KEADAAN UMUM LOKASI PROYEK
To : Directorate Coastal Management Directorate General of Marine Spatial Management Ministry of Marine Affairs and Fisheries
Januari 2017
Submitted by:
PT. Osana International Indonesia
Puri Imperium Office Plaza, Ground Fl., Unit G-6 Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6, Jakarta 12980 Telephone: +62-21-831-2535 I Facsimile: +62-21-831-1531
KEADAAN UMUM Proyek DSLA telah memilih Kabupaten Berau sebagai target lokasi proyek secara administrasi. Berau sebagai salah satu kabupaten yang mengandalkan kegiatan pembangunan pada sektor kehutanan, wisata, pertambangan, dan perikanan terletak berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara dan beribukota Tanjung Redeup. Kabupaten yang kaya akan potensi wisata alam ini juga memiliki beberapa pulau terluar dan saat ini sedang giat-giatkan dikembangkan untuk sektor perikanan dan wisata. Jumlah penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2014, penduduk Kabupaten Berau meningkat menjadi 210.135 jiwa dari 201.565 di tahun 2013. Sama seperti tahun sebelumnya, kepadatan penduduk di Kabupaten Berau terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung dan Kecamatan Teluk Bayur. Wilayah yang jumlah penduduknya paling banyak adalah Kecamatan Tanjung Redeb dikarenakan kecamatan Tanjung Redeb merupakan ibukota kabupaten Berau. Sedangkan Kecamatan Sambaliung dan Teluk Bayur merupakan wilayah yang jumlah penduduknya paling banyak setelah Kecamatan Tanjung Redeb dikarenakan berbatasan langsung dengan kecamatan Tanjung Redeb. Proyek akan fokus pada 2 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Berau, yaitu Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua.
A. Kecamatan Pulau Derawan 1. Peta Lokasi Proyek Kecamatan Derawan menjadi salah satu sasaran lokasi proyek DSLA. Kecamatan yang berbasis Pulau Derawan dan Tanjung Batu, secara administrasi mencakup 5 desa. Namun, hanya 4 desa yang menjadi fokus kegiatan proyek, yaitu Desa Pulau Derawan, Desa Semating Semanting, Desa Tanjung Batu, dan Desa Pegat (Gambar 1). Dan desa yang tidak termasuk dalam cakupan proyek adalah Desa Kasai.
Gambar 1 Peta Lokasi Proyek di Kecamatan Pulau Derawan 2. Kependudukan Kecamatan Pulau Derawan merupakan kecamatan yang terletak di sebelah utara wilayah Kabupaten Berau yang memiliki luas 3.858,96 km 2. Kecamatan Pulau Derawan memiliki lima kampung, sebuatan untuk desa, yakni Kampung Pulau Derawan, Kampung Tanjung Batu, Kampung Pegat, Kampung Kasai dan Kampung Teluk Semanting. Kampung Tanjung Batu merupakan ibu kota Kecamatan Pulau Derawan. Jarak ibu kota kecamatan ke kabupaten adalah sekitar 80,5 km dan bisa ditempuh dengan perjalanan darat ataupun air. Jika dilihat dari batas-batas wilayahnya, sebelah utara Kecamatan Pulau Derawan berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Maratua, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Gunung Tabur. Kecamatan Pulau Derawan sebagian besar lahannya digunakan dibidang pertanian yakni sebesar 3.341,45 km 2 (86,59%), sisanya (13,41%) adalah lahan bukan pertanian seperti jalan, pemukiman, perairan, dan lain-lain. Tabel 1 Luas Lahan Dirinci Per Desa ( Km2 ) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Desa Pegat Teluk Semanting Tanjung Batu Pulau Derawan Kasai Jumlah
Daratan 73,4 9,52 576,72 13,74 18,22 692,04
Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Perairan 473,74 90,40 2.405,87 174,56 22,75 3.166,92
Jumlah 547,18 99,96 2,982,596 187,86 547,18 3.858,96
Jumlah Penduduk di Kecamatan Pulau Derawan pada tahun 2014 adalah 9.947 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 5.347 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 4.600 jiwa dengan laju pertumbuhan pada tahun 2014 sebesar 2,44. Sedangkan perbandingan rasio jenis kelaminnya (sex ratio) adalah 116,24 yang artinya diantara 100 jiwa penduduk perempuan terdapat sekitar 116 – 117 jiwa penduduk laki-laki. Jumlah penduduk yang terpadat berada di kampung Tanjung Batu yaitu 4.727 jiwa atau 47,52% dari jumlah penduduk di Kecamatan Pulau Derawan dan penduduk yang paling sedikit penduduknya berada di Kampung Teluk Semanting yaitu 227 jiwa atau 2,28% dari jumlah penduduk keseluruhan. Tabel 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pulau Derawan Tahun 2014 Jumlah Penduduk Kampung Jumlah Rasio Laki-laki Perempuan Pegat 465 365 830 127,40 Teluk Semanting 113 114 227 99,12 Tanjung Batu 2.637 2.090 4727 126,17 Pulau Derawan 823 813 1636 101,23 Kasai 1.309 1.218 2527 107,47 Total 5347 4600 9947 116,24 Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Derawan adalah sebesar 2,58 jiwa per km2, akan tetapi jika ditinjau berdasarkan sebaran wilayah kampung, ternyata disparitasnya cukup lebar. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Kampung Kasai sebesar 61,68 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi kedua adalah Kampung Pulau Derawan sebesar 8,69 jiwa per km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terjadi Kampung Pegat sebesar 1,52 jiwa per km2. Tingkat kepadatan penduduk jika dilihat dari jumlah rumah tangga adalah sekitar 3,99 jiwa, artinya di Kecamatan Pulau Derawan rata-rata setiap rumah tangga diisi anggota rumah tangga sekitar 3–4 jiwa, dari data jumlah penduduk yang ada rata-rata di 5 kampung di Kecamatan Pulau Derawan setiap rumah tangganya berisi 3-4 jiwa dalam setiap rumah tangganya. 3. Potensi SDA dan Ekonomi Kecamatan Pulau Derawan juga mempunyai potensi di subsektor perkebunan Kelapa dan Kelapa Sawit. Pada tahun 2014 luas tanam Kelapa di Kecamatan Pulau Derawan 142,3 ha dengan produksi sekitar 96,8 ton dengan produktivitas mencapai 6,8 kwintal/hektar. Di sektor perkebunan Kelapa Sawit pada tahun 2014 luas tanam mencapai 1.021,09 ha dengan produksi 630 ton dengan produktivitas mencapai 6,17 kwintal/hektar. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, jumlah tenaga kerja yang di serap untuk sektor perkebunan Kelapa adalah sebanyak 639 orang. Sedangkan di sektor perkebunan Kelapa Sawit, jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 sebanyak 3.250 orang.
