KATA PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat dipengaruhi oleh beragam lingkungan strategis, baik sosial-budaya, ekonomi maupun politik. Kebijakan pemerintah merupakan salah satu aspek atau variabel penting dalam penentuan arah pengembangan IPTEK dan eksistensinya suatu bangsa. Jika dalam 60 tahun terakhir pembangunan Indonesia sangat beorientasi terrestrial, maka pada abad 21 ini sudah saatnya kita berorientasi ke laut. Oleh karena itu, dengan memiliki kemampuan dalam penguasaan dan penerapan IPTEK bidang kelautan, maka suatu saat nanti Indonesia akan mampu mengelola sumberdaya laut yang melimpah untuk menciptakan cita-cita kemerdekaan, yaitu kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Mengapa arah pembangunan Indonesia pada abad 21 harus berorientasi ke laut, karena Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai nomor empat di dunia, serta 70% wilayah NKRI adalah laut. Sumber daya laut, baik hayati maupun nir-hayati, tidak diragukan lagi kelimpahannya. Namun demikian, tingkat pemanfaatan sumberdaya laut kita hingga saat ini masih belum optimal, padahal potensi pengembangan sumber daya laut tersebut sangat besar, baik dari sektor perikanan, pariwisata, perhubungan laut, industri bioteknologi laut,industri minyak dan gas lepas pantai, maupun dari sektor energi terbarukan. Dokumen buku “Rencana Implementasi” Pusat Penelitiuan Oseanografi (P2O) LIPI periode 2015-2019 ini merupakan kelanjutan dari panduan kegiatan penelitian yang telah dimulai sejak tahun 2010. Buku ini dimaksudkan sebagai panduan bagi seluruh civitas Pusat Penelitian Oseanografi LIPI termasuk UPT-P2O dalam merencanakan dan melaksanakan riset oseanografi untuk lima tahun kedepan (2015-2019). Tiga karakter utama riset oseanografi yang akan kita lakukan adalah 1) mendorong penemuan ilmiah (scientific discovery) yang akan memberikan wawasan baru tentang disiplin ilmu oseanografi; 2) memberikan pemahaman (understanding) yang lebih detail tentang proses dan sifat-sifat laut; serta 3) meningkatkan penerapan (application) pengetahuan oseanografi untuk pemanfaatan sumber daya laut secara aman dan berkelanjutan. Dengan tersusunnya dokumen buku “Rencana Implementasi” Pusat Penelitian Oseanografi LIPI periode 2015-2019, pada kesempatan ini kami memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Tim Perencanaan Monitoring dan Evaluasi (PME) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang telah bekerja keras untuk menyusun buku ini. Ucapan yang sama juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah menyempurnakan dokumen buku “Rencana Implementasi”. Semoga buku ini menjadi panduan seluruh civitas Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dan bermanfaat sebagai informasi bagi para pemangku kepentingan. Jakarta, April 2015
Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. NIP. 195909141985031002
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 1.1. Kondisi Umum Lembaga ........................................................................................... 1 1.1.1. Sumber Daya Laut Indonesia .............................................................................. 1 1.1.2. Sumberdaya Manusia ......................................................................................... 2 1.1.3. Sarana Penelitian................................................................................................ 5 1.2. Potensi Permasalahan .............................................................................................. 8 1.3. Analisis Perubahan Lingkungan Strategis ................................................................ 10 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN LEMBAGA ................................................................................ 12 2.1. Visi Lembaga ......................................................................................................... 12 2.2. Misi Lembaga......................................................................................................... 12 2.3. Tujuan Lembaga ..................................................................................................... 12 2.4. Sasaran Strategis Lembaga ..................................................................................... 13 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .................................................................................. 15 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ..................................................................... 15 3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga..................................................................... 15 3.2.1. Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).......... 15 3.2.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Penelitian Oseanografi ................................. 16 3.3. Program/ Kegiatan ................................................................................................. 17 3.3.1. Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi ....................... 17 3.3.2. Penguatan Sistem Inovasi Nasional ................................................................... 30 3.3.3. Kegiatan Diseminasi IPTEK ................................................................................ 43 3.4. Indikator Kinerja Kegiatan ...................................................................................... 45 3.5. Kerangka Regulasi .................................................................................................. 47 3.6. Kerangka Pendanaan.............................................................................................. 48 3.7. Kerangka Kelembagaan .......................................................................................... 50 BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 52 LAMPIRAN ................................................................................................................................ 53
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Kondisi Umum Lembaga
1.1.1. Sumber Daya Laut Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayah kedaulatan dan yuridiksinya membentang di hamparan khatulistiwa, yang secara geografis terletak di 6oLU – 11oLS dan 95o 141o BT. Luas wilayah Indonesia sekitar 7,73 juta km2, terdiri dari 1,93 juta km2 daratan, 3,1 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 16.344 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km. Terkait dengan kondisi itulah, wilayah Nasional Indonesia mempunyai ciri-ciri benua sehingga disebut Benua Maritim Indonesia (BMI). Wilayah laut Indonesia menyimpan potensi sumber daya alam yang luar biasa, baik sumber daya hayati maupun nir-hayati, mulai dari pesisir hingga perairan laut jeluk (laut dalam). Potensi sumber daya hayati terdiri dari tiga ekosistem utama, yaitu lamun, mangrove dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut berperan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis di kawasan perairan pesisir, karena peran dan fungsinya sebagai tempat tinggal, mencari makan dan pembesaran berbagai biota laut. Sumber daya perikanan pelagis, demersal dan laut jeluk di wilayah perairan Indonesia juga menyimpan potensi yang sangat besar dan menjadi sumber mata pencaharian utama bagi nelayan dan industri perikanan Indonesia. Sumber daya hayati juga dapat dikembangkan untuk kegiatan budidaya pesisir dan laut, perdagangan dan industri, serta pengembangan di bidang bioteknologi. Potensi sumber daya nirhayati mencakup berbagai bahan tambang seperti mineral, minyak dan gas bumi, serta faktorfaktor pendukungnya seperti energi pasang surut, arus, gelombang, angin dan panas laut (Ocean Thermal Energy). Selain itu, terdapat jasa- jasa kelautan yang dapat dikembangkan seperti wisata bahari, perhubungan dan pelabuhanan laut, serta perdagangan. Potensi sumber daya laut yang relatif kaya tidak serta merta meningkatkan kemakmuran penduduk di daerah pesisirnya. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai sumber daya laut, terutama pada ekosistem di wilayah pesisir yang disebabkan oleh tingkat kemiskinan dan ketidakpedulian masyarakat, telah memicu tekanan dan kerusakan terhadap sumber daya yang ada. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya kerusakan pada ekosistem laut apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan. Oleh sebab itu, pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan bidang oseanografi diperlukan, agar potensi sumber daya laut baik hayati maupun nir-hayati dapat dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan lestari. Pusat Penelitian Oseanografi merupakan satuan kerja di bawah Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) yang memiliki tugas melakukan penelitian-penelitian di bidang kelautan. Sebagai lembaga penelitian yang menjadi rujukan nasional di bidang kelautan, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dituntut untuk menghasilkan hasil-hasil kajian di bidang kelautan yang bermanfaat tidak hanya bagi sesama instansi kelautan, tetapi juga bermanfaat bagi perguruan tinggi, pemerintah pusat dan daerah, serta para pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu, suatu perencanaan yang matang, terukur dan akuntabel sangat diperlukan dalam melaksanakan kegiatan penelitian, sehingga target capaiannya dapat terealisasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan mampu menjawab masalah lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 1
1.1.2. Sumberdaya Manusia Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dapat dilihat dari empat faktor yaitu komposisi usia pegawai, tingkat pendidikan, bidang tugas, dan kompetensi atau keahlian peneliti. Keempat faktor tersebut sangat menentukan kinerja lembaga penelitian dan menjadi perhatian utama. 1.1.2.1. Komposisi Usia SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, termasuk Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawahnya, per 31 Maret 2015 berjumlah 367 pegawai dengan kelompok usia ≤ 35 tahun berjumlah sebanyak 131 pegawai (35,69 %), 36-50 tahun sebanyak 128 pegawai (34,87%) dan 51-65 tahun sebanyak 108 pegawai (29,42 %), dengan rincian ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Berdasarkan Usia, 31 Maret 2015 Puslit Oseanografi, UPT LPK SDMO UPT LKBL Bitung UPT LKBL Biak UPT LPBL Mataram UPT LKBL Tual Jakarta P. Pari Usia No (tahun) Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) 1 ≤35 77 29.27 11 50.00 5 35.71 13 41.93 12 60.00 13 76.47 2 36-50 94 37.74 7 31.82 8 57.14 12 38.70 4 20.00 3 17.64 3 51-65 92 34.98 4 18.18 1 7.14 6 19.35 4 20.00 1 5.88 Total 263 100 22 100 14 100 31 100 20 100 14 100
1.1.2.2. Tingkat Pendidikan Kekuatan SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI beserta UPT berdasarkan pendidikan per 31 Maret 2015 masih didominasi oleh lulusan SLTA, yaitu sebanyak 103 pegawai (28,06 %), diikuti oleh Sarjana (S1) dengan jumlah 103 pegawai (28,06%), Pasca Sarjana (S2) 81 pegawai (22,07%) dan S3 19 pegawai (5,17%). Hal ini akan menjadi perhatian khusus dalam rencana pengembangan SDM, yaitu dengan meningkatkan standard pendidikan formal calon pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan memberikan kesempatan dan dukungan kepada pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan formal. SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI beserta UPT berdasarkan tingkat pendidikan ditampilkan secara rinci pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Berdasarkan Pendidikan per 31 Maret 2015 UPT LKBL BITUNG
Puslit Oseanografi-LIPI No
Persen tase (%)
Jml Persentase Jml Persentase (org) (%) (org) (%)
UPT LKBL TUAL
Jml Persentase Jml Persentase (org) (%) (org) (%)
Total
Persen Tase (%)
Jml (org)
1
S-3
15
5.70
1
4.54
0
0
2
6.45
1
5
0
0
19
5.17
2
S-2
62
23.57
5
22.72
2
14.28
6
19.35
5
25
1
5.88
81
22.07
3
S-1
68
25.85
10
45.45
5
35.71
7
22.58
5
25
8
47.05
103
28.06
4
D-IV
2
0.76
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0.54
5
D-III
29
11.02
2
9.09
2
14.28
2
6.45
2
10
3
17.64
40
10.89
6
D-II
1
0.38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0.27
7
D-I
2
0.76
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0.54
8.
SLTA
72
27.37
4
18.18
5
35.71
11
35.48
6
30
5
29.41
103
28.06
9
SLTP
5
1.90
0
0
0
0
1
3.22
0
0
0
0
6
1.63
SD
7
2.66
0
0
0
0
2
6.45
1
5
0
0
10
2.72
263
100
22
100
14
100
31
100
20
100
17
100
367
100
Total
Jml (org
UPT LPK SDMO P. PARI
Pendi Dikan
10
Persen tase (%)
UPT LPBL MATARAM
UPT LKBL BIAK
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 2
Kegiatan peningkatan dan pengembangan SDM akan terus dilakukan selain melalui pendidikan formal, juga melalui pendidikan non formal seperti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), workshop, seminar dan dalam bentuk pelatihan-pelatihan teknis lainnya. Pendidikan formal dapat melalui beasiswa baik dari LIPI, Kementerian RISTEK maupun sponsor lainnya (Tugas Belajar) dan dapat pula dengan ijin belajar atas biaya sendiri. 1.1.2.3. Bidang Tugas Komposisi pegawai berdasarkan Bidang Tugas pegawai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI beserta UPT, per 31 Maret 2015 dengan urutan sebagai berikut Peneliti berjumlah 155 pegawai (42,23 %), Tata usaha berjumlah 96 pegawai (26.15 %), Teknisi berjumlah 53 pegawai (14,44) dan Sarana Penelitian berjumlah 63 pegawai (17,16%) termasuk Awak Buah Kapal KR. Baruna Jaya VIII. Bagian Tata Usaha dan Bidang Sarana Penelitian terdiri Jabatan Fungsional Umum awak buah kapal, Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum, dengan perincian pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Pegawai Pusat Penelitian Oseanografi Jakarta beserta UPT di bawahnya Berdasarkan Bidang Tugas, 31 Maret 2015 Puslit Oseanografi-LIPI No
UPT LPK SDMO P. PARI
UPT LKBL TUAL
Jml ( Persen Persen Jml Persen Jml (Org) Org) tase (%) tase (%) (org) tase (%)
Jml Persen (Org) tase (%)
UPT LKBL BITUNG UPT LKBL BIAK
UPT LPBL MATARAM
Total Persentase (%)
Bidang Tugas
Jml (Org)
Persen tase (%)
Jml (Org)
Persen tase (%)
1
Peneliti
108
41.06
13
59.09
6
42.85
12
30.70
7
35.00
9
52.94
155
42.23
2
Teknisi
31
11.78
4
18.18
1
7.14
9
29.03
5
25.00
3
17.64
53
14.44
3
Tata Usaha
61
23.19
5
22.73
7
50.00
10
32.25
8
40.00
5
29.41
96
26.15
4
Sarana Penelitian
63
23.95
0.00
63
17.16
263
100
100
367
100
Total
0.00 22
100
0.00 14
100
0.00 31
100
20
100
17
1.1.2.4. Kompetensi Peneliti Kompetensi kepakaran peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dikelompokkan menjadi beberapa kelompok penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 4. Pada kenyataannya, kompetensi yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tersebut belum sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Masih banyak bidang-bidang kajian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang belum memiliki pakar atau peneliti yang fokus di bidang tersebut. Selain itu, kompetensi di bidang penelitian yang dibutuhkan juga masih belum sejalan dengan komposisi SDM yang ada. Masih banyak SDM peneliti maupun non peneliti di lingkungan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang ditempatkan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya maupun bidang keahlian atau minatnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembenahan, khususnya dalam perekrutan SDM yang baru diterima, untuk lebih mengutamakan kompetensi dan kapabilitas. Selama ini dalam perekrutan SDM hanya berdasarkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan nama besar perguruan tinggi, namun calon pegawai seharusnya juga harus memiliki kemampuan bahasa inggris yang memadai.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 3
Tabel 4. Kompetensi Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi beserta UPT di Bawahnya per 31 Maret 2015 Jumlah Peneliti Kelompok Penelitian
No
Kompetensi Peneliti
Total
Persentase (%)
Oseanografi Oseanografi Oseanografi Oseanografi Oseanografi Oseanografi Produk Biologi Budidaya Fisika Kimia Biologi Geologi Terapan Perikanan Alam Laut Laut
1 Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi 2 Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem Laut 3 Pencemaran dan Bioremediasi 4 Oseanografi dan Perubahan Iklim Global 5 Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut 6 Konservasi SDL (UPT LKBL Bitung) 7 Budidaya dan Bioprospektif Biota Laut (UPT LPBIL Mataram) TOTAL
