KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
ANGGARY PASHA DEWANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRACT
ANGGARY PASHA DEWANI. Policy, Implementation, and Communication Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Under the Guidence of TITIK SUMARTI. The objectives of the study were to analyze CSR policy and programs, community participation, benefits of programs, and CSR communication of PT Indocement at Citeureup – Bogor. For this purpose, this study gained primary and secondary data on CSR policy and programs, community participation and its benefit, and types of CSR communication of PT Indocement. The results show that PT Indocement had properly formulated the policy and programs of CSR based on vision, mision and objectives of the company in line with the principle of the Triple Bottom Lines, which covers economic, social and environmental aspects Some CSR programs for the betterment of the local community have been done by PT Indocement. The participation of the target groups on the two selected trainings (motor cycle training, and paper bag waste training) was high; and the participants got benefits from that trainings, in terms of gain relevance knowledge and skills, and job oportunity (economy). Several types of commuciation used by PT Indocement to communicate the CSR policy and program implementations e.g. annual report, company profile, internal meeting and discussions, print media, electronic media (include website), and direct communication with the stakeholders such as seminar, meeting and Bilikom. Bilikom is a coordination and communication forum of the stakeholders at the village level was done every three months which was done effectively. Keywords: CSR policy, community participation, CSR benefits, and CSR communication
RINGKASAN ANGGARY PASHA DEWANI. Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI. Selain berkontribusi secara bisnis, perusahaan seharusnya juga berkontribusi secara sosial melalui implementasi Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak pengertian tentang CSR, namun pada hakekatnya adalah komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dengan tetap memperhatikan aspek triple bottom lines. PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P); 2) mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi Program CSR PT Indocement; 3) menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR; dan 4) mengidentifikasi bentuk komunikasi CSR PT Indocement kepada stakeholders. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta program dalam implementasi program CSR, tingkat manfaat yang diperoleh dan keefektifan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Pendekatan kualitatif (wawancara terstruktur) digunakan untuk memahami secara mendalam tentang kebijakan CSR PT Indocement, implementasi program CSR serta bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, partisipasi dalam program (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring), manfaat partisipasi dalam program (pengetahuan, keterampilan, ketenagakerjaaan, dan ekonomi), bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders, keefektifan Bilikom. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, visi, misi dan tujuan perusahaan, kebijakan dan program CSR. Pemilihan responden penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu empat responden masing-masing untuk pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen serta 30 responden (yang terbagi kedalam enam desa binaan) untuk kegiatan Bilikom. Sedangkan informan kunci adalah Public and General Affair Division Manager dan CDO Departement Head. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang yang dianalisa secara deskriptif dengan didukung hasil wawancara. Penelitian dilakukan di PT Indocement unit operasi Citeureup, yang terletak di Jalan Mayor Oking Jaya Atmajaya, Citeureup-Bogor Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan
keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit). Tingkat partisipasi peserta adalah tinggi pada tahap pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down karena masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan perencanaan program. Hubungan antara tingkat partisipasi peserta dalam implementasi dan tingkat manfaat yang diperoleh adalah negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh dan sebaliknya. Hal ini selain disebabkan faktor internal peserta (kurang motivasi dan berusaha), juga kurangnya pendampingan dari pihak Bilik setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan. PT Indocement melakukan berbagai upaya komunikasi diantaranya dalam bentuk laporan tahunan, media massa, pertemuan dalam seminar/presentasi/rapat/pameran, serta mengadakan kegiatan Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bilikom oleh masyarakat sudah dirasakan efektif (baik) dalam menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar). Namun Bilikom sebagai forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan masalah masyarakat belum secara maksimal dilakukan dan cenderung hanya mensosialisasikan program. Selain itu, dalam pelaksanaan Bilikom belum pernah dikemukakan atau dilaporkan terkait dana CSR yang dialokasikan di setiap desa. Sebagai saran, sebaiknya Renstra PT Indocement dapat diakses di website. Cakupan pelaporan CSR di dalam laporan tahunan lebih luas dan panjang. Peserta pelatihan montir sepeda motor di dampingi dan di fasilitasi untuk mengembangkan usaha motor sendiri yang akan meningkatkan peluang usaha, peluang kerja dan pendapatan. Juga memfasilitasi peserta pelatihan membatik llimbah kertas semen dalam menghadapi masalah pengadaan bahan baku (pewarna alami dan pemasaran hasil). Selanjutnya kegiatan Bilikom dibuat lebih menarik dan transparan bagi stakeholders.
KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
ANGGARY PASHA DEWANI
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SKRIPSI
Judul
Nama Mahasiswa NRP
: Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. : Anggary Pasha Dewani : I34052328
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927198601 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827198303 1 001
Tanggal Lulus: ______________
LEMBAR PERNYATAAN DENGAN
INI
BERJUDUL
SAYA
MENYATAKAN
KEBIJAKAN,
BAHWA
IMPLEMENTASI
SKRIPSI
DAN
YANG
KOMUNIKASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH (SKRIPSI) PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.
Bogor, September 2009
ANGGARY PASHA DEWANI I34052328
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Maret 1987 dari Ayah bernama Hardinsyah dan Ibu bernama Priyani Etsuri Putri. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu Sekolah Dasar (SD) di Towong State School pada tahun 1993-1994 dan pindah ke Sekolah Dasar Ironside State School pada tahun 1994-1996 di kota yang sama. Pendidikan SD ditamatkan pada tahun 1999 dari SD Polisi I Bogor. Selanjutnya melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Bogor dan tamat tahun 2002. Pendidikan SMA diselesaikan di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA),
Institut Pertanian Bogor. Menumpuh pendidikan S1 pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan Minor Kewirausahaan Agribisnis. Selama mengikuti pendidikan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai sekretaris divisi Public Relation tahun 2007-2008. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian, pelatihan dan seminar tentang komunikasi, pengembangan masyarakat dan CSR antara lain Peran Media dalam Komunikasi, Community Development is Road to CSR, Leadership Training for Students on CSR (LET's CSR), dan Peran CSR dalam Pengentasan Kemiskinan. Selain aktif dalam kegiatan non-kurikuler, penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis bagi mahasiswa semester 6, 7 dan 8 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB dan Mahasiswa FAPET IPB pada tahun 2008 dan 2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kebijakan,
Implementasi
dan
Komunikasi
Corporate
Social
Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Topik
penelitian
dipilih
dengan
pertimbangan
bahwa
semakin
berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang dipelajari di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana kebijakan, implementasi dan bentuk komunikasi stakeholders CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih karena merupakan perusahaan multinasioanal yang telah meraih salah satu penghargaan dalam ajang Indonesian CSR Awards 2008. Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi
ini
masih
banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk diri penulis sendiri.
Bogor, September 2009
Anggary Pasha Dewani
UCAPAN TERIMA KASIH
Terwujudnya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari peran dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi. 2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada ujian skripsi penulis. 3. Ir. Anna Fatchiya, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen dan pembimbing akademik. 4. Papa dan Mama atas kasih sayang dan motivasi serta kepeduliannya pada pendidikan ananda sejak masa kecil sampai saat ini. Juga terima kasih kepada papa yang telah banyak memberi inspirasi dan solusi serta menjadi sparing patner diskusi dalam mewujudkan skripsi ini. 5.
Adikku (Azri dan Amer) dan keluarga yang lainnya yang selalu setia memberikan motivasi. curahan doa dan cinta kasihnya selama ini baik secara moral dan fisik.
6. Pihak pimpinan maupun karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa, khususnya Bapak Kuky, Bapak Alex dan Ibu Via serta bagian CDO yaitu , Pak Toto, Ibu Lia, Pak Romi, Pak Sani, Pak Usman, Pak Yadi, Pak Arel, Pak Dadan, Pak Agus, Pak Dedi, Pak Bambang, Pak Fajar dan segenap pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 7. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi asistem pada mata kuliah Komunikasi Bisnis sehingga sebagian teori Komunikasi Bisnis penulis aplikasikan pada penelitian ini. 8. Teman satu bimbingan: Mora, Nunik dan Alam, yang telah memberikan semangat dan bersedia bertukar pikiran. 9. Sahabatku tercinta: Metri, Icha, Away, Gilang, Ewen, Yayan, Furqon Mimi, Oji, Oel, Fahmi, Edu, Arya serta teman KPM42 lainnya yang telah
memberikan semangat, dorongan dan teman berbagi selama penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabat yang sudah tujuh tahun setia menemaniku: Atieh, Ecie, Fauziah, Suci, Yuki, Trias, Dewi, Lulu, Dian. Terima kasih atas semangat, doa, motivasi baik moral maupun fisik. 11. Raditya Pradana yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya. 12. Pimpinan Departeman Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................
1 4 6 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
7
2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) ..................................................... 2.1.1 Perkembangan dan Definisi CSR........................................................ 2.1.2 Prinsip dan Ruang Lingkup CSR......... ............................................... 2.2 Implementasi CSR. ................................................................................... 2.2.1 Pengembangan Masyarakat dan Konsep Partisipasi dalam Implementasi CSR.................................................................... 2.2.2 Manfaat Implementasi CSR ................................................................ 2.3 Komunikasi Stakeholders dalam CSR ....................................................... 2.3.1 Definisi dan Model Stakeholders ........................................................ 2.3.2 Definisi dan Bentuk Komunikasi ........................................................ 2.3.3 Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR..................................... 2.4 Kerangka Pemikiran................................................................................... 2.5 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 2.6 Definisi Konseptual.................................................................................... 2.7 Definisi Operasional...................................................................................
7 7 9 14 18 20 21 21 24 26 28 31 31 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 3.3 Pemilihan Responden Penelitian................................................................ 3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................
35 35 36 37 38
ii
BAB IV GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT.................................. 40 4.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indocement............................................... 4.2 Visi, Misi, Moto dan Kebijakan PT Indocement ....................................... 4.3 Struktur Organisasi PT Indocement ........................................................... 4.4 Prestasi PT Indocement.............................................................................. 4.5 Ikhtisar .......................................................................................................
40 41 44 45 47
BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT........................................................................................ 49 5.1 Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR ......................... 5.2 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) ................ 5.3 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People)......................... 5.4 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) ...................... 5.5 Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup ......................... 5.6 Ikhtisar .......................................................................................................
49 51 53 54 58 65
BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM........... 66 6.1 Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen............................................... 6.2 Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan............................................ 6.3 Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan ............................................ 6.4 Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring ............................................. 6.5 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program......................... 6.3 Ikhtisar .......................................................................................................
66 69 70 72 73 75
BAB VII MANFAAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM .............. 76 7.1 Manfaat Pengetahuan dan Keterampilan ................................................... 7.2 Manfaat Ketenagakerjaan dan Ekonomi (Pendapatan) .............................. 7.3 Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta................................................... 7.4 Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Implementasi dan Tingkat Manfaat .................................................................................. 7.5 Ikhtisar ......................................................................................................
76 77 78 79 81
iii
BAB VIII KOMUNIKASI CSR KEPADA STAKEHOLDERS ................. 82 8.1 Stakeholders PT Indocement ..................................................................... 8.2 Bentuk Komunikasi Kepada Internal Stakeholders .................................. 8.3 Bentuk Komunikasi Kepada External Stakeholders ................................ 8.4 Kefektifan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) ......................... 8.5 Ikhtisar ......................................................................................................
82 83 88 90 96
BAB IX PENUTUP ........................................................................................ 98 9.1 Kesimpulan ................................................................................................ 98 9.2 Saran........................................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101 LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas dan Perusahaan dalam CSR ...................................................................................... Tabel 2. Definisi Operasional Terkait Tingkat Partisipasi dalam Implementasi program ........................................................ Tabel 3. Definisi Operasional Terkait Tingkat Manfaat Implementasi program dan Keefektifan Bilikom ........................... Tabel 4. Jenis Data, Uraian Data dan Sumber Data Penelitian..................... Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) .......................... Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Sosial (People)................................... Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit)................................ Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Pelatihan Berdasarkan Identitas ...................................................................... Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan.......................................................................... Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan .......................................................................... Tabel 11 Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring ........................................................................... Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatian ..................................................................... Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatian............................................................................................ Tabel 14. Jumlah dan Persentase Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Peserta Pelatihan....................................................... Tabel 15. Jumlah dan Persentase Perubahan Peluang Ketenagakerjaan dan Ekonomi Peserta Pelatihan....................................................... Tabel 16. Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta Pelatihan........................ Tabel 17. Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Peserta Pelatihan ............................................................................. Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat dalam Implementasi Pelatihan ........................................................ Tabel 19. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006) ..........................
21 33 34 38 55 56 57 68 70 71 72 74 74 76 77 78 79 80 87
v
Tabel 20. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) ......................... Tabel 21. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006) .......................... Tabel 22. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) ......................... Tabel 23. Jumlah dan Presentase Stakeholders Bilikom PT Indocement Berdasarkan Identitas Responden.......................... Tabel 24. Jumlah dan Presentase Pengetahuan Responden Bilikom Terkait CSR PT Indocement .......................................................... Tabel 25. Jumlah dan Presentase Persepsi Responden Terhadap Komunikasi dalam Bilikom PT Indocement................................... Tabel 26. Jumlah dan Presentase Keterlibatan Responden dalam Bilikom PT Indocement .................................................................. Tabel 27. Keefektifan Bilikom Berdasarkan Skoring .....................................
87 90 90 91 92 93 94 94
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003) ............................... 11 Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committe Draft ISO 26000....................... 13 Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998) ....................................... 16 Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian...................................................... 30 Gambar 5. Struktur Organisasi PT Indocement ......................... ..................... 46 Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement ......................... 59 Gambar 7.Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement...................... 60 Gambar 8. Jaringan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi)................... 95
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia” (Republik Indonesia, 2000). Berdasarkan tujuan tersebut tampak jelas sejak 64 tahun yang lalu Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mempunyai komitmen dalam upaya mensejahterakan masyarakat dan mencerdaskan bangsa, termasuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sejalan
dengan
komitmen
tersebut,
Pemerintah
Indonesia
ikut
menandatangani Deklarasi Milenium pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Sepetember tahun 2000 beserta 188 negara anggota PBB lainnya. Deklarasi ini menyepakati tujuan-tujuan pembangunan global yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals - MDGs) yang mengandung 8 tujuan. Delapan tujuan tersebut meliputi: 1) mengurangi kemiskinan dan kelaparan, 2) pendidikan dasar untuk semua, 3) meningkatkan kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi kematian anak, 5) memperbaiki kesehatan ibu, 6) mengatasi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, 7) memastikan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan, dan 8) membangun jaringan kemitraan global (UNDP, 2002). Pemerintah Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Deklarasi Milenium, mempunyai kewajiban untuk merealisasikan pencapaian MDGs sebelum tahun 2015. Sangat disadari bahwa pencapaian MDGs bukanlah hal yang mudah sehingga pemerintah Indonesia diharapkan serius dalam menangani berbagai masalah ekonomi, lingkungan dan sosial kemasyarakatan secara menyeluruh. Hal tersebut merupakan bentuk pemenuhan janji pemerintah kepada rakyat, terutama dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Indonesia mengalami masalah kualitas hidup manusia yang ditunjukkan oleh
2
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 1999 yang berada pada peringkat 99 dari 175 Negara (UNDP 2000) yang kemudian menurun menjadi peringkat 107 dari 177 Negara pada tahun 2007 (UNDP, 2008). Bahkan pada tahun 2007 peringkat IPM Indonesia jauh lebih buruk dibanding Negara tetangga seperti Malaysia (peringkat 63), Thailand (peringkat 78), Cina (peringkat 81) dan Philipina (peringkat 90) (UNDP, 2008). Upaya pencapaian MDGs tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi juga peranserta swasta dan masyarakat. Pemerintah berperan sebagi pelaku utama dalam hal regulasi dan penegakannya, pengawasan, penyediaan infrastuktur dasar, peningkatan kapasitas, dan fasilitasi program-program yang terkait upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Masyarakat pun berperan penting dalam penyampaian aspirasi publik, membangun prakarsa-prakarsa bagi segenap stakeholders, pelaksanaan program dan kontrol sosial terhadap kebijakan dan program-program pembangunan Sementara pihak swasta, yaitu dunia usaha memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi yang disertai dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Oleh karena itu, dunia usaha sebagai mitra pemerintah dan masyarakat seharusnya dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian MDGs melalui praktik CSR yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pertemuan World Business Council for Sustainability Developement (WBCSD) di New York Tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target MDGs. Selain alasan etika bisnis, pelaksanaan CSR di Indonesia juga didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 bahwa “ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan” (Republik Indonesia, 2007). Dalam hal ini, Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan adalah CSR CSR merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (WBCSD, 2005). CSR juga sebagai komitmen dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial
3
terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya (Depsos, 2005). Banyak pengertian tentang CSR, tetapi pada hakekatnya CSR adalah komitmen perusahaan dalam meminimalkan risiko negatif dan memaksimalkan manfaat dari kebijakan dan proram perusahaan bagi lingkungan fisik dan sosialnya. Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak saja memberikan dampak positif, berbuat kebajikan bagi kesejahteraan stakeholders, tetapi juga mengelola kegiatan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan perusahaan (Hardinsyah, 2009). Oleh karena itu indikator keberhasilan CSR tidak semata diamati dari segi finansial, tetapi juga dari segi perubahan-perubahan perilaku dan manfaat yang tercipta pada komponen ekonomi, sosial dan lingkungan (yang dikenal dengan sebutan triple bottom lines, yaitu profit, people, planet - 3P) sebagai akibat dari implementasi CSR. Kajian AIMS Consultant (2005) menyatakan bahwa menurut para pimpinan perusahaan yang diwawancarai, menyebutkan tujuan utama kegiatan CSR haruslah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik baga karyawan, pekerja maupun konsumen dan masyarakat. Chamsyah (2007) juga menyatakan, bila perusahaan menjalankan praktik CSR dengan baik, sebagian masalah yang dihadapi bangsa ini seperti kemiskinan, pengangguran, keterbatasan pelayanan kesehatan dan pendidikan akan terselesaikan. Hasil penilaian Indonesian CSR Awards 2008 juga memperlihatkan bahwa hampir semua perusahaan yang menjadi peserta Indonesia CSR Awards 2008 sudah melaksanakan CSR di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan dalam kerangka turut meningkatkan kesejahteraan dan kulitas hidup manusia. Indonesian CSR Awards 2008 diikuti oleh 20 perusahaan meliputi 38 topik program di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan serta kombinasinya (Komite Ahli Indonesian CSR Award., 2008). Salah satu perusahaan yang meraih penghargaan Indonesian CSR Awards 2008 adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (selanjutnya disebut PT Indocement). Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih mendalam dan dikomunikasikan secara ilmiah bagaimana implementasi CSR PT Indocement tersebut.
4
1.2 Perumusan Masalah Pencapaian MDGs merupakan wujud dari upaya pemerintah, swasta (dunia usaha) dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dibutuhkan kemitraan antara stakeholders untuk mencapai tujuan MDGs. Salah satu kontribusi sektor swasta dalam mengatasi permasalahan ini adalah melalui praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut UNDP dan IBLF (2003) seperti di kutip oleh Jalal (2007) mengemukakan tiga alasan kuat mengapa sektor swasta melalui CSR perlu berkontribusi dalam pencapaian MDGs yaitu: 1) perusahaan bisa mengelola risiko dari dampak operasinya, 2) perusahaan akan mendapatkan lingkungan yang baik untuk mendukung bisnisnya,
dan 3) perusahaan akan mendapatkan berbagai
peluang bisnis baru. Pelaksanaan CSR akan memberikan manfaat yang besar jika CSR yang diimplementasikan berasal dari komitmen perusahaan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar prinsip triple bottom line (profit, people, planet - 3P). Namun, praktik CSR tidak cukup dengan kebijakan atau komitmen saja, melainkan juga didukung aksi nyata melibatkan partisipasi seluruh stakeholder pada dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Rudito dan Famiola, 2007). Melalui keterlibatan semua stakeholders maka diharapkan program CSR dapat dirasakan tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan stakeholders khususnya masyarakat setempat. CSR juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik dengan stakeholders. Hal ini didukung oleh pernyataan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Sistem Fiskal, Hariyadi B. Sukamdani, pada Kongres Pembangunan Manusia di Kalangan Dunia Usaha dalam Rangka Perwujudan CSR, bahwa CSR di Indonesia masih terkendala akibat komunikasi yang minimal antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat (Girsang, 2006). Kurang terjalinnya komunikasi dengan stakeholders dapat memicu terjadinya kesalahpahaman diantara stakeholders hingga dapat berbuah konflik sosial.
5
Tentu tidak ada perusahaan yang menginginkan terjadinya konflik sosial untuk itu prinsip transparansi dalam pengungkapan sosial sangat diperlukan. Seperti yang dikemukakan Ketua Umum IAMI Ali Darwin bahwa transparansi merupakan salah satu prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal dengan istilah Good Corporate Governance – GCG (Sujatmiko, 2008). Pelaporan atau pengungkapan CSR tidak hanya mengungkapkan dampak positif yang diperoleh stakeholders melainkan transparansi terhadap pengelolaan dampak negatif atau risiko yang mungkin muncul akibat operasi perusahaan. PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR, yang ditunjukkan dengan adanya Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat dan Sustainable Development Project (SDP). Program Lima Pilar meliputi: Pilar Pendidikan, Pilar Ekonomi, Pilar Kesehatan, Pilar Sosial, Budaya, Agama, dan Olahraga, serta Pilar Keamanan. Sedangkan Sustainable Development Project (SDP) merupakan program-program lingkungan dan ekonomi yang mendukung keberlanjutan bisnis, meliputi pengembangan Jatropha (jarak), Waste to Energy (pengelolaan sampah), Peternakan (kompos dan biogas),
Local Purchase (pembelian produk lokal),
Local Employee (rekuitment tenaga kerja lokal) dan Pengembangan UMKM (Indocement, 2009). Berdasarkan hal tersebut, perlu dikaji lebih mendalam mengenai kebijakan dan implemetasi CSR PT Indocement serta cara pengkomunikasian kepada stakeholders. Selain itu, menarik untuk dikaji sejauhmana implementasi program CSR memberikan manfaat bagi masyarakat. Sehingga beberapa pertanyaan sebagai perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines (3P)? 2. Bagaimana partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement? 3. Bagaimana manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR? 4. Bagaimana
kebijakan
dan
implementasi
dikomunikasikan kepada stakeholders?
CSR
PT
Indocement
6
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P). 2. Mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement. 3. Menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement. 4. Mengidentifikasi bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement kepada stakeholders.