Tabel 3 Statistik Perkebunan Kecamatan Pulau Derawan Tahun 2014 Uraian Produktivitas Kelapa - Luas Tanam (ha) 142,3 - Produksi (ton) 96,80 - Produktivitas (kw/ha) 6,80 Kelapa Sawit - Luas Tanam (ha) 1.021,09 - Produksi (ton) 630,00 - Produktivitas (kw/ha) 6,17 Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Untuk sektor pertanian subsektor peternakan di Kecamatan Pulau Derawan tidak terlalu mempunyai populasi ternak yang bisa dijadikan keunggulan. Data tahun 2014 dari Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Kabupaten Berau untuk jenis ternak di Kecamatan Pulau Derawan hanya ada Sapi dan Domba/Kambing. Jumlah Sapi ada yang ada tahun 2014 adalah 10 ekor dan domba/kambing berjumlah 273 ekor. Sedangkan untuk jenis unggas yang ada di Kecamatan Pulau Derawan pada tahun 2014 yaitu Itik berjumlah 973 ekor, ayam buras 8.234 ekor sedangkan untuk ayam pedaging dan ayam petelur tidak ada. Karena tidak ada Ayam Pedaging dan Petelur di Kecamatan Pulau Derawan, maka untuk memenuhi permintaan akan ayam pedaging dan petelur didatangkan dari luar kecamatan. Masyarakat di Kecamatan Pulau Derawan pada umumnya berusaha di subsektor perikanan dan ada juga di subsektor perkebunan. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau Tahun 2014 jumlah Kapal Penangkap Ikan laut di Kecamatan Pulau Derawan menurut jenisnya yaitu perahu motor tempel sebanyak 173 buah dan kapal motor 477 buah. Di Kecamatan Pulau Derawan, tidak ada lagi yang menggunakan perahu tanpa motor, dikarenakan lokasi untuk penangkapan ikan dengan hasil maksimal diperlukan jarak yang jauh ke tengah laut, sehingga nelayan-nelayan yang ada di Kecamatan Pulau Derawan beralih ke Motor Tempel ataupun Kapal Motor. Menurut jenisnya, alat penangkapan di laut dibagi menjadi 6 jenis, yakni pukat kantong, jaring insang, jaring angkat, pancing, pukat cincin, dan perangkap. Di Kecamatan Pulau Derawan, jumlah alat penangkap ikan sebanyak 1.223 alat. Yang terdiri dari 18 pukat kantong, 343 jaring insang, 377 jaring angkat, 172 pancing, 261 pukat cincin dan 52 perangkap. 4. Kegiatan Ekonomi Kehadiran industri kertas membangkitkan denyut nadi kegiatan ekonomi Kabupaten Berau. Dilihat dari kontribusinya pada kegiatan ekonomi kabupaten, mulai tahun 1997 subsektor industri kertas "menyalib" subsektor industri kayu yang sebelumnya menjadi penyumbang terbesar pada Sektor Industri Pengolahan. Penebangan kayu di hutan-hutan wilayah Kabupaten Berau sempat marak pada tahun 70-an. Beberapa jenis kayu hasil tebangan seperti kayu meranti, dan kayu kapur dimanfaatkan menjadi meja, kursi, dan lemari. Sebagian keuangan daerah berasal dari produk mebel ini. Lambat laun mebel buatan Berau memperolah saingan dari produk
buatan Banjarmasin yang harganya lebih murah dan desainnya lebih bagus, meskipun kualitasnya tidak lebih baik. Pasar Berau pun mulai jenuh. Sayangnya para pengusaha mebel kesulitan untuk memasarkannya ke daerah lain karena biaya produksi terutama untuk upah pekerja Berau tinggi. Akibat dari tingginya biaya hidup di daerah ini, akhirnya kegiatan di industri kayu pun mengalami penurunan. Sebagai perbandingan, pada kegiatan ekonomi tahun 2000, dari Rp 238 milyar perolehan Sektor Industri, sebanyak 97 persen berasal dari subsektor industri kertas, sementara subsektor industri kayu hanya memberikan 1,2 persen saja. Kontributor utama perekonomian daerah berasal dari pertambangan batu bara. Dari sembilan sektor lapangan usaha dalam kegiatan ekonomi tahun lalu yang menghasilkan Rp 2,3 trilyun, sektor pertambangan memberikan sumbangan 35,3 persen atau Rp 818,3 milyar. Di sektor ini, hasil eksploitasi batu bara memberikan 99,6 persen. Satu-satunya perusahaan yang memanfaatkan batu bara di kabupaten ini adalah PT Berau Coal. Berkantor pusat di ibu kota kabupaten, dengan tenaga kerja 424 orang, Berau Coal memproduksi 4,8 juta metrik ton batu bara. Dari 4,7 juta metrik ton batu bara yang dijual, 70 persennya dipasarkan ke luar negeri dengan nilai penjualan 54,6 juta dollar AS. Sisanya untuk konsumsi dalam negeri yang menghasilkan nilai penjualan 22,8 juta dollar AS. Dari pemanfaatan batu bara ini, kas daerah menerima pemasukan dalam bentuk Land Rent (hak penguasaan kawasan pertambangan) sebesar Rp 11,5 milyar. Potensi lain bagi kabupaten yang batas timur wilayahnya Laut Sulawesi, adalah perikanan laut. Budidaya lautnya diperkirakan mempunyai potensi sebesar 2.500 hektar dengan potensi penangkapan sebesar 35.000 ton per tahun. Salah satu kecamatan yang merupakan daerah penghasil ikan terbesar adalah Pulau Derawan. Bersama dengan Pulau Sangalaki, Bilang-Bilangan, Mataha, Balikukuk, dan Sambit yang berada di kepulauan Derawan selain dijadikan obyek wisata bahari, dengan pemandangan dasar lautnya ini, tempat ini dipilih penyu hijau (Chelonia mydas) untuk bertelur. Produksi telur penyu yang dihasilkan dari Kepulauan Derawan ini 94,9 ton dengan nilai Rp 2,1 milyar. `Sebagai daerah satu-satunya di Pulau Kalimantan yang dipilih hewan air yang lamban bergerak ini untuk bertelur, serta keuntungan yang diperoleh dari telurnya, tidak heran bila penyu dijadikan lambang daerah. 5. Sosial Budaya Bahasa Berau atau Dialek Melayu Berau adalah suatu bahasa Austronesia yang dituturkan suku Berau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bahasa Berau merupakan salah satu dialek Melayu Lokal sehingga dapat pula disebut Bahasa Melayu Berau. Komunikasi atau transportasi antar daerah satu dan daerah lainnya agak sulit. Jalan darat sangat terbatas, sungai merupakan sarana transportasi yang sangat efektif dan telah di manfaatkan dari dulu hingga sekarang. Tarian Dalling, salah satu kesenian tradisional masyarakat pesisir pantai Berau, perlu mendapat sentuhan pembinaan semua pihak. Tarian khas masyarakat suku Berau ini diharapkan bisa dikemas dan dikembangkan lebih apik dan variatif agar memiliki daya pikat dan terkenal sampai ke tingkat nasional dan internasional. Berau ini ada tiga suku terbesar yang memiliki corak budaya dan kesenian masingmasing atau disebut Babada (Bajau – Berau – Dayak). Suku Bajau dikenal dengan tarian
