Kata Sambutan Ketua Panitia Seminar Nasional FIS UM di Sasana Budaya 14 April 2016
Bapak Rektor Yang terhormat Bapak-bapak Waki Rektor Ketua lembaga di Lingkungan UM Para Dekan di Lingkungan UM Para Nara Sumber Ibu Dekan FIS UM Para Ketua Jurusan dan Koorprodi, Sekretaris dan Kepala Laboratorium, Pendidikan Geografi, Geografi, Pendidikan Sejarah, Ilmu Sejarah, PPKN , Pendidikan IPS dan Sosiologi semua Dosen dan asisten di FIS, para Mahasiswa, serta Hadirin peserta seminar yang kami muliakan. Assalam mualaikum, Salam Sejahtera, Namaste, Om Swastyastu. Puji dan syukur kita haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan limpahannya, kita dapat berkumpul di Gedung Sasana Budaya UM Malang, dalam keadaan sehat untuk mengikuti acara Seminar Nasional. Thema seminar ini adalah MENGGAPAI PENDIDIK PROFESIONAL YANG BERKARAKTER DAN KREATIF DALAM PRAKSIS ILMU-ILMU SOSIAL DAN PEMBELAJARANNYA UNTUK MENCETAK GENERASI CERDAS DAN BERDAYA SAING GLOBAL. Theme seminar ini sesuai dengan pelbagai permasalahan sosial yang dihadapi maupun mendatang, seperti masalah Globalisasi, MEA, kesetiakawanan sosial, korupsi, sex bebas, LGBT, teroris, masalah SARA, penurunan moral, nilai dan etika dan masalah sosial lainnya. Seminar ini mencoba mengurai dan menawarkan sejumlah alternatif pemecahan permasalahan dari perspektif keilmuan. Seminar ini merupakan seminar Nasional yang dilakukan setiap tahun di FIS UM, di samping seminar yang berskala lebih luas lagi, serta kegiatan akademik lainnya Hadirin yang terhormat Seminar ini diikuti oleh mahasiswa S1 FIS, mahasiswa Pasasarjana (S2 dan S3), dosen UM dan guru. Jumlah peserta seminar adalah 147 orang dan jumlah makalah yang masuk adalah 62 makalah utama. Semua makalah disusun dalam prosiding seminar yang ber ISBN.
Pembicara utama pada seminar ini: 1. Prof. Dr. Bunyamin Maftuh,M.A, M.Pd (Drektur Karir dan Kompetensi Sumberdaya Manusia, Kementrian Riset dan Teknologi, Pendidikan Tinggi. Guru besar Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung) 2. Drs. Sardiman AM, M.Pd, Sekjen HISPISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia), Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Dr. Ida Bagus Made Astawa, M.Si (Pakar Pendidikan Geografi) Universitas Pendidikan Ganesha. dan 4. Dr. Ari Sapto M.Si, Sejarawan Universitas Negeri Malang, Koorprodi Pendidikan Sejarah, Pasasarjana UM Para hadirin yang terhormat, Kegiatan seminar ini terselenggara atas bantuan dan dorongan dari Bp. Prof.,Dr. Rofiudin, M.Pd, selaku rektor UM dan Ibu. Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd, Dekan FIS UM, dan semua Kajur dan Korprodi di FIS UM , saya atas nama ketua panitia mengucapkan trimakasih. Demikian juga kepada seluruh panitia yang terlibat, termasuk mahasiswa, saya ucapkan trimakasih atas kerjasama yang baik dan saling mendukung demi suksesnya kegiatan seminar ini. Dengan segala kerendahan hati kami memohon kepada Ibu Dekan untuk membuka acara seminar ini. Kepada para peserta seminar, saya atas nama panitia memohon maaf yang sebesarbesarnya, apabila terjadi kekurangan dan kesalahan dalam melayani Bp dan Ibu, Akhir kata kami ucapkan selamat berseminar Wasalam mualaikum warahmatullah Wabarakatu, salam sejahtera, Namaste, Om Shanti,Shanti, Shanti Om
I Komang Astina
DAFTAR ISI
PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENYUSUNAN BAHAN PEMBELAJARAN
7
Ari Sapto
7
TUNTUTAN KEPADA PRFESIONALITAS GURU GEOGRAFI DALAM MENCETAK GENERASI BER-SPATIAL THINKING SK1LL Ida Bagus Made Astawa
12 12
KEARIFAN LOKAL "PAMALI" di KAMPUNG NAGA sebagai SUMBER BELAJAR UNTUK PENGEMBANGAN KARAKTER Adhi Munajar, Sugeng Utaya, Ach Amirudin PERAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Agus Purnomo, Nevy Farista Aristin
20 20 25 25
PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DIPADU QUIZ-QUIZ TRADE PADA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR 34 Agus Wakhidin, Sumarmi, Ery Tri Djatmika R.W W
34
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA Amalia Putri Wijayanti, Sumarmi, Ach. Amirudin KAJIAN ISI BUKU SISWA GEOGRAFI SMA KELAS X SEMESTER I Ana Susiati,Sugeng Utaya, Singgih Susilo
42 42 50 50
PENGARUH METODE OUTDOOR STUDY TERHADAP PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK MEMBENTUK KARAKTER CINTA LINGKUNGAN Andri Estining Sejati, Sumarmi, I Nyoman Ruja
59 59
MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA GEOGRAFI MELALUI MODUL GEOGRAFI PARIWISATA BERBASIS WISATA BUDAYA PULAU LOMBOK Andrinata, Sumarmi, I Komang Astina
66 66
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SERV10E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA 74 Ardani, Sugeng Utaya, Budijanto
74
WISATA BAHARI PULAU PASOSO SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI PARIWISATA UNTUK MENUMBUHKAN CINTA PEDULI LINGKUNGAN
81
Arifuddin A Muis, Sumarmi, I Komang Astina
81
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI MATERI HIDROSFER Bakti Adisyah, Sugeng Utaya, dan Budijanto
87 87
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM 95
PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA
95
Bandarusin, Sugeng Utaya, Budijanto GEOSPATIAL INTELLEGENCE SEBAGAI KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKATTINGGI DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI MASA KINI DAN MASA DEPAN Bigharta Bekti Susetyo, Sumarmi, I Komang Astina
