeri, selama bantuan itu benar-benar
dari Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1966, sekaligus
diabadikan pada kepentingan ekonomi rakyat tanpa
Ketetapan MPRS tersebut merupakan latar belakang
mengakibatkan ketergantungan terhadap luar ne-
yang kokoh bagi terbentuknya UUPMA. Apabila di-
geri”.
lihat pada pasal 9 dan pasal 10 akan tampak jelas tu-
Dalam konsideran UUPMA disebutkan bah-
juan penyusunan UUPMA tersebut. Pasal 9 Tap
wa modal asing itu perlu dimanfaatkan secara mak-
XXIII/MPRS/1966 menyatakan bahwa:
simal untuk mempercepat pembangunan ekonomi
”Pembangunan ekonomi terutama berarti meng-olah
Indonesia serta digunakan untuk bidang-bidang dan
kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan
sektor-sektor yang dalam waktu dekat belum dan
ekonomi riil melalui penanaman modal, penggu-
atau tidak dapat dilaksanakan oleh modal Indonesia
naan teknologi, penambahan pengetahuan dan
sendiri. Dengan demikian, pada hakikatnya modal
peningkatan keterampilan, penambahan kemampu-
asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja.
an berorganisasi dan manajemen”. 118
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
Sumantoro (1987) mengintroduksikan beberapa teo-
da sektor-sektor yang harus melibatkan modal asing.
ri tentang penanaman modal asing dengan menda-
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
sarkan pada hubungan antara modal asing (Peru-
adalah metode penelitian hukum normatif, yang
sahaan Multi Nasional/PMN) dengan partner dari
mengutamakan data sekunder melalui studi do-
negara penerima modal yang dapat dikategorikan
kumen atau penelusuran literatur. Adapun data
sebagai hubungan kerjasama (cooperation) dan atau
sekunder dimaksud adalah sebagai berikut:
hubungan pertentangan (conflict of interest), dan
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum
juga hubungan yang kurang seimbang sehingga me-
yang mempunyai kekuatan hukum mengikat
nyebabkan ketergantungan (dependencia). Disam-
yang meliputi perjanjian internasional dan pera-
ping itu ada pula ahli yang dapat menerima masuk-
turan perundang-undangan yang terkait dengan
nya modal asing tanpa sifat ketergantungan, yaitu
PMA di Indonesia.
dengan melihat dari segi positif aliran ekonomi tra-
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum
disionalisme. Mereka mengemukakan bahwa PMN
yang dapat memberi penjelasan terhadap bahan
dapat mengembangkan industrialisasi negara pe-
hukum primer, seperti tulisan-tulisan bidang
nerima modal sehingga peranannya dapat diterima
hukum yang terkait dengan PMA, buku-buku
dan memang dibutuhkan dalam pembangunan. Di-
dan hasil penelitian lainnya.
sini teori dependencia digambarkan juga sebagai bagian dari serangkaian pendapat yang setuju dan
3. Bahan hukum tertier yaitu kamus-kamus, ensiklopedi dan lain-lain.
menolak PMN untuk melakukan kegiatan di negara penerima modal. (Raymond Vernon dalam Suman-
Pembahasan
toro, 1987)
Bagi perusahaan Penanaman Modal Asing
Pusat
perhatian
sekaligus
pokok per-
(PMA), di samping iklim ekonomi, stabilitas politik,
masalahan dalam tulisan ini terpusat pada bagai-
penting pula untuk dilihat adalah keadaan hukum
mana peran negara melalui serangkaian regulasinya
negara yang akan dituju. Perusahaan PMA pasti
dibidang hukum dalam rangka menstimulus pemba-
akan sangat memperhatikan peraturan perundang-
ngunan ekonomi. Sehingga kebijakan PMA di
undangan, apakah kiranya sistem dan ketentuan
Indonesia
akan mendorong iklim investasi yang
PMA yang berlaku memberikan prospek yang baik
sehat dan tidak merugikan kepentingan bangsa dan
bagi penanaman modal atau tidak. Dengan me-
negara.