1.4 Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian CSR, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai implemenatsi CSR dan contoh-contoh pengembangan inovasi dalam implementasi CSR. 2. Kalangan akademisi, guna menambah literatur kajian CSR dan inspirasi dalam proses pembelajaran CSR. 3. Kalangan
swasta
dan
masyarakat,
dapat
memberikan
tambahan
pengetahuan mengenai implementasi CSR PT Indocement. 4. Kalangan pemerintah, memperoleh masukan dalam penyusunan pedoman implementasi dan pengkomunikasian kebijakan dan implementasi CSR.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejalan dengan topik dan tujuan skripsi, dalam bab tinjauan pustaka ini dipaparkan tentang CSR yang meliputi perkembangan dan definisi CSR serta prinsip dan ruang lingkup CSR. Dilanjutkan dengan pemaparan implementasi CSR yang meliputi pengembangan masyarakat dan konsep partispasi dalam CSR serta manfaat implementasi CSR. Kemudian diakhiri dengan review tentang komunikasi stakeholders dalam CSR yang meliputi definisi dan model stakeholders, definisi dan bentuk komunikasi, serta upaya komunikasi stakeholders dalam CSR.
2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1
Perkembangan dan Definisi CSR Meskipun
praktik
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
atau
Tanggungjawab Sosial Perusahaan telah dikenal sejak dunia bisnis berkembang yang dikaitkan dengan peran perusahaan bagi masyarakat (Handy C, 2002), tetapi tinjauan akademik tentang CSR masih relatif baru. Secara global, perhatian akademisi terhadap CSR tergolong fenomenal sejak tahun 1950-an, termasuk tentang debat antara yang pro dan kontra terhadap CSR (Caroll, 2008). Khusus di Indonesia, kajian tentang CSR meningkat pesat sejak sepuluh tahun terakhir. Sejalan dengan perkembangan pesat implementasi CSR oleh banyak perusahaan, tumbuh pula berbagai kelembagaan yang berperan dalam memberikan bantuan teknis (konsultasi) tentang CSR, sistim pelaporan CSR, advokasi dan pengembangan masyarakat dalam kerangka implementasi CSR. Di dunia akademik telah lahir jurnal tentang CSR dan program studi atau peminatan bidang studi tentang CSR, serta berbagai kajian, diskusi dan pelatihan tentang CSR (Hardinsyah, 2008). CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di perusahaan dan di masyarakat. Etika yang dianut perusahaan merupakan bagian dari budaya perusahaan (corporate culture) dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Pemikiran yang mendasari CSR yang sering
8
dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (shareholders) tapi juga kewajibankewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban mencari keuntungan dan mentaati regulasi (Sedyono, 2002). CSR juga dapat dianggap sebagai bagian dari modal sosial di suatu organisasi. Dalam konteks perusahaan, tanggungjawab sosial ini disebut Corporate Social Responsibility (CSR). CSR bagian dari kewajiban moral perusahaan yang semestinya dilaksanakan tanpa regulasi pemerintah. Secara sederhana CSR adalah berbuat kebajikan ke dalam dan keluar perusahaan (Caroll, 2003). Istilah CSR pertama kali muncul dalam diskursus akademik sejak munculnya tulisan Howard Rothmann Bowen berjudul Social Responsibility of the Businesman pada tahun 1953. Menurut Bowen tanggungjawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan dalam membuat kebijakan, pengambilan keputusan dan bertindak yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan serta nilai-nilai masyarakat (Caroll, 2008). Forum Ekonomi Dunia, melalui Global Governance Initiative, pada tahun 2005
mengajak
lembaga-lembaga
bisnis
memikirkan
soal
pengentasan
kemiskinan dalam CSR. Pertemuan World Business Council for Sustainability Development (WBCSD) di New York tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs). Menurut WBCSD (2005), CSR adalah komitmen perusahaan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas guna meningkatkan kualitas hidupnya. Depsos (2005) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya. Praktik CSR merupakan upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Endro,
9
2007). Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga memberikan nilai yang bermakna, berbuat kebajikan dalam menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia, yaitu dilahirkan bersih dan ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya (Mangkuprawira & Hubeis 2007). Banyak definisi tentang CSR seperti yang diungkap Lockett (2006), akan tetapi pada prinsipnya CSR adalah komitmen atau upaya perusahaan untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Kendati CSR tidak mempunyai definisi tunggal, namun konsep CSR ini menawarkan sebuah kesamaan yaitu kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan melalui keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial serta lingkungan. Sehingga CSR dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007).
2.1.2
Prinsip dan Ruang Lingkup CSR Sejumlah institusi internasional telah me-release prinsip-prinsip dasar
implementasi CSR, diantaranya dikemukakan Alyson Warhurst (1998) seperti dikutip oleh Wibisono (2007) sebagai berikut: 1) prioritas korporat, 2) manajemen terpadu, 3) proses perbaikan, 4) pendidikan karyawan, 5) pengkajian, produk dan jasa, 6) informasi publik, fasilitas dan operasi, 7) penelitian, 8) prinsip pencegahan, 9) kontraktor dan pemasok, 10) siaga menghadapi darurat, 11) transfer best practice, 12) memberi sumbangan, 13) keterbukaan, serta 14) pencapaian dan pelaporan. John Elkington merumuskan Triple Bottom Lines (TBL) atau tiga fokus utama perusahaan dalam beroperasi, yaitu sosial (masyarakat), ekonomi dan lingkungan atau juga terkenal dengan sebutan people, profit and planet (3P). Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi, dan
10
ekonomi tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. TBL digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja mencakup parameter-parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan stakeholders serta shareholders guna meminimalkan kerusakan pada manusia dan lingkungan dari aktivitas (Wibisono, 2007) . Caroll melihat tanggungjawab sosial perusahaan dalam empat kategori, (Caroll. 2003) yaitu: 1. Tanggungjawab Ekonomi (Economic Responsibilities) Pada
kenyataannnya
tanggunng
jawab
ekonomi
merupakan
tanggungjawab sosial perusahaan. Bisnis sebagai sebuah institusi ekonomi dengan begitu harus memiliki orientasi untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan menjualnya dengan harga yang sesuai. Suatu
perusahaan, untuk memenuhi tanggungjawab ekonomis
haruslah menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan berkembang. Tanggungjawab ekonomis ini merupakan hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan sebagai organisasi bisnis guna mendapatkan keuntungan. 2. Tanggungjawab Hukum (Legal Responsibilities) Pemerintah merumuskan peraturan perundangan, yang diharapkan ditaati oleh
perusahaan.
Masyarakat
mengharapkan
perusahaan
akan
melaksanakan misi ekonomisnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Ini merupakan tanggungjawab bisnis terhadap pemerintah dan masyarakat untuk mematuhi hukum. Jika bisnis tidak beroperasi sesuai hukum yang harus dipatuhi, maka pemerintah akan memproses melalui ketentuan hukum yang berlaku; sementara masyarakat melakukan kritik dan kontrol sosial. 3. Tanggungjawab Etika (Ethical Responsibilities) Aspek hukum merupakan hal yang penting, tetapi dengan hukum saja belum tentu memadai untuk berbuat sesuatu yang pantas atau lebih pantas
11
(beyond legal). Apabila hukum tidak memadai maka tanggungjawab etikalah yang berperan. Tangung jawab etika merupakan semua praktik dan aktivitas yang diharapkan atau dilarang oleh anggota masyarakat; mencakup seluruh norma, standar, dan pandangan masyarakat seperti kejujuran, keadilan dan menjaga hubungan atau proteksi terhadap hal moral stakeholders. 4. Tanggungjawab Filantropi (Philanthropicl Responsibilities) Hal ini dipandang sebagai tanggungjawab karena tanggungjawab ini disebabkan oleh adanya harapan masyarakat di dalam dunia bisnis. Aktivitas dilakukan dengan dasar sukarela, dituntun oleh keinginan dunia bisnis untuk terlibat di dalam kegiatan sosial yang tidak dimandatkan, tidak diminta oleh hukum dan secara umum tidak diharapkan oleh bisnis di dalam etika. Walaupun demikian, masyarakt memiliki pengharapan bahwa bisnis akan terlibat di dalam filantropi, dan dengan demikian kategori ini telah menjadi bagian dari kontrak sosial antara bisnis perusahaan dan masyarakat. Selanjutnya oleh Caroll (2003), keempat lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) tersebut digambarkan dalam suatu bentuk piramida seperti disajikan pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003)
12
Meskipun dengan istilah sedikit berbeda, Keraf (1998) juga mengungkap lingkup tanggungjawab sosial perusahaan yang serupa dengan konsep Caroll (2003). Menurut Keraf terdapat empat bidang yang termasuk sebagai lingkup tanggungjawab sisoal perusahaan. Empat bidang tersebut seperti yang dijelaskan oleh Keraf dibawah ini: 1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat
luas
untuk
membantu
memajukan
dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterlibatan perusahaan yang semakin menjadi sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi sehingga menciptakan keadaan ekonomi dan sosial yang lebih seimbang. 2. Perusahaan mempunyai tanggungjawab moral dan sosial untuk mengejar keuntungan ekonomi karena hanya dengan itu perusahaan dapat dipertahankan dan semua karyawan serta pihak lain yang terkait bisa dipenuhi hak dan kewajibannya. 3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik yang menyangkut kegiatan bisnis maupun yang menyangkut kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai bagian integral dari masyarakat, perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. 4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis
suatu
perusahaan.
Lingkup
ini
memperlihatkan
bahwa
tanggungjawab sosial perusahaan adalah hal yang kongkret. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggungjawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelansungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Saat ini pada tatanan internasional sedang disusun suatu pedoman tanggungjawab sosial, termasuk bagi implementasi CSR yang disebut ISO 26000. Dalam draft ISO 26000 terdapat tujuh aspek lingkup SR seperti disajikan pada Gambar 2 (ISO, 2007) berikut:
13
Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committee Draft ISO 26000
Setiap aspek dari ketujuh aspek SR tersebut terdiri dari berbagai komponen yang perlu menjadi perhatian oleh setiap oraganisasi, termasuk perusahaan dalam mengelola kebijakan dan program SR. Komponen-komponen dari setiap aspek SR tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Tata Kelola Organisasi (Organizational Governance). Tata kelola organisasi dalam hal ini mencakup: a) Proses dan struktur pengambilan keputusan (transparansi, etis, akuntabel, perspektif jangka panjang, memperhatikan dampak terhadap pemangku kepentingan, berhubungan dengan pemangku kepentingan). b) Pendelegasian kekuasaan (kesamaan tujuan, kejelasan mandat, desentralisasi untuk menghindari keputusan yang otoriter).
2.
Hak Asasi Manusia (Human Rights). Hak asasi manusia dalam hal ini mencakup: a) Nondiskriminasi dan perhatian pada kelompok rentan. b) Menghindari kerumitan. c) Hak-hak sipil dan politik. d) Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. e) Hak-hak dasar pekerja.
3.
Praktik Ketenagakerjaan (Labor Practices). Praktik ketenagakerjaan dalam hal ini mencakup: a) Kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan. b)
14
Kondisi kerja dan jaminan sosial. c) Dialog dengan berbagai pihak. d) Kesehatan dan keamanan kerja. e) Pengembangan sumberdaya manusia. 4.
Lingkungan (Environment). Lingkungan dalam hal ini mencakup: a) Pencegahan polusi. b) Penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan. c) Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. d) Perlindungan dan pemulihan lingkungan
5.
Praktik Operasi yang Adil (Fair Operating Practices). Praktik operasi yang adil dalam hal ini mencakup: a) Anti korupsi. b) Keterlibatan yang bertanggungjawab dalam politik. c) Kompetisi yang adil. d) Promosi tanggungjawab sosial dalam rantai pemasok (supply chain). e) Penghargaan atas property rights.
6.
Konsumen (Consumer Issues). Konsumen dalam hal ini mencakup: a) Praktik pemasaran, informasi dan kontrak yang adil. b) Penjagaan kesehatan dan keselamatan konsumen. c) Konsumsi yang berkelanjutan. d) Penjagaan data dan privasi konsumen. e) Pendidikan dan penyadaran.
7.
Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (Community Involvement and Development). Pelibatan dan pengembangan masyarakat dalam hal ini mencakup: a) Keterlibatan di masyarakat. b) Penciptaan lapangan kerja. c) Pengembangan teknologi. d) Kekayaan dan pendapatan. e) Investasi yang bertanggungjawab. f) Pendidikan dan kebudayaan. g) Kesehatan. h) Peningkatan kapasitas.
2.2 Implementasi CSR Implementasi CSR pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Terkait dengan komitmen pemimpin perusahaan yang dituangkan berupa kebijakan perusahaan terkait CSR. 2) Menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. 3) Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori. 1) Sekedar basa-basi dan keterpaksaaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal
15
(eksternal driven). 2) Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. 3) Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Implementasi CSR itu merupakan langkahlangkah pilihan sendiri sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan ataupun tekanan dari masyarakat (Wibisono, 2007). Implementasi CSR pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kondisi internal perusahaan. Keraf mengasumsikan bahwa CSR dapat benar-benar terlaksana, memang dibutuhkan kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memungkinkan terwujudnya tanggungjawab sosial itu (Keraf, 1998). Keraf mengatakan bahwa letak penting tidaknya CSR dalam perusahaan ditempatkan pertama-tama pada kerangka nilai yang dianut oleh perusahaan, yaitu oleh pendiri perusahaan beserta Chief Executif Officer (CEO). Tujuan dan misi CSR perusahaan ditentukan oleh nilai dalam perusahaan. Oleh karena itu, jika tanggungjawab sosial dianggap sebagai nilai yang harus dipegang teguh perusahaan, maka tanggungjawab sosial akan ikut menentukan tujuan dan misi perusahaan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan perusahaan mesti merespon dan mengembangkan isu CSR sejalan dengan operasi usahanya. 1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. 2) Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. 3) Kegiatan tanggungjawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Tujuan dan misi perusahaan selanjutnya akan menentukan strategi perusahaan. Strategi umumnya menetapkan dan menggariskan arah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya demi tercapainya tujuan dan misi sesuai dengan nilai yang dianut perusahaan. Selanjutnya strategi yang didasrkan pada tujuan dan misi diwujudkan kedalam struktur organisasi perusahaan. Setelah nilai, tujuan dan misi, strategi dan struktur organisasi ditentukan, maka dilaksanakan CSR kemudian dilakukan evaluasi.
16
Evaluasi dari pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan disebut sebagai audit sosial. Menurut Keraf, dalam kaitan dengan CSR, sejauh dianggap sebagai sebuah nilai dan misi yang harus diwujudkan, audit sosial itu bermaksud menilai dan mengukur kinerja perusahaan dalam kaitan dengan berbagai masalah sosial yang ingin ikut diatasi oleh perusahaan itu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa CSR merupakan seperangkat kebijakan dan program yang terintegrasi ke dalam kegiatan usaha perusahaan yang dapat dilaksanakan melalui proses berikut (Gambar 3):
Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998)
Namun pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan pertahapan implementasi CSR sebagai berikut (Wibisono, 2007): 1. Tahap Perencanaan Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR
17
secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, dilakukan melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut Wibisono (2007) terdapat 3 alternatif cara atau mekanisme perencanaan implementasi program CSR, yaitu: 1) Bottom Up Process, program berdasar pada permintaan beneficiaries yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan. 2) Top down Process, program berdasar pada survei atau pemeriksaan seksama oleh perusahaan yang disepakati oleh beneficiaries. 3) Partisipatif, program dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries.
18
2.2.1
Pengembangan
Masyarakat
dan
Konsep
Partisipasi
dalam
Implementasi CSR Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Suharto, 2005). Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerjasama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk: a) Proyek-proyek pembangunan kesejahteraan sosial yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya. b) Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Panye dalam Suharto, 2005). Menurut Tjokroamidjojo (1992) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), partisipasi masyarakat pada hakekatnya adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah dan strategi kebijakan kegiatan, menikmati dan ikut memanfaatkan hasilnya secara adil. Koentjaraningrat (1974) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), mengatakan bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dalam turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Jadi, partisipasi dapat diartikan keterlibatan masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat merupakan proses dimana masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi sebagai masukan kebijaksanaan, strategi, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikelompokkan menjadi 4 tahap, yaitu: 1) partisipasi dalam tahap perencanaan, 2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan, 3) partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil pembangunan, dan 4) partisipasi dalam tahap pengawasan. Manfaat partisipasi peserta dalam suatu pelatihan, secara teoritik ditentukan oleh banyak faktor,
19
terutama faktor ketertarikan (interest), kualitas pengetahuan dan keterampilan yang dilatihakan, rasa memilki dan tanggungjawab, percaya diri, motivasi dan kebanggaan akan program, dan faktor waktu dan biaya implememtasi hasil pelatihan (Cornell University, 2006). Program pengembangan masyarakat merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program CSR. Program pengembangan masyarakat sebagai salah satu upaya implementasi CSR antara lain dilatarbelakangi oleh (Kadar dalam Sari, 2006): 1) Adanya penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif. 2) Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat. 3) Perusahaan adalah entittas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility. 4) Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan (Kadar dalam Aprilianti, 2008). Menurut Rudito dan Budimanta (2003) ada tiga alasan mengapa perusahaan dan pemerintah melakukan community development dalam CSR, yaitu: 1. Izin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat lokal. Izin lokal merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan perusahaan dalam rangka melanggengkan kegiatan di wilayah hak ulayat masyarakat lokal sebagai bagian dari masyarakat, sehingga izin lokal mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan legalitas dari Nasional dan Pemerintah. Dengan izin lokal maka perusahaan dapat meminimalkan resiko pengeluaran biaya lebih banyak terhadap kelompok anggota masyarakat yang tergolong miskin yang ada di lokasi. 2. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community development. Dengan beradapatasinya perusahaan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal maka perusahaan dapat memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya melalui kerjasama yang proaktif. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dalam community development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru. Terciptanya mata rantai suplai dan usaha diantara masyarakat
20
yang ada dan perusahaan dapat melanggengkan kehidupan beroperasinya perusahaan. 3. Program community
development sebagai
cara
untuk
membantu
pemenuhan sasaran usaha. Sasaran-sasaran tersebut termasuk menangani isu pembangunan yang dapat secara langsung berakibat pada usaha perusahaan, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, membangun hubungan positif dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, memfasilitasi konsultasi umum dan komunikasi antara perusahaan dan masyarakat lokal dalam isu-isu usaha.
2.2.2
Manfaat Implementasi CSR Manfaat implementasi CSR dapat ditinjau dari sisi perusahaan dan
stakeholders. Ketika diskusi diarahkan pada implementasi CSR dalam konteks pengembangan masyarakat, maka manfaat CSR akan bisa dilihat lebih spesifik bagi
perusahaan
dan
bagi
masyarakat.
Beberapa
manfaat
penerapan
tanggungjawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya (Wibisono, 2007): 1) Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. 2) Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan. 4) Melebarkan akses terhadap sumber daya. 5) Membentangkan akses menuju market. 6) Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi. 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. 8) Memperbaiki hubungan dengan regulator. 9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10) Peluang mendapatkan penghargaan. Rogovsky (2000) seperti dikutip oleh Wibisono (2007) menyusun konsep tentang manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi program CSR, seperti disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:
21 Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Masyarakat dan Perusahaan dalam CSR Manfaat bagi perusahaan
Manfaat bagi Masyarakat
1. Reputasi dan citra yang lebih baik 2. Lisensi untuk beroperasi secara sosial 3. Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal
4. Keamanan yang lebih besar 5. Infrastruktur dan lingkungan sosialekonomi yang lebih baik
6. Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi
1. Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan
2. Pendanaan investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur
3. Keahlian komersial 4. Kompetisi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat
5. Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat.
7. Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu
8. Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi
Selain itu, menurut Sisworahardjo (2008) ada tiga manfaat keterlibatan masyarakat dalam pelatihan, yaitu 1) pengetahuan dan keterampilan, 2) mengembangkan peluang kerja, dan 3) investasi dan modal bisnis. Perusahaan ingin meraih manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan CSR dan masyarakat juga demikian tetapi dalam hal yang berbeda. Adanya saling manfaat ini seharusnya menciptakan hubungan sinergi yang baik antara perusahaan dan masyarakat dalam implementasi CSR.
2.3 Komunikasi Stakeholders dalam CSR 2.3.1
Definisi dan Model Stakeholders Wheelen dan Hunger (2003) seperti dikutip oleh Wibisono (2007),
mendefinisikan
stakeholders
sebagai
pihak-pihak
atau
kelompok
yang
berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan. Selanjutnya, Rhenald Kasali (2005) membedakan stakeholders ke dalam lima kelompok sebagai berikut:
22
1. Stakeholders Internal dan Eksternal Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham. Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan
organisasi,
seperti
pemasok,
konsumen,
masyarakat,
pemerintah, pers, licensing partner dan lain-lain. 2. Stakeholders Primer, Sekunder dan Marjinal Stakeholders yang paling penting dsebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders marjinal. 3. Stakeholders Tradisional dan Masa Depan Karyawan dan konsumen dapat disebut stakeholders tradisional karena saat kini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi. 4. Proponents, Opponents, dan Uncommitted Proponents adalah stakeholders yang memihak organisasi. Opponents adalah stakeholders yang menentang organisasi sedangkan uncommitted adalah stakeholders yang tidak peduli terhadap organisasi. 5. Silent Majority dan Vocal Minority Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan complain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vocal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif). Praktik CSR yang komprehensif direncanakan dan dilaksanakan bagi kesejahteraan stakeholders, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Salah satu wujud nyata CSR terhadap stakeholder internal misalnya dengan memperhatikan dan memenuhi hak-hak dan kepentingan karyawan, pegawai, atau buruh seperti dengan memberikan upah minimum, tunjangan, bonus, pensiun dan cuti serta mengembangkan dan menerapkan sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga (Tjager, 2003).
