45
BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian ini adalah ciri yang melekat pada diri sesorang komunikan. Faktor individu responden yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan motivasi. Tabel 7, menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor individu. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Individu Faktor Individu Responden Usia
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Persentase (%)
20-30 tahun
17
27,0
31-50 tahun
31
49,2
>50 tahun
15
23,8
Laki-laki
54
85,8
Perempuan
9
14,3
Tamat SD
32
50,8
Tamat SMP
16
25,4
Tamat SMA
14
22,2
1
1,6
Rendah (0-4)
52
82,6
Tinggi (5)
11
17,4
Tamat Tinggi Motivasi
Jumlah
Perguruan
6.1.1. Usia Kategori usia yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penggolongan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006). Havighurst, mengkategorikan usia dewasa ke dalam tiga fase, yaitu kategori masa muda awal (20-30 tahun), kategori pertengahan (30-50 tahun), dan kategori tua (> 50 tahun). Berdasarkan Tabel 7, sebesar 49,2 persen responden tergolong dalam
46
usia 31-50 tahun. Responden yang memiliki usia 20-30 tahun hanya 27,0 persen sedangkan responden dengan usia >50 tahun hanya 23,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia 31-50 tahun termasuk dalam kategori usia produktif yang menyebabkan orang giat bekerja dan telah mendapatkan pekerjaan. Responden pada usia tersebut lebih terbuka dan memberikan pendapatnya karena telah memperoleh pengalaman yang banyak. Hal ini terlihat dari ketersediaan responden yang berusia 30-50 tahun dalam mengisi kuesioner saat penelitian dilakukan. 6.1.2. Jenis Kelamin Responden dalam penelitian secara keseluruhan sebagian besar (85,8 persen) adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan hanya 14,3 persen. Hal ini berkaitan dengan penentuan pengambilan responden adalah responden yang telah bekerja. Di desa Lulut sebagian besar yang bekerja adalah laki-laki. Adapun perempuan yang bekerja hanya bekerja sampingan untuk membantu suami dalam menambah penghasilan. 6.1.3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan tertinggi penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah tamat perguruan tinggi. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (50,8 persen) tamatan SD. Tokoh masyarakat setempat pun mengatakan bahwa sebagian besar warganya adalah tamatan SD. Adapun warga yang mengenyam pendidikan sampai SMP, SMA atau pun perguruan tinggi adalah warga yang berusia muda dan memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. 6.1.4. Motivasi Motivasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah sejumlah alasan dan tujuan yang diinginkan oleh responden terhadap kaitannya dengan perusahaan. Motivasi yang ditanyakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu motivasi responden ingin menambah pengetahuan mengenai keberadaan perusahaan dan proyek tanaman jarak pagar, motivasi ingin mendapat keuntungan secara materi, motivasi ingin menyampaikan pendapat atau gagasan responden kepada
47
perusahaan, motivasi ingin menambah teman, dan motivasi ingin mendapat pengakuan dari orang lain atau aktualisasi diri. Tabel 8 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi responden berinteraksi dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Responden Berinteraksi dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. No.
Motivasi
Jumlah Persentase (%)
1.
Motivasi menambah pengetahuan mengenai keberadaan perusahaan dan proyek tanaman jarak pagar
53
25,0
2.
Motivasi ingin mendapat keuntungan secara materi
39
18,0
3.
Motivasi ingin menyampaikan pendapat atau gagasan responden kepada perusahaan
44
20,0
4.
Motivasi ingin menambah teman
59
28,0
5.