Dallingnya, Berau dengan Jepennya, dan Dayak dengan tarian khas Dayaknya,”. Tarian Dalling merupakan kesenian turun temurun yang dilakoni masyarakat suku Bajau. Biasanya tarian digelar saat upacara adat seperti misalnya pesta perkawinan dan khitanan. Tapi, karena letak Tanjung Batu berada sekitar 110 km dari utara, Tanjung Redeb menjadi transit para turis yang ingin berwisata ke Pulau Derawan, maka tarian Dalling pun perlu mendapat pembinaan. Perlu dikemas lebih apik agar lebih variatif dan menarik. 6. Kelembagaan Kelembagaan yang terdapat di Kecamatan Derawan terbagi kepada 3 kategori. Kategori pertama adalah tingkat local, kategori kedua tingkat regional, dan ketegori ketiga adalah tingkat nasional. a. Tingkat Lokal Pada tingkat lokal kelembagaan yang sangat berpengaruh di Kecamatan Derawan sangat berhungan dengan kegiatan konservasi. Menurut Groves (2003) untuk menyelamatkan spesies yang menuju kepunahan digunakan pendekatan konservasi keanekaragaman hayati. Spesies yang dimaksud menjadi target (species target), sedangkan komunitas biotis dimana spesies itu berada dijadikan target konservasi (conservation target). Jika pemikiran Groves diterapkan pada kasus Kepulauan Derawan, maka dengan melindungi penyu hijau (species target) diperlukan kawasan konservasi cukup luas dengan keanekaragaman hayati dan beberapa tipe ekosistem di dalamnya. Penyu berperan sebagai spesies payung (the umbrella species) bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem di Kepulauan Derawan. Untuk menyelamatkan spesies penyu hijau dari kepunahan diperlukan pembentukan Kawasan Konservasi Laut Daerah pada habitat penyu hijau. Wilayah Kepulauan Derawan yang luas dengan keanekaragaman hayati dan beberapa tipe ekosistem di dalamnya. dapat dibentuk Kawasan Konservasi Laut. Kelembagaan lokal yang dibentuk sangat erat hubungannya dengan kegiatan pemulihan populasi penyu di alam dan mengurangi ancaman kepunahannya. Untuk tujuan pertama labih diarahkan untuk antisipasi ancaman manusia seperti pemanenan telur dan penangkapan induk penyu terjadi pada daerah perairan dangkal dan pantai peneluran. Daerah ini merupakan habitat penting karena penyu hijau sedang berada pada fase reproduksi. Pada musim kawin, induk penyu berada di perairan laut dangkal yang kaya akan nutrisi yakni pada ekosistem lamun dan terumbu karang, selanjutnya induk penyu akan membuat sarang dan akhirnya menghasilkan anakan penyu. Perlindungan habitat dengan membentuk Kawasan Konservasi Laut akan mengamankan berlangsungnya fase reproduksi karena induk penyu dapat menghasilkan individu baru sebagai stok penyu di alam. Selanjutnya, tujuan kedua adanya KKLD lebih kearah mengelola jenis penyu sebagai salah satu sumberdaya yang bersifat common pool property. Sebagaimana diketehaui bahwa penyu memiliki kebiasaan bermigrasi jauh, sehingga tidak ada pihak yang
membatasi orang memanfaatkan sumberdaya tersebut. Eksploitasi penyu hijau secara berlebihan pada situasi open access menyebabkan terjadi the tragedy of the commons yang berujung pada kepunahan. Pengalokasian habitat penyu hijau sebagai KKL telah menimbulkan kepemilikan populasi penyu hijau. Pembentukan KKL telah mengubah situasi open access menjadi sumberdaya yang ada kepemilikannya secara sah. Secara teoritis telah dapat dilakukan pembatasan aksesibilitas nelayan/ masyarakat lokal agar tidak mengeksploitasi penyu dan telur yang ada di dalam KKL. b. Tingkat Regional Kepulauan Derawan merupakan bagian dari wilayah pengembangan program The Sulu Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) karena memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dan sebagai habitat penting penyu laut. Demikian halnya dengan pengembangan jaringan perlindungan penyu Tri-National dimana wilayah Kepulauan Derawan berada di sebelah Selatan hingga The Turtle Islands ASEAN Heritage site yang berada di Pilipina dan Sabah hingga Palawan. Pada tingkat regional Kepulauan Derawan menempati perioritas tinggi dalam upaya konservasi penyu. c. Tingkat Propinsi Menurut Tata Ruang Propinsi Kalimantan Timur, wilayah Kepulauan Derawan dikelompokkan sebagai: Kawasan Suaka Alam dengan Suaka Margasatwa di P. Semama dan P. Derawan dengan luas 2 hektar; Kawasan Suaka Laut yang berada di gugusan karang P. Panjang, P. Derawan, P. Semama, P. Kakaban, Karang Besar, P. Balikukup. Kebijakan pembangunan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur mengarah pada perluasan kawasan lindung ± 30% dari luas wilayah propinsi. Dalam perencanaan Propinsi Kalimantan Timur di wilayah Kepulauan Derawan ada peningkatan fungsi kawasan Suaka Margasatwa P. Semama dan P. Derawan ditambahkan fungsi sebagai daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Demikian halnya dengan kawasan suaka laut ada penambahan wilayah yang berada di gugusan karang Malulungan dan P. Maratua. d. Tingkat Kabupaten Wilayah Kepulauan Derawan dan perairan laut telah ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Laut (KPL) melalui Peraturan Bupati (Perbup) No. 31 tahun 2005 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau. Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau diketahui sebaran tiga ekosistem di Kepulauan Derawan. Keberadaan ekosistem lamun dan terumbu karang menunjukkan habitat feeding penyu hijau. Adapun habitat breeding diketahui dari laporan Mahardika (2004) tentang proporsi jumlah penyu dan laporan Adnyana (2005) tentang proporsi jumlah telur penyu yang terdapat di Kepulauan Derawan. Batas Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan yang berada di P. Rabu-Rabu, P. Panjang, P. Maratua, P. Balembangan, P. Sambit, P. Bilang- Bilang, P. Mataha, dan P. Manimbora. Dengan asumsi bahwa keberadaan ekosistem terumbu karang pada perairan dangkal < 50 meter dan ekosistem lamun pada kedalaman < 10 meter, maka batas kawasan sejauh ± 100 meter dari garis pantai dari setiap pulau ke arah laut.
Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan berada di perairan laut dalam kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau. Rancangan KKL Kepulauan Derawan seluas 660.211 hektar diusulkan sebagai re-design dari tumpang tindih empat Kawasan Konservasi Laut yang telah ada sebelumnya, yaitu : Suaka Margasatwa Pulau Sangalaki dan Taman Wisata Alam Pulau Semama yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts- II/Um/8/1982; Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Kakaban yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Berau No. 70 tahun 2004; dan Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Berau yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati (Perbup) No. 31 tahun 2005 seluas 1,2 juta. 7. Isu dan Masalah Pulau Derawan di Kalimantan Timur semakin naik daun sebagai tempat tujuan wisata karena keindahan pemandangan alam pesisir dan bawah lautnya yang disebut-sebut seperti di surga. Tidak heran jika pulau ini juga merupakan tujuan favorit bagi para penyelam. Pulau Derawan memang bukanlah tempat wisata murah yang dapat kita kunjungi begitu saja, bahkan oleh penduduk yang tinggal di Pulau Kalimantan. Hanya berkunjung ke lokasi wisata ini masih tergolong mewah dan mahal. Di sekitar Pulau Derawan terdapat beberapa pulau antara lain Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau Sangalaki Pulau Panjang dan Pulau Semama. Kepulauan Derawan ini diberi nama obyek wisata bahari Kawasan Taman Laut Derawan. Kepulauan Derawan merupakan bagian dari Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi yang melintasi Indonesia, Malaysia dan Filipina. Ekoregion ini terletak di pusat kawasan segitiga karang dunia dengan keanekaragaman hayati karang tertinggi di dunia. Segitiga Terumbu Karang ini disebut juga “The Coral Triangle” karena menjadi episenter kehidupan laut yang memiliki keragaman jenis biota laut. Terumbu karang di kawasan ini merupakan 53% terumbu karang dunia. Bahkan berdasarkan penelitian yang dikembangkan, kepulauan derawan merupakan salah satu multi countries feeding ground terpenting di dunia. Dengan luas 44,60 ha, menjadikan kepulauan ini berkembang berbagai kegiatan wisata bahari. Di kepualauan ini terdapat Derawan Dive Resort, Resort yang berstandar internasional dengan fasilitas yang memadai. Resort ini menyediakan fasilitas cottage untuk menginap, fasilitas penyelaman, snorkeling, banana boat, kano, perahu layar, restoran, café dsb. Fasilitas lengkap inilah yang menambah kepuasan saat berlibur ke Pulau Derawan. Selain itu ada juga hotel – hotel dan penginapan serta homestay dirumah penduduk yang biaya sewanya lebih murah. Fasilitas pendukung lainnya seperti rumah makan dan toko cinderamata juga cukup lengkap di pulau ini. Menikmati panorama laut dan pantai disertai dengan keramahan penduduk setempat (suku Bajau) merupakan daya tarik utama dari Pulau Derawan. Pariwisata juga dianggap sebagai salah satu industri gaya baru, yang dapat menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, serta mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Kabupaten Berau merupakan salah-satu kabupaten di kalimantan Timur yang memiliki potensi pariwisata yang besar untuk dikembangkan mengingat jumlah wasatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung terus meningkat setiap tahunnya.
Perekonomian masyarakat di kepulauan Derawan sebelum adanya investasi asing dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat sebagian besar adalah nelayan, yaitu dengan mencari telur penyu, budidaya tambak, buruh kayu, dan pembuat perahu. Akan tetapi kemudian beberapa mata pencaharian dari masyarakat ini dianggap merusak ekosistem yang ada sehingga kemudian dilarang seperti penangkapan ikan menggunakan potassium dan pengambilan telur-telur penyu. Dengan berkembangnya kegiatan wisata bahari, telah terjadi diversifikasi mata pencaharian seperti menjadi tourist guide, supir speed boat, dive guide, menjual cinderamata, maupun menyewakan rumah-rumah mereka. Perubahan ini juga didorang oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat lokal akan pentingnya menjaga ekosistem secara keberlanjutan untuk menjaga kesinambungan matapencaharian penduduknya. Dari adanya investasi, maka tentunya terdapat dampak sosial maupun ekonomi bagi masyarakat setempat. Dimana dari adanya penyediaan sarana akomodasi berupa resort dan cottage bagi wisatawan yang semakin baik dari tahun ke tahun, maka muncul peluang lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, pembangunan resort dan cottage juga menggunakan bahan dan pekerja lokal dimana hal ini turut membantu kehidupan warga. Infrastruktur pendukung seperti jalan, bandara dan dermaga juga dibangun, hal ini merupakan usaha bersama baik pemerintah Berau maupun investor asing yang selalu berbenah dalam memberikan pelayanan pariwisata dan sarana penunjang pariwisata. Dampak lain yaitu semakin dikenalnya kepulauan Derawan sebagai salahsatu tujuan wisata internasional. Dalam usaha pengembangan wisata di kepulauan Derawan dapat dikatakan tidak mudah, Hal ini dikarenakan masih banyak hal yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan tidak hanya dari para pengusaha tetapi juga pemerintah. Hambatan atau kendala pengembangan pariwisata di kepulauan Derawan sendiri antara pulau yang satu dan yang lainnya tidak selalu sama atau berbeda, hal ini dikarenankan adanya perbedaan baik karakteristik masing-masing pulau, jarak tempuh, masalah sampah, kelistrikan dan lainlain. Kendala atau hambatan pengembangan wisata dan usaha bisnis wisata di Kepulauan Derawan sendiri saat ini lebih kepada masalah kebersihan atau sampah dan air bersih. Di kepulauan Derawan belum ada tempat pengolahan sampah, sehingga untuk itu di buat lubang besar di tengah pulau untuk menampung sampah yang ada, cara lain yaitu dengan ditimbun dan dibakar. Sampah di pulau Derawan sendiri sudah terbilang tidak terkontrol mengingat sampah organik maupun anorganik banyak ditemukan di pinggir pantai, tentu saja hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi para wisatawan asing maupun lokal yang datang untuk berwisata. Walaupun sudah dikembangkan fasilitas disalinisasi di Pulau Maratua, alat ini belum mampu bekerja secara optimal untuk suplai air keseluruhan Kepulauan Derawan.