23
Sedangkan CSR terhadap stakeholder eksternal perusahaan dapat dilakukan misalnya terhadap suplier, konsumen, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat luas seperti program-program community development (CD) dan lingkungan berkelanjutan. Program kesehatan masyarakat, pendidikan, air bersih dan sanitasi lingkungan, penghijauan, pengelolaan sampah dan limbah, pengembangan agribisnis merupakan contoh-contoh program pengembangan masyarakat (Ibrahim, 2005). Dill (1983) seperti dikutip oleh Solihin (2009) menekankan pentingnya memperhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholders dalam mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Menurut Dill, selama ini berbagai
perusahaan
menganggap
bahwa
pandangan
maupun
inisiatif
stakeholders dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang berada di luar perusahaan (eksternalitas) bagi perencanaan strategis dan proses manajemen. Misalnya, para stakeholder hanya diperlakukan sebagai data yang membantu manajemen merumuskan keputusan, atau sebagai kendala hukum dan sosial yang akan membatasi keputusan manajer. Perusahaan masih enggan untuk menerima pemikiran yang menyatakan bahwa stakeholders di luar perusahaan bisa saja berperan aktif dalam pembuatan keputusan manajemen. Stakeholders memiliki kekuasaan yang riil yang dapat mendukung atau menghalangi perusahaan di dalam mencapai tujuannya. Selain itu, di dalam mengejar tujuannya perusahaan dapat membuat keputusan yang memiliki dampak bagi stakeholders. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat mengelola hubungan dengan stakeholders agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen stakeholders menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan stakeholders serta membuat berbagai keputusan sehingga dapat meminimalisasi dampak buruk keputusan perusahaan terhadap para stakeholder, dimana keputusan-keputusan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Berman (1999) seperti dikutip oleh Solihin (2009) mengidentifikasi adanya dua model manajemen stakeholders yaitu: 1. Strategic Stakeholder Management Model Model ini didasari oleh suatu asumsi bahwa tujuan akhir dari suatu korporasi adalah keberhasilannya di pasar. Oleh sebab itu, perusahaan
24
harus mengelola stakeholders sebagai bagian dari lingkungan perusahaan untuk memastikan agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan dan laba sesuai dengan target. 2. Intrinsic Stakeholder Commitment Model Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara manajer perusahaan dengan stakeholders lebih didasarkan kepada komitmen moral dan bukan berdasarkan keinginan perusahaan untuk memanfaatkan para stakeholder untuk mencapai tujuan perusahaan yakni memaksimalkan laba.
2.3.2
Definisi dan Bentuk Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis
yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kemudian beberapa pakar dan ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai berikut (Soehoet, 2002): 1. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). 2. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis). 3. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W) 4. Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna (Donald Byker dan Loren J Anderson) Komunikasi dikatakan efektif apabila maksud dan inti pesan komunikator (pemberi pesan) sama dengan pemahaman dan interpretasi komunikan (penerima pesan). Adapun tujuan dari komunikasi menurut Hewitt (1981) seperti yang di kutip oleh Soehoet (2002) adalah: 1) mempelajari atau mengajarkan sesuatu, 2) mempengaruhi perilaku seseorang, 3) mengungkapkan perasaan, 4) menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, 5) berhubungan dengan orang lain, 6) menyelesaikan sebuah masalah, 7) mencapai sebuah tujuan, 8) menurunkan ketegangan/menyelesaikan konflik, dan 9) menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Bentuk komunikasi antarmanusia dapat dibedakan menjadi komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa sebgai berikut (Candra, 2006):
25
1. Komunikasi Personal Komunikasi personal mencakup: 1) Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. 2) Komunikasi antarpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara individu satu dengan individu yang lainnya. 2. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi yang berlangsung pada suatu kelompok manusia. Komunikasi kelompok terbagi atas: 1) Komunikasi kelompok kecil yaitu proses komunikasi yang berlangsung dan dimungkinkan terjadi dialog, seperti dalam kegiatan ceramah, diskusi panel, kuliah, seminar dan lain-lain. 2) Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang berlangsung dan tidak dimungkinkan terjadi dialog, seperti kampanye, rapat raksaksa, demonstrasi mahasiswa dan lain-lain. 3. Komunikasi Massa Komunikasi masssa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Seperti pers (surat kabar, tabloid, majalah dan lainlain), radio, televisi, film, website, dan lain-lain. Selain itu, menurut Soehoet (2002) bentuk atau macam komunikasi dapat dibedakan berdasarkan cara penyampaian, bentuk kemasan, pelaku komunikasi, pasangan komunikasi dan arah komunikasi yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Cara Penyampaian. Cara penyampaian dibedakan antara: 1) Komunikasi lisan dan tertulis. Komunikasi lisan terjalin apabila pihak-pihak yang terlibat berbicara satu sama lain sedangkan komunikasi tertulis dilakukan melalui tulisan/gambar. 2) Komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung umumnya terjadi tanpa menggunakan alat atau face to face. Sedangkan komunikasi tidak langsung umumnya menggunakan alat seperti telepon, radio dll. 2. Bentuk Kemasan. Bentik kemasan dibedakan menjadi komunikasi verbal dan nonverbal.
26
3. Pelaku Komunikasi. Pelaku komunikasi dibedakan menjadi komunikasi formal dan informal. 4. Pasangan
Komunikasi.
Pasangan
komunikasi
dibedakan
menjadi
komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Arah Komunikasi. Arah komunikasi dibedakan menjadai komunikasi satu arah dan timbal balik. Komunikasi satu arah terjadi apabila pesan yang disampaikan tidak dapat, tidak ingin atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberi umpan balik sedangkan komunikasi timbal balik terjadi apabila dapat memberikan respon atas pesan.
2.3.3
Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR Morsing & Schultz (2006) mengemukakan tiga strategi komunikasi CSR
yaitu: 1) informing, 2) responding, dan 3) involving. Perusahaan yang menggelar program-program CSR, idealnya membuat laporan CSR sebagai fase akhir setelah serangkaian proses panjang dilewati sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi program. Manfaatnya, selain bisa digunakan untuk bahan evaluasi terpadu, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan stakeholders. Menyangkut pelaporan (reporting), di Eropa sendiri telah cukup lama mengeluarkan praktik dan pelaporan CSR. Pada tahun 1975, misalnya, The Accounting Standards Steering Committee of The Institute of Chartered Accountant di Inggris, mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk melakukan pelaporan informasi tentang sosial dan lingkungan. Namun, aspek pelaporan sosial baru bergaung di tahun 1990an setelah stakeholders kian menuntut agar perusahaan tak hanya membuat laporan keuangan menyangkut profit, tapi juga laporan yang transparan seputar hubungan perusahaan dengan aspek sosial dan lingkungan (Caroll, 2008). Selanjutnya juga dikenal pelaporan CSR yang disebut Sustainabilty Report, Corporate Social Responsibility Report dan lain-lain. Review yang dilakukan Crane, A et al. (2008) menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu secara global semakin banyak perusahaan yang melaksanakan CSR dan mengkomunikasikan kegiatan CSR. Secara global, lebih dari 50% perusahaan besar mempublikasikan laporan kegiatan CSR secara terpisah dari laporan keuangan perusahaaan atau disebut sebagai stand-alone CSR report.
27
Sekitar 90% perusahaan besar yang berbasis di Eropa mempublikasikan informasi tentang dampak sosial dan lingkungan yang dilakukan perusaahaan. Kini implementasi CSR tidak hanya oleh perusaaan besar di Negara-negara Barat, tetapi juga pada perusahaan menengah dan kecil di semua Negara, termasuk di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Laporan CSR atau Corporate Social Responsibility Report di Indonesia merupakan amanat dalam pasal 66 Undang-Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007. Pasal 66 UU Perseroan Terbatas dengan tegas menyebutkan bahwa perusahaan wajib membuat laopran tahunan yang berisikan laporan keuangan, laporan kegiatan PT, dan laporan kegiatan CSR. Sayangnya, tidak banyak pihak yang menyadari mengenai pembuatan laporan CSR ini. Terlihat ketika diselenggarakannya Indonesian Sustainability Report Awards 2008, jumlah perusahaan yang berkompetisi hanya sekitar 10 perusahaan padahal jumlah perusahaan di Indonesia sangatlah banyak. Perusahaan merupakan entitas yang membawa manfaat (dampak bersih posistif) kepada seluruh stakeholder, maka harus pula dipastikan bahwa ada sebuah sistem yang menjamin seluruh stakeholder mengetahui dampak perusahaan baik yang positif maupun negatif. Salah satu sistem yang dapat ditempuh adalah melalui pelaporan CSR (Jalal, 2008). Selain laporan CSR, salah satu cara yang dapat ditempuh seperti komunikasi secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung dengan stakeholders melalui pertemuan formal atau informal. Agar cakupan penyebaran informasi dari berbagai upaya komunikasi tersebut semakin besar maka dapat didukung dengan media publikasi, baik cetak maupun elektronik seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain-lain. Pengungkapan dan penyampaian informasi kepada stakeholders haruslah dilakukan secara transparan dan terbuka. Sebab stakeholders memiliki kekuatan yang dapat menjadi ancaman, membentuk insentif, atau menjadi pengaruh normatif simbolis dalam upaya “mewujudkan kepentingannya dalam sebuah relasi” (Freeman, E. 1984). Perusahaan hendaknya memiliki kultur yang secara terbuka dan transparan dalam menjawab berbagai pertanyaan dan mempublikasikan berbagai kinerja CSR kepada stakeholders. Tidak hanya lagi mengungkapkan laporan
28
keuangan namun laporan CSR yang berdasar apada prinsip triple bottom line serta mengungkapkan dampak positif maupun negatif perusahaan sebagai wujud Good Corporate Governance (GCG). Pengungkapan sosial menurut Puspitaningrum (2004) dalam Theowordpower (2008) bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi dan mengukur kontribusi sosial perusahaan tiap periode, yang tidak hanya berupa internalisasi sosial cost dan social benefit, tetapi juga pengaruh eksternalitas tersebut terhadap kelompok sosial yang berbeda. 2. Untuk membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan secara langsung mempengaruhi sumber daya dan status kekuatan dari individu, masyarakat, kelompok sosial, dan generasi yang konsisten dengan prioritas sosial di satu sisi dengan aspirasi individu di pihak lain. Untuk menyediakan secara optimal informasi-informasi yang relevan dengan unsur-unsur sosial dalam tujuan, kebijakan, program, kinerja, dan sumbangan perusahaan terhadap tujuan sosial.
2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian Ancok (2006) menyatakan bahwa tahap pertama yang harus dipenuhi bila perusahaan ingin membuat program CSR yang baik adalah aspek strategic. Perusahaan yang benar-benar menjadikan CSR sebagai bagian dari strateginya, dapat dilihat dari apakah komitmen CSR sudah ditulis dalam corporate identity sebagai falsafah perusahaan. Jika tujuan utama CSR adalah untuk community values (maju bersama masyarakat) berarti merupakan tanda keseriusan perusahaan. Komitmen perusahaan menjalankan program CSR juga bisa dilihat dalam visinya, apakah mengatakan “they want to be the best” atau “world class”, “concern with environment”, “with the community progress”, dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut ditulis dalam visi perusahaan, berarti CSR benarbenar dianggap sebagai sesuatu yang sangat strategis. Begitu juga dalam misi perusahaan, adakah dalam misi perusahaan menyatakan CSR sebagai sesuatu yang strategis. Dengan kata lain, CSR telah menjadi strategi dalam perusahaan. Praktik CSR yang baik, tak hanya sebatas menjadikan CSR sebagai strategi perusahaan. Namun bagaimana program CSR perusahaan yang
29
diimplementasikan dapat tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kondisi, potensi serta kebutuhan stakeholders yang terkait, khususnya masyarakat tempatan yang terkena dampak langsung dari operasi perusahaan. Untuk itu, dalam proses implementasi program CSR perlu dilibatkan partisipasi aktif dari stakeholders yang terkait sehingga manfaat yang dirasakan maksimal, baik kepada pihak perusahaan maupun stakeholders. Selain itu, bagaimana perusahaan melakukan upaya komunikasi dengan stakeholders terkait kebijakan perusahaan, perancangan dan perencanaan program, sosialisasi serta penyampaian hasil dan evaluasi program juga menjadi sangat penting agar program CSR yang diimplementasikan menjadi tepat sasaran dan tepat guna. Penelitian ini diawali dengan meninjau kebijakan CSR PT Indocement. Dilakukan identifikasi mengenai bagaimana kebijakan perusahaan terhadap praktik CSR sudah mempertimbangkan aspek people, profit, planet (3P). Alat analisa yang digunakan adalah dengan melihat komitmen tertulis perusahaan terkait CSR seperti visi, misi, tujuan dan kebijakan lainnya. Selain komitmen secara
tertulis,
dilihat
juga
bagaimana
komitmen
tertulis
tersebut
diimplementasikan ke dalam aksi nyata, seperti program dan kegiatan CSR yang berlandaskan pada triple bottom lines (3P). Selanjutnya, dilihat bagaimana partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement (dalam penelitian ini terdapat dua program yang dianalisis). Partisipasi peserta dilihat dari keterlibatan atau peranserta peserta dalam implementasi program CSR, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Apabila partisipasi peserta program dalam ketiga tahap tersebut tinggi maka diduga akan mempengaruhi tingkat manfaat yang diperoleh oleh peserta program. Manfaat program yang diperoleh peserta program diukur dari perubahan (peningkatan) pengetahuan dan keterampilan serta peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan) setelah mengikuti pelatihan. Terakhir, identifikasi mengenai bagaimana bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR kepada stakeholders PT Indocement. Bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders yang dilakukan perusahaan dikelompokkan ke dalam bentuk komunikasi menurut Candra (2006) dan Soehoet (2002). Kemudian, Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) sebagai salah satu bentuk
30
komunikasi stakeholders CSR PT Indocement secara khusus dianalisis terkait tingkat keefektifan Bilikom sebagai forum komunikasi dalam menampung aspirasi dan kebutuhan dari masyarakat. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
KEBIJAKAN CSR a. Planet b. People c. Profit
KOMUNIKASI STAKEHOLDERS CSR a. Bentuk Komunikasi b. Keefektifan Bilikom
IMPLEMENTASI CSR Partisipasi Peserta: a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Monitoring
MANFAAT CSR Bagi Peserta:
a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
b. Peluang ketenagakerjaan dan ekonomi
Pencapaian MDGs
Keterangan:
mempengaruhi mempengaruhi (tidak dibahas)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
31
2.5 Hipotesis Penelitian Semakin tinggi tingkat partisipasi peserta maka semakin tinggi tingkat manfaat yang diperoleh peserta program.
2.6 Definisi Konseptual Sejumlah definisi konseptual yang menjadi pegangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kebijakan CSR adalah kerangka dasar perusahaan berupa dokumen tertulis sebagai acuan pemimpin dan staf perusahaan dalam merumuskan program guna mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan tersebut dapat dilihat dari visi, misi, moto serta tujuan perusahaan berdasarkan prinsip triple bottom line (profit, people, planet – 3P).
2.
Profit menggambarkan kondisi ekonomi, dimana perusahaan memiliki komitmen sumberdaya finansial untuk mempertahankan keberlanjutan operasi perusahaan.
3.
People menggambarkan kondisi sosial (masyarakat), dimana perusahaan memiliki komitmen untuk turut serta memperhatikan internal dan eksternal stakeholders.
4. Planet menggambarkan kondisi lingkungan, dimana perusahaan memiliki komitmen untuk turut memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan meminimalkan atau mengelola dampak negatif yang ditimbulkan. 5. Stakeholders mempengaruhi
adalah
individu
perusahaan
maupun
dalam
kelompok
mencapai
tujuan.
yang
dapat
Stakeholders
dibedakan antara: 1) internal stakeholders yaitu pemangku kepentingan yang berada di dalam lingkungan perusahaan, 2) eksternal stakeholders yaitu pemangku kepentingan yang berada di luar lingkungan perusahaan. 6.
Komunikasi CSR kepada stakeholders adalah proses pertukaran dan penyampaian informasi diantara para stakeholders terkait bagaimana kebijakan CSR perusahaan, implementasi program CSR dan lain sebagainya.
32
7.
Implementasi CSR adalah serangkaian proses pengelolaan program CSR dengan melibatkan partisipasi masyarakat penerima peserta pogram mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan program, dan monitoring program.
2.7 Definisi Operasional Rumusan definisi operasional variabel-variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel 2): 1. Partisipasi adalah proses dimana peserta ikut terlibat dan berperanserta dalam implementasi program CSR yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Bagi program pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen, diberikan dua pertanyaan untuk tahap perencanaan, enam pertanyaan untuk tahap pelaksanaan dan sembilan pertanyaan untuk tahap monitoring. Terdapat 16 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program, baik pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen. 2. Manfaat program adalah hasil setelah pelatihan diberikan yang berpengaruh positif atau membawa perubahan positif terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan serta peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan).
Diberikan
delapan
pertanyaan
terkait
perubahan
(peningkatan) pengetahuan dan keterampilan dan empat pertanyaan terkait perubahan
(peningkatan)
peluang
ketenagakerjaan
dan
ekonomi
(pendapatan). Terdapat 12 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat manfaat yang diperoleh peserta pelatihan montir sepeda motor maupun pelatihan membatik limbah kertas semen. 3. Keefektifan Bilikom yang dimaksud adalah bagaimana tingkat keefektifan Bilikom sebagai forum komunikasi dalam memfasilitasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat binaan (diwakili oleh pemerintahan desa dan tokoh di masyarakat) dalam kaitannya dengan implementasi CSR perusahaan. Hal ini diukur dari pengetahuan masyarakat mengenai program dan kebijkan CSR PT Indocement, persepi masyarakt terhadap pelaksaaan Bilikom dan
33
keterlibatan mereka dalam Bilikom. Diberikan 13 pertanyaan terkait pengetahun terhadap program CSR PT Indocement, enam pertanyaan terkait persepsi dan sembilan pertanyaan terkait keterlibatan. Terdapat 25 pertanyaan secara keseluruhan untuk menilai tingkat kefektifan Bilikom. Tabel 2. Definisi Operasional Terkait Tingkat Partisipasi dalam Implementasi program No
1.
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Tingkat Partisipasi dalam Implementasi
a.
Perencanaan
Keterlibatan/ikutserta an peserta dalam proses rencana program yang akan dilaksanakan
Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 3 Partisipasi Rendah < 2 Partisipasi Tinggi ≥ 2
Ordinal
b.
Pelaksanaan
Keterlibatan/ikutserta an peserta selama program berlangsung
Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 8 Partisipasi Rendah < 5 Partisipasi Tinggi ≥ 5
Ordinal
c.
Monitoring
Keterlibatan/ikutserta an peserta dalam proses pemantauan setalah program selesai dilaksanakan
Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 5 Partisipasi Rendah ≤ 3 Partisipasi Tinggi > 3
Ordinal
Pengkategorian: Tingkat Partisipasi Rendah yaitu skor 0-8 Tingkat Partisipasi Tinggi yaitu skor 9-16
Pengukuran Data
34 Tabel 3. No
Definisi Operasional Terkait Tingkat Manfaat Implementasi program dan Keefektifan Bilikom
Definisi Operasional 1. Tingkat Manfaat Implementasi Program Variabel
a.
Peningkatan pengetahuan dan skill
b.
Peluang ketenegakerjaa n dan ekonomi
Peningkatan kapasitas peserta dalam menyerap pengetahuan dan mengembangakan keterampilan, dengan melihat kondisi sebelum dan sesudah pelatihan Peluang peserta memperoleh lapangan pekerjaan dan/ atau membuat lapangan kerja bagi orang lain serta dalam memperoleh sumber pendapatan sebelum dan sesudah pelatihan
Indikator
Pengukuran Data
Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 16 Perubahan Rendah < 8 Perubahan Tinggi ≥ 8
Ordinal
Skor terendah = 0 Skor tertinggi = 11 Perubahan Rendah < 6 Perubahan Tinggi ≥ 6
Ordinal
Pengkategorian: Tingkat Manfaat Rendah yaitu skor 0-13 Tingkat Manfaat Tinggi yaitu skor 14-27
2. Keefektifan Bilikom a.
Pengetahuan terhadap Program dan Kebijakan
Pengetahun terkait CSR, program lima pilar dan SDP PT Indocement.
b.
Persepsi terhadap Komunikasi dalam Bilikom
Pandangan peserta terkait komunikasi yang terjalin dalam Bilikom selama ini.
c.
Keterlibatan/ partisipasi
Peranserta dalam Bilikom, seperti kehadiran, keaktifan mengemukakan pendapat dan ide, menyalurkan aspirasi.
Pengkategorian:
Skor Terendah = 8 Skor Tertingg = 28 Pengetahuan Rendah = 8-18 Pengetahuan Tinggi = 17-28 Skor Terendah = 1 Skor Tertingg = 9 Persepi Rendah = 1-5 Persepsi Tinggi = 6-9
Ordinal
Skor Terendah = 0 Skor Tertingg = 12 Keterlibatan Rendah = 0-6 Keterlibatan Tinggi = 7-12
Ordinal
Tingkat Pelaksanaan Baik yaitu skor 0-23 Tingkat Pelaksanaan Belum Baik yaitu skor 24-46
Ordinal
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Indocement, yang terletak di Jalan Mayor Oking Jaya Atmajaya, Citeureup-Bogor. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan majalah, surat kabar, internet dan informasi dari beberapa narasumber. Diketahui bahwa PT Indocement memiliki 12 Desa Binaan yang terletak berdekatan dengan wilayah operasi. Penentuan lokasi desa dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di ambil responden 6 desa (untuk kegiatan Bilikom) yang meliputi desa Lulut, Leuwi Karet, Citeureup, Puspanegara, Gunung Sari, dan Bantarjati dengan alasan bahwa di lokasi ini dilaksanakan Program Lima Pilar PT Indocement, dan relatif lebih dekat ke perusahaan. Penelitian berlangsung dari pertengahan bulan Mei sampai awal Agustus 2009.
3.2 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survai yaitu penelitian yang mengambil responden dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy, 1989). Pendekatan kuantitatif digunakan juga untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta program dalam implementasi program CSR dan tingkat manfaat yang diperoleh. Selain itu, kuesioner digunakan untuk mengetahui keefektifan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) sebagai salah satu bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi program CSR PT Indocement kepada stakeholders (masyarakat binaan PT Indocement). Instrumen utama dalam pendekatan kualitatif adalah wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan terstruktur. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangakan pemahaman yang mendalam tentang kebijakan CSR PT Indocement, implementasi program CSR serta bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders. Selain itu, pendekatan kualitatif digunakan juga untuk menggali
36
informasi yang lebih mendalam terkait manfaat yang diperoleh oleh peserta program dalam hal memperoleh peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan).
