KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK (Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor)
Oleh IKA ANGGIE WIASTI H24103901
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK (Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh IKA ANGGIE WIASTI H24103901
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK (Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh IKA ANGGIE WIASTI H24103901 Menyetujui, Bogor, Agustus 2008
Ir. Budi Purwanto, ME Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen Tanggal Ujian : 22 Juli 2008
Tanggal Lulus :
ABSTRAK Ika Anggie Wiasti. H24103901. Keandalan Prosedur dan Efektivitas Penyaluran Kredit Pada Wanita Pedesaan Melalui Pendekatan Berkelompok (Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor). Di bawah bimbingan Budi Purwanto. Salah satu Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Bogor yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat miskin adalah Karya Usaha Mandiri (KUM). KUM merupakan replikator Grameen Bank pertama di Indonesia. Asas pinjaman KUM diantaranya tidak memerlukan jaminan dan penjamin, setiap pinjaman dikenakan biaya administrasi, dan apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran. Kredit disalurkan melalui pendekatan kelompok, walaupun untuk kepentingan perorangan. Mendasari hal tersebut, pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji pengaruh pinjaman KUM kepada masyarakat ekonomi lemah khususnya perempuan, sehingga KUM dapat mencapai tujuannya, yaitu menyalurkan kredit untuk modal usaha, sehingga nantinya masyarakat golongan miskin diharapkan mampu berdiri sendiri mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraannya. Penelitian bertujuan (1) Mengetahui keandalan prosedur pemberian kredit berkelompok, (2) Mengetahui keefektivan kredit KUM dalam perkembangan usaha nasabah, dan (3) Mengetahui pengaruh pinjaman kredit terhadap kesejahteraan rumah tangga nasabah. Data yang dibutuhkan adalah data primer (diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner dengan nasabah KUM) serta data sekunder. Proses pemilihan sampel menggunakan two-steps sampling procedures yaitu prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama, pengambilan contoh dilakukan dengan judgement sampling. Tahap kedua purposive sampling, yaitu pemilihan 40 orang responden dari cabang Nanggung. Skala Likert digunakan dalam pengukuran, kemudian data diolah menggunakan alat analisis regresi linear berganda dan analisis deskriptif. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15. Keandalan pemberian kredit melalui kelompok kepada wanita dapat diandalkan. Wanita dalam hal ini lebih bertanggungjawab selama menjadi nasabah KUM, walaupun tidak terlepas dari peran dan dukungan suami. Wanita yang berusia 35-50 tahun dan berpendidikan tamat SD lebih teratur dalam mengembalikan angsuran dan lebih bertanggung jawab selama menjadi nasabah. Adanya kredit berpengaruh terhadap perkembangan usaha dan kesejahteraan usaha nasabah, tetapi wanita lebih berperan dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga, sedangkan pengaruh suami dalam usaha wanita mempengaruhi perkembangan usaha nasabah. Dalam hal perkembangan usaha, akumulasi dari pinjaman yang telah diperoleh mempengaruhi produksi, pemasaran, dan perubahan pendapatan nasabah. Frekuensi nasabah selama memperoleh kredit mempengaruhi pemasaran, dan jangka waktu nasabah dalam mengembalikan kredit mempengaruhi produksi usaha nasabah. Sedangkan pada kesejahteraan rumah tangga, wanita berpengaruh terhadap kesehatan, perumahan serta akses terhadap teknologi dan informasi. Jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah berpengaruh terhadap perumahan, dan akumulasi kredit yang diperoleh berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga nasabah.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1985, sebagai putri pertama dari dua bersaudara, pasangan Winarno S.S dan Sri Astuti. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri Babadan 1 Wlingi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Wlingi Kabupaten Blitar, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN 1 Kedungwaru Tulungagung dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur USMI pada program studi Teknologi Pangan dan Gizi. Tahun ketiga penulis pindah departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi mahasiswa, pada tahun ketiga penulis bergabung dalam Centre Of M@nagement (COM@) periode 2005-2006 sebagai staf direktorat Administrasi, Keuangan, dan Kesekretariatan, serta HMI Komisariat FEM. Kemudian pada periode 2007-2008 penulis bergabung kembali dalam COM@ sebagai staf direktorat Information and Technology.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Efektivitas Penyaluran Kredit pada Wanita Pedesaan Melalui Pendekatan Berkelompok (Studi Kasus KUM Cabang Nanggung, Bogor)”. Dasar pertimbangan yang digunakan memilih judul tersebut karena penulis melihat bahwa kredit selama ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai jaminan. KUM sebagai salah satu LKM memberikan kredit tanpa agunan melalui pendekatan berkelompok kepada masyarakat miskin. Untuk itu penulis ingin mengetahui efektivitas kredit yang diberikan KUM serta keandalan dari adanya kelompok melalui wawancara menggunakan kuesioner kepada nasabah. Atas terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Budi Purwanto, ME yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan, saran, dan ilmu dalam penyempurnaan skripsi ini. 2. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM dan Farida Ratna Dewi SE, MM yang telah berkenan menjadi penguji dan memberikan banyak masukan dalam skripsi. 3. Dr. Ir Sedarnawati Yasni M.Agr atas informasi, bimbingan dan bantuan pencarian tempat penelitian. 4. Dr. Mat Syukur atas informasi dan kesediannya menghubungkan penulis dengan Karya Usaha Mandiri. 5. Murtadho, SH. MM sebagai pembimbing di KUM atas kesediaannya melakukan wawancara, dan memberikan informasi selama penelitian. 6. Bapak, Ibu, dan Fandy Natahiwidha atas semua doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan keikhlasan yang tak tergantikan oleh apapun. 7. Bapak-bapak di KUM atas kesedian, keramahan, bantuan, dan informasi kepada penulis selama pencarian data di lapangan dalam penelitian. 8. Berbagai pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi.
Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukan. Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR..............................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian.......................................................................
1 2 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit ............................................................................................ 2.1.1. Pengertian Kredit................................................................. 2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kredit.................................................... 2.1.3. Jenis-jenis Kredit................................................................. 2.1.4. Penilaian Kredit................................................................... 2.1.5. Prosedur Umum Perkreditan................................................ 2.1.6. Efektivitas Kredit................................................................. 2.2. Kredit UMKM............................................................................... 2.3. Kredit ke Perempuan..................................................................... 2.3.1. Perempuan Sebagai Penerima Kredit.................................. 2.3.2. Perempuan dan Kesejahteraan Rumah Tangga.................... 2.4. Grameen Bank .............................................................................. 2.4.1. Falsafah Grameen Bank ...................................................... 2.4.2. Prinsip-prinsip Grameen Bank............................................ 2.4.3. Replikasi Grameen Bank di Malaysia................................. 2.4.4. Replikasi Grameen Bank di Indonesia................................ 2.5. Penyaluran Kredit Berkelompok...................................................
5 5 6 7 8 10 11 12 15 15 16 17 18 18 18 20 21
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 3.3. Pengambilan Sampel.................................................................... 3.4. Pengumpulan Data ....................................................................... 3.5. Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 3.5.1. Regresi Linear Berganda.................................................... 3.5.2. Uji F dan Uji t.....................................................................
24 26 26 27 28 29 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum................... ........................................................ 4.1.1. Kondisi Umum Wilayah Penelitian .................................... 4.1.2. Karya Usaha Mandiri .......................................................... 4.1.3. Prinsip KUM ....................................................................... 4.1.4. Penyesuaian Operasional KUM .......................................... 4.1.5 Unit pelaksana KUM........................................................... 4.1.6. Wilayah Operasional KUM................................................. 4.1.7. Perkembangan Jumlah Pinjaman / Kredit ........................... 4.2. Peranan Wanita ............................................................................. 4.3. Proses Penyaluran Kredit Berkelompok................................. ...... 4.3.1. Survey Lokasi ..................................................................... 4.3.2. Pertemuan Umum (PU)....................................................... 4.3.3. Uji Kelayakan (UK) ............................................................ 4.3.4. Kumpulan............................................................................ 4.3.5. Latihan Wajib Kumpulan (LWK) ....................................... 4.3.6. Uji Pengesahan Kumpulan (UPK) ...................................... 4.3.7. Rembug Pusat ..................................................................... 4.3.8. Kelancaran Kredit ............................................................... 4.4. Perkembangan Usaha Nasabah ..................................................... 4.4.1. Produksi .............................................................................. 4.4.2. Pemasaran ........................................................................... 4.4.3. Perubahan Keuntungan ....................................................... 4.5. Kesejahteraan Rumah Tangga....................................................... 4.5.1. Pendidikan........................................................................... 4.5.2. Kesehatan............................................................................ 4.5.3. Perumahan........................................................................... 4.5.4. Konsumsi Rumah Tangga................................................... 4.5.5. Akses Terhadap Teknologi dan Informasi..........................
34 34 39 40 41 43 46 47 48 51 52 53 53 53 57 58 59 65 67 68 70 72 75 76 78 79 81 83
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ................................................................................................
86 87
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
88
LAMPIRAN..............................................................................................
90
DAFTAR TABEL
No. 1. Rekapitulasi penduduk miskin wilayah penelitian tahun 2006 (www.bogorkab.go.id)................................................... 2. Pengaruh suami terhadap peranan wanita dalam usaha.......... 3. Frekuensi menerima pinjaman dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah.................................................. 4. Tabungan wajib mingguan sesuai jumlah pinjaman............... 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pengaruh umur, pendidikan, jenis usaha, dan pendapatan responden per minggu terhadap kelancaran kredit.................. Faktor yang mempengaruhi produksi nasabah........................ Hasil uji F produksi usaha nasabah......................................... Variabel yang mempengaruhi pemasaran usaha nasabah................................................................................... Hasil uji F pemasaran usaha nasabah......................................
Halaman 36 49 63 64 66 69 69 71 72
11.
Variabel yang mempengaruhi perubahan keuntungan nasabah.................................................................................... Hasil uji F akumulasi pinjaman nasabah.................................
74
12.
Variabel yang mempengaruhi pendidikan anak nasabah……
77
13.
Hasil uji F pendidikan anak nasabah.......................................
77
14.
Variabel yang mempengaruhi perubahan kesehatan nasabah
79
15.
Hasil uji F perubahan kesehatan nasabah................................
79
16.
Variabel yang mempengaruhi perumahan nasabah.................
80
17.
Hasil uji F perumahan nasabah...............................................
81
18.
Variabel yang mempengaruhi perubahan konsumsi RT nasabah.................................................................................... Hasil uji F perubahan konsumsi RT nasabah..........................
82
19. 20. 21.
Variabel yang mempengaruhi akses terhadap teknologi dan informasi nasabah.................................................................... Hasil uji F akses terhadap teknologi dan informasi nasabah..
73
83 84 85
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
.
Siklus perkreditan…………………………………………… Kerangka pemikiran penelitian............................................... Struktur organisasi Karya Usaha Mandiri............................... Perkembangan jumlah pinjamjaman KUM tahun 19892007......................................................................................... Jumlah penyaluran pinjaman menurut sektor usaha............... Usia responden........................................................................ Tingkat pendidikan responden................................................ Jenis usaha responden............................................................. Omset per minggu responden.................................................. Keterlibatan suami terhadap usaha responden........................ Tahap Pelaksanaan dan Keanggotaan KUM........................... Kesulitan responden dalam penentuan kelompok................... Kepedulian responden terhadap sesama anggota dalam kelompok ................................................................................ Keutuhan kelompok responden............................................... Responden yang pernah menjadi ketua kelompok.................. Kehadiran responden dalam minggon........................................ Perkembangan dan komposisi anggota KUM tahun 1989 1995.............................................................................................. Perkembangan anggota KUM (1996-2007)………………….. Penyaluran Kredit KUM dengan Sistem 2-2-1....................... Kemampuan Responden dalam Membayar Angsuran.............. Perkembangan tabungan kumpulan dan tabungan sukarela (1999-2007).................................................................................. Perubahan produksi setelah memperoleh kredit...................... Perubahan pemasaran usaha responden setelah memperoleh kredit………………………………………………………… Perubahan keuntungan responden setelah menerima kredit... Kondisi pendidikan anak nasabah selama memperoleh kredit Perubahan kondisi kesehatan responden setelah menerima kredit........................................................................................ Perubahan kondisi rumah nasabah setelah memperoleh kredit........................................................................................ Sebaran jawaban responden terhadap variabel konsumsi rumah tangga........................................................................... Sebaran jawaban responden mengenai variabel akses terhadap teknologi dan informasi............................................
Halaman 10 26 44 47 48 50 50 50 51 51 52 54 55 55 56 57 58 59 60 61 64 68 70 73 76 78 80 82 83
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. Pelaksanaan program GB di Bangladesh................................ 2. Pembagian proporsional responden berdasarkan jumlah nasabah.................................................................................... 3. Lembar kuesioner.................................................................... 4. Jumlah jenis sarana kesehatan di wilayah kabupaten Bogor tahun 2006............................................................................... 5. Sarana perumahan di wilayah kabupaten Bogor tahun 2006.. 6. Hasil analisis regresi linear berganda......................................
Halaman 91 93 94 98 99 100
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tahun 2006 penduduk Indonesia yang tergolong miskin sebanyak 39,3 juta orang, hal ini berarti 17,75% dari penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Menurut BPS pada tahun 2006 garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp 175.324 per kapita per bulan, garis kemiskinan perdesaan sebesar Rp 131.256 per kapita per bulan (BPS, 2007). Mereka dikategorikan miskin jika memiliki pendapatan di bawah Rp 131.256 per bulan. Mereka yang masuk dalam golongan miskin ini mayoritas mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses dalam pelayanan pendidikan, kesehatan, perumahan, maupun dalam hal ekonomi. Untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan, diperlukan adanya peluang dalam bidang ekonomi maupun investasi, selain itu juga diperlukan pelayanan bagi mereka dalam bidang kesehatan dan pendidikan. World Development Report 2000/2001 : Attacking Poverty menawarkan suatu strategi untuk memerangi kemiskinan melalui tiga cara, yaitu meningkatkan peluang, memfasilitasi pemberdayaan, dan meningkatkan ketahanan bagi kaum miskin. Untuk mengurangi kemiskinan di wilayah kabupaten Bogor, terdapat beberapa lembaga keuangan yang berfungsi membantu kaum miskin, yaitu dengan menambah modal untuk menjalankan usaha agar tetap bisa bertahan hidup. Salah satu bentuk lembaga keuangan yang ada yaitu Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri (YP-KUM atau biasanya disebut dengan KUM) yang telah berdiri sejak tahun 1989. KUM sebagai replikator grameen bank pertama di Indonesia adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pelayanan, konsultasi, dan pengembangan pembiayaan mikro yang ditujukan khusus bagi rumah tangga miskin di pedesaan (Thoha, 2000). Grameen Bank (GB) pertama kali terbentuk di Bangladesh. Disini GB menyediakan kredit kecil kepada masyarakat paling miskin, terutama wanita
dengan alasan bahwa “umumnya wanita lebih serius, bertanggung jawab, dan melihat ke depan dengan strategi lebih terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan keluarganya, sementara pria tidak peduli mengenai hal-hal seperti itu”
(www.kompas.com).
Model
pembangunan
yang
diadopsi
dari
Bangladesh ini bergerak melalui suatu model sistem keuangan pedesaan yang efektif dalam penyaluran dan pengembalian kredit (kredit mikro). GB memberikan
kredit mikro tanpa jaminan kepada orang yang
benar-benar miskin (utamanya perempuan) untuk tujuan pengembangan taraf perekonomian dengan cara mereka sendiri. Kredit ini diberikan kepada nasabah secara perorangan melalui berkelompok (satu kelompok terdiri dari lima orang yang memiliki karakteristik sosial ekonomi hampir sama, pendidikan, umur, dan lokasi tempat tinggal yang berdekatan). Hal ini berbeda dengan lembaga keuangan lain yang memberikan kredit secara perorangan. Kredit yang telah diperoleh biasanya digunakan oleh nasabah untuk mengembangkan usaha mikro seperti berdagang kecil-kecilan, usaha tani, dan lain sebagainya. Dengan diperolehnya pinjaman, diharapkan dari segi tingkat kesejahteraan akan meningkat. Adapun indikator yang digunakan untuk melihat adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga diantaranya adalah kesehatan, pendidikan, perumahan, konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator di atas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005. Berdasarkan hal tersebut, maka pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji pengaruh pinjaman KUM kepada masyarakat ekonomi lemah khususnya perempuan, sehingga dengan program tersebut KUM dapat mencapai tujuannya, yaitu menyalurkan kredit untuk modal /menambah modal usaha, sehingga masyarakat golongan miskin diharapkan mampu berdiri sendiri untuk mengembangkan usahanya (KUM, 2007). 1.2. Perumusan Masalah Partisipasi perempuan merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan. Upaya pengembangan usaha mikro yang
dilakukan oleh perempuan menjadi penting, karena perempuan berhadapan dengan kendala-kendala tertentu yang dikenal dengan istilah tripple burden of women, yaitu ketika mereka ‘diminta’ menjalankan fungsi reproduksi, produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat yang bersamaan (Hastuti et al., 2003). Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas. Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan spesifik. Pekerjaan-pekerjaan ini biasanya kurang memberikan jaminan perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai, serta kondisi kerja yang memprihatinkan dan pendapatan yang rendah. Pinjaman KUM diberikan kepada masyarakat ekonomi miskin di Kabupaten Bogor (utamanya perempuan) untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kebanyakan dari mereka melakukan usaha dikarenakan upah/gaji dari suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga seharihari. Asas pinjaman KUM adalah: (1) tidak memerlukan jaminan dan penjamin; (2) setiap peminjam dikenakan biaya administrasi pinjaman; (3) apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran (KUM, 2007). Kredit disalurkan melalui pendekatan kelompok, walaupun untuk keperluan perorangan. Dengan adanya pinjaman yang diharapkan mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat miskin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekundernya. Perempuan disamping sebagai ibu rumah tangga dan istri, mereka juga berperan dalam membantu mencari nafkah tambahan bagi keluarga, disamping suami yang juga mencari nafkah utama. Perempuan yang mendapatkan pinjaman dari KUM bisa membuka usaha di sekitar rumahnya, dengan demikian pekerjaan rumah tetap bisa dikerjakan dan sekaligus memperoleh penghasilan tambahan. Pinjaman tersebut
diberikan
melalui
pendekatan
berkelompok,
walaupun
penggunaannya untuk kepentingan pribadi masing-masing anggota. Untuk dapat mengetahui pengaruh dari pinjaman KUM maka diharapkan dari penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan seperti :
1. Bagaimana keandalan pemberian kredit oleh KUM mengingat kredit yang diberikan tidak secara langsung kepada nasabah perorangan melainkan melalui kelompok? 2. Bagaimana keefektivan kredit yang diberikan oleh KUM dalam perkembangan usaha nasabah? 3. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan oleh KUM pada akhirnya mampu meningkatkan kondisi ekonomi rumah tangga nasabah? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian disusun sebagai berikut : 1. Mengetahui keandalan prosedur pemberian kredit berkelompok. 2. Mengetahui keefektivan kredit KUM dalam perkembangan usaha nasabah. 3. Mengetahui pengaruh kredit terhadap kesejahteraan rumah tangga nasabah. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, seperti : 1. Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada KUM untuk mengetahui pengaruh dari adanya kelompok dan keefektivan kredit yang disalurkan kepada nasabah KUM. Sehingga efektif dalam melaksanakan program peminjaman kredit kepada masyarakat kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan pemberdayaan usaha mikro yang mandiri dan berkelanjutan. 2. Umum a. Mengetahui
kelebihan
pemberian
kredit
secara
berkelompok
dibandingkan kredit kepada perorangan (seperti pemberian kredit yang pada umumnya digunakan oleh lembaga keuangan yang ada). b. Mengetahui dampak adanya pinjaman kredit dalam meningkatkan perkembangan usaha maupun kesejahteraan rumah tangga bagi peminjam kredit yang pada akhirnya mampu menumbuhkan minat masyarakat kecil lainnya untuk mulai mengembangkan usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberi kredit (disebut kreditur) percaya bahwa penerima kredit (disebut debitur) pada masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan berupa uang, barang, atau jasa (Suyatno et al, 1991). Sedangkan menurut UU No. 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 (Dendawijaya, 2001), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kasmir (2004), mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan, keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali. 2. Kesepakatan, suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu, masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama. 4. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macet dalam pemberian kredit.
5. Balas jasa, keuntungan atas pemberian suatu kredit atau pembiayaan yang dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk bank syariah. 2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kredit Syukur et al (1993) menyatakan bahwa akses pada kredit adalah satu hak dasar manusia yang sangat fundamental. Akses kredit akan berdampak bagi seseorang sehingga dapat meningkatkan pendapatannya (terutama masyarakat berpendapatan rendah), maka kebutuhan dasar lainnya dapat dijangkau (kebutuhan papan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dsb). Kredit sangat bermanfaat dalam menciptakan peluang kerja dan berusaha di pedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan/upaya mengurangi kesulitan hidup masyarakat yang termasuk dalam kelompok miskin (Mubyarto dalam Pardosi, 1998). Adapun tujuan dari lembaga keuangan memberikan kredit kepada nasabah adalah untuk: 1. Mencari keuntungan, pemberian kredit merupakan upaya untuk memperoleh hasil dalam bentuk bunga yang diterima oleh lembaga keuangan sebagai balas jasa dan profisi kredit yang dibebankan kepada nasabah, dengan harapan nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan nasabah ini penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan dan kemajuan usaha nasabah. 2. Membantu usaha nasabah, yaitu nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak lembaga keuangan, maka semakin banyak pengusaha yang dapat berkembang, sehingga mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
4. Membantu masyarakat, semakin berkembang sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha mikro, kecil dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Keberhasilan program kredit mikro sangat bergantung pada LKM yang diberi kepercayaan mengelola dana kredit mikro. Tujuan kredit mikro adalah sebagai berikut: 1. Mendorong proses pembelajaran masyarakat miskin dalam menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, maupun kegiatan produktif lainnya 2. Meningkatkan jangkauan pelayanan terhadap masyarakat miskin yang tidak memiliki penghasilan dan atau relatif berpendapatan sangat rendah 3. Membuka akses bagi pengusaha kecil yang selama ini tidak mendapat akses pelayanan lembaga keuangan formal yang sudah ada, sebagai upaya penciptaan peluang kerja bagi masyarakat miskin setempat 4. Mengurangi kesenjangan (gap) antara sisi penawaran (supply side) yang terbatas dengan sisi permintaan (demand side) yang masih belum dapat dilayani secara keseluruhan khususnya lembaga keuangan formal. 2.1.3. Jenis-jenis Kredit Kredit dilihat dari tujuannya terdiri dari: 1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh / membeli barang-barang
dan kebutuhan lainnya
yang bersifat konsumtif. 2. Kredit produksi, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. 3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan membeli barang-barang untuk dijual kembali. (Suyatno et al, 1991).