101 101
KEBUTUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR MUATAN IPS KONTEKSTUAL KELAS IV 110
SEKOLAH DASAR Budi Abriansyah, Siti Malikhah Towaf, Ach. Amirudin BUDAYA MENCONTEK DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
110 117 117
Charli Sitinjak IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI MENGGUNAKANBLENDED LEARNING UNTUK
122
MEMBANGUN KEMANDIRIAN SISWA
122
Cindya Alfi, Sumarmi, Ach. Amirudin PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY BERBASIS CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN TARIGU KABUPATEN CIANJUR JAWA
127
BARAT
127
Darmawan, Wahjoedi, Sumarmi SEJARAWAN PENDIDIK BERKARAKTER NASIONALIS
135 135
Daya Negri Wijaya IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERKARAKTER TERHADAP PRESTASI MAHASISWA DI PERGURUAN
144
TINGGI Devi Ratih Retnowati, Ach. Fatchan, I Komang Astina
144
MENCETAK GENERASI CERDAS MELALUI PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN 151
MULTIMEDIA INTERAKTIF Dian Prasma Anggraini, Sumarmi, Punadji Setyosari
151
PENGEMBANGAN SOFTSK1LL UNTUK CALON GURU GEOGRAFI MELALUI KULIAH KERJA LAPANGAN157 157
Dicky Arinta, Sugeng Utaya, Komang Astina MODEL KONSEPTUAL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS OUTDOOR STUDY SEBAGAI UPAYA
163
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
163
Dwi Pudi Lestari, Ach. Fatchan, I Nyoman Ruja INTEGRASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PEDULI
169
LINGKUNGAN PESERTA DIDIK
169
Eka Puspitasari, Sumarmi, Ach. Amirudin MEMAHAMI MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN FENOMENOLOGI SEBAGAI SALAH
175
SATU UPAYA MENJADI GURU PROFESIONAL 2
Eko Anang Hadi Santoso, Achmad Fatchan, I Nyoman Ruja
175
NILAI — NILAI KEARIFAN LOKAL PADA KAWASAN HUTAN AIR HANGAT NGANGET (KHAHN) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN KARAKTER
181
Elok Ayu Khumaerok Ertika Subekti, Budijanto, I Nyoman Ruja
181
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FAN N P1CK
188
Evi Puspitasari, Ach. Amirudin, Punaji Setyosari
188
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARN1NG BERBASIS OUTDOOR STUDY DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
194
DI SMA
Galuh Maulidiyahwarti, Sumarmi, Ach. Amirudin IDENTIFIKASI PROBLEM PEMBELAJARAN IPS TINGKAT SMP DALAM KURIKULUM 2013
194 203 203
GM. Sukamto, Dn., I Nyoman Ruja TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
210 210
Helisman, Sumarmi, Ramli PERAN DAN POLA PEMBINAAN GURU DALAM OLIMPIADE SAINS NASIONAL (KAJIAN TEORITIK)
217 217
Heris Hulay Fitern, Ach Fatcan, Singgih Soesilo MENJADI PENGAJAR PROFESIONAL MELALUI UPAYA BERBAGI PENGETAHUAN (KNOWLEDGE
223
SHARRING)
223
I Dewa Putu Eskasasnanda, Nurul Ratnawati PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG DI LERENG SELATAN GUNUNG KELUD KABUPATEN BLITAR
229 229
I Komang Astina, Ari Sapto,dan I Nyoman Ruja PEMANFAATAN MEDIA POWERPOINTSEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN DI
237
SEKOLAH DASAR
237
Isa Suhada, Ruminiati, Eddy Sutadji POLA MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA DI KOTA MALANG DALAM PERSPEKTIF
243
ETNOMETODOLOGI
243
Isa Wijiningtyas, Ach Fatchan, I Nyoman Ruja PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN OUTDOOR STUDY UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN CICADAS 248
KOTA SUKABUM I
248
lyus, Wahjoedi, Ach. Amirudin PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA DALAM RANGKA MENCETAK GENERASI BANGSA YANG BERKUALITAS Kurnia Dewi Anjani, Ach. Fatchan, Ach. Amirudin
3
256 256
PENGARUH MINAT DAN KEBIASAAN MEMBACA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA264 Kurnia Maulidi Noviantoro, Ach. Amirudin, Budijanto
264
MEMBANGUN KARAKTER MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS NILAI DAN 271
MORAL
271
Lutfiah Ayundasari PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COURSE REWEW HORAY TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL
282
BELAJAR
282
M.Taufik Akbar, Sugeng Utaya, Ach. Amirudin STUDI PENDAHULUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SD NEGERI GRUGU 02 KAWUNGANTEN
286
KABUPATEN CILACAP
286
Masikem, Budi Eko Soetjipto, Sumarmi
PROGRAM PPG UNTUK MEMBANGUN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI (STUDI KASUS DI UNIVERSITAS 293
NEGERI SURABAYA)
293
Mega Prani Ningsih, Achmad Fatchan SUMBER BELAJAR DENGAN MEMANFAATKAN KAWASAN EKOWISATA UNTUK MENUMBUHKAN
301
KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
301
Moh. Syafiudin, Sumarmi, dan I Komang Astina
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARN1NG PADA MATERI MITIGASI DAN ADAPTASI TERHADAP 307 BENCANA ALAM GEOGRAFI SMA 307
Moh. Zainuddin, Budijanto, Ach. Amirudin STUDI EKSPLORASI TANTANGAN DAN HARAPAN GURU-GURU IPS KOTA MALANG DALAM
312
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
312
Neni Wahyuningtyas, Nurul Ratnawati IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DIPADU NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DI SMA
322 322
Nila Puspita Sari, Ach. Amirudin, Budijanto
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA MELALUI PENELITIAN LAPANGAN MENGGUNAKAN STUDENT 330
WORKSHEET PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI
330
Nur Cholifah, Sumarmi, Ach. Amirudin
ETNOGRAFI PENDIDIKAN PADA KOMUNITAS ADAT DESA KERSIK TUO DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI (MJSR-ITALIA)
336 336
Nur Hadi
IMPLEMENTASI KEGIATAN LESSON STUDY BAGI MAHASISWA PPL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS 345 PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI PENDIDIK 345
Nur Wakhid Hidayat, Sumarmi, Ach. Amirudin
4
PENINGKATAN MINAT BELAIAR MELALUI KOMBINASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN 350
TEAM GAMES TOURNAMENT
350
Rika Hajizah Purba, Ach.Fatchan, Singgih Susilo PENINGKATAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI ONE MAN ONE TREE
356 356
Risnani, Sumarmi, I Komang Astina MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
362 362
Sari Dewi, Sumarmi, Ach. Amirudin
PEMBELAJARAN SAV1 BERBANTUAN VIDEO PEMBELAJARAN PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH 371 DASAR 371
Sarnoko, Ruminiati, Punadji Setyosari
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN MENERAPKAN 377
BELAJAR BERANEKA SUMBER
377
Sri lra Suharwati, Sumarmi, I Nyoman Ruja SINERGI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN UNTUK
384
MENGHADAPI MEA 2015
384
Sri Untari KAJIAN STRATEGI INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PADA PEMBELAJARAN IPS SD
393 393
Syarifah Evy Nurhayati, Sumarmi, Munzil MENGGUGAH PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI MELALUI E-LEARN1NG UNTUK MENGHADAPI
399
TANTANGAN GLOBAL
399
Takhiyyatul Ulfi, Sumarmi, Ach. Amirudin
INTEGRASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR MELALUI 406 MEDIA AUDIO VISUAL 406
Tri Susilowati, Sumarmi, Munzil PEMBANGUNAN KESADARAN SEJARAH MAHASISWA MELALUI REVITASILASI NILAI-NILAI
413
KETELADANAN Mr. Sartono
413
Ulfatun Nafi'ah
PEMBUATAN KOMPOS LIMBAH DADUK UNTUK MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI 419
LINGKUNGAN Uswatun Khasanah,Sugeng, Utaya, Samsul Bachri
419
PERANAN GROUP INVEST1GATION BERBASIS OUTDOOR STUDY DALAM UPAYA PENINGKATAN 425
KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA Valeriana Rasweda S. Perwitasari, Sumarmi, Achmad Amirudin
5
425
PENGEMBANGAN STUDENT WORKSHEET BERBASIS PROJECT BASED LEARNING DALAM MEMBENTUK 433
KARAKTER CRITICALTHINKING SISWA Wahyu Islamul Hayati, Sugeng Utaya, I Komang Astina
433
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MAHASISWAJURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
438
Yuswanti Ariani Wirahayu
438
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVEST1GATION DENGAN PROBLEM BASED LEARN1NG TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS-X Zakiyatul Lutfiyah, Hadi Soekamto, Satti Wagistina
6
445 445
IDENTIFIKASI PROBLEM PEMBELAJARAN IPS TINGKAT SMP DALAM KURIKULUM 2013
GM. Sukamto, Dn., I Nyoman Ruja FIS Universitas Negeri Malang
[email protected],
[email protected] Abstrak: Tujuan makalah ini mensharingkan berbagai temuan sebagai studi tentang masalah-masalah yang timbul/ada dalam pembelajaran IPS SMP dalam Kurikulum 2013. Selanjutnya berharap mendapadcan kritfic dan saran sebagai penguatan dan bahkan juga melemahkan dari berbagai temuan yang di sajikan. Sebagaimana publik mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 tidak dapat berjalan dengan normal, bukan hanya disebabkan oleh para guru yang belum siap, melainkan juga sebagai keputusan politik juga labil artinya bersamaan dengan pergantian dan pemilihan presiden yang terjadi pada tahun 2014 yang secara otomatis terjadi pergantian kabinet termasuk di dalamnya menteri pendidikan. Ini sekaligus membenarkan adagium ganti menteri ganti kebijakan, yang berubah menjadi "ganti menteri ganti kurikulum". Benar saja beberapa saat setelah menteri pendidikan terpilfit, tidak lama berselang Kurikulum 2013 dihentikan (walaupun tidak seluruhnya — aneh dan uniknya tajadi resistensi bahwa dinas dan sekolah tetap bersikeras melaksanakan kurikulum 2013. Studi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan penggalian informasi dilakukan melalui FGD (Fokus Gorup Diskusi). Sebagai hasilnya ditemukan problem yang cukup banyak dan bervariasi. Dari sisi guru, belum semua guru siap melaksanakan, belum semua sarana prasarana terpenuhi di antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain variasi terlalu jauh. Problem profesionalisasi yaitu penguasaan materi secara khusus semua guru belum siap, lebih disebabkan oleh sejak semula para guru tidak disiapkan untuk membelajarkan IPS, umumnya mereka dididfic disiplin ilmu Geografi, Sejarah, Ekonomi dan sosiologi, bahkan yang terakhir belum ada atau belum banyak tenaga alumni sosiologi. Kata-kata kunci : problem pembelajaran IPS, SMP , kurikulum 2013