Motivasi ingin mendapat pengakuan dari orang lain atau aktualisasi diri
20
9,0
215
100,0
Total Catatan: Jawaban responden boleh lebih dari satu jawaban
Berdasarkan Tabel 8, secara keseluruhan responden sebesar 28,0 persen cenderung memiliki motivasi berinteraksi dengan perusahaan adalah ingin menambah teman. Responden yang memiliki motivasi ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain atau aktualisasi diri, merupakan motivasi yang sebagian kecil (9,0 persen) responden penuhi. Alasan responden pada motivasi berinteraksi dengan perusahaan menambah teman adalah dengan banyak teman dapat menambah informasi yang ada sehingga dapat menambah pengetahuan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu responden (Bpk JN), yaitu: “Saya mah awalnya dekat dengan orang-orang perusahaan, pengen nambah temen. Enak kalo banyak temen teh, suka dapet informasi banyak”. Adapun responden yang berinteraksi dengan perusahaan adalah ingin mendapatkan keuntungan secara materi. Keuntungan secara materi yang dimaksud dalam hal ini salah satunya adalah memperoleh pekerjaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu responden (Bpk SYM), yaitu:
48
“Saya pertama ngobrol-ngobrol dengan teman saya yang bekerja di perusahaan, awalnya saya ingin mendapatkan pekerjaan dan bekerja di perusahaan, siapa tahu ada lowongan. Dengan bekerja di situ kan enak…jadi saya dapat penghasilan…”. Namun, jika dilihat pada Tabel 7 responden sebagian besar 82,6 persen termasuk dalam kategori rendah sedangkan 17,4 persen termasuk kategori tinggi. Hal ini dikarenakan responden tidak memiliki semua motivasi yang dikaji dalam penelitian ini. Responden hanya memiliki beberapa motivasi dalam berinteraksi dengan perusahaan.
6.2. Faktor Lingkungan Responden Penelitian Faktor lingkungan yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari jarak dengan aktivitas perusahaan, dampak aktivitas perusahaan (sosial, ekonomi, dan lingkungan), keterlibatan dengan perusahaan, keterlibatan proses komunikasi, dan keterdedahan komunikasi. Tabel 9 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor lingkungan responden. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan Responden Jarak dengan Dekat (≤ 3 km) aktivitas Jauh (> 3km) perusahaan Dampak aktivitas Rendah (1-5) perusahaan Tinggi (6-9) (sosial, ekonomi, dan lingkungan) Keterlibatan dengan perusahaan Keterlibatan proses komunikasi Keterdedahan Komunikasi
Jumlah
Persentase (%)
38
60,3
25
39,7
39
61,9
24
38,1
Terlibat perusahaan
dengan
33
52,4
Tidak terlibat perusahaan
dengan
30
47,6
Rendah (2-12)
38
60,3
Tinggi (13-27)
25
39,7
Tidak terdedah (3-4)
33
52,4
Terdedah (5-12)
30
47,6
49
6.2.1. Jarak dengan Aktivitas Perusahaan Jarak dengan aktivitas perusahaan, dilihat berdasarkan jarak tempat tinggal responden dengan proses penambangan dan proyek tanaman jarak pagar. Aktivitas perusahaan yaitu proses penambangan diukur berdasarkan jarak aman proses penambangan. Jarak aman tempat tinggal dari proses penambangan ialah >3 km. Dengan demikian, jarak dengan aktivitas perusahaan pada penelitian ini dibagi dua, yaitu kategori dekat dan kategori jauh. Kategori dekat jika jarak tempat tinggal dengan aktivitas perusahaan ≤ 3 km sedangkan kategori jauh jika jarak tempat tinggal dengan aktivitas perusahaan > 3 km. Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa responden sebagian besar (60,3 persen) jarak tempat tinggalnya berdekatan dengan aktivitas perusahaan. Hasil data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang jarak tempat tinggalnya berdekatan dengan aktivitas perusahaan, bekerja di Indocement baik sebagai petani jarak pagar maupun karyawan Indocement. Responden yang jarak tempat tinggalnya jauh dengan aktivitas perusahaan sebesar 39,7 persen karena responden tersebut tidak bekerja di Indocement. 6.2.2. Dampak Aktivitas Perusahaan (Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan) Kehadiran
suatu
perusahaan
ditengah-tengah
masyarakat
memberikan dampak baik dampak positif maupun dampak negatif.