Sedangkan menurut penggunannya, kredit dapat dibagi menjadi: 1. Kredit eksploitasi, adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar. 2. Kredit investasi, adalah kredit berjangka waktu menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Diantaranya untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang memerlukan rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
produktivitas.
Ketentuan pokok mengenai kredit investasi selalu disesuaikan dengan program pemerintah untuk mendorong kegiatan usaha dengan kesempatan kerja yang besar (Suyatno et al, 1991). Berdasarkan jangka waktu, kredit dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Kredit jangka pendek (berjangka waktu maksimum satu tahun) 2. Kredit jangka menengah (berjangka waktu 1-3 tahun), dan 3. Kredit jangka panjang (berjangka waktu lebih dari tiga tahun). Menurut jaminannya, kredit dibedakan menjadi dua, yaitu kredit
yang
menggunakan
jaminan
dan
kredit
yang
tidak
mempergunakan jaminan. Dan dari segi sektor usaha ada beberapa jenis kredit yaitu kredit pertanian , kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, kredit perumahan, dan sektor-sektor usaha lainnya. 2.1.4. Penilaian Kredit Selain unsur-unsur pemberian kredit, terdapat beberapa prinsip pemberian kredit. Dalam pemberian kredit, lembaga keuangan harus memperhatikan prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka lembaga keuangan harus merasa
yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Hal ini diperoleh dari hasil penilaian sebelum kredit disalurkan. Penilaian kredit oleh lembaga keuangan dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabah. Adapun prinsip penilaian dilakukan dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Character. Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada lembaga keuangan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. 2. Capacity. Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan
dengan
kemampuannya mengelola bisnis
serta kemampuannya mencari laba. 3. Capital Biasanya lembaga keuangan tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. 4. Collateral Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya. 5. Condition. Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu ditangguhkan, disamping melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. Upaya yang menyediakan modal seringkali kurang dapat menjangkau lebih banyak penerima karena beberapa usaha mikro
mengalami kendala tidak mampu menyediakan jaminan atau agunan. Masalah yang dihadapi pelaksana upaya bila pinjaman tetap diberikan dengan tanpa agunan ternyata pada umumnya kesadaran peminjam (penerima upaya) untuk membayar angsuran rendah, terutama untuk pinjaman yang relatif lebih besar (Hastuti et al., 2003) 2.1.5. Prosedur Umum Perkreditan Bagi penduduk miskin yang melakukan usaha produktif, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dapat memberikan pelayanan finansial secara ideal adalah LKM yang memiliki ciri-ciri : 1. Prosedur mendapatkan kredit sederhana 2. Persyaratan mudah dipenuhi 3. Biaya perolehan kredit mudah 4. Pemberian kredit tepat Pengajuan kredit kepada lembaga keuangan pada umumnya melalui beberapa prosedur atau tahapan. Hal ini seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. 7a Pelunasan kredit 6 Pengawasan kredit
5 Pencairan kredit
4 Perjanjian kredit
7b Tambahan kredit 7c Kredit Bermasalah
1 Permohonan kredit Pengumpulan data dan j i
2 Analisis Kredit
3 Persetujuan kredit
(kesepakatan bunga, biaya administrasi, agunan)
Gambar 1. Siklus Perkreditan (Dendawijaya, 2001)
Adapun variabel pinjaman kredit yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Tingkat seringnya (frekuensi) nasabah memperoleh kredit 2. Jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah 3. Akumulasi pinjaman yang telah diperoleh oleh nasabah. 2.1.6. Efektivitas Kredit Suatu model pemberdayaan dikatakan efektif jika model tersebut memiliki sejumlah prinsip dan mekanisme kerja yang solid, yang memungkinkan model tersebut bekerja dengan baik sehingga dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya (Thoha, 2000). Menurut Rosalia (2004), efektivitas secara umum diartikan sebagai pencapaian tugas yang menunjukkan tingkat keberhasilan tugas sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas kredit adalah kegiatan penyediaan/penyaluran uang atau tagihan yang dilaksanakan dengan tepat serta mencapai sasaran yang telah ditentukan. Rifiani dalam Dewi (2001) menyatakan bahwa lembaga perkreditan mempunyai tujuan untuk memperbesar peluang berusaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penerima kredit, memberikan kemampuan untuk mengintegrasikan diri dengan proses perubahan
ekonomi
yang
ditandai
oleh
peningkatan
proses
komersialisasi dan moterisasi. Perluasan usaha dapat dilihat dari: 1. Jumlah dan satuan usaha. Diukur dari tambahan unit usaha dan jenis/ragam usaha yang ada atau yang dapat dibentuk sejak menerima kredit 2. Perkembangan
usaha.
Dilihat
dari
kemampuan
untuk
mengembangkan suatu satuan usaha pada kondisi lebih baik akibat adanya kredit. Hal tersebut meliputi aspek: a.
Produksi,
ukurannya
adalah
peningkatan
volume
produksi/omset perdagangan. b.
Aspek pemasaran, berkaitan dengan usaha memperluas pangsa pasar dan tata niaga pemasaran
c.
Aspek manajemen, kemampuan mengelola usaha menyangkut dari penyediaan barang, pembelian bahan sampai ke penjualan barang yang dinilai secara kualitatif.
d.
Aspek keuangan, menyangkut kebutuhan modal usaha, peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha. Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk modal atau
tambahan modal usaha dikatakan efektif apabila prosedur pembiayaan tergolong mudah, pembiayaan yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha nasabah. Analisis keefektifan pembiayaan ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kinerja pembiayaan yang telah dilakukan oleh Karya Usaha Mandiri. 2.2. Kredit UMKM Salah satu hambatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk berkembang adalah keterbatasan sumberdaya finansial (Hastuti et al, 2003). Dampak yang diterima akibat keterbatasan tersebut adalah sektor UMKM ini tidak tersentuh oleh pelayanan lembaga keuangan formal (bank). Hal ini dikarenakan lembaga keuangan formal lebih mendukung pengusaha besar dibandingkan pengusaha kecil. Berdasarkan empat bentuk usaha yang ada di Indonesia, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat miskin adalah usaha mikro dan usaha kecil. Hal ini dikarenakan bentuk usaha ini tidak membutuhkan terlalu banyak modal dan ketrampilan. Pengelola kredit mikro (jasa pembiayaan) merupakan salah satu pendekatan dalam pemberdayaan ekonomi (UMKM), dimana dalam pelaksanaannya harus diposisikan sebagai suatu proses pembelajaran masyarakat (terutama masyarakat miskin). Proses pembelajaran dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: 1. Masyarakat diajak untuk mengenal dan belajar tentang prinsip-prinsip pengelolaan dana kredit mikro, sehingga pinjaman tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk keperluan produktif dalam meningkatkan pendapatan keluarga miskin (langsung atau tidak langsung)
2. Penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kredit mikro tidak boleh menutup peluang atau kesempatan bagi masyarakat miskin dalam mengakses dana BLM dengan berbagai persyaratan dan kriteria yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat miskin. Usaha Mikro sebagaimana menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp50.000.000. Adapun ciri-ciri usaha mikro antara lain : 1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; 2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; 3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; 4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; 5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; 6. Umumnya belum memiliki akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; 7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Beberapa bentuk usaha mikro yaitu usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya, industri makanan dan minuman, industri meubel pengolahan kayu dan rotan, usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, peternakan ayam, itik dan perikanan, usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi). Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : 1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang 2. Tidak sensitif terhadap suku bunga 3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter 4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Usaha mikro memiliki kontribusi yang besar bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Beberapa manfaat usaha mikro yang berhasil diidentifikasi langsung baik dari pelaku usaha mikro maupun dari lembaga yang menangani usaha mikro adalah sebagai berikut: (Hastuti et al., 2003) 1.
Usaha mikro dianggap dapat meredakan gejolak sosial, karena jenis usaha ini mudah dimasuki oleh masyarakat kecil. Terutama sejak krisis dan banyak pabrik yang menutup usahanya atau mengurangi karyawannya, usaha mikro menjadi alternatif pilihan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
2.
Menjadi ‘katup pengaman’ kebutuhan rumah tangga dan alternatif usaha. Ketika mata pencaharian lain mengalami pasang surut atau kebutuhan keluarga meningkat, usaha mikro yang relatif mudah dimasuki dapat menjadi alternatif usaha sehingga kebutuhan rumah tangga tetap dapat terpenuhi. Seperti di Kabupaten Bantul, usaha mikro menjadi harapan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena hasil pertanian sulit diharapkan.
3.
Meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, khususnya rumah tangga pelaku usaha mikro. Dampak usaha mikro ini diindikasikan dengan semakin membaiknya kondisi fisik rumah para pengusaha mikro/kecil, serta bertambahnya kepemilikan kendaraan. Selain itu pendapatan usaha
mikro juga digunakan untuk menyekolahkan anak, berobat, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Perkembangan usaha mikro dan kecil mendapat perhatian yang cukup besar mengingat perannya yang strategis, yakni : 1. Jumlahnya besar dalam setiap sektor dan mempunyai potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja 2. Efisien dalam penciptaan kesempatan kerja, setiap penambahan modal memberikan tambahan kesempatan kerja yang cukup besar 3. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan bahan/sumber daya lokal dan hasil produknya relatif terjangkau masyarakat luas. 2.3. Kredit ke Perempuan 2.3.1. Perempuan sebagai Penerima Kredit Secara
nyata
tidak
ada
pembedaan
atau
pembatasan
kesempatan berusaha antara laki-laki dan perempuan, baik untuk usaha mikro maupun usaha kecil. Namun perempuan cenderung memasuki jenis usaha perdagangan dan industri pengolahan makanan. Hal ini karena jenis usaha ini tidak memerlukan keahlian khusus dan umumnya dilakukan di rumah, sehingga perempuan terutama ibu rumah tangga dapat melakukan usaha, sekaligus melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga (Hastuti et al., 2003). Sayogyo
dalam
Ayou
(2005)
menyatakan
bahwa
sewajarnyalah jika perempuan khususnya dari lapisan rumah tangga miskin masuk ke dalam bidang ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena peningkatan dan kepadatan penduduk yang cepat serta masuknya perekonomian uang dan teknologi ke pedesaan. Dalam hal ini perempuan desa diakui status sosialnya sebagai istri dan ibu rumah tangga, serta diakui pula sebagai pencari nafkah. Dengan demikian perempuan mempunyai dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja yaitu
dalam
pekerjaan
rumah
tangga
dan
pekerjaan
yang
menghasilkan pendapatan. Menurut Suadirman (2001), perempuan dari golongan sosial ekonomi menengah lebih memiliki kepercayaan daripada perempuan
dari golongan ekonomi rendah. Kondisi pendapatan yang cukup, menjamin kelangsungan hidup dan hal ini menciptakan kemandirian dalam perempuan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi tingkat partisipasi responden karena berhubungan dengan kemampuan/daya beli faktor produksi yang dipakai dalam pengelolaan usahanya. 2.3.2. Perempuan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Kegiatan usaha mikro dan usaha kecil tidak lepas dari peran kaum perempuan. Usaha mikro banyak diminati oleh perempuan dengan pertimbangan bahwa usaha ini dapat menopang kehidupan rumah tangga dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan diri (Sumampouw dalam Hastuti et al., 2003). Kiprah perempuan dalam perekonomian keluarga dan nasional menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan secara keseluruhan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan perempuan atau akses perempuan terhadap sumber-sumber daya ekonomi melalui usaha ini, maka kemampuan dan kesempatan mereka bernegosiasi dalam rumah tanggapun meningkat. Posisi tawar mereka berubah dan pendapat
mereka
mulai
diperhitungkan
dalam
setiap
proses
pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Mengingat porsi perempuan dalam usaha mikro cukup menonjol, maka peningkatan ekonomi perempuan dilakukan antara lain melalui upaya berupa program, atau kegiatan penguatan usaha mikro (Hastuti et al., 2003). Dampak usaha mikro, terutama yang ditekuni oleh perempuan, telah meningkatkan ekonomi perempuan khususnya dan ekonomi keluarga pada umumnya. Bahkan beberapa kasus usaha ekonomi perempuan yang awalnya merupakan usaha sampingan, kini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Dampak lainnya adalah menciptakan lapangan kerja bagi rumah tangga di sekitar usaha mikro, terutama tenaga kerja perempuan (Hastuti et al., 2003). Menurut Sawidak dalam Appriliani (1996), kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari
kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif, karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan dari individu atau keluarga dikatakan tercapai apabila terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar (basic need) adalah kebutuhan yang digunakan bagi kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan akan pelayanan sosial tertentu, seperti air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan (Pitomo dalam Appriliani, 1996). Adapun indikator kesejahteraan rumah tangga diantaranya adalah kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, perumahan, konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator diatas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005. 2.4. Grameen Bank (GB) Istilah grameen berasal dari bahasa Bengali yang berarti desa (Yunus, 2007), jadi GB dapat diartikan sebagai bank desa, tetapi sebenarnya bank itu bukanlah bank pedesaan atau rural bank, melainkan bank untuk orang-orang termiskin yang tinggal di daerah pedesaan. Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada golongan termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. Profesor Muhammad Yunus mendirikan GB dikarenakan pada umumnya perbankan yang ada hanya diperuntukkan untuk golongan masyarakat yang mampu. Perbankan tidak bersedia melayani kebutuhan kredit masyarakat kecil atau orang-orang miskin karena : a. Orang-orang miskin tidak mempunyai barang-barang atau kekayaaan yang dapat dijadikan agunan pinjaman. b. Mereka tidak dapat mengisi formulir-formulir yang rumit karena sebagian besar dari mereka tidak dapat membaca dan menulis. c. Perbankan tidak suka melayani kebutuhan kredit yang kecil-kecil yang banyak jumlahnya sehingga memerlukan banyak pekerjaan dan mengandung resiko tinggi.
d. Perbankan takut bunga pinjaman yang diterima tidak dapat menutup biaya pelayanan pinjaman kecil yang banyak jumlahnya tersebut (Thoha, 2000). 2.4.1. Falsafah Grameen Bank Grameen Bank (GB) adalah suatu konsep kredit yang dirancang untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat miskin di pedesaan. Model pendekatan yang digunakan adalah bottom up planning, sedangkan filosofi konsep ini adalah suatu pemahaman bahwa masyarakat mampu merencanakan dan menyelenggarakan proyek investasi yang produktif dengan bertumpu pada kondisi dan kemampuan
sendiri.
GB
bersifat
sebagai
stimulator
dalam
mengungkapkan dan mengembangkan kreativitas dan semangat berusaha masyarakat miskin. Sementara itu bantuan dana (kredit) dan konsultasi teknik yang diberikan lebih bermakna sebagai motor pendorong kegiatan ekonomi yang telah mereka pilih (Thoha, 2000). 2.4.2. Prinsip-prinsip Grameen Bank Program perkreditan GB memiliki beberapa karakteristik (Suharto dalam Thoha, 2000) yaitu : 1. Tidak didasarkan atas kedermawanan, sehingga mampu keluar dari kemiskinan 2. Tidak mengarahkan penggunaan kredit yang diberikan karena diyakini bahwa orang miskin memiliki ketrampilan tertentu yang memungkinkan mereka tetap bertahan hidup. Sementara itu program perkreditan GB di negara asalnya (Bangladesh) seperti yang tertera pada Lampiran 1. 2.4.3. Replikasi Grameen Bank di Malaysia Replikasi model GB di Malaysia telah dilakukan sejak tahun 1986 melalui suatu proyek ikhtiar, yang dibantu dalam operasi, riset, dan biaya perjalannya oleh APDC (lembaga regional yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembangunan di negara-negara Asia dan Pasifik) dan Pemerintah Kerajaan Negeri
Selangor, hibah dari Yayasan Pembangunan Ekonomi Islam Malaysia (YPEIM), dan tenaga ahli kaji tindak dari Universitas Sains Malaysia. Mekanisme kerja Proyek Ikhtiar pada prinsipnya sama dengan GB, yaitu: (Thoha, 2000) 1. Petugas bank mendatangi desa-desa, dan menilai kelayakan pemohon kredit 2. Peminjam potensial membentuk kelompok, terdiri dari lima orang, bertetangga, umur sebaya dan kondisi sosialnya sama 3. Dipilih ketua dan sekretaris untuk jangka waktu satu tahun. Rapat kelompok minimal satu kali per minggu 4. Pembentukan pusat kelompok yang terdiri dari 4-6 kelompok. Tiap pusat kelompok ada ketua dan wakil ketua. Pertemuan diadakan satu kali seminggu 5. Sebelum menjadi anggota pusat kelompok, dan menerima pinjaman, kelompok yang terbentuk harus mengikuti latihan mengenai falsafah dan prinsip operasional GB 6. Setelah lulus latihan, dua orang dalam kelompok menerima pinjaman, kemudian mengangsur secara mingguan. Setelah mengangsur 6 kali secara teratur, dua anggota lainnya baru diberi pinjaman. Ketua kumpulan menerima pinjaman setelah 12 minggu 7. Setiap peminjam dikenakan tabungan 5% dari jumlah pinjaman sebagai tabungan kumpulan. Penggunaan harus desetujui anggota yang lain. Tiap peminjam menabung 1 ringgit (Rp 760,-) per minggu 8. Pinjaman dikenakan tanpa jaminan dan tidak dikenakan bunga. Biaya administrasi 75 ringgit untuk sewa kantor dan gaji karyawan 9. Pinjaman harus dimanfaatkan paling lambat 7 hari setelah diterima, dibayar 50 kali angsuran, setelah melewati tenggang waktu 2 minggu 10. Bila anggota tidak bisa membayar karena sakit atau hal lain, anggota kumpulan dan pusat bertanggung jawab membayar. Bila
peminjam meninggal dibayar ahli waris atau dihapus apabila ahli waris tidak mampu 11. Semua transaksi dilakukan waktu pertemuan kelompok pusat 12. Bila peminjam pertama sebesar 500 ringgit (Rp 400.000,-) sudah dilunasi maka pinjaman ke dua dapat diberikan, dan seterusnya Proyek
ikhtiar
berakhir
pada
bulan
Juni
1998
dan
dilembagakan dalam bentuk Trust dengan nama Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM). Tahun 1990 jumlah anggota meningkat menjadi 1.123 orang (91% wanita). Dana diperoleh dari pinjaman pemerintah tanpa bunga. Dengan keberhasilan ini AIM telah mengembangkan kegiatannya ke negara bagian termiskin di Malaysia. 2.4.4. Replikasi Grameen Bank di Indonesia Diawali dari kaji tindak GB di Karya Usaha Mandiri saat ini telah terdapat beberapa replikator GB di Indonesia. Pihak perbankan mempunyai potensi besar untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan kelompok masyarakat. Sebagai contoh Citi Bank melalui Grameen Trust dan program Citibank Peka (Peduli dan Berkarya) telah menyalurkan dana dari Citigroup Foundation untuk mendukung lembaga kredit mikro di Indonesia diantaranya (www.citibank.com): Bangun Karya Central Java Project (BKCJP) adalah lembaga pengabdian masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang melakukan pengelolaan bantuan kredit modal bagi 885 keluarga miskin di Karanganyar Jawa Tengah dengan pinjaman ratarata sebesar Rp 200 ribu – 250 ribu., Yayasan Pokmas Mandiri (YPM) di Medan yang telah menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk melayani kredit modal kepada 785 keluarga miskin di Galang Propinsi Sumatera Utara, Yayasan Paluma yang telah memberikan kredit kepada 44 orang dengan pinjaman rata-rata sebesar Rp 500 ribu sejak yayasan tersebut menerima dana bantuan dari Citibank Peka pada Maret 2001, Yayasan Dharma Bakti Parasahabat (YDBP) yang menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk kegiatan pemberian kredit modal kepada 1.200 keluarga miskin di Sukatani, Bekasi dan
1.500 keluarga di Pedes, Karawang, Propinsi Jawa Barat (namun pada tahun
2007
YDBP
mengalami
kerugian
dikarenakan
tingkat
pengembalian dari nasabah yang rendah), Yayasan Mitra Usaha (YMU) yang menyalurkan dana dari Grameen Trust yang digunakan untuk bantuan kredit modal kepada 640 peminjam di desa Taruma Jaya Propinsi Jawa Barat, dan Yayasan Siti Khadijah (YSK) di Jakarta menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk kredit modal kepada 750 keluarga yang memerlukan di Mijen Semarang. Peminjam pada umumnya adalah wanita yang berusaha kecil-kecilan seperti usaha makanan, kain, obat-obatan tradisional, warung, katering, dan menjahit. 2.5. Penyaluran Kredit Berkelompok Pemberian kredit kepada debitur usaha mikro secara kelompok diperkenalkan di Indonesia oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan GTZ dalam Program PHBK (Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat) pada periode antara tahun 1989 sampai sekitar tahun 2000. Program ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan antara perbankan dan kelompok usaha mikro melalui pemberian bantuan teknis kepada bank dan pendamping (LPSM) serta instansi pemerintah yang mengembangkan usaha mikro di semua sektor kegiatan ekonomi, dengan pendekatan kelompok. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu penelitian Studi Tunggakan Kredit untuk Memperbaiki Kualitas Portfolio PHBK oleh Bank Indonesia pada tahun 2000 di dalam buku Laporan Penelitian Evaluasi Konsep PHBK oleh Bank Indonesia tahun 2002, diperoleh informasi bahwa tunggakan yang terjadi pada kredit kelompok disebabkan antara lain hal-hal sebagai berikut (Saptono dan Widiyatmanta, 2006): 1. Adanya variasi kondisi kelompok yang dibentuk/dibiayai bank yang pada umumnya tidak sesuai dengan konsep kelompok menurut PHBK, misalnya tidak ada kelengkapan organisasi atau kelengkapan organisasi kelompok tidak berfungsi (misalnya tidak ada pertemuan anggota secara reguler, tidak ada pembagian tugas antar pengurus atau anggota, tanggung renteng
tidak dapat direalisasikan), keterlibatan nasabah dalam kelompok tidak berlangsung lama, serta pembentukan kelompok yang terkesan asal-asalan karena faktor waktu, biaya, dan tenaga. 2. Bank yang berhenti total memberikan kredit secara kelompok (selama kurun waktu tahun 1994 sampai 1999 ada sebanyak 15,3% dari bank sampel) terutama disebabkan oleh adanya tunggakan kredit, bank kekurangan tenaga untuk pembinaan kelompok, dan nasabah menolak tanggung renteng. 3. Sistem tanggung renteng tidak dapat direalisasikan meskipun secara tertulis telah disepakati oleh kelompok dan bank pemberi kredit, nasabah tidak mampu membayar tabungan beku, anggota tidak paham dengan tanggung renteng, atau anggota ingkar janji. 4. Prosedur perkreditan tidak sesuai dengan konsep PHBK, yaitu dalam penyerahan kredit dan penagihannya. Pembentukan kumpulan adalah kunci keberhasilan bagi setiap program perkreditan Grameen Bank. Seseorang yang status sosial dan ekonominya berada jauh dibawah standar dan melakukan perbaikan nasib seorang diri, maka yang muncul adalah bayangan dari sebuah kegagalan, namun apabila kegiatan perbaikan nasib tersebut dilakukan secara bersamasama dengan anggota senasib dan sepenanggungan, maka rasa aman dan percaya diri akan timbul bersamaan dengan datangnya perlindungan dari rekan perkumpulannya. Demikian pula dengan KUM, dimana para anggota KUM membantu kumpulan Rembug Pusat yang didalamnya dapat dijadikan sebagai forum diskusi dan berbagai kegiatan guna mengambil keputusan yang berkaitan dengan pinjaman, penggunaan pinjaman, pelunasan
dan
pengembalian dari pinjaman tersebut. Pada sisi lain sebagai perorangan tentunya segala bentuk pengakuan akan diragukan, lain halnya bila mereka berada dalam sebuah perkumpulan, para anggota peminjam akan mendapatkan berbagai tekanan yang sangat halus dari sesama anggota guna meluruskan tindakkannya agar sesuai dengan program perkreditan KUM.