-
-
2
1
-
2
-
-
31
36
22.36
-
-
1
-
1
-
-
-
22
24
14.91
1
16
6
2
-
-
-
-
-
25
15.53
9
4
2
4
4
-
-
-
4
27
16.77
-
-
-
-
-
-
15
6
3
24
14.91
-
-
-
-
-
6
-
-
8
14
8.70
-
1
-
-
-
-
9
-
1
11
6.83
10
20
11
7
5
8
24
6
69
161
100
Jabatan fungsional peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Jakarta LIPI, termasuk Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawahnya, per 31 Maret 2015 didominasi oleh Peneliti Pertama yang berjumlah 41 pegawai (28,08 %), Peneliti Madya 27 pegawai (18,49 %), Peneliti Muda 26 Pegawai ( 17,81 %), Kandidat Peneliti 25 pegawai (17,12 %), Peneliti Utama 19 pegawai (13,01 %) dan Profesor Riset 8 pegawai (5,48%). Rinciannya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Jabatan Fungsional Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi beserta UPT di bawahnya, per 31 Maret 2015 Puslit Oseanografi-LIPI Jakarta No
Jabatan Fungsional
Jml (Org)
UPT LKBL BITUNG UPT LKBL BIAK
UPT LPBL MATARAM
UPT LPK UPT LKBL TUAL SDMO P. PARI
Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase (%) (Org) (%) (Org) (%) (Org) (%) (org) (%) (Org) (%)
Total
Persentase (%)
1
Profesor Riset
5
4.62
0
0.00
0
0.00
1
8.33
1
14.28
0
0.00
7
4.48
2
Peneliti Utama
17
15.74
1
7.69
0
0.00
1
8.33
0
0.00
0
0.00
19
12.17
3
Peneliti Madya
25
23.14
2
15.38
0
0.00
1
8.33
0
14.29
0
0.00
28
17.94
4
Peneliti Muda
24
22.22
2
15.38
2
33.33
1
8.33
2
28.57
1
11.11
32
20.51
5
Peneliti Pertama
15
13.88
5
38.46
2
33.33
4
33.33
3
42.85
4
44.44
33
21.15
6
Kandidat Peneliti
22
20.37
4
23.076
2
33.33
4
33.33
1
14.28
4
44.44
37
23.71
Total
108
100
14
100
6
100
12
100
7
100
9
100
156
100
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 4
1.1.3. Sarana Penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI memiliki sarana dan prasarana yang memadai yang dapat menunjang tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Surat Keputusan Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI Pasal 76, bahwa “Bidang Sarana Penelitian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, pengelolaan dan pemanfaatan, pengoperasian kapal penelitian dan peralatan penelitian, laboratorium dan sarana teknis lainnya, pemantauan dan evaluasi, serta penyusunan laporan. Nilai keseluruhan Barang Milik Negara (BMN) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta per 31 Maret 2015 sebesar Rp. 197.905.867.216,- Nilai tersebut terdiri dari Barang Intrakompatabel (nilai di atas Rp. 300.000,-) sebesar Rp. 197.901.720.296,- dan barang Ekstrakompatabel (nilai di bawah Rp. 300.000,00) sebesar Rp. 4.146.920,-. Sedangkan Nilai BMN dari masing-masing UPT di lingkungan Puslit Oseanografi sebagai berikut: 1. UPT LPBIL Mataram sebesar Rp. 11.547.255.388 terdiri BMN Intrakompatabel Rp. 11.511.478.788 dan BMN Ekstrakompatabel Rp. 35.776.600. 2. UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak, Papua sebesar Rp. 8.625.694.900 terdiri BMN Intrakompatabel Rp. 8.624.779.100 dan BMN Ekstrakompatabel Rp. 915.800 3. UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual sebesar Rp. 7.825.735.918 terdiri BMN Intrakompatabel Rp. 7.792.235.918 dan BMN Ekstrakompatabel Rp. 33.500.000. 4. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung sebesar Rp. 45.886.230.700 terdiri BMN Intrakompatabel Rp. 45.882.074.050 dan BMN Ekstrakompatabel Rp. 4.156.650. 5. UPT LPKSDM Oseanografi sebesar Rp.7.713.160.625 terdiri BMN Intrakompatabel Rp. 7654.610.725 dan BMN Ekstrakompatabel Rp. 58.549.900. Tabel 6. Rencana Kebutuhan BMN UPT Tahun 2015-2019 Tahun
JENIS 2015
2016
2017
2018
2019
UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak Kendaraan darat/laut
-
Pengadaan mobil dinas operasional minibus /Avanza
Motor dinas 2 unit
Longboat + mesin tempel
-
Peralatan Penelitian
-
Peralatan penelitian
Peralatan penelitian Peralatan penelitian
Infrastruktur/perkantoran
Pembangunan pagar dan gapura lokasi pantai
Pembangunan lab budidaya 200 m2
Pengadaan meubeler
Pembangunan Pembangunan laboratorium mess pegawai pengolahaan hasil 175m2 200 m2
Pembangunan pagar lokasi UPT LKBL Biak (bagian barat) panjang 300m
Renovasi rumah dinas 2 unit
Pembangunan laboratorium biologi
Pembangunan aula serbaguna 200 m2
-
Renovasi rumah dinas 2 unit
Pembangunan Pembangunan Renovasi rumah pagar lokasi bagian pagar bagian dinas pegawai 2 timur 300 m belakang lokasi UPT unit LKBL Biak 300 m2
Pos satpam, gapura dan jalan kompleks
Pembangunan parkiran kendaraan
Pengadaan meubeler 1 paket
Meubeler 1 paket
Buku identifikasi 1 paket
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 5
Tahun
JENIS 2015
2016
2017
2018
2019
UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual Kendaraan operasional
-
-
Pengadaan mobil dinas operasional 1 unit
Peralatan Penelitian dan Maubeler
Peralatan penelitian dan maubeler
Peralatan penelitian dan maubeler
Peralatan penelitian dan maubeler
Pembangunan lab budidaya 234 m2
Pembangunan Pos Satpam 3x4 1 unit
Renovasi Kantor 200 m2
Rehabilitasi pagar di tanah lipi 5.000 m2
Infrastruktur/ perkantoran
Renovasi pagar kantor 200 m Renovasi mess/rumah singgah tife 70m UPT. Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram Kendaraan darat/laut
Kendaraan Kendaraan Operasional Roda 2 Operasional Roda 2
Kendaraan Lapangan Roda 4
Speedboat fiberglass
Rubber Boat kapasitas 8 orang Penunjang Sarana Penelitian Infrastruktur/perkantoran
Generator 50 KVA Bak Penampungan Air Laut 200 m3 (renovasi)
Pagar Kantor pinggir jalan dan Papan Nama
Pengaspalan Jalan Kantor dan Penataan Areal Parkir
Renovasi Rumah Singgah (2 unit, 140 m2)
Pembangunan Jetty Speed Boat
Renovasi Rumah Dinas (3 unit, 210 m2)
Laboratorium “out-door” dan Pengolahan Pakan (320 m2)
Laboratorium Baru Renovasi Kantor (Bioprospeksi 50 Admministrasi m2, Pakan 100 m2, Bioremediasi 50 m2)
Hall / Auditorium (400 m2)
Renovasi Laboratorium B, Laboratorium C dan Lorong (300 m2) Renovasi Rumah Dinas (3 unit, 210 m2) Jalan Penghubung Antar Gedung Laboratorium Renovasi Pos Pengamanan
Kapal Riset Baruna Jaya VIII merupakan aset khusus, dan memberikan kontribusi nyata terhadap hasil penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Kapal Riset Baruna Jaya VIII dengan bobot mati 1273 GT dirancang untuk melakukan penelitian kelautan seperti, Oseanografi Fisika, Kimia, Biologi, Geologi Laut, dan Ekosistem Perikanan serta memiliki Simrad Planning System/SPS) dan empat laboratorium (basah, biologi, serbaguna, dan ruang komputer) menawarkan tempat kerja hampir bebas-getaran, serta akomodasi untuk 30 ilmuwan dan 23 Crew dan 3 operator. Kapal Riset Baruna Jaya VIII mempunyai kemampuan layar selama 22
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 6
(dua puluh dua) hari terus menerus, yang memberikan kontribusi nyata terhadap hasil penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Sampai saat ini, pengelolaan kapal telah memasuki tahun ke 17 (tujuh belas) sejak dibangun pada tahun 1998 di Mjellem & Karlsen AS Bergen, Norwegia dan sudah tidak lagi menjadi kapal yang multi fungsi akibat peralatan penelitian telah ketinggalan jaman/absolute dan rusak, sehingga perlu dilakukan revitalisasi peralatan dan perbaikan kapal. Namun demikian, untuk menghadapi tantangan penelitian kelautan masa depan dan mengingat kondisi KR. Baruna Jaya VIII saat ini sudah menurun kemampuannya, maka perlu direncanakan Pembangunan satu buah kapal riset baru multi fungsi dengan bobot mati 1500 GT yang dapat menampung 60 personil termasuk kru kapal. Kapal Riset tersebut dapat melayani beberapa kegiatan survey kelautan secara sekaligus antara lain: survey oseanografi fisika dan kimia; pemetaan bawah laut; geologi laut; seismic; biologi laut dan perikanan, serta diharapkan dapat membantu memecahkan masalah penelitian di sektor kelautan dan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Peneliti. Untuk mengungkapkan potensi sumber daya yang ada di Perairan Indonesia. Pembangunan kapal riset kelautan multi fungsi ini direncanakan akan dilakukan selama 2 tahun dimulai sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2017. Selain kapal riset, sarana penelitian lainnya juga didukung oleh peralatan penelitian yang berada di 12 laboratorium. Perkembangan laboratorium pengujian dan kalibrasi di Indonesia saat ini sangat pesat, dengan banyaknya laboratorium yang menetapkan Standar Mutu ISO 17025, dan merupakan Persyaratan Sistem Manajemen Laboratorium yang mengatur semua aspek dan elemen pengendalian kualitas pada jasa laboratorium penguji/kalibrasi melalui akreditasi. Penerapan ISO 17025 memiliki manfaat bagi laboratorium, namun konsekuensi biaya yang diperlukan untuk menunjang ke arah tersebut tidaklah sedikit. Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu persyaratan utamanya yakni tersedianya peralatan penelitian/pengujian yang akurat dan terkalibrasi, sehingga akan meningkatkan kompetensi laboratorium dan kepercayaan publik, industri/pelanggan serta pemangku kepentingan lainnya. Mengingat kondisi peralatan penelitian dan pendukungnya di laboratorium pengujian, dan yang digunakan di atas Kapal Riset Baruna Jaya VIII sebagian besar sudah rusak dan/atau out of date, sebagaimana rincian pada Tabel 11, maka Pusat Penelitian Oseanografi LIPI perlu melakukan peremajaan/pengadaan peralatan penelitian/ laboratorium dan pendukungnya untuk menunjang peran strategisnya sebagai lembaga di bidang kelautan, dan tercapainya Visi LIPI untuk menjadi lembaga riset terkemuka di dunia. Adapun tujuan dari peremajaan dan pengadaan peralatan penelitian/laboratorium adalah untuk mendukung aktivitas rutin dan pengembangan program penelitian yang menjadi prioritas utama di lingkungan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan/atau pihak pemangku kepentingan yang membutuhkan data dan analisa hasil penelitian. Sedangkan target yang hendak dicapai adalah : Agar unit pengguna alat mampu bersaing, dan/atau KR. Baruna Jaya VIII tetap berfungsi selayaknya kapal riset yang dapat mengemban tugas kegiatan penelitian di bidang kelautan. Dapat meningkatkan kompetensi dan kepercayaan publik, industri/pelanggan serta pemangku kepentingan lainnya atas hasil penelitian yang dilakukan. Diakui baik di tingkat nasional maupun internasional.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 7
Tabel 7. Kondisi Peralatan Penelitian dan Pendukungnya di Laboratorium Pengujian di Kapal Riset Baruna Jaya VIII Kondisi Alat
Jumlah (Unit) 608 111 252
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
Periode Tahun Pembelian/Penggunaan 1960 - 1970 1980 – 1990 2000 – 2015 13% 49% 38% 4% 91% 5% -
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mempunyai Koleksi Rujukan (Reference Collection) dan 11 laboratorium (Tabel 12). Dari 11 laboratorium tersebut, satu lab oseanografi kimia telah terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LP-511-IDN, dan No Sertifikat: 1999a/3.a.2/LP/05/11 untuk analisis logam berat dalam sedimen. Tabel 8. Laboratorium di Pusat Penelitian Oseanografi Nama Laboratorium
Nama Laboratorium
1. Laboratorium Botani Laut 7. Laboratorium Geologi Laut 2. Laboratorium Zoologi Laut 8. Laboratorium Oseanografi Terapan 3. Laboratorium Genetika Molekuler 9. Laboratorium Plankton dan Produktivitas Primer 4. Laboratorium Mikrobiologi Laut 10. Laboratorium Produk Alam Laut 5. Laboratorium Oseanografi Fisika 11. Laboratorium Budidaya 6. Laboratorium Oseanografi Kimia 12. Laboratorium Biogeokimia* * Usulan laboratorium baru pada tahun 2015 Selain hal tersebut di atas, di setiap laboratorium juga memiliki sarana penelitian yang khas sesuai dengan kebutuhan masing-masing laboratorium. Upaya untuk melakukan penambahan dan peningkatan mutu laboratorium di lingkup Pusat Penelitian Oseanografi LIPI terus dilakukan, antara lain perluasan ruang lingkup laboratorium yang terakreditasi dan peningkatan kapasitas peralatan penelitian sehingga diharapkan kualitas pelayanan dan penelitian di satuan kerja ini akan meningkat dan mendapatkan hasil yang signifikan pada akhir tahun 2019 Ruang Koleksi/referrence collection akan dikembangkan menjadi Marine Natural History Museum pada tahun 2017-2018. Sebagai media Diseminasi dan pusat Biodiversitas kemaritiman nasional, maka museum tersebut akan terintegrasi dengan Perpustakaan Puslit Oseanografi. Diharapkan museum ini akan menjadi pusat referensi dan pusat data kelautan nasional. Rencana pengoperasian dua stasiun baru di Wilayah Barat Indonesia yaitu Sabang dan Natuna tahun 2018. Peningkatan Stasiun Lapangan Ternate menjadi UPT di Sofifi Propinsi Maluku Utara.
1.2.
Potensi Permasalahan
Beberapa permasalahan utama yang dihadapi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI sebagai lembaga penelitian di bidang kelautan adalah: 1.
Informasi yang terbatas tentang potensi dan keanakearagaman hayati laut Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Wilayah perairan Indonesia yang luas menyebabkan keanekaragaman biota laut belum dapat dipetakan dan dikaji pada semua lokasi. Selain itu, informasi terkait potensi sumber daya laut hayati juga belum terdata dengan baik. Pada kawasan tertentu terjadi eksploitasi
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 8
berlebihan yang dapat mengancam kelestarian biota laut, sehingga pemanfaatannya perlu dikontrol. Pusat Penelitian Oseanografi sebagai otoritas keilmuan (scientific authority) memberikan masukan kepada otoritas pengelolaan (management authority) mengenai kuota biota laut yang diperdagangkan berdasarkan CITES. Pusat Penelitian Oseanografi pada masa yang akan datang perlu membuat langkah strategis untuk melakukan kajian keanekaragaman hayati laut dan sekaligus kajian terhadap potensi sumber daya hayati laut. Pengembangan basis data keanekaragaman spesies, potensi serta kajian stok juga perlu dilakukan. 2.
Penurunan stok sumberdaya laut. Banyak orang beranggapan bahwa laut merupakan sumber kekayaan yang tidak pernah habis. Hal ini menyebabkan eksploitasi dilakukan semaksimal mungkin secara terusmenerus, tanpa memperhatikan aspek kelestariannya, sehingga pada akhirnya mengakibatkan penurunan stok sumberdaya laut. Isu penurunan stok sumber daya laut terkait erat dengan ketahanan pangan yang menjadi salah satu fokus Agenda Riset Nasional Indonesia. Selain itu, Indonesia juga terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang juga akan berpotensi meningkatkan penggunaan sumber daya hayati laut. Oleh sebab itu perlu dikembangkan usaha pemanfaatan sumber daya hayati laut secara berkelanjutan, misalnya dengan mengembangkan teknik budidaya.
3.
Pemanfaatan biodiversitas laut Salah satu isu yang juga hangat adalah mengenai energi terbarukan. Populasi manusia yang terus meningkat secara langsung akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan energi. Oleh sebab itu, Pusat Penelitian Oseanografi dapat ikut mengambil bagian dalam penelitian dasar terkait pengembangan sumber energi berbasis kelautan. Sebagai contoh adalah pengembangan potensi biota sel tunggal (misal alga) sebagai biofuel.
4.
Pencemaran dan penurunan kesehatan ekosistem laut Peningkatan jumlah penduduk yang berimplikasi terhadap meningkatnya aktivitas manusia, menyebabkan tekanan terhadap lingkungan maupun sumberdaya hayati dan non hayati laut. Tekanan tersebut dapat mengakibatkan pencemaran laut dan penurunan kesehatan ekosistem laut. Ekosistem laut yang tidak sehat dapat mengganggu keberlanjutan sumberdaya hayati laut, sehingga pemanfaatan sumberdaya hayati laut secara berkelanjutan terganggu, yang pada akhirnya akan mempengaruhi taraf hidup masyarakat pesisir. Meningkatnya perkembangan industri di satu sisi juga akan meningkatkan jumlah limbah. Selain itu, tingginya biaya pengelolaan limbah juga menyebabkan limbah hanya diolah seadanya, bahkan langsung dibuang ke laut. Sebagian stakeholders menganggap bahwa volume air laut dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah, dan tidak berpengaruh terhadapi kehidupan ekosistem pesisir. Padahal limbah yang masuk ke laut menyebabkan pencemaran, dan mengganggu kehidupan biota. Penelitian terkait pencemaran dan manajemen perairan perlu dilakukan di masa yang akan datang. Hal-hal lain adalah melakukan penelitian terkait sistem pengendali mutu kesehatan perairan laut.
5.