B. Kecamatan Maratua 1. Peta Lokasi Proyek Di samping Kecamatan Derawan, program juga akan fokus di Kecamatan Maratua. Kecamatan ini juga mencakup Pulau Kakapan, P. Sangalaki, dan P. Samama. Terdapat 4 desa dalam lingkup Kecamatan Maratua, yaitu Desa Payung Payung, Bohesilian, Teluk Alulu, dan Teluk Harapan (Gambar 2).
Gambar 2 Peta lokasi Proyek di Kecamatan Maratua 2. Kependudukan Penduduk Kecamatan Maratua pada tahun 2014 berjumlah 3.402 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 661 rumah tangga. Penduduk Kecamatan Maratua meningkat dari tahun 2013 kemarin dengan laju pertumbuhan sebesar 6,65 persen dan kepatan penduduknya sebesar 0,83 jiwa/Km2. Kecamatan Maratua dengan luas wilayah 4.119,54 Km 2 terletak di antara 117,210 sampai dengan 117,28o BT dan 2,13 sampai dengan 2,15o LU. Kecamatan Maratua terbagi menjadi 4 desa yaitu Maratua Payung-Payung, Maratua Bohesilian, Maratua Teluk Alulu dan Maratua Teluk Harapan yang juga merupakan ibu kota kecamatan. Kecamatan Maratua juga merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia karena berbatasan langsung dengan Laut Philipina. Desa dengan luas terbesar adalah Maratua Bohesilian dikarenakan wilayah Pulau Kakaban masuk di dalam adminstrasi desa Maratua Bohesilian. Karena kecamatan Maratua merupakan daerah kepulauan, maka sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yang potensial akan perikanan dan wisata dasar lautnya, sehingga kecamatan Maratua merupakan salah satu tujuan pariwisata yang ada di Kabupaten Berau baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 4 Luas Wilayah dirinci perdesa di Kecamatan Maratua Nama Desa Luas Wilayah (Km2) Persentase (%) Maratua Payung Payung 54,43 1,32 Maratua Bohesilian 3.808,41 92,45 Maratua Teluk Alulu 53,38 1,29 Maratua Teluk Harapan 203,37 4,94 Jumlah 4.119,54 100
Sumber: Kecamatan Maratua dalam Angka (2015)
Ditinjau dari jenis kelamin, penduduk Kecamatan Maratua masih didominasi oleh laki- laki dengan jumlah 1.760 jiwa atau sebesar 51,73 persen dari jumlah total penduduk Kecamatan maratua dan sisanya adalah penduduk perempuan dengan jumlah sebesar 1.642 jiwa. Penduduk kecamatan Maratua dari tahun ke tahun meningkat. Dari tahun 2010 berjumlah 3.076 jiwa terus meningkat hingga di tahun 2014 menjadi 3.402 jiwa. Dari tahun 2013 ke tahun 2014, penduduk kecamatan maratua meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 6,65 persen. Desa yang terpadat penduduknya adalah desa Maratua Teluk Harapan dengan jumlah penduduknya sebesar 1.071 jiwa dikarenakan desa Maratua Teluk Harapan merupakn ibukota kecamatan Maratua. Lalu diikuti dengan desa Maratua Bohesilian dengan jumlah penduduk sebesar 1.033 jiwa dimana di desa Bohesilian merupakan desa yang memiliki jumlah RT terbanyak di kecamatan Maratua. Lalu diikuti dengan desa Maratua Teluk alulu yang jumlah penduduknya sebesar 698 jiwa dan desa Maratua Payung-Payung yang jumlah penduduknya sebesar 600 jiwa. Tabel 5 Penduduk menurut Desa dan Jenis Kelamin di Kecamatan Maratua, 2014 Rasio Jenis Desa Laki - laki Perempuan Jumlah Kelamin Payung-payung 328 282 600 116,31 Bohesilian 551 482 1.083 114,32 Teluk Alulu 343 355 698 96,62 Teluk Harapan 548 523 1.071 104,78 Sumber : Kecamatan Maratua dalam Angka (2015)
Sex ratio/ rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Maratua pada tahun ini sebesar 107,19. Yang berarti dari 100 penduduk perempuan di kecamatan Maratua, terdapat 107 penduduk laki-laki. Ditinjau dari jenis kelamin, penduduk Kecamatan Maratua masih didominasi oleh laki- laki dengan jumlah 1.760 jiwa atau sebesar 51,73 persen dari jumlah total penduduk Kecamatan maratua dan sisanya adalah penduduk perempuan dengan jumlah sebesar 1.642 jiwa. 3. Potensi SDA dan Ekonomi Kecamatan Maratua merupakan kawasan kepulauan, sehingaga di sektor pertanian yang potensial adalah sub sektor perikanan. Oleh sebab itu, sebagian besar penduduk Kecamatan Maratua merupakan nelayan. Untuk tahun 2014, tercatat jumlah perahu tanpa motor di Kecamatan Maratua sebanyak 5 buah, perahu motor tempel sebanyak 69 buah dan
kapal motor sebanyak 184. Dari grafik terlihat tidak ada penambahan jumlah yang signifikan pada jumlah kapal atau perahu nelayan yang ada di Kecamatan Maratua. Kecamatan Maratua juga merupakan kawasan pesisir, sehinga perkebunan kelapa juga merupakan komoditas potensial. Untuk tahun 2014, luas tanam perkebunan kelapa sebesar 300 Ha, masih sama dengan tahun 2013. Begitu juga dengan hasil produksinya, pada tahun 2014 masih sama dengan tahun 2013, yaitu sebsar 404,4 ton. Kawasan pesisir, laut, dan pulau Kabupaten Berau dikenal dengan kawasan wisata bahari yang indah dan eksotik yang sangat terkenal di dunia. Dari 31 pulau-pulau kecil yang ada dikawasan tersebut, ada beberapa pulau masuk kedalam administrasi Kecamatan Maratua, diantaranya Pulau Maratua, Pulau Sangalaki, Pulau Semama, Pulau Kakaban, dan beberapa pulau kecil lainnya. Dari beberapa pulau tersebut hanya 2 pulau yang berpenghuni yaitu Pulau Maratua dan Pulau Sangalaki (wisatawan dan sifatnya temporari). Pulau Maratua terbentuk akibat proses geologi sehingga terdapat batuan kapur didataran tinggi. Pembentukan Cekungan Tarakan (the Tarakan Basin) diduga didahului dengan pembentukan laut Sulawesi dengan pemisahan Sulawesi dari Kalimantan pada pertengahan akhir jaman Eosen. Menuju kearah timur laut dari sub-cekungan muara dihubungkan dengan zona patahan, yang menyebabkan pengangkatan dasar karang Muara Tua dan membentuk Pulau Maratua (Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau, 2009). Pulau Maratua tidak jauh beda dengan Pulau Kakaban merupakan sistem lahan Dataran Karst berbukit kecil, yaitu sistem lahan yang mempunyai bahan induk dari batu kapur yang mempunyai jenis tanah dengan top soil yang sangat dangkal (<10 cm). jenis tanah yang terdapat di Maratua adalah Litosol Eutrik atau Eutric Troporthents. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa lebih dari 50% dan reaksi atau PH > 6.5. Batuan dan struktur geologi Pulau Maratua memiliki dua satuan marfologi, yaitu dataran pantai dan perbukitan rendah sampai tinggi. Dataran pantai memiliki topografi datar sampai bergelombang. Daerah dataran yang bertopografi datar sebagian besar merupakan daerah pemukiman, sedang daerah yang bergelombang serta perbukitan adalah daerah hutan campuran. Batuan penyusun daerah perbukitan adalah batu gamping terumbu yang mengalami pengangkatan. Dataran pantai tersusun oleh endapan pasir pantai yang merupakan endapan alluvial. Di Pulau Maratua terdapat dua tipe pantai, yaitu pantai berpasir dan pantai terjal (cliff). Pantai berpasir terbentuk karena pengendapan pasir di pantai oleh gelombang, sedangkan tipe pantai terjal terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat. Di pulau Maratua terdapat hutan Mangrove seluas 369 hektar sampai saat ini masih dalam kondisi baik. Vegetasi pantai dengan kondisi sedang, hutan Kapur dengan luas 2.065,72 hekar juga dengan kondisi yang masih baik, selain itu kebun seluas 166,55 hektar. Padang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam didalam laut. Lamun hidup diperairan dangkal pada substrat pasir, lumpur, puing lamun atau campuran ketiganya pada pulau utama dan rataan terumbu pulau karang. Secara ekologis memiliki fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu : 1) sumber utama produktivitas primer; 2) sumber makanan bagi organisme, misalnya penyu; 3) menstabilkan dasar yang lunak; 4) tempat berlindung organism dari predator; 5) tempat pembesaran beberapa spesies ikan; 6) peredam arus; 7) tudung
pelindung sinar panas matahari bagi penghuninya. Sebaran Padang Lamun di Pulau Maratua dapat ditemukan di Teluk Pea, Payung Payung, Bohe Bukut, dan Tanjung Bawa. Penutupan padang lamun di Pulau Maratua berkisar antara 5 sampai 80 %. Spesies yang ditemukan adalah Halodule univervis, H. pinifolia, Cyamodocea rotundata, Syrimgodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, halophila ovate dan Halophila ovalis. Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan terumbu untuk nutrien dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Keberadaan terumbu karang dengan berbagai fungsinya sangat penting untuk dipertahankan. Fungsi tersebut diantaranya mampu melindungi pulau-pulau kecil dari terpaan ombak, tempat beristirahat dan makan bagi penyu, serta tempat berlindungnya ikan-ikan. Beberapa atol ada yang telah terbentuk menjadi pulau dan ada yang terbentuk menjadi danau air asin. Atol yang ada di kawasan laut Berau hanya ada di bagian utara yaitu Pulau Kakaban, Pulau Maratua, dan gusung Muaras. Luas atol Kakaban 19 km2, luas atol Maratua 690 km2, luas atol Muaras 288 km2. Luasan tutupan terumbu karang di Pulau Maratua rata-rata karang keras 26,43 % dan tutupan karang hidup 37,09 % (Survei Manta Tow 2005). Jumlah spesies karang keras di Pulau Maratua 507 sepsises, menunjukkan keanekaragaman hayati di kawasan laut berau nomor 2 setelah kepulauan Raja Ampat di Papua. Pulau Maratua merupakan pulau paling luas yang ada di wilayah Utara Berau. Pulau ini sangat jauh di laut, oleh karena itu menjadi salah satu pulau terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Filipina. Saat ini sudah dibangun bandar udara dengan panjang 1.400 meter yang masih mungkin dapat diperpanjang sampai 1.700 meter. Fungsi bandara Maratua tersebut yang utama sebagai tempat singgahnya pesawat tempur milik TNI-AU untuk mengawasi perbatasan dengan negara tetangga dan dapat difungsikan juga sebagai bandara komersial untuk kunjungan wisatawan bahari. Pada akhir tahun 2015 atau paling lambat awal tahun 2016 bandara Maratua sudah dapat difungsikan. Laut dalam di sekitar Pulau Maratua dijadikan oleh Cetacean sebagai koridor migrasi. Cetacean yang terdiri dari kelompok paus (whale) dan lumba-lumba (dolphin) juga ada yang tinggal tinggal dan menetap di sekitar perairan P. Maratua. Spesies yang mempunyai kemampuan migrasi sangat jauh adalah Sperm Whale dewasa yang hidup dilintang tinggi dan bermigrasi ke Indonesia lewat Selat Makassar untuk beranak ditempat yang hangat. Perairan Pulau Maratua merupakan tempat migrasi (breeding migration) keluarga paus Sperm. Cetacean (paus dan lumba-lumba) sebagian besar individu ditemukan antara 1-2 mil dari pulau dengan kedalaman 200 meter. Perairan sebelah timur Maratua dan timur Kakaban (Maratua ‘Canyon’) cukup luas dan dalam, namun demikian hanya satu mil sepanjang kanal Maratua ditemukan sperm, melon-headed dan pilot whale dan spinner dolphin. Hal ini dimungkinkan karena Perairan Maratua mempunyai habitat untuk makanan Paus (Sperm Whale). Disamping itu ditemukan juga Manta Ray di Pulau sangalaki di antara pulau Kakaban dan Pulau Maratua. Dengan ditemukannya asosiasi antara cetacien, yang tidak kurang dari 856 individu sekitar Pulau Maratua, Pulau Kakaban, serta pulau lainnya di luar