3.3 Pemilihan Responden Penelitian Pemilihan responden penelitian dilakukan berdasarkan pendekatan program dan kegiatan, sehingga tiap program dan kegiatan memiliki jumlah responden yang berbeda. 1. Program Pelatihan Montir Sepeda Motor Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu peserta pelatihan angkatan II pada tahun 2008, dengan pertimbangan responden sudah dapat menerapkan program yang diberikan dan pelatihan telah setahun yang lalu dilaksanakan sehingga lebih mudah dalam memperoleh informasi tentang manfaat yang diterima responden. Jumlah keseluruhan peserta pelatihan adalah 12 peserta, namun hanya diperoleh empat orang sebagai responden dengan alasan kesulitan dalam menemui peserta serta keterbatasan waktu penelitian. 2. Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan kemudahan dalam mencari lokasi/tempat tinggal responden dan masih ada tindak lanjut dari pelatihan tersebut. Selain itu, responden sudah dapat menerapkan program yang diberikan. Diperoleh empat orang sebagai responden dari jumlah peserta 12 orang karena terdapat kesulitan dalam proses pencarian responden serta keterbatasan waktu penelitian. 3. Kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) Bilikom dilakukan di 12 desa binaan, namun diambil enam desa sebagai sampel secara sengaja (purposive sampling) karena lokasi desa yang masih mudah dijangkau. Jumlah orang yang menghadiri kegiatan Bilikom tiap pelaksanaannya berbeda-beda sekitar 20 hingga 30 orang. Setiap desa ditetapkan sebanyak lima responden yang terdiri dari unsur pemerintahan desa/kelurahan (Kades, LPM, BPD, Kadus) dan tokoh masyarakat (tokoh
37
agama, pemuda, perempuan, ketua RW dan RT). Sehingga total jumlah responden untuk kegiatan Bilikom adalah 30 orang. Keseluruhan jumlah responden adalah 38 orang yang terbagi dalam 3 kegiatan yaitu Bilikom, Pelatihan Montir Sepeda Motor, dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen. Unit analisis yang dipilih adalah individu karena sasaran dari masing-masing kegiatan adalah individu. Sedangkan untuk data kualitatif dilakukan wawancara dengan Public and General Affair Division Manajer dan Head Departement CDO sebagai informan kunci. Diperoleh informasi mengenai kebijakan dan program CSR PT. Indocement secara luas dan informasi mengenai implementasi program CSR di unit operasi Citereup serta yang berhubungan dengan masyarakat (penerima program). Pemilihan informan selanjutnya dipilih dengan teknik snowball sampling, yaitu para tenaga lapang (CDO) PT Indocement sejumlah lima orang.
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder seperti disajikan pada Tabel 4. Data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui instrumen pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner dan wawancara. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan kebijakan, program serta kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT Indocement, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan CSR serta dokumen kebijakan perusahaan.
38 Tabel 4. Jenis Data, Uraian Data dan Sumber Data JENIS DATA
DATA YANG DIKUMPULKAN
Data Sekunder
1. 2. 3. 4.
Gambaran umum perusahaan Visi, misi dan tujuan perusahan Kebijakan perusahaan Kebijakan dan program CSR
Data Primer
1. Identitas responden 2. Pengetahuan tentang program 3. Partisipasi dalam program (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring) 4. Manfaat partispasi dalam program (pengetahuan, keterampilan, ketenagakerjaaan, dan ekonomi) 5. Bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders 6. Pelaksanaan Bilikom 7. Pandangan pemerintahan desa dan tokoh di masyarakat terkait Bilikom dan program CSR
SUMBER DATA 1. 2. 3. 4.
Laporan tahunan Profil perusahaan Renstra CSR Publikasi berkala oleh perusahaan 5. Laporan atau catatan program CSR 1. Informan yang diwawancara 2. Responden yang diwawancara
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan diolah dengan menggunakan tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan gambaran mengenai identitas responden, tingkat partisipasi penerima program dan tingkat manfaat yang diperoleh. Selanjutnya pengolahan dan analisis data yang dilakukan tergantung pada tujuan penelitian. Tujuan pertama, tentang analisis kebijakan CSR PT Indocement, dijawab dengan melakukan tabulasi informasi tentang kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom line (3P) baik berdasarkan data sekunder maupun hasil wawancara, kemudian dibahas secara deskriptif. Tujuan kedua, tentang tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 2. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian dibahas secara deskriptif.
39
Tujuan ketiga, analisis hubungan tingkat partisipasi peserta program dengan tingkat manfaat yang diperoleh. Dilakukan dengan menggunakan analisis tabulasi silang dan dibahas secara deskriptif. Terlebih dahulu dibahas mengenai manfaat yang diperoleh peserta, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 3. lalu disajikan dalam tabel frekuensi
dan
dibahas
secara
deskriptif.
Selanjutnya,
tujuan
keempat
mengidentifikasi bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders dilakukan dengan mendeskripsikan bentuk-bentuk komunikasi CSR yang dilakukan PT Indocement kepada stakeholders, baik dari data sekunder maupun data primer, termasuk kegiatan Bilikom. Khusus kegiatan Bilikom yaitu menganalisis tingkat keefektifan Bilikom, dijawab dengan mengolah data dari kuesioner yang dikumpulkan seperti disajikan pada Tabel 3. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian dibahas secara deskriptif.
BAB IV GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT 4.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indocement Pada tahun 1973, Empat Sekawan yaitu Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjid sepakat untuk membangun pabrik semen yang diawali dengan membangun PT Distinct Indonesia Cement Enterprise di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Dengan tekad bulat, keyakinan dan kerja keras. Empat Sekawan telah berhasil membangun sebuh perusahaan yang lebih besar yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (selanjutnya disebut PT Indocement) dan menjadikannya sebagai prosuden semen terbesar di Asia Tenggara. Tahun 1985, PT Indocement didirikan melalui penggabungan usaha enam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen. PT Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya pada tahun 1989 di Bursa Efek Indonesia (dahulu disebut Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). PT Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 pada tahun 1991 dan menyelesaikan pembangunan Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 1999, Pabrik ke-11 selesai dibangun di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Di tahun 2000, PT Indocement mengambilalih PT Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Saat ini PT Indocement mengoperasikan 12 pabrik dengan total kapasitas produksi 17,1 juta ton semen per tahun. Sembilan pabrik berlokasi di unit operasi Citereup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di unit operasi Paliman, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di unit operasi Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan (PT Indocement, 2008). Sejak tahun 2005, PT Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement) disamping Ordinary Portland Cement, White Cement, dan Oil Well Cement. Produk PT Indocement dipasarkan dengan merek dagang “Tiga Roda” dan saat ini merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Pada tahun 2007, PT Indocement menyelesaikan program peremajaan Pabrik ke-8 di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi semen sebesar 600 ribu ton semen
41
per tahun. Saham PT Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp30,186 miliar pada akhir tahun 2007. Pada tahun 2007, jumlah karyawan Perseroan adalah 6.433 orang (PT Indocement, 2008). Sehubungan dengan kebijakan bina lingkungan, PT Indocement mengembangkan program CSR terutama bagi masyarakat di sekitar unit operasi. Program-program ini dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat (Community Development) dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development Project).
Saat ini
program CSR bagi masyarakat sekitar di seluruh unit operasi mencakup 28 desa dengan jumlah penduduk 202.582 jiwa. Program CSR di masyarakat untuk lokasi unit operasi Citeureup, yang menjadi lokasi penelitian ini, berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi, dengan jumlah total desa binaan adalah 12 desa (PT Indocement, 2008).
4.2 Visi, Misi, Moto dan Kebijakan PT Indocement Visi PT Indocement yaitu “ Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas”. PT Indocement dalam mewujudkan visi, menetapkan misi yaitu “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ramah lingkungan ”. Selain itu, PT Indocement memiliki moto “Turut Membangun Kehidupan Bermutu” dengan slogan “Shelter Lebih baik untuk Kehidupan yang Lebih Baik” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008). Meskipun dalam visi PT Indocement tidak eksplisit dinyatakan tentang kesejahteraan masyarakat, tetapi dalam misi dan moto PT Indocement secara eksplisit dinyatakan tentang peran perusahaan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dan kehidupan yang lebih baik. Selain itu, misi PT Indocement menekankan pada “pembangunan berkelanjutan (sustainability development)”. Makna pembangunan berkelanjutan bagi PT Indocement mencakup tiga aspek/sasaran penting yaitu: 1) jangka panjang pertumbuhan
42
ekonomi, 2) lingkungan yang harmonis, dan 3) kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Keraf (1998) bahwa letak dan penting tidaknya CSR dalam perusahaan ditempatkan pertama-tama pada kerangka nilai yang dianut oleh perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan PT Indocement melalui moto dan slogan perusahaan. Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan dalam empat (4) kebijakan utama PT Indocement, yang mencakup kebijakan mutu; kebijakan keselamatan kerja, keamanan, lingkungan dan komunitas; kebijakan gaya manajemen; dan kebijakan karyawan. Adapun kebijakan tersebut adalah (PT Indocement, 2008): 1. Kebijakan Mutu a. Senantiasa meningkatkan sistem manajemen mutu dan melakukan pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan melampaui kepuasan pelanggan. b. Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu dan Sistem Manajemen Mutu Internasional. c. Memacu seluruh jajaran manager dan supervisor untuk mengikut sertakan segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. d. Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan teknologi dan terobosan baru. 2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan Komunitas a. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undangundang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan. b. Senantiasa
menjalankan
perusahaan
dengan
melaksanakan
pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat.
43
c. Senantiasa
berupaya
mengutamakan
untuk
keselamatan
menghemat kerja
sumber
serta
daya
alam,
mengendalikan
dan
mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus. d. Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar 3. Kebijakan Gaya Manajemen: a. Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan sasran perusahaan. b. Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan
pihak
internal
dan
eksternal
yang
dilandasi
saling
menghormati, kejujuran, dan kepercayaan. c. Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen perusahaan. d. Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsip-prinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan. 4. Kebijakan Karyawan a. Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal, kerjasama,
tanggungjawab,
siap
melayani,
kemauan
belajar,
mempunyai integritas, dan disiplin. b. Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. c. Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas. d. Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk mendorong tim kerja yang prima. Meskipun empat kebijakan utama PT Indocement tersebut adalah dalam
44
konteks manajemen perusahaan secara keseluruhan, namun tampak bahwa keempat kebijakan PT Indocement tersebut telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines. Selain itu, keempat kebijakan PT Indocement sejalan dengan lingkup tanggungjawab sosial organisasi dalam Draft ISO 26000. Diperlihatkan dengan nilai dan komitmen terhadap tata kelola organisasi (pada kebijakan gaya manajemen), praktik ketenagakerjaan (pada kebijakan mutu, gaya manejemen dan karyawan), lingkungan (pada kebijakan K3, lingkungan dan komunitas), Konsumen (pada kebijakan mutu). Namun terlihat jika kebijakan tersebut cenderung lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap internal stakeholders (aspek sosial - people) dan kurang rinci menjelaskan kebijakan terhadap aspek ekonomi (profit) serta sosial (external stakeholders).
4.3 Struktur Organisasi PT Indocement PT Indocement secara struktural, dipimpin oleh seorang President Director yang berkedudukan di Jakarta. Selanjutnya President Director dibantu oleh Vice President Director dan empat orang Director, yaitu: Finance Director, Commercial Director, Technical Director, dan Human Resources Director. Setiap unit operasi (Citeureup, Cirebon, dan Tarjun) dipimpin oleh seorang General Manager. Pengelolaan program CSR berada di bawah manajemen Public and General Affairs Division, yang berada dibawah kendali Human Resource Director. Di setiap unit operasi terdapat divisi Safety Security and Community Division (SSCD) atau General Affair and Community Division (GACD) yang bertanggungjawab kepada manager Public and General Affairs Division. Pelaksanaan program CSR di unit operasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat dilaksanakan oleh Community Development Departement. Departemen ini membawahi dua unit program, yaitu Community Development Program, dan Community Relations & Social Welfare Program (Gambar 5).
Community
Development program mengelola Program Lima Pilar; sedangkan programprogram lainnya (seperti sustainable development program) dikelola Community Relations & Social welfare Program
45
Community Development Departement dipimpin oleh seorang kepala departemen yang bertanggungjawab kepada kepala devisi SSCD. Jumlah staf yang bekerja di Unit Community Development Program di Citeurep sejumlah delapan staf; dan di unit Community Relations & Social Welfare Program sejumlah lima staf. Menurut Keraf (1998), sejauhmana perusahaan menanggap CSR sebagai sebuah nilai atau tidak salah satunya terlihat dari posisi divisi dan departemen yang menaungi pelaksanaan CSR dalam struktur organisasi. Dalam kaitannya dengan kebijakan CSR tampak bahwa struktur organisasi PT Indocement telah mengakomodir pelaksanaan CSR yaitu dengan dibentuknya unit-unit khusus yang menangani CSR, seperti keberadaan Public and General Affair Division, Safety Security and Community Division (SSCD), dan Community Relation Division. Sedangkan pelaksana lapang terkait program-program CSR berada di bawah Community Development Departement sehingga dalam pengambilan keputusan harus diserahkan kembali ke Safety Security and Community Division (SSCD).
4.4 Prestasi PT Indocement Sejak tahun 2004, PT Indocement atas kinerjanya telah meraih berbagai penghargaan pada level internasional maupun nasional (PT Indocement, 2008). Penghargaan internasioanal yang diraih atas prestasi kinerja PT Indocement antara lain adalah: 1.
Penghargaan Superbrands pada tahun 2004 dan 2007 dari Superbrands Organization, Inggris.
2.
Menerima Certified Emission Reduction (CER) dari the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 2006.
3.
Penghargaan The Ten Best Managed Companies pada tahun 2007 dari Majalah Finance Asia Hongkong.
46 President Director Vice President Director
Finance Director
Technical Director
Commercial Director
Operation Unit Citereup GM
Heidelberg Technology Center Alternative Fuel & Raw Material Utility Division
Operation Unit Cirebon GM
Deputy GM Operation Mining Divison Paper Bag Division
Plant 1-2 & 5 Plant 3-4 Plant 6-11
Gen EngCons Division
Tech Service Division
Plant 7-8
QSMR Office
Supply Division
Quality Assr Division
HR Director
Operation Unit Tarjun GM
Operation P9-10
Operation P12
Tech Servive Dept
Opr. Support Div
Supply Dept
Supply Dept
HR dan SS Dept
HRGA Dept
Government Relation Dept
GA & CD Dept
SS & SD Dept
General Servive Dept
HR & GA Division SS & CD Division
Gambar 5. Struktur Organisasi PT Indocement (Indocement, 2008)
Corp HR Div Public & General Affair Div
Community Relation Dept
47
Selanjutnya penghargaan nasional yang diraih atas prestasi kinerja PT Indocement antara lain adalah: 1.
Peringkat Hijau PROPER bagi Kompleks Pabrik Citeureup pada tahun 2004 dari Kementerian Lingkungan Hidup.
2.
Penghargaan IMAC (Indonesian Most Admired Companies) pada tahun 2006 untuk pengembangan citra perusahaan terbaik dalam kategori industri semen.
3.
Penghargaan AIDS kategori perak dari Komisi Nasional Peduli AIDS pada tahun 2006 atas prestasi dan upaya PT Indocement dalam melaksanakan program penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
4.
Penghargaan Bendera Emas pada tahun 2007 dari Menteri Tenaga Kerja atas kinerja PT Indocement di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk ketiga lokasi prabrik.
5.
SGS Quality Awards pada Tahun 2007 atas upaya PT Indocement melakukan inovasi berupa penggunaan material alternatif.
6.
Penghargaan 100 Perusahaan Pencipta Nilai Terbaik di Indonesia pada tahun 2007 dari Majalah SWA dan Stern Steward & Co (PT Indocement, 2008).
7.
Penghargaan Indonesian CSR Awards pada tahun 2008 kategori Program Sosial dan Lingkungan dari Depsos dan CFCD (www.indocement.co.id). Namun dari sekian banyak penghargaan yang telah diraih oleh PT
Indocement, baru terdapat dua penghargaan yang relevan dengan pelaksanaan CSR. PT Indocement meraih 2 penghargaan pada ajang “Indonesian CSR Awards 2008”, yaitu penghargaan emas dan penghargaan terbaik 1 untuk sektor industri dan manufaktur - bidang sosial dan lingkungan.
4.5 Ikhtisar Pada akhir bab ini dapat disimpulkan bahwa PT Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang mencakup 12 pabrik di tiga unit operasi (Citeureup, Palimanan dan Tarjun) dengan unit operasi terbesar di Citeureup. Visi dan misi PT Indocement sejalan dengan prinsip triple bottom lines (3P) yang berkaitan dengan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial (kesejahteraan
48
masyarakat),
diperlihatkan
oleh
kata
“Pembangunan
Berkelanjutan”.
Implementasi visi dan misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam struktur oraganisasi dan manajemen yang sesuai, disertai dalam empat kebijakan utama yang mencakup kebijakan mutu; kebijakan keselamatan kerja, keamanan, lingkungan dan masyarakat; kebijakan gaya manajemen; dan kebijakan karyawan. Namun, kebijakan tersebut cenderung lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap internal stakeholders (aspek sosial - people) dan kurang rinci menjelaskan kebijakan terhadap aspek ekonomi (profit) serta sosial (external stakeholders). Dalam struktur organisasi PT Indocement telah mengakomodir unit-unit khusus yang menangani CSR, seperti keberadaan Safety Security and Community Division (SSCD) atau General Affair and Community Division (GACD) yang menunjukkan adanya komitmen kelembagaan dalam implemenstasi program CSR oleh PT Indocement. Walaupun PT Indocement telah meraih beberapa penghargaan nasional maupun internasional, namun penghargaan yang relevan dengan komitmen PT Indocement terhadap CSR baru dapat dibuktikan dengan peraihan dua penghargaan. Masing-masing penghargaan untuk kategori sosial dan lingkungan sedangkan perhatiannya terhadap aspek ekonomi belum dapat ditunjukkan.
BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT Analisis mengenai kebijakan dan program CSR PT Indocement akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Kebijakan dalam hal ini adalah komitmen perusahaan dalam melaksanakan CSR yang mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu aspek lingkungan (planet), sosial-masyarakat (people), dan ekonomi (profit). Kebijakan yang dianalisis tidak hanya mencakup komitmen secara tertulis, namun bagaimana komitmen tersebut diimplementasikan dengan aksi nyata sejalan dengan lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).
5.1
Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR PT Indocement menyadari bahwa CSR adalah suatu kewajiban dan
tanggungjawab moral dan sosial perusahaan pada masyarakat, baik masyarakat lokal dimana perusahaan beroperasi maupun masyarakat secara luas yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan operasi perusahaan. Selain itu, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat lokal sangat dibutuhkan agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sebagai wujud terima kasih bagi masyarakat yang telah mendukung kegiatan usaha perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Caroll (2003) bahwa CSR adalah nilai moral atau kebajikan yang dilakukan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. CSR bagi PT Indocement merupakan suatu kebijakan pimpinan puncak perusahaan dan dilakukan in-line dengan kegiatan usaha perusahaan serta dijalankan
terintegrasi
dalam
kelembagaan
perusahaan.
Dalam
konteks
pengembangan masyarakat dan kesehatan, keamanan dan keselamatn kerja karyawan dibentuk kelembagaan khusus untuk menyusun, menjalankan dan melakukan evaluasi atas setiap program CSR bagi masyarakat dan bagi karyawan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan karyawan, skala prioritas dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kesiapan dana yang mendukung program CSR perusahaan telah
50
menjadi bagian dari kegitan operasi perusahaan yang direncanakan dan dibelanjakan secara berkesinambungan bukan sebagai biaya tetapi sebagai bagian dari investasi. Seperti yang diungkapkan informan:
“CSR jangan hanya diukur dari besaran uang yang dikeluarkan, yang penting kita harus melihat apakah CSR yang dilakukan itu memberdayakan masyarakat dan menciptakan nilai. Arahnya harus selalu pada value creation bukan terhadap uang yang kita dikeluarkan” (Bapak KU).
Menurut PT Indocement, CSR yang benar adalah suatu kegiatan dengan prinsip triple bottom lines dan bukan lagi filantropis. Memang filantropis tetap kita butuhkan karena ada aspek-aspek tertentu yang perlu kita berikan, tapi bukan berarti filanropi melulu. Dengan berpedoman pada triple bottom lines yang bermula dari pemikiran Elkington J (1994), maka program CSR itu ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan sehingga kegiatan dapat berjalan secara sustainable dan memberikan manfaat baik kepada perusahaan dan masyarakat atau stakeholders lainnya. Salah seorang informan juga menambahkan bahwa: “Bagi kami CSR bukan lagi kesekedar kegiatan filantropis yang bersifat pamer dan menghabiskan anggaran namun CSR adalah komitmen dalam penciptaan nilai tambah secara berkesinambungan. Walaupun kita secara perlahan mengurangi program yang sifatnya filantropis tetapi bukan langsung dihilangkan begitu saja. Masih terdapat beberapa hal yang harus kita bantu, seperti pembangunan infrastruktur, perbaikan gedung ibadah, penyediaan air bersih, sarana MCK, pemberian layanan kesehatan, posyandu, beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS dan lainnya” (Bapak AL). Sebenarnya PT Indocement telah menjalankan program CSR sejak perusahaan berdiri tahun 1985, walaupun pada saat itu di titik beratkan pada ekspansi usaha. Sejak tahun 1990-an kegiatan CD (Community Development) sudah dilaksanakan dan saat ini telah mulai terbentuk serta terarah pelaksanaannya yang meliputi Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan bahwa:
51
“Sekitar empat tahun belakang ini, kami bersama Manajemen ITP telah lebih memantapkan kebijakan CD yang ada selama ini dalam wujud kebijakan CSR perusahaan yang didasarkan pada kepentingan triple bottom lines. Namun tidak berarti bahwa kegiatan CD perusahaan yang selama ini telah dilakukan akan ditinggalkan begitu saja, karena masih merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Akan tetapi, secara bertahap kami arahkan pada pemberdayaan masyarakat (empowerment)” (Bapak AL). Cara PT Indocement memandang CSR atau alasan PT Indocement melaksakan praktik CSR dapat dikategorikan kedalam beyond compliance, karena perusahaan tidak hanya melakukan praktik CSR sebagai upaya memenuhi kewajiban terhadap hukum yang memaksanya. Namun dilakukan karena ada komitmen
yang
tulus
untuk
berbuat
lebih
(beyond
complinace)
atau
memaksimalkan manfaat positif kepada stakeholders. Tentu semua program CSR harus memberikan manfaat bagi stakeholders karena ujung dari kegiatan CSR adalah memberikan atau membantu meningkatkan kesejahteraan stakeholders termasuk masyarakat dan pada akhirnya mencipatakan hubungan harmonis dengan lingkungan (masyarakat). Program CSR juga harus bisa memberdayakan masyarakat yang pada akhirnya membuat masyarakat mandiri dan tidak tergantung pada perusahaan. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah memberikan kontribusi dalam menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan lingkungan. Secara langsung atau tidak, program CSR juga harus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Sejalan dengan triple bottom lines yang dijalankan maka setiap program CSR dikaitkan dengn manfaat yang juga dirasakan perusahaan sehingga kegiatan CSR turut menjadi pilar penopang kegiatan usaha.