Dampak perubahan iklim dan pengasaman air laut. Perubahan iklim dapat berdampak serius terhadap keseluruhan sistem di laut. Hal ini dapat ditandai dengan perubahan suhu, sirkulasi, stratifikasi, masukan nutrisi, kandungan oksigen perairan serta tinggi muka air laut. Selain itu ancaman lainnya adalah pengasaman air laut yang juga memiliki dampak serius bagi sistem. Pengasaman laut merupakan dampak langsung dari peningkatan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 9
karbondioksida (CO2) atmosfer yang kemudian menyebabkan peningkatan serapan CO2 ke dalam kolom air. Keadaan ini meningkatkan reaksi kimia pembentukan asam karbonat yang pada akhirnya meningkatkan jumlah ion bikarbonat dan hidrogen. Kondisi demikian di masa yang akan datang akan menuntut lembaga penelitian untuk dapat menjawab permasalahan, misalnya: a) bagaimana komponen ekosistem laut merespon dan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan pengasaman air laut, b) faktorfaktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap perubahan iklim, c) bagaimana dampak pengasaman air laut terhadap kondisi biotik dan abiotik perairan, d) pengaruh perubahan iklim dan pengasaman air laut terhadap sumber daya laut yang berdampak secara sosial ekonomi.
1.3.
Analisis Perubahan Lingkungan Strategis
Hilangnya bidang penelitian (Dinamika Laut dan Sumberdaya Laut) yang memunculkan adanya kelompok penelitian diharapkan bisa memberikan penajaman kegiatan penelitian sehingga dapat menjawab isu strategis baik nasional (nawacita) maupun regional. Munculnya bidang diseminasi dan pengelolaan hasil penelitian diharapkan untuk memperkuat keberadaan LIPI khususnya P2O di mata mastyarakat melalui diseminasi,informasi dan hasil penelitian P2O. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka database yang terintegrasi dan accessable menjadi mutlak dibutuhkan. Database kelautan yang ada diharapkan akan menjadi dasar dalam menyusun rencana penelitian ke depan serta menjadi dasar rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah di bidang maritime. Dengan dibukanya sektor maritim sebagai motor pembangunan maka pengembangan teknologi dan inovasi budidaya kelautan menjadi aspek strategis dalam menjawab isu pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sektor kelautan (Blue Economy). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 maka seluruh Kementerian/Lembaga diwajibkan melakukan perubahan, dan berdasarkan Peraturan Presiden tersebut dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi maka, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyusun Dokumen Usulan dan Road Map Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2015-2019 yang merupakan prasyarat utama bagi Lembaga dalam melaksanakan reformasi birokrasi. Dokumen Usulan berisi penjelasan mengenai program dan Kegiatan reformasi birokrasi yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Konsekuensi dari reformasi birokrasi adalah menerima tunjangan kinerja yang telah diterima mulai tahun 2012 sebesar 40% dan saat ini sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menjadi 70 % dengan pertimbangan ada anggarannya. Untuk mendapatkan semua itu harus membuat laporan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sesuai dengan Dokumen Usulan dan Road Map Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dari tahun 2015-2015 yang mencakup 8 (delapan) area sebagai berikut : 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 6. Penguatan Pengawasan 7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 10
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah melakukan area perubahan tersebut kecuali pada area Penataan Peraturan Perundang-Undangan. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI hanya memberikan masukan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan marine oseanografi dan pesisir, sehingga Pusat Penelitian Oseanografi LIPI melakukan tujuh area perubahan. Fokus dapat dilakukan pada tiga area yaitu Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana dan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur yang dapat mendongkrak dan dapat mempengaruhi area perubahan lainnya. Sesuai dengan Peraturan LIPI No. 1 Tahun 2014, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah ramping dengan menghilangkan dua bidang penelitian dan membentuk lima kelompok penelitian. Untuk di luar UPT yang sudah memenuhi syarat membentuk kelompok penelitian adalah UPT LKBL Bitung dan UPT LKBIL Mataram. Secara keseluruhan Jabatan Struktural Puslit Oseanografi LIPI sebelumnya 12 sekarang menjadi 11, dengan penambahan satu struktur baru yaitu Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama. Saat ini sedang diusulkan peningkatan status UPT LKBIL Mataram menjadi eselon III, dan keempat UPT P. Pari, Bitung, Tual dan Biak usulan perubahan nomenklatur, tugas dan fungsi UPT. Penataan Tatalaksana terutama Prosedur, Intruksi Kerja maupun Data Pendukung lainnya terus menerus disusun dan disesuaikan dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi-fungsi dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI selalu dinamis dan disesuaikan dengan struktur organisasi sesuai dengan Perka LIPI No. 1 tahun 2014 yang telah bersertifikasi ISO 9001:2008. Selain itu terakreditasinya Laboratorium Pengujian dengan ISO 17025, dan Verifikasi ISM Code Permanen untuk Pengoperasian Kapal KR. BJ. VIII. Pembangunan atau pengembangan e-government yaitu penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang/jasa (e-procurement). Penataan Sistem Manajemen Sumberdaya Aparatur sudah dilaksanakan sistem rekruitmen secara terbuka dan on line oleh tim Panselnas M.PAN dan RB. Usulan perencanaan pegawai sudah disusun selama lima tahun 2015-2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja, dan pengembangan serta peningkatan pendidikan disesuaikan dengan Program Rencana Implementatif Puslit Oseanografi LIPI 2015-2019. Saat ini sedang diusulkan revisi grade beberapa jabatan fungsional umum, terutama penyesuaian grading yang kurang tepat dengan merevisi Uraian Jabatan beberapa Jabatan Fungsional Umum. Pada area Penguatan Pengawasan Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting, Membentuk Satuan Tugas SPIP. Pada area perubahan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah dimulai dari penyusunan Rencana Implementatif 2015-2019, penyusunan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Penyusunan Penetapan Kinerja (PK), Pengisian Target Triwulanan, Pengisian Capaian Kinerja Triwulanan. Hasil kinerja satker beruba Penerbitan Publikasi Internasional terutama yang terindex SCOPUS/SCIMAGO/IS, Publikasi Nasional terakreditasi, Jumlah produk dan prototipe yang dihasilkan. Sebagai hasil evaluasi dan monitoring kegiatan penelitian berupa Laporan Triwulan (e-monev), Laporan Tahunan, Laporan Akhir, Laporan Kinerja (LKj). Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang telah dilakukan dan dipertahankan adalah Terakreditasi Laboratorium Pengujian standar internasional ISO 17025, penerapan Sistem Manajemen Mutu berstandar internasional ISO 9001:2008, terlaksananya ISM-CODE, Website Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai media diseminasi berfungsi dengan baik, terselenggaranya kegiatan seminar, workshop dan pameran iptek.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 11
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN LEMBAGA
2.1.
Visi Lembaga
Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas yang berorientasi kepada hasil diperlukan adanya suatu perubahan. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program. Selain itu, terkait dengan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis maka perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup suatu organisasi. Adanya perubahan tersebut, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI diharapkan mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan yang terjadi saat ini sehingga memiliki makna yang sangat berarti bagi publik. Perubahan tersebut dirumuskan dalam serangkaian rencana tindakan (action plan) yang mengandung visi dan misi untuk diimplementasikan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Reformasi Birokrasi yang ada di lingkungan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI diawali dengan meredefinisi visi dan misi organisasi. Redefinisi visi dan misi tersebut ikut mendorong adanya upaya reposisi organisasi di antara organisasi penelitian di bidang kelautan dengan meningkatkan fungsi dan core-competent Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Visi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, yaitu “Menjadi institusi Ilmu Pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Oseanografi untuk meningkatkan daya saing bangsa”. Pusat penelitian oseanografi LIPI mempunyai keunggulan dalam hal penyediaan basis data, konsep pengelolaan, dan informasi baru. Selain itu, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai institusi riset pemerintah juga unggul dalam hal spektrum kepakaran. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI secara nyata diharapkan mampu menghasilkan riset dan inovasi yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan pemerintah, serta membantu memberikan pertimbangan ilmiah dan saran kebijakan dalam upaya mencapai Indonesia sejahtera.
2.2.
Misi Lembaga
Berdasarkan Visi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang telah disepakati tersebut, maka untuk mencapainya diperlukan “empat misi utama” yang diemban Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, untuk merealisir keinginan dimasa mendatang, yaitu: 1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan oseanografi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi bangsa. 2. Mengembangkan ilmu pengetahuan oseanografi yang bermanfaat untuk konservasi dan pemanfaatan sumber daya berkelanjutan. 3. Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan oseanografi. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Indonesia bidang oseanografi melalui aktivitas ilmiah.
2.3.
Tujuan Lembaga
Pusat Penelitian Oseanografi menerjemahkan visi misi menjadi tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman proses, invensi dan inovasi teknologi bidang oseanografi untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang berkelanjutan di perairan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 12
2. 3. 4. 5. 6. 7.
2.4.
Indonesia Meningkatkan dukungan terhadap pengelolaan ekosistem laut yang sehat dan lestari Meningkatkan dukungan terhadap adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengasaman air laut Meningkatkan dukungan terhadap peran Indonesia dalam pergaulan internasional berbasis ilmu kelautan Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan oseanografi melalui publikasi yang berkualitas internasional Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM bidang oseanografi Meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia di bidang oseanografi
Sasaran Strategis Lembaga
1.
Terwujudnya pemahaman proses-proses oseanografis untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang berkelanjutan di perairan Indonesia yang ditandai oleh: a) Tersedianya data dan informasi keanekaragaman sumberdaya hayati laut; b) Dikuasainya teknologi budidaya biota laut yang bernilai ekonomi tinggi dan terancam punah; c) Teridentifikasinya substansi aktif sebagai bahan baku obat dan nutrasetikal dari laut.
2.
Terwujudnya dukungan terhadap pengelolaan ekosistem laut yang sehat dan lestari yang ditandai oleh: a) Tersedianya data dan informasi ekosistem laut sebagai dasar upaya pengelolaannya; b) Teridentifikasinya indikator pencemaran laut; c) Dihasilkannya konsep restorasi dan perlindungan ekosistem laut; d) Dihasilkannya timbangan ilmiah sebagai dasar pengelolaan ekosistem laut; e) Terbangunnya kesadaran masyarakat pesisir dalam memanfaatkan dan melindungi ekosistem laut.
3.
Terwujudnya dukungan terhadap adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, yang ditandai oleh: a) Tersedianya data dan informasi blue carbon terkait dengan mitigasi perubahan iklim; b) Tersedianya data dan informasi tingkat kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim; c) Dihasilkannya konsep adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk pengurangan resiko bencana.
4.
Terwujudnya dukungan terhadap peran Indonesia dalam pergaulan internasional berbasis ilmu kelautan, yang ditandai oleh: a) Terwakilinya Indonesia dalam pertemuan ilmiah internasional; b) Terjalinnya komunikasi dan kerjasama internasional; c) Terlibatnya peneliti pada posisi strategis organisasi-organisasi ilmiah internasional.
5.
Terwujudnya pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan oseanografi melalui publikasi yang berkualitas internasional, yang ditandai dengan: a) Meningkatnya indeks sitasi peneliti menurut pengindeks sitasi global. b) Meningkatnya jumlah publikasi ilmiah internasional.
6.
Tersedianya SDM bidang oseanografi yang berkualitas, yang ditandai dengan: a) Meningkatnya jumlah peneliti yang bergelar Doktor; b) Meningkatnya jumlah Peneliti Utama dan Profesor.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 13
7.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat Indonesia di bidang oseanografi, yang ditandai dengan: a) Tersedianya informasi bidang oseanografi yang mudah diakses; b) Meningkatnya jumlah masyarakat yang mengakses informasi bidang oseanografi; c) Meningkatnya jumlah pelatihan bidang oseanografi yang diselenggarakan; d) Meningkatnya jumlah peserta yang mengikuti pelatihan bidang oseanografi.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 14
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1.
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Satu dari sembilan Agenda Prioritas Republik Indonesia (Nawacita) adalah “Memperkuat Jatidiri sebagai Negara Maritim” yang kemudian diterjemahkan kedalam lima (5) Program strategis nasional (yaitu: pangan, energi, maritim, industri, dan pariwisata). Kemudian, secara eksplisit pembangunan kelautan dituangkan dalam Sasaran Pokok Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional 2015-2019. Merujuk pada kebijakan nasional saat ini, maka pembangunan kemaritiman dan kelautan menjadi salah satu fokus utama pembangunan nasional Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui satuan kerja Pusat Penelitian Oseanografi memegang peranan penting dalam mendukung kebijakan nasional di bidang kelautan. LIPI secara kelembagaan menetapkan rencana strategis (berikut serta visi, misi dan tujuan lembaga) merujuk pada beberapa dasar hukum berikut: 1. UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 2. PP No 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional 3. Permen PPN No 5 tahun 2014 tentang Pedoman penyusunan dan Penelaahan Renstra Kementerian dan Lembaga 2015-2019 4. Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019
3.2.
Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga
3.2.1. Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Visi LIPI adalah “menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya saing bangsa.” Visi ini kemudian diterjemahkan ke dalam misi sebagai berikut: 1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi bangsa; 2. Mengembangkan IP yang bermanfaat untuk konservasi dan pemanfaatan Sumber Daya berkelanjutan; 3. Meningkatkan pengakuan Internasional dalam bidang Ilmu Pengetahuan; 4. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui aktivitas Ilmiah.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 15
Gambar 1. Korelasi Visi, Misi dan Tujuan LIPI
3.2.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Penelitian Oseanografi Arah kebijakan Pusat Penelitian Oseanografi diantaranya adalah penajaman kegiatan riset osenografi, revitalisasi peralatan penelitian, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan penguatan jejaring pelaksanaan riset, pembangunan stasiun penelitian kawasan barat Indonesia. Untuk mencapai Visi dan melaksakan Misi yang telah ditetapkan, Pusat Penelitian OseanografILIPI menetapkan empat arah kebijakan riset dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya manusia dan fasilitas yang tersedia. Empat arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penajaman kegiatan riset oseanografi Pusat Penelitian Oseanografi harus menentukan arah penelitian yang jelas, fokus, dan spesifik untuk periode 5 tahun (2015-2019), serta menetapkan target capaiannya dengan memperhatikan berbagai isu kelautan yang berkembang. Kedepan orientasi penelitian tidak lagi berpusat pada bidang penelitian, tetapi lebih kepada topik dan isu penelitian yang hendak diusung. Dengan demikian program penelitian digarap secara bersama antar bidang penelitian, dan setiap program memiliki penanggung jawab yang dapat membantu pimpinan Pusat Penelitian Oseanografi dan UPT dalam merencanakan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program penelitian. Arah dan fokus penelitian ini juga yang akan menjadi dasar dalam pengembangan SDM peneliti dan fasilitas penelitian. 2. Revitalisasi peralatan penelitian Dalam lima tahun kedepan, Pusat Penelitian Oseanografi memerlukan peralatan penelitian yang memadai dan terkini (up to date) untuk menjawab tantangan penelitian kelautan yang terus berkembang. Oleh karena itu diperlukan pengadaan peralatanperalatan penelitian baru yang belum dimiliki serta memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak, dan yang kadaluwarsa (out of date). Peralatan terkait riset pemanfaatan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 16
sumberdaya hayati laut, pendugaan sumberdaya laut dan alat survey bawah laut menjadi peralatan yang penting untuk diadakan. 3. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan penguatan jejaring pelaksanaan riset Kunci keberhasilan lembaga penelitian ditentukan oleh kesiapan sumberdaya manusia baik unsur peneliti maupun pendukung dalam melaksanakan program penelitian. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas peneliti untuk menjawab tujuan penelitian yang dilakukan. Peningkatan kualitas peneliti dilakukan secara formal (pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi) maupun non formal (mengikuti pelatihan). Peningkatan kuantitas peneliti dapat dilakukan dengan perekrutan pegawai baru untuk bidang-bidang penelitian yang diperlukan. Selain itu, untuk melakukan penelitian yang komprehensif dalam menjawab isu-isu global diperlukan kerjasama lintas lembaga penelitian. Oleh karena itu diperlukan jejaring antar lembaga penelitian baik nasional, regional maupun internasional yang memerlukan keterlibatan aktif Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 4. Pembangunan stasiun penelitian kawasan barat Indonesia Selama ini sebagian besar keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah naungan Pusat Penelitian Oseanografi berada di kawasan Timur Indonesia, sedangkan di kawasan Barat Indonesia sangat kurang. Padahal dinamika perairan yang berada di kawasan Barat Indonesia (Samudera Hindia, Laut Cina Selatan dan Selat Malaka) sangat penting untuk diungkap. Oleh karena itu diperlukan keberadaan Unit Pelaksana Teknis sebagai pegemban mandat Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk melakukan kajian di wilayah tersebut.
