KEADAAN UMUM KEBUN Sejarah Kebun PT National Timber and Forest Product merupakan anak perusahaan PT Siak Raya Group yang berkedudukan di Provinsi Riau. PT National Timber and Forest Product pada tahun 2009 namanya berganti menjadi PT National Sago Prima setelah dibeli sebagian besar sahamnya dan disahkan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009. PT National Sago Prima merupakan bagian dari Sampoerna Biofuel yang merupakan perusahaan yang akan mengembangkan biofuel dari berbagai komoditas salah satunya sagu.
Letak Geografis dan Administratif Kebun PT National Sago Prima secara geografi terletak pada 00 32` – 10 08` LU dan 1010 43` – 1030 08` BT. Secara administratif terletak di Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Sungai Tohor Desa Tanjung Gadai, Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, dan Desa Sungai Pulau, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Lokasi PT National Sago Prima berbatasan dengan PT Lestari Unggul Makmur di Utara, dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Tanjung Gadai di Timur, dengan Desa Teluk Buntal dan Kampung Baru di Selatan dan PT Unisraya di Barat.
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim Perkebunan PT National Sago Prima termasuk dalam wilayah hutan hujan dengan rata-rata curah hujan berkisar pada 1966 mm/tahun (data 2007-2008) dan hari hujan tiap bulan antara 7-13 hari dengan intensitas berkisar 16-17 mm/hari. Menurut Schmidt dan Fergusson (1951), areal PT National Sago Prima termasuk type B dengan Q = 33,3 %. Karakteristik lahan pada lokasi perkebunan adalah lahan gambut dalam (3-5 m) dengan tingkat kematangan sedang (gambut hemik). Gambut di wilayah PT National Sago Prima termasuk dalam gambut oligotropik yaitu gambut yang sedikit mengandung bahan mineral. Sekitar 99 % lahan perkebunan merupakan
10
tanah organosol dan sisanya tanah aluvial. Tanah aluvial banyak terdapat disekitar sungai di perkebunan. Sungai yang ada di lokasi perkebunan antara lain Sungai Mukun, Sungai Pulau, Sungai Buntal dan Sungai Suir Kiri. Lokasi kebun PT National Sago Prima terletak di ketinggian antara 0-5 m dpl. Tingkat kemiringan lahannya antara 0 – 8 %.
Kondisi Pertanaman dan Produksi Tanaman sagu yang ada di PT National Sago Prima ditanam secara bertahap mulai dari tahun 1996 hingga 1999. Areal Perkebunan saat ini dibagi menjadi 12 divisi, masing-masing divisi memiliki sekitar 20-24 Blok yang tiap bloknya seluas 50 ha (1000 m x 500 m). Tiap Blok satu dengan yang lain dibatasi oleh kanalkanal. Jenis sagu yang ada di PT National Sago Prima adalah jenis sagu yang memiliki duri seperti sagu tuni (Metroxylon rumphii Mart.) dan Sagu Ihur (Metroxylon sylvester Mart.), dan sagu tak berduri yaitu sagu Molat (Metroxylon sagus Rotb.). Sagu yang ditanam memiliki jarak tanam 10 m x 10 m, 9 m x 9 m atau 8 m x 8 m. Tiap blok terdapat 100-125 baris tanaman sagu, bergantung pada jarak tanam yang digunakan. Jalur lorongan atau jalur angkut dibuat dengan arah utaraselatan dengan panjang lorongan ± 500 m. Satu lorongan terdiri atas 2 baris tanaman sagu. Tiap baris tanaman terdapat 50-70 rumpun atau tanaman sagu bergantung pada jarak tanam yang digunakan. Tabel 1. Data Panen Realisasi Panen (Tual) Tahun Tanam
2010
2011
Divisi
Divisi
1
2
3
4
1
2
3
4
1996
66
533
0
0
1299
273
0
0
1997
1652
1783
190
0
759
4273
0
0
1998
0
0
361
206
0
0
2327
1404
Total
1718
2316
551
206
2058
4546
2327
1404
11
Kegiatan panen di PT National Sago Prima telah dilakukan beberapa kali.Hasil yang didapatkan dalam bentuk tual atau potongan batang sagu pada ukuran 42 inci (105 cm) (Tabel 1).