PENDAHULUAN Hiruk pikuk pelaksanaan atau implementasi Kurikulum 2013 cukup mencengangkan semua pihak, sebagaimana rencana semula Implementasi dilaksanakan bertahap yaitu tahap 1 tahun 2013 untuk kelas 1,2 SD, kelas 7 SMP dan kelas 10 SMA, selanjutnya tahun 2014 untuk kelas 4,5, dan kelas 8 SMP serta kelas 11 SMA, namun sayang pada tahun yang sama sedang dilaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Apa boleh buat presiden Incumben telah menjalani masa bakti dua kali atau dua periode, sehingga sadar atau tidak presiden incumbent harus melengserkandiri dan digantiikan oleh presiden yang baru terpilih tahaun 2014. Benar saja presiden terpilih pada tahun 22014 adalah 1r Joko Widodo yang dikenal dengan Jokowi, dalam rangka mejalankan amanat rakyat, maka presiden terilih menyusun cabinet, salah satunya adalah menteri Pendidikan dan kebudayaan (pola lama) dan Menteri Pendidikan (pola baru) karena Kebudayaan di pegang oleh seorang menteri sendiri. Pada akhimya pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak serta merta dilanjutkan oleh Menteri Pendidikan yang baru, bahkan menteri pendidikan yang baru menghentikan sementara untuk sekolahsekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013, Menteri Pendidikan melakukan kebijakan itu dengan pertimbangan bahwa berdasarkan penilaiannya banyak hal yang belum siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 temtama adalah pihak guru yang harus mengekskusi dan melaksanakan kurikulum tersebut. Studi ini secara khusus untuk mencoba melakukan identifikasi masalah-masalah yang berkaitan erat dengan implementasi kurikulum 2013 pada umumnya dan pelaksanakan pembelajaran Ilmu Pengeahuan social pada khususnya. Pada suatu jenjang SMP. Mengapa dipilih dan dibatasi pada masalahmasalah tersebut di atas, tampaknya karena pada jenjang SMP dan bidang pelajaran IPSIah yang tampak 203
masalah-masalah ini menyeruak lebih fenomenal, sebagai akibat dari realitas guru yang belum memadai untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan baru tersebut. Mengapa dikatakan bahwa guru belum memadai? Maksudnya bahwa semua guru tersebut di atas sebagai produk dari pendidikan disiplin ilmu yang non IPS, melainkan disipin ilmu tunggal misalnya geografi, sjarah, ekonomi, antropologi dan sosiologi. Di andailcan para guru tersebut dikembalikan ke dalam disiplin atau bidang studinya masing-masing maka tidak terlampau bermasalah. Oleh karena itu tatkala IPS sebagai mata pelajaran IPS terpadu yang harus dipegang oleh seorang guru digulirkan bersamaan Kurikulum 2013. Ini artinya secara esensial dan fundamental memang para guru belum disiapkan untuk mengajar/membelajarkan pendidikan IPS. Bagian ini sebagai pembahasan atas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, yang dikaitkan dengan teori-teori yang telah dikemukakan dalam landasan teori. Penelitian ini hanya dilakukan di tiga tempat yaitu Kota/ Kabupaten Malang, Blitar, dan Probolinggo dengan alasan bahwa setelah diadakan pengambilan data di tiga tempat tersebut, data dianggap sudah jenuh. Berikut adalah pembahasannya: Permasalahan Guru-Guru SMP Mata Pelajaran IPS dalam Implementasi Kurikulum 2013 Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa permasalahan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam implementasi Kurikulum2013 yaitu guru merasa belum siap dalam penerapan Kurikulum 2013. Sejalan dengan pendapat tersebut, Qomariyah (2014: 25) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam rangka menghadapi implementasi kurikulum 2013 sekolah (MTs Al Fitroh) dan guru pengajar bisa dinyatakan kurang siap dalam mendahadapi implementasi kurikulum ini. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat Ketua Forum Diskusi Guru (FSGI) Jakarta Listyarti dalam (Ahmad, 2013: 102) mengutarakan bahwa: 52 jam pelatihan yang dikemukakan kementerian tidak memadai untuk menyiapkan guru menerapkan kurikulum baru. Menurutnya, sulit untuk mengajarkan dan memaksa guru menerapkan kurikulum baru. Banyak pengamat pendidikan lainnya juga tidak setuju dengan jam pelatihan guru yang dianggap cukup singkat. Menurut mereka, pemerintah sebaiknya menyiapkan guru dulu dengan meningkatkan kompetensi mereka sebab penerapan kurikum baru diperkirakan memang berat. Jadi, kementerian dianggap terlalu tergesa-gesa menerapkan kurikulum baru dengan mengabaikan kesiapan guru. Permasalahan tentang kesiapan guru senantiasa mendapat tempat tersendiri dan mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini dikarenakan guru mengemban peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Betapa bagus dan indahnya kurikulum, keberhasilan kurikulum tersebut pada alchimya bergantung pada masing-masing guru. Hal ini sejalan dengan pendapat (Marker & Mehlinger, 1992: 834-835) yang menyatakan bahwa "For example, one teacher may proclaim that one of democracy's virtues is a tolerance for many points of view, but in the classroom choke off views inconsistent with his or her own. Another teacher may offer no assertions about the value of democracy, while exhibiting its virtues in his or her own behavior". Sesuai dengan amanat Kurikulum 2013 bahwa mata pelajaran IPS masuk kedalam konsep pembelajaran terpadu. Pada hakikatnya IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies. Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi (Permendikbud No. 58, 2014: 9). Namun permasalahan yang ditemukan dalam penerapan Kurikulum 2013 ini adalah guru merasa kesulitan dalam mengajarkan materi Ilmu Pengetahuan Sosial secara terpadu (Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi), karena mereka berasal dari lulusan salah satu disiplin ilmu saja, dan sumber belajar (buku-buku) masih sedikit, sehingga pada akhimya guru merasa kesulitan dalam pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran yang benar-benar IPS terpadu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Fitriani, dkk (2013: 4) bahwa pembelajaran IPS di Indonesia sendiri, secara umum masih diajarkan secara terpisah-pisah. Beberapa penyebab hal ini dapat terjadi, karena 1) materi yang diajarkan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan guru, 2) banyaknya materi yang harus diberikan dan masing-masing bab tidak saling berkaitan, 3) kurangnya waktu yang disediakan, 4) banyaknya materi yang harus diberikan dan dari disiplin ilmu yang berbeda, dan 5) kurangnya sumber referensi terutama untuk kurikulum 2013. 204