3.3.Program/ Kegiatan Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang sumber daya kelautan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam kurun waktu 2015 – 2019 memiliki tiga kegiatan, yakni: 1. Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi 2. Penguatan Sistem Inovasi Nasional 3. Diseminasi IPTEK Kegiatan Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi merupakan kegiatan tematik yang bertujuan untuk memperkuat kompetensi inti (core competence) dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, melalui peningkatan kompetensi para peneliti di bidangnya masingmasing. Kegiatan Penguatan Sistem Inovasi Nasional di fokuskan pada kegiatan pendukung penelitian dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Sedangkan, kegiatan diseminasi IPTEK difokuskan pada pengembangan database, penguatan jejaring dan pemasyarakatan hasil penelitian.
3.3.1. Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi Penelitian pada bidang ilmu oseanografi di Indonesia saat ini tidak semata-mata menjadi domain dari Pusat Penelitian Oseanografi. Telah banyak lembaga-lembaga lain baik itu lembaga pendidikan (universitas) maupun lembaga penelitian yang juga bergerak dalam koridor yang sama di dalam oseanografi. Pada saat yang sama, tantangan penelitian oseanografi juga berkembang luas mulai dari tantangan yang bersifat mendasar (misal: pemetaan keanekaragaman hayati) sampai dengan tantangan yang bersifat aplikatif (misal: bagaimana mengembangkan energi berbasis kelautan, bagaimana perubahan iklim mempengaruhi komponen ekosistem).
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 17
Oleh sebab itu, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai lembaga penelitian kelautan tertua di Indonesia perlu memilah arah riset ke depan. Disamping itu Pusat Penelitian Oseanografi juga perlu mengembangkan langkah nyata untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (peneliti). Arah riset yang direncanakan dengan baik akan dapat menjadi pijakan untuk mewujudkan penelitian yang berkualitas (besar, signifikan dan nyata). Kemudian, sumber daya manusia (peneliti) yang berkualitas juga akan memperbesar peluang dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas. Kegiatan Penelitian Pengembangan dan Pemanfaatan Ilmu Oseanografi difokuskan pada tujuh Sub kegiatan penelitian yang sudah dipilih untuk menjadi tema utama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2015-2019, antara lain: 1. Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi 2. Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem laut 3. Pencemaran dan Bioremediasi 4. Oseanografi dan Perubahan Iklim Global 5. Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut 6. Konservasi Sumber Daya Laut (UPT LKBL Bitung) 7. Bio Industri Laut (UPT LPBL Mataram) Adapun rincian sub-sub kegiatan penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang terkait dengan Tujuh sub kegiatan penelitian tersebut disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rincian sub-sub kegiatan penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2015-2019 Sub Kegiatan Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem laut Pencemaran dan Bioremediasi
Oseanografi dan Perubahan Iklim Global
Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut
Konservasi Sumber Daya Laut (UPT LKBL Bitung)
Sub-Sub Kegiatan a) Eksplorasi keanekargaman hayati laut b) Dinamika populasi biota laut yang terancam punah atau potensial ekonomis penting c) Pengelolaan wilayah pesisir a) Penelitian potensi sumberdaya laut b) Pengembangan indeks kesehatan ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove dan padang lamun) a) Pengembangan biota indicator sebagai proxy pencemaran lingkungan pesisir b) Penelitian dan pengembangan teknik bioremediasi di ekosistem pantai dan upaya restorasinya c) Pengembangan panduan kualitas sedimen laut a) Kajian dampak perubahan iklim dan pengasaman air laut terhadap lingkungan pesisir dan adaptasinya b) Blue carbon di ekosistem pesisir (kajian ekosistem laut sebagai carbon storage) c) Penelitian sirkulasi arus dan modeling a) Pembenihan dan budidaya invertebrata dan biota laut yang dilindungi b) Pengembangan nutrasetikal dan bahan baku obat berbasis sumberdaya hayati laut (nutrasetikal: Teripang, Kuda Laut, Sidat; bahan baku obat: mikroorganisme dan invertebrata) c) Kajian pemanfaatan alga sebagai sumber bahan bioprospeksi (pakan, suplemen, bahan bakar nabati, pigmen, dll.) Tidak ada data
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 18
Sub Kegiatan Bio Industri Laut (UPT LPBL Mataram)
Sub-Sub Kegiatan a) b) c)
Budidaya Teripang Pasir (H. scabra) Budidaya Lobster karang (Panulirus sp.) Formulasi pakan buatan untuk teripang Pasir dan Lobster Karang
Penjabaran dari ke-tujuh sub kegiatan di atas merupakan manivestasi dari misi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang telah disepakati, yaitu sebagai berikut: 1.
Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi
Sub kegiatan Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi merupakan kegiatan pengembangan kompetensi inti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang difokuskan pada sumberdaya laut yang dapat diperbaharui, yakni mencakup sumber daya laut hayati dan nirhayati. Sub-sub kegiatan Keanekragaman Hayati Laut dan Konservasi meliputi: a) Eksplorasi keanekaragaman hayati laut Indonesia merupakan negara yang kaya sumberdaya hayati laut, sehingga dikenal dengan “mega-diversity”. Pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak ramah lingkungan (cyanide fishing, blast fishing) dan penangkapan yang berlebih (over-fishing) berpotensi mengancam kekayaan keanekaragaman hayati laut Indonesia. Oleh karena itu, Puslit Oseanografi-LIPI bersama instistusi riset lainnya (Balitbang Kelautan dan Perikanan, Universitas) mempunyai tanggung jawab dalam melindungi keanekaragaman hayati laut sebagai aset ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat ekonomi, sosial dan budaya bagi masyarakat. Secara keseluruhan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut vertebrata, antara lain ikan sebanyak 3.476 jenis, ikan karang 2057 jenis, moluska 2.500 jenis, koral 590 jenis, spone 850 jenis, krustasea 1.512 jenis, ekhinodermata 1.412 jenis, mamalia laut 31 jenis, reptile, 37 jenis, sea bird 151 jenis, dan penyu 6 jenis. Sedangkan, sumberdaya hayati invertebrata memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan temuan spesies baru atau catatan baru spesies, karena filum ini belum tereksplorasi secara maksimal. Banyak taksa dari invertebarata seperti teripang, abalon, kerang mutiara, udang dan kepiting dapat dikembangkan sebagai objek budidaya yang hasil produksinya dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial. Selain dari keanekaragaman fauna laut di atas, terdapat keanekaragaman hayati flora (tumbuhan) laut Indonesia yang terdiri dari mangrove (45 jenis), lamun (13 jenis) dan alga yang hidup disepanjang perairan pesisir. Sebanyak 45 spesies mangrove dari 54 spesies mangrove dunia terdapat di Indonesia. Alga secara umum terbagi menjadi makro dan mikro alga. Jumlah makroalga yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 1.000 spesies dari 9.000 spesis yang diperkirakan di dunia. Mikroalga di Indonesia mencapai 4.375 spesies dari 102.000 spesies yang tercatat di dunia. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan keanekaragaman hayati laut dapat dieksplorasi dengan pendekatan taksonomi konvensional dan molekuler, sehingga memungkinkan ditemukannya spesies baru (new species) dan catatan baru (new record) spesies. Pendekatan taksonomi konvensional merujuk pada aspek morfologi yang terdiri dari meristik dan morfometrik. Sedangkan, pendekatan taksonomi molekuler dilakukan dengan menggunakan penanda DNA barcoding dengan aplikasi gen Cytochrome Oxidase Sub Unit I (COI). Penggunaan taksonomi molekuler juga mampu mendeteksi filogeografi dari spesies yang dianalisa. Kegiatan eksplorasi keanekaragaman sumberdaya hayati laut terutama akan dilaksanakan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 19
dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII dan VII. Lokasi-lokasi kegiatan dilakukan di pulau–pulau terluar atau perairan territoriaI Indonesia (Lautan Hindia, Laut Sawu, Laut Andaman, Laut Sulawesi), dan lokasi dimana kegiatan program coral reef rehabilitation and management program untuk mendukung coral triangle initiative (COREMAP – CTI). Output utama dari sub-kegiatan ini adalah penemuan spesies baru maupun catatan baru dari spesies. b) Dinamika populasi biota laut yang terancam punah atau potensial ekonomis penting Biota laut yang memiliki nilai ekonomis penting umumnya mengalami ancaman penurunan stok dan menuju kepunahan akibat eksploitasi yang berlebih. Beberapa jenis biota tersebut antara lain, ikan hiu, bambu laut, kuda laut, teripang dan udang karang. Eksploitasi yang berlebih dan pemahaman tentang biologi sumberdaya hayati laut yang lemah (seperti, life history, spawning season, first age spawning, number of eggs production dsb) telah menyebabkan pengelolaan sumberdaya hayati laut tidak tepat target. Sebagai contoh,saat ini, beberapa spesies ikan hiu dan napoleon telah masuk ke dalam daftar jenis hewan yang terancam punah dan beberapa spesies diantaranya bahkan sudah masuk ke dalam daftar apendiks CITES. Sebagai salah satu negara yang mengeksploitasi ikan hiu terbesar di dunia, Indonesia berkewajiban untuk mengelola sumberdaya perikanan hiunya secara berkelanjutan, namun minimnya data tangkapan spesifik per spesies menyebabkan pemerintah kesulitan menetapkan langkah-langkah pengelolaannya. Sebagai lembaga yang berwenang di bidang keilmuan (scientific authority), LIPI berkewajiban untuk memberikan status populasi terhadap setiap jenis biota yang terancam punah. Sub-kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status terkini populasi hiu dan napoleon di perairan Indonesia. Beberapa metode analisis perikanan akan digunakan sebagai dasar penentuan status populasi tersebut sehingga dapat diperoleh rekomendasi ilmiah terkait pengelolaan perikanan hiu dan napoleon yang berkelanjutan di wilayah perairan Indonesia. Teripang Teripang adalah sebagian kecil dari kelompok timun laut (Kelas Holothuroidea, Filum echinodermata) yang diperdagangkan di skala lokal maupun internasional sebagai komoditas makanan dan obat tradisional, terutama bagi komunitas Cina di Indonesia dan seluruh dunia (Bruckner et al., 2003; Chen, 2003; Choo, 2008). Indonesia merupakan negara eksportir teripang terbesar sebelum tahun 2000 menurut data FAO, dengan tujuan eksport utama adalah Hong Kong SAR (Cina) (Bruckner et al., 2003; Tuwo, 2004; Choo, 2008). Beberapa jenis teripang terindikasi mengalami tangkap lebih (over-exploitasi), hal ini dapat diperhatikan dari harga beberapa jenis teripang di pengepul yang sangat tinggi sedangkan sebagian jenis lainnya bernilai jual sangat rendah. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pengepul, tingginya harga tersebut dikarenakan semakin langka/sulit didapatkannya jenis-jenis teripang tertentu, sedangkan permintaan pasar semakin meningkat. Dalam kasus ini muncul ungkapan “semakin sulit dicari jenis komoditas maka harganya akan semakin tinggi”. Dari sisi khasiat, teripang dipercaya sebagai “functional food” karena mengandung senyawa bioaktif yang diyakini bisa menjadi obat. Meningkatnya permintaan teripang untuk kepentingan farmakologi menjadikan teripang sebagai komoditas yang semakin dicari. Dalam setengah dekade ini, IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengevaluasi lebih dari 300 jenis timun laut Ordo Aspidochirotida dalam rangka mengetahui status populasinya (Palidoro dalam Purcell et al., 2011). Di sisi lain, CITES (Convention on Interantional Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 20
bersama-sama dengan negara-negara eksportir teripang mendiskusikan mengenai perlunya memasukkan teripang ke dalam daftar Appendix II atau Appendix III CITES (Bruckner et al., 2003; Conand, 2004; Kinch et al., 2008; Purcell et al., 2011). Beberapa permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah: (1) Daftar nama jenis-jenis teripang yang diperdagangkan di seluruh Indonesia yang telah dikonfirmasi taksonominya belum ada, karena hingga saat ini daftar yang ada adalah baru dari hasil penelitian dan rekap pustaka di beberapa lokasi saja (Setyastuti dan Purwati, 2015); (2) Penelitian biologi untuk mengkaji stok teripang di alam belum pernah dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui kondisi populasi teripang di alam, penelitian mengenai distribusi, tipe habitat, reproduksi, siklus hidup dan kecepatan pertumbuhan belum pernah diteliti dengan lebih spesifik terhadap jenis-jenis teripang; (3) Keyakinan terhadap “khasiat” yang dimiliki teripang belum jelas dipetakan. Hanya beberapa jenis teripang saja (khususnya yang paling laris dipasaran) yang telah diteliti secara mendalam untuk mengetahui kandungan bioaktifnya, sedangkan jenis-jenis lain yang “bisa jadi/kemungkinan” berpotensi memiliki kandungan bioaktif tinggi belum banyak diteliti; (4) Metode budidaya teripang dalam skala laboratorium yang berkesinambungan belum diketahui; (5) Pemetaan genetika populasi teripang untuk mengetahui pola migrasi oseanik belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian terkait “Eksplorasi, Pengelolaan Teripang dan Keterkaitannya dengan Oseanografi di Perairan Indonesia” bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi jenis-jenis teripang yang ditangkap untuk diperdagangkan, baik skala lokal maupun internasional; (2) Melakukan kajian stok/populasi teripang di lokasi yang tinggi penangkapannya; (3) Melakukan kajian stok/populasi teripang di lokasi yang tidak ada penangkapan; (4) Mengetahui pola reproduksi dan puncak masa pemijahan/spawning season timun laut di Indonesia bagian barat, tengah dan timur; (5) Mengkaji teripang yang masuk ke pengepul/eksportir (yang telah diproses kering/digarami) termasuk ukuran dewasa/juvenil (melakukan pengukuran morfometrik pada teripang yang telah diproses untuk sinkronisasi dengan ukuran saat segar); (6) Mengkaji jaringan pasar teripang (proses pengambilan di alam, pengolahan dan penjualannya); (7) Mengidentifikasi jenis-jenis nonkomersial yang kemungkinan berpotensi sebagai pengganti jenis-jenis yang high-komersial dan statusnya sudah terjadi tangkap lebih dengan metode screening awal senyawa bioaktif. UPT yang berada di di bawah sub-kegiatan Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi, tahun 2015-2019 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat eksplorasi dan kajian stok, diantaranya: UPT LKBL Tual akan melakukan kegiatan kajian sumber daya laut di pesisir pulaupulau kecil Maluku Tenggara; Kajian stok Lola dan Kima; Restoking Lola dan Teripang Pasir. UPT LKBL Biak......[Tidak ada data] UPT LPKSDMO Pulau Pari.....[Tidak ada data] 2.
Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem Laut
Beberapa topik penelitian terkait potensi sumberdaya dan kesehatan ekosistem laut meliputi: a) Penelitian Potensi Sumberdaya Laut Penelitian sumberdaya laut ditujukan untuk mengetahui status potensi suatu biota laut yang dimiliki Indonesia dan seberapa besar potensi tersebut telah dimanfaatkan serta bagaimana mengelolanya agar populasi di alam maupun lingkungan tempat hidupnya tidak
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 21
mengalami kerusakan akibat dari pemanfaatannya. Hal ini penting dilakukan, karena setiap komoditas yang diperdagangkan secara internasional selalu dipersyaratkan untuk melengkapi dokumen tentang sustainability, traceability dan legality-nya. Idealnya semua biota yang kita miliki mempunyai dokumen tersebut, namun karena tingginya keanekaragaman sumberdaya laut kita maka dipilih dan diprioritaskan untuk memilih biota yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi primadona untuk diperdagangkan secara internasional, baik sebagai bahan makanan maupun ornamental. Untuk mendapatkan semua dokumen tersebut maka penelitian yang akan dilakukan meliputi status populasi, dinamika populasi, distribusi, kelimpahan, reproduksi, pertumbuhan, tempat memijah dan tempat pembesaran, serta tempat, musim dan cara pemanenan. Untuk melengkapi dokumen traceability maka dilakukan studi genetic populasi. Pemangku kepentingan yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini antara lain, Kementerian Kelautan dan Perikanan, PHKA, Kementrian Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang merupakan pertanggung jawaban LIPI sebagai otoritas keilmuan. b)
Penentuan indeks kesehatan ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun Wilayah pesisir merupakan wilayah interaksi antara daratan dan lautan yang cukup kompleks. Interaksi tersebut menjadi lebih kompleks dengan intervensi berbagai kegiatan manusia yang beragam, mulai dari pemukiman, industri, pariwisata, pertambakan, pertambangan dan konservasi. Untuk mengelolanya, perlu dukungan penelitian interdisiplin yang dapat menjelaskan kaitan antara sistem ekologis dan sistem sosial. Penelitian di bidang ini perlu dilakukan, karena banyak wilayah pesisir yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap ekosistem pesisir, terutama pada kesehatan perairan, sehingga kemudian dampaknya akan mengganggu ketahanan dan keselamatan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah memonitor status kondisi keshatan ekosistem apakah terjadi penurunan atau terjadi perbaikan. Selain itu dari penelitian ini diharapkan muncul kriteria baku, status dari masing-masing ekosistem beserta bioindikator yang dapat dipakai sebagai indikasi kesehatan ekosistem tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat peran LIPI sebagai referensi nasional untuk menyajikan data tentang kesehatan ekosistem laut dan sebagai verifikator kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan peta sumberdaya laut Indonesia. UPT yang berada di di bawah sub-kegiatan Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem Laut, tahun 2015-2019 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat monitoring, diantaranya: UPT LKBL Tual akan melakukan kegiatan monitoring hidrologi Tl. Kalamit Maluku Tenggara UPT LKBL Biak......[Tidak ada data] UPT LPKSDMO Pulau Pari.....[Tidak ada data]
3. a)
Pencemaran dan Bioremediasi Pengembangan biota indikator sebagai proxy pencemaran lingkungan pesisir Indonesia yang dikenal sebagai negara yang memiliki “mega-biodiversity” yang tersebar di seluruh kawasan perairan, yakni dari Sabang hingga ke Merauke, mulai dari hutan tropis, perairan pesisir, sampai perairan laut dalam. Namun demikian, sebagai salah satu negara berkembang, beragam biodiversitas tersebut mulai berkurang seiring meningkatnya pencemaran dari berbagai kegiatan manusia. Monitoring pencemaran di perairan pesisir
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 22
masih menggunakan pendekatan kimia. Pola monitoring tersebut selain mahal dalam prosesnya, juga akan menghasilkan residu bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Aplikasi biota dalam monitoring pencemaran perairan saat ini menjadi pola/trend baru dalam teknologi lingkungan. Pendekatan secara biologi dan toksikologi menggunakan biota indikator dapat menjadi salah satu metode kegiatan monitoring yang efisien, efektif dan tepat guna untuk diaplikasikan di wilayah perairan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan persebaran biota indikator pencemaran di perairan pesisir beserta parameter lingkungan (nutrien, pencemaran organik berupa PAH dan TBT, serta pencemaran logam berat), dan mengembangkan metode bioassay dengan menggunakan biota indikator. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mendeteksi terjadinya perubahan lingkungan akibat dari adanya pencemaran secara efektif , efisien dan murah. b)
Penelitian dan pengembangan teknik bioremediasi di ekosistem pantai dan upaya restorasinya Penelitian secara intensif tentang bioremediasi cemaran minyak telah dikerjakan oleh Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Hingga saat ini Laboratorium Mikrobiologi telah memiliki koleksi sekitar 127 isolat. Diantara isolat tersebut, tujuh isolat bakteri telah dikarakterisasi nama spesies (jenis) dan kemampuannya dalam menguraikan minyak mentah dan polycyclic aromatic hydrocarbon (senyawa phenanthrene, dibenzothiophene, fluoranthene, fluorene, pyrene dan naphthalene). Disamping itu, laboratorium mikrobiologi juga telah melakukan penelitian tentang penggunaan pupuk sebagai sumber nitrogen dan phosphor untuk mempercepat pertumbuhan komunitas bakteri yang mampu mengurai cemaran minyak. Penelitian yang dilakukan di laboratorium (microcosm) dan di lapangan/kawasan pantai (mesocosm) memberikan hasil yang memuaskan dengan berhasil diturunkannya nilai cemaran minyak melalui aktifitas mikroorganisme. Dalam upaya untuk menemukan cara memperbaiki kondisi lingkungan perairan yang tercemar bukan hanya minyak, tetapi juga logam berat, nutrien dan bakteri patogen, studi yang holistik perlu dilakukan. Hal ini terkait dengan meningkatnya faktor penghambat dalam keberhasilan tehnik bioremediasi yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain, diantaranya kandungan logam berat. Untuk itu, dalam kurun waktu TA 2015 – 2019 ada 7 kegiatan yang akan dilakukan (1) mengkaji respon ekosistem laut dan dampaknya terhadap wilayah pesisir akibat cemaran minyak; (2)Workshop/lokakarya “ Status Perkembangan Bioremediasi Laut di Indonesia” (3) Identifikasi dan monitoring kandungan minyak dan faktor-faktor fisik yang akan menghambat proses pemulihan lingkungan (fisik, kimia dan biologis); (4) Identifikasi gambaran geologis dan hidrologis dari kawasan yang tercemar minyak (5) Evaluasi kelayakan tehnik imobilisasi agen bioremediasi (6) Evaluasi tehnik aplikasi agen bioremediasi di laboratorium dan lapangan.; (7) Monitoring kondisi perairan dan biota laut terdampak cemaran (sebelum, selama dan sesudah proses bioremediasi). Dengan diperolehnya informasi mengenai proses remediasi tumpahan minyak skala microcosm dan mesocosm oleh mikroorganisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas komunitas mikroorganisme khususnya bakteri pengurai minyak, maka metode yang selama ini telah diujicobakan dalam skala laboratorium harus diaplikasikan di lingkungan yang tercemar oleh tumpahan minyak mentah dan senyawa turunannya. Lingkungan yang tercemar tumpahan minyak, diharapkan mampu direstorasi kembali dengan cara menerapkan metode bioremediasi yang telah teruji dalam skala laboratorium. Aplikasi teknik bioremediasi cemaran minyak dengan memanfaatkan mikroorganisme diharapkan mampu memberi informasi mengenai remediasi cemaran minyak pada beberapa
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 23
c)
tipe ekosistem pantai. Hasil akhir dari penelitian ini berupa tersusunnya suatu panduan (konsep) dalam menangani permasalahan cemaran minyak di berbagai tipe ekosistem pantai, sehingga permasalahan pencemaran minyak yang terjadi di kawasan pantai bisa ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pengembangan panduan kualitas sedimen laut Masalah sedimen terkontaminasi, baik oleh logam berat, khususnya Hg dan Cu, maupun bahan organik beracun seperti Poliaromatik hidrokarbon (PAH), telah meningkatkan perhatian kita secara signifikan terhadap bahaya lingkungan. Kontaminan yang dilepas dari berbagai sumber seperti buangan limbah industri dan domestik dapat diakumulasi di dasar sedimen sebagai partikel tersuspensi. Konsentrasi logam berat dan bahan organic beracun dalam sedimen telah ditemukan di beberapa perairan Indonesia, dan sebagian telah melampaui batas yang telah ditetapkan dalam Handbook of Sediment Quality Assessment. Peningkatan konsentrasi logam berat dan bahan organik beracun dalam sedimen dapat menimbulkan resiko baik bagi kehidupan biota akuatik maupun manusia yang mengkonsumsi biota akuatik. Oleh sebab itu diperlukan penetapan konsentrasi indikatif dari kontaminan sedimen yang diduga dapat menyebabkan efek terhadap komunitas biologis, karena upaya restorasi atau remediasi seringkali berharga sangat mahal, dan pemindahan sedimen yang terkontaminasi ke tempat lain akan menimbulkan masalah baru. Sampai saat ini Indonesia belum mempunyai pedoman kualitas sedimen yang digunakan untuk menilai kondisi perairan berdasarkan kualitas sedimen. Selama ini untuk menilai kualitas sedimen masih menggunakan acuan dari beberapa negara yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda dengan Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu acuan yang sesuai dengan kondisi perairan Indonesia (tropis). Kriteria sedimen (yaitu pedoman/guideline) telah dikembangkan untuk menghadapi berbagai masalah lingkungan dan untuk merespon program regulasi. Kriteria tersebut meliputi penetapan apakah sedimen telah terkontaminasi dalam konteks batasan pembuangan material yang dikeruk, pembersihan area industri dan pemukiman, kontaminasi limbah, luasnya area kontaminasi di suatu wilayah, resiko terhadap manusia ataupun ekologi, kontaminasi pada jaringan ikan, tingkat masalah suatu daerah, dan beneficial use impairments. Pedoman kualitas sedimen adalah alat yang dapat digunakan oleh manager dan ilmuwan untuk menghubungkan konsentrasi kontaminan sedimen dengan prediksi dampaknya terhadap biota yang hidup dalam sedimen, estuarin dan perairan air tawar. Penggunaan pedoman kualitas sedimen akan membantu mengidentifikasi situasi apabila sedimen terkontaminasi berpotensi menyebabkan pengaruh pada kesehatan manusia, jika biota bentik, atau organisme yang memakan oleh biota bentik, yang mana merupakan sumer pangan bagi manusia, diduga akan mengakumulasi secara biologis kontaminan tersebut. Dari perspektif pengelolaan lingkungan, pedoman kualitas sedimen akan sangat berharga dalam mengidentifikasi sedimen yang tidak terkontaminasi, atau sedimen yang mengandung kontaminan di bawah ambang batas dimana efeknya diduga dari single kontaminan. Sehingga dengan mengadopsi nilai tersebut, lingkungan dapat dilindungi dengan cara mengontrol input kontaminan. Dalam rangka menemukan cara untuk mengurangi kadar kontaminan dalam sedimen, baik yang berupa logam berat maupun bahan organik toksik, diperlukan kajian secara holistik dimana berbagai komponen dievaluasi secara terpadu. Dalam kaitan ini, dalam kurun waktu TA 2015-2019 akan dilakukan penelitian Pengembangan Pedoman Kualitas Sedimen dengan tujuan untuk dapat menyusun Pedoman Kualitas Sedimen yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam rangka mengurangi pencemaran yang terjadi di perairan Indonesia oleh
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 24
PAH, Hg dan Cu. Penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan penelitian: a) identifikasi pendekatan dalam pengembangan pedoman kualitas sedimen, b) identifikasi konsentrasi PAH, Hg dan Cu dalam sedimen dan biota dari perairan yang tercemar dan tidak tercemar, c) membuat database efek atau 'weight of evidence' dari pemaparan terhadap sedimen terkontaminasi di laboratorium dan lapangan, d) derifasi nilai-nilai pedoman kualitas sedimen untuk PAH, Hg dan Cu, e) evaluasi nilai dalam pedoman kualitas sedimen dan e) penyusunan pedoman kualitas sedimen. Dengan tersusunnya pedoman kualitas sedimen ini, diharapkan dapat menjadi acuan untuk penilaian kualitas sedimen laut di Indonesia. 4.
Oseanografi dan Perubahan Iklim Global Berbicara perubahan iklim, kita tidak lagi mendiskusikan mengenai apakah perubahan iklim ini karena siklus alami atau disebabkan oleh aktivitas antropogenik. Kita berasumsi bahwa perubahan iklim tersebut sudah terjadi, sehingga diskusi tentang perubahan iklim tidak akan terlepas dari aspek dampak, adaptasi, dan mitigasi. Untuk itu, beberapa topik kajian akan dikembangkan berdasarkan tiga aspek tersebut. Dampak perubahan iklim dan adaptasinya merupakan satu kesatuan yang harus diakomodasi dalam satu topik, sedangkan aspek mitigasi berkembang menjadi dua topik yang keduanya berujung pada bagaimana mengurangi karbondioksida di atmosfer. Dengan kata lain, beberapa topik kajian di bawah payung “Oseanografi dan Perubahan Iklim Global” adalah sebagai berikut:
a) Kajian dampak perubahan iklim dan pengasaman air laut terhadap lingkungan pesisir dan adaptasinya Gejala perubahan iklim yang terjadi saat ini dampaknya sudah dirasakan, terutama di wilayah pesisir. Indikasi perubahan iklim adalah semakin meningkatnya curah hujan di suatu tempat dan kekeringan di tempat lain, intrusi air laut yang semakin jauh ke darat, gelombang dan kecepatan angin yang semakin kuat. Frekuensi dan luas genangan akibat banjir air pasang (rob) yang terus meningkat, kekeringan, gagal panen, kerusakan infrastruktur lingkungan di pesisir pantai adalah beberapa contoh dari dampak perubahan iklim. Berkenaan dengan perubahan iklim, maka kemudian akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan dan kehidupan di wilayah pesisir, maka dalam menghadapi gejala perubahan iklim perlu dilakukan upaya adaptasi. Penelitian yang perlu dilakukan adalah mengkuantifikasi peran perairan Indonesia dalam dinamika iklim global dan regional, mengidentifikasi dampak perubahan iklim terhadap lingkungan pesisir, yang kemudian bermuara pada pengembangan konsep strategi adaptasi. Identifikasi dampak diawali dengan identifikasi gejala-gejala perubahan iklim di suatu lokasi yang diteliti, kemudian bergerak ke sumber daya pesisir yang dipengaruhi oleh gejala-gejala tersebut. Selanjutnya, berdasarkan hasil dari kajian identifikasi dampak tersebut, perlu dilakukan pengembangan konsep strategi yang dapat mengatasi permasalahan di masyarakat akibat perubahan iklim harus menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Lebih jauh, ekosistem laut juga menghadapi ancaman pengasaman air laut (ocean acidification) sebagai ancaman paralel selain perubahan iklim. Oleh karena itu, di masa yang akan datang, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI juga perlu mempersiapkan diri dalam penelitian terkait pengasaman air laut ini. Beberapa hal terkait isu perubahan iklim dan pengasaman air laut yang dapat menjadi inti penelitian pada Pusat Penelitian Oseanografi LIPI: 1. Bagaimana komponen ekosistem (biotik dan abiotik) melakukan respons terhadap perubahan iklim dan pengasaman air laut?
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 25
2. Spesies apakah yang dapat berpotensi memiliki daya tahan terbaik terhadap dampak perubahan iklim dan pengasaman air laut? 3. Apakah faktor-faktor pelindung untuk spesies terancam dampak perubahan iklim dapat muncul? 4. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim dan pengasaman air laut? 5. Apakah variabel perubahan iklim dan pengasaman air laut secara khusus berpengaruh terhadap siklus materi (misal karbon)? Hal-hal di atas barangkali merupakan penelitian dasar, namun sudah mendapat perhatian secara internasional. Hal ini berarti, jika Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mampu mengambil peran dalam kelima hal tersebut di atas, maka pusat penelitian ini dapat berperan nyata secara internasional. Selain itu, penelitian terkait hal-hal tersebut di atas bersifat interdisipliner yang melibatkan berbagai disiplin ilmu mulai dari fisika dan kimia oseanografi, ekologi dan biologi laut, oseanografi terapan dan juga biogeokimia. Kondisi ini nantinya diharapkan mampu mengasah kemampuan lembaga dalam melakukan penelitian lintas bidang. b) Blue Carbon di Ekosistem Pesisir (kajian ekosistem laut sebagai carbon storage) Peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim global, sebagai indikasi dari ketidakseimbangan antara emisi gas rumah kaca ke atmosfer dengan penyerapannya oleh produsen primer. Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer adalah dengan cara memelihara dan mengembangkan kemampuan hutan dan lautan untuk menyerap dan menyimpan karbon. Pemanfaatan hutan dalam upaya mitigasi tersebut sudah banyak diimplemantasikan, sedangkan peran lautan dan ekosistem pesisir belum terlihat secara signifikan. Pengetahuan peran ekosistem pesisir dalam penyerapan dan penyimpanan CO2, merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses penyusunan strategi mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya untuk mengidentifikasi eksosistem pesisir yang memiliki kemampuan besar dalam mengikat emisi CO2 antropogenik yang semakin meningkat, serta memaksimalkan kemampuan penyerapan tersebut adalah sangat penting. Konsep Blue Carbon merupakan pengembangan dari konsep Green Carbon, untuk memfasilitasi hutan ke dalam skema mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan karbondioksida atmosferik. Konsep ini berkembang karena vegetasi di lingkungan pesisir, mangrove dan lamun belum dimasukkan ke dalam skema tersebut. Sehingga, topik penelitian ini mengacu pada sistem yang dimungkinkan sama dengan Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD). Riset untuk mengetahui seberapa besar potensi serapan karbon oleh ekosistem laut di Indonesia perlu dilakukan. Terkait dengan hal ini, bisa diprediksi bahwa besarnya potensi blue carbon akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Selain menentukan besar potensi penyimpanan karbon (carbon sequestration/ carbon storage) penelitian terkait blue carbon juga perlu menyasar pada menentukan faktor-faktor yang mengontrol variabilitas penyimpanan carbon (carbon storage) pada ekosistem laut. Penelitian terkait blue carbon ini juga perlu dilakukan pada usaha memperkirakan besar serapan dan aliran (carbon uptake & flux). Jika penelitian terkait blue carbon ini dikaitkan dengan kondisi perubahan iklim dan/atau pengasaman air laut, maka Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dapat memberikan kontribusi nyata pada ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penelitian dengan topik khusus: 1. Bagaimana laju penyimpanan dipengaruhi oleh perubahan ekosistem karena
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 26
pengaruh perubahan iklim? 2. Bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap stok karbon pada sedimen, produsen primer (plankton, lamun, mangrove, makro alga)? 3. Bagaimana pengaruh perubahan iklim (atau variabel di dalamnya) dan/atau pengasaman air laut terhadap aliran karbon (carbon flux) dan siklus karbon secara keseluruhan?