Didalam KUM juga terdapat ketentuan yang bersifat menguntungkan tetapi sekaligus merugikan bagi anggotanya, yaitu apabila seseorang anggota menunggak dalam pengembalian pinjaman, maka anggota lain yang tergabung dalam kumpulan tersebut akan sulit untuk dapat pengajuan pinjaman kepada KUM. Dengan mengadakan pengelompokan peminjam diharapkan lambat laun kumpulan dapat bergerak dalam usaha bersama yang lebih besar dan sulit dikerjakan oleh perorangan. Sedangkan pembatasan kumpulan dalam skala kecil (lima orang per kumpulan), maka pemusatan kekuasaan seseorang dapat dicegah. Misalnya ketua kumpulan, karena anggotanya hanya lima orang, maka hubungan antar anggota dan ketua jadi lebih dekat, dan dalam hal distribusi informasi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan kumpulan yang anggotanya banyak. Didalam kumpulan anggota juga memilih seorang ketua dan sekretaris yang setiap tahun diadakan pergantian secara bergiliran agar setiap anggota mengalami dan menghayati tanggung jawab atas jabatan yang diembannya. Untuk menjadi anggota KUM, maka ada ketentuan yang harus ditaati bersama yaitu anggota wanita harus membentuk kumpulan sesama wanita pula. Sedangkan tingkat pendidikannya diharapkan tidak terlalu jauh jaraknya sehingga dapat dengan mudah dalam melakukan komunikasi diantara sesama anggota. Hanya saja sekali lagi diingatkan bahwa selain hal tersebut diatas, yang harus ditaati oleh anggota tempat tinggalnya saling berdekatan, maka yang harus dijauhkan adalah hubungan antar anggota karena dalam kumpulan tidak dibenarkan adanya tali persaudaraan diantara sesama anggota kumpulan (KUM, 2007).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Sebagai salah satu replikator Grameen Bank pertama di Indonesia, Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri yang ditujukan bagi rumah tangga miskin di pedesaan Kabupaten Bogor, membantu mereka keluar dari kemiskinan melalui pelayanan, konsultasi, dan pengembangan pembiayaan kredit mikro (KUM, 2007). Bentuk pelayanan yang dilakukan adalah penyaluran bantuan kredit untuk tambahan modal usaha bagi masyarakat golongan miskin, mendorong dan memotivasi untuk menabung dan menggunakan pinjaman modal usaha untuk kegiatan produktif. Disela-sela waktu pengembalian kredit, nasabah dapat berkonsultasi mengenai usaha maupun keadaan rumah tangga mereka kepada petugas lapangan. Diharapkan
dari
kredit
yang
didapat,
akan
digunakan
untuk
mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh nasabah (seperti berdagang kecil-kecilan, bertani, dan lain-lain). Pinjaman ditujukan bagi perempuan pedesaan agar mereka dapat membuka suatu usaha demi menambah
pendapatan
guna
mendukung
usaha
mereka
secara
berkelanjutan. Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat miskin pedesaan, maka tingkat kemiskinan dapat dikurangi. Asas pinjaman KUM terdiri dari tiga hal, yaitu (KUM, 2007): 1. Tidak memerlukan jaminan dan penjamin 2. Setiap peminjam dikenakan biaya administrasi pinjaman 3. Apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran. Kredit diberikan kepada nasabah perorangan melalui pendekatan kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang memiliki karakteristik sosial ekonomi hampir sama, pendidikan, umur, dan lokasi tempat tinggal yang berdekatan. Kredit berkelompok tidak secara langsung diberikan kepada masing-masing anggota kelompok, dalam penyaluran kredit Grameen Bank dikenal istilah 2-2-1. Dalam hal ini kredit pertama
kali diberikan kepada dua anggota pertama (pengajuan kredit seminggu sebelumnya), pada saat anggota tersebut menerima pinjaman, dua anggota lainnya
mengajukan
pinjaman,
seminggu
kemudian
mereka
akan
mendapatkan kredit tersebut. Untuk anggota terakhir (biasanya ketua kelompok) akan mendapatkan pinjaman seminggu setelah dua anggota terakhir mendapat pinjaman kredit. Diharapkan dari pinjaman tersebut dapat dialokasikan untuk meningkatkan pendapatan nasabah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan nasabah. Keefektivan kredit yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua aspek, yaitu pengaruh pinjaman kredit kepada nasabah terhadap perkembangan
usaha
dan
kesejahteraan
rumah
tangga
nasabah.
Perkembangan usaha akan dilihat berdasarkan Rifiani dalam Dewi (2001), salah satu aspek yang digunakan yaitu aspek keuangan (perubahan keuntungan usaha), produksi dan pemasaran produk nasabah. Sedangkan kesejahteraan rumah tangga nasabah dilihat berdasarkan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator diatas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan pada Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada Gambar 2. YP-KUM sebagai salah satu LKM memberikan bantuan kredit kepada wanita pedesaan melalui pendekatan berkelompok. Hal ini berbeda dengan lembaga lain yang memberikan kredit langsung kepada perorangan. Selain pemberian kredit, dalam kelompok juga terdapat pertemuan mingguan dimana nasabah dapat membayarkan angsurannya. Diharapkan dari kredit yang diberikan akan tercapai efektivitas kredit yang dilihat melalui perkembangan usaha nasabah serta kesejahteraan rumah tangga nasabah yang meningkat. Untuk mengukur besarnya pengaruh penyaluran kredit melalui kelompok dan tercapainya efektivitas kredit, digunakan alat analisis regresi berganda.
Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri Peminjaman bantuan kredit untuk usaha Diprioritaskan untuk wanita pedesaan Pendekatan kelompok Pemberian kredit Pertemuan mingguan
Pembayaran angsuran
Efektivitas kredit
Perkembangan usaha nasabah Indikator : • Aspek produksi • Aspek pemasaran • Aspek keuangan
Kesejahteraan rumah tangga nasabah meningkat Indikator : • Kesehatan • Pendidikan • Perumahan • Konsumsi rumah tangga • Teknologi komunikasi dan informasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri yang berlokasi di Jl. Raya Leuwiliang Km. 9 Leuwisadeng Bogor. Walaupun terletak di desa yang jauh dari pusat kota, kantor pusat YP-KUM dapat diakses dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Mei 2008. Studi pendahuluan dan wawancara dengan manajer dilakukan pada bulan Maret, sedangkan pencarian data di lapangan dilakukan pada bulan April sampai Mei 2008.
3.3. Pengambilan Sampel Proses pemilihan sampel menggunakan two-steps sampling procedures yaitu prosedur sampling dua tahap (Kountur, 2007). Pada tahap pertama, pengambilan contoh dilakukan dengan teknik judgement sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria yang digunakan sebagai acuan penarikan sampel (Nazir, 2003). Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai sampel adalah nasabah yang sudah pernah menerima kredit (minimal satu kali menerima kredit dan sudah lunas) karena dengan kriteria tersebut dapat dilihat keberagaman nasabah. Tahap kedua adalah purposive sampling, pemilihan responden berasal dari desa ataupun kecamatan tetapi masih dalam satu cabang, yaitu cabang Nanggung. Hal ini dikarenakan cabang Nanggung adalah area dengan jumlah nasabah terbanyak dan beragam. Adapun kecamatan yang yang dijadikan sampel adalah lima kecamatan dengan jumlah nasabah terbesar, yaitu kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Leuwiliang, Cigudeg, dan Nanggung. Jumlah sampel yang dipilih adalah 40 orang, karena menurut Singarimbun (1995) bahwa jumlah sampel minimum yang digunakan untuk penelitian adalah 30 orang, maka penarikan sampel sebanyak 40 orang telah memenuhi kriteria minimal. Untuk pembagian nasabah dalam Cabang Nanggung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 yang terdapat di Lampiran 2 dengan pembagian proporsional menurut jumlah nasabah masing-masing kecamatan. 3.4. Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara menggunakan kuesioner dengan penerima kredit. Kuesioner ini berisikan daftar pertanyaan yang tersusun baik dengan tujuan yang jelas bagi responden. Untuk mengetahui keandalan pemberian kredit secara berkelompok informasi dikumpulkan melalui data deskriptif dan wawancara menggunakan kuesioner (pertanyaan 17-27). Sedangkan untuk mengetahui
efektivitas
kredit
mengenai
perkembangan
usaha
dan
peningkatan kesejahteraan rumah tangga akan diolah melalui pertanyaan kuesioner 35-54. Responden dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat langsung dengan KUM, yaitu penerima kredit mikro KUM (untuk mengetahui keandalan pemberian kredit berkelompok dan efektivitas penyaluran kredit). Pada wawancara dengan menggunakan kuesioner, responden diharapkan menguraikan pengetahuan mereka sebelum, selama dan sesudah mendapatkan kredit dari KUM. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data KUM dan data-data eksternal yang mendukung penelitian. 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang dapat digolongkan sebagai variabel bebas dan variabel terikat. Pinjaman kredit dikategorikan sebagai variabel bebas (variabel independen) dan kondisi ekonomi rumah tangga nasabah (tingkat kesejahteraan) serta perkembangan usaha nasabah yang dikategorikan sebagai variabel tidak bebas (variabel dependen). Kedua variabel tersebut diamati dengan menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Skala yang digunakan dalam pengukuran adalah skala Likert kemudian data diolah menggunakan alat analisis regresi berganda untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen (Nazir, 2003). Skala Likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menunjukkan posisi responden. Skala Likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Misalnya, sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3, buruk = 2, sangat buruk = 1. Setelah data diperoleh, keseluruhan data digolongkan ke dalam kategori berdasarkan rentang nilai dan selanjutnya masuk ke dalam kategori
yang sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus berikut :
( )
Rataan Χ =
Σ xi . Fi n
.......................................................(1) Σ fi.xi
2
Simpangan baku (S) =
2 ( Σ fi. xi ) −
n −1
n
...................(2)
Keterangan :
xi
= nilai pengukuran ke-i
fi
= frekuensi kelas ke-i
n
= banyaknya pengamatan
Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. 3.5.1. Regresi Linear Berganda Untuk mencari besarnya pengaruh variabel bebas (variabel indipenden) terhadap variabel tidak bebas atau berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel bebas) pada satu atau beberapa variabel lain (variabel tidak bebas atau variabel dependen) digunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, karena variabel tidak bebas lebih dari satu. Selain adanya variabel bebas, juga terdapat variabel moderator atau yang biasa disebut juga variabel independen kedua. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antar variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2004). Rumus yang digunakan dalam analisis regresi berganda ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2003) : Y = a0 + a1x1 + a2x2 + …+ akxk, dimana : 1. Pengaruh pinjaman kredit KUM terhadap perkembangan usaha nasabah.
Y1 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3
................................(3)
Adanya variabel moderator (W dan G) membuat persamaannya menjadi : Y1 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4W + a5G 2. Pengaruh
pinjaman
kredit
KUM
....................(4) terhadap
peningkatan
kesejahteraan rumah tangga nasabah. Y2 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3
...............................(5)
Adanya variabel moderator (W dan G) membuat persamaannya menjadi : Y2 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4W + a5G
...................(6)
Peubah tidak bebas (Y1) adalah perkembangan usaha nasabah, dilihat dari aspek produksi (Y1a), pemasaran (Y1b), dan keuangan (peningkatan pendapatan yaitu Y1c). Peubah tidak bebas (Y2) adalah peningkatan kesejahteraan rumah tangga nasabah, yang dilihat dari aspek kesehatan (Y2a), pendidikan (Y2b), perumahan (Y2c), konsumsi pengeluaran rumah tangga (Y2d), serta akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi (Y2e). a0
= konstanta.
a1,a2,…,a5 = koefisien arah garis regresi. Variabel bebas (X1, X2, X3) dan variabel moderat (W dan G), yaitu pinjaman kredit KUM dengan : a. X1 = frekuensi nasabah memperoleh kredit b. X2 = jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah c. X3 = akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah d. W = peranan wanita e. G = peranan kelompok 3.5.2. Uji F dan Uji t a. Uji F Uji Fisher (F-test) ini digunakan untuk menguji secara serentak apakah
pinjaman
kredit
KUM
berpengaruh
terhadap
perkembangan usaha, peningkatan kesejahteraan nasabah, wanita,
dan angsuran. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004) :
F=
R2 / k (1 − R 2 )/(n − k − 1)
Dimana, R
...........................................(7)
= koefisien korelasi ganda
k
= jumlah peubah bebas
n
= jumlah anggota contoh
Hipotesa yang digunakan : 1. H0
: Semakin sedikit frekuensi dalam memperoleh kredit,
jangka
waktu
pengembalian
akumulasi kredit yang telah diperoleh,
kredit, peranan
wanita, dan kelompok secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha. H1
: Semakin sering frekuensi dalam memperoleh kredit, jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, adanya peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama berpengaruh terhadap perkembangan usaha.
2. H0
: Semakin sedikit frekuensi dalam memperoleh kredit,
jangka
waktu
pengembalian
kredit,
akumulasi kredit yang telah diperoleh, peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga. H1
: Semakin sering frekuensi dalam memperoleh kredit, jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, adanya peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
Keputusan diambil dengan ketentuan berikut : (α = 5%) 1. Jika nilai signifikansi < α maka H0 ditolak. 2. Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima.
b. Uji t Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap peubah bebas. Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peubah tidak bebas. Untuk mencari thitung digunakan rumus : t hit =
bi Sbi
...................................................................(8) = koefisien regresi masing-masing peubah.
Dimana, bi Sbi
= simpangan baku dari bi
Hipotesa yang digunakan : 1.
Ho
: Tidak
adanya
pengaruh
frekuensi
dalam
memperoleh kredit terhadap perkembangan usaha. H1
: Terdapat pengaruh frekuensi dalam memperoleh kredit terhadap perkembangan usaha.
2.
Ho
: Tidak
adanya
memperoleh
pengaruh kredit
frekuensi
terhadap
dalam
peningkatan
kesejahteraan rumah tangga. H1
: Terdapat pengaruh frekuensi dalam memperoleh kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
3.
Ho
: Tidak adanya pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap perkembangan usaha.
H1
: Terdapat pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap perkembangan usaha.
4.
Ho
: Tidak adanya pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
H1
: Terdapat pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
5.
Ho
: Tidak adanya pengaruh akumulasi kredit yang telah diperoleh terhadap perkembangan usaha.
H1
: Terdapat pengaruh akumulasi kredit yang telah diperoleh terhadap perkembangan usaha.
Ho 6.
: Tidak adanya pengaruh akumulasi kredit yang telah diperoleh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
H1
: Terdapat pengaruh akumulasi kredit yang telah diperoleh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
7.
Ho
: Tidak
adanya
pengaruh
wanita
terhadap
perkembangan usaha. H1
: Terdapat pengaruh wanita terhadap perkembangan usaha.
8.
Ho
: Tidak
adanya
pengaruh
wanita
terhadap
kesejahteraan rumah tangga. H1
: Terdapat pengaruh wanita terhadap kesejahteraan rumah tangga.
9.
Ho
: Tidak
adanya
pengaruh
kelompok
terhadap
perkembangan usaha. H1
: Terdapat
pengaruh
kelompok
terhadap
perkembangan usaha. 10.