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pengorganisasian Kebun Struktur organisasi yang digunakan oleh PT National Sago Prima adalah sistem organisasi lini atau garis. Sistem tersebut merupakan bentuk organisasi dengan pimpinan sebagai pemegang wewenang tunggal. Garis komando kuat dan hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah, dengan demikian segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan. Ciri-ciri dari organisasi tersebut yaitu jumlah karyawan sedikit, selain menejer puncak menejer dibawahnya hanya sebagai pelaksana, sarana dan alatnya terbatas, serta hubungan atasan dan bawahan bersifat langsung melalui satu garis wewenang. Pimpinan puncak di PT National Sago Prima dipegang oleh general manager (GM). General manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja kebun. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab langsung kepada GM untuk kegiatan administrasi, kepala tata usaha membawahi empat bagian yaitu bagian personalia, bagian pembukuan, bagian umum, dan bagian gudang. Tim teknis dan koordinator bertanggung jawab secara langsung kepada GM atas pelaksanaan pengelolaan kebun. Pengelolaan kebun di PT National Sago Prima dilaksanakan secara sektoral dengan membagi wilayah perkebunan menjadi beberapa bagian yang masing–masing dipimpin oleh asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dan menejerial bagian yang dipimpinnya. Setiap asisten divisi bertanggung jawab atas areal pertanaman seluas 1.000 ha, dalam pelaksanaannya asisten divisi membawahi dan menerima pertanggungjawaban dari mandor I dan krani, serta mandor lapangan secara langsung.
12
Tenaga Kerja Buruh Harian Lepas (BHL) Buruh harian lepas adalah tenaga kerja yang tidak terikat dengan perusahaan. Tenaga kerja ini digunakan hampir semua kegiatan budidaya tanaman. Waktu kerkja selama 7 jam kerja yaitu dari pukul 07.00-14.00 WIB. Upah diberikan Rp 45.000 perhari sesuai dengan jumlah kehadiran. Setiap 2 minggu sekali upah diberikan oleh perusahaan kepada BHL. Jumlah buruh harian lepas pada setiap divisi tidak lebih dari 15 orang, sedangkan pada swakelola pembibitan kurang dari 10 orang. Karyawan Harian Tetap (KHT) Tenaga kerja tetap perusahaan yang merupakan bagian dalam perusahaan dan terikat oleh perusahaan. Karyawan KHT meliputi keamanan, bagian mesin dan bagian teknis kebun. Pelaksana teknis kebun hampir sama dengan jam kerja buruh harian lepas. Gaji yang diperoleh karyawan harian tetap dibayarkan setiap bulan. Gaji yang diperoleh sama dengan buruh harian lepas, namun karyawan harian tetap mendapatkan cuti kerja selama 4 hari dalam satu bulan. Karyawan harian tetap terdiri dari mandor, operator, security dan pembantu mess dengan jumlah 40 orang. Tenaga Kerja Bulanan Tenaga kerja bulanan merupakan tenaga kerja tetap perusahaan yang terikat oleh perusahaan. Karyawan tetap bulanan terdiri dari general manager, koordinator, supply logistic, eksternal relations, technical support, asisten divisi, asisten pembibitan, staf administrasi, manager dan staf R&D. Karyawan bekerja setiap hari dengan 7 jam kerja setiap hari dengan waktu kerja sebanyak 26 hari dalam satu bulan. Waktu cuti menjadi tiga kali setiap bulan dengan jumlah tenaga kerja 18 orang.
Tenaga Kerja Borongan Sistem tenaga borongan menggunakan sistem kontrak yang dilakukan pada tahapan budidaya tertentu, seperti persiapan lahan, pengendalian gulma secara
13
manual, pengambilan anakan dan panen. Sistem kontrak dilaksanakan dengan kesepakatan antara perusahaan dan kontraktor yang dilegalkan dengan surat perjanjian kerja (SPK). Kontraktor dapat mengepalai satu atau lebih rombongan pekerja dengan jumlah tiap rombongan minimal 4 orang. Karyawan kontrak selama masa kerjanya tinggal di dalam lokasi kebun dengan fasilitas yang diberikan perusahaan. Jam kerja mereka tidak dapat ditetapkan oleh perusahaan asalkan pekerjaan mereka sesuai target yang telah disepakati. Jumlah karyawan kontrak setiap divisi yaitu 4-5 rombongan dengan setiap rombong terdiri atas 5-6 orang.