akan
Dampak
positif maupun dampak negatif yang akan dirasakan oleh masyarakat terutama pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dampak-dampak yang timbul ini akan dirasakan berbeda oleh setiap individunya. Melihat hal tersebut maka peneliti, mengajukan berbagai pertanyaan kepada masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengenai dampak yang timbul akibat kehadiran perusahaan beserta aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian maka dampak yang dirasakan baik dampak positif maupun dampak negatif oleh masyarakat terhadap aktivitas perusahaan termasuk dalam kategori rendah (61,9 persen). Dampak aktivitas perusahaan yang dirasakan oleh responden tergolong dalam kategori rendah karena dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat tidak merata dan hanya dinikmati sebagian masyarakat. Dampak negatif yang dirasakan pun rendah karena pihak perusahaan dapat mengatasinya, seperti pada
50
tahun 1992 meningkatnya polusi udara yang disebabkan aktivitas perusahaan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat seperti saringan udara sehingga debu yang keluar akibat aktivitas perusahaan tidak begitu tebal dan banyak. Tabel 10, menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan dampak aktivitas perusahaan. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dampak Aktivitas Perusahaan No.
Dampak Aktivitas Perusahaan
Jumlah
1.
Menciptakan lapangan pekerjaan
56
18,0
2.
Meningkatkan perekonomian masyarakat
57
19,0
3.
Menimbulkan pencemaran udara
29
9,0
4.
Menimbulkan daerah hijau berkurang
54
17,0
5.
Membuka peluang usaha
18
6,0
6.
Menimbulkan pencemaran air
38
12,0
7.
Menimbulkan pergeseran tofografi tanah
17
5,0
8.
Menimbulkan sengketa antara masyarakat setempat dengan perusahaan, masyarakat setempat dengan pendatang
14
4,0
9.
Menimbulkan dampak tindakan kriminalitas
11
3,0
10.
Mengundang pendatang yang akan membangun daerah sekitar
22
7,0
316
100,0
Total
Persentase (%)
Catatan: Jawaban responden boleh lebih dari satu jawaban
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa dampak yang sangat dirasakan oleh responden dengan adanya perusahaan adalah menciptakan lapangan
pekerjaan
bagi
masyarakat
dan
meningkatkan
perekonomian
masyarakat. Hal ini diperkuat dengan salah satu pernyataan responden (Bpk SYME) yang mengatakan bahwa: “Ada perusahaan membuat warga Lulut dapat bekerja di perusahaan baik itu sebagai karyawan ataupun buruh perusahaan. Dengan demikian, toh benerkan perusahaan sangat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan akhirnya dapat penghasilan yang lumayan….”.
51
6.2.3. Keterlibatan dengan Perusahaan Keterlibatan dengan perusahaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah keterlibatan responden dalam hal aktivitas perusahaan atau tidak. Jika responden bekerja sebagai karyawan Indocement dan petani jarak pagar dikatakan terlibat dengan perusahaan. Namun, jika bekerja di luar Indocement dikatakan tidak terlibat dengan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengambilan responden, dapat diketahui bahwa sekitar 52,4 persen responden bekerja berhubungan dengan perusahaan dan sisanya 47,6 persen responden bekerja di luar perusahaan. Responden yang berhubungan dengan perusahaan, yaitu petani jarak pagar dan karyawan Indocement. Responden yang termasuk karyawan Indocement bekerja di bidang penambangan, penyedia alat berat, dan produksi semen. Responden yang tidak berhubungan dengan perusahaan, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, wiraswasta, TNI, dan buruh. Namun, ada pula responden yang bekerja di luar perusahaan tetapi berhubungan dengan perusahaan seperti penyedia tenaga kerja bagi perusahaan, penyedia kelengkapan pengemasan semen (vallet), dan pembebasan serta pengawasan lahan. 6.2.4. Keterlibatan Proses Komunikasi Keterlibatan responden dalam proses komunikasi adalah keikutsertaan responden dalam proses pertukaran informasi dengan perusahaan baik secara formal ataupun informal. Komunikasi formal yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu melalui Bina Lingkungan Komunikasi (BILIKOM). BILIKOM merupakan suatu wadah, dimana masyarakat dapat menyalurkan pendapat ataupun keluh kesahnya terhadap keberadaan perusahaan, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hal yang dibicarakan dalam pertemuan BILIKOM adalah (1) informasi tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat, (2) sosialisasi program-program Corporate Social Responbility (CSR) perusahaan, dan (3) menampung aspirasi warga. Acara BILIKOM ini dihadiri oleh pengurus pihak pemerintah setempat, tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat, koordinator desa dari pihak perusahaan, dan pimpinan serta perwakilan dari CSR Departement perusahaan Indocement, security, dan perwakilan bagian kegiatan produksi Indocement. Pertemuan informal yang dilakukan antara lain perbincangan di