Ho
: Tidak
adanya
pengaruh
kelompok
terhadap
kesejahteraan rumah tangga. H1
: Terdapat
pengaruh
kelompok
terhadap
kesejahteraan rumah tangga. Keputusan diambil dengan ketentuan sebagai berikut (α = 5%) : 1. Jika nilai signifikansi < α, maka H0 ditolak. 2. Jika nilai signifikansi > α, maka H0 diterima.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Kondisi Wilayah Penelitian Kabupaten Bogor merupakan salah satu bagian dari provinsi Jawa Barat yang cukup kaya akan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, terutama pada sektor industri kecil dan kerajinan. Kelompok industri kecil mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha
serta
membantu
mengatasi
kemiskinan
(www.bogorkab.go.id). Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 terletak antara 6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor mengalami peningkatan, yaitu dari 5,51% pada tahun 2004 menjadi 5,28% pada tahun 2005, dengan nilai PDRB berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp 28,689 trilyun dan sebesar Rp 34,625 trilyun pada tahun 2005. Dilihat dari sektor pembentuk PDRB pada tahun 2005, sektor terbesar penyumbang PDRB adalah sektor industri pengolahan (51,07%), sektor perdagangan, hotel restoran (16,76%) dan sektor pertanian (9,31%). Mata pencaharian penduduk diantaranya adalah di sektor pertanian, perburuhan, dan perikanan sebanyak 2.758.821 orang, di sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 197.059 orang, di sektor industri pengolahan sebanyak 39.412 orang, sektor listrik, gas dan air sebanyak 3.941 orang; sektor bangunan sebanyak 236.470 orang, sektor perdagangan 394.117 orang, sektor jasa dan lainnya 114.294 orang. Jumlah unit usaha di sektor industri hingga tahun 2005 sebesar 1.783 buah terdiri dari 538 buah usaha menengah dan besar serta 1.245 unit usaha kecil. Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2005
Kabupaten Bogor adalah lebih kurang sebesar Rp 250 milyar, penerimaan dari PBB sebesar Rp 46 milyar dan rata-rata pendapatan perkapita adalah Rp 3.270.000. Sedangkan UMR yang berlaku adalah Rp 638.138. Pembangunan industri telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Hal ini juga membuka peluang perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan industri ini tercapai berkat peran serta masyarakat terutama dunia usaha. Kemajuan ini juga turut mendukung pertumbuhan sektor-sektor lainnya seperti peningkatan agrobisnis dan agroindustri. Disamping pertumbuhan ekonomi, pembangunan pada bidang pendidikan di Kabupaten Bogor menjadi prioritas dalam rangka menggerakkan dan memacu peningkatan sektor ekonomi. Hal ini merupakan bagian dari upaya peningkatan sumber daya manusia yang memegang peranan dalam pembangunan daerah. Pemerataan dan perluasan pendidikan merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Kabupaten Bogor. Keberhasilan dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat turut berperan dalam keberhasilan pembangunan Kabupaten Bogor. Peningkatan pelayanan kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), perbaikan gizi masyarakat serta efektifitas manajemen pelayanan kesehatan merupakan program prioritas Dinas Kesehatan menuju "Kabupaten Bogor Sehat Mandiri 2008". Untuk mewujudkan hal ini pemerintah mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, juga peningkatan jumlah dan fungsi Puskesmas, prasaran kesehatan yang memadai, serta tenaga medis yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Adapun sarana kesehatan di wilayah kabupaten Bogor Tahun 2006 seperti yang terlampir pada Lampiran 4. Jumlah rumah di Kabupaten Bogor sampai tahun 2005 sebanyak 661.098 unit rumah dari jumlah kepala keluarga (KK)
sebanyak 712.004 KK, dengan kondisi rumah yang tidak layak huni sebanyak 175.047 unit (26,48 %) dan rumah layak huni sebanyak 486.051 unit (73,52 %). Seperti yang tertera dalam lampiran 5. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sebanyak 4.100.934 jiwa dan 24,15% diantaranya masuk dalam kategori penduduk miskin (www.bogorkab.com). Tabel 1. Rekapitulasi penduduk miskin wilayah penelitian tahun 2006 (www.bogorkab.go.id) Jumlah penduduk miskin Jumlah No Kecamatan KK Jiwa Desa/Kelurahan 1. Pamijahan 15 13.382 64.651 2. Cibungbulang 15 9.774 58.039 3. Leuwiliang 11 13.849 54.719 4. Nanggung 10 6.784 26.993 5. Cigudeg 15 8.579 25.883 Cabang Nanggung dari KUM yang dipilih dalam penelitian ini terdiri dari lima kecamatan yang terletak di Kabupaten Bogor, yaitu Pamijahan, Cibungbulang, Leuwiliang, Cigudeg, dan Nanggung. Kecamatan Pamijahan dengan luas wilayah 8.088,286 Ha terdiri dari 15 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 131.614 orang (63.807 diantaranya adalah perempuan). Jarak desa terjauh dalam satu kecamatan adalah 17 km, sedangkan jarak menuju kabupaten adalah 25-78 km. Akses menuju kota dapat ditempuh menggunakan angkot, ojek, dan sepeda. Sarana pendidikan yang ada adalah 16 buah TK, 43 buah SD, 27 buah MI, 10 buah SMP, 6 buah MTS, 7 buah SMK/SMA, dan 4 buah MA. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah tani (34.136 orang), dagang (25.096 orang), serta buruh dan lain sebagainya. Sarana perekonomian yang ada adalah 325 buah toko, 1 bank, 1 pasar bangunan permanen, 1 pasar semi permanen, 5 buah pasar, 1 koperasi produksi, 3 buah badan kredit, 6 buah KUD, dan 6 buah koperasi. Selain sarana perekonomian diatas, pada kecamatan pamijahan juga terdapat industri kecil sebanyak 73 buah dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 220 orang, 63 home industri dengan penyerapan tenaga kerja 230 orang, hotel (8 buah),
warung makan (32 buah), perdagangan (1059 buah), angkutan, dan lain-lain (Kecamatan Pamijahan, 2007). Kecamatan
Cibungbulang
cukup
mudah
dijangkau
dibandingkan kecamatan lainnya dalam penelitian, walaupun akses jalannya mayoritas adalah jalan tanah. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 3.266,15 Ha dengan jumlah desa 15 buah terdiri dari 123.966 orang penduduk (laki-laki 63.437 orang dan perempuan 60.514 orang) dengan mata pencaharian mayoritas pada sektor perdagangan (10676 orang), pertanian (1014 orang), PNS (619 orang), dan industri (100 orang). Pada kecamatan Cibungbulang terdapat 9 koperasi dan 1325 toko/kios/warung. 571 penduduk diantaranya belum sekolah, 1800 orang buta huruf, 696 orang tidak tamat SD, 1592 orang telah tamat SD, mayoritas penduduk telah tamat SLTP (12315 orang), 780 diantaranya tamat SLTA, dan 61 orang telah tamat perguruan tinggi. Adapun jumlah lembaga pendidikan formal diantaranya adalah 63 buah SDN, 1 buah SLTPN, 1 buah SLTAN, dan 2 buah SLTAS. Pelayanan kesehatan diantaranya 3 puskesmas dan 7 praktek dokter. Jarak tempuh desa berkisar 1,5 km – 12 km dan jarak tempuh menuju kabupaten terjauh adalah 53 km. Jalan aspal yang dapat ditempuh hanya sepanjang 5 km, jalan diperkeras 25 km dan sisanya (98 km) adalah jalan tanah (Kecamatan Cibungbulang, 2007). Kecamatan Nanggung dengan bentuk wilayah berupa dataran rendah yang berbukit – bukit (kemiringan 60%) memiliki luas wilayah 13.525,248 Ha. Terdiri dari 10 desa dan 30 dusun dengan jarak desa/kelurahan terjauh adalah 35 km dan 60 km ke ibukota Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk akhir tahun 2007 sebanyak 81.309 orang (42 orang diantaranya laki – laki) dengan jumlah penduduk produktif 34.117 orang. Penduduk mayoritas tidak tamat SD, adapun penduduk buta huruf sebanyak 671 orang, 14.477 tidak tamat SD, 14685 telah tamat SD, 14553 tamat SLTP, 12495 tamat SLTA, 9988 tamat D1, 50 orang tamat D3, dan S1 56 orang. Prasarana pendidikan yang ada adalah 4 buah TK swasta, 44 buah SDN, 16 MI Negeri, 4 MI swasta,
1 buah SLTPN, 3 buah MTS swasta, 1 MA swasta, dan 50 pondok pesantren.
Adapun mata pencaharian penduduk mayoritas adalah
petani (baik sebagai pemilik tanah, petani penggarap, dan buruh tani sebanyak 23.800 orang), pedagang (4480 orang), buruh (2324 orang) dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana perekonomian yang ada adalah 2 buah pasar (salah satunya adalah pasar pemda), 39 toko, 38 kios, 548 warung, 5 koperasi simpan pinjam, dan 1 buah KUD. Prasarana kesehatan pada kecamatan Nanggung diantaranya adalah 1 poliklinik, 2 puskesmas, dan 2 puskesmas pembantu (Kecamatan Nanggung, 2007). Cigudeg adalah salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor Barat. Kecamatan Cigudeg memiliki masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya dalam penelitian, dengan sarana pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan yang lebih memadai. Dengan luas wilayah 17.694,758 Ha dan kepadatan 12.950 jiwa/km. Jarak antar desa terjauh adalah 1-63km. Adapun jalan aspal yang dapat dilalui adalah sepanjang 170 km, dan 88 km lainnya adalah jalan diperkeras. Jumlah penduduk Kecamatan Cigudeg akhir tahun 2007 adalah 114.871 orang (48,43% diantaranya adalah perempuan). Sarana pendidikan yang ada adalah 4 buah TK, 54 SDN, 20 MI Swasta, 2 SLTPN, 2 SLTP Swasta, 4 MTs, 1 buah SMUN, 3 buah SMU Swasta, dan 2 buah MA. Penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan SD sebanyak 58.197 orang, SLTP 42.346 orang, SLTA (5405 orang), D3 (512 orang), Akademi (150 orang), D4/S1 (375 orang, S2 418 orang, dan S3 9 orang. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah sebagai buruh sebanyak 12.217 orang, wiraswasta (8871 orang), dan petani (2.721 orang). Sarana perekonomian yang ada adalah 523 buah toko, 55 buah warung makan, 73 buah koperasi, 2 buah pasar (salah satunya adalah pasar kabupaten), 1 buah bank negeri, dan 1 buah bank swasta. Sedangkan sarana kesehatan yang ada adalah 3 buah RS bersalin, 3 poliklinik, dan 3 praktek dokter (Kecamatan Cigudeg, 2007).
4.1.2. Karya Usaha Mandiri Setelah melihat keberhasilan Grameen Bank yang dilakukan oleh M. Yunus di Bangladesh, percobaan berupa kaji tindak yang ditujukan untuk membantu orang yang paling miskin di daerah pedesaan yang biasanya tidak tersentuh oleh kebijakan pembangunan yang konvensional juga mulai dilakukan di Indonesia. Program kredit Grameen Bank untuk wilayah Asia Pasifik mulai diprakarsai oleh APDC (Asian and Pacifik Development Administration Centre). Pilot projek pertama yang dirancang oleh APDC adalah proyek Amanah Ikhtiar Malasyia (AIM) yang dilaksanakan pada tahun 1986. Setelah proyek ini dianggap berhasil APDC selanjutnya mengadakan proyek serupa di Filiphina dan Indonesia pada tahun 1989. Pilot proyek berupa kaji tindak penerapan program kredit Grameen Bank di Indonesia dilaksanakaan oleh Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE), Departemen Pertanian bekerjasama dengan APDC yang menyediakan dana penelitian dan operasional serta LPPI/IBI yang menyediakan dana untuk pinjaman sebesar Rp 50 Juta yang berasal dari Bank Indonesia. Pilot proyek tersebut diberi nama proyek Karya Usaha Mandiri (KUM). Dengan nama ini diharapkan agar orang–orang termiskin yang menjadi anggota KUM mempergunakan uang pinjaman tersebut untuk bekerja dan berusaha sebaik-baiknya agar mempunyai sumber pendapatan yang layak, dapat hidup mandiri dan keluar dari lembah kemiskinan. Karena pada dasarnya orang miskin tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ketrampilan untuk mempertahankan kehidupan mereka, namun karena terhambat oleh tidak adanya modal dan kepercayaan dari lembaga perbankan mereka tidak dapat hidup mandiri. Lokasi pilot proyek semula adalah di kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jawa Barat, kemudian pada tahun 1994 dikembangkan di dua kecamatan lainnya yaitu Leuwiliang dan Cigudeg. Tahun 2001 merambah ke kecamatan Ciampea dan
Cibungbulang. Sejak tanggal 18 April 2002 proyek Karya Usaha Mandiri, dilembagakan
menjadi Yayasan Pengembangan Karya
Usaha Mandiri (YPKUM) dengan notaris Ny. Ika Rini Hastuti Basuki,SH akta notaris No.8 dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Cibinong Nomor:103/AN.YYS/2002 tanggal 23 Mei 2002 sehingga dalam operasionalnya akan lebih luas dan mandiri. Sejalan dengan diberlakukannya UU Yayasan No. 16 Tahun 2001 tanggal 6 Agustus 2001 Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri, mengadakan Perubahan Anggaran Dasar yayasan tertanggal 27 Desember 2002 nomor 37, dan telah dimuat dalam tambahan berita negara RI tanggal 8/6 No. 46. Selain KUM memperoleh pinjaman dari LPPI/IBI, KUM juga memperoleh pinjaman dari Bank Mandiri pada tahun 1992 sebesar 60 juta, LPPI sebesar 460 juta, dan Pemda Bogor pada tahun 2006 sebesar 400 juta. Tanggal 5 Mei 2007, YP-KUM dilembagakan menjadi Koperasi Karya Usaha Mandiri berdasarkan persetujuan dari Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Bogor. 4.1.3. Prinsip KUM Adapun prinsip-prinsip KUM adalah sebagai berikut : 1. Pinjaman diberikan tanpa agunan atau penjamin 2. Pinjaman diberikan kepada orang-orang atau rumah tangga termiskin di daerah pedesaan 3. Prosedur pemberian pinjaman dibuat sesederhana mungkin. 4. Calon anggota membentuk kumpulan dan beberapa kumpulan membentuk satu rembug pusat 5. Pinjaman hanya diberikan untuk kegiatan yang bersifat produktif 6. KUM memberikan pinjaman yang jumlahnya relatif kecil dengan angsuran mingguan selama satu tahun dan setengah tahun tergantung kepada kemampuan nasabah 7. Pinjaman akan diberikan secara berurutan, dengan prioritas dua anggota yang paling membutuhkan, kemudian menyusul dua
anggota berikutnya, dan ketua kumpulan akan menerima pinjaman yang paling akhir 8. Pengawasan dilakukan selama penggunaan dana pinjaman sampai pembayaran angsuran berakhir 9. Peminjam diberi kemungkinan untuk meminjam kembali apabila telah melunasi angsurannya 10. Bagi setiap peminjam dikenakan simpanan wajib sebesar 5 % dari jumlah pinjaman yang disimpan pada Tabungan Dana Kumpulan dan setiap anggota diwajibkan untuk menabung setiap minggu yang besarnya disesuaikan dengan tingkatan pinjaman umum 11. Pinjaman yang diberikan tidak dikenakan bunga, akan tetapi dibebani biaya administrasi 12. Peminjam
dapat
dibebaskan
dari
kewajiban
membayar
angsuran/hutang apabila yang bersangkutan meninggal dunia 13. Semua bentuk
transaksi yang berkaitan dengan pinjaman dan
tabungan diadakan dirembug pusat 4.1.4. Penyesuaian Operasional KUM Model operasional dari Karya Usaha Mandiri (KUM) pada dasarnya tidak berbeda dengan Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) dan Grameen Bank di Bangladesh. Sebagaimana halnya dengan Amanah Ikhtiar Malaysia, yang cara pendekatannya disesuaikan dengan kondisi Malaysia, maka Karya Usaha Mandiri juga menyesuaikan pendekatannya dengan kondisi maupun budaya Indonesia. 1. Salah satu usaha penegakan disiplin oleh Grameen Bank adalah latihan jasmani dan pemberian hormat secara militer didalam rapat pusat (rembug pusat). Hal ini tidak dilaksanakan oleh KUM karena kurang sesuai dengan budaya di Indonesia. Sebagai gantinya KUM mengadopsi cara yang dilaksanakan oleh Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) yaitu dengan pengucapan ikrar oleh para anggota dalam pertemuan Rembug Pusat. Pengucapan ikrar dilakukan pada saat akan mulai minggon maupun setelah minggon selesai. Bunyi ikrar anggota KUM adalah sebagai berikut :
”Adalah menjadi tanggung jawab kami untuk berusaha menambah rejeki, membantu anggota kumpulan dan rembug pusat, apabila mereka dalam kesulitan, menggunakan pinjaman dari KUM untuk meningkatkan pendapatan keluarga, mendorong anak-anak untuk terus bersekolah, dan membayar kembali pinjaman setiap minggu. Allah menjadi saksi segala apa yang kami ucapkan dan kami lakukan.” 2. Berbeda dengan GB yang menghimpun dana darurat yang akan dipergunakan untuk memberi asuransi jiwa, untuk melunasi pinjaman macet, atau untuk pelunasan pinjaman apabila peminjam meninggal dunia. KUM awalnya tidak menghimpun dana darurat, KUM mengambil prinsip Amanah Ikhtiar Malaysia yaitu apabila anggota KUM meninggal dunia, maka sisa pinjamannya dihapuskan dan tidak ada kewajiban ahli waris melunasi pinjaman tersebut (dengan catatan pinjaman digunakan oleh wanita peminjam sendiri). Kemudian KUM membentuk dana darurat untuk menutup kredit yang tidak dapat ditagih lagi, dimana dana tersebut fungsinya adalah untuk menutup/melunasi pinjaman bilamana anggota yang bersangkutan meninggal dunia. Cara menghimpun dana darurat berbeda dengan Grameen Bank yang mewajibkan anggotanya menyetor sejumlah uang yang nilainya 25% dari bunga yang dibayarkan pada bank. KUM menghimpun dari bunga Tabungan Dana Kumpulan yang disimpan pada KUM 3. Tabungan Dana Kumpulan pada Grameen Bank disimpan pada bank lain, sedangkan Tabungan Dana Kumpulan KUM disimpan pada KUM. 4. Pendekatan pemberian pinjaman Grameen Bank yang bersifat individual terpaksa dirubah menjadi pendekatan rumah tangga, artinya pinjaman yang diperoleh anggota tidak harus digunakan oleh anggota yang bersangkutan, tetapi boleh juga digunakan oleh anggota rumah tangga lainnya seperti suami, istri dan anak yang masih menjadi anggota rumah tangga tersebut. Hal ini disebabkan
karena sebagai kaum wanita di kabupaten Bogor belum berperan sebagai pelaku ekonomi, sehingga untuk memperoleh lebih banyak anggota wanita digunakan pendekatan ini. 5. Peminjam tidak dikenakan bunga melainkan biaya administrasi. Besarnya tidak mengikuti besar bunga bank umum seperti pada
Grameen Bank, tetapi berpatokan pada suku bunga lembaga kredit pedesaan formal yang terdapat di desa-desa (merupakan suku bunga pasar di daerah pedesaan). Adapun biaya administrasi untuk jangka waktu angsuran satu tahun adalah 30%, dan 22,5%untuk setengah tahun. 6. Pembayaran biaya administrasi tidak mengikuti pembayaran bunga pada Grameen Bank, yaitu berupa dua angsuran terakhir. Tetapi pembayarannya dimasukkan kedalam angsuran mingguan, maka cicilan biaya administrasi tersebut dibagi dalam jangka waktu 50 minggu (angsuran satu tahun) dan 25 minggu (untuk angsuran setengah tahun). 7. Dalam
menentukan
tolak
ukur
kemiskinan,
KUM
tidak
mengambil tolak ukur yang dipakai Grameen Bank, akan tetapi mengambil garis kemiskinan yang berlaku di Indonesia. 4.1.5. Unit Pelaksana KUM Selama 19 tahun, Karya Usaha Mandiri mengalami pasang surut dalam pengelolaannya. Hal ini tidak terlepas dari minimumnya sumber
daya
pengelola
dalam
bidang
pengalaman
maupun
kemampuan akademis, disamping terjadinya keluar masuknya karyawan
yang
secara
tidak
langsung
akan
mempengaruhi
pengelolaan KUM. Adapun jumlah karyawan untuk saat ini sebanyak 22 orang pelaksana dan 3 orang pembantu umum. Tingkat pendidikan karyawan yang dimiliki KUM terdiri dari satu orang strata S2, satu orang strata S1, tiga orang strata D3, 17 orang strata SLTA, dan tiga orang strata pendidikan dasar.
Manajer
Kepala cabang
Bagian keuangan
Koordinator lapangan
Pemeriksa lapangan
Bagian input data
Bagian umum/arsip
Petugas lapangan
Rembug Pusat
Keterangan : : garis instruksi
: garis koordinasi
: petugas lapangan Gambar 3. Struktur Organisasi Karya Usaha Mandiri Fungsi jabatan : 1. Manajer : memimpin dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan operasional KUM sehari-hari, yaitu: menyusun rencana dan program kerja (fisik dan keuangan), menyusun jadwal pelaksanaan operasional, dan membuat pedoman kerja bagi masing-masing petugas lapangan. 2. Kepala cabang :
mengurus dan bertanggungjawab atas urusan
tata usaha kepegawaian, perkantoran dan keuangan serta perbendaharaan KUM. 3. Bagian keuangan : memeriksa dan menghitung keadaan uang kas dan surat-surat berharga, memeriksa bukti-bukti pengeluaran dan melakukan pembayaran operasional serta mencatat kedalam bukti
kas keluar harian; menerima penyetoran uang operasional dan non operasional, menghitung dan menyimpan sesuai dengan bukti dan peraturan yang berlaku. 4. Koordinator lapangan : menyusun jadwal dan pembagian kerja bagi petugas lapang; mengkoordinir petugas lapang dalam pelaksanaan, meneliti kelayakan calon anggota yang diusulkan petugas lapang, mengadakan pertemuan rutin dengan petugas lapang untuk membahas evaluasi hasil kerja dan masalah-masalah yang dihadapi di lapangan. 5. Pemeriksa lapangan : memeriksa kelengkapan dan mencatat uang masuk dari anggota maupun pengeluaran uang untuk keperluan kegiatan
perkreditan
dan
tabungan
anggota,
memeriksa
pembayaran tabungan kepada anggota yang keluar, menerima dan meneliti serta mencocokan kebenaran bukti laporan kas dengan catatan kejadian rembug pusat dan rincian pengumpulan angsuran. 6. Bagian input data : mengurus pengetikan berkas perlengkapan pertemuan di rembug pusat, mengurus penyimpanan dan pendistribusian perlengkapan pertemuan rembug pusat. 7. Bagian umum / arsip : mengurus tata usaha surat menyurat dan kearsipan, mengurus pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian barang dan bahan untuk keperluan kantor serta menyusun laporan barang inventaris, dan mengurus perjalanan dinas pegawai. 8. Petugas lapangan : memilih lokasi dan calon anggota, membuat survey
wilayah,
membuat
peta
domisili
calon
anggota,
melaksanakan pertemuan umum (PU), uji kelayakan dan mengusulkan
kelayakan
calon
anggota
kepada
pimpinan,
melaksanakan pra Latihan Wajib Kumpulan (LWK), memimpin dan menyelenggarakan LWK, bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan Rembug Pusat, membuat laporan semua kejadian dalam pertemuan Rembug Pusat, menerima uang droping dari kasir dan menyalurkannya pada anggota sesuai dengan pengajuan pinjaman yang telah disetujui pimpinan, menerima pembayaran angsuran
semua pinjaman anggota, menyetorkan uang tunai kepada bagian keuangan sesuai dengan bukti laporan kas laporan kas. 9. Rembug pusat : sekelompok nasabah (terdiri dari 2-6 kumpulan) yang
melakukan
pendaftaran
menjadi
anggota
maupun
pembayaran angsuran setiap minggunya kepada petugas lapangan. 4.1.6. Wilayah Operasional KUM Sejak dibukanya program Karya Usaha Mandiri sejak Oktober 1989 sampai sekarang pengembangan wilayah operasional masih disekitar Kabupaten Bogor, dengan tiga cabang yaitu cabang Nanggung, cabang Ciampea dan cabang Parung Panjang. Penyebarannya di 92 desa dari 13 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut : Cabang Nanggung dimulai Oktober 1989 terdiri dari : 1.
Kecamatan
Nanggung
meliputi
desa
Nanggung,
Parakan
Muncang, Curugbitung, Kalongliud, Pangkaljaya, Cisarua, Hambaro, Sukaluyu dan Bantarkaret 2.
Kecamatan Leuwiliang meliputi desa Leuwimekar, Barengkok, Karacak, Karyasari, Puraseda, Purasari, Pabangbon, Cibeber I dan Cibeber II
3.