c)
Penelitian Sirkulasi Arus dan Modeling Perairan Indonesia merupakan area yang mendapatkan pengaruh Angin Muson dari tenggara pada saat musim dingin di wilayah Australia, dan dari barat laut pada saat musim panas di wilayah Australia. Kondisi sistem angin demikian telah dikenal mempengaruhi kuantitas transpor massa air bagian atas dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo), yang mencapai puncaknya selama Musim Timur, yakni ketika berhembus Angin Muson Tenggara; dan terendah pada Musim Barat Laut ketika berhembus Angin Muson Barat Laut. Arlindo memiliki peran penting dalam sirkulasi massa air dunia karena merupakan bagian ‘sabuk’ penghubung utama aliran massa air (great conveyor belt) dari Samudera Pasifik kembali ke tempat asalnya di Samudera Atlantik Utara. Arlindo dikenal mempengaruhi banyak fenomena penting, seperti pemanasan aliran keluar Agulhas, kekuatan sistem angin Leeuwin, Arus Australia Timur, serta air hangat di area upwelling Indonesia. Dalam beberapa kajian selama lima tahun terakhir, perairan laut dangkal Indonesia yang menghubungkan Laut China Selatan dengan Laut Flores maupun Laut China Selatan dengan Samudera Hindia via Selat Sunda menunjukkan adanya konsistensi net aliran massa air masuk dari Laut China Selatan di sepanjang tahun, meskipun intensitasnya melemah pada Musim Timur, dan menguat pada Musim Barat. Konsistensi aliran pada lapisan bawah ini mengindikasikan adanya kemiringan muka laut sepanjang tahun dari sisi utara menuju ke selatan. Memasuki perairan barat Indonesia, massa air ini selanjutnya mengalami perubahan karakteristik karena mendapatkan pengaruh masukan massa air tawar dari daratan (Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Jawa). Dengan demikian, transpor bahang dari Samudera Pasifik yang terbawa pada massa air lapisan atas melalui Laut China Selatan diduga juga akan mengalami perubahan ketika memasuki perairan Indonesia via perairan dangkal ini. Beberapa hal terkait isu Arlindo via perairan dangkal Indonesia kaitannya dengan isu perubahan iklim kawasan regional yang dapat menjadi inti penelitian pada Pusat Penelitian Oseanografi LIPI: 1. Bagaimanakah dinamika transpor massa air dan bahang Arlindo via Perairan Dangkal bagian barat Indonesia? 2. Berapakah besar kontribusi masukan dari daratan (sungai-sungai) di kawasan perairan barat Indonesia, serta laju percampuran di kawasan estuarinya? 3. Bagaimanakah peran dan kaitan antara dinamika temporal Arlindo via perairan dangkal bagian barat Indonesia, dinamika spasial massa air perairan bagian barat Indonesia dengan fenomena ENSO dan IOD, serta fenomena iklim global maupun regional?
5. a)
Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut Pembenihan dan budidaya invertebrata dan biota laut yang dilindungi Kegiatan Tim produk alam laut dan budidaya laut disesuaikan dengan target Penelitian Pengembangan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (P3 IPTEK) LIPI untuk mendukung ketahanan pangan. Target yang akan dicapai pada akhir tahun 2019 selain karya
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 27
tulis ilmiah berupa buku, juga produk yang nyata dan jelas (countable). Penelitian difokuskan pada kegiatan pembenihan dan pengembangan budidaya biota laut yang memiliki khasiat dan manfaat kesehatan, estetika dan pelestarian seperti teripang, abalone, lobster, turbo, kepiting dan kuda laut. Hasil dari penelitian tersebut akan dikirimkan ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI agar dapat diaplikasikan pada skala massal untuk pemulihan populasi di alam dan untuk tujuan komersial. Pengembangan biota laut yang bernilai komersil diharapkan dapat diaplikasikan oleh masyarakat untuk dijadikan sebaga salah satu kegiatan usaha berskala rumah tangga, sehingga dapat memberikan solusi terhadap masalah tenaga kerja di pedesaan dan dapat mengurangi tingkat eksploitasi sumberdaya laut yang tidak ramah lingkungan. b) Pengembangan nutrasetikal dan bahan baku obat berbasis sumberdaya hayati laut (nutrasetikal: Teripang, Kuda Laut, Sidat; bahan baku obat: mikroorganisme dan invertebrata) Sumberdaya hayati laut seperti teripang, kuda laut dan ikan sidat sudah digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku beberapa makanan kesehatan dan juga pengobatan tradisional untuk penyakit tertentu. Teripang merupakan salah satu biota laut yang hidup menyebar di seluruh perairan dunia, dan banyak ditemukan di perairan Indonesia. Organisme ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk nutraseutikal. Nutraseutikal merupakan suatu produk yang mengandung suatu zat yang diisolasi dari makanan dan berbentuk seperti produk farmasi dan mempunyai khasiat terhadap penyakit tertentu. Semenjak Dinasti Ming (1368-1644 SM), teripang telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina, untuk mengobati kelainan jantung, ginjal dan organ reproduksi, mengatasi kekeringan usus serta untuk melindungi sel syaraf. Selain itu kandungan nilai gizi teripang cukup tinggi yaitu mengandung protein, peptide, karbohidrat, lemak dan komponen lain seperti asam amino esensial, kolagen, vitamin, mineral, mukopolisakarida, glikosaminoglikan, chondroitin sulfat, omega-3, omega-6, omega-9, dan asam lemak EPA dan DHA. Hingga saat ini banyak sekali bukti ilmiah yang melaporkan manfaat kesehatan teripang antara lain sebagai anti-kanker, antioksidan, pelindung ginjal, hati, dan organ reproduksi. Selain teripang, kuda laut juga merupakan biota laut yang telah lama digunakan sebagai bahan baku pengobatan tradisional di Cina. Kuda laut juga telah digunakan dan dipasarkan sebagai penambah stamina. Beragam bukti ilmiah juga melaporkan bahwa kuda laut memiliki beragam aktifitas biologis dan manfaat kesehatan bagi manusia. Indonesia memiliki biodiversitas kuda laut yang cukup tinggi dan teknologi budidaya untuk organisme ini juga sudah mulai dikembangkan. Namun, hal pertama yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi terlebih dahulu adalah pengembangan produk nutraseutikal dari teripang. Hal ini dikarenakan data dasar tentang penyebaran, teknologi budidaya dan aktivitas biologis telah dilakukan sejak lima tahun yang lalu. Kegiatan penelitan tentang produk nutraseutikal dari teripang akan dilakukan pada tahap selanjutnya antara lain formulasi produk dan optimasi teknologi proses. Selain itu, akan dikembangkan juga uji aktifitas spesifik teripang sebagai agen neuroprotektif juga akan dilakukan. Hingga saat ini belum tersedia data senyawa aktif yang diklaim untuk aktifitas neuroprotektif menjadi produk neutraseutikal teripang. Pengujian teripang sebagai agen neuroprotektif dilakukan dengan menggunakan uji in vitro menggunakan sel syaraf yang terdapat pada otak manusia. Diharapkan dengan penelitian tersebut, didapatkan produk nutraseutikal dari teripang Indonesia, karena sampai sekarang Indonesia hanya berperan sebagai pemasok bahan baku dan konsumen dari produk nutraseutikal yang diproduksi oleh
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 28
c)
negara-negara maju. Sehingga untuk meningkatkan nilai ekonomi dari teripang, diperlukan inovasi produk nutraseutikal. Penelitian yang dilakukan oleh P2O LIPI laut diharapkan dapat menggantikan produk impor yang berharga tinggi dan selanjutnya mendorong ketahanan pangan di Indonesia. Selain pengembangan riset terapan, penelitian dasar untuk pengembangan bahan baku obat dari sumberdaya hayati laut Indonesia khususnya dari mikroorganisme laut juga tetap harus dilakukan karena organisme ini sangat potensial untuk bahan baku obat. Meskipun penelitian tentang obat-obatan membutuhkan waktu yang panjang serta biaya yang tidak sedikit, karena potensi Indonesia sabagai pustaka alam kimia sangat besar. Selain itu, kita harus mengejar ketertinggalan dari penelitian Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Korea, dan beberapa Negara Eropa yang banyak memanfaatkan kekayaan sumberdaya laut Indonesia. Penelitian dari negara-negara maju sangat tertarik dengan potensi bioprospeksi sumberdaya laut Indonesia sebagai bahan baku atau lead compound obat baru yang selanjutnya digunakan sebagai sebagai produk farmasi berpaten dan dipasarkan dengan harga tinggi. Penelitian bioprospeksi organisme laut sudah mulai dilakukan oleh P2O LIPI sejak tahun 2009 dan perlu dilakukan peda tahap penelitian selanjutnya. Penelitian tahap kedua untuk lima tahun ke depan dalam pengembangan bahan baku obat seperti optimasi aktifitas, diversifikasi aktifitas, sintesa dan biosintesa pengujian in vivo, optimasi dengan pendekatan bioinformatik sangat perlu untuk dilakukan. Kajian pemanfaatan alga sebagai sumber bahan bioprospeksi (pakan, suplemen, bahan bakar nabati, pigmen, dll.) Mikroalga memiliki komponen berharga yang dapat dimanfaatkan langsung sebagai pakan alami dan makanan suplemen karena kandungan asam-asam lemak, protein dan vitamin atau tidak langsung sebagai sumber bahan bakar nabati (lipid), bahan pewarna alami (astasantin, beta karoten, fikosianin, fikoeritrin) dan lain-lain. Pakan alami Laboratorium Kultur Mikroalga di Puslit Oseanografi-LIPI telah merawat beberapa strain microalgae yang belum dimanfaatkan secara optimal. Namun demikian biakan mikroalga yang termasuk Chaetoceros gracilis, C. Calcitrans, Skeletonema costatum, Thalassiosira pseudonana, Phaeodactylum tricornutum, Isochrysis (Tahitian), I. galbana. Tetraselmis chuii, T. Suecica, Pavlova lutheri, Nannochloris atonus dan Nannochloropsis oculata telah dimanfaatkan secara luas sebagai sumber pakan hidup larva kekerangan, udang dan ikan di ’hatchery’. Mikroalga tersebut mengandung asam-asam lemak esensial yang diperlukan untuk perkembangan larva dan mengeksresikan bahan aktif yan berguna untukmencegah timbulnya penyakit lingkungan akuakultur. Suplemen Spirulina dan Chlorella menggandung protein 50%, vitamin, bahan antioksidan (fikosianin, klorofil) serta bahan aktif (klorelin pada Chlorella) yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Bahan Bakar Nabati (BBN) Di masa yang akan datang, diharapkan sumber energi pengganti bahan bakar fosil adalah bahan bakar nabati (BBN). Diantaranya mikroalga merupakan sumber BBN yang ramah lingkungan (green energy). Skrining terhadap potensi sumber mikroalga strain asli Indonesia yang tersimpan di laboratorium koleksi kultur mikroalga di Puslit Oseanografi LIPI telah dilakukan sejak tahun 2009 dan perkembangan terakhir alga potensial penghasil BBN ditentukan berdasarkan pada kemudahan produksi dan kesesuaian komponen trigliserida nya untuk BBN dan telah mengarah pada diatomae tertentu. Produksi BBN dari alga
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 29
membutuhkan biaya yang mahal dan belum dapat bersaing dengan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan minyak bumi. Solusi keekonomisan pamanfaatan BBN dari mikroalga mungkin dapat ditemukan pada penelitian-penelitian yang berfokus pada optimasi kultur alga untuk produksi lipid yang tinggi dan temuan bahan penting lain untuk memberi nilai tambah. Pewarna alami Beragam pigmentasi pada alga telah menjadi penentu dalam klasifikasi alga. Pigmen pada alga yang telah dikomersialkan antara lain fikocyanin yang diekstrak dari Spirulina, fikoerythrin dari Porphyridium cruentum, golongan karotenoid termasuk astasantin yang diekstrak dari Haematococcus fluvialis dan beta-karoten dari Dunaliella salina, dan lain-lain. Karotenoid sangat spesifik tergantung jenis alganya. Salah satu pigmen karotenoid pada alga coklat dan diatomae yaitu fukosantin yang sampai saat ini pemanfaatannya masih minim. Fukosantin pada diatomae dapat dikembangkan sebagai bahan antioksi dan, anti-inflamasi, anti-obesitas, anti-diabetes, anti-kanker dan anti-hipersensitivitas. UPT yang berada di di bawah sub-kegiatan Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut, tahun 2015-2019 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan teknik budidaya dan pengolahan, diantaranya: UPT LKBL Tual akan melakukan kegiatan kajian kandungan nutrisi rumput laut sebagai bahan alternatif bahan pangan dan metode pengolahannya. UPT LKBL Biak......[Tidak ada data] UPT LPKSDMO Pulau Pari.....[Tidak ada data]
6.
Konservasi Sumber Daya Laut (UPT LKBL Bitung).....[tidak ada data]
7.
Bio Industri Laut (UPT LPBL Mataram) Dalam lingkup program Penguasaan, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (P3IPTEK), kegiatan yang akan dilakukan di UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram meliputi penguatan kompetensi unit kerja dalam Budidaya Teripang Pasir (Holothuria scabra) dan Budidaya lobster karang (Panulirus sp.) serta formulasi pakan buatan untuk Teripang pasir dan Lobster karang.
3.3.2. Penguatan Sistem Inovasi Nasional Sistem inovasi merupakan sistem (suatu kesatuan) yang terdiri dari SDM, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik) serta proses pembelajaran, yang pada tataran nasional disebut sistem inovasi nasional. Terkait dengan sistem inovasi nasional, Pusat Penelitian Oseanografi mempunyai empat kegiatan, yaitu: 1. Penguatan kompetensi SDM oseanografi 2. Program unggulan lembaga 3. Penguatan infrastruktur riset oseanografi (pembelian kapal dan peralatan riset) 4. Pengembangan dan penguatan jejaring riset oseanografi (stasiun kelautan kawasan barat Indonesia) 5. Taman Teknologi (Technopark) di Mataram, Tual dan Ternate 6. Penguatan manajemen penelitian melalui kegiatan RB (ISO 17025, ISO 9001, ISMCODEIMO).