52
warung atau kantor desa. Terdapat pula pertemuan seperti buka puasa bersama yang diadakan oleh perusahaan untuk meningkatkan hubungan silahturahmi antara perusahaan dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 9, diperoleh bahwa keterlibatan responden dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan sebagian besar termasuk dalam kategori rendah (60,3 persen). Hal ini dikarenakan respon yang diberikan oleh pihak perusahaan tidak memuaskan responden, memiliki kesibukan tinggi pada responden sehingga tidak dapat menghadiri BILIKOM, dan responden merasa tidak memiliki urusan dengan pihak perusahaan. Berikut pernyataan responden salah seorang responden (Bpk AND) yang mendukung hal tersebut. “Saya malas hadir lagi dalam BILIKOM, soalnya ketika saya mengajukan pendapat saya, tangapannya adalah baik nanti akan saya sampaikan lagi pada atasan saya. Ok lah itu saya terima, namun pada pertemuan selanjutnya saya tanyakan lagi, jawabannya masih seperti itu…dan setiap ada yang bertanya pun jawabannya seperti itu..kayanya itu jawaban andalannya mereka..Oh ya ada lagi, salah satu dari pihak perusahaan kalo pada saat kita bertanya beliau tidak memperhatikan kita, kaya asik main hp gitu tapi kalo beliau ngomong pengennya ingin diperhatiin….”. 6.2.5. Keterdedahan Komunikasi Keterdedahan komunikasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah aktivitas komunikasi responden terhadap komunikasi perusahaan yang meliputi kegiatan penerimaan informasi, pencarian informasi, dan penyampaian umpan balik. Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa responden sebesar 52,4 persen tidak terdedah mengenai perusahaan, sedangkan sebesar 47,6 persen responden terdedah. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori tidak terdedah. Responden sebagian besar termasuk dalam kategori tidak terdedah dikarenakan berdasarkan hasil data di lapangan pada variabel keterlibatan proses komunikasi menunjukkan bahwa responden termasuk dalam kategori yang rendah dalam keterlibatan proses komunikasi sehingga responden kurang mendapatkan
53
informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Pihak masyarakat pun yang sering menghadiri pertemuan dengan perusahaan khususnya aparat desa, ketua RW, dan ketua RT setempat kurang mensosialisasikan informasi yang disampaikan perusahaan. Selain itu, masyarakat yang tidak ikut BILIKOM tidak aktif mencari informasi mengenai perusahaan. Berikut ini merupakan salah satu pendapat responden (Bpk JN) yang memperkuat mengenai hal ini. “Informasi-informasi dari perusahaan itu, sebenarnya sudah bagus disampaikan pada perwakilan masyarakat saat BILIKOM. Namun, jeleknya ketua RW atau RT jarang ngasih tahu lagi kewarganya sehingga banyak warga yang ngak tahu. Termasuk saya juga jarang memberitahu kembali kepada warga tetapi pada acara-acara yang besar seperti pengajian, maulud, atau tablig akbar saya selalu menyampaikan informasi tersebut.” 6.3. Efektivitas Komunikasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Tolak ukur yang dijadikan ukuran dalam komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan (Tubbs dan Moss, 1996). Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur melalui pemahaman responden terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak perusahaan. Informasi ini berkaitan dengan keberadaan perusahaan dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Informasi mengenai keberadaan perusahaan, yaitu mengenai identitas perusahaan, aktivitas yang dilakukan perusahaan, dampak yang muncul, dan cara mengatasi dampak tersebut sedangkan informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, salah satunya mengenai proyek tanaman jarak pagar. Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur melalui pemahaman responden terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak perusahaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Tabel 11, menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan pemahaman.