Kecamatan
Leuwisadeng
meliputi
desa
Leuwisadeng,
Sadengkolot, Babakan Sadeng, Wangunjaya, Sadeng, Cibanteng, Kalong I dan Kalong II. 4.
Kecamatan
Cigudeg
meliputi
desa
Cigudeg,
Sukaraksa,
Wargajaya, Bunar, Sukamaju dan Mekarjaya 5.
Kecamatan Sukajaya meliputi desa Kiarapandak, Harkatjaya, Sukajaya, Kiarasari dan Cipayung.
6.
Kecamatan Pamijahan meliputi desa Cimayang, Gunung Menyan, Cibening, Gunung Picung, Gunung Sari, Cibitung Kulon, Cibitung Wetan, Pamijahan, Pasarean , Ciasihan dan Ciasmara.
7.
Kecamatan Cibungbulang meliputi desa Cibatok I, Cibatok II, Cimanggu I, Cimanggu II, Galuga, Dukuh, Cemplang, Ciaruteun Udik, Cijujung, Giri Mulya, Situ Ilir, Situ Udik, Leuwengkolot, Ciaruteun Ilir dan Sukamaju
8.
Kecamatan Jasinga meliputi desa Bagoang, Neglasari, Setu, Kalong Sawah, Pamagersari, Cikopo Mayak dan Sipak
Cabang Ciampea yang diawali pada bulan Januari 2001 terdiri dari: 1.
Kecamatan Ciampea
2.
Kecamatan Tenjolaya
3.
Kecamatan Dramaga
Cabang Parung Panjang dimulai pada bulan April 2005 terdiri dari: 1.
Kecamatan Parung Panjang
2.
Kecamatan Tenjo
4.1.7. Perkembangan Jumlah Pinjaman/Kredit Perkembangan jumlah
pinjaman KUM dari tahun 1989-2007
terus mengalami peningkatan. Hal ini seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. 4,000,000 3,500,000
Rupiah (dalam ribuan)
3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 1989
1991
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
Tahun
Gambar 4. Perkembangan Jumlah Pinjaman KUM Tahun 1989-2007 Perkembangan jumlah pinjaman atau kredit dari Oktober 1989 sampai dengan Desember sebesar
2007 telah
menyalurkan pembiayaan
Rp 14.838.780.000 ,- dengan rincian :
1.
Cabang Nanggung
: Rp 10.101.180.000,-
2.
Cabang Ciampea
: Rp 3.901.400.000,-
3.
Cabang Parung Panjang
: Rp
836.200.000,-
Pendekatan pemanfaatan pinjaman diserahkan sesuai dengan kemampuan usaha masing-masing anggota, dapat dikelompokan menjadi empat sektor bidang usaha yaitu : 3,000 2,500 2,000 Jumlah sektor 1,500 usaha 1,000 500 0
Pertanian Industri/kerajinan Perdagangan Jasa
Cabang Nanggung
Cabang Ciampea
Cabang Parung
195
176
21
83
87
39
2,753
1,682
649
356
162
139
Cabang KUM
Gambar 5. Jumlah Penyaluran Pinjaman Menurut Sektor Usaha 4.2. Peranan Wanita Kegiatan usaha mikro dan usaha kecil tidak lepas dari peran wanita. Usaha mikro banyak diminati oleh wanita dengan pertimbangan bahwa usaha ini dapat menopang kehidupan rumah tangga. Untuk menambah penghasilan suami demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, wanita juga melakukan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Pekerjaan yang biasanya dilakukan untuk menambah pendapatan salah satunya adalah berdagang. Hal ini karena jenis usaha ini tidak memerlukan keahlian khusus dan umumnya dapat dilakukan di rumah, sehingga wanita terutama ibu rumah tangga dapat melakukan usaha, sekaligus melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga. Responden dalam penelitian ini adalah nasabah yang telah menggunakan pinjaman kredit untuk usaha sendiri (bukan usaha dengan suami maupun saudara lainnya) dan minimal telah satu kali lunas (dalam jangka waktu lebih dari satu tahun). Peranan wanita disini tidak lepas dari suami. Terdapat beberapa nasabah yang dalam pelaksanaan usaha maupun pengambilan kredit ke KUM memperoleh dukungan dari suami, adapun beberapa diantaranya yang tidak mendapatkan ijin dari suami, bahkan tanpa sepengetahuan suami. Seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh suami terhadap peranan wanita dalam usaha
Umur 20 - 35 tahun 36 - 50 tahun > 50 tahun Pendidikan Tidak / belum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Jenis usaha Berdagang Jasa Industri Pertanian Pendapatan < Rp 150.000 Rp 150.000 - Rp 300.000 > Rp 300.000
Suami tidak tahu
Suami tidak setuju
Suami setuju
1 3 1
3 1 0
8 18 5
1 4 0
0 4 0
8 22 1
3 1 1 0
4 0 0 0
21 6 3 1
4 1 0
3 1 0
21 8 2
Berdasarkan tabel diatas, 12,5% responden mengaku bahwa mereka menjadi anggota KUM tanpa sepengetahuan suami, 10% respoden mengatakan bahwa suami mereka tidak setuju mereka menjadi nasabah KUM, dan 77,5% suami menyerahkan semuanya pada istri (mereka percaya bahwa istri dapat menggunakan pinjaman dan membayar angsuran dengan baik). Responden yang diperoleh berusia kurang dari 21 tahun sebanyak 3%, 15% berusia 21-30 tahun, 34% berusia 31-40 tahun, 33% berusia 41-50 tahun, dan 15% yang berusia lebih dari 50 tahun. Mereka yang berusia diatas 50 tahun adalah nasabah yang telah menjadi nasabah selama lebih dari lima tahun, karena KUM lebih memprioritaskan nasabah dengan umur maksimal 50 tahun. Wanita dengan usia 36-50 tahun lebih berani menentukan pilihan pengajuan pinjaman walaupun tanpa ijin suami, dibandingkan wanita usia 2035 tahun dan lanjut (> 50 tahun).
15%
3%
15%
33% < 21
34% 21-30
31-40
41-50
> 50
Gambar 6. Usia Responden Tingkat pendidikan responden yang telah diperoleh masih tergolong rendah, mayoritas hanya sampai sekolah dasar. Dari 40 responden, 74% diantaranya telah lulus SD, 23% tidak lulus SD, dan 3% lainnya telah lulus SLTP. Wanita dengan tingkat pendidikan sedang (lulus SD), lebih berani menentukan keputusan pengambilan pinjaman walaupun tanpa ijin dari suami. 3%
23% Tidak lulus SD Lulus SD Lulus SLTP
74%
Gambar 7. Tingkat Pendidikan Responden Jenis usaha yang dilakukan oleh responden 69% adalah dalam bidang perdagangan, 18% adalah jasa, 10% adalah industri, dan 3% lainnya adalah pertanian. Mayoritas perdagangan dikarenakan kebanyakan usaha yang dilakukan adalah usaha sampingan yang dapat dilakukan oleh wanita ketika melakukan pekerjaan rumah tangga. 10%
3%
Dagang
18%
Jasa
69%
Industri Pertanian
Gambar 8. Jenis Usaha Responden Omset yang diperoleh nasabah per minggu seperti pada Gambar 9. 34% nasabah mendapatkan omset Rp 100.000 – Rp 200.000, dan 10% diantaranya Rp 200.000 – Rp 300.000. Nasabah yang beromset sedikit diantaranya adalah nasabah dalam usaha jasa, industri, dan pertanian. Hal ini dikarenakan mereka memperoleh pendapatan tidak setiap hari. Wanita yang
mendapatkan dukungan dari suami memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan dukungan suami (dalam pengajuan pinjaman kepada KUM). Biasanya suami membantu mereka dalam pemasaran atau produksi, ini dikarenakan wanita mendapatkan kesulitan jika mereka harus melakukan pekerjaan yang menghabiskan waktu diluar rumah (karena mereka memiliki tanggung jawab mengasuh anak, membersihkan rumah, dan lain-lain). 18%
20%
< Rp 100.000 Rp 100.000-Rp 200.000 Rp 200.000-Rp 300.000
18%
Rp 300.000-Rp 400.000
34%
10%
> Rp 400.000
Gambar 9. Omset per Minggu Responden Walaupun usaha dilakukan oleh wanita itu sendiri, terlihat dari gambar di bawah ini bahwa masih adanya kontrol dari suami. Sebanyak 8% responden mengatakan bahwa penentuan harga ditentukan oleh suami mereka, 10% responden suaminya lebih berperan dalam penentuan harga, 27% responden bersama-sama dengan suami menentukan harga, 32% responden lebih berperan dalam menentukan harga, dan sisanya (23%) responden menentukan harga sendiri. 23%
8%
10%
27% 32% suam i yang m enentukan harga suam i lebih berpengaruh dalam menentukan harga daripada is tri bersama-s am a menentukan harga, dengan pors i yang sam a wanita lebih berpengaruh dalam menentukan harga daripada s uam i wanita m enentukan harga pem belian s endiri
Gambar 10. Keterlibatan Suami Terhadap Usaha Responden 4.3. Proses Penyaluran Kredit Berkelompok Proses pelaksanaan program Karya Usaha Mandiri pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan AIM, adanya perbedaan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan budaya masyarakat Indonesia. Adapun tahapan proses
pelaksanaan tersebut mulai dari mengumpulkan nasabah sampai pemberian kredit seperti pada gambar dibawah : Survey Lokasi Pertemuan umum bukan anggota
tidak layak
Bukan sasaran KUM
Uji Kelayakan Pembentukan kumpulan Latihan Wajib Kumpulan (LWK)
anggota
tidak lulus
perpanjangan waktu LWK
Pembentukan Rembug Pusat (RP) Pengajuan, penyaluran pinjaman, pembayaran angsuran dan kegiatan menabung
Gambar 11. Tahap Pelaksanaan dan Keanggotaan KUM Penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut: 4.3.1. Survey Lokasi Tahapan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data mengenai daerah/lokasi yang akan dipilih. Petugas lapang datang terlebih dahulu untuk melihat, mengamati, dan meneliti daerah sasaran. Saat mengamati suatu daerah, akan terlihat kemiskinan yang tampak seperti keadaan rumah mayoritas penduduk daerah tersebut maupun mata pencaharian masyrakat. Sedangkan penelitian itu sendiri harus lebih mengacu pada potensi daerah secara keseluruhan seperti penduduk, perekonomian dan budaya yang ada didaerah
tersebut
sehingga menemukan bentuk kemiskinan yang sesuai dengan tujuan KUM.
4.3.2. Pertemuan Umum (PU) Pertemuan umum dilaksanakan untuk memberikan informasi awal mengenai KUM. Dari pertemuan yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan, tokoh agama, dan calon anggota tersebut akan dapat diidentifikasi adanya ketertarikan calon anggota untuk bergabung dengan KUM. Diusahakan agar semaksimal mungkin masyarakat hadir dalam PU. Materi yang dijelaskan pada PU adalah tujuan umum, sasaran dan syarat-syarat keanggotaan bagi calon anggota KUM. Bagi masyarakat miskin yang berminat, akan didata dan kemudian dilakukan uji kelayakan dengan mendatangi rumah calon nasabah. 4.3.3. Uji Kelayakan (UK) UK dilaksanakan untuk memperoleh data dasar calon anggota mengenai keadaan rumah, aset yang dimiliki, anggota rumah tangga yang masih menjadi tanggungan, pekerjaan, dan pendapatan calon anggota. Bagi anggota diharapkan telah memiliki pekerjaan/usaha kecil-kecilan yang telah dilakukan. Tapi hal ini tidak menutup kemungkinan usaha calon anggota baru akan dilakukan setelah mendapatkan pinjaman. UK dilaksanakan melalui wawancara petugas KUM dengan calon anggota. Bagi calon anggota yang memberikan keterangan tidak benar, maka secara langsung tidak akan memperoleh pinjaman KUM. 4.3.4.
Kumpulan Kumpulan adalah sekelompok anggota yang terdiri atas lima orang baik dari tempat tinggal yang saling berdekatan, usianya relatif sama (maksimum 50 tahun), tidak memiliki hubungan darah sampai derajat ketiga, tingkat pendidikannya sederajat, status sosial ekonominya tidak berbeda jauh dan sanggup mengikuti LWK serta ketentuan yang telah ditetapkan oleh KUM. Calon anggota yang telah memenuhi syarat keanggotaan KUM diharuskan membentuk suatu kumpulan.
Kumpulan dapat terbentuk dengan terlebih dahulu menyaring penunggak potensial, karena anggota tidak mengharapkan adanya ganjalan dalam menjalankan kegiatan dan usahanya sehari-hari, serta demi berlangsungnya sebuah lembaga perkumpulan yang benar-benar mengarah pada pengentasan kemiskinan bagi anggotanya. Dalam proses penyaringan tersebut, tidak dibenarkan adanya campur tangan dari
pihak
lain,
sehingga
dipertanggungjawabkan
oleh
hasilnya para
murni
anggota
dan
yang
dapat
tergabung
didalamnya. Dari 40 orang responden yang digunakan dalam penelitian, 95% tidak mengalami kesulitan dalam menentukan kelompok, sedangkan
sisanya
mengalami
kesulitan
dalam
menentukan
kelompok. Kesulitan ini timbul dikarenakan dalam beberapa daerah tempat responden tinggal sangat berjauhan, sehingga mereka tidak terlalu mengenal dekat satu sama lain saat akan membentuk kelompok. Dikhawatirkan nantinya salah satu dari anggota tersebut akan menyalahgunakan kepercayaan anggota lain yang benar-benar membutuhkan pinjaman dari KUM. 5%
95% tidak terdapat kesulitan dalam penentuan kelompok terdapat kesulitan dalam penentuan kelom pok
Gambar 12. Kesulitan Responden dalam Penentuan Kelompok Dengan adanya ketentuan tersebut diharapkan antar anggota dalam satu kelompok akan lebih bisa membantu anggota lain jika mereka ada masalah. Sebanyak 97% responden mengetahui jika anggota dalam kelompoknya mempunyai masalah seperti alasan tidak hadir di minggon, tidak memiliki anggaran untuk membayar angsuran, dan lain sebagainya.
3%
97% m engetahui jika anggota ada m as alah tidak m engetahui jika anggota ada m as alah
Gambar 13. Kepedulian Sesama Anggota dalam Kelompok Responden Sedangkan fungsi dari kumpulan itu sendiri adalah sebagai lembaga yang diharapkan dapat memberi jaminan dan tanggung jawab kepada anggotanya dalam pengembalian pinjaman. Diharapkan dengan adanya pengenalan anggota satu sama lain, keutuhan kelompok dapat dijaga. Sebanyak 52% responden mengatakan bahwa lima orang anggota mereka masih ada, tetapi 48% responden diantaranya tidak dapat menjaga keutuhan kelompok.
48% 52% lima orang anggota masih ada orang anggota ada yang sudah keluar
Gambar 14. Keutuhan Kelompok Responden Diantara satu kumpulan terdapat anggota dengan jabatan sebagai ketua, sekretaris, dan anggota kelompok. Adapun kewajiban ketua, sekretaris, dan anggota kelompok adalah sebagai berikut: a. Kewajiban ketua 1. Menghimpun anggota untuk menghadiri rembug pusat. 2. Menghimpun tabungan anggota. 3. Menghimpun angsuran pinjaman anggota. 4. Memotivasi anggota agar aktif dalam membayar angsuran pinjaman. 5. Mengakomodasikan permohonan pinjaman anggota kepada ketua rembug pusat
Anggota KUM yang pernah menjadi ketua kelompok akan lebih memiliki rasa tanggung jawab selama menjadi nasabah, karena memiliki tanggung jawab untuk memimpin kelompok mereka masing-masing. Dari 40 responden, 35% diantaranya pernah menjadi ketua kelompok (kebanyakan dari mereka tidak melakukan putaran setiap setahun sekali hal ini dikarenakan anggota lainnya merasa tidak memiliki kemampuan sebagai ketua kelompok), dan 65% lainnya belum pernah menjadi ketua kelompok. 35%
65% pernah menjadi ketua belum pernah menjadi ketua
Gambar 15. Responden yang Pernah Menjadi Ketua Kelompok b. Kewajiban sekretaris Mengecek kehadiran para anggota kumpulan. Menampung dan mencatat hasil dari rapat kumpulan. Membantu ketua kumpulan dalam rapat. Mewakili ketua dalam rapat bila ketua kelompok berhalangan. c. Kewajiban anggota Menghadiri rapat mingguan secara tepat waktu. Membayar angsuran pinjaman sesuai dengan ketentuan. Aktif menabung. Saling tolong menolong diantara sesama anggota. Kebanyakan dari responden (85%) selalu hadir dalam minggon, hanya 15% yang kadang-kadang hadir.
15%
85% s elalu hadir
kadang-kadang hadir
Gambar 16. Kehadiran Responden dalam Minggon Setelah
terkumpul
minimal
10
calon
anggota,
akan
dilaksanakan Latihan Wajib Kumpulan seminggu kemudian. Hingga Desember 2007 penyebaran anggota dan kelompok sasaran yang menjadi binaan Karya Usaha Mandiri sebanyak 6.396 orang, 1.509 kumpulan dan 462 rembug pusat yang pengelolaannya terbagi dalam tiga cabang, yaitu : 1. Cabang Nanggung a. Jumlah anggota
: 3.757 orang
b. Jumlah kumpulan
: 840
c. Jumlah rembug pusat
: 268
2. Cabang Ciampea b. Jumlah anggota
: 1.856 orang
c. Jumlah kumpulan
: 491
d. Jumlah rembug pusat
: 133
3. Cabang Parung Panjang c. Jumlah anggota
: 783 orang
d. Jumlah kumpulan
: 178
e. Jumlah rembug pusat
:
61
4.3.5. Latihan Wajib Kumpulan (LWK) LWK menjelaskan tentang program KUM secara terperinci kepada calon peminjam/anggota kumpulan mengenai cara pengajuan dan pengembalian pinjaman KUM serta bimbingan untuk memupuk disiplin dan tanggung jawab calon anggota. LWK dilakukan selama lima hari (sehari satu jam) berturut-turut pada tempat dan waktu yang telah ditentukan bersama oleh kumpulan dan petugas. Selama lima hari calon anggota akan diberikan gambaran mengenai persyaratan dan tata cara pinjaman KUM, pemilihan ketua dan sekretaris
kumpulan, penentuan dua anggota yang akan memperoleh pinjaman terlebih dahulu (sistem 2-2-1), menentukan nama kumpulan, serta menghafal ikrar anggota KUM. Jika terdapat anggota yang tidak mengikuti LWK satu hari saja, akan dianggap mengundurkan diri. 4.3.6. Ujian Pengesahan Kumpulan (UPK) Bertujuan untuk mengetahui kepahaman calon anggota mengenai hak dan kewajiban, proses pinjaman dan tabungan, fungsi kelompok dan kumpulan yang telah dijelaskan sebelumnya pada LWK. UPK dilaksanakan pada hari kelima dalam LWK. Calon anggota yang telah lulus UPK akan menjadi anggota KUM dan akan memperoleh pinjaman melalui sistem 2-2-1. Awalnya anggota KUM terdiri dari laki-laki dan perempuan. Semakin dominannya jumlah anggota perempuan dikarenakan beberapa alasan, diantaranya wanita lebih bisa memanfaatkan pinjaman dan merupakan nasabah yang baik karena memiliki tunggakan pinjaman yang sangat kecil. 1600 1400 1200 1000 Jumlah nasabah (orang)
800 600 400 200 0
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
Laki-laki
10
34
39
42
43
29
16
Perempuan
0
85
285
560
892
1417
1562
Tahun
Gambar 17. Perkembangan dan Komposisi Anggota KUM Tahun 1989 -1995 Anggota laki-laki kurang disiplin dalam pembayaran angsuran maupun dalam menghadiri pertemuan mingguan, hal ini dikarenakan biasanya laki-laki sebagai kepala rumah tangga mempunyai kegiatan di luar rumah pada saat kegiatan mingguan rembug pusat. Sehingga sejak tahun 1996, tidak dilakukan penambahan anggota laki-laki. Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 18.