Permasalahan selanjutnya adalah masalah penilaian yang terlalu rumit. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusilowati (2013) yang menyatakan bahwa 87% (20 dari 23 guru) mengalami kesulitan dalam memahami cara penilaian, 70 % (16 dari 23 guru) kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, 66% (15 dari 23 guru) kesulitan dalam memahami model-model pembelajaran, dan 79% (18 dari 23 guru) mengalami kesulitan membuat instrumen penilaian. Ini artinya guru di sekolah, ini memang sangat membutuhkan pendampingan dalam mengembangkan instrument penilaian. • Secara keseluruhan temuan-temuan penelitian tentang permasalahan-permasalahan yang dialami guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa implementasi Kurikulum Nasional 2013 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Pontianak belum dapat berjalan efektif yang dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu a) komunikasi, dimana sosialisasi dan pelatihan guru tentang Kurikulum Nasional 2013 belum cukup bahkan masih banyak guru yang belum mendapatkan sosialisasi dan pelatihan sehingga hakikat dan esensi Kurikulum Nasional 2013 belum dapat dipahami secara utuh ; b) sumber daya, dimana kompetensi guru sebagai implementor Kurikulum Nasional 2013 masih banyak yang kurang serta buku-buku teks yang belum semuanya ada ; c) disposisi, dimana beberapa guru masih menggunakan kurikulum lama dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran Kurikulum Nasional 2013 belum dapat terealisasi ; d) strulctur birokrasi, dimana belum ada standar penilaian sikap dan psikomotor siswa yang baku serta belum ada standar diskripsi penilaian dalam rapor. Senada juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alawiyah (2014) yang menyimpulkan bahwa memasuki tahun pelajaran baru 2014/2015, implementasi Kurikulum Nasional 2013 masih menghadapi satu kendala besar yang harus segera ditangani, yaitu persoalan kesiapan guru sebagai kunci keberhasilan implementasinya. Beberapa program persiapan sudah dilakukan pemerintah, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga belum semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk mengimplementasikan Kurikulum Nasional 2013. Hal ini dikarenakan beberapa kekurangan dalam proses pelatihan antara lain dari sisi waktu pelatihan yang terlalu singkat, metode pelatihannya yang lebih banyak difokuskan pada ceramah, teori, dan kompetensi instruktur itu sendiri. Pada.hal, proses penyiapan guru melalui pelatihan harus ditekankan pada perbaikan kualitas guru, dan hal ini harus ditunjang dengan pelatihan yang berkualitas pula. Hal ini yang harus terus ditinglcatkan sehingga pelatihan bukan hanya sekedar formalitas kegiatan. Perbedaan temuan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian dimana penelitian Sari (2014) berada di Pontianak. Alawiyah (2014) meneliti beberapa sekolah di Jakarta. Sedangkan penelitian ini mengambil lokasi di Jawa Timur. Perbedaan temuan penelitian lainnya yaitu berkaitan dengan mata pelajaran yang diteliti. Penelitian Sari (2014) dan Alawiyah (2014) meneliti semua mata pelajaran, sedangkan penelitian ini khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Harapan yang Ingin Dicapai dengan Adanya Penerapan Kurikulum 2013 Berpijak pada harapan-harapan yang ingin dicapai oleh guru-guru dalam implementasi Kurikulum 2013, seharusnya pemerintah perlu memikirkan bagaimana meningkatan Sumber Daya Guru dengan memberikan muatan ilmu yang lebih kompeten melalui jalur pendidikan khusus Ilmu Pengetahuan Sosial sebelum Kurikulum Nasional 2013 tersebut diterapkan. Langkah awal untuk menyamakan persepsi tentang Kurikulum Nasional 2013 bisa dimulai dengan mengecek kembali keterkaitan Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Para guru bersama kepala sekolah dan pendamping menganalisis keterkaitan tersebut, mengembangkan Kompetensi Dasar menjadi indikator, mengecek silabus yang dibuat oleh tim pusat, kemudian mengembangkan perangkat pembelajarannya. Guna menyederhanakan format penilaian, pemerintah seharusnya bisa membuatkan aplikasi penilaian yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami. Sebelum aplikasi penilaian di launching ke guru-guru, hendaknya ada pelatihan atau seminar tentang cara pengoperasian aplikasi tersebut. Selain itu juga perlu adanya pendampingan di setiap sekolah untuk memantau perkembangan guru dalam menggunakan apliaksi tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sari dan Alawiyah (2014) hanya mengungkapkan kendala-kendala dalam implementasi Kurikulum Nasional 2013 tanpa 205
mengungkap lebih dalam tentang harapan-harapan yang diinginkan guru-guru dalam implementasi Kurikulum Nasional 2013.