mahami betapa pentingnya sebuah pengertian, maka Tujuan dari penelitian mandiri ini adalah
akan dipaparkan beberapa pengertian modal asing.
untuk memberikan gambaran awal tentang sejauh-
UUPMA memberikan pengertian penanaman modal
mana negara menunjukkan peranannya, melalui se-
asing dalam Pasal 1, yaitu:
rangkaian kebijakan-kebijakan strategis, untuk men-
”Penanaman modal secara langsung yang dilakukan
ciptakan iklim investasi yang mampu mendorong
menurut atau berdasarkan ketentuan UU ini dan
terciptanya pembangunan ekonomi. Khususnya pa-
yang
digunakan
menjalankan
perubahan
di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
119
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
langsung menanggung resiko dari penanaman mo-
mengenai perimbangan antara equity dengan loan
dal tersebut”.
agar bisa diperoleh modal asing yang sehat. Kiranya
Perumusan di atas mengandung unsur-unsur
suatu ketentuan dan pengertian modal asing yang
pokok yaitu:
lebih
1. penanaman modal secara langsung;
(Mulya Lubis, 1992)
2. penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan;
komprehensif
perlu
segera
dirumuskan.
Lebih lanjut UU Nomor 5 Tahun 1968 Tentang Ratifikasi ICSID juga mengatur tentang Perse-
3. perusahaan tersebut berada di Indonesia;
tujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perseli-
4. resiko yang langsung ditanggung oleh pemilik
sihan antara Negara dengan Warga Negara Asing
modal.
mengenai
Penanaman
Modal
(Convention
on
International Center for the Settlement of InvestKemudian menurut Pasal 2 Sub a yang
ment Disputes Between States and National of other
dimaksud alat pembayaran luar negeri adalah modal
States). Diratifikasinya ICSID ini tentu sebagai upa-
asing. Untuk menentukan alat pembayaran luar ne-
ya untuk merangsang minat para investor asing,
geri mana yang termasuk dalam pengertian modal
yakni menawarkan mekanisme penyelesaian per-
asing, dalam hal ini pembuat undang-undang meng-
selisihan yang diakui oleh dunia internasional. Hal
gunakan kriteria ”kekayaan devisa Indonesia”. Te-
ini disebabkan, seringkali yang menjadi kekha-
tapi UUPMA maupun UU Nomor 32 Tahun 1961
watiran bagi investor asing adalah dalam hal terja-
tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa tidak mem-
dinya perselisihan. Ketika terjadinya perselisihan
berikan penjelasan tentang pengertian kekayaan de-
yang diperiksa dan diselesaikan (diputus) menurut
visa negara. Kalau kita membaca pengertian modal
hukum negara setempat, menurut penilaian penanam
asing seperti yang tertera dalam UUPMA tersebut,
modal tidak cukup obyektif. Sehingga perlu diperik-
maka akan tampak bahwa pengertian modal asing
sa dan diputus oleh lembaga yang diakui dunia in-
kepada equity, suatu fresh capital yang datang dari
ternasional seperti ICSID.
luar negeri, meskipun diakui juga bahwa equipment, paten/teknologi baru juga termasuk dalam penger-
Kebijakan-kebijakan Dibidang PMA
tian modal asing. Selanjutnya hasil keuntungan pe-
Sejarah PMA di Indonesia masih dapat
rusahaan yang tidak ditransfer tetapi diinvestasikan
digolongkan sangat muda apabila dibandingkan
pun bisa termasuk modal asing. Secara harafiah se-
dengan negara-negara seperti Korea Selatan dan
benarnya pengertian modal asing ini hampir leng-
Taiwan yang sudah termasuk dalam New Indus-
kap. Perlu pula dipikirkan apakah loan yang berasal
trialized Country/NIC atau Negara Industri Baru
dari luar negeri dimasukkan sebagai modal asing.