5.2
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) Komitmen PT Indocement dalam melestarikan lingkungan tertulis dalam
kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa “Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan” (Tabel 5). Hal tersebut ditunjukkan PT Indocement dengan memenuhi dan mentaati standar hukum dan perundang-undangan yang berlaku di
52
Indonesia. PT Indocement telah memperoleh ijin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Selain itu, sebagai inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, PT Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia. Kemudian sebagai pemenuhan
kewajiban
pada
pemerintah
Indonesia,
PT
Indocement
mempertahankan akreditasi ISO 14001: Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Selain itu, PT Indocement secara tertulis berkomitmen untuk “Senantiasa berupaya menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus”. PT Indocement tunjukkan dengan dilakukannya pemantauan polusi debu, pemantauan tingkat kebisingan dan pemantauan polusi gas rumah kaca untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan (Tabel 5). Pemantauan polusi debu dilakukan secara terus menerus dengan memasang alat penangkap debu elektrostatik (Elektronic Precipitator), alat pemantau partikel kontinu (Continuous Particel Monitoring), dan kantong penyaring debu pada tiap cerobong. Upaya meredam tingkat kebisingan dilakukan dengan cara memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. Kemudian pemantau polusi gas rumah dilakukan melalui program Mekanisme Pembagunan Bersih (MPB) yang sesuai dengan Protokol Kyoto, dimana gas-gas berbahaya seperti CO2, SO2, SOX, dan NOX secara berkala diaudit oleh Quality Sysytem Management. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen PT Indocement terhadap keberlanjutan lingkungan tidak hanya secara tertulis saja. Komitmen tertulis tersebut ditunjukkan dengan berbagai upaya nyata untuk mengendalikan, mengelola dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Atas komitmen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, pabrik PT Indocement unit operasi Citeurep telah diaudit pada tahun 2004 dan 2005 dan berhasil meraih peringkat hijau karena melampaui dan memenuhi standar PROPER (Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan).
53
5.3
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People) Komitmen PT Indocement terhadap pemangku kepentingan (khususnya
masyarakat tempatan) tertulis dalam kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa “Senantiasa berupaya meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar”. CSR bagi PT Indocement merupakan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap peningkatan nilai dan kualitas hidup pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga penting untuk terus berupaya meningkatkan manfaat bagi karyawan, supplier, konsumen, media massa (pers), dunia pendidikan dan masyarakat binaaan (Tabel 6). Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya PT Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. PT Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama. PT Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Saat ini PT Indocement di unit operasi Citeureup mempunyai program community development (Program Lima Pilar) yang dilakukan di 12 Desa Binaan. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja, nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. PT Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan kegiatan Bilikom dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT Indocement menyadari masyarakat disekitar operasi khususnya, merupakan stakeholders penting karena dukungan dan partisipasi mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan. Sehingga sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat sekitar, PT Indocement berkomitmen dan berkontribusi memaksimalkan dampak positif kepada masyarakat.
54
5.4
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) Komitmen atau kebijakan CSR PT Indocement dalam aspek ekonomi
(profit) adalah “Senantiasa menjalankan seluruh kegaitan usaha dengan tetap memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara berkelanjutan” (Table 7). Pada awal tahun 2004, PT Indocement masih menanggung beban utang sejumlah Rp 5.290 miliar akibat krisis keuangan Asia, sekalipun sejumlah Rp 2.007 miliar dari utangnya telah diselesaikan pada tahun sebelumnya. PT Indocement juga membayar utang sejumlah Rp 681 miliar pada tahun 2004 sehingga PT Indocement berfokus pada pemulihan kondisi kesehatan keuangan yang berkesinambunga. Pada tahun 2005, kondisi keuangan mulai membaik ditunjukkan dengan pengurangan beban utang sebesar Rp 739 miliar menjadi Rp 3.870 miliar. Kemudian pada akhir tahun 2006 jumlah utang PT Indocement menurun menjadi Rp 2.271 miliar dan pada tahun 2007 PT Indocement telah menyelesaikan keseluruhan utang serta menyisakan US$ 150 juta atas pinjamannya (PT Indocement, 2008). Menguatnya arus kas dari tahun ke tahun, menunjukkan kesehatan keuangan PT Indocement yang semakin membaik dan stabil. Arus kas yang sehat menghasilkan dana internal yang memadai bagi perseroan untuk melaksanakan berbagai program pengembangan berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi. Adanya peningkatan ekonomi secara bertahap menunjukkan komitmen PT Indocement untuk tetap memperhatikan pengembangan kapasitas untuk mempertahankan pertumbuhan dan keunggulan perseroan dengan memanfaatkan peluang secara tepat di masa depan. PT Indocement telah memberi kontribusi nyata dalam aspek ekonomi perusahaan dan ekonomi negara., juga ekonomi bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Total keuntungan PT Indocement pada tahun 2007 adalah sekitar Rp 1 triliun, dengan total pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah sekitar Rp 435 milyar (Tabel 5). Kaitannya dengan pendanaan program CSR bagi masyarakat, baik dalam Program Lima Pilar maupun Proyek Pembangunan Berkelanjutan, selama tiga tahun terakhir PT Indocement mengalokasikan dana sebesar Rp 4 milyar rata-rata per tahun (PT Indocement, 2008). PT Indocement menganggap pengeluaran ini sebagai investasi, bukan sebagai biaya operasional.
55 Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
LINGKUNGAN (PLANET)
KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) Komitmen lainnya: 1. Menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan 2. Menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat 3. Berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus
IMPLEMENTASI
1. Pemantauan polusi debu 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dipasang alat Penangkap Debu Elektrostatik, pemantauan partikel kontinu dan peyaring debu di setiap cerobong. Pemantauan tingkat kebisingan Memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. Pemantauan polusi gas rumah kaca Melaksanan Program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) sesuai Protokol Kyoto. Standar PROPER Meraih Peringkat Hijau tahun 2004 karena melampaui dan memenuhi standar PROPER. Jatropha (Jarak Pagar) Biji jarak itu dipakai sebagai bahan bakar alternative (biofuel) dalam proses pembakaran indocement. Waste Energy Menghasilkan biomas (bahan bakar alternatif) dan kompos (pupuk). Proyek Konversi Energi Pemanfaatan energi yang berasal dari kotoran sapi yang diubah menjadi biogas. Mengurangi emisi gas methan yang merusak ozon.
56 Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Sosial (People) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
SOSIAL (PEOPLE)
KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome) Komitmen terhadap stakeholders: 1. Karyawan, mencakup : sistem pengupahan, dana pension, K3, meningkatkan bakat karyawan (pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan) 2. Supplier, mencakup kerjasama yang memenuhi standard dan peraturan yang berlaku serta harga bersaing 3. Konsumen, mencakup: kualitas baik, harga yang layak bersaing dan delivering time 4. Media, mencakup: melakukan koordinasi dan gathering dalam informasi yang seimbang 5. Dunia Pendidikan, mencakup kerjasama penelitian magang, pihak independen 6. Masyarakat Binaan, mencakup: meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar
IMPLEMENTASI 1. Karyawan, Mancakup: Dilakukan Berbagai Program Pelatihan Dan Pengembangan SHE (Safety, Health, And Environmental) Dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia Serta Karyawan Dinilai Berdasarkan Pencapaian Prestasi Kerja Jika Dahulu Berdasarkan Loyalitas Terhadap Perushaan. 2. Supplier dan Konsumen, mencakup: membangun kepercayaan dan kerjasama melalui penetapan kualitas dan harga yang saling menguntungkan. 3. Media, mencakup: melakukan kerjasama dengan beberapa media cetak dan elektronik untuk meliputi berbagai kegiatan CSR perusahaan. 4. Dunia Pendidikan, mencakup: melakukan berbagai kerjasama penelitian (contoh: program Jatropha), kerjasama PKL/magang dan sebagai pihak independen (melakukan pmetaan sosial dan evaluasi) 5. Masyarakat Binaan, mancakup implementasi Program Lima Pilar dan Sustainable Developmenet Project (SDP). Program Lima Pilar mencakup kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosbudag (sosial, budaya dan olahraga) dan keamanan yang dilakukan setiap tahunya di 12 desa binaan dan cenderung bersifat filantropis. Sedangkan Sustainable Developmenet Project (SDP) merupakan proyek jangka panjang yang in-line dengan core bisnis perusahaan seperti Jatropha, Pengelolaan Sampah (Waste to Energy), Peternakan dan UMKM.
57 Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
EKONOMI (PROFIT)
KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI
a. Keuntungan Perusahaan pada tahun 2007 sekitar satu Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk triliun rupiah, dengan total pajak kepada pemerintah kepentingan bersama perusahaan dan komunias, sekitar 435 milyar rupiah khususnya komunitas lokal dimana perusahaan b. Alokasi dana CSR bagi CD dan SDP sekitar 4 milyar beroperasi sehingga tercipta hubungan yang pertahun (4.3 milyar tahun 2006 dan 3.6 milyar tahun harmonis 2007) terbagi atas: Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap • Pendanaan kegiatan fisik CSR yang telah dianggarkan memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara rutin sebagai biaya investasi (Opex). secara berkelanjutan • Pendanaan guna membiayai aktivitas yang Komitmen lainnya: dianggarkan dalam biaya penyelenggaraan (FOH). Besar anggaran didasarkan pada analisa kebutuhan masyarakat dan prioritas kebutuhan tersebut, tidak diukur dari berapa besar manfaat yang diberikan dan dirasakan masyarakat
58
Berdasarkan tiga tabel diatas (tabel 5, 6 dan 7) memperlihatkan jika PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit). Tidak ada secara rinci bagaimana bentuk CSR kepada stakeholders eksternal seperti konsumen, pemasok, NGO dan lain-lain serta transparansi terkait dana kepada stakeholders eksternal (masyarakat). Selain itu, masyarakat di 12 desa binaan sendiri merasakan bahwa implementasi program yang telah dilaksanakan belum tepat sasaran. Hal ini mungkin karena PT Indocement belum menetapkan skala prioritas melalui penetapan wilayah Ring 1, 2 dan 3 yang disusun berdasarkan kontribusi dampak negatif yang diterima masyarakat.
5.5 Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup Dalam kaitannya dengan program CSR, PT Indocement memiliki Renstra CSR
Renstra CSR PT Indocement diterjemahkan dari visi, misi dan tujuan
perusahaan, serta dari visi, misi dan tujuan CSR PT Indocement dengan mempertimbangkan masalah dan kebutuhan stakeholders (Gambar 6). Dalam konteks Bina Lingkungan, program prioritas CSR PT Indocement dikemas dalam Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat, dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project (SDP). PT Indocement yang beroperasi di Citeureup, memiliki sembilan pabrik yang termasuk ke dalam tiga Kecamatan yang berbeda yaitu Kecamanatan Citeureup, Kecamantan Cileungsi dan Kecamatan Klapanunggal. Dari masingmasing kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang menjadi skala priortias program CSR PT Indocement, yaitu tujuh desa di Kecamatan Citeureup, empat desa di Kecamatan Klapanunggal dan satu desa di Kecamatan Cileungsi sehingga jumlah keseluruhan desa binaan adalah 12 desa. Keduabelas desa binaan tersebut adalah desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Leuwi Karet, Nambo,
59
Bantarjati, Tarikolot, Gunung Sari, Pasir Mukti, Tajur dan Hambalang. Dasar pertimbangan dalam menentukkan desa binaan adalah desa yang berada disekitar operasi perusahaan (terdekat) serta kemungkinan dampak negatif yang dapat diterima masyarakat desa. Adalah wajar bahkan suatu keharusan menurut Crane, A et al. (2008) bahwa program CSR diprioritaskan kepada masyarakat terdekat dengan perusahaan dan yang mungkin paling rawan berisko.
VISI, MISI & TUJUAN PERUSAHAAN
TRIPLE BOTTOM LINES
RENSTRA CSR 5 TAHUN
PROYEK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PROGRAM LIMA PILAR
1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Ekonomi Kesehatan Sosbudag & Olahraga Keamanan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jatropha Waste Energi Peternakan Local Purchase Local Employee UMKM
TUJUAN TAHUNAN 2006: Pemetaan sosial dan data dasar 2007: Jatropha, Waste Energi, Local Purchase, Local Employee 2008: Peternakan, UMKM, Komposter, Kampanye AIDS, Edukasi Habit Guru 2009: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong Pabrik 2010: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong 3 Kecamatan
Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement
Penentuan program CSR untuk 12 desa binaan terlebih dahulu dilakukan pemetaan sosial oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan gambaran atau data yang jelas dan akurat mengenai situasi/kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga bisa menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar
60
program lebih tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat binaan. Pemetaan sosial ini dilakukan oleh pihak ketiga (independen) yaitu IPB yang menghasilkan data mengenai:
1) basis data sosiodemografi terkait
kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, 2) kebutuhan bantuan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, agama dan lain-lain, 3) potensi desa bidang usaha mikro dan menengah, 4) perilaku masyarakat binaan yang lebih memilih bekerja di perusahaan daripada berusaha mandiri, 5) tingkat persepsi komunitas atas kegiatan CSR perusahaan. Selain dilakukan pemetaan sosial dan survei oleh pihak perusahaan, dilakukan juga dengan mengevaluasi kegiatan CSR tahun lalu, melakukan pertemuan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 Desa Binaan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat binaan, serta mengacu pada Rencana Pembangunan Desa (Renbangdes) yang merupakan hasil musyawarah rencana pembangunan di tiap desa. Setelah itu, perusahaan menganalisis kebutuhan masyarakat desa binaan dan menetapkan rencana program sesuai dengan skala prioritas (Gambar 7).
Kebijakan CSR PT Indocement
Kebutuhan Masyarakat
BILIKOM
Analisis Kebutuhan
Renbangdes
Rencana Program
Kerangka Pemikiran
Rencana Tahunan Program CSR
Monitoring & Evaluasi
Realisasi Program
Gambar.7 Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement (Indocement 2008)
61
Proses perencanaan program pengembangan masyarakat dalam kerangka CSR yang dilakukan PT Indocement tersebut sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat yang diungkap Elyas dkk (2005), yaitu bermula dari komitmen perusahaan, melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholders, berbasis masalah dan kebutuhan masyarakat sasaran, dan dimuali dari dari bawah. Berdasarkan Renstra CSR PT Indocement (PT Indocement, 2009), bidang program dan skala prioritas CSR PT Indocement adalah Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat (Community Developmen), dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project (SDP). Program Lima Pilar di unit operasi Citeureup dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan yang meliputi: 1. Pilar Pendidikan Diprioritaskan untuk mendukung program pemerintah dalam upaya mencerdaskan
kehidupan
masyarakat
serta
meningkatkan
indeks
pembangunan manusia di 12 Desa Binaan. Berbagai program yang telah diimplementasikan meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja.. 2. Pilar Ekonomi Diprioritaskan mengupayakan pemberdayaan UKM yang merupakan landasan perekonomian nasional, khususnya dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi komunitas sekitar. Usaha-usaha pemberdayaan itu mencakup serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha. Kegiatan pemberdayaan ekonomi ini, telah menciptakan kegiatan ekonomi unggulan di bidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor.
62
3. Pilar Kesehatan Diprioritaskan untuk mendukung masyarakat dalam pelayanan kesehatan, khususnya bagi wilayah desa yang masih sulit terjangkau oleh pelayanan kesehatan di tingkat Kecamatan (Puskesmas). Bekerjasama dengan Puskesmas milik pemerintah, PT Indocement mengelola Puskesmas Keliling (PUSLING) guna mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat di 12 Desa Binaan. PT Indocement juga membangun fasilitas-fasilitas kesehatan, operasi katarak, sunatan massal, proyek air bersih,dan proyek lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, Agama) dan Olahraga Diprioritaskan membantu kesejahteraan masyarakat yang menyangkut pembangunan atau rehabilitasi sarana prasarana lingkungan, pembangunan fasilitas ibadah, kesenian, olahraga dan lain-lain. PT Indocement juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk kegiatan olah raga (pembinaan sepak bola Indocement), memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. 5. Pilar Keamanan Diprioritaskan untuk turut menciptakan kondisi aman di tengah masyarakat melalui pemberdayaan Pam Swakarsa, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan perusahaan yang aman. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di 12 Desa Binaan serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal. Berbeda dengan Program Lima Pilar Pengembangan Masyarkat, yang secara
lansung
merespon
kebutuhan
dan
harapan
masyarakat;
Proyek
Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Project (SDP) merupakan program rintisan dengan fokus merespon kebutuhan perusahaan sekaligus juga terkait dengan kebutuhan masyarakat. Proyek SDP meliputi:
63
1. Jatropha (Jarak Pagar) PT Indocement menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) di areal bekas penambangan di Citeureup seluas 71,2 Ha dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Proyek ini telah memadukan usaha konservasi lingkungan dengan program pembangunan masyarakat. Perkebunan tersebut telah merehabilitasi sebagian dari areal bekas penambangan PT Indocement. Hasil panenannya diharapkan mengurangi biaya bahan bakar, karena biji-biji jarak itu dipakai sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pembakaran pabrik (biofuel). 2. Waste Energy Menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat, dimana telah dibangun fasilitas pengolah sampah di Kelurahan Puspanegara yang merupakan salah satu dari 12 Desa Binaan PT Indocement. Dalam rangka proyek tersebut, masyarakat diajak berpartisipasi untuk mengumpulkan sampahsampah rumahtanga untuk diolah di satu fasilitas pengolahan sampah (TPA) berskala kecil. Di TPA ini sampah-sampah tersebut disortir menjadi dua macam, yakni sampah organik dan sampah non-organik. Sampah organik akan diproses lebih lanjut menjadi kompos dan biomas. Hasil kompos itu akan dipakai sebagai pupuk di perkebunan jarak pagar sedangkan biomas digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pembakaran pabrik. 3. Peternakan Bekerjasama
dengan
pihak
Institut
Pertanian
Bogor
(IPB)
mengembangkan ternak sapi dan domba. Ternak sapi untuk percontohan biogas, dan ternak domba untuk kegiatan ekonomi (budidaya domba dan kompos). Teknis pelaksanaan dilakukan
masyarakat yang dibina dan
dilatih menjadi peternak yang tangguh oleh Tim IPB. Setelah peserta menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan sendiri peternakan
ditempatnya
sendiri
dengan
membawa
ternak
sesuai
pengembangannya.yaitu untuk tujuan ekonomi dan tujuan lingkungan. Pemanfaatan kotoran ternak atau sapi menjadi biogas rumahtanga untuk menghemat pembelian dan penggunaan energi fosil. Penjualan domba
64
atau sapi hasil budidaya akan berdampak pada ekonomi rumahtangga; dan pemanfaatan kompos untuk peningkaatn ekonomi rumahtangga dan penghijaun lingkungan. 4. Pembelian dan Tenaga Kerja Lokal serta Pengembangan UMKM Selain proyek jatropha, waste energy dan peternakan sapi/domba, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain dalam proyek SDP, seperti pembelian barang dan jasa dari karya atau produksi masyarakat lokal (local purchase), dan rekrutmen pekerja dari masyarakat lokal (local employee). Juga bersama masyarakat dikembangkan berbagai usaha mikro kecil mengengah (UMKM) seperti usaha konveksi (sekaligus untuk pembelian seragam karyawan), usaha pembuatan palet kayu termasuk sebagai suplier palet yang dibutuhkan PT Indocement, ternak ayam dan lain sebagainya, yang bermanfaat bagi ekonomi masyarakat dan juga bagi pemenuhan kebutuhan perusahaan Berbagai program dalam Program Lima Pilar dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan merupakan wujud integrasi antar kompoen triple bottom lines (3P) seperti diungkap Elkington, J (1994). Misalnya berbagai program pelatihan dalam Pilar Pendidikan (Aspek Sosial dalam 3P) akan berdampak pada peningkatan peluang usaha dan peluang kerja (Aspek Ekonomi dalam 3P). Berbagai kegiaatan dalam Pilar Ekonomi (Aspek Ekonomi dalam 3P) akan berdampak pada peningaktan derajat kesehatan dan pendidikan keluarga (Aspek Sosial dalam 3P). Demikian pula dalam proyek SDP, proyek Jatropa yang menghijaukan lahan kapur dan sumber energi non-fosil, memerlukan pupuk kompos dari ternak domba dan sapi (Aspek Lingkungan dalam 3P) memberikan peluang pekerjaan dan pendapatan bagi para penduduk lokal di dekat areal jarak (Aspek Ekonomi dalam 3P). Proyek pengelolaan sampah dalam “waste energy’, selain bermanfaat dalam pengelolaan lingkungan kebersihan lingkungan penduduk dan pasar, juga bermanfaat bagi peningkatan ekonomi penduduk dan penghematan energi fosil oleh perusahaan.
65
5.6 Ikhtisar Secara ringkas bab ini mengungkap cara PT Indocement memandang CSR tidak hanya sebagai upaya memenuhi kewajiban terhadap hukum yang memaksanya, namun karena ada komitmen yang tulus untuk berbuat lebih (beyond complinace), khususnya memaksimalkan manfaat positif kepada stakeholders. Secara tertulis, PT Indocement telah merumuskan dan menetapkan kebijakan CSR berdasarkan visi, misi dan tujuan perusahaan yang mencakup kebijakan keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi yang sejalan dengan prinsip triple bottom lines. PT Indocement juga dalam implementasi CSR telah berusaha mentaati berbagai peraturan perundangan yang berlaku, seperti berupaya menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan secara terus menerus, bahkan berbuat lebih baik sebagai wujud komitmen CSR PT Indocement (merupakan bentuk dari legal responsibilities). Selain itu, kebijakan CSR PT Indocement diimplementasikan dalam Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat, dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Project-SDP). Namun implementasi program CSR belum terasa maksimal, khususnya pada aspek sosial (people) dan ekonomi (profit), khususnya yang berkaitan dengan masyarakat di 12 desa binaan PT Indocement. Masyarakat merasakan bahwa program yang diimplementasikan belum tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini karena PT Indocement mengimplementasikan program lima pilar di 12 desa binaan adalah sama padahal kebutuhan, sumberdaya manusia, dan kontribusi dampak yang diterima setiap desa berbeda. Selain itu, belum ditetapkannya skala prioritas melalui penetapan wilayah desa yang terletak di Ring 1, 2 dan 3 dari operasi perusahaan sehingga desa yang paling banyak berisiko terkena dampak negatif adalah desa yang harus diprioritaskan. Kemudian masih belum adanya transparansi terkait dana CSR kepada masyarakat untuk 12 desa binaan. Jika dilihat dari dana CSR pada tahun 2006 dan 2007 maka terjadi penurunan yaitu 4,3 miliyar menjadi 3,6 miliyar.
BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Tingkat partisipasi peserta dilihat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Sebelum mendeskripsikan tingkat partisipasi peserta, terlebih dahulu disajikan gambaran mengenai program pelatihan yang diteliti.
6.1
Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen PT Indocement berkomitmen secara berkelanjutan untuk melaksanakan
Program Lima Pilar (Community Development), khusunya kepada masyarakat di 12 desa binaan. Kegiatan pelatihan montir sepeda motor dan membatik limbah kertas semen merupakan realisasi dari Pilar Pendidikan dalam Program Lima Pilar PT Indocement. Menurut informan PT Indocement (Ibu LI) yang diwawancarai, mengungkapkan bahwa kedua pelatihan ini dilakukan berdasarkan hasil survei pemetaan sosial yang dilakukan di 12 desa binaan. Pemetaan sosial tersebut dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga (independen). Hasil pemetaan sosial tersebut memperlihatkan data sosiodemografi dan kebutuhan masyarakat di 12 desa binaan terkait kondisi kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan potensi sumber daya manusia. Seperti yang dikemukan oleh salah satu informan (Ibu LI) bahwa di 12 desa binaan masih banyak pemuda usia produktif yang tidak bekerja atau pengangguran. Oleh karena itu, PT Indocement turut memfasilitasi para pemuda desa binaan melalui kegiatan pelatihan montir sepeda motor dengan harapan dapat menciptakan montir sepeda motor yang siap kerja. Tujuan pelatihan montir sepeda motor ini adalah turut membantu program pemerintah dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui pemberian pelatihan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan pihak Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas Transmigrasi Kabupaten Bogor. Kegiatan pelatihan ini telah dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan, diperlihatkan dengan
67
dihasilkan tiga angkatan peserta pelatihan yang dilakukan masing-masing pada tahun 2007, 2008 dan 2009.
Jumlah perserta pelatihan adalah 12 peserta yang
berasal dari 12 desa binaan dengan syarat usia 17 – 35 tahun. Proses rekrutmen peserta dilakukan melalui sosialisasi baik secara tertulis maupun lisan melalui Bilikom,
surat
edaran
melalui
kantor
desa
dan
tokoh
masyarakat.
Mempertimbangkan kapasitas dan sumberdaya pelatihan, dilakukan seleksi terhadap calon peserta (terutama bagi yang belum bekerja dan punya motivasi yang tinggi), sehingga hanya 12 peserta terbaik yang lolos seleksi pada setiap angkatan. Pemberitahuan lolos seleksi dilakukan secara tertulis melalui kantor desa. Materi pelatihan yang diberikan mencakup kelompok materi inti dan materi tambahan. Kelompok materi pelatihan inti mencakup teori dan praktik pengantar sepeda motor, kelistrikan, chasis, turun mesin, dan toube shoting. Materi tambahan terkait aspek ketenagakerjaan, meliputi pembentukan sikap mental, serta Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja (K3). Metode pelatihan dilakukan dalam bentuk teori dan praktik. Dari segi alokasi waktu, praktik memiliki bobot lebih yaitu sekitar 85 persen, sedangkan teori dengan bobot 15 persen. Pelatihan ini dilaksanakan di Gedung Sekolah Magang Indocement (SMI). Sedangkan tujuan pelatihan membatik limbah kertas semen adalah sebagai bentuk kepedulian PT Indocement dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal yaitu mengembangkan usaha ekonomi lokal di lingkungan desa binaan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk industry rumahtangga yang dapat menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa binaan, serta meningkatkan kepedulian pada lingkungan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan Batik Harris Riadi, Pekalongan dengan pemberian materi seputar limbah kertas, teori dan praktik membatik, penggunaan warna alam serta belajar membatik diatas limbah kertas semen. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 6 Februari tahun 2009 dan dilangsungkan di Base Camp Quarry A PT Indocement unit operasi Citeureup. Pelatihan diikuti oleh 12 orang peserta yang berasal dari empat desa binaan yaitu Desa Lulut, Leuwi Karet, Gunung Sari, dan Pasir Mukti. Target PT Indocement setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan adalah peserta pelatihan akan dibuat kelompok usaha membatik limbah kertas semen yang selanjutnya akan dibuat aneka produk
68
kerajinan tangan dan dibantu modal usaha melalui program UMKM (Usaha Masyarakat Kecil Menengah). Gambaran umum peserta pelatihan montir sepeda motor dan limbah kertas semen mencakup jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, jumlah tanggungan, pengalaman kerja sebelumnya dan motivasi mengikut pelatihan, disajikan pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Berdasarkan Identitas No.
Identitas Peserta
1.
Jenis Kelamin
2.
Usia
3.
Status Perkawinan
4.
Pendidikan Terakhir
5.
Jumlah Anggota Keluarga
6.
Jumlah Tanggungan
7.
Pengalaman Kerja Sebelum Pelatihan
8.
Motivasi
Laki-laki Perempuan Jumlah < 30 tahun ≥ 30 tahun Jumlah Belum Menikah Menikah Jumlah SD / Sederajat SLTP / Sederajat SLTA / Sederajat Diploma Sarjana Jumlah < 4 orang ≥ 4 orang Jumlah < 3 orang ≥ 3 orang Jumlah Tidak Bekerja Bekerja Jumlah Karena ingin belajar Karena hobi Karena terpaksa/disuruh orang Karena ajakan orang Jumlah
Jumlah (N) 4 4 8 5 3 8 1 7 8 2 4 2 0 0 8 4 4 8 6 2 8 2 6 8 6 2
Persentase (%) 50,0 50,0 100,0 62,5 37,5 100,0 12,5 87,5 100,0 25,0 50,0 25,0 0,0 0,0 100,0 50,0 50,0 100,0 75,0 25,0 100,0 25,0 75,0 100,0 75,0 25,0
0
0,0
0 8
0,0 100,0
69
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa semua peserta yang mengikuti pelatihan montir sepeda motor berjenis kelamin laki-laki sedangkan peserta yang mengikuti pelatihan membatik limbah kertas semen berjenis kelamin perempuan. Lima orang peserta termasuk ke dalam usia muda ( < 30 tahun) dan tiga orang peserta termasuk usia dewasa ( ≥ 30 tahun). Mayoritas peserta berstatus menikah dan memiliki tangungggan rata-rata dua hingga tiga orang dalam keluarga. Namun terdapat dua peserta yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 4 orang diluar isteri dan anak. Mayoritas pendidikan akhir peserta adalah tamatan SLTA dan sudah bekerja baik sebelum dan sesudah pelatihan. Sebelum mengikuti pelatihan tiga peserta bekerja musiman sebagai pekerja kontraktor, satu peserta sebagai pekerja pabrik, guru dan pegawai negeri. Sedangkan setelah pelatihan beberapa dari peserta pelatihan montir sepeda motor jika ada waktu luang bekerja sebagai buruh untuk menambah penghasilan. Peserta mengikuti pelatihan atas dasar keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Sedangkan peserta pada pelatihan montir sepeda motor sebelum mengikuti pelatihan sudah menyukai sedikit tentang perbaikan motor, seperti yang diungkapkan oleh peserta bahwa: “Sebelum ikut pelatihan juga udah seneng ngotak-ngatik motor sendiri jadi taulah dikit-dikit tentang motor walaupun nga pernah sekolah tau kerja yang berhubungan sama motor/bengkel” ( Kang SM, Kang HM, Kang AS, Kang AJ).
6.2
Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan dibedakan menjadi
rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak ikut dan/atau
kurang terlibat atau berperanserta dalam
proses perencanaan pelatihan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperan serta dalam proses perencanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat atau berperan dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan program pelatihan. Untuk itu, partisipasi peserta pada tahap perencanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 9 berikut:
70 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi dalam Perencaan Program Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 8 0 8
Persentase (%) 100,0 0,0 100,0
Tabel diatas (Tabel 9) menunjukkan bahwa tidak ada partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan. Hal itu didukung oleh beberapa pernyataan peserta yang menyatakan bahwa: “Saya waktu itu cuman dapat surat dari Kades kalau berhasil ikut pelatihan montir, jadi saya cuman ikut terlibat pas pelatihan dilaksanain aja” (Kang HM). “Saya ga ikut waktu proses perencanaan pelatihan, saya tahu informasi tentang pelatihan juga dari orang di kantor desa” (Kang AS). Hasil pernyataan yang diungkapkan peserta tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak berpartisipasi karena memang tidak dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan. Semua peserta baru mengetahui akan diadakan pelatihan setelah di sosialisasikan ke desa, baik melalui kegiatan Bilikom, aparat desa maupun tokoh masyarakat (Ketua RW/RT, Kader) di masing-masing desa tempat peserta mendaftar serta pemberitahuan yang ditempelkan di kantor desa. Sebanyak empat orang mengetahui sosialisasi kegiatan pelatihan dari tokoh masyarakat setempat sedangkan dua orang mengetahui dari pihak aparat desa sedangkan dua lainnya mengetahui ketika mengikuti kegiatan Bilikom. Hal ini dikarenakan cara atau mekanisme perencanaan program pelatihan dilakukan dengan survei dan pemetaan sosial yang dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga. Sehingga yang terlibat dalam proses perencanaan hanyalah perwakilanperwakilan dari masyarakat di tiap desa.
6.3
Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan ini
dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam
71
proses pelaksanaan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pelaksanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam menghadiri pelatihan, mendengarkan dan mencatat materi, bertanya jika kurang paham kepada instruktur, penguasaan dan kesukaan pada materi pelatihan. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi dalam Pelaksanaan Program Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 1 7 8
Persentase (%) 12,5 87,5 100,0
Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa partisipasi peserta pada tahap perlaksanaan pelatihan adalah tinggi karena peserta aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan. Pada pelatihan montir sepeda motor, partisipasi peserta ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam bertanya ketika terdapat materi atau praktik yang kurang dipahami oleh peserta, khususnya materi terkait kelistrikan yang dianggap sedikit sulit. Peserta pun aktif dalam mencatat, baik teori yang sudah ada dalam materi sajian maupun yang diluar sajian materi. Namun, terdapat satu peserta (Kang SM) yang kurang aktif dalam pelaksanaan pelatihan karena respoenden tidak pernah bertanya dan mencatat ketika pelatihan berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta (Kang SM), peserta mengatakan bahwa ia tidak pernah bertanya dan mencatat karena beliau memang tidak suka mencatat dan memilih untuk bertanya kepada temannya. Oleh karena itu partisipasi kang SM yang rendah tidak berarti bahwa yang bersangkutan tidak dapat mengikuti materi pelatihan, tetapi lebih karena alasan yang bersangkutan punya karakter tidak suka bertanya (faktor internal individu). Sedangkan pada pelatiham membatik limbah kertas semen, partisipasi peserta terlihat ketika tahap seleksi dilaksanakan, dimana semua peserta menghadiri dan mengerjakan berbagai tes seperti tes psikotes. Selain itu, semua
72
peserta hadir secara penuh selama pelatihan berlangsung. Semua peserta secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab maupun bertanya ketika ada teori maupun praktik yang kurang dimengerti oleh peserta serta secara aktif mendengar dan mencatat materi-materi yang diberikan. Peserta juga terlibat dalam proses pengambilan keputusan, seperti dalam membuat pola membatik serta kerajinan yang akan dikreasikan.
6.4
Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring Partisipasi peserta pada tahap monitoring pelatihan dibedakan menjadi
rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam proses monitoring (pemantauan dalam setahun setelah pelatihan berlansung). Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pemantaun pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat saat proses monitoring berlangsung. Selain itu, dilihat dari upaya peserta dalam menjalin komunikasi dengan pihak PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel.11 berikut: Tabel 11. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring
Partisipasi dalam Monitoring Program Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 3 5 8
Persentase (%) 37,5 62,5 100,0
Tabel 11 menunjukkan bahwa partisipasi dan keterlibatan peserta pada tahap monitoring pelatihan cenderung tinggi. Hal ini karena dalam proses monitoring terdapat komunikasi dan koordinasi yang baik antara peserta dengan pihak petugas bina lingkungan (Bilik). Pada pelatihan montir sepeda motor, proses pemantauan sendiri tidak dilakukan secara rutin dan berkala namun telah dilakukan kurang lebih satu tahun terhitung sejak tahun 2008-2009. Partisipasi yang tinggi ditunjukkan dengan keterlibatan dan peranserta peserta melalui
73
dilansungkannya dialog dimana peserta dapat bertukar ide dan pendapat terkait pembahasan keberlanjutan pelatihan. Menurut salah satu peserta (Kang HM) mengatakan bahwa selama kurang lebih satu tahun itu, kami berempat dilibatkan dalam proses perencanaan project Bengkel Terpadu PT Indocement (merupakan wujud keberlanjutan dari pelatihan montir sepeda motor). Dalam prosesnya, kami dipantau mengenai perkembangan keterampilan sehingga pada tahun 2009 kami berempat diberikan penyegaran materi dan pelatihan oleh pihak Bilik PT Indocement dalam rangka persiapan rekrutmen kerja. Sedangkan pada peltihan limbah kertas semen, proses monitoring juga tidak diadakan berkala/rutin, namun salah seorang peserta (Ibu IS) bersama pihak Bilik (Bina Lingkungan) PT Indocement selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini selesai diadakan. Ibu IS mengatakan bahwa pihak Bilik melakukan pemantau setelah pelatihan selesai diadakan. Ibu IS secara aktif membuka wacana ketika terjadi dialog dengan pihak Bilik. Proses pemantauan tersebut oleh Ibu IS dijadikan ajang sebagai tindak lanjut pelatihan. Melalui bekal ilmu dan keterampilan yang diperolehnya, hingga saat ini beliau bersama satu peserta (Ibu MQ) sudah dapat membuat dan menjual aneka produk kerajinan membatik limbah kertas semen.
6.5
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan diukur dari
keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan ini dibedakan atas dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Tingkat partisipasi dikatakan rendah apabila tidak dan/atau kurang ada keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai rendah apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antara 0–8. Sebaliknya, tingkat partisipasi dikatakan tinggi apabila terdapat keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai tinggi apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antar 9–16. Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program disajikan pada Tabel 12 berikut:
74 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan
Tingkat Partisipasi Rendah Tinggi Jumlah
Tahap Implementasi Perencanaan Pelaksanaan (N) (%) (N) (%) 8 100,0 1 12,5 0 0,0 7 87,5 8 100,0 8 100,0
Partisipasi
peserta
Jumlah Monitoring (N) (%) 3 37,5 5 62,5 8 100,0
(N) 12 12 24
(%) 50,0 50,0 100,0
pelatihan pada tahap pelaksanaan dan monitoring
adalah tinggi, tetapi pada tahap perencanaan adalah rendah (Tabel 12). Secara umum tanpa membedakan tahapan implementasi, partisipasi peserta pelatihan tergolong tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 13 berikut: Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan Tingkat Partisipasi dalam Implementasi Rendah (skor 0-8) Tinggi (skor 9-16) Jumlah Total
Jumlah N (%) 1 (12,5) 7 (87,5) 8 (100,0)
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa secara umum tingkat partisipasi peserta dalam tahap pelaksanan dan monitoring tergolong tinggi pada pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen sebagai bagian dari program bina lingkungan (community development) dalam kerangka CSR PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan adalah rendah disebabkan karena dalam proses perencaaan program pelatihan ini dilakukan dan diputuskan sendiri oleh PT Indocement tanpa melibatkan peserta maupun masyarakat dalam pengambilan keputusan pembentukan pelatihan. Hanya dilibatkan peran pihak ketiga dalam menggali data dan informasi terkait pemetaan sosial serta beberapa tokoh masyarakat, namun peserta tidak ada keterlibatan langsung dalam proses perencanaannya.
75
6.6 Ikhtisar Secara ringkas bab ini mengungkap bahwa tingkat partisipasi peserta, baik pelatihan montir sepeda motor maupun membatik limbah kertas semen adalah tinggi pada tahapan pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wibisono (2007) terkait cara atau mekanisme perancanaan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yaitu Bottom Up Process, Top Down Process, dan Partisipatif. Dalam kaitannya dengan mekanisme yang dipaparkan Wibisono ini, PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down. Walaupun dalam proses menganalisis kebutuhan dan potensi sumberdaya manusia terdapat keterlibatan beberapa perwakilan masyarakat melalui pemetaan sosial oleh pihak ketiga. Namun dalam memutuskan program apa yang akan dilaksanakan (tahap perencanaan), masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusannya. Jika dilihat dari karakteristik masyarakat atau pesert yang sub-urban dan mayoritas lulusan SLTA maka dalam merencanakan suatu program dapat dilakukan secara partisipatif yaitu secara bersama-sama antara pihak PT Indocement, masyarakat dan aparat pemerintah desa mencari dan memutuskan bersama program yang akan dilaksanakan agar tepat sasaran.
BAB VII MANFAAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM
Bab ini menguraikan tentang manfaat program dan hubungan tingkat partisipasi peserta dengan tingkat manfaat yang diterima oleh peserta pada program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen. Terlebih dahulu disajikan mengenai manfaat yang diperoleh peserta dalam hal perubahan (peningkatan) pengetahuan dan keterampilan; serta peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan); kemudian disajikan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat yang diterima oleh peserta.
7.1
Manfaat Pengetahuan dan Keterampilan Manfaat
dalam
hal
perubahan
(peningkatan)
pengetahuan
dan
keterampilan peserta dibedakan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Manfaat dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan dikatakan rendah apabila tidak ada perubahan (peningkatan) kondisi pengetahuan dan keterampilan sebelum dan setelah peserta mengikuti pelatihan. Manfaat dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan dikatakan tinggi apabila terdapat perubahan (peningkatan) kondisi pengetahuan dan keterampilan sebelum dan setelah peserta mengikuti pelatihan. Perubahan kondisi pengetahuan dan keterampilan sebelum dan setelah peserta mengikuti pelatihan disajikan pada Tabel 14 berikut: Tabel 14. Jumlah dan Persentase Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Peserta Pelatihan Pengetahuan dan Keterampilan Rendah Tinggi Jumlah Total
Sebelum Pelatihan (N) (%) 5 62,5 3 37,5 8 100,0
Setelah Pelatihan (N) (%) 0 0,0 8 100,0 8 100,0
Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa kondisi pengetahuan dan keterampilan peserta sebelum pelatihan adalah rendah. Terdapat 37,5 % yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar baik terkait dengan otomotif
77
(mekanik) karena peserta memang menyukai dan memiliki hobi memperbaikin sepeda motor mereka sendiri. Sedangkan peserta pelatihan membatik limbah kertas semen mengungkapkan bahwa materi membatik merupakan hal baru bagi mereka sehingga mereka tidak mengetahui dan tidak memiliki pengetahuan dasar terkait membatik. Namun setelah pelatihan diberikan, terlihat bahwa semua peserta memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
7.2
Manfaat Ketenagakerjaan dan Ekonomi (Pendapatan) Manfaat dalam hal perubahan (peningkatan) peserta dalam hal
memperoleh peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan) dibedakan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Manfaat dalam memperoleh akses ketenagakerjaan dan ekonomi dikatakan rendah apabila tidak ada perubahan (peningkatan) kondisi peluang ketenagakerjaan dan ekonomi (pendapatan) sebelum dan setelah peserta mengikuti pelatihan. Manfaat dalam memperoleh akses ketenagakerjaan dan ekonomi dikatakan tinggi apabila terdapat perubahan (peningkatan) kondisi akses ketenagakerjaan dan ekonomi sebelum dan setelah peserta
mengikuti
pelatihan.
Perubahan
kondisi
atas
peluang
dalam
ketenagakerjaan dan ekonomi sebelum dan setelah peserta mengikuti pelatihan disajikan pada Tabel 15 berikut: Tabel 15. Jumlah dan Persentase Perubahan Peluang Ketenagakerjaan dan Ekonomi Peserta Pelatihan Ketenagakerjaan dan Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah Total
Sebelum Pelatihan (N) (%) 5 62,5 3 37,5 8 100,0
Setelah Pelatihan (N) (%) 6 75,0 2 25,0 8 100,0
Berdasarkan tabel di atas (Tabel 15) maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dalam mendapatkan peluang ketenagakerjaan cukup tinggi, namun manfaat secara ekonomi atau peningkatan pendapatan belum terasa. Peserta yang mengikuti pelatihan montir sepeda motor sekarang sudah bekerja sebagi pekerja montir di bengkel motor di Citeureup. Meskipun menurut peserta dampak peningkatan pendapatan belum ada karena pekerjaannya masih relatif baru, tetapi
78
ada kegembiraan dan kepuasan manfaat bagi peserta karena sekarang mereka bekerja tetap, sedangkan dulu bekerja serabutan. Kondisi pendapatan yang sekarang adalah sebagai pekerja montir di bengkel motor, sedangkan pendapatan sebelumnya adalah pendapatan dari pekerjaan serabutan yang tidak tetap yang kadang memperoleh upah besar dan kadang upah kecil. Sedangkan peserta yang mengikuti pelatihan membatik limbah semen yang berkelanjutan hanya dua orang. Dua orang peserta tersebut secara berkelompok dengan memberdyakan beberapa anak-anak usia sekolah disekitar tempat tinggal mulai memproduksi berbagai kerajinan yang dapat diolah dari limbah kertas semen.