SIMPULAN Apabila mendasarkan pada naskah akademik tentang kajian Ilmu Pengetahuan Sosial yang diterbitkan pada tahun 2007 sebagai cikal bakal pengembangan Kurikulum 2013 boleh dikatakan bahwa Kurikulum 2013 itu telah dirancang 6 tahun yang lalu. Namun dalam realitas yang dihayati oleh para praktisi pendidikan terkesan bahwa Kurikulum 2013 itu diberlakukan secara tergesa-tergesa. Memang dalam strategi implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap, yaitu ditingkat SD tahun 2013 hanya diberlalcukan pada kelas I dan IV, untuk SMP kelas VII, dan SMA kelas X. Selanjutnya tahun 2014 implementasi Kurikulum diteruskan pada kelas II dan V untuk SD, VIII untuk SMP, dan XI untuk SMA. Seharusnya pada tahun 2015 berlakulah implementasi Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dan semua kelas baik SD, SMP, maupun SMA. Tetapi realitas politik berkata lain pemilihan Presiden yang dilakukan pada tahun 2014 yang sekaligus melahirkan kabinet ketja yang salah satu di dalamnya adalah 1) menteri pendidikan, 2) menteri kebudayaan, kedua kementerian ini pada periode sebelumnya dipegang oleh seorang saja. Dampak dari perubahan politik semacam itu berpengaruh dan bahkan berakibat tidak dapat dilaksanakannya Kurikulum 2013. Bahkan yang terjadi sebaliknya, Kurikulum 2013 dihentikan sementara, walaupun mendapat resistensi dari berbagai pihak termasuk pelaksana pendidikan. Hal-hal tersebut di atas sedikit banyak memberi dampak pada temuan-temuan penelitian mulai penggalian data sebagaimana tersebut di bawah ini. Dari berbagai informasi yang diperoleh dapat ditarik kesimpuan bahwa sejak pelaksanaan KTSP, guru tidak mengalami kesulitan untuk mengajarkan IPS yang masih sparated. Pada saat KTSP ini para guru mengantisipasi pembelajaran IPS berkolaborasi dengan guru lain dengan jalan team teaching. Namun tatkala Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran IPS secara integrated atau terpadu, maka mulailah guru merasa tidak mampu mengampu seluruh disiplin ilmu yang tergabung dalam IPS, karena mereka berasal dari salah satu disiplin ilmu saja. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri dalam implementasi Kurikulum 2013. Misalnya seorang guru Geografi mengalami kesulitan ketika membelajarkan IPS, sebab di dalam IPS tidak hanya berisi Geografi tetapi juga Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. Hal serupa juga dialami oleh guru Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. Disamping itu guru juga merasa kesulitan bukan hanya dalam meramu tema-tema tertentu, tetapi sekaligus mengajarkan tema-tema tertentu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial secara terpadu (Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi). Memang bukan pengetahuan yang terpenting dalam pembelajaran, melainkan sikap dan keterampilan yang mendahului pengetahuan. Namun, ketidaksiapan seorang guru bukanlah sesuatu yang istimewa, mengingat guru dilatih untuk melaksanakan Kurikulum 2013 dalam waktu yang relative pendek, termasuk tidak sempat menguji cobakan di bawah bimbingan seorang instruktur yang kompeten. Tidak semua instruktur memiliki kualitas kompetensi yang relatif seragam. Oleh karena itu ketika implementasi Kurikulum 2013 mengaharuskan IPS diajarkan dengan terpadu atau integrated, para guru mengalami kesulitan. Tampaknya hanya kesulitan dalam administrasi yang bersumber pada bentuk-bentuk perangkat yang belum sinkron misalnya antara silabus dengan buku guru, buku siswa, RPP maupun permen. Bentuk perangkat dalam merancang, melaksanakan atau merekam hasil serta evaluasi memiliki variasi yang terlalu banyak sehingga tidak terjangkau oleh kapasitas kemampuan guru. Persoalan lain sampai dengan tahun 2014 buku yang tersedia baru tahun ke 13 dan 14, sedangkan buku yang seharusnya terbit di tahun 2015 tidak terpenuhi. Hal ini sebenarnya bisa kita pahami mengingat elit-elit kekuasaan mengalami perubahan yang signifikan mulai dari presiden, kabinet atau para menteri selaku pembantu presiden. Lain daripada itu ditemui pula kesulitan mengajar berbasis TIK. Kesuitan ini rata-rata dialami oleh guru yang senior dan sudah berumur dengan jam mengajar yang sudah sangat lama, sehingga ketika ada perubahan dalam sistem pembelajarannya, guru-guru tersebut merasa tidak 206