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 30
1. Kegiatan penguatan kompetensi SDM oseanografi Penguatan kompetensi inti (competence building) dari SDM oseanografi diharapkan mampu menjawab tantangan yang berubah dengan cepat dan kompleks. Penguatan kompetensi inti ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Peningkatan kuantitas SDM Oseanografi dilakukan dengan cara melakukan rekruitmen peneliti dan pendukung peneliti secara terbuka, transparan yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sedangkan peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan cara: a) meningkatkan kemampuan SDM dengan memberikan/membuka kesempatan dan memberikan beasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui peningkatan pendidikan lanjutan S2 dan S3, serta pemberian pelatihan-pelatihan teknis kepada peneliti dan pendukung peneliti; b) memberikan insentif dan penghargaan kepada pegawai yang memperlihatkan prestasi ya ng signifikan, serta c) mendukung S D M Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam berintegrasi dengan masyarakat ilmiah internasional. Kebutuhan penambahan sumber daya manusia di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang kompeten, sudah sangat mendesak. Pada saat ini di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengalami kesenjangan regenerasi antara peneliti senior dengan junior, akibat adanya kebijakan Pemerintah tentang moratorium penerimaan pegawai baru. Hal ini berakibat banyak peneliti senior yang memiliki kepakaran khusus tidak memiliki kader penerus, ketika peneliti yang bersangkutan memasuki masa purna bakti. Hal ini berdampak terhadap beberapa bidang kajian tidak optimal. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perekrutan SDM peneliti sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing bidang terkait. Usulan Formasi CPNS Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta selama lima tahun, dari tahun 2015-2019 sebanyak 87 pegawai. Kebutuhan formasi pegawai tersebut tidak hanya untuk tenaga peneliti, tetapi juga terhadap tenaga pendukung penelitian. Usulan formasi tenaga pendukung penelitian ini ditujukan untuk memenuhi kekurangan tenaga bidang administrasi keuangan, kepegawaian, dan awak kapal Kapal Riset (KR) Baruna Jaya VIII. Usulan tambahan formasi pegawai pendukung penelitian yang lain, yaitu ditujukan untuk mengantisipasi rencana Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam rangka mengantisipasi pengadaan Kapal Riset Baru. Adanya rencana pembangunan kapal baru membutuhkan awak kapal baru sebanyak 20 calon pegawai. Usulan Formasi CPNS Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah proyeksi kebutuhan pegawai berdasarkan Analisi Kebutuhan Kerja (ABK) Puslit Oseanografi LIPI tahun 2015-2019 sebanyak 100 pegawai terdiri (1) Proyeksi Kebutuhan Pejabatan Fungsional Peneliti sebanyak 43 pegawai dan Teknisi Litkayasa sebanyak 1 pegawai; (2)Proyeksi Kebutuhan Pejabat Fungsional Umum dan Pejabat Fungsional Tertentu Non Peneliti sebanyak 66 pegawai. Proyeksi Kebutuhan Pejabat Fungsional Peneliti dengan pendidikan S1, S2 dan S3 pada bidang tertentu sesuai dengan 5 (lima) program penelitian 5 (lima tahun) ke depan. Keputusan untuk menetapkan formasi calon peneliti dengan latar belakang pendidikan S2 dan S3 ini, didasarkan pada kebutuhan untuk mempercepat pencapaian Pusat Penelitiant Oseanografi LIPI menjadi world class research institution, sesuai dengan visi Pusat Penelitian Oseanografi tahun 2020. Pendidikan untuk proyeksi kebutuhan pegawai non peneliti dengan pendidikan SLTA, D3 dan S1. Masih dibutuhkan pendidikan SLTA dan D3 adalah untuk kebutuhan Anak Buah Kapal. Diharapkan Anak Buah Kapal adalah pegawai yang sudah memiliki tingkat keterampilan dan keahlian pelayaran. Namun kenyataannya sangat sulit dikarenakan banyak tertarik dengan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 31
perusahaan swasta yang gajinya lebih besar disbanding PNS. Oleh karena itu strateginya adalah cukup dengan pendidikan D3 dan kemudian akan dikursuskan dan diklat pelayaran untuk memenuhi ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan pada jabatan Anak Buah Kapal. Tabel 10. Usulan Formasi CPNS Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta tahun 2015-2019 Kompetensi/Lab
Pendidikan
Bidang Studi
Kebutuhan SDM 2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah
2
3
Kelompok Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Peneliti Geologi
S3
Geologi
Peneliti Geologi
S2
Geologi
2
Peneliti Biologi
S3
Marine Ecological Engenering
1
Peneliti Biologi
S2
Marine Ecological Engenering
S1
Lamun, Mangrove,Ikan, DNA, Seaweeed,Benthos
Peneliti Biologi
1
1 1
1
1
1
1
2
2
8
1
1
1
1
1
5
Kelompok Penelitian Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem Laut Peneliti MIPA-Biologi
S1
Biosistimatika Biota Laut
Peneliti Biologi
S1
Ekologi Laut
1
1
Peneliti Biologi
S1
Mangrove
1
1
Peneliti Biologi
S1
Karang
Peneliti Oseanografi Kimia
S3
Ilmu Kelautan/Kimia
Peneliti Biologi
S2
Biokimia
1
1
Peneliti Biologi
S2
Toksikologi/Biologi Perairan
1
1
S1
Ekotoksokologi/ITK Pencemaran Laut
1
1
Kelompok Penelitian
Peneliti Biologi/Kimia
1
1
1
1
Kelompok Penelitian Oseanografi dan Perubahan Iklim Global Peneliti Oseanografi
S3
Kimia/Ilmu Kelautan/Kimia
1
1
Peneliti Biologi
S2
Planktonologi Produktivitas
1
1
Peneliti Oseanografi
S2
Kimia/Ilmu Kelautan
1
1
Peneliti Geologi
S2
Geologi
1
1
PenelitiOseanografi
S1
Kimia/Ilmu Kelautan
1
1
Peneliti Oseanografi
S1
Biologi/Ilmu Kelautan
1
1
2
Peneliti Biologi Laut
S1
Ilmu Kelautan/Mangrove
1
Peneliti Biologi Laut
S2
Ilmu Kelautan/Mangrove
Peneliti Biologi Laut
S1
Ilmu Kelautan/Lamun
1 1
1
1
1
2
1
1
Kelompok Penelitian Budidaya dan Bioprospektif Biota Laut Peneliti MIPA Kimia
S2
Biokimia Natural Product
Peneliti MIPA Kimia
S2
Ilmu Bahan Design Produk/Teknik Kimia
1
1
Peneliti Biologi
S2
Molekuler
1
1
1
1
Peneliti Perikanan
S2
Peneliti Perikanan
S2
Budidaya Pakan Hidup/Perikanan Budidaya Budidaya LarvaPerikanan Budidaya
1
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 32
1
Kompetensi/Lab
Pendidikan
Bidang Studi
Peneliti Biologi
S2
Budidaya dan Penyakit/Mikrobiologi
Analis Kimia
D3
Analis Kimia
Kebutuhan SDM 2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah
1
1
1
Total Formasi Peneliti
10
12
1 10
7
5
44
FORMASI NON PENELITI Sub Bidang Pengelolaan Hasil Penelitian Analis Sistem
S1
Teknik Komputer
Analis Sistem
S1
Teknik Informatika
Pustakawan
D3
Ilmu Perpusatkaam
Pustakawan
S1
Ilmu Perpusatkaam
1
1 1
1
1
1 1
1
Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama Penata Usaha Kerjasama
S1
Hukum Perdata
Penata Usaha Kerjasama
S1
Public Relation
1
1 1
1
1
1
Sub Bidang Sarana Teknis untuk KR. BJ VIII dan IX Perwira Instrument HSE
D3
Intrumentasi
S1
Teknik Lingkungan
1
1
Masinis
SMK/D3
Teknik Mesin Kapal/Pelayaran
1
2
2
5
Mualim
SMK/D3
Nautika
2
2
2
6
Juru Mudi
SMK
SMK Nautika
1
1
2
1
5
Juru Minyak
SMK
SMK Mesin Kapal/Pelayaran
1
1
2
1
5
Juru Masak
SMK
SMK Tata Boga
3
1
4
Pramu Kapal
SMK
SMK Tata Boga
1
2
3
S1
Intrumentasi
1
S1
Elektronika
1
S1
Akuntansi
1
S1
Akutansi
1
1
S1
Adm. Negara
1
1
S1
Teknik Informatika
Pengelola BMN
S1
Administrasi Negara
1
1
Pengelola Barang PerSediaan
S1
Akuntansi
1
1
Sub Bidang Peralatan Penelitian Teknisi Peralatan Penelitian Teknisi Peralatan Penelitian
1 1
2
Bagian Tata Usaha Sub Bagian Keuangan Perencana Anggaran Penata Laporan Keuangan (Petugas SAI)
1
1
3
Sub Bagian Kepegawaian Penata Usaha Kepegawaian Analis Kepegawaian Penata Usaha Kepegawaian
1
1
Sub bagian Umum
Total Formasi Non Peneliti
14
23
6
2
1
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 33
66
Tabel 11. Usulan Formasi CPNS UPT Tahun 2015-2019 Kompetensi/Lab
Pendidikan
Kebutuhan SDM
Bidang Studi 2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah
1. UPT LBIL Mataram Perikanan dan Ilmu Kelautan / Manajemen Sumberdaya Perairan Perikanan dan Ilmu Kelautan / Teknik Budidaya Perairan
S1/S2
1(S1)
S1
1
Biologi / Budidaya Perairan / Mikroalgae
S1/S2
1(S1)
MIPA / Biokimia
S1/S2
Perikanan dan Ilmu Kelautan / Teknologi Hasil Perairan
S1/S2
Biologi / Endokrinologi
S2
Biologi / Mikrobiologi
S1
Biologi / Genetika
S1
Biologi / Bioremediasi
1(S2) 1
S1
Kedokteran Hewan/ Penyakit
S1
Kimia / Farmasi / Bioprospeksi Laut
S1
2 1(S2)
2
1(S1) 1(S1)
1(S2)
2
1(S2)
2
1
1
1
1 1
S1/S2
Pertanian / Ilmu Gizi / Kimia Pangan
2
1(S1)
1 1(S2)
1
2 1
1
1 1 1
1
Biologi / Botani / Mikroalgae
S1
1
2
Biologi / Perikanan / Teknik Pembenihan
D3
1
1
1
3
Biologi / Perikanan / Teknik Pembesaran
D3
1
1
1
3
Biologi / Hama dan Penyakit
D3
Kimia Analis / Pakan
D3
Kimia Analis / Pemantauan Kualitas Perairan
D3
Perikanan / Rekayasa Sarana Budidaya
D3
Kimia Analis / Paska Panen
D3
Biologi / Budidaya Mikroalgae
D3
Biologi / Budidaya Zooplankton
D3
1
1
1
1 1
1 1
1
1
1 1
Komunikasi / Linguistik Manajemen/ Administrasi
2
1
1
1
1
1
Pranata Humas Pemula
S1
Penata Usaha Surat dan Kearsipan
S1
Penguji SPP dan Penandatangan SPM
S1
Ekonomi
Bendahara Penerima
S1
Akuntansi
1
1
Teknisi Utilitas
D3
Teknik Sipil
1
1
Teknisi Utilitas
D3
Teknik Mesin
1
1
Teknisi Laboratorium
S1
Perikanan
Penata Usaha Pengembangan Pegawai
S1
Manajemen/ Administrasi
1
1
Pembuat Daftar Gaji
S1
Manajemen
1
1
14
66
1
1 1
1
1
1
Bagian Tata Usaha
Total
14
16
14
11
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 34
Kompetensi/Lab
Pendidikan
Kebutuhan SDM
Bidang Studi 2015
2016
2017
1 (S1)
1 (S2)
2018
2019
Jumlah
1 (S2)
3
1
3
2. UPT LKBL Tual, Maluku Tenggara Peneliti Budidaya
S1/S2
Nutrisi, Penyakit, Pemuliaan Karang, Mangrove, Lamun
Peneliti Biologi
S1
1
1
Peneliti THP
S1
THP
Peneliti Kelautan
S1/S2
Fisika, manajemen
Teknisi Litkayasa
S1
Budidaya
Arsiparis
S1
Administrasi Negara
Pranata Humas
S1
Public Relation
Penata Usaha BMN
S1
Akuntansi
Penata Usaha Persediaan
S1
Akuntansi
1
1
Penata Usaha Sai
S1
Akuntansi
1
1
Bendahara Pengeluaran
S1
Akuntansi
Perencana anggaran
S1
Akuntansi
1 1 (S1)
1 1 (S2)
2
1
Bagian Tata Usaha
Total 3.
1
1 1
1
1
1
1
4
1
5
3
2
1
1
3
17
UPT LKBL Biak Papua
Peneliti budidaya
S1
Budidaya Perikanan
1
Peneliti Kimia Oseanografi
S1
MIPA Kinia
1
Peneliti
S1
Geografi wilayah
Peneliti Lamun
S1
MIPA Biologi
Peneliti pengolahan hasil laut
S1
Peneliti Polichaeta
S1
Peneliti Budidaya pakan alami
S1
Peneliti Echinodermata
S1
MIPA Biologi
Peneliti Fisika Oseanografi
S1
MIPA Biologi
Peneliti Crustacea
S1
MIPA Biologi
Peneliti MacroAlgae
S1
MIPA Biologi
1
1
Peneliti Ikan karang
S1
Perikanan
1
1
Peneliti Karang
S1
Kelautan
Peneliti Plankton
S1
Peneliti manajemen sumber daya laut
S1
Teknisi Budidaya
D3
Teknisi Biologi
D3
1
2
1 2 1
1
1
2 1
1
1
2
1
1 1
1
1
1
1
MIPA Biologi
Teknik lingkungan
2
1
Perikanan (pengolahan hasil perikanan) MIPA Biologi(lamun) Biologi (taksnomi)
Perikanan(manaj emen sb dy perikanan) Budidaya Perikanan
1
1 1
1 1
1
1
1 2
1
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 35
1
Kompetensi/Lab
Pendidikan
Kebutuhan SDM
Bidang Studi 2015
2016
Teknisi Fisika Oseanografi
D3
Fisika
Teknisi GIS
D3
Fisika
Teknisi Kimia Oseanografi
D3
Analis Kimia
Teknisi Pengolahan hasil laut
D3
Perikanan
Akuntansi
S1
Akuntansi
Sekretaris
S1
Sekretaris
1
Pariwisata
S1
Pariwisata
1
Pengelola BMN
S1
Akuntansi
Administrasi Jaringan Komputer
S1
Teknik informatika
Adiministrasi perkantoran
S1
Administrasi
Administrasi kepegawaian
S1
Administrasi
Pustakawan
D3
Perpustakaan
2017
2018
2019
Jumlah
1
1
1
1
1
1 1
1
1
3
Tata Usaha
Total 4.
1
1
1 1 1
1
1
1 1 1
1 1
2
1
1
7
9
8
7
7
38
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
UPT LKBL Bitung
Pengembangan & Pemulihan Biota Laut (Budidaya)
S1
Konservasi
S1
Sumber daya Laut
S1
Teknisi Budidaya
S1
Teknisi Konservasi
S1
Teknisi Sumberdaya Laut
S1
Perikanan Budidaya/MIPA Biologi Perikana/MIPA (Fisika, Biologi, Kimia) MIPA Biologi/Perikanan Budidaya/Perikan an Kartografi, Matematika/GIS, Fisika/ Geografi/ Perikanan/MIPA Biologi/Informati ka
1
1
1
4 1
3
1
1
1
2
Bagian Tata Usaha Analis Kepegawaian
S1
Adm. Negara
Pengelola BMN/TGJ
S1
Teknik Informatika
1
1
Pengelola Barang Sediaan
S1
Akuntansi
1
1
Pranata Humas
S1
Komunikasi
Pejabat pengadaan Barang dan Jasa
S1
Akuntansi
Total 5.
1
1
1 1
5
4
1
4
1 4
4
21
UPT LPKSDMO LIPI
Peneliti Oseanografi
S1
Peneliti Budidaya
S1
Peneliti Pengolahan Hasil Laut
S1
Peneliti
S1
Biologi Kelautan Budidaya Perikanan Teknologi Hasil Perikanan Sumber Daya Kelautan
1
1
1
1
1
1
1
1
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 36
Kompetensi/Lab
Pendidikan
Kebutuhan SDM
Bidang Studi 2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah
Peneliti
S1
Bioteknologi
1
1
Peneliti
S1
Geografi
1
1
Bendahara Penerimaan
S1
Ekonomi Akuntansi
1
1
Penata Usaha Kerjasama
S1
Humas
1
1
Teknisi Utilitas
S1
Administrasi
Penata Usaha Persediaan
S1
Administrasi
Bagian Tata Usaha
Penata Laporan Keuangan (Petugas SAI)
S1
Pembuat Daftar Gaji
S1
Operator Data Entry
S1
Penguji SPP dan Penandatangan SPM
S1
Penata Usaha BMN
S1
Total
Ekonomi Akuntansi Ekonomi Akuntansi Teknik Informatika Ekonomi Akuntansi Administrasi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
4
2
1
0
15
Seluruh usulan formasi tenaga fungsional peneliti mempunyai pendidikan S2 dan S3 pada bidang tertentu. Keputusan untuk menetapkan formasi calon peneliti dengan latar belakang pendidikan S2 dan S3 ini, didasarkan pada kebutuhan untuk mempercepat pencapaian Pusat Penelitiant Oseanografi LIPI menjadi world class research institution, sesuai dengan visi Pusat Penelitian Oseanografi tahun 2020. Selain penambahan kuantitas tenaga peneliti dan pendukung penelitian, kegiatan penguatan kompetensi inti juga diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat peningkatan kualitas dari SDM. Terdapat dua pola yang dikembangkan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk meningkatkan kualitas SDM, yaitu melalui pendidikan formal dan diklat/training sesuai dengan bidang penelitian. Peningkatan pendidikan dapat melalui beasiswa baik dari LIPI, Ristek, maupun dari beberapa sponsosr dalam negeri maupun luar negeri, Demikian juga peningkatan melalui diklat dan training baik dari Pusbindiklat LIPI, instansi pemerintah lainnya maupun dari sponsor penawaran dari laur negeri. Para peneliti muda didorong dan difasilitasi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3), dan diutamakan untuk melanjutkan di universitas luar negeri. Pemberian pelatihan-pelatihan skala pendek (short course), diyakini sebagai salah satu cara untuk mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan pada bidang-bidang ilmu tertentu. Terdapat beberapa jenis pelatihan non gelar yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan peneliti dan tenaga pendukung penelitian lainnya, yakni pelatihan pemodelan oseanografi fisika, pelatihan GIS, coastal zone management, metode penelitian, jaringan computer dan web design, pelatihan awak kapal, serta beberapa pelatihan lainnya yang dibutuhkan.