54
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pemahaman Kategori Pemahaman
Jumlah
Persentase (%)
Pemahaman rendah (10-27)
35
55,5
Pemahaman tinggi (28-40)
28
44,5
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa responden sebagian besar (55,5 persen) memiliki pemahaman yang rendah, sementara hanya 44,5 persen yang memiliki pemahaman yang tinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pemahaman yang rendah. Hal ini dikarenakan responden memiliki keterlibatan proses komunikasi dengan perusahaan yang rendah sehingga kurang mendapatkan informasi. Selain itu, daya tarik pihak perusahaan (komunikator) dalam menyampaikan pesan rendah sehingga masyarakat kurang ikut serta dalam melakukan komunikasi dengan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Effendy (2000) dalam Nur (2004) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah daya tarik komunikator. Apabila tidak terdapat daya tarik komunikator maka komunikan kurang ikut serta dalam proses komunikasi. Pemahaman yang rendah pun menujukkan bahwa komunikasi yang dilakukan antara pihak perusahaan dengan responden baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dikatakan tidak efektif. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tubbs dan Moss (1996), yaitu komunikasi dikatakan efektif bila terdapatnya pemahaman yang sama antara komunikator dengan komunikan atau komunikan memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.
6.4. Hubungan Faktor Individu dengan Efektivitas Komunikasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hubungan antara faktor individu dengan efektivitas komunikasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik. Faktor individu yang diuji, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan motivasi. Efektivitas komunikasi yang akan diuji ialah pemahaman.
55
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan signifikan antara faktor individu dengan efektivitas komunikasi. Hasil uji statistik antara faktor individu dengan efektivitas komunikasi menunjukkan bahwa: faktor individu yang meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan motivasi menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan efektivitas komunikasi pada aspek pemahaman. Variabel usia yang menunjukkan adanya hubungan dengan efektivitas komunikasi pada aspek pemahaman. Hubungan antara masing-masing faktor individu dengan efektivitas komunikasi dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 6.4.1. Hubungan antara Usia dengan Pemahaman Kategori usia dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori muda awal (20-30 tahun), kategori pertengahan (30-50 tahun), dan kategori tua (> 50 tahun). Tabel 12 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan pemahaman. Responden yang berusia 20-30 tahun sebesar 70,6 persen memiliki pemahaman yang rendah. Responden yang berusia 31-50 tahun sebesar 54,8 persen memiliki pemahaman yang rendah. Sementara itu, responden yang berusia > 50 tahun sebesar 60,0 persen memiliki pemahaman yang tinggi. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden menurut Usia dan Pemahaman Usia
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
20-30 tahun
12 (70,6%)
5 (29,4%)
17 (100%)
31-50 tahun
17 (54,8%)
14 (45,2%)
31 (100%)
> 50 tahun
6 (40,0%)
9 (60,0%)
15 (100%)
Keterangan: rs= 0,236*, p-value =0,031
Hasil pengujian statistik menggunakan uji rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,236. Nilai koefisien tersebut mendekati nol, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara usia dengan pemahaman semakin lemah. Angka koefisien positif, menunjukkan hubungan positif, yaitu jika usia meningkat maka pemahaman juga akan meningkat. Hasil uji rank-Spearman pun memperoleh nilai p-value sebesar 0,031. Nilai tersebut menunjukkan bahwa p<0,05 berarti H0 ditolak. Hal ini
56