mampu memenuhinya dalam hal ini pembelajaran yang berbasis paada IT. Guru-guru tersebut merasa sudah ada pada posisi zona aman mereka, dan ketika diminta untuk melakukan perubahan merasa keberatan. Walaupun tidak seluruhnya seperti itu, masih ada guru-guru muda yang sangat kreatif dan familiar dengan pengunaan IT dalam setiap pembelajarannya. Filosofi KKM juga menjadi permasalahan tersendiri. Pada dasarnya KKM memiliki makna positif, dimana nilai ini dimaksudkan untuk membuat kriteria ketuntasan minimum. Hal ini dimaksudkan untuk memacu dan memicu semangat peserta didik untuk meraih prestasi belajar setingi-tingginya. Namun pada prakteknya, seringkali KKM ini disalah tafsirkan, dimana pemerintah memberikan tuntutan agar nilai pembelajaran dapat tuntas semua. Hal inilah yang membuat guru-guru merasa seperti menjadi terdakwa ketika nilai peserta didik tidak tuntas. Sarana prasarana pada dasarnya merupakan salah satu faktor pendukung dan penghambat seseorang dalam mencapai prestasi tertentu khususnya untuk mencapai ketuntasan. Hal ini bisa diibaratkan seperti petinju yang masih amatiran dipaksa bertarung dengan petinju lain yang sudah ahli dan memiliki kelas terbang tinggi. Ketika ada sekolah yang inputnya sudah bagus dan menyediakan sarana prasarana yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi faktor pendukung yang memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk bisa mengakses sumber belajar yang mereka inginkan. Berbanding terbalik dengan sekolah yang inputnya kurang bagus dengan tidak tersedianya sarana prasarana, tentunya hal ini akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Oleh sebab itulah untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut perlu adanya kerjasama baik dari guru, siswa, sekolah, pemerintah, terlebih juga masyarakat. Pentingnya masyarakat memahami dunia pendidikan disini bukan semata-mata untuk memberikan dukungan atau jika salah menjadikan hambatan, melainkan masyarakat sendiri sebagai pengguna dari produk-produk dunia pendidikan. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan oleh pihak otoritas (pemerintah) menjadi sangat penting setiap kali melakukan perbaikan atau bahkan perubahan-perubahan dalam sebagian atau keseluruhan pendidikan. Hal ini misalnya bisa berupa kurikulum, waktu belajar, dan lain sebagainya. Sebagaimana dihajatkan dalam nunusan malasah bahwa pada tahun pertama ini penelitian memfokuskan diri pada tantangan-tantangan dan harapan impelementasi Kurikulum 2013. Harapan impelementasi Kurikulum 2013 diejelaskan sebagai berikut. Untuk membuat tematik (IPS yang benar-benar terpadu) dibutuhkan sebuah tempat atau model yang wujudnya nyata, misalnya laboratorium IPS. Adanya laboratorium IPS yang sudah barang tentu berbeda dengan laboratorium-laboratorium disiplin ilmu yang lain, memungkinkan para guru melakukan percobaan-percobaan dan diskusi sehingga mendapatkan fonnulasi tema-tema baru yang lebih sesuai dengan harapan mata pelajaran IPS. Oleh karena itu MGMP yang bersinergi dengan Universitas Negeri Malang/ Fakultas Ilrnu Sosial/ Prodi Pendidikan IPS dalam rangka mengoptimalkan produktivitas laboratorium Prodi Pendidikan IPS menjadi bagian solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapai. Bahwa siswa harus mengkaji lebih banyak materi adalah sesuatu yang semestinya, namun bersama guru, siswa mendapatkan bimbingan untuk mengkonstruksi seluruh pengetahuan IPS secara esensial. Terlebih lagi ibarat hidup dan kehidupan kita itu berada pada dalam lautan informasi, oleh karena itu disini yang terpenting adalah siswa diajak untuk memilih dan memilah pengetahuan yang bermakna bagi perjalanan hidupnya. Berangkat dari pemikiran ini dimungkinkan pengetahuan yang dianggap esensial bermakna bagi dirinya berbeda dari siswa yang satu dengan siswa yang lain. Guru tidak harus menuntut siswa satu dengan siswa yang lain sama. Sebenamya harapan pembelajaran IPS yang demikian, merupakan salah satu altematif yang terakhir. Sebab berbagai alternatif yang tidak harus menuntut tambahnya jam pelajaran bisa dieksplor kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan karakter dan kebutuhan siswa. Disini yang dipentingkan adalah kebermaknaan dari suatu materi dan kebermanfaatan bagi hidup siswa kedepan. Pentingnya perubahan mindset bukan semata-mata tatkala terjadi perubahan kurikulum melainkan realitas alam semesta ini berubah sepanjang waktu. Oleh karena itu seorang guru tidak 207