administrasi Kecamatan Maratua, seperti Pulau Balikukup dan Pulau Kaniungan. Sehingga menjadikan wilayah ini potensial dijadikan tujuan wisata bahari di Kabupatem Berau, khususnya observasi paus (whale watching tourism) dan lumba-lumba (dolphin watching tourism). Selain terkenal dengan surga bawah lautnya dan cetacean-nya, Maratua juga terkenal dengan keberadaan danau yang sangat unik yang terdapat di pulau yang terletak di barat daya Pulau Maratua. Danau tersebut bernama danau Kakaban. Dalam danau tersebut terdapat biota yang berupa ubur-ubur, uniknya, berbeda dengan ubur-ubur laut yang biasa, ubur-ubur ini tidak menyengat dan sangat jinak untuk didekati para wisatawan yang berenang disana. Ubur-ubur jenis ini hanya ada di Maratua dan tidak ada di tempat lain. Selain terdapat di Danau Kakaban, ubur-ubur jenis ini juga terdapat di Danau Haji Buang yang terletak diantara Kampung Bohe Bukut dan Kampung Payung-Payung. Danau Kakaban dapat menjadi salah satu ikon Pulau Maratua untuk bersaing dengan destinasi pariwisata lain yang menawarkan keindahan alam bawah laut. Danau tersebut dapat digunakan sebagai salah satu senjata andalan untuk mempromosikan Maratua di lingkup lokal maupun Internasional karena keunikannya dan tidak ada lokasi lain yang memlikinya. Dalam danau tersebut wisatawan dapat merasakan sensasi berenang dan menyelam bersama ubur-ubur tanpa harus takut tersengat. Tetapi harus ada pengelolaan khusus agar kelangsungan ekosistem di danau tersebut tidak terganggu. 4. Kegiatan Ekonomi Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi paling prospektif bagi masyarakat untuk memperbaiki taraf hidupnya. Matapencaharian sebagai nelayan dianggap oleh masyarakat tidak mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Sehingga, berbagai kegiatan penunjang wisata bahari menjadi tumpuan masyarakat saat ini. Namu problem sosial-ekonomi seperti rendahnya tingkat kesejahteraan yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas SDM harus menjadi perhatian menurut Wijaya (2015). Sementara itu, peluang usaha pada sektor pertanian juga seolah dihadapkan pada jalan buntu. Usaha perkebunan kelapa yang telah dirintis dan dikembangkan sejak generasi awal (sebelum masa kemerdekaan) cenderung terbengkalai. Pengembangan pertanian lainnya sangatlah sulit, karena lahan memiliki banyak faktor pembatas untuk bisa dimanfaatkan (sebagian besar lahan berbatu karang). Penerapan rekayasa teknologi pun belum ditunjang kapasitas SDM yang memadai. Meski ada juga masyarakat yang bertani dan membuka lahan untuk kebun dan ladang, namun sifatnya subsisten. Dari uraian diatas dapat dipahami, bahwa kondisi SDM masyarakat Pulau Maratua yang terbatas merupakan salah satu akar permasalahan yang menyebabkan terhambatnya masyarakat dalam mengembangkan kemandirian dan peningkatan kesejahteraannya. Selama ini pun masyarakat Pulau Maratua secara bersama-sama belum memiliki visi dan agenda pulau yang tegas, komprehensif, sinergis, dan berkekuatan hukum, sebagai acuan dan tujuan bersama untuk meningkatkan kesejahteraannya dan eksistensinya. Jasa akomodasi berkembang di hampir semua desa. Jasa akomodasi yang ada di Maratua bukan berupa hotel melainkan resort dan penginapan. Untuk resort tercatat di 2014 ada 3 dimana 2 terletak di Desa Teluk Harapan, sedangkan 1 berada di Desa Teluk Alulu. Untuk pengnapan tercatat pada tahun 2014 ada 3 yang semua berada di Teluk
Harapan. Sedangkan yang lain berupa homestay ada hampir di semua kampung. Namun pada tahun 2014 tercatat homestay yang masih menerima tamu ada 2 yang berada di Desa Bohesilian. Untuk transportasi penghubung antar desa sebagian besar menggunakan transportasi darat, baik sepeda motor atau mobil. Hanya 1 desa yang harus menggunakan sarana transportasi laut, Di Kecamatan Maratua juga sedang dibangun bandara sehingga semakin mempermudah akses bagi orang luar untuk masuk ke Kecamatan Maratua. 5. Sosial Budaya Dengan jumlah penduduk 3.511 jiwa pada 31 Agustus 2015, Pulau Maratua didiami oleh masyarakat tradisional dan sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Secara umum tingkat pendidikan rendah, keterbatasan pola pikir dan kreativitas, keterbatasan keahlian, hingga kesadaran dan kearifan yang rendah dalam mengelola lingkungan dan sumberdaya alam. Kondisi tersebut berdampak pada sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung pragmatis dan keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Karakateristik ini merupakan karakter umum nelayan di Indonesia. Suku yang mendiami pulau ini adalah mayoritas suku Bajau, dan beragama Islam. Suku lainnya ialah Bugis, Banjar, Berau, dan Bali (Wijaya, 2015). Kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung langsung pada hasil laut, baik dari kegiatan penangkapan maupun budidaya. Kompetensi masyarakat terbentuk melalui mekanisme pewarisan keahlian bidang perikanan dari generasi ke generasi. Menurut Wijaya (2015), terbatasnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan informasi, menjadikan lemahnya kemampuan dan kepekaan dalam mendayagunakan potensi pengembangan pulau untuk memperbaiki taraf hidupnya, seperti di bidang pariwisata. Maratua yang sarat akan tradisi leluhur juga dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya. Sehingga jika potensi alam dan budaya tersebut dikembangkan dapat menjadi satu kesatuan paket wisata. Keramahan masyarakat dan kebudayaan di Pulau Maratua yang sebagian besar dihuni masyarakat dari suku Bajau juga dapat menjadi daya tarik wisata budaya di daerah tersebut. Peluang mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru bagi masyarakat sebenarnya sangat terbuka, khususnya sektor pariwisata, yang mencakup puluhan bidang usaha di ranah hulu hingga hilir. Usaha ini didukung dengan semakin meningkatnya minat dan kunjungan wisata serta jasa lingkungan alam untuk wisata bahari yang berlimpah. 6. Kelembagaan Sama halnya dengan Kecamatan Derawan, kelembagaan yang ada dapat dikategorikan pada tingkat lokal, regional, dan nasional. Pola dan struktur kelembagaan, umumnya sama dengan kelembagaan yang berkembang di Kecamatan Derawan, hanya perlu mejadi perhatian adalah kelembagaan yang mengelola P. Maratua sebagai pulau terluar dan berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia dan Philipina. Interaksi antara kelembagaan di tingkat kecamatan dan desa perlu mendapat perhatian khusus dalam pengembangan ekonomi lokal masyarakat yang berdomisili di P. Maratua.