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia dengan pemahaman. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa usia yang tinggi memiliki pemahaman yang tinggi sebab mereka telah memperoleh pengalaman yang banyak. 6.4.2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pemahaman Jenis kelamin pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 13 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan pemahaman. Responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki pemahaman rendah sebesar 50,0 persen dan pemahaman tinggi sebesar 50,0 persen. Responden yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar (88,9 persen) memiliki tingkat pemahaman yang rendah. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Pemahaman Jenis Kelamin
Pemahaman Rendah
Laki-laki Perempuan 2
Total Tinggi
27(50,0%)
27 (50,0%)
54 (100%)
8 (88,9%)
1 (11,1%)
9 (100%)
2
Keterangan: X =22,167, C = 0,332, p-value=0,510
Hasil pengujian statistik menggunakan Chi-Square (X2) diperoleh nilai X2 sebesar 22,167 dan C2 sebesar 0,332 maka H0 diterima. Hal ini menandakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan pemahaman mengenai keberadaan Indocement dan proyek tanaman jarak pagar. 6.4.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemahaman Responden yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebagian besar (56,3 persen) memiliki pemahaman rendah. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP memiliki pemahaman rendah sebesar 50,0 persen dan pemahaman tinggi sebesar 50,0 persen. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SMA sebagian besar (57,1 persen) memiliki pemahaman yang rendah. Sementara itu, sebesar 100 persen responden dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi memiliki pemahaman yang rendah. Dengan demikian, responden
57
dengan tingkat pendidikan tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi memiliki pemahaman yang rendah mengenai keberadaan Indocement dan proyek tanaman jarak pagar. Tabel 14 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan pemahaman. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Tingkat Pendidikan Tamat SD
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
18 (56,3%)
14 (43,7%)
32 (100%)
Tamat SMP
8 (50,0%)
8 (50,0%)
16 (100%)
Tamat SMA
8 (57,1%)
6 (42,9%)
14 (100%)
Tamat Perguruan Tinggi
1 (100%)
0 (0%)
1 (100%)
Keterangan: rs=0,028, p-value=0,415
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman diuji dengan menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebasar 0,028 dan nilai p-value sebesar 0,415. Hal ini menandakan bahwa nilai p-value > 0,05, berarti H0 diterima. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah bukan berarti pemahamannya rendah. Adapun responden yang tingkat pendidikannya tinggi memiliki pemahaman yang rendah, hal ini dikarenakan responden yang kurang berinteraksi dengan perusahaan. 6.4.4. Hubungan antara Motivasi dengan Pemahaman Responden yang termasuk dalam kategori motivasi yang rendah memiliki pemahaman pemahaman rendah sebesar 50,0 persen dan pemahaman tinggi sebesar 50,0 persen. Responden yang termasuk dalam kategori motivasi yang tinggi sebagian besar (81,8 persen) memiliki pemahaman yang rendah. Tabel 15 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut motivasi dan tingkat pemahaman.
58
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden menurut Motivasi dan Pemahaman Motivasi
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
Motivasi rendah
26 (50,0%)
26 (50,0%)
52 (100%)
Motivasi tinggi
9 (81,8%)
2 (18,2%)
11 (100%)
Keterangan: rs=0,109, p-value=0,198
Hubungan antara motivasi dengan pemahaman diuji menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien kolerasi (rs) sebesar 0,109 dan niali p-value sebesar 0,198. Hal ini menandakan bahwa nilai p-value > 0,05, berarti H0 diterima. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan pemahaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang termasuk motivasi rendah bukan berarti pemahaman rendah. Responden yang termasuk motivasi rendah pun memiliki pemahaman yang tinggi. Sementara itu, responden yang termasuk kategori motivasi tinggi pun memiliki pemahaman yang rendah. Dengan demikian, motivasi yang dilakukan responden untuk berinteraksi dengan perusahaan tidak mempengaruhi pemahaman responden mengenai keberadaan perusahaan dan proyek tanaman jarak pagar.