harus tergopoh-gopoh setiap kali terjadi perubahan, baik perubahan pengetahuan maupun kebijakan dari yang memiliki otoritas. Sebagai contoh era reformasi yang menempatkan orde baru dalam realitas kontroversial-utamanya masalah-masalah yang menyangkut Gestapu PKI hal ini menjadi sesuatu yang wajar-wajar saja. Ekstrimnya guru tidak harus risau manakala siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dibanding dengan gurunya. Sebab di era teknologi informasi yang menjadi masalah adalah siapa telah terlebih dahulu menguasai. Di era abad 21 dunia telah berubah dan bahkan bertambah bukan hanya alam yang kita tempati sekarang ini tetapi juga ada alam sebagai dunia lain yaitu cyber space atau dunia maya. Situasi kondisi yang demikian mengharuskan seorang guru membangun jaringan (network) dengan berbagai pihak yang dipandang mampu menginovasi dan mengimprovisasi proses-proses pembelajaran. Apabila hal ini tidak dilakukan oleh seorang guru, maka tidak mustahil bahwa setiap kali kita berhadapan dengan seorang guru IPS SMP maka hanya keluhanlah yang keluar dari benak seorang guru IPS SMP. Rekomendasi Untuk memenuhi harapan-harapan implementasi Kurikulum 2013 bagi guru-guru SMP mata pelajaran maka ada beberapa rekomendasi yang harus dilakukan untuk tahun ke-2 membuat berbagai macam desain yaitu I) melakukan pengembangan bahan ajar IPS terpadu; 2) pengembangan perangkat pembelajaran IPS terpadu; 3) pendalaman materi IPS terpadu; 4) pengembangan instrumen penilaian yang lebih sederhana dan workable; 5) workshop model-model penyusunan intrumen penilaian. Terselenggaranya beberapa workshop tersebut di atas membutuhkan realisasi desain laboratorium Prodi Pendidikan IPS. Oleh karena itu tahun ke-3 kegiatan penelitian diteruskan pada pengembangan Laboratorium Prodi Pendidikan IPS FIS UM. Laboratorium Prodi Pendidikan IPS dirancang menjadi dua area. Area pertama dalam bentuk ruangan, sedangkan area kedua dalam bentuk realitas masyarakat di lapangan (Laboratorium Alam). Yang dimaksud Laboratorium Alam contohnya seluruh permukaan bumi ini menjadi laboratorium, seluruh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, interaksi manusia dengan alam, manusia dengan manusia sejak jaman dahulu sampai dengan masa kini bahkan masa depan di atas bumi juga menjadi bagian laboratorium. Melalui laboratorium tersebut sekaligus mengukuhkan jejaring atau networking antara MGMP IPS SMP disatu pihak dan Prodi Pendidikan IPS FIS Universitas Negeri Malang dilain pihak. Berbagai aktivitas baik yang dilakukan pada penelitian tahun pertama, kedua, dan ketiga diproyeksikan sedemikan rupa bahwa aktivitas-aktivitas tersebut mampu menginspirasi semua pihak untuk menjadikan rujukan. Rujukan ini sebagai suatu visi dan misi Prodi Pendidikan IPS dalam menjalankan seluruh aktivitasnya. DAFTAR PUSTAKA Qomariyah. 2014. Kesiapan Guru dalam Menghadapai Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang 2(1): 25 Freire, Paulo. 1972. Pendidikan Kaum tertindas. Jakarta: LP3ES Ftriani, dkk. 2013. Deskripsi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Jurnal FKIP Unila Rusilowati. 2014. Kurikulum 2013, 87 Persen Guru Kesulitan Cara Penilaian, (Online), (http://unnes.ac.id/berita/87-persen-guru-kesulitan-soal-penilaian-kurikulum-2013/), diakses tanggal 5 Desember 2015 208
Ahmad, S. 2014. Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah. Jumal Pencerahan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry 8 (2): 102 Marker, G., & Mehlinger, H. (1992). Social studies. In P. Jackson (Ed.), Handbook of research on curriculum (pp. 830-851). New York: Macmillan. Lunenburg, Fred C. 2011. "Theorizing about curriculum: Conceptions and Definitions" Dalam International Joumal Of Scholarly Academic Intelectual Diversity. Volume 13, Number 1, 20011 Murdianti, Yulia. 2013. Life as the Real School. Hidup bijaaksana, hidup bermakna. Yogyakarta: Kanisius Nuh, Muhammad. (SS). 2013. Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas Gramedia Rudy. Prihantoro, C. 2015. "The perspelctif of Curriculum in Indonesia on environmental education. Dalam International Journal of Research Studies in Education. Volume 4, Number 1, 77-83, January 2015. Sholeh, Muh. 2015. " Isu Global dan Tantangan Pembelajaran IPS" Dalam Prosiding Konaspipsi III, Tantang IPS/IIS Dalam dinamika social Budaya. Bandung: UPI Bandung Sukamto, GM. 2014. 2014. "The importance of Lapindo Mud Industry Diasaster Events In Sidoardjo to be Included into social History and social studies Learning material" dalam Proceeding International seminar : Social, Potlitis, History, and Education for school and Societes. Yogyakarta: History Education Program Faculty of Social Science State University Yogyakarta. Sukamto, GM. 2015. "The Destruction Of Society Life Due To Industrial Mud Disaster Lapinddo in Porong Sidoarjo". Dalam Pahmi9 (14-15 Nopember) di UNY Yogyakarta Sukamto, GM. 2015. Menggurat, Menggugat dan Merajud Sejarah Sosial. Malang: UM Press 2007. Naskah akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdikbut
209