(NIB). Sejak kemerdekaan memang sudah ada mo-
Sebab dalam lalu lintas modal dan pinjaman yang
dal asing yang masuk ke Indonesia tetapi potensinya
begitu kompleks seperti sekarang ini tidak realistis
belum menjadi kekuatan ekonomi yang nyata. Se-
apabila mengabaikan soal loan yang semakin lama
cara formal penanaman modal baru mempunyai lan-
semakin berperan. Tentu harus ada kebijaksanaan
dasan hukum sejak dikeluarkannya UU Nomor 1
120
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
UUPMA menyebutkan secara eksplisit me-
(UUPMA). Untuk mengungkap tabir serta kenya-
ngenai bidang-bidang yang tidak boleh dima-
taan yang ada dari kebijakan-kebijakan PMA, khu-
suki oleh modal asing sehubungan dengan dua
susnya UUPMA dan PMA di Indonesia, maka perlu
hal tersebut. Disamping itu BKPM juga menge-
dikaji UUPMA, sehingga bisa dipahami secara lebih
luarkan Daftar Skala Prioritas (DSP) yang setiap
objektif. Ada beberapa sektor yang terkait secara
tahunnya mengalami perubahan. Pada satu sisi
langsung dengan UUPMA maupun PMA, yaitu:
hal tersebut memang kondusif bagi Indoensia,
1. Modal Asing
khususnya bagi perkembangan PMDN, tetapi
Pada prinsipnya peranan modal asing di
kenyataan menunjukkan banyak bidang-bidang
Indonesia tidak hanya melalui foreign direct
usaha yang digarap oleh BUMN membutuhkan
investment sebab berdasarkan Pasal 23 UUPMA
modal yang besar, dan tampaknya tidak cukup
dapat juga terjadi melalui joint ventura, yaitu
mampu jika hanya dibebankan pada modal
sebagian modal asing dan sebagian lagi dari
nasional.
modal nasional. Tetapi seringkali menjadi per-
3. Tenaga Kerja
soalan adalah ketentuan dalam Pasal 18
Keberadaan Pasal 9 UUPMA yang memberikan
UUPMA yang menyebutkan bahwa izin in-
kewenangan kepada investor asing untuk me-
vestor asing diberikan paling lama 30 tahun.
nentukan direksi perusahaan adalah logis. Ada-
Mengedepankan persoalan lamanya izin yang
pun tuntutan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
diberikan ini karena dihadapkan pada nilai
kerja dengan warga negara Indonesia, kecuali
keuntungan yang diperoleh investor asing. Se-
yang belum terisi atau tidak bisa diisi oleh war-
hingga, muncul pertanyaan apakah ketentuan
ga negara Indonesia, sebagaimana diatur dalam
tersebut justru tidak mengurangi daya tarik
Pasal 10 dan 11 UUPMA dengan PMA yang
terhadap investor asing. Daya tarik yang bisa di-
diimplementasikan dalam bentuk joint ventura,
kedepankan justru pengaturan mengenai hak
disamping kepentingan-kepentingan kita dalam
transfer sebagaimana ditentukan dalam Pasal
berbagai aspek ekonomi.
19-20 UUPMA. Sebab, hampir semua investor
4. Fasilitas-fasilitas Bagi PMA
asing mengharapkan dapatnya diberikan izin
Pemerintah melalui UUPMA memberikan in-
transfer keuntungan-keuntungan usahanya da-
sentif pada perusahaan modal asing baik berupa
lam bentuk valuta asli. (Kartasapoetra 1985)
pembebasan atau keringanan pajak (tax holiday)
2. Bidang Usaha
dengan mengingat prioritas mengenai bidang-
Penentuan bidang usaha yang boleh dimasuki
bidang usaha. Bahkan apabila perusahaan modal
oleh modal asing, disamping menggunakan
asing tersebut sangat diperlukan bagi pertum-
parameter yang berkaitan dengan bidang-bidang
buhan ekonomi, pemerintah menjanjikan ke-
yang penting bagi negara dan menguasai hajat
longgaran-kelonggaran lain disamping pembe-
hidup rakyat banyak, juga yang menduduki pe-
basan dan keringanan pajak. Setelah diada-
ranan penting dalam pertahanan negara. Pasal 6
kannya tax reform 1983 maupun setelah diubah
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
121
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
dengan UU Pajak 1994 tampaknya fasilitas atau
negara penerima, setidaknya seperti yang terjadi di
kelonggaran ini tidak lagi diberikan.