Berikut adalah perkembangan jumlah anggota tahun 19962007 yang seluruhnya terdiri dari perempuan. 7,000 6,000 5,000 Jumlah nasabah 4,000 (orang) 3,000 2,000 1,000 0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun
Jumlah nasabah 1,979 1,430 1,565 1,983 1,415 2,071 3,003 3,305 3,725 5,030 5,644 6,396
Gambar 18. Perkembangan Anggota KUM (1996-2007) 4.3.7. Rembug Pusat (RP) RP adalah federasi dari beberapa kumpulan (dua sampai delapan kumpulan). Penyerahan uang pinjaman kepada masingmasing peminjam dilakukan dalam RP dan disaksikan oleh semua anggota RP. RP mengadakan rapat sekali setiap minggu pada tempat dan waktu yang telah ditentukan oleh anggota dengan petugas KUM. Anggota dalam RP akan memilih ketua dan sekretaris kumpulan yang berhak menjadi ketua dan wakil ketua RP. Pemilihan tersebut dilakukan setiap tahun. Semua kegiatan KUM dilaksanakan pada rapat RP, yaitu pengajuan dan penyerahan pinjaman, pembayaran angsuran, dan menabung. 1. Pengajuan pinjaman a. Anggota yang mengajukan permohonan pinjaman (PP) tampil kedepan rapat mingguan Rembug Pusat. Sambil berdiri menghadap pada anggota Rembug Pusat yang bersangkutan secara
lisan
menyampaikan
usulan
pinjaman
untuk
mendapatkan persetujuan dari semua anggota kumpulan dan Rembug Pusat. Usulan tersebut adalah jumlah pinjaman dan tujuan/rencana penggunaanya. b. Apabila semua anggota telah menyetujui usulan tersebut, maka petugas Karya Usaha Mandiri (PK) mencatat dalam
Formulir Pengajuan Pinjaman KUM (FPP), kemudian anggota yang bersangkutan menandatangani diikuti oleh semua anggota kumpulan. c. Petugas Karya Usaha Mandiri melapor kepada bagian perkreditan disertai penjelasan mengenai identitas dan kelayakan anggota yang bersangkutan pada Formulir Catatan Prestasi . d. Bagian perkreditan mengembalikan berkas usulan kepada petugas setelah meneliti dan menandatangani sebagai tanda persetujuan. e. Petugas KUM menyerahkan berkas usulan pinjaman kepada bagian keuangan/kasir untuk dicatat. 2. Penyerahan pinjaman Kredit berkelompok tidak secara langsung diberikan kepada masing-masing anggota kelompok, dalam penyaluran kredit Grameen Bank dikenal istilah 2-2-1, seperti tampak pada Gambar 19. Penyaluran kredit Satu kelompok terdiri dari lima orang ketua *kelompok
Minggu Minggu Minggu
Minggu Gambar 19. Penyaluran Kredit KUM dengan Sistem 2-2-1 Keterangan :
= pengajuan peminjaman kredit
= penerimaan pinjaman kredit
Saat penyerahan pinjaman : a. Petugas KUM menerima uang sebelum berangkat ke pertemuan Rembug Pusat. b. Realisasi pinjaman kepada anggota dilakukan minggu berikutnya. Anggota penerima pinjaman, menandatangani formulir pengajuan pinjaman sebagai bukti tanda terima. 3. Pembayaran angsuran Bagi anggota KUM yang telah mendapatkan pinjaman, tentunya mempunyai kewajiban untuk mengembalikan angsuran sesuai dengan kesepakatan semula. Batas pengembalian pinjaman ada dua pilihan, yang pertama adalah 50 minggu atau 50 kali angsuran dengan tenggang waktu angsuran 2 minggu terhitung sejak pinjaman diterima untuk masa pengembalian satu tahun dan 25 minggu atau 25 kali angsuran sejak angsuran pertama untuk masa pengembalian setengah tahun. Responden
dalam
penelitian
termasuk
kategori
pengangsur yang baik, karena 47% diantaranya memilih satu tahun masa pengembalian tanpa menunggak, dan hanya 8% diantara mereka yang masih menunggak dalam pengembalian pinjaman. Mereka menunggak biasanya dikarenakan tidak memiliki anggaran untuk mengembalikan pinjaman dan bila memiliki
anggaran
untuk
membayar
angsuran
lebih
memprioritaskan anggaran tersebut untuk keperluan lain. Nasabah yang mengangsur setengah tahun merupakan nasabah yang mengalami perkembangan dalam usaha mereka, dan mereka membutuhkan perputaran modal yang cepat dan terus-menerus. 13%
8%
22% 47% 10% s atu tahun; pem bayaran angs uran nunggak lebih dari s atu kali s atu tahun; pem bayaran angs uran rutin tanpa m enunggak s atu tahun; pem bayaran angs uran dobel s etengah tahun; pem bayaran angs uran rutin tanpa m enunggak s etengah tahun; pem bayaran angs uran dobel
Gambar 20. Kemampuan Responden dalam Membayar Angsuran
Pembayaran angsurannya dilakukan sama seperti saat menerima pinjaman, yaitu didalam pertemuan Rembug Pusat. Rumus yang digunakan KUM untuk menghitung besarnya angsuran adalah sebagai berikut : P + TBA n
, dengan :
A
=
A
= angsuran yang harus dibayarkan tiap minggu
P
= besarnya pinjaman pokok
TBA = total biaya administrasi (30% untuk pengembalian satu tahun dan 22,5% untuk pengembalian setengah tahun) n
= 50 untuk satu tahun dan 25 untuk setengah tahun
Sebagai contoh, pinjaman Rp 300.000,- maka angsurannya adalah sebagai berikut : A = 300000
+ ( 300000 50
x 30 %)
A = Rp 7.800,4. Cara Memperoleh Pinjaman KUM Kedua dan Seterusnya
Lunas pinjaman pertama Untuk anggota yang lunas pinjaman pertama tapi terkena denda karena melunasi pinjamannya melebihi waktu yang telah ditentukan yaitu 52 minggu (2 minggu masa Grace Period) atau 1 tahun terhitung mulai saat terima pinjaman, maka mereka harus melunasi denda terlebih dahulu Anggota yang melunasi pinjamannya lebih cepat dari waktu yang ditentukan, berhak menerima pinjaman sesuai dengan kemampuan mengembalikan tiap minggu maupun kebutuhan sektor usahanya Dalam
kumpulan anggota yang bersangkutan tidak ada yang
menunggak angsuran Besarnya pinjaman kedua adalah maksimal 100% besarnya pinjaman
pertama.
Adapun
jumlahnya
dilihat
dari
kemampuan nasabah dalam membayar angsuran pertama dan kehadiran dalam minggon Frekuensi dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Frekuensi menerima pinjaman dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah. No
1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria
Frekuensi Menerima Pinjaman
Akumulasi Pinjaman
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
44% 20% 23% 5% 8%
23% 29% 10% 8% 30%
Frekuensi responden dalam memperoleh kredit diantaranya rendah dan sangat rendah (dibawah lima kali penerimaan kredit), 23% sedang (penerimaan kredit enam sampai tujuh kali), 5% responden telah menerima kredit delapan atau sembilan kali, dan 8% telah menerima kredit lebih dari 10 kali. Akumulasi nasabah dalam memperoleh kredit tidak bergantung dari frekuensi mereka memperoleh kredit. Responden yang menerima kredit dibawah satu juta sebanyak 23%, satu juta sampai dua juta sebanyak 29%, dua sampai tiga juta sebanyak 10%, tiga juta sampai empat juta 8%, dan lebih dari empat juta sebanyak 30%. 5. Menabung
Tabungan merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh anggota KUM. Terdapat dua jenis tabungan pada KUM, yaitu tabungan kumpulan dan sukarela. Tabungan kumpulan tidak dapat diambil sewaktu-waktu, biasanya hanya diperbolehkan sekali setahun/setengah tahun. Hal ini dipersiapkan agar saat nasabah benar-benar membutuhkan uang, tabungan dapat membantu. Namun jika nasabah ingin menabung tanpa harus menunggu jatuh tempo, nasabah dapat menggunakan
tabungan sukarela. Adapun tabungan wajib mingguan yang harus dibayar saat mengangsur seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Tabungan wajib mingguan sesuai jumlah pinjaman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat pinjaman umum (Rp) 200.000 – 300.000 350.000 – 700.000 750.000 – 1.000.000 1.005.000 – 1.500.000 1.505.000 – 2.000.000 2.005.000 – 3.000.000
Tabungan wajib (Rp) 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Adapun perkembangan tabungan kelompok dan tabungan sukarela seperti pada gambar berikut :
2007 2006 2005 2004
Tahun 2003 2002 2001 2000 1999 0
50,000,000
100,000,000 2002
150,000,000 2003
200,000,000 2004
250,000,000
2005
2006
300,000,000
1999
2000
2001
Tabungan sukarela
2,752,350
5,311,550
8,169,950
Tabungan kumpulan
1,349,550
7,266,700
19,232,900 39,325,400 69,547,200 60,856,600 157,425,500 108,730,900 249,905,950
Rupiah
2007
15,731,900 20,475,600 139,584,150 158,081,350 167,027,450 163,915,050
Gambar 21. Perkembangan Tabungan Kumpulan dan Tabungan Sukarela (1999-2007) Dengan demikian, misalkan pembayaran pinjaman dan tabungan wajib nasabah dengan pinjaman pokok Rp 300.000 dan jangka waktu pengembalian setahun adalah sebagai berikut : Rp 300000 1. Pokok pinjaman + biaya administrasi = = =
2. Tabungan wajib mingguan Jumlah
+ Rp 90000 50
Rp 7.800,00 Rp 1.000,00 ---------------------- + Rp 8.800,00
4.3.8. Kelancaran Kredit
Efektivitas dari kredit yang diberikan kepada responden (nasabah) ditentukan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kelancaran nasabah dalam mengembalikan angsuran. Adapun intensitas nasabah dalam memperoleh kredit dari KUM diantaranya dipengaruhi oleh kehadiran nasabah dalam minggon dan kelancaran pengembalian pinjaman. Semakin lancar usaha nasabah, maka akan berdampak positif pada pengembalian pinjaman. Pada Tabel 5 dibawah terlihat bahwa nasabah yang mayoritas mendapatkan pengaruh dari suami terlihat lebih bertanggung jawab (pembayaran pinjaman lancar, selalu hadir di pertemuan mingguan), sehingga frekuensi mendapatkan kredit juga lebih sering. Wanita dengan usia 36-50 tahun lebih bertanggung jawab selama menjadi anggota dibandingkan wanita usia 20-35 tahun dan wanita usia >50 tahun. Wanita yang pendidikannya lebih tinggi (tamat SD dan tamat SLTP) terlihat lebih lancar dalam pengembalian kredit dan bersungguh-sungguh selama menjadi nasabah dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan lebih rendah. Nasabah dengan jenis usaha perdagangan, lebih lancar dalam mengembalikan pinjaman. Hal ini dikarenakan dalam sektor perdagangan, keluar masuknya produk lebih sering terjadi, sehingga kebutuhan modal usaha juga lebih tinggi frekuensinya. Nasabah sektor perdagangan lebih teratur dalam pembayaran angsuran agar kredit yang mereka dapatkan lebih sering. Ini berdampak pada meningkatnya omset nasabah yang memiliki usaha perdagangan. Nasabah yang memiliki tanggung jawab selama menjadi anggota KUM (dapat menjaga keutuhan kelompok, selalu hadir dalam minggon, dan lancar dalam mengembalikan angsuran) dapat meningkatkan omset dalam usahanya dibandingkan mereka yang tidak serius selama menjadi anggota KUM.
Tabel 5. Pengaruh umur, pendidikan, jenis usaha, dan pendapatan responden per minggu terhadap kelancaran kredit Kelompok Variabel
Umur 20 - 35 tahun 36 - 50 tahun > 50 tahun Pendidikan Tidak sekolah dan belum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Jenis usaha Berdagang Jasa Industri Pertanian Pendapatan per minggu < Rp 150.000 Rp 150.000 - Rp 300.000 > Rp 300.000
Kehadiran
Tanggung jawab
Frekuensi mendapat kredit
Pembayaran angsuran
Utuh
Tidak utuh
Selalu
Kadang -kadang
Pernah menjadi ketua kelompok
Belum pernah menjadi ketua kelompok
1-5
6 - 10
> 10
Setahun (nunggak)
Setahun (lancar)
Enam bulan
7 11 3
5 11 3
10 19 5
2 3 1
2 9 3
10 13 3
5 16 5
7 3 1
0 3 0
1 1 1
7 8 4
4 13 1
4
5
7
2
2
7
6
3
0
1
5
3
16 1
14 0
26 1
4 0
12 1
18 0
19 1
8 0
3 0
2 0
13 1
15 0
14 5 2 0
14 2 2 1
24 7 3 0
4 0 1 1
9 4 1 0
19 3 3 1
18 4 3 1
9 1 1 0
1 2 0 0
3 0 0 0
13 4 2 0
12 3 2 1
12 7 2
16 3 0
24 8 2
4 2 0
8 5 1
20 5 1
20 4 2
7 4 0
1 2 0
1 2 0
16 2 1
11 6 1
4.4. Perkembangan Usaha Nasabah
Salah satu tujuan lembaga keuangan memberikan kredit kepada nasabah adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Adapun perkembangan usaha dilihat dari kemampuan untuk mengembangkan usaha pada kondisi lebih baik akibat adanya kredit. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda untuk menganalisis hasil pengumpulan data pada objek penelitian yang meliputi pengaruh kredit, wanita, dan kelompok terhadap perkembangan usaha nasabah. Kredit dalam hal ini meliputi variabel frekuensi nasabah dalam memperoleh kredit, jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah, serta akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah. Peubah terikat pada penelitian ini terdiri dari X1 sebagai variabel intensitas nasabah dalam memperoleh kredit, X2 sebagai variabel jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah, X3 sebagai variabel akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah, W sebagai peranan wanita, dan G sebagai pengaruh dari adanya kelompok. Sedangkan peubah bebas (Y) dalam penelitian ini adalah perkembangan usaha nasabah (Y1), dilihat dari aspek produksi (Y1a), aspek pemasaran (Y1b), dan aspek perubahan keuntungan (Y1c). Pada penelitian ini menggunakan standar α 5 %. Untuk membaca besaran koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel independen dapat digunakan perbandingan signfikansi t terhadap alpha yang ditetapkan. Variabel X1, X2, X3, W, dan G dinyatakan memiliki pengaruh terhadap Y apabila signifikansi t hitung < 0,05. Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, atau dalam hal ini apakah perkembangan usaha nasabah berpengaruh secara menyeluruh terhadap kredit, wanita, dan kelompok. Sedangkan uji t merupakan uji yang digunakan untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen atau apakah masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini uji
t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel perkembangan usaha nasabah berpengaruh terhadap kredit, wanita, dan kelompok. Pengolahan uji t dilakukan dengan pengujian parsial masing-masing variabel independen dengan melihat nilai signifikansi t hitung yang kemudian dibandingkan
dengan
nilai
alpha
yang
ditetapkan.
Adapun
aspek
perkembangan usaha yang diteliti meliputi : 4.4.1. Produksi
Salah satu tujuan kredit adalah kredit produksi, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan memperlancar jalannya proses produksi. Ukuran yang digunakan adalah volume produksi usaha nasabah. Selama memperoleh kredit KUM, 42% responden tidak mengalami perubahan
produksi,
dan
43%
responden
lainnya
mengalami
peningkatan produksi. Sebanyak 15% nasabah mengalami penurunan produksi, hal ini diantaranya disebabkan oleh naiknya harga bahan baku, munculnya pesaing baru, menurunnya minat konsumen terhadap produksi nasabah. 15%
menurun
43% tetap
42%
meningkat
Gambar 22. Perubahan Produksi Setelah Memperoleh Kredit Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap produksi adalah jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap produksi berdasarkan hasil analisis data adalah Y1a = 1,596 - 0,339X1 + 0,229X2 + 0,262X3 + 0,351W 0,053G. Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa, jika variabel X2 dalam Y1a memiliki t hitung sebesar 2,189 dengan tingkat signifikansi 0,036. Signifikansi α < 0,05 maka variabel jangka waktu pembayaran angsuran oleh nasabah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
produksi. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar 0,229 dan memiliki hubungan yang positif terhadap Y1a. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel jangka waktu pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar satu tingkatan (jangka waktu pengembalian dipercepat) maka produksi usaha nasabah akan meningkat. Tabel 6. Faktor yang mempengaruhi produksi nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G) Keterangan : *) **)
Koefisiensi
t
1,596 - 0,339 0,229 0,262 0,351 - 0,053
1,763 -1,740 2,189 1,727 1,488 -0,413
P 0,087 0,091 0,036 0,093 0,146 0,682
Signifikansi *) *) **) *)
: signifikan pada α = 10 % : signifikan pada α = 5 %
Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 7. Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 1,780 dengan probabilitas 0,143. Karena probabilitas lebih besar dari 0.05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi produksi usaha nasabah (Ho diterima). Atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X2, W, dan G secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi usaha nasabah. Tabel 7. Hasil uji F produksi usaha nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4.647 17.753 22.400
df 5 34 39
Mean Square .929 .522
F 1.780
Sig. .143a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1a
Berdasarkan data pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa hanya variabel X2 saja yang memiliki pengaruh terhadap Y1a dengan signifikansi t hitung sebesar 0,036. Variabel X2 dinyatakan berpengaruh terhadap Y1a secara parsial apabila memiliki signifikansi t hitung < alpha, sehingga X2 dinyatakan memiliki pengaruh karena variabel tersebut memiliki signifikansi t hitung kurang dari 0,05.
Wanita dan kelompok tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap produksi. Hal ini karena, walaupun usaha tersebut dijalankan oleh istri (wanita), namun dalam pelaksanaannya masih terdapat peranan suami dalam usaha. Jangka waktu pengembalian angsuran berpengaruh terhadap produksi dikarenakan, dengan teraturnya nasabah mengangsur pinjaman, hal ini mengindikasikan bahwa produksi makin bertambah (pendapatan bertambah), sehingga dengan semakin tingginya jumlah angsuran, nasabah tidak mengalami kesulitan dalam pengembalian angsuran. Nilai R-square atau koefisien determinasi dari model regresi Y1a sebesar 20.7%, seperti yang terlihat pada Lampiran 6. Ini berarti
model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y1a sebesar 20.7%. Jadi, dari lima variabel dependen yang diidentifikasi, hanya variabel jangka waktu pengembalian angsuran saja yang memiliki pengaruh terhadap produksi. Dengan kata lain, pada penelitian ini hanya jangka waktu pengembalian angsuran oleh nasabah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel produksi. 4.4.2. Pemasaran
Aspek pemasaran, berkaitan dengan usaha memperluas pangsa pasar. Sebanyak 3 % responden tidak mengalami perubahan dalam pemasaran artinya mereka tetap memasarkan produknya hanya di tempat tinggal mereka, 59% lainnya mampu memasarkan produk mereka diluar desa, dan 38% sisanya mengalami perubahan area pemasaran yang sangat meningkat yakni memiliki konsumen yang berada diluar kecamatan (masih dalam satu kabupaten) tempat mereka memasarkan produknya. 3%
tetap
38%
meningkat sangat meningkat
59%
Gambar 23. Perubahan Pemasaran Responden Setelah Memperoleh Kredit
Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap pemasaran adalah frekuensi nasabah dalam memperoleh kredit dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap pemasaran berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah Y1b = 2,345 - 0,611X1 + 0,203X2 + 0,540X3 + 0,094 W – 0,038 G. Tabel 8. Variabel yang mempengaruhi pemasaran usaha nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Keterangan :
*) **) ***)
Koefisiensi 2,345 -0,611 0,203 0,540 0,094 -0,038
t 2,669 -3,228 1,997 3,666 0,412 -0,308
P 0,012 0,003 0,054 0,001 0,683 0,760
Signifikansi **) **) *) ***)
: signifikan pada α = 10 % : signifikan pada α = 5 % : signifikan pada α = 1 %
Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, model regresi di atas dapat diinterpretasikan bahwa, jika variabel frekuensi nasabah dalam memperoleh kredit dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah memiliki t hitung masing-masing sebesar -3,228 dan 3,666 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003 dan 0,001. Signifikansi α < 0,05 maka kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemasaran. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar -0,611 dan 0,540. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel frekuensi nasabah dalam memperoleh kredit sebesar satu kali maka akan terjadi peningkatan pemasaran sebesar 0,611 wilayah jangkauan pemasaran. Jika terjadi peningkatan variabel akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah sebesar satu rupiah, akan terjadi peningkatan pemasaran sebesar 0,540 wilayah jangkauan pemasaran. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 9. Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 3,605 dengan probabilitas 0,010. Karena probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pemasaran
usaha nasabah (Ho ditolak). Atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X2, W, dan G secara bersama-sama berpengaruh terhadap pemasaran usaha nasabah. Tabel 9. Hasil uji F pemasaran usaha nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 8.870 16.730 25.600
df 5 34 39
Mean Square 1.774 .492
F 3.605
Sig. .010a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1b
Berdasarkan data pada Tabel 8 diatas terlihat bahwa hanya variabel X1 dan X3 yang memiliki pengaruh terhadap Y1b dengan signifikansi t hitung sebesar 0,003 dan 0,001. Variabel dependen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel independen secara parsial jika memiliki signifikansi t hitung < alpha, sehingga X1 dan X3 dinyatakan memiliki pengaruh karena variabel tersebut memiliki signifikansi t hitung kurang dari 0,05. Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y1b sebesar 34,6%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y1b sebesar 34,6%. Wanita dan kelompok tidak memiliki pengaruh terhadap pemasaran, hal ini karena usaha yang dijalankan oleh wanita, pemasarannya masih ada beberapa yang dibantu oleh suami. Wanita hanya menjalankan usaha di rumah dan suami menjalankan usaha di luar rumah. Semakin seringnya nasabah memperoleh kredit dengan akumulasi yang semakin besar akan meningkatkan pemasaran produk nasabah. Jadi, hanya frekuensi nasabah dalam memperoleh kredit dan akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel pemasaran. 4.4.3. Perubahan Keuntungan
Salah satu tujuan kredit mikro adalah untuk mendorong proses pembelajaran masyarakat miskin dalam menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, maupun kegiatan produktif
lainnya. Perubahan keuntungan nasabah bervariasi, ada beberapa usaha yang
mengalami
penurunan
keuntungan
maupun
peningkatan
keuntungan. Sebanyak 44% responden mengalami penurunan keuntungan. Hal ini disebabkan harga beberapa bahan baku produk mereka mengalami kenaikan, perubahan selera konsumen, munculnya pesaing pada usaha sejenis, maupun akibat penurunan produktivitas responden. Sebanyak
33%
lainnya
mengalami
peningkatan
keuntungan
dikarenakan mereka mulai menarik minat pada produk lain yang mampu meningkatkan pendapatan mereka. Dan 23% sisanya tidak mengalami perubahan keuntungan. 33% 44%
menurun tetap meningkat
23%
Gambar 24. Perubahan Keuntungan Responden Setelah Menerima Kredit Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan nasabah adalah akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap akumulasi pinjaman berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah Y1c = 1,080 – 0,551X1 + 0,193X2 + 0,590X3 + 0,107W + 0,086G. Tabel 10. Variabel yang mempengaruhi perubahan keuntungan nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Keterangan :
**)
Koefisiensi 1,080 -0,551 0,193 0,590 0,107 0,086
t 0,686 -1,623 1,057 2,235 0,261 0,384
P 0,497 0,114 0,298 0,032 0,795 0,703
: signifikan pada α = 5 %
Signifikansi
** )
Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa, jika variabel akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah memiliki t hitung sebesar 2,235 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,032. Signifikansi t < 0,05 maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan keuntungan nasabah. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar 0,590 dan memiliki hubungan yang positif terhadap Y. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel akumulasi kredit yang diperoleh nasabah sebesar satu rupiah maka akan terjadi perubahan keuntungan nasabah sebesar 0, 590 rupiah. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 11. Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 1,616 dengan probabilitas 0,162. Karena probabilitas lebih besar dari 0.05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi perubahan keuntungan nasabah (Ho diterima). Atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X2, W, dan G secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perubahan keuntungan nasabah. Tabel 11. Hasil uji F akumulasi pinjaman nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 12.746 53.629 66.375
df 5 34 39
Mean Square 2.549 1.577
F 1.616
Sig. .182a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1c
Berdasarkan data pada Tabel 10 diatas terlihat bahwa hanya variabel X3 yang memiliki pengaruh terhadap Y1c dengan signifikansi t hitung sebesar 0,032. Variabel X3 dinyatakan berpengaruh terhadap variabel independen secara parsial jika memiliki signifikansi t hitung < alpha, sehingga X3 dinyatakan memiliki pengaruh karena variabel tersebut memiliki signifikansi t hitung kurang dari 0,05. Nilai Rsquare atau koefisien determinasi model regresi Y1c sebesar 19,2%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y1c sebesar 19,2%.