7.3
Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta Secara umum tampak bahwa peserta beranggapan bahwa keikutsertaan
peserta dalam pelatihan montir sepeda motor dan membatik limbah kertas semen memberikan manfaat yang tingkat (63,5 %), baik manfaat pengetahun dan keterampilan, maupun manfaat kesempatan kerja (Tabel 16). Salah seorang peserta (kang AS) pada pelatihan montir sepeda motor merasakan manfaat yang rendah karena jumlah tanggungan dalam keluarga lebih banyak sementara pendapatan yang diraih belum mencukupi, meskipun pada hakekatnya peserta ini menyatakan bahwa pelatihan montir bermanfaat. Tabel 16. Tingkat Manfaat yang Ditperoleh Peserta Pelatihan Tingkat Manfaat Rendah (skor 0-8) Tinggi (skor 9-16) Jumlah Total
Jumlah N (%) 3 (37,5) 5 (63,5) 8 (100,0)
Peserta pelatihan membatik limbah kertas semen beranggapan bahwa keikutsertaan peserta bermanfaat, namun dua peserta menyatakan manfaat yang rendah baik manfaat pengetahun dan keterampilan, maupun manfaat kesempatan kerja. Dua peserta yang menyatakan meraih manfaat yang rendah karena kurang motivasi dan kreatifitas untuk bekerja dan mengembangkan usaha. Sementara peserta yang dua lagi lebih bermotivasi tinggi dan kreatif mengembangkan usaha ini, bahkan sudah memberdayakan beberapa anak usia sekolah setempat (5 orang) untuk bekerja sebagai asisten. Peserta juga menghadapi masalah dalam pengadaan
79
bahan baku seperti pewarna alami dan pemasaran hasil. Masih diperlukan dukungan PT Indocement atau mitra kerja usaha ini dalam pengadaan bahan baku alami atau alternatif yang mudah dan murah, serta fasilitasi pemasaran hasilnya. Pelatihan membatik limbah kertas semen ini memanfaatkan limbah kertas semen sebagai bahan alternative media pembatikan yang kemudian dimanfaatkan kembali menjadi aneka produk yang lebih bernilai. Selain itu, pelatihan ini sejalan dengan prinsip pengembangan berkelanjutan (sustainable development) yang diterapkan oleh PT Indocement dengan tiga dasar utama (triple bottom line) yaitu memelihara lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat desa binaan, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. 7.4
Hubungan Tingkat Partisipasi dalam implementasi dan Tingkat Manfaat Tingkat partisipasi dan tingkat manfaat dari masing-masing peserta
dihubungkan secara deskriftif dengan mengkategorikan hasil tingkat partisipasi dan tingkat manfaat seperti disajikan pada Tabel 17. Hasil analisis hubungan secara deskriptif antara tingkat partisipasi peserta pelatihan dan tingkat manfaat yang diperoleh peserta disajikan pada Tabel 18. Tabel 17. Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Peserta Pelatihan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Peserta Kang SM Kang HM Kang AS Kang AJ Ibu IS Ibu MH Ibu CH Ibu MQ
Tingkat Partisipasi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tingkat Manfaat Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Hasil menunjukkan (Tabel 18) bahwa tingkat pasrtisipasi pesera dalam implementasi program dengan
tingkat manfaat berhubungan negatif. Hal ini
ditunjukkan oleh semakin tinggi tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh oleh peserta.
80
Sedangkan tingkat partisipasi yang rendah dalam implementasi program memperoleh tingkat manfaat yang tinggi.
Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat dalam Implementasi Pelatihan Tingkat Manfaat Rendah Tinggi Jumlah Total
Tingkat Partisipasi Rendah (%) Tinggi(%) 0,0 43,0 100,0 57,0 100,0 100,0
Hubungan yang negatif antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat dikarenakan walaupun peserta baik pelatihan montir sepeda motor dan membatik limbah kertas semen telah berpartisipasi dalam pelaksanaan dan monitoring program, namun peluang ekonomi (pendapatan) masih belum dirasakan manfaatnya oleh peserta. Salah seorang peserta (Kang AS) mengungkapkan bahwa manfaat secara ekonomi (pendapatan) yang telah diraihnya sekarang belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga karena memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak. Selain itu, hubungan negatif tersebut disebabkan kurangnya pendampingan peserta oleh pihak Bilik setelah pelatihan selesai diberikan serta kurang memfasilitasi peserta dalam menangkap peluang-peluang usaha dan pasar. Terdapat juga faktor-faktor internal individu yang mempengaruhi seperti kurangnya motivasi dan usaha dari dalam diri peserta seperti yang terlihat pada dua peserta pelatihan limbah kertas semen (Ibu MH dan Ibu CH) yang menunjukkan kurang motivasi dan kreatifitas untuk bekerja dan mengembangkan usaha. Meskipun demikian tidak berarti pelatihan ini tidak bermanfaat, karena mayoritas peserta merasakan manfaat khusunya dari aspek pengetahuan dan keterampilan serta ketenagakerjaan. Secara teoritik manfaat dari suatu program pelatihan ditentukan oleh banyak faktor, terutama faktor ketertarikan (interest), kualitas pengetahuan dan keterampilan yang dilatihakn, rasa memilki dan tanggung jawab, percaya diri, motivasi dan kebanggaan akan program, dan faktor waktu dan biaya implememtasi hasil pelatihan (Cornell University, 2006). Oleh karena itu meskipun peserta (Ibu MH dan Ibu CH) memiliki ketertarikan, dan
81
memperoleh
peningkatan pengetahuan dan keterampilan , belum tentu akan
meraih manfaat yang tinggi bila fakor-faktor yang lain belum terpenuhi.
7.5 Ikhtisar Secara ringkas bahasan di atas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peserta dalam implementasi dengan tingkat manfaat yang diperoleh berhubungan negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh. Padahal diduga bahwa semakin tinggi tingkat partsipasi peserta dalam implementasi program maka semakin tinggi tingkat manfaat yang diperoleh peserta. Walaupun begitu, manfaat dari segi peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta peluang ketenagakerjaan dirasakan oleh peserta. Hanya saja manfaat secara ekonomi (peningkatan pendapatan) belum terasa manfaatnya. Hal ini selain disebabkan karena faktor internal peserta (kurang motivasi dan berusaha), juga kurangnya pendampingan dari pihak Bilik serta kurang memfasilitasi peserta setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan. Selain itu, peserta memang tidak dilibatkan dalam proses perencanaan program pelatihan sehingga ada kemungkinan bahwa program tersebut belum tepat sasaran yang mengakibatkan perolehan manfaat yang rendah. Peserta dari pelatihan membatik limbah kertas semen masih menghadapi masalah dalam pengadaan bahan baku seperti pewarna alami dan pemasaran hasil. Oleh karena itu diperlukan dukungan dalam pengadaan bahan baku alami atau alternatif yang mudah dan murah, serta memfasilitasi pemasaran hasilnya.
BAB VIII KOMUNIKASI CSR KEPADA STAKEHOLDERS Analisis mengenai identifikasi bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement kepada stakeholders akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Terlebih dahulu dipaparkan mengenai stakeholders PT Indocement, baik internal stakeholders maupun eksternal stakeholders. Selanjutnya akan diidentifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan PT Indocement kepada stakeholders perusahaan. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan PT Indocement dengan masyarakat desa binaan adalah Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi), yang nanti akan dibahas lebih mendalam dalam sub bab ketiga. 8.1
Stakeholders PT Indocement Stakeholders
adalah
kelompok
maupun
individu-individu
yang
berpengaruh besar dalam pencapaian tujuan perusahaan. PT Indocement telah melakukan stakeholders mapping untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan yang
berpengaruh dan skala prioritas bagi keberlanjutan operasi perusahaan.
Stakeholders CSR PT Indocement mencakup internal stakeholders maupun eksternal.stakeholders Internal stakeholders adalah pemangku kepentingan yang berada di dalam lingkungan PT Indocement, yang mencakup pemegang saham, komisaris, pimpinan pelaksana (presiden direktur, direktur, manager dan kepala departemen),
karyawan
serta
keluarga
karyawan.
Sedangkan
eksternal
stakeholders adalah pemangku kepentingan yang berada di luar kendali PT Indocement yang mencakup konsumen, supplier (pemasok), pemerintah pusat dan daerah, NGO, swasta (bank dll) dunia pendidikan, pers serta masyarakat. Bagi PT Indocement, baik internal stakeholders maupun eksternal stakeholders dirasakan penting peranannya dalam keberlanjutan prkatik CSR maupun operasi perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh informan bahwa: “Dalam mengatisipasi masalah yang mungkin muncul di lingkungan stakeholders, kita dari juah hari sudah menjalin komunikasi yang intensif. Salah paham itu bisa saja terjadi karena
83
tidak ada atau kurangnya proses komunikasi diantara pihak perusahaan dan stakeholders sehingga untuk menjaga hubungan yang baik dan berkelanjutan itu adalah dengan komunikasi.” (Bapak AL). “Baik stakeholders di dalam maupun di luar mempunyai peran yang penting bagi perusahaan karena ada hubungan saling mempengaruhi, sehingga jika ada perubahan pada salah satu pihak saja maka akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya maupun pada kondisi perusahaan itu sendiri..” (Ibu OK). PT Indocment menyadari bahwa stakeholders mempunyai kekuatan untuk dapat mendukung atau bahkan menghalangi pencapaian suatu tujuan perusahaan. Sehingga PT Indocement berkomitmen untuk menjalin hubungan yang harmonis dan berdampingan dengan para stakeholder-nya. Komitmen tersebut merupakan salah satu dari sasaran utama PT Indocement dalam triple bottom lines. Hal tersebut juga sejalan dengan yang dikemukan Berman (1999) bahwa perusahaan yang mengelola hubungan dengan stakeholders sebagai komitmen moral dari manajemen perusahaan maka komitmen tersebut akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan (mempertimbangkan kepentingan stekholders) yang nantinya akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keunagn perusahaan. Oleh karenanya mengelola hubungan dengan para stakeholder dalam bentuk komunikasi yang intensif merupakan kunci yang penting dalam praktik CSR PT Indocement. 8.2
Bentuk Komunikasi Kepada Internal Stakeholders Upaya komunikasi kebijakan dan implementasi CSR yang telah dilakukan
PT Indocement untuk internal stakeholders antara lain dalam bentuk sosialisasi kepada karyawan dan laporan akhir tahun. Upaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Sosialisasi dilakukan baik secara langung maupun tertulis (media cetak maupun elektronik). Sosialisasi secara langsung dilakukan dalam bentuk presentasi, sedangkan dalam secara tertulis dilakukan dalam bentuk website (intranet), bulletin rutin (Kongkrit), papan reklame/baliho pernyataan kebijakan perusahaan. Komunikasi secara langsung (face to
84
face) dilakukan PT Indocement dalam bentuk presentasi ketika diadakan pertemuan/rapat tahunan. Hal ini dilakukan PT Indocement agar semua karyawan di unit bagiannya masing-masing mengetahui dan memahami CSR perusahaan karena karyawan merupakan bagian dari perusahaan. Sedangkan komunikasi yang dilakukan secara tertulis dalam bentuk Website dan bulletin yang hanya dapat diakses oleh kaywanan. Di dalam website, tersedia halaman khusus terkait CSR PT Indocement, baik yang mengungkapkan visi, misi, dan tujuan CSR PT Indocement serta kegiatankegiatan CSR yang akan dan sudah dilaksanakan. Untuk bulletin dipublikasikan setiap bulannya, berisikan seputar event-event yang dilakukan atau diikuti PT Indocement termasuk implementasi program CSR. Selain itu, di unit operasi Citeureup terdapat papan reklame/baliho berukuran besar di beberapa persimpangan jalan menuliskan kebijakan perusahaan terhadap internal stakeholders dan komitmen-komitmen PT Indocement terhadap aspek triple bottom lines. 2. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi Rapat Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan secara berkala dan rutin minimal dua kali dalam satu tahun. Hal-hal yang dibahas dalam rapat tersebut, salah satunya terkait CSR PT Indocement. Pembahsan mengenai efektivitas kebijakan, strategi pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan. 3. Laporan Akhir Tahun (Annual Reporting) Laporan akhir tahun (annual reporting) PT Indocement dipublikasikan setiap tahunnya. Untuk stakeholders internal, laporan akhir tahun diberikan kepada pemegang saham, direksi dan manajer. Hal-hal yang diungkapkan dalam laporan akhir tahun PT Indocement tidak hanya sebatas laporan keuangan saja, namun sudah mengungkapkan laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) serta aspek-aspek terkait triple bottom line. Secara berurut, laporan akhir tahun PT Indocement menjabarkan antara lain mengenai (Laporan Tahunan 2007 PT Indocement, 2008): a.
Ikhtisar keuangan, menjabarkan dalam bentuk tabel kondisi keuangan dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Menjabarkan bagaimana jumlah
85
pendapatan bersih, laba kotor dan bersih, modal yang digunakan, jumlah aktiva dan kewajiban, jumlah pinjaman bersih, data per saham dan lain sebagainya. b.
Sekilas tentang PT Indocement, menjabarkan lokasi pabrik di tiga unit operasi, produk yang dihasilkan, jumlah karyawan, komitmen untuk menjalankan kondisi keuangan yang sehat, saham PT Indocement, sekilas program tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR). Selain itu, tertulis misi, visi dan moto perusahaan yang memperhatikan pembangunan berkelanjutan.
c.
Bidang usaha, menjabarkan unit operasi pabrik PT Indocement di tiga daerah berbeda serta 10 anak perusahaan PT Indocement.
d.
Tonggak
sejarah
dan
peristiwa
penting
di
tahun
2007,
mendeskripsikan event-event penting sejak tahun 1985 hingga tahun 2007 seperti penerimaan berbagai penghargaan baik nasional maupun internasonal. e.
Sambutan komisaris utama, Daniel Gauthier selaku komisaris utama PT Indocement mengungkapkan berbagai perkembangan yang telah diraih PT Indocement pada tahun 2007, seperti perbaikan aspek ekonomi, kapasitas produksi, peningkatan permintaan pasar, peraihan Certified Emission Reduction (CER) dalam rangka Proyek Bahan Bakar Alternatif, penerapan tata kelola perusahaan yang semakin baik serta ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran manajemen dan karyawan atas jernih payahnya.
f.
Jajaran dewan komisaris dan direktur
g.
Laporan kepada pemegang saham, laporan ini disampaikan oleh Daniel Lavalle sekalu Direktur Utama PT Indocement kepada pemegang saham. Selain menjabarkan peningkatan-peningkatan yang telah diraih pada tahun 2007, juga dikemukakan bahwa PT Indocement mulai merintis pengintegrasian program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) pada kegiatan usahanya guna menunjang pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya, programprogram CSR PT Indocement diarahkan kepada kegiatan sosial yang
86
berkisambungan daripada hanya sekedar pemberian sumbangan. h.
Operasional, menjabarkan peningkatan penjualan semen dank linker dari tahun ke tahun (2004-2006), baik penjualan domestic maupun ekspor.
i.
Produksi, menjabarkan
peningkatan volume produksi semen dan
klinker dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Hal ini karena PT Indocement menggunakan bahan bakar alternative dan meruapakan pelopor dalam penggunaan bahan baku dan bahan bakar untuk produksi semen di Indonesia. j.
Pengelolaan keuangan
k.
Sumber daya manusia, mnejabarkan upaya PT Indocement dalam menanamkan nilai-nilai kesinambungan (tiga sasaran utama yaitu pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, pelestarian lingkungan hidup) ke dalam wawasan karyawan sehingga masing-masing individu memahami langkah-langkah yang akan diambil perusahaan memiliki manfaat jangka panjang yang berkesinambungan.
l.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, menjabarkan terobosan yang berhasil dicapai PT Indocement tahun 2007, yaitu memadukan kepentingan konservasi lingkungan melalui penggunaan sumber bahan bakar alternatif dan pembangunan masyarakat sekitar.
m. Tata kelola perusahaan, mengemukakan komitmen PT Indocement dalam menjalankan tata kelola perusahaan yang baik sebagai alat yang efektif untuk menjunjung tinggi akses keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, kewajaran, dan kemandirian dalam kegiatan usaha. n.
Laporan komite audit, mengemukakan mengenai pelaksanaan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa selama tahun 2007 dilakukan dengan kebijakan yang berlaku.
o.
Analisa dan diskusi manajemen
p.
Tanggung jawab pelaporan operasional dan keuangan
q.
Laporan keuangan
r.
Data perusahaan lainnya: informasi pasar modal, lokasi pabrik, informasi perseroan.
87
PT Indocement telah melakukan berbagai upaya komunikasi CSR kepada internal stakeholders seperti yang sudah dijabarkan diatas. Berbagai
upaya
tersebut dapat dikelompokkan seperti yang terlihat pada Tabel 19 dan Tabel 20 berikut: Tabel 19. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006) Bentuk Komunikasi Komunikasi Personal Komunikasi Kelompok Komunikasi Massa
Intrapersonal Antarpersonal Kecil Besar Cetak Elektronik
Presentasi /Rapat
Intranet
Majalah
Baliho/ Papan
Laporan Tahunan
√
√
√
√ √ √
Berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan tersebut menandakan bahwa pelaksanaan CSR memang bagian yang terintegrasi dalam strategi perusahaan. Melalui berbagai bentuk komunikasi ini, internal stakeholders diajak untuk lebih mengenal dan memahami makna CSR secara umum maupun kebijakan dan implementasi CSR yang dilakukan perusahaan itu sendiri. Sehingga tidak hanya pengambil kebijakan perusahaan saja yang memahami, namun masing-masing individu memahami kebijkan dan praktik CSR yang dilaksanakan PT Indocement. Tabel 20. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal StakeholdersBerdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) Bentuk Komunikasi
Cara Penyampaian Pelaku Komunikasi Arah Komunikasi
Lisan Tertulis Langsung Tidak Langsung Formal Informal Satu Arah Timbal Balik
Presentasi /Rapat √
Intranet
Majalah
Baliho/ Papan
Laporan Tahunan
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √ √
√
√
√
√
√
88
8.3
Bentuk Komunikasi Kepada Eksternal Stakeholders Upaya komunikasi PT Indocement untuk eksternal stakeholders dilakukan
dalam berbagai bentuk, khusus dalam mengkomunikasiakan kebijkan dan implementasi CSR dilakukan dalam bentuk sebagai berikut: 1. Laporan Akhir Tahun Laporan tahunan ini tidak hanya dikomunikasi kepada internal stakeholders (pemegang saham, direksi dan manajer) namun kepada eksternal stakeholders juga seperti instansi/organisasi tertentu, dunia pendidikan serta masyarakat secara luas. 2. Media Massa Upaya komunikasi CSR dalam menjangkau eksternal stakeholders (konsumen, pemerintah, masyarakat luas dll) secara luas dilakukan PT Indocement dengan menjalin kerjasama dengan beberapa media massa yang merupakan mitranya. Baik media cetak maupun elektronik dipilih PT Indocement sebagai media komunikasi CSR seperti surat kabar (koran), majalah, website, dan lain-lain. Dalam bentuk elektronik, PT Indocement mempunyai
website
yang
mengungkapkan
kebijakan
terhadap
keberlanjutan triple bottom line, Program Lima Pilar dan SDP, serta dampak yang dihasilkan dari operasi perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial . Dalam bentuk cetak PT Indocement mengungkapkan komitmen, kinerja, program dan kegiatan CSR melalui berbagai koran lokal dan nasional serta majalah yang terkait praktik CSR. Seperti yang dikemukan oleh salah satu informan bahwa: “ Media massa memiliki peran penting, salah satunya bagi pembentukan citra PT Indocement kepada khalayak luas melalui penyampaian informasi yang seimbang, valid, dan tidak tendensius” (Ibu OK). 3. Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi). Bilikom
merupakan
forum
komunikasi
yang
dilakukan
secara
berkisambungan di setiap desa binaan PT Indocement unit operasi Citeureup. Bilikom diadakan dengan melibatkan 3 pihak penting yaitu pihak PT Indocement, pemerintahan desa, dan masyarakat. Pihak
89
pemerintahan desa diwakili oleh kepala desa, kepala dusun, BPD dan LPM. Selanjutnya, pihak masyarakat diwakili oleh perwakilan masyarakat setempat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh wanita. Sedangkan pihak PT Indocement diwakili oleh petugas Bilik. Kegiatan Bilikom diadakan setiap tiga bulan sekali di tiap desa sehingga dalam setahun ada empat kali pertemuan kegiatan Bilikom. Salah satu informan yaitu petugas Bilik mengatakan bahwa: “Idealnya pada kegiatan Bilikom pertama dilakukan pembahasan mengenai program yang akan dijalankan. Pertemuan Bilikom kedua dan ketiga dilakukan pembahasan terkait teknis pelaksanaannya dan pertemuan terakhir diberitahukan mengenai hasil program yang sudah dilaksanakan. Namun pada pelaksanaannya, kegiatan Bilikom tidak hanya mendiskusikan program yang akan, sedang,, dan sudah berjalan tapi menampung juga ide dan pendapat mereka terkait masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat binaan” (Bapak RO). “ Bilikom bukan hanya sekedar bicara CSR. Ketika kita ingin membangun sarana tertentu di pabrik yang mengganggu masyarakat, kita bicarakan dahulu dalam Bilikom. Atau ketika masyarakat ada masalah dengan kegiatan operasional perusahaan maka dibicarakan juga dalam Bilikom” (Bapak KP). Pelaksanaan kegiatan Bilikom lebih mendalam terkait persepi dan keterlibatan perwakilan masyarakat dalam Bilikom akan dibahas pada sub bab selanjutnya. 4. Keikutsertaan dalam Seminar dan Pameran. PT Indocement juga sering mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pameran yang terkait CSR. Dirasakan dengan mengikuti berbagai kegiatan tersebut maka perusahaan secara langsung (face to face) dapat berinteraksi dengan sesame pelaku bisnis,instansi/organisiasi, konsumen, dan lain-lain. Selain itu, berbagai media tertulis dan cetak dipersiakan seperti flyer, booklet, leaflet, poster, dan lain sebagainya yang menceritakan seputar komitmen dan program CSR PT Indocement.
90 Tabel 21. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Eksternal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006)
Bentuk Komunikasi CSR Komunikasi Personal Komunikasi Kelompok Komunikasi Massa
Intrapersonal Antarpersonal Kecil Besar Cetak Elektronik
Koran/ Majalah
Website
Flyer/ Seminar/ Booklet Pameran
Laporan Tahunan
Bilikom
√ √ √
√
√ √ √
√
Berbagai paparan tersebut memperlihatkan berbagai bentuk upaya komunikasi yang telah dilakukan PT Indocement kepada eksternal stakeholders. Dikaitkan dengan teori terkait bentuk-bentuk komunikasi yang dikemukakan oleh Candra (2006) dan Soehoet (2002) maka bentuk komunikasi yang telah dilakukan oleh PT Indocement disajikan pada Tabel 21 dan Tabel 22.