Amerika Latin. Disini, perusahaan penanaman mo-
5. Nasionalisasi dan Kompensasi
dal asing tidak membawa modal ke negara penerima
Kebijakan mengenai nasionalisasi sebagaimana
justru menggunakan modal yang ada di negara
diatur dalam Pasal 21 UUPMA tampaknya amat
penerima. Dengan demikian, perusahaan modal
kondusif dalam menarik modal asing. Sebab,
asing yang diyakini akan memodernisasi dan meru-
nasionalisasi baru dilakukan jika kepentingan
bah strktur sekonomi karena merupakan sumber
negara menghendaki. Itupun ditempuh melalui
modal bagi negara berkembang belum tentu sepe-
produk undang-undang. Untuk itu perlu investor
nuhnya benar. Di Indonesia sendiri apabila diana-
asing diberikan kompensasi yang macam dan
lisis penanaman modal asing, pada proyek baru
cara pembayarannya ditentukan melalui putusan
yang disetujui pada tahun pertama Repelita V ber-
arbitrase (Pasal 21-22 UUPMA).
jumlah 338 buah dengan nilai investasi 4.373,7 juta
6. Kewajiban Bagi Penanam Modal Asing
US$. Apabila dibandingkan dengan keadaan akhir
Kewajiban yang dibebankan kepada investor
Repelita IV sebanyak 155 proyek dengan nilai in-
asing berdasarkan Pasal 27 UUPMA hanya
vestasi 1.849,1 juta US$, jumlah proyekd an nilai
memberi kesempatan partisipasi bagi modal
investasinya meningkat menjadi lebih dari dua kali
nasional secara efektif setelah jangka waktu ter-
lipat.
tentu melalui penjualan saham.
Dari data tersebut, tampaknya perkem-
7. Pengawasan/Koordinasi
bangan investasi asing di Indonesia mengalami
Mengenai pengawasan atau koordinasi diatur
perkembangan yang cukup mengesankan. Namun
dalam Pasal 13, 17, 20 dan 28 UUPMA, yang
demikian, masih bisa dipertanyakan seberapa jauh
lebih banyak dijelaskan dalam peraturan pelak-
perkembangan penanaman modal asing tersebut
sanaannya. Permasalahannya seringkali terjadi
mampu memodernisasi ekonomi Indonesia. Swasta
dalam hal pengawasan dan koordinasiadalah
domestik memainkan peranan yang sangat besar
tidak adanya sinkronisasi antar departemen se-
dalam kurun waktu tersebut. Investasi swasta do-
hingga seringkali terjadi tumpah tindih kewe-
mestik memberikan kontribusi tertinggi bagi inves-
nangan.