6.5. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Efektivitas Komunikasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hubungan antara faktor lingkungan dengan efektivitas komunikasi dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik. Faktor lingkungan yang diuji, yaitu jarak dengan aktivitas perusahaan, dampak aktivitas perusahaan (ekonomi, sosial, dan lingkungan), keterlibatan dengan perusahaan, keterlibatan proses komunikasi, dan keterdedahan komunikasi. Efektivitas komunikasi yang akan diuji ialah pemahaman. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan signifikan antara faktor lingkungan dengan efektivitas komunikasi. Hasil analisis data antara faktor lingkungan
dengan
efektivitas
komunikasi
menunjukkan
bahwa:
faktor
lingkungan yang meliputi jarak dengan aktivitas perusahaan, dan keterlibatan dengan perusahaan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dengan
59
efektivitas komunikasi pada aspek pemahaman. Variabel dampak aktivitas perusahaan (ekonomi, sosial, dan lingkungan), keterlibatan proses komunikasi, dan keterdedahan komunikasi yang menunjukkan adanya hubungan dengan pemahaman. Hubungan antara masing-masing faktor lingkungan dengan efektivitas komunikasi dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 6.5.1. Hubungan antara Jarak dengan Aktivitas Perusahaan Terhadap Pemahaman Responden yang memiliki tempat tinggal dekat dengan aktivitas perusahaan sebagian besar (57,8 persen) memiliki pemahaman yang rendah. Responden yang memiliki tempat tinggal jauh dengan aktivitas perusahaan sebagian besar (52,0 persen) memiliki pemahaman yang rendah. Dengan demikian, baik responden yang memiliki tempat tinggal dekat maupun jauh dengan aktivitas perusahaan memiliki pemahaman yang rendah. Tabel 16 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut jarak dengan aktivitas perusahaan dan pemahaman. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jarak dengan Aktivitas Perusahaan dan Pemahaman Jarak dengan Aktivitas Perusahaan
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
Dekat
22 (57,8%)
16 (42,1%)
38 (100%)
Jauh
13 (52,0%)
12 (48,0%)
25 (100%)
Keterangan: rs=0,078, p-value= 0,272
Hubungan antara jarak tempat tinggal dengan aktivitas perusahaan terhadap pemahaman diuji menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai korelasi koefisien rs sebesar 0,078 dan nilai p-value sebesar 0,272. Hal ini menandakan bahwa nilai p-value > 0,05, berarti H0 diterima. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat tinggal dengan aktivitas terhadap pemahaman. Artinya, baik responden yang memiliki tempat tinggal berjarak dekat atau jauh dengan aktivitas perusahaan tidak memiliki perbedaan dalam mendapatkan informasi sehingga pemahaman yang terjadi relatif sama.
60
6.5.2. Hubungan antara Dampak Aktivitas Perusahaan (Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan) dengan Pemahaman Responden yang menyatakan bahwa aktivitas perusahaan memiliki dampak yang rendah sebagian besar (61,5 persen) memiliki pemahaman yang rendah. Sebaliknya responden yang menyatakan bahwa aktivitas perusahaan memiliki dampak yang tinggi sebagian besar (54,2 persen) memiliki pemahaman yang tinggi. Tabel 17 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut dampak aktivitas perusahaan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan pemahaman. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden menurut Dampak Aktivitas Perusahaan (Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan) dan Pemahaman Dampak Aktivitas Perusahaan (Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan)
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
Dampak rendah
24 (61,5%)
15 (38,5%)
39 (100%)
Dampak tinggi
11 (45,8%)
13 (54,2%)
24 (100%)
Keterangan: rs= 0,362**, p-value=0,002
Hubungan antara dampak aktivitas perusahaan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dengan pemahaman diuji dengan menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien korelasi rs sebesar 0,362 dan nilai p-value sebesar 0,002. Hal ini menandakan bahwa nilai p-value < 0,05, berarti H0 ditolak. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara dampak yang ditimbulkan perusahaan pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan pemahaman. Nilai koefisien korelasi positif artinya, semakin tinggi dampak yang dirasakan maka tingkat pemahaman tinggi. Hal ini tergambar dengan responden yang mengetahui dengan paham mengenai dampak yang timbul sehingga mereka menyatakan dampak yang timbul tersebut tinggi. 6.5.3. Hubungan antara Keterlibatan dengan Perusahaan Terhadap Pemahaman Responden yang tidak memiliki keterlibatan dengan perusahaan sebagian besar (66,7 persen) memiliki pemahaman yang rendah, sedangkan
61
responden yang memiliki keterlibatan dengan perusahaan sebagian besar (54,5 persen) memiliki pemahaman yang tinggi. Tabel 18 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut keterlibatan dengan perusahaan dan pemahaman. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden menurut Keterlibatan dengan Perusahaan dan Pemahaman Keterlibatan dengan Perusahaan
Pemahaman Rendah
Total Tinggi
Tidak terlibat
20 (66,7%)
10 (33,3%)
30 (100%)
Terlibat
15 (45,5%)
18 (54,5%)
33 (100%)
Keterangan: X2=19,186, C2=0,510, p-value=0,483
Hubungan
antara
keterlibatan
dengan
perusahaan
terhadap
pemahaman diuji menggunakan Chi-Square (X2), diperoleh nilai X2 sebesar 19,186 dan C2 sebesar 0,510 maka H0 diterima. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan dengan perusahaan terhadap pemahaman. Namun, hasil data penelitian yang diperoleh menujukkan bahwa responden yang memiliki keterlibatan maka pemahaman yang dimiliki tinggi. Hal ini dikarenakan responden yang terlibat dengan perusahaan sering berinteraksi dengan pihak perusahaan sehingga mereka selalu mendapatkan informasi dan dapat menyampaikan pendapat. Keterlibatan dengan perusahaan pun tidak semata-mata mempengaruhi pemahaman. 6.5.4.