Tabel 22. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) Bentuk Komunikasi
Cara Penyampaian Pelaku Komunikasi Arah Komunikasi
8.4
Lisan Tertulis Langsung Tidak Langsung Formal Informal Satu Arah Timbal Balik
Koran/ Majalah
Website
Flyer/ Booklet
√
√
√
Seminar/ Pameran √
Laporan Tahunan
√ √
√ √
√
√
√ √
√ √ √
√
Bilikom
√
√
√
√ √
Kefektifan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) Bilikom merupakan salah satu bentuk komunikasi CSR kepada eksternal
stakeholders yaitu masyarakat yang berada di 12 Desa Binaan. Bilikom mempunyai peran penting dalam pelaksanaan CSR. Bilikom merupakan forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan keinginan antara tiga pihak (PT Indocement, pemerintahan desa dan masyarakat desa yang diwakili oleh tokoh-tokoh di masyarakat). Keefektifan Bilikom baik dalam komunikasi implementasi program/kegiatan CSR dan dalam memfasilitasi khususnya
√
91
kebutuhan dan aspirasi masyarakat desa binaan dilihat dari seberapa dalam pengetahuan/informasi yang diketahui responden terkait kebijkan dan program CSR PT Indocement, persepi responden terhadap komunikasi yang terjalin dalam Bilikom, serta keterlibatan responden dalam Bilikom tersebut. Keefektifan Bilikom dikategorikan menjadi baik dan belum baik. Bilikom dikatakan baik (efektif) apabila pengetahuan/informasi yang diketahui responden terhadap kebijkan dan program CSR PT indocement tinggi, persepsi responden terhadap komunikasi yang terjalin dalam Bilikom tinggi, serta keterlibatan responden dalam Bilikom tinggi. Sedangka bilikom dikatakan belum baik (belum efektif) apabila pengetahuan/informasi yang diketahui responden terhadap kebijkan dan program CSR PT indocement rendah, persepsi responden terhadap komunikasi yang terjalin dalam Bilikom rendah, serta keterlibatan responden dalam Bilikom rendah. Gambaran umum responden mencakup jenis kelamin, usia, unsur, dan pendidikan terakhir, disajikan pada Tabel 23 berikut ini: Tabel 23. Jumlah dan Persentase Stakeholders Bilikom PT Indocement Berdasarkan Identitas Responden No.
Identitas Responden
1.
Jenis Kelamin
2.
Usia
3.
Unsur
4.
Pendidikan Terakhir
Laki-laki Perempuan Jumlah Muda ( < 30 tahun) Dewasa (30 – 50 tahun) Tua ( > 50 tahun) Jumlah Pemerintah Desa LPM BPD Tokoh Masyarkat Tokoh Agama Tokoh Pemuda Perwakilan Perempuan Jumlah SD / Sederajat SLTP / Sederajat SLTA / Sederajat Diploma Sarjana Jumlah
Jumlah (N) 26 4 30 3 23 4 30 6 6 3 6 1 6 2 30 3 5 12 2 8 30
Persentase (%) 86,6 13,4 100,0 10,0 76,6 13,4 100,0 20,0 20,0 10,0 20,0 3,33 20,0 6,67 100,0 10,0 16,6 40,0 0,6 26,8 100,0
92
Selanjutnya, pengetahuan responden terkait CSR PT Indocement tinggi (Tabel 24) dikarenakan mayoritas responden mengetahui program CSR (Program Lima Pilar dan SDP) hingga kegiatan-kegiatan yang berada di tiap pilar program community development tersebut. Namun, pengetahuan responden terkait kebijakan CSR PT Indocement dan arti CSR secara umum belum diketahui oleh semua responden (hanya sekitar 12 orang responden). Responden yang mengetahui informasi terkait kebijakan CSR perusahaan dan arti CSR, mayoritas mengetahui dari media massa yang dapat diakses oleh mereka seperti surat kabar, majalah, dan website. Sosialisasi secara langung dari pihak PT Indocement terkait kebijakan dan pemahaman terkait CSR memang belum ada, padahal berdasarkan wawancara dengan salah satu responden yaitu bapak WR (unsur pemerintahan desa) mengatakan bahwa: “Sebenarnya saya juga tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan CSR itu, jadi nantinya kami sebagai aparat pemerintahan pun bisa jadi kontrol perusahaan jika perusahaan mengabaikan kebutuhan masyarakat desa kami ” (Bapak WR). Tabel 24. Jumlah dan Persentase Pengetahuan Responden Bilikom Terkait CSR PT Indocement Pengetahuan terhadap CSR Indocement Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 3 27 30
Persentase (%) 10,0 90,0 100,0
Mayoritas dari mereka (responden) yang mengetahui CSR berpandangan bahwa CSR adalah bentuk kewajiban perusahaan. Kewajiban perusahaan untuk memperhatikan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar operasi perusahaan yang berdekatan dan terkena langsung dampak dari operasi tersebut (debu, bising, getaran dll) dengan memberikan manfaat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa binaan. Selanjutnya, berdasarkan Tabel 25 menunjukkan hasil bahwa mayoritas persepi responden terhadap kegiatan komunikasi dalam Bilikom adalah tinggi. Menurut mayoritas responden, kegiatan komunikasi baik kepada pihak Bilik
93
(unsur PT Indocement), aparat pemerintahan desa maupun kepada tokoh masyarakat adalah sangat penting khususnya dalam penyampaian berbagai informasi baik yang terkait CSR PT Indocement maupun masalah yang terjadi masyarakat. Komunikasi yang terjalin menunjukkan komunikasi yang dua arah (timbal balik), namun beberapa responden merasa bahwa walaupun komunikasi tersebut dua arah tetapi terkadang ketika dalam Bilikom mereka menyampaikan usulan kegiatan belum bisa tercapai kesepakatan bersama. Hal ini karena, PT Indocement memiliki prosedur yang berjenjang apabila masyarakat mengajukan suatu usulan kegiatan sehingga proses tanggapan yang terjadi dari perusahaan memakan waktu yang cukup lama. Tabel 25.
Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Komuniksai dalam Bilikom PT Indocement
Persepi terhadap Komunikasi dalam Bilikom Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 6 24 30
Persentase (%) 20,0 80,0 100,0
Persepsi responden yang menunjukkan rendah disebabkan ada kejenuhan dari diri responden terhadap pelaksanaan Bilikom. Sehingga bagi mereka (responden dengan persepsi rendah) menganggap bahwa lebih efektif jika dilakukan pendekatan atau komunikasi secara personal atau informal dengan pihak Bilik. Kejenuhan atau rasa malas responden muncul karena menurut wawancara dengan beberapa responden mengatakan bahwa beberapa tahun belakang ini, tiap kali pertemuan Bilikom lebih banyak membahas seputar program lima pilar baik untuk sosialisasi program, pelaksanaan teknis program, dan evaluasi program. Sedangkan ajuan kegiatan/program langsung dari keinginan masyarakat yang menjadi kebutuhan mereka belum bisa difaslitasikan dengan baik. Pihak Bilik pun dapat berjanji kepada masyarakat atas pelaksanaan ulusan kegiatan masyarakat karena ada prosedur yang harus di taati dan kewenangan pengambil keputusan berada di pimpinan PT Indocement sehingga membutuhkan proses yang lama hingga perusahaan dapat menjawab/menanggapi secara pasti keinginan masyarakat.
94
Tabel 26 menunjukkan hasil keterlibatan atau partisipasi responden dalam menyampaikan aspirasi, memberikan ide, pendapat dan sanggahan adalah tinggi. Responden merupakan wakil-wakil dari masyarakat sehingga mereka merasa memiliki kewajiban untuk menyampaikan hal-hal yang dibutuhkan dan menjadi masalah di masyarakat. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Keterlibatan Responden dalam Bilikom PT Indocement Keterlibatan dalam Bilikom Rendah Tinggi Jumlah Total
Jumlah (N) 4 26 30
Persentase (%) 13,4 86,6 100,0
Berdasarkan uraian diatas maka keefektifan Bilikom yang dinilai dari seberapa dalam pengetahuan/informasi yang diketahui responden terkait kebijkan dan program CSR PT Indocement, persepi responden terhadap komunikasi yang terjalin dalam Bilikom, serta keterlibatan responden dalam Bilikom tersebut dikategrikan menjadi baik dan belum baik. Bilikom dikatakan baik atau sudah efektif apabila penjumlahan skor berkisar antara 24–46. Sebaliknya, Bilikom dikatakan belum baik atau belum efektif apabila penjumlahan skor berkisar antar 0–23. Hasil efektifan Bilikom disajikan pada Tabel 27 sebagai berikut: Tabel 27. Kefektifan Bilikom Berdasarkan Skoring Keefektifan Bilikom Belum Baik/Belum Efektif (skor 0-23) Baik/Efektif (skor 24-46) Jumlah Total
Jumlah N (%) 14 (46,6) 16 (53,4) 30 (100,0)
Hasil Tabel 27 menunjukkan bahwa mayoritas responden merasakan jika Bilikom sudah efektif (baik) dalam pelaksanaannya. Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, yang dikatakan baik(efektif) adalah dalam menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar), namun masih belum maksimal dalam memfasilitasi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Menurut masyarakat, jika keinginan dan kebutuhan masyarakat belum bisa difasilitasi maka akan timbul
95
kejenuhan dan rasa malas pihak-pihak (aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat) untuk mengikuti bilikom.
PT Indocement
BILIKOM Perguruan Tinggi
Pemerintahan Desa
Masyarakat Desa
Keterangan:
LSM
Terlibat dalam Bilikom dan komunikasi dua arah Tidak terlibat dalam Bilikom dan komunikasi dua arah Internal stakeholders Eksternal stakeholders
Gambar 8. Jaringan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi)
Contohnya saja, dari setiap pertemuan ke pertemuan berikutnya selalu terjadi pengurangan jumlah kehadiran pihak-pihak terkait (aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat). Salah satu faktor kejenuhan tersebut mungkin karena pelaksanaan Bilikom yang monoton, hanya menyampaikan program yang akan dan sudah dilaksanakan saja. Sedangkan program yang sifatnya bottom up (atas permintaan masyarakat) seringkali tidak ada tindak lanjut yang positif atau tegas
96
dari pihak Bilik sehingga menimbulkan harapan bagi masyarakat atas jawaban yang tidak tegas tersebut. Selama ini pelaksanaan Bilikom lebih efektif untuk kedalam perusahaan, karena
hanya
dijadikan
menginformasikan
hasil
ajang
untuk
program
yang
mensosialiasikan telah
program
dilaksanakan.
Dalam
dan hal
memfasilitasi keinginan dan kebutuhan dari masyarakat sendiri masih belum maksimal. Seringkali program ataupun masalah yang terjadi di masyarakat tidak melibatkan pihak lain (seperti bagian Mining dan Kompayer serta Security) yang memiliki keterkaitan. Seharusnya pihak lain yang terkait tersebut dilibatkan dalam pelaksanaan Bilikom agar informasi yang diperoleh jelas dan tidak tumpang tindih. Selain itu, eksternal stakeholders lainnya tidak mendapatkan peran dalam pelaksanaan kegiatan Bilikom seperti LSM atau perguruan tinggi. Padahal LSM dan perguruan tinggi sebagai pihak ketiga (netral) dapat memberikan pendapat maupun pengetahuan kepada pihak perusahaan maupun masyarakat (lihat Gambar 8). 7.5 Ikhtisar Secara ringkas maka dapat disimpulkan bahwa PT Indocement telah melalukan berbagai upaya dalam rangka mengkomunikasikan kebijakan, kegiatan/program, maupun inforamsi lainnya yang terkait pelaksaaan CSR. Tak hanya ditujukan kepada internal stakeholder melainkan kepada eksternal stakeholders. PT Indocement menyadari bahwa penyampaian informasi yang tidak tepat khususnya yang terkait CSR perusahaan dapat menyebabkan stakeholders membuat asumsi sendiri menurut pandangan mereka masing-masing. Hal tersebut jelas akan berdampak tidak baik terhadap perusahaan karena akan mengurangi rasa kepercayaan (loyalitas) stakeholders serta terbentuk pencitraan yang kabur. PT Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah hal yang penting sehingga dilakukan berbagai bentuk komunikasi diantaranya laporan tahunan, media massa, pertemuan dalam seminar/presentasi/rapat/pameran, serta mengadakan kegiatan Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bilikom oleh masyarakat sudah dirasakan efektif (baik) dalam menjalin hubungan komunikasi,
97
menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar). Namun Bilikom sebagai forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan masalah masyarakat belum secara maksimal dilakukan dan cenderung hanya mensosialisaikan program. Selain itu, dalam pelaksanaan Bilikom, belum pernah dikemukakan atau dilaporkan terkait dana CSR yang dialokasikan di setiap desa. Hal ini juga memicu timbulnya kecemburuan sosial diantara keduabelas desa binaan karena kurangnya transparansi dan keterbukaan, padahal salah satu unsur penting dalam pengungkapan sosial adalah adanya transparansi.
BAB IX PENUTUP 9.1 Kesimpulan 1.
PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit).
2.
Tingkat partisipasi peserta adalah tinggi pada tahapan pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down karena masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan perencanaan program.
3.
Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi dengan tingkat manfaat yang diperoleh berhubungan negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh dan sebaliknya. Hal ini selain disebabkan faktor internal peserta (kurang motivasi dan berusaha), juga kurangnya pendampingan dari pihak Bilik setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan.
4. PT Indocement melakukan berbagai upaya komunikasi diantaranya dalam bentuk
laporan
tahunan,
media
seminar/presentasi/rapat/pameran,
serta
massa,
pertemuan
mengadakan
kegiatan
dalam Bina
Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bilikom oleh masyarakat sudah dirasakan
efektif
(baik)
dalam
menjalin
hubungan
komunikasi,
menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar). Namun Bilikom sebagai forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan masalah masyarakat belum secara maksimal dilakukan dan cenderung hanya mensosialisasikan
99
program. Selain itu, dalam pelaksanaan Bilikom, belum pernah dikemukakan atau dilaporkan terkait dana CSR yang dialokasikan di setiap desa.
9.2 Saran 1. Dalam kaitannya dengan tindak lanjut dua pelatihan yang dikaji (pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen) disaran sbb: a) Peserta pelatihan montir sepeda
motor perlu
dilanjutkan pemdampingannya untuk mengembangkan usaha montir sendiri yang akan memberi dampak pada peningkatan peluanga usaha dan peluang kerja serta peningkatan pendapatan yang lebih besar; dan menciptakan masyarakat yang mandiri. b) Peserta pelatihan membatik limbah kertas semen masih menghadapi masalah dalam pengadaan bahan baku seperti pewarna alami dan pemasaran hasil. Oleh karena itu diperlukan fasilitasi dan dukungan lebih lanjut dalam pengadaan bahan baku alami atau alternatif yang mudah dan murah, serta memfasilitasi pemasaran hasilnya. 2. Pelaporan implementasi program CSR telah ada dalam laporan tahunan PT Indocement dan dapat diakses melelui website, tetapi menempati porsi yang kecil. Dimasa datang disarankan agar porsi pelaporan CSR dalam laporan tahunan lebih ditingkatkan dan mengungkap berbagai capaian program-program
CSR
yang
dilaksanakan,
sehingga
lebih
terkomunikasikan kepada stakeholders 3. Bilikom (Bina lingkungan dan komunikasi) yang dikembangkan PT Indocement, merupakan suatu forum
komunikasi stakeholders yang
efektif pada tingkat desa sekali tiga bulan. Meskipun demikian beberapa hal perlu disempurkanan, terutama: a) Menjadikan Bilikom sebagai ajang berbagai pengalaman (sharing) usaha dan kerja bagi masyarakat b) Membuat kegiatan Bilikom lebih menarik bagi peserta, misalnya pemaparan menggunakan LCD, disertai pembicara tamu tentang softskill dan spritual, wirausaha kecil yang sukses dan informasi tentang peluang dan pengembangan pasar dari produk-produk lokal; c) Penyampaian
100
berbagai keputusan yang terkait dengan saran-saran pada pertemuan Bilikom tiga bulan yang lalu atau dalam waktu secepatnya; d) Lebih transparan tentang rencana alokasi dana program dan realisasinya baik secara lisan maupun tertulis. 4. Kegiatan pelaksanaan Bilikom lebih memfasilitasi dan memperhatikan lagi apa yang menjadi masalah dan kebutuhan masyarakat. Nilai keterbukaan dalam ketersediaan informasi dan data alokasi dana CSR per desa masing belum transparan. Alangkah lebih baik jika keterbukaan informasi dan data tersebut diperlihatkan dalam kegiatan Bilikom agar terhindar dari asumsi/pandangan yang tidak tepat di masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. 5. PT Indocement dan perusahaan besar lainnya dikawasan tersebut telah menyumbang pajak yang besar kepada Pemerintah, tetapi kondisi infrastruktur jalan
dan air serta layanan kesehatan di daerah tersebut
masih memprihatainkan. Pemerintah sebaiknya memperhatikan hal ini.
DAFTAR PUSTAKA AIMS Consultant. 2005. Study on CSR. AIMS Consultant. Ancok. 2006. Program CSR Jangan Hanya Sementara. Majalah. Penyuluhan Sosial Sinar. No.130/Mei-Juni,20. Candra, Ade. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Diakses http://aurajogja.files.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi.PDF tanggal 12 Desember 2008
di
Caroll, AB. 2003. Bussiness and Society, Ethics and Stakeholder Managament. Soauth-Western: Thomson Caroll, AB. 2008. A Hystory of Corporaet Social Responsibility: Concepts and Practices. dalam Crane A et al. The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility. New York: Oxford University Press. Chamsyah, Bachtiar. 2007. Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dari, Oleh Dan Untuk Semua Corporate Social Responsibility. Jakarta: Direktorat Pembangunan Kelembagaan Sosial Masyarakat. Cornell University . 2006. Making the Case for Participation: Benefits and Barriers. Diakses di http://www.hort.cornell.edu/gbl/ greenervoices /benefits.html tanggal 12 Desember 2008. Crane A, McWilliams A, Matten D, Moon J and Siegel, D. 2008. The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility. New York: Oxford University Press. Depsos. 2005. Acuan Klasifikasi Tanggung jawab Sosial Perusahaan. Direktorat Peningkatan Peran Kelembagaan Sosial Masayarakat dan Kemitraan. Dirjen Pemberdayaan Sosial. Departemen Sosial RI. Elyas, Hasan., Fajar, R., Suharto., Romli, K dan Marzuki, A. 2005. Berkembang Bersama Rakyat. Pangkalan Kerinci: Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp bekerjasama dengan Bina Sumber Daya Masyarakat. Elkington, J. 1994. Towards the Sustainable Corporation: Win-Win Business Strategies for Sustainable Development. California Management Review 36, no. 2: 90-100. Endro, M. 2007. CSR Bukan Sekedar Program Pengembangan Masyarakat. Lingkar Studi CSR. Diakses di http://www.csrindonesia.com/ tanggal 18 September 2008.
102
Freeman, E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Mansfield: Pitman Publishing Inc. Girsang, Erna. 2006. Penerapan CSR Terhambat Komunikasi. Artikel. Bisnis Indonesia. Diakses di http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php tanggal 20 Januari 2009. Handy, C. 2002. “What’s A Business for?” Harvard Business Review, 80 (12) : 49-56. Hardinsyah. 2008. IPB Menyiapkan Program Khusus CSR. [Majalah]. Bisnis dan CSR: Reference for Decision Maker. 1(6): 158-165 Hardinsyah. 2009. Peran CSR dalam Mengatasi Kemiskinan. Seminar Nasional CSR untuk Pengentasan Kemiskinan. Carlton, Jakarta: CFCD dan Depsos.
[Makalah]. Hotel Rizt
Ibrahim, Rustam. 2005. Bukan Sekedar Berbisnis, Keterlibatan Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PIRAMEDIA. ISO. 2007. Guidance on Social Responsibility: Draft ISO 26000. Jalal. 2007. Antara CSR, Pencapaian MDGs, dan Penghargaan dari MetroTv. Lingkar Studi Kampus CSR. Diakses di http://www.csrindonesia.com/ tanggal 18 September 2008. Jalal. 2008. Membedah Laporan CSR. [Majalah]. Bisnis dan CSR: Reference for Decision Maker. 1(6): 78-99. Keraf, A. Sony. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relavansinya, Jakarta: Kansius Komite Ahli Indonesian CSR Award., 2008. Penilian Indonesian CSR Award 2008. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Lockett A, Moon J and Visser W. 2006. Corporate Social Responsibility in Management Reasearch: Focus, Nature Salience and Sources of Influence. Journal of Management Studies, 2:63-87. Mangkuprawira TS dan Hubeis AV. 2007. Manajemen Mutu Sumberdaya Manusia. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia. Masri, Singarimbun dan Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai, edisi revisi cetakan kedelapanbelas. Jakarta: LP3ES.
103
Morsing Mette dan Majken Schultz. 2006. Corporate Social Responsibility Communication: Stakeholder Information, Response and Involvement Strategies. Business Ethics: A European Review, Vol. 15, No. 4, pp. 323338. PT Indocement. 2008. Annual Report 2007. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. PT Indocement. 2008. Profil Perusahaan PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. PT Indocement. 2009. Community Development Programme PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Republik Indonesia. 2000. Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Jakarta. Republik Indonesia. Repuklik Indonesia. 2007. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Jakarta: Republik Indonesia. Rudito, Bambang dan Arif Budimanta. 2003. Metode dan Teknik Pengeloaan Community Development. Jakarta: Penerbit ICSD. Rudito, Bambang; Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains. Sari, Agustanti Catur. 2006. Kriteria Penilaian Pelaksanaan TJSP dalam CSR Award 2005 dan Penerapannya Pada Program Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah PT. Bogasari. [SKRIPSI]. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Departemen Kesejahteraan Sosial. Depok: Universitas Indonesia. Sedyono, Chrysanti. 2002. Etika Bisnis, Corporate Social Responsibility (CSR), dan PPM. Diakses di http:// www.kompas.com/ tanggal 18 Spetember 2008. Sisworahardjo, Imam. 2008. Manfaat Pelatihan. Diakses di http://imanpowers.blogspot.com/manfaat-pelatihan.html tanggal 10 Juni 2009. Soehoet, Hoeta. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISP. Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.
104
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta : Refika Aditama. Sujatmiko, Tomi. 2008. ISRA(Indonesian Sustainability Reporting Award) 2008: Dorong Transparansi & Akuntabilitas Perusahaan. Artikel. Seputar Indonesia. Diakses di http://economy.okezone.com/index.php tanggal 20 September 2008. Theowordpower. 2008. Mengungkap Praktik Corporate Social Responsibility dan Prospeknya dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan. (http://theowordpower.wordpress.com). Diakses pada tanggal 27 Maret 2009. Tjager, I Nyoman. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. WBCSD. 2005. World Business Council for Sustainability Development. WBCSD Wibisono. Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing. UNDP. 2002. United Nations Development Programme: Millennium Development Goals (MDGs). Diakses di http://www.undp.org/mdg/ tanggal 10 September 2008. UNDP. 2000. Human Development Report 2000: Human Rights and Human Development. New York: Oxford University Press. Diakses di http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2000/ tanggal 18 Januari 2009. UNDP. 2008. Human Development Report 2007/2008: Fighting Climate Change, Human Solidarity in a Divided World. New York: Oxford University Press Diakses di http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2007-2008/ tanggal 18 Januari 2009.