tasi Indonesia dengan menggarap 41%-74% dari total investasi di Indonesia. Angka tertinggi terjadi
Perkembangan PMA di Indonesia
pada tahun 1969 dengan total 73,6% dari kese-
Penanaman modal asing, tampaknya selalu
luruhan investasi dan angka terendah terjadi pada ta-
memberikan kesan akan membawa dampak moder-
hun 1976 dengan 41% dari seluruh investasi. Se-
nisasi dan perubahan ekonomi suatu negara. Studi
dangkan investasi yang dilakukan oleh pemerintah
yang dilakukan oleh PBB telah menunjukkan bahwa
berkisar dari 22,1% sampai 50% dari seluruh inves-
modal asing belum tentu memberikan modal pada
tasi, seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini:
122
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
Tabel 1 Pangsa Investasi Swasta, Investasi Domestik, Investasi Asing dan Investasi Pemerintah Terhadap Total Investasi 1969 – 1990 (dalam %) Total Investasi Investasi Investasi Investasi Tahun Investasi Swasta Pemerintah Swasta Swasta Asing Domestik 1 2 3 4 5 6 1969 100.00 76,9 23,1 3,3 73,6 1970 100.00 64,3 35,6 77,7 56,6 1971 100.00 65,3 34,7 10,3 55,0 1972 100.00 71,1 28,9 12,3 58,8 1973 100.00 65,3 34,7 15,9 49,4 1974 100.00 50,3 49,7 14,9 35,4 1975 100.00 62,9 38,0 11,0 51,0 1976 100.00 50,0 50,0 8,3 41,7 1977 100.00 53,6 46,4 5,8 47,8 1978 100.00 65,1 34,9 5,0 60,1 1979 100.00 68,6 31,4 5,0 63,6 1980 100.00 59,2 40,8 2,8 56,4 1981 100.00 66,1 33,9 1,7 64,4 1982 100.00 63,8 36,2 2,2 61,6 1983 100.00 66,9 33,1 2,5 64,5 1984 100.00 67,2 32,8 2,1 65,2 1985 100.00 65,0 35,0 2,8 62,3 1986 100.00 68,2 31,8 2,7 65,6 1987 100.00 74,9 26,0 4,3 69,7 1988 100.00 77,9 22,1 5,2 72,7 1989 100.00 73,3 26,7 8,6 64,7 1990 100.00 75,1 24,9 9,3 65,8 Sumber: Sukamdani S. Gito Sardjono 1993:7 penanaman modal asing di Indonesia dalam kurun
Kesimpulan Penanaman modal asing diyakini akan
waktu 1969-1990 masih berada dalam garis UUP
mampu membantu mempercepat modernisasi eko-
MA yang pada asanya menyatakan bahwa penana-
nomi dan perubahan stukur ekonomi indonesia dari
man modal asing hanya sebagai pelengkap
struktur agraris menjadi perekonomian dengan struktur industri bahkan struktur jasa. Namun demi-
Daftar Pustaka
kian, investasi asing di Indonesia dalam kurun wak-
Donnel, Barnes, Metzger, ”Law for bisnis”, Irwin,
tu 1969-1990 hanya merupakan 6,51% dari seluruh pangsa investasi di Indonesia. Selebihnya sebesar 93,49% merupakan investasi yang dilakukan oleh PMDM. Sedangkan apabila dilihat dari perbandingan jumlah proyek maka PMA mengerjakan 21,5% (691 proyek) dari total proyek dan PMDN mengerjakan 78,5% (2.516 proyek) dari total pro-
Homewood, Illionis, 1983. Gitosarjono, Sukamdani, ”Bisnis dan Pembangunan Ekonomi”, Haji massagung, Jakarta, 1993. Lubis, T. Mulya, ”Hukum dan Ekonomi”, Sinar Harapan, Jakarta, 1992. Hartono, Sunaryati, ”Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”, Bina Cipta, Jakarta, 1988.
yek yang ada. Adapun perbandingan nilai investa-
Hartono, Dimiyati, ”Hukum Sebagai Faktor Penentu
sinya adalah PMA: PNBM= 25,6%: 74,4%. Realitas
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi”, Pida-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
123
Kebijakan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Rangka Meningkatkan Iklim Investasi di Indonesia
to
pengukuhan
guru
besar
UNDIT,
Semarang, 1990.
Sunny, Ismail dan Hudioro, Rochmat, ”UUPMA dan Kredit Luar Negeri”, Pradnya Parami
Rahardjo, Satjipto, ”Hukum dan Perubahan Sosial”,
ta, Jakarta, 1968.
Alumni, Bandung, 1979.
124
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009