Hubungan antara Pemahaman
Keterlibatan
Proses
Komunikasi
dengan
Responden yang termasuk kategori rendah dalam keterlibatan proses komunikasi dengan perusahaan sebagian besar (80,6 persen) memiliki pemahaman yang rendah, sedangkan responden yang termasuk kategori tinggi dalam keterlibatan dengan proses komunikasi dengan perusahaan sebagian besar (77,8 persen) memiliki pemahaman yang tinggi. Tabel 19 menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut keterlibatan proses komunikasi dengan perusahaan dan pemahaman.
62
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden menurut Keterlibatan Proses Komunikasi dengan Perusahaan dan Pemahaman Keterlibatan Proses Komunikasi dengan Perusahaan
Pemahaman
Total
Rendah
Tinggi
Rendah
29 (80,6%)
7 (19,4%)
36 (100%)
Tinggi
6 (22,2%)
21 (77,8%)
27 (100%)
Keterangan: rs=0,496**, p-value=0,000
Hubungan antara keterlibatan proses komunikasi dengan pemahaman diuji menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien korelasi rs sebesar 0,496 dan nilai p-value sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa p-value < 0,05 berarti H0 ditolak. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan proses komunikasi dengan pemahaman. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan positif sehingga semakin tinggi keterlibatan proses komunikasi maka semakin tinggi pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data penelitian pada Tabel 19. 6.5.5. Hubungan antara Keterdedahan Komunikasi dengan Pemahaman Responden yang tidak terdedah mengenai informasi perusahaan sebagian besar (81,8 persen) memiliki pemhaman yang rendah, sedangkan responden yang terdedah sebagian besar (73,3 persen) memiliki pemahaman yang tinggi. Tabel 20, menyajikan data mengenai jumlah dan persentase responden menurut keterdedahan komunikasi dengan pemahaman. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden menurut Keterdedahan Komunikasi dengan Perusahaan dan Pemahaman Pemahaman
Total
Keterdedahan Komunikasi dengan Perusahaan
Rendah
Tinggi
Tidak terdedah
27 (81,8%)
6 (18,2%)
33 (100%)
8 (26,7%)
22 (73,3%)
30 (100%)
Terdedah Keterangan: rs=0,702**, p-value=0,000
Hubungan antara keterdedahan komunikasi dengan pemahaman diuji menggunakan rank-Spearman (rs), diperoleh nilai koefisien korelasi rs sebesar 0,702 dan nilai p-value sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa p-value < 0,05 berarti H0 ditolak. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara
63
keterdedahan komunikasi dengan pemahaman. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan positif sehingga semakin tinggi keterdedahan komunikasi maka semakin tinggi pemahaman. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan yang menujukkan bahwa responden yang tidak terdedah sebagian besar memiliki tingkat pemahaman yang rendah sedangkan responden yang terdedah memiliki tingkat pemahaman yang tinggi.