7. Isu Pengembangan Pulau Maratua merupakan pulau berbatasan langsung dengan wilayah perairan Filipina. Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan pulau ini. Namun pemanfaatan potensi pulau ini masih belum optimal akibat perhatian dan kebijakan Pemerintah selama ini lebih berorientasi ke darat. Maratua yang selama ini lebih dikenal tergabung dalam gugusan kepulauan Derawan di Kabupaten Berau adalah sebagai bagian dari Daerah Tujuan Pariwisata atau Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Derawan - Kayan Mentarang dan sekitarnya. Destinasi Pariwisata Nasional adala kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang berskala nasional. Dengan demikian sudah seharusnya Maratua juga mendapat prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan pariwisata. Pengembangan ekowisata dapat menjadi salah satu solusi dalam hal tersebut, yaitu dengan mengoptimalkan potensi alam yang dimiliki tanpa merusaknya karena berprinsip pada kelestarian lingkungan, kemantapan struktur sosial dan kelestarian ekonomi Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Melalui sektor pariwisata, Maratua dapat berperan penting untuk pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau. Posisinya yang sangat strategis sebagai pulau terluar Indonesia, Maratua juga rawan untuk diambil alih oleh negara lain jika pemanfaatan serta pengembangan pulau tersebut tidak dimaksimalkan oleh pemerintah. Maka dari itu, Maratua dapat digolongkan sebagai Kawasan Strategis (KSPN) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Skema kemitraan pariwisata dapat dikembangkan (Wijaya, 2015). Skema ini ditawarkan oleh pihak resort yang ada (sebagaimana informasi yang didapat dari Kepala Kampung Teluk Harapan dan Camat Maratua), namun belum membuahkan hasil. Diantara factor penyebabnya adalah ketidaksiapan masyarakat juga diduga karena belum adanya titik temu mekanisme komunikasi dan mediasi efektif antara pihak resort dengan masyarakat. Akibatnya, antrian wisatawan dengan terbatasnya daya tampung resort acapkali terjadi. Meski cukup banyak masyarakat yang mulai mendayagunakan huniannya sebagai homestay, namun kondisi dan pelayanannya cenderung belum memenuhi standar kelayakan dan kenyamanan wisatawan ceruk pasar (high class). Selain itu, dengan semakin besarnya minat investor dibidang pariwisata di Pulau Maratua akhir-akhir ini, oleh masyarakat justru disikapi dengan menjual lahan yang diklaim sebagai miliknya kepada para investor. Tidak hanya penduduk Maratua yang menjual lahannya. Beberapa penduduk dari luar Maratua yang pernah tinggal di Maratua kini berlomba-lomba mengklaim lahan dan menjualnya pada investor asing. Bahkan menurut salah satu tokoh masyarakat, 25% lahan strategis untuk pengembangan pariwisata kini sudah berpindah tangan ke investor asal Cina. Letak geografis Pulau Maratua yaitu berada di sebelah timur Pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan perairan Filipina. Tidak jarang ketika gelombang besar
banyak nelayan dari Maratua terdampar di Filipina ataupun sebaliknya nelayan dari Filipina terdampar sampai pulau Maratua. Posisi Maratua yang berada di pulau terluar Indonesia menjadikan Maratua mudah diakses oleh wisatawan dari luar negeri dengan menawarkan pariwisata minat khusus yang semakin diminati oleh wisatawan. Dengan segala potensi wisata yang melimpah serta didukung kebijakan pengelolaan yang baik Maratua akan menjadi destinasi pariwisata unggulan di masa yang akan datang. Maratua merupakan satu pulau yang berbentuk kecamatan dan terdiri dari empat desa yang lebih dikenal dengan sebutan kampung. Dengan keadaan seperti itu Maratua cocok didesain menjadi kampung wisata dimana setiap setiap kampungnya terintegerasi satu dengan yang lain dan mempunyai peran yang berbeda menurut potensinya masingmasing. Infrastruktur yang tersedia di kecamatan tersebut belum memadai seperti contohnya belum tersedianya listrik dan air bersih di daerah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari warga banyak yang mengandalkan tampungan air hujan. Karena struktur tanah yang terbentuk dari batuan karst menyebabkan sumber air tanah di wilayah tersebut terbatas. Masyarakat belum mampu mengelola potensi wisata yang ada dan belum bisa menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Pulau Maratua mempunyai sumber daya alam serta kebudayaan yang sangat berpotensi dikembangkan menjadi destinasi pariwisata. Sumber daya alam tersebut terdiri dari keindahan alam bawah laut dengan segala keanekargaman hayati yang terkandung didalamnya, goa, danau, dan pantai serta pemandangan alam lain yang sangat indah.