2. Program unggulan lembaga Program unggulan Pusat Penelitian Oseanografi untuk masa 2015-2019 adalah “Eksplorasi dan pemanfaatan biota laut untuk pengembangan bahan baku obat dan nutrasetikal.” Biota laut yang dimaksud dalam program unggulan 2015-2019 adalah teripang
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 37
(lihat kegiatan Sumberdaya Hayati Laut dan Konservasi). Program unggulan ini akan didukung oleh lima kelompok penelitian dan seluruh UPT dibawah Pusat Penelitian Oseanografi. Teripang adalah sebagian kecil dari kelompok timun laut (Kelas Holothuroidea, Filum echinodermata) yang diperdagangkan di skala lokal maupun internasional sebagai komoditas makanan dan obat tradisional, terutama bagi komunitas Cina di Indonesia dan seluruh dunia. Daftar nama jenis-jenis teripang yang diperdagangkan di seluruh Indonesia yang telah dikonfirmasi taksonominya belum lengkap. Bahkan di dalam buku “Statistik Ekspor Hasil Perikanan tahun 2010” yang dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, teripang dianggap sebagai jenis/spesies tunggal (single species). Hingga saat ini daftar yang ada baru dari hasil penelitian dan rekap pustaka di beberapa lokasi saja (Setyastuti dan Purwati, 2015). Oleh karenanya untuk membuktikan fakta bahwa teripang yang diperdagangkan di Indonesia baik untuk skala nasional maupun internasional merupakan multi species perlu dilakukan eksplorasi jenis baik di alam maupun di tingkat nelayan, pengepul dan eksportir. Beberapa jenis teripang terindikasi mengalami tangkap lebih (over-exploitasi), hal ini dapat diperhatikan dari harga beberapa jenis teripang di pengepul yang sangat tinggi sedangkan sebagian jenis lainnya bernilai jual rendah. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pengepul, tingginya harga tersebut dikarenakan semakin langka/sulit didapatkannya jenis-jenis teripang tertentu, sedangkan permintaan pasar semakin meningkat. Dalam kasus ini muncul ungkapan “semakin sulit dicari jenis komoditas maka harganya akan semakin tinggi”. Penelitian biologi untuk mengkaji stok teripang di alam belum pernah dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui kondisi populasi teripang di alam, distribusinya, tipe habitatnya, pola reproduksinya, siklus hidup dan kecepatan pertumbuhannya. Oleh karenanya tema penelitian yang lebih spesifik seperti yang dijabarkan diatas perlu dilakukan. Faktor penting lainnya untuk mendukung kegiatan unggulan satker adalah mengetahui kondisi fisika dan kimia perairan yang menjadi tempat hidup/mikrohabitat teripang, dimana dengan diketahui lebih detail mengenai hal tersebut akan mempermudah peluang dalam melakukan konservasi dan budidaya juga akan berkontribusi terhadap pembahasan mengenai siklus hidup teripang dan pola distribusinya dan bahkan mengenai populasi genetiknya. Pada periode sebelumnya (2010-2014) telah dilakukan penelitian untuk melihat potensi biota teripang sebagai makanan kesehatan (suplemen). Kajian awal tentang aktifitas antibakteri, antioksidan, kandungan nutrisi beberapa jenis teripang telah dilakukan. Sebagai penelitian lanjutan untuk memperoleh prototipe produk nutrasetikal dengan marker aktivitas tertentu, maka pada periode selanjutnya akan dilakukan penelitian pengembangan teripang sebagai nutrasetikal dengan evaluasi marker neuroprotective , antibakteri dan antioksidan untuk menghasilkan prototipe produk. Sedangkan penelitian teknologi budidaya biota teripang telah dilakukan secara terpadu oleh UPT Loka Pengembangan Bioteknologi Laut Mataram, saat ini dalam proses alih teknologi ke masyarakat melalui kegiatan Taman Teknologi (Technopark).
3.
Kegiatan penguatan infrastruktur riset oseanografi
Kebijakan penelitian yang ditetapkan oleh LIPI diarahkan pada penyelenggaraan penelitian yang dapat menjawab persoalan bangsa, dan mampu menghasilkan produk litbang yang memberikan pengaruh besar bagi pemangku kepentingan, signifikan/bernilai penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dan nyata bagi masyarakat. Selain itu, hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan diharapkan juga dapat meningkatkan citra bangsa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di kancah internasional. Untuk menindak lanjuti kebijakan tersebut, dibutuhkan adanya dukungan infrastruktur riset yang baik, yang akan direalisaikan pada periode tahun 2015-2019, dalam kegiatan penguatan di
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 38
bidang infrastruktur riset (Tabel 18). Tujuan dari kegiatan penguatan infrastruktur riset adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan peningkatan infrastruktur untuk memantapkan sistem manajemen kelembagaan dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Kondisi infrastruktur riset yang dimiliki Pusat Penelitian Oseanografi LIPI saat ini, sebagian besar dalam kondisi tidak laik pakai (kadaluwarsa). Walaupun, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah melakukan kegiatan penguatan infrastruktur riset, seperti pembangunan gedung laboratorium oseanografi yang baru dan pengadaan beberapa alat penelitian kelautan pada beberapa tahun terakhir, namun belum cukup untuk memecahkan permasalahan yang ada. Kapal Riset Baruna Jaya VIII yang selama ini menjadi andalan dan kebanggaan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, saat ini telah berumur lebih dari 16 tahun dari 20 tahun masa pakai, sehingga akan makin berkurang kinerjanya. Banyak peralatan penelitian yang terpasang di Kapal Riset Baruna Jaya VIII saat ini dalam kondisi rusak dan tidak dapat diperbaiki, hal ini karena alat dan suku cadang yang sudah tidak diproduksi lagi, sehingga kebutuhan kapal riset baru semakin mendesak. Pengadaan kapal riset baru diharapkan dapat menjadi pemicu dan mendongkrak kualitas penelitian yang pada akhirnya dapat menjawab berbagai tantangan dan harapan masyarakat. Selain merencanakan pengadaan kapal riset baru, pada periode tahun 2015 – 2019, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI juga akan melakukan kegiatan renovasi tiga unit gedung laboratorium oseanografi dengan luas 5.400 m2. Pengadaan meubelair kantor sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan renovasi, juga akan dilakukan. Penggantian peralatan penelitian dan laboratorium yang rusak akan dilakukan secara bertahap. Sedangkan proses pengadaan Kapal Riset yang baru akan dimulai pada tahun 2016 diawali dengan proses “pendesainannya” dan pengerjaannya dimulai pada tahun 2017 hingga tahun 2018. Tabel 12. Kegiatan Penguatan Infrastruktur Riset Oseanografi No
Kegiatan
1.
Renovasi Gedung dan Meubelair * Renovasi Gedung * Pengadaan Meubelair Kantor Pengadaan alat lab dan penelitian Pengadaan Kapal Riset * Penyusunan Design * Pembangunan Kapal
2. 3.
Volume
Tahun 2017
2015
2016
5.400 m 3 Paket
1.800 m 1 Paket
1.800 m 1 Paket
1.800 1 Paket
5 Paket
1 Paket
1 Paket
1 Paket
1 Paket 1 unit
2018
2019
1 Paket
1 Paket
1 Paket
4. Pembangunan jejaring dan Stasiun Kelautan Kawasan Barat Indonesia Kegiatan pengembangan dan penguatan jejaring riset oseanografi ditujukan untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional (SIN). Timbulnya program tersebut juga didorong karena adanya isu global yang membutuhkan kontribusi dari semua pihak untuk memecahkan masalah yang terjadi di tingkat global. Isu pemanasan global dan perubahan iklim merupakan fenomena alami yang dipicu oleh peningkatan gas rumah kaca sebagai dampak dari aktivitas manusia. Cuaca ekstrim yang akhir-akhir ini sering muncul, ditengarai akibat pengaruh pemanasan global. Posisi Indonesia yang berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta bentuk geografisnya yang terdiri dari ribuan pulau kecil rentan terhadap perubahan iklim. Berbagai organisasi dan forum keilmuan internasional telah mencoba menjawab persoalan-persoalan perubahan iklim. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia juga dituntut keterlibatannya dalam pemecahan masalah tersebut. Data yang akurat dan
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 39
berkesinambungan dibutuhkan untuk menganalisis adanya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan, baik di darat maupun di laut. Kegiatan akusisi data membutuhkan waktu dan dana yang cukup besar karena luasnya jangkauan wilayah perairan Indonesia. Minimnya anggaran penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyebabkan terbatasnya kegiatan riset, khususnya di perairan yang jauh (remote area). Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu dengan pendirian ”Stasiun Penelitian Kelautan” di beberapa wilayah yang strategis di Kawasan Barat Indonesia. Melalui pembangunan Stasiun Penelitian Kelautan tersebut, maka pengambilan data yang dibutuhkan untuk riset jangka panjang relatif lebih efisien (murah), karena stasiun berlokasi di tempat yang akan dijadikan target penelitian. Pendirian Stasiun Penelitian Kelautan di Kawasan Barat Indonesia juga akan memberikan banyak manfaat untuk kepentingan nasional maupun internasional. Pertama, keberadaan stasiun penelitian lapangan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah), dan humanis melalui diseminasi iptek. Keberadaan stasiun penelitian lapangan tersebut memberikan informasi Iptek kepada masyarakat. Stasiun penelitian lapangan yang akan dibentuk bukan hanya representasi dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI saja, namun juga merupakan representasi dari LIPI secara keseluruhan. Kedua, keberadaan stasiun penelitian lapangan juga dapat meningkatkan kerjasama penelitian antara Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dengan lembaga-lembaga litbang internasional. Stasiun penelitian lapangan dapat dijadikan sebagai laboratorium untuk bidang riset tertentu, antara peneliti Indonesia dengan peneliti asing. Hal ini sejalan dengan kebijakan LIPI untuk terus menerus membina dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai lembaga litbang dunia dalam rangka memperbesar peran Indonesia dalam berbagai kegiatan Iptek global. Ketiga, keberadaan stasiun penelitian lapangan dapat meningkatkan mutu penelitian dan pengembangan di daerah. Keberadaan stasiun di daerah sangat diharapkan menjadi penggerak kegiatan riset yang terintegrasi bersama lembaga-lembaga litbang milik pemerintah daerah, dan perguruan tinggi setempat. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SISNASIPTEK). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengusulkan kepada Pemerintah untuk mendirikan dua stasiun penelitian lapangan di Kawasan Barat Indonesia yang berlokasi di wilayah pantai barat Sumatera, dan timur Sumatera atau pantai barat Kalimantan. Stasiun penelitian lapangan yang berlokasi di pantai barat Sumatera, akan difokuskan untuk mengkaji wilayah perairan Samudera Hindia, sedangkan stasiun penelitian yang berlokasi di pantai timur Sumatera atau pantai barat Kalimantan difokuskan untuk melakukan riset kelautan wilayah Laut China Selatan. Penentuan lokasi stasiun secara rinci akan ditetapkan melalui kegiatan studi kelayakan (feasibility study). Rincian dari pengembangan dan penguatan jejaring riset oseanografi (stasiun kelautan Kawasan Barat Indonesia) dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 13. Kegiatan pendirian Stasiun Penelitian Kelautan Puslit Oseanografi LIPI di Kawasan Barat Indonesia. No 1. 2. 3. 4.
Kegiatan
2015
2016
Tahun 2017
2018
Studi Kelayakan Sosialiasi dan Koordinasi dengan Pemda setempat Pembebasan Lahan Pembangunan fisik
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 40
2019
5. Taman Teknologi (Technopark) a. Pembangunan Taman Teknologi Maritim Mataram (Mataram Maritime Technopark) di UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Bio Industri Laut (LPBIL) Mataram, merupakan satu-satunya unit kerja dibawah Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang memiliki tugas spesifik dalam pengembangan produk alam laut dan sumberdaya pesisir. Sebagai sebuah satuan kerja pelaksana teknis yang memiliki tugas dan fungsi yang mirip dengan unit-unit di Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka UPT LPBIL Mataram mengkhususkan diri dalam penerapan dan pengembangan budidaya biota laut non-ikan seperti kerang mutiara dan teripang pasir. Kegiatan penelitian dan pengembangan budidaya kerang mutiara dan teripang pasir telah dilakukan sejak tahun 2004 dan kini telah siap didiseminasikan kepada masyarakat. Dalam rangka mendiseminasikan teknologi budidaya yang belum banyak dikenal ini maka diperlukan sarana khusus berupa Technopark yang berfungsi berperan sebagai ajang promosi, pelatihan dan pendampingan penerapan budidaya kerang mutiara dan teripang pasir. Pada akhir masa pelatihan, peserta akan dibekali perlengkapan budidaya dan benih kerang mutiara atau teripang pasir untuk dibudidayakan. Untuk memastikan keberhasilan adopsi teknik budidaya oleh peserta maka akan dilakukan pendampingan. b. Pembangunan Evav Maritim Technopark di Maluku Tenggara di UPT Tual Inisiasi pendirian technopark di Maluku Tenggara dilakukan untuk menselaraskan hasil penelitian dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pelaku bisnis. Selain itu juga untuk mensinergikan pendidikan tinggi yang ada di Maluku Tenggara agar lulusan yang dihasilkan serta penelitian dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pelaku bisnis. Berdasarkan kematangan untuk sebuah technopark, maka technopark di Maluku Tenggara terdapat pada Maturity Level 1. Level ini mengindikasikan pemerintah daerah baru mulai membangun konsep technopark dan sudah ada perhatian untuk mengembangkan inovasi teknologi. Selain itu pembangunan infrastruktur juga masih minim. Pendirian dari technopark di Maluku Tenggara ini adalah bertujuan untuk: (1) Menyelaraskan kegiatan penelitian di universitas (Polikant Tual), lembaga penelitian (LIPI) dengan kebutuhan masyarakat Maluku Tenggara; (2) Menyediakan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan riset, pengembangan, dan bisnis teknologi yang berkelanjutan; (3) Penumbuhan, pembinaan dan pengembangan perusahaan pemula (start up company) berbasis teknologi di Maluku tenggara; (4) Penyediaan dukungan SDM dan teknologi bagi industri, baik melalui pelatihan SDM industri, maupun penyediaan dukungan riset, sarana dan prasarana serta jaringan untuk digunakan oleh industri. c. Pembangunan Ternate Agro-Marine Technopark di Stasiun Penelitian Lapangan Ternate Saat ini Indonesia menghadapi beberapa permasalahan terkait produktivitas perikanan dan pemanfaatan produksi pertanian baik pada sisi hulu (produksi, tenaga kerja, dsb) maupun hilir (pasca panen, pemanfaatan, standarisasi, dsb). Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas dan ketrampilan sumber daya manusia
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 41
dalam hal ini pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan dengan pelatihan, dan pendampingan teknis budidaya serta usaha pengolahan hasil laut dan perikanan. Dalam rangka mendiseminasikan teknologi yang belum banyak dikenal ini maka diperlukan sarana khusus berupa Technopark yang berfungsi berperan sebagai ajang promosi, pelatihan dan pendampingan penerapan teknologi. Teknologi yang dimaksud secara spesifik adalah budidaya kerang mutiara, pengolahan pasca panen pisang mulut bebek, dan teknologi pakan ikan murah dan berkualitas. Tujuan Agro-Marine Technopark secara umum adalah untuk membuat jejaring yang permanen antara lembaga litbang khususnya LIPI, pelaku industry/bisnis/finansial, akademisi dan pemerintah daerah. Agro-Marine Technopark akan mengoptimalkan pemanfaaatan sumber daya kelautan dan pertanian dengan mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia litbang dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Diharapkan penggabungan ini dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh economic return yang tinggi. Berdasarkan potensi yang dimiliki, Ternate Agro-Marine Technopark akan mengadakan tiga kegiatan utama: 1) Transfer Teknologi Pengolahan Pasca Panen AgroMarine Technopark (Pisang Mulut Bebek); 2) Pengembangan Budidaya Kerang Mutiara; 3) Pengembangan Pakan Buatan Murah dan Berkualitas untuk Menunjang Budidaya Ikan konsumsi.
6. Kegiatan penguatan manajemen penelitian melalui kegiatan Reformasi Birokrasi Program Reformasi Birokrasi (RB) merupakan program yang wajib dilakukan oleh seluruh Kementerian/