Jadi, dari lima variabel dependen yang diidentifikasi, hanya variabel akumulasi pinjaman yang telah diperoleh nasabah saja yang memiliki pengaruh. Dengan kata lain, pada penelitian ini akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel perubahan keuntungan nasabah. Pengaruh wanita dan adanya kelompok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan usaha nasabah. Hal ini dikarenakan kontrol dari suami masih mempengaruhi peranan wanita. 4.5. Kesejahteraan Rumah Tangga
Dampak usaha mikro, terutama yang ditekuni oleh perempuan, telah meningkatkan ekonomi perempuan khususnya dan ekonomi keluarga pada umumnya. Bahkan beberapa kasus usaha ekonomi perempuan yang awalnya merupakan usaha sampingan, kini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Dampak lainnya adalah menciptakan lapangan kerja bagi rumah tangga di sekitar usaha mikro, terutama tenaga kerja perempuan (Hastuti et al., 2003). Hal ini dapat terlihat dari berpengaruhnya wanita pada beberapa variabel kesejahteraan rumah tangga. Kesejahteraan dari individu atau keluarga dikatakan tercapai apabila terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar (basic need) adalah kebutuhan yang digunakan bagi kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan akan pelayanan sosial tertentu, seperti air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan (Pitomo dalam Appriliani, 1996). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Peubah tidak bebas pada penelitian ini terdiri dari variabel X1, X2, X3, W, dan G. Sedangkan peubah bebas lain yang digunakan yaitu kesejahteraan rumah tangga nasabah (Y2) yang dilihat dari aspek pendidikan (Y2a), kesehatan (Y2b), perumahan (Y2c), konsumsi rumah tangga (Y2d) dan akses terhadap teknologi serta informasi (Y2e). Untuk membaca besaran koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel independen dapat digunakan perbandingan signfikansi t terhadap alpha yang
ditetapkan. Variabel X1, X2, X3, W, dan G dinyatakan memiliki pengaruh terhadap Y apabila signifikansi t hitung < 0,05. Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian diantaranya adalah : 4.5.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dapat mencerminkan kesejahteraan keluarga. Tidak terdapat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendidikan, hal ini dikarenakan mayoritas pendidikan penduduk di wilayah pedesaan cabang Nanggung masih rendah, walaupun terdapat beberapa yang telah menempuh pendidikan diatas rata-rata pendidikan masyarakat daerahnya. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya. Tingkat pendidikan anakanak responden tergolong lebih baik dibandingkan responden. Sebanyak 34% telah menyekolahkan anak mereka sampai pada tingkat SLTP, 3% lainnya telah menempuh perguruan tinggi. Kesadaran wanita pedesaan akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak mereka yang lebih baik tergolong cukup tinggi. 3% 33%
30%
34%
Tidak bersekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
Gambar 25. Kondisi Pendidikan Anak Nasabah Selama Memperoleh Kredit Berdasarkan hasil regresi linear berganda, tidak terdapat variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap pendidikan anak
nasabah. Model regresi linear berdasarkan hasil analisis data adalah Y2a = 2,924 + 0,041X1 + 0,193X2 + 0,186X3 - 0,279W + 0,064G. Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi pada Lampiran 6 dapat diinterpretasikan bahwa signifikansi dalam Y2a t > 0,05 maka tidak variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendidikan. Tabel 12. Variabel yang mempengaruhi pendidikan anak nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Keterangan :
**)
Koefisiensi t 2,924 2,801 0,041 0,182 0,186 1,538 0,067 0,383 -0,279 -1,026 0,064 0,434
P Signifikansi 0,008 **) 0,856 0,133 0,704 0,312 0,667
: signifikan pada α = 10%
Dari uji ANOVA atau F Test diperoleh nilai F hitung sebesar 1,547 dengan probabilitas 0,202. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel pendidikan atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, W, dan G secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel pendidikan. Tabel 13. Hasil uji F pendidikan anak nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 5.369 23.606 28.975
df 5 34 39
Mean Square 1.074 .694
F 1.547
Sig. .202a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2a
Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y2a sebesar 18,5%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y2a sebesar 18,5%. Jadi, dari lima variabel dependen yang diidentifikasi, tidak terdapat variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan anak nasabah masih dipengaruhi oleh pendidikan orang tua serta lingkungan di sekitarnya, walaupun
beberapa nasabah sudah mulai peduli akan pentingnya pendidikan bagi anak mereka. 4.5.2. Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan yang tidak mencukupi serta rendahnya kesadaran masyarakat pedesaan akan kesehatan mereka, dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Sebanyak 44% responden masih mengupayakan pengobatan mereka pada puskesmas terdekat. Dengan biaya sekitar Rp 3000 - Rp 5000 mereka sudah dapat memperoleh obat tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal lagi (biaya dokter maupun biaya transportasi. Dan 3% nasabah lainnya telah mampu mengupayakan pengobatan mereka di RS yang terletak di pusat Kabupaten Bogor. 8%
Mengkonsumsi obat dari warung / toko
3% 44%
Puskesmas Dokter RS di Kecamatan
45%
RS di Kabupaten
Gambar 26. Perubahan Kondisi Kesehatan Responden Setelah Menerima Kredit Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kesehatan keluarga nasabah adalah peranan wanita. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah Y2b = 4.094 + 0,278X1 + 0,090X2 - 0,153X3 0,564W + 0,027G. Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa jika variabel wanita memiliki t hitung sebesar -2,586 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014. Signifikansi t < 0,05 maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar -0,564 dan memiliki hubungan yang negatif terhadap Y2b.
Tabel 14. Variabel yang mempengaruhi perubahan kesehatan nasabah Variabel Koefisiensi t P Signifikansi Konstanta 4,094 4,898 0,000 ***) Frekuensi (X1) 0,278 1,540 0,133 Jangka waktu (X2) 0,090 0,933 0,357 Akumulasi (X3) -0,153 -1,091 0,283 Peran wanita (W) -0,564 -2,586 0,014 **) Peran kelompok (G) 0,027 0,227 0,822 Keterangan : ***) : signifikan pada α = 1 % **) : signifikan pada α = 5 %
Dari uji ANOVA atau F Test diperoleh nilai F hitung sebesar 2,533 dengan probabilitas 0,047. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel kesehatan atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, W, dan G secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kesehatan. Tabel 15. Hasil uji F perubahan kesehatan nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 5.638 15.137 20.775
df 5 34 39
Mean Square 1.128 .445
F 2.533
Sig. .047a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2b
Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y2b sebesar 27,1%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y2b sebesar 27,1%. Berdasarkan data pada Tabel 14 diatas terlihat bahwa hanya variabel wanita yang memiliki pengaruh terhadap Y2b dengan signifikansi t hitung sebesar 0.036, sehingga wanita dinyatakan memiliki pengaruh. Hal ini dikarenakan jika kesehatan wanita tidak baik, maka wanita tersebut tidak dapat menjalankan usahanya dengan baik, ini berdampak pada pendapatan yang akan diperoleh nasabah. 4.5.3. Perumahan
Sebanyak 67% dari responden belum pernah memperbaiki maupun merenovasi rumah mereka selama memperoleh kredit. Terdapat 25% nasabah yang telah merenovasi rumah mereka selama satu tahun terakhir, dan 8% lainnya telah memperluas bangunan
maupun membeli sebidang tanah. Berdasarkan hasil regresi, variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap kesehatan keluarga nasabah adalah wanita. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan berdasarkan hasil analisis adalah Y2c= -2.506 - 0,255X1 + 0,277X2 + 0,253X3 + 0,826W + 0,071 G. 8%
tetap
25%
meningkat sangat meningkat 67%
Gambar 27. Perubahan Kondisi Rumah Nasabah Setelah Memperoleh Kredit Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi di atas dapat diinterpretasikan bahwa variabel jangka waktu pengembalian
pinjaman
yaitu
jangka
waktu
nasabah
dalam
pengembalian kredit dan variabel wanita memiliki t hitung masingmasing sebesar 2,056 dan 2,717 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,048 dan 0,010. Signifikansi α < 0,05 maka variabel jangka waktu nasabah dalam pengembalian kredit dan peranan wanita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perumahan nasabah. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar 0,277 dan 0,826. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel jangka waktu pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar satu tingkatan (jangka waktu pengembalian dipercepat) dan adanya peran dari wanita yang lebih maka kondisi perumahan nasabah nasabah akan meningkat satu tingkat lebih baik. Tabel 16. Variabel yang mempengaruhi perumahan nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Koefisiensi t -2,506 -2,151 -0,255 -1,014 0,277 2,056 0,253 1,297 0,826 2,717 0,071 0,430
P Signifikansi 0,039 **) 0,318 0,048 **) 0,203 0,010 **) 0,670
Keterangan :
**)
: signifikan pada α = 5 %
Dari uji ANOVA atau F Test diperoleh nilai F hitung sebesar 2,887 dengan probabilitas 0,028. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel perumahan atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, W, dan G secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel perumahan. Tabel 17. Hasil uji F perumahan nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 12.488 29.412 41.900
df 5 34 39
Mean Square 2.498 .865
F 2.887
Sig. .028a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2c
Berdasarkan data pada Tabel 11 terlihat bahwa hanya variabel X2 dan W yang memiliki pengaruh terhadap Y2c dengan signifikansi t hitung sebesar 0,048 dan 0,010. Dengan kata lain, pada penelitian ini hanya jangka waktu pengembalian angsuran oleh nasabah dan peranan wanita
yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
variabel
perumahan. Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y2c sebesar 29,8%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y2c sebesar 29,8%. Jangka waktu pengembalian angsuran oleh nasabah dan peranan wanita berpengaruh signifikan terhadap perumahan, hal ini dikarenakan nasabah KUM pada umumnya adalah nasabah yang teratur dalam pengembalian angsuran, sehingga mereka memiliki anggaran berlebih untuk memperbaiki keadaan rumah. Wanita pada umumnya lebih peduli terhadap kenyamanan tempat tinggal mereka. 4.5.4. Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi makanan dari 47% responden diantaranya masih mengkonsumsi ayam sedikitnya seminggu sekali, hanya 23% yang bisa mengkonsumsi daging. Namun 28% lainnya tetap mengkonsumsi sayuran dan tahu tempe sebagai menu konsumsi.
Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga nasabah adalah akumulasi dari pinjaman yang telah diperoleh. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah Y2d= 0.679 - 0.234X1 + 0.061 X2 + 0,349X3 - 0.039W + 0.205G. 23%
28% tetap meningkat sangat meningkat
49%
Gambar 28. Sebaran jawaban responden terhadap variabel konsumsi rumah tangga Variabel X3 dalam Y2d memiliki t hitung sebesar 2,363 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,024. Signifikansi t < 0,05 maka variabel akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi RT nasabah. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar 0,349 dan memiliki hubungan yang positif terhadap Y. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah sebesar satu rupiah, maka akan terjadi peningkatan variabel konsumsi RT nasabah satu tingkat lebih tinggi. Tabel 18. Variabel yang mempengaruhi perubahan konsumsi RT nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Keterangan :
**)
Koefisiensi t 0.679 0,771 -0.234 -1,229 0.061 0,596 0.349 2,363 -0.039 -0,169 0.205 1,633
P Signifikansi 0.446 0.228 0.555 0.024 **) 0.867 0.112
: signifikan pada α = 5 %
Dari uji ANOVA atau F Test diperoleh nilai F hitung sebesar 2,891 dengan probabilitas 0,028. Karena probabilitas lebih kecil dari
0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel konsumsi RT atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, W, dan G secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel konsumsi RT. Tabel 19. Hasil uji F perubahan konsumsi RT nasabah ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 7.159 16.841 24.000
df 5 34 39
Mean Square 1.432 .495
F 2.891
Sig. .028a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2d
Berdasarkan data pada Tabel 18 diatas terlihat bahwa hanya variabel X3 yang memiliki pengaruh terhadap Y2d dengan signifikansi t hitung sebesar 0,024. Variabel X3 dinyatakan berpengaruh terhadap Y2d secara parsial karena memiliki signifikansi t hitung < signifikansi alpha. Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y2c sebesar 29,8%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y2c sebesar 29,8%. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga adalah akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah, hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya usaha nasabah, jenis makanan yang dikonsumsi oleh nasabah juga mengalami peningkatan. 4.5.5. Akses Terhadap Teknologi dan Informasi
Akses
terhadap
adanya
teknologi
dan
informasi
pada
masyarakat pedesaan masih sangat rendah. Selama ini mayoritas mereka mendapatkan informasi dari televisi. Sebanyak 70% responden tidak memiliki akses telepon dan informasi seperti majalah/surat kabar. Akses mereka selama ini masih melalui televisi saja. Sedangkan 5% lainnya telah mampu mengakses teknologi melalui kepemilikan telepon genggam maupun telepon rumah. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, variabel yang memberikan berpengaruh signifikan terhadap akses teknologi dan informasi nasabah adalah peranan wanita. Model regresi linear berganda faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan adalah Y2e= -0.289 + 0,086 X1 + 0,115 X2 + 0,003 X3 + 0,417W - 0,076G. 5% 25%
70% Tidak memiliki telepon rumah dan handphone Memiliki handphone Memiliki telepon rumah Memiliki telepon rumah dan handphone Memiliki telepon rumah dan handphone serta membaca koran/majalah setidaknya sekali seminggu
Gambar 29. Sebaran Jawaban Responden Mengenai Variabel Akses Terhadap Teknologi dan Informasi Sesuai dengan hasil olah data yang diperoleh, maka model regresi di atas dapat diinterpretasikan bahwa jika variabel wanita dalam akses nasabah terhadap teknologi dan informasi memiliki t hitung sebesar 2,325 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,026. Signifikansi t < 0,05 maka variabel pengaruh wanita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akses nasabah terhadap teknologi dan informasi. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar 0,417 dan memiliki hubungan yang positif terhadap Y2e. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan variabel pengaruh wanita sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan variabel akses nasabah terhadap teknologi dan informasi nasabah sebesar 0, 417 satuan. Tabel 20. Variabel yang mempengaruhi akses terhadap teknologi dan informasi nasabah Variabel Konstanta Frekuensi (X1) Jangka waktu (X2) Akumulasi (X3) Peran wanita (W) Peran kelompok (G)
Keterangan :
**)
Koefisiensi t -0,289 -0,420 0,086 0,583 0,115 1,443 0,003 -0,023 0,417 2,325 -0,076 -0,775
P Signifikansi 0,677 0,564 0,158 0,982 0,026 **) 0,444
: signifikan pada α = 5 %
Dari uji ANOVA atau F Test diperoleh nilai F hitung sebesar 1,880 dengan probabilitas 0,124. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel akses terhadap teknologi dan informasi atau dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, W, dan G secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel akses terhadap teknologi dan informasi. Tabel 19. Hasil uji F akses terhadap teknologi dan informasi nasabah ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2.838 10.262 13.100
df 5 34 39
Mean Square .568 .302
F 1.880
Sig. .124a
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2e
Nilai R-square atau koefisien determinasi model regresi Y2c sebesar 27,1%, seperti pada Lampiran 6. Ini berarti model regresi yang dibuat dapat menerangkan keragaman Y2c sebesar 27,1%. Jadi, dari lima variabel dependen yang diidentifikasi, hanya variabel wanita yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel akses terhadap teknologi dan informasi. Variabel wanita berpengaruh signifikan terhadap akses nasabah terhadap informasi dan teknologi, hal ini dikarenakan mayoritas pendidikan penduduk di wilayah pedesaan cabang Nanggung masih akses yang rendah terhadap informasi dan teknologi. Wanita lebih memiliki kesadaran untuk mengakses adanya informasi, walaupun teknologi yang digunakan masih tergolong rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah : 1. Keandalan pemberian kredit melalui pendekatan berkelompok kepada wanita dapat diandalkan. Wanita dalam hal ini lebih bertanggung jawab selama menjadi nasabah KUM, walaupun hal itu tidak terlepas dari peran suami yang mendukung wanita selama menjadi nasabah. Adanya tugas sebagai ketua/sekretaris kelompok menjadikan mereka lebih bertanggung jawab, hal ini terlihat dari angsuran yang lancar, nasabah lebih peduli terhadap anggota lainnya. Responden yang berusia 35-50 tahun dan berpendidikan lebih tinggi (tamat SD) lebih patuh sebagai anggota (angsuran lancar dan bertanggung jawab selama memperoleh kredit) dibandingkan usia dibawah 35 tahun dan diatas 50 tahun. 2. Kredit berpengaruh terhadap perkembangan usaha nasabah. Karena kredit yang diperoleh dipergunakan sebagai modal untuk usaha. Produksi dan pemasaran usaha nasabah meningkat selama memperoleh kredit. Akumulasi dari pinjaman yang telah diperoleh nasabah mempengaruhi produksi, pemasaran, dan perubahan pendapatan nasabah. Sedangkan frekuensi nasabah selama memperoleh kredit mempengaruhi pemasaran, dan jangka waktu nasabah dalam mengembalikan kredit mempengaruhi produksi usaha nasabah. Wanita tidak terlalu berperan karena masih adanya pengaruh suami dalam usaha yang dijalankan nasabah KUM terutama dalam bidang produksi dan pemasaran. 3. Kredit berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga nasabah. Karena setelah memperoleh kredit yang dipergunakan untuk usaha, perkembangan usaha yang dilakukan berdampak pada kesejahteraan rumah tangga yang meningkat pula. Pendidikan, kesehatan, dan konsumsi RT meningkat setelah adanya kredit. Adanya wanita berpengaruh terhadap kesehatan, perumahan serta akses terhadap teknologi dan informasi. Jangka waktu
pengembalian kredit oleh nasabah berpengaruh terhadap perumahan, dan akumulasi kredit yang diperoleh berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga nasabah. Wanita lebih mempengaruhi kesejahteraan rumah tangganya daripada perkembangan dari usaha yang dijalankan. B. Saran
Diharapkan KUM lebih merekrut calon nasabah yang benar-benar mendapatkan izin dari suami, berpendidikan minimal tamat SD, jenis usaha perdagangan, karena mereka lebih bertanggung jawab selama menjadi nasabah dan mampu mengembalikan kredit dengan lancar. Sehingga dari adanya kredit tersebut mampu memajukan usaha nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nasabah KUM. Penelitian mengenai efektivitas kredit pada KUM masih dapat dilanjutkan dengan menggunakan variabel yang belum digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ayou, N. 2005. Partisipasi Perempuan dalam Aktivitas Ekonomi pada Keluarga Nelayan (Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, Jawa Tengah). Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2007. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta BPS Kabupaten Bogor. 2006. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor. BPS Provinsi Jawa Barat. 2007. Jawa Barat dalam Angka. Dendawijaya, L. 2001. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Dewi. 2001. Efektivitas Pembiayaan usaha Kecil pada Baitul Maal Wat Tamwil (Studi Kasus KBMT Wahana Insan Mu’amalah, Kotamadya Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hastuti,et al. 2003. Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan. Kerjasama Lembaga Penelitian SMERU dengan Kementrian pemberdayaan Perempuan, Jakarta. Karya Usaha Mandiri. 2007. Laporan Tahunan Proyek Karya Usaha Mandiri. Bogor. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kecamatan Cibungbulang. 2007. Kecamatan Cibungbulang dalam Angka. Bogor. Kecamatan Cigudeg. 2007. Kecamatan Cigudeg dalam Angka. Bogor. Kecamatan Nanggung. 2007. Kecamatan Nanggung dalam Angka. Bogor. Kecamatan Pamijahan. 2007. Kecamatan Pamijahan dalam Angka. Bogor. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2006. Usaha Kecil Menengah dalam Angka. Jakarta. Kountur, R. 2007. Metode Penelitian. Lembaga Manajemen PPM. Jakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Pardosi, R. 1998. Efektivitas Penyaluran Kredit Peningkatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan Analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit. Skripsi pada Fakultas. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rosalia. 2004. Efektivitas Pengelolaan Pengeluaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka Mewujudkan Otonomi Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Bandar Lampung). http://www.unila.co.id [17 Maret 2008] Saptono dan Widiatmanta, 2006. Penerapan Sistem Kredit Kelompok Sebagai Alternatif Strategi Penyaluran Kredit Kepada Usaha Mikro. Laporan Penelitian terhadap Kredit Kelompok. Solo. Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES, Jakarta. Suadirman, S. 2001. Perempuan Kepala Rumah Tangga. Jendela Press, Yogyakarta. Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung. Suyatno, et al. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Thoha, M. 2000. Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Model Grameen Bank. Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI, Jakarta. Yunus. 1981. Laporan Akhir : Analisis Rekayasa Kelembagaan Pembiayaan Usaha Pertanian dalam Mat Syukur et al. Pusat Penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor Yunus, M dan Jolis, A. 2007. Bank Kaum Miskin. Terjemahan Irfan Nasution. PT Lintas Cipta Wacana. Jakarta. www.citibank.co.id [23 April 2008] www.kompas.com [28 Februari 2008] www.bogorkab.go.id [20 Februari 2008]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pelaksanaan Program GB di Bangladesh Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Hanya orang-orang yang sangat miskin yang memenuhi tolak ukur yang ditetapkan oleh bank dapat menjadi anggota/nasabah dan memperoleh pinjaman dari bank 2. Pinjaman diberikan dengan tanpa agunan atau jaminan 3. Prosedur pinjaman dibuat sederhana 4. Pinjaman diberikan untuk kegiatan produktif 5. Pinjaman yang diberikan adalah relatif kecil dengan angsuran mingguan selama 1 tahun 6. Peminjam diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang 7. Pinjaman diberikan secara berurutan yaitu mula-mula 2 anggota yang paling membutuhkan diberi prioritas pertama untuk menerima pinjaman, kemudian menyusul 2 anggota lainnya menerima pinjaman dan yang terakhir menerima pinjaman adalah anggota kelima. Penentuan prioritas ditetapkan sendiri oleh kelompok. 8. Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman 9. Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah pinjamannya lunas 10. Setiap peminjam dipotong 5% untuk dana tabungan kelompok dan setiap minggu anggota menabung 1 taka (+/- Rp. 50,00) yang dimasukan kedalam Dana Tabungan Kelompok 11. Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25% dari bunga yang dibayar untuk disetor kedalam dana darurat. Pada dasarnya dana ini merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan pinjaman, kematian, cacat tubuh dan kecelakaan. 12. Bunga pinjaman ditarik menjelang akhir masa pinjaman sebanyak dua angsuran terkhir. 13. Sejumlah kelompok di desa yang sama terdiri dari 6 sampai 8 kelompok mengadakan rapat mingguan bersama. Pertemuan atau rapat dikenal sebagai rapat pusat atau centre. 14. Semua transaksi GB dengan anggota kelompok dilaksanakan pada waktu rapat mingguan dari pusat.
Lanjutan Lampiran 1 15. Petugas GB menghadiri rapat tersebut untuk menerima angsuran pinjaman dan menghimpun Dana Tabungan Kelompok dan Dana Darurat untuk disimpan di bank . Semua urusan pinjaman dibahas pula dengan petugas bank dalam rapat tersebut. 16. Ikrar yang diucapkan oleh anggota binaan jumlahnya sebanyak 16, namun untuk anggota di Indonesia hanya 5 ikrar. 17. Jangka waktu LWK pada calon anggota binaan adalah 9 hari, sedangkan di Indonesia hanya 5 hari. 18. Tempat diadakannya LWK adalah tempat khusus yang dipergunakan untuk LWK, untuk nasabah Indonesia cukup dilakukan di salah satu rumah anggota saja. 19. Pada setiap awal pertemuan rembug pusat, anggota binaan harus memberi hormat dan melakukan upacara seperti militer, sedangkan di Indonesia cukup dengan mengucap salam. 20. Waktu pelaksanaan rembug pusat atau LWK untuk proyek dilakukan pada pagi dan sore hari, di Indonesia lebih fleksibel. 21. Anggota binaan tidak diperbolehkan membayar angsuran secara double atau rangkap, jika di Indonesia dimungkinkan anggota membayar rangkap.
Lampiran 2. Pembagian Proporsional Responden Berdasarkan Jumlah Nasabah Hingga Februari 2008 penyebaran anggota dan kelompok sasaran yang menjadi binaan Karya Usaha Mandiri
cabang Nanggung sebanyak 3.627 orang, 888
kumpulan dan 257 Rembug Pusat yang terbagi dalam delapan kecamatan dengan perincian sebagai berikut : Tabel 3. Penyebaran Anggota KUM per Februari 2008 No.
Kecamatan
Jumlah anggota
Jumlah “kumpulan”
Jumlah “rembug pusat”
1.095
251
71
1.
Pamijahan
2.
Cibungbulang
977
238
71
3.
Leuwiliang
661
163
41
4.
Cigudeg
271
67
21
5.
Nanggung
211
57
23
6.
Jasinga
196
41
15
7.
Leuwisadeng
163
47
12
8. Sukajaya 53 16 3 Keterangan : “kumpulan” = kelompok nasabah yang terdiri dari 5 orang “rembug pusat” = federasi dari beberapa kumpulan (2-6 kumpulan) Pembagian responden dari lima kecamatan dengan jumlah anggota terbesar: 1. Kecamatan Pamijahan
: 1095 3215
2. Kecamatan Cibungbulang : 977 3215
x 40 = 13,62 orang = 14 orang x 40 = 12,16 orang = 12 orang
3. Kecamatan Leuwiliang
661 : 3215
x 40 = 8,22 orang = 8 orang
4. Kecamatan Cigudeg
:
271 3215
x 40 = 3,37 orang = 3 orang
5. Kecamatan Nanggung
: 211 3215
x 40 = 2,63 orang = 3 orang 40 orang
+
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
No :
KUESIONER PENELITIAN ” Efektivitas Kredit Pada Wanita Pedesaan ” Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk mengisi kuesioner penelitian. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang dilakukan oleh : Peneliti : Ika Anggie Wiasti NRP : H24103901 Departemen : Manajemen Fakultas : Ekonomi dan Manajemen Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor yang akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis, untuk itu besar harapan saya agar Anda dapat membantu proses penelitian ini dengan mengisi kuesioner berikut. Atas kerjasama dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN 1.Nama responden :………………………………………………... 2.Alamat : ……………………………………………….. …………………………………………………..Telp:……….........………..... 3.Usia : ....................tahun 4.Status : a. Belum menikah c. Janda b. Sudah menikah 5.Jumlah anggota keluarga : .......................................................................... 6.Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah b. SD (tamat/tidak tamat) c. SLTP (tamat/tidak tamat) d. SLTA (tamat/tidak tamat) e. Sarjana (tamat/tidak tamat) f.Lainnya,sebutkan................................
DATA USAHA 7.Pekerjaan utama : ......................................................................................... 8.Pekerjaan sampingan : ......................................................................................... 9.Apakah Anda memiliki pengalaman menjalankan usaha sebelum usaha Anda sekarang? a. Ya b. Tidak Jika ”Ya” isi kolom berikut : No Jenis Usaha Lama Usaha (th) Alasan beralih usaha 1. 2. 3. 10.Jenis usaha yang dilakukan saat ini : a. Dagang (membeli barang lalu menjualnya kembali) b. Jasa (bengkel, salon, ojek, konveksi, dll) c. Peternakan (ayam, itik, ikan, sapi, dll) d. Bertani (pemilik maupun penggarap) e. Perkebunan f. Industri (makanan/minuman, meubel, pandai besi, dll) g. Lainnya..................................................................................................................... 11.Intensitas menekuni usaha: Full time / part time, sejak ……....….tahun
Lanjutan Lampiran 3 12.Usaha menghasilkan apa : .................................................................................... 14.Apakah pinjaman kredit tersebut mencukupi kebutuhan modal usaha? a. Ya b. Tidak 15.Apakah semua (100%) uang pinjaman digunakan untuk meningkatkan usaha? a. Ya b. Tidak Jika tidak, alasannya............................................................................................ 16.Apakah Anda menggunakan modal selain dari pinjaman kredit KUM? a. Ya b. Tidak Mengapa?.............................................................................................................
PENYALURAN KREDIT BERKELOMPOK DAN WANITA 17. Apakah alasan Anda mengajukan kredit ke KUM?.............................................. Siapa yang mempengaruhi Anda untuk meminjam kredit kepada KUM?........... 18. Apakah keluarga Anda mengetahui jika Anda mengajukan pinjaman kredit ke KUM?..................... 19. Apakah Anda perlu mendapatkan persetujuan dari anggota keluarga untuk bergabung dengan KUM? a. Tidak b. Iya Jika iya, siapa?........................ 20. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam penentuan kelompok?......................... 21. Apakah ada hubungan keluarga dalam kelompok Anda?....................................... 22. Apakah Anda pernah menjadi ketua/sekretaris kelompok? a. Tidak, lanjut ke no.25 b. Iya Berapa kali?.............. Apakah tugas Anda sebagai ketua/sekretaris kelompok?....................................... 23. Apakah Anda mengajukan diri/dipilih menjadi ketua/sekretaris kelompok?......... 24. Apakah ada dari anggota kelompok Anda yang sering menunggak? a. Ya b. Tidak Apakah ada pengaruhnya kepada Anda jika ada anggota kelompok yang sering menunggak?...........Seperti apa?........................................................................... 25. Apakah Anda selalu hadir dalam setiap minggon (pertemuan mingguan untuk pembayaran angsuran)?a. Ya b.Tidak, berapa kali tidak hadir?..................................... Apa alasan Anda tidak menghadiri minggon?..................................................... 26. Apakah anggota kelompok (5 orang) masih ada? a. Ya b. Tidak 27. Apakah Anda mengetahui jika ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan/masalah?.............Seperti apa? .............................................................
PINJAMAN KREDIT Indikator dari pinjaman kredit ini meliputi tingkat kemudahan dalam memperoleh kredit (persyaratan memperoleh kredit), tingkat seringnya memperoleh kredit, tingkat kesesuaian biaya administrasi, tingkat kesesuaian waktu pengembalian (angsuran). 28. Berapa pinjaman kredit yang Anda peroleh untuk menjalankan usaha sekarang? Rp.................. 29. Berapa kali anda memperoleh kredit dari KUM?............................................ 30. Berapa jangka waktu pinjaman Anda sekarang? Jangka waktu pinjaman Berapa kali 6 bulan 1 tahun 31. Berapa angsuran yang harus Anda bayarkan setiap minggunya? Rp.............................. Apakah Anda merasa terlalu berat membayar angsuran setiap minggunya? a. Ya b. Tidak 32. Berapa biaya administrasi yang harus Anda bayarkan setiap kali mengajukan pembiayaan di KUM Rp........................../ berapa...........% dari pinjaman sebesar Rp..................... Bagaimana menurut Anda biaya administrasi tersebut?(dibandingkan kredit lainnya yang pernah Anda peroleh 1 tahun terakhir)...................................................... 33. Pernahkah Anda menunggak dalam pembayaran angsuran? a. Ya b. Tidak Jika iya, berapa kali Anda menunggak?................................... Apakah alasan Anda menunggak dalam membayar angsuran?............................ 34. Apakah risiko jika Anda terlambat mengembalikan pinjaman? .................................................................................................................................
Lanjutan Lampiran 3 PERKEMBANGAN USAHA Indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan usaha nasabah setelah menerima pinjaman kredit adalah aspek keuangan, menyangkut kebutuhan modal usaha, peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha. Sebelum memperoleh Setelah memperoleh No. Uraian indikator pinjaman pinjaman (1 th terakhir) 35. Jumlah modal yang digunakan? 36. Volume produksi per hari/minggu? 37. Anggaran yang diperlukan untuk membeli bahan baku? 38. Adakah pengelolaan keuangan/pencatatan keuangan usaha Anda? Jika iya, seperti apa? 39. Berapa jumlah tenaga kerja pada usaha Anda? 40. Berapa anggaran untuk tenaga kerja Anda setiap hari/minggu nya? 41. Perkiraan jumlah keuntungan yang didapat dari usaha per bulannya? 42. Apakah Anda memisahkan antara keuangan pribadi dengan usaha? 43. Pendapatan yang diperoleh tiap bulan?
Lanjutan Lampiran 3 PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NASABAH Indikator yang digunakan dalam pengukuran adanya peningkatan kesejahteraan nasabah adalah kesehatan, pendidikan, perumahan, konsumsi pengeluaran rumah tangga, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi. Sebelum memperoleh Setelah memperoleh No Uraian indikator pinjaman pinjaman (1 th terakhir) 44. Kemana Anda dan keluarga mengupayakan pengobatan medis modern(ke dokter, puskesmas, maupun rumah sakit) ketika sakit? Berapa anggaran untuk membeli obat ketika sakit? 45. Bagaimana kondisi pendidikan anak Anda?(lulus SD, SMP, SMU, kuliah) 46. Berapa anggaran yang diperlukan untuk sekolah anak Anda?(uang bulanan, uang saku, uang transport, uang buku, dll) 47. Status kepemilikan rumah?(milik sendiri, numpang keluarga, kontrak) 48. Apakah Anda pernah melakukan renovasi rumah?Berapa biaya yang dihabiskan untuk melakukan renovasi? 49. Apakah Anda juga pernah membeli tanah/memperluas bangunan rumah? 50. Apakah Anda dan keluarga mengkonsumsi ayam/ikan/ daging sedikitnya sekali seminggu? 51. Berapa kali diantara anggota keluarga Anda membeli pakaian baru lebih dari sekali setahun? (kontan/kredit) 52. Apakah Anda dan keluarga membaca koran/majalah sedikitnya sekali seminggu? 53. Apakah rumah Anda memiliki telepon? 54. Apakah ada diantara Anda dan keluarga yang menggunakan telepon genggam?
- Terima Kasih Atas Bantuan dan Kerjasama Anda -
Lampiran 4. Sarana kesehatan di wilayah kabupaten Bogor tahun 2006 Jenis Sarana Kesehatan
Wilayah Kabupaten Bogor
Jumlah
Barat
Tengah
Timur
Rumah Sakit Pemerintah
0
3
0
3
Rumah Sakit Khusus
0
1
0
1
Rumah Sakit Swasta
0
3
1
4
Puskesmas
32
52
17
101
Puskesmas Pembantu
30
31
12
73
Puskesmas Keliling
4
18
1
23
Bidan Praktek Swasta
83
310
91
484
Dokter Praktek Umum
129
547
258
934
3
107
40
150
Dokter Praktek Spesialis
Sumber : IPM Kab. Bogor Tahun 2006
Lampiran 5. Sarana perumahan di wilayah kabupaten Bogor tahun 2006 No.
Fasilitas Perumahan
Banyaknya
Presentase
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Luas Lantai
931.392
100
56.752
6,09
20 - 49
315.110
33,83
50 - 99
446.800
47,97
100 - 149
83.556
8,97
150 +
29.174
3,13
Jenis Lantai Terluas
931.392
100
a. Bukan tanah
885.070
95,03
46.322
4,97
931.392
100
a. Beton
27.634
2,97
b. Asbes
42.548
4,57
c. Seng
4.700
0,50
839.258
90,11
e. Ijuk/rumbia
7.038
0,76
f. Sirap
9.432
1,01
782
0,08
Jenis Dinding Terluas
931.392
100
a. Tembok
750.972
80,63
22.774
2,45
156.074
16,76
1.572
0,17
<20
2.
b. Tanah 3.
Jenis Atap
d. Genteng
g. Lainnya 4.
b. Kayu c. Bambu d. Lainnya
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Y1a Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .455a
R Square .207
Adjusted R Square .091
Std. Error of the Estimate .72260
R Square Change .207
F Change 1.780
df1
df2 5
34
Sig. F Change .143
DurbinWatson 1.792
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1a
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.596 .905 -.339 .195 .229 .105 .262 .152 .351 .236 -.053 .129
a. Dependent Variable: Y1a
Standardized Coefficients Beta -.563 .373 .550 .238 -.067
t 1.763 -1.740 2.189 1.727 1.488 -.413
Sig. .087 .091 .036 .093 .146 .682
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial -.244 3.435 -.736 .057 .048 -.286 .016 .443 .297 .351 -.046 .571 .168 .284 -.129 .831 .155 .247 -.315 .208 .078 -.071
Part -.266 .334 .264 .227 -.063
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6. Variabel Y1b
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .589a
R Square .346
Adjusted R Square .250
Std. Error of the Estimate .70148
R Square Change .346
F Change 3.605
df1
df2 5
34
Sig. F Change .010
DurbinWatson 1.490
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1b
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.345 .879 -.611 .189 .203 .102 .540 .147 .094 .229 -.038 .125
a. Dependent Variable: Y1b
Standardized Coefficients Beta -.949 .309 1.061 .060 -.045
t 2.669 -3.228 1.997 3.666 .412 -.308
Sig. .012 .003 .054 .001 .683 .760
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial .560 4.131 -.996 -.227 .086 -.484 -.004 .410 .293 .324 .241 .840 .322 .532 -.371 .560 -.012 .070 -.292 .216 .087 -.053
Part -.448 .277 .508 .057 -.043
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6. Variabel Y1c
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .438a
R Square .192
Adjusted R Square .073
Std. Error of the Estimate 1.25591
R Square Change .192
F Change 1.616
df1
df2 5
34
Sig. F Change .182
DurbinWatson 1.778
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y1c
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.080 1.573 -.551 .339 .193 .182 .590 .264 .107 .411 .086 .224
a. Dependent Variable: Y1c
Standardized Coefficients Beta -.530 .182 .719 .042 .063
t .686 -1.623 1.057 2.235 .261 .384
Sig. .497 .114 .298 .032 .795 .703
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial -2.117 4.277 -1.240 .139 .164 -.268 -.178 .563 .228 .178 .054 1.126 .316 .358 -.727 .942 .017 .045 -.369 .541 .150 .066
Part -.250 .163 .345 .040 .059
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6. Variabel Y2a
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .430a
R Square .185
Adjusted R Square .065
Std. Error of the Estimate .83324
R Square Change .185
F Change 1.547
df1
df2 5
34
Sig. F Change .202
DurbinWatson 2.019
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2a
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.924 1.044 .041 .225 .186 .121 .067 .175 -.279 .272 .064 .148
a. Dependent Variable: Y2a
Standardized Coefficients Beta .060 .265 .124 -.166 .071
t 2.801 .182 1.538 .383 -1.026 .434
Sig. .008 .856 .133 .704 .312 .667
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound .803 5.045 -.416 .498 -.060 .432 -.289 .423 -.833 .274 -.237 .366
Zero-order .258 .366 .263 -.197 .105
Correlations Partial .031 .255 .066 -.173 .074
Part .028 .238 .059 -.159 .067
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6. Variabel Y2b
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .521a
R Square .271
Adjusted R Square .164
Std. Error of the Estimate .66723
R Square Change .271
F Change 2.533
df1
df2 5
34
Sig. F Change .047
DurbinWatson 1.827
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2b
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error 4.094 .836 .278 .180 .090 .097 -.153 .140 -.564 .218 .027 .119
a. Dependent Variable: Y2b
Standardized Coefficients Beta .478 .152 -.333 -.396 .035
t 4.898 1.540 .933 -1.091 -2.586 .227
Sig. .000 .133 .357 .283 .014 .822
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial 2.396 5.793 -.089 .644 .232 .255 -.106 .287 .287 .158 -.438 .132 .133 -.184 -1.007 -.121 -.409 -.405 -.215 .269 -.020 .039
Part .225 .137 -.160 -.379 .033
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6.
Variabel Y2c
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .546a
R Square .298
Adjusted R Square .195
Std. Error of the Estimate .93009
R Square Change .298
F Change 2.887
df1
df2 5
34
DurbinWatson 2.232
Sig. F Change .028
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2c
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error -2.506 1.165 -.255 .251 .277 .135 .253 .195 .826 .304 .071 .166
a. Dependent Variable: Y2c
Standardized Coefficients Beta -.309 .329 .389 .408 .065
t -2.151 -1.014 2.056 1.297 2.717 .430
Sig. .039 .318 .048 .203 .010 .670
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -4.873 -.138 -.765 .256 .003 .552 -.144 .650 .208 1.444 -.265 .408
Zero-order .154 .287 .228 .361 .227
Correlations Partial -.171 .332 .217 .422 .074
Part -.146 .295 .186 .390 .062
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6.
Variabel Y2d
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .546a
R Square .298
Adjusted R Square .195
Std. Error of the Estimate .70379
R Square Change .298
F Change 2.891
df1
df2 5
34
Sig. F Change .028
DurbinWatson 2.060
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2d
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error .679 .882 -.234 .190 .061 .102 .349 .148 -.039 .230 .205 .125
a. Dependent Variable: Y2d
Standardized Coefficients Beta -.374 .096 .709 -.025 .248
t .771 -1.229 .596 2.363 -.169 1.633
Sig. .446 .228 .555 .024 .867 .112
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial -1.112 2.471 -.620 .153 .286 -.206 -.147 .268 .239 .102 .049 .650 .431 .376 -.506 .429 .000 -.029 -.050 .460 .310 .270
Part -.177 .086 .340 -.024 .235
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115
Lanjutan Lampiran 6.
Variabel Y2e
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R .465a
R Square .217
Adjusted R Square .101
Std. Error of the Estimate .54939
R Square Change .217
F Change 1.880
df1
df2 5
34
Sig. F Change .124
DurbinWatson 2.203
a. Predictors: (Constant), W, X1, G, X2, X3 b. Dependent Variable: Y2e
Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 G W
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.289 .688 .086 .148 .115 .080 -.003 .115 .417 .180 -.076 .098
a. Dependent Variable: Y2e
Standardized Coefficients Beta .188 .244 -.007 .369 -.124
t -.420 .583 1.443 -.023 2.325 -.775
Sig. .677 .564 .158 .982 .026 .444
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial -1.688 1.109 -.215 .388 .268 .099 -.047 .277 .219 .240 -.237 .232 .224 -.004 .053 .782 .309 .370 -.275 .123 -.005 -.132
Part .088 .219 -.003 .353 -.118
Collinearity Statistics Tolerance VIF .223 .804 .229 .914 .897
4.492 1.244 4.358 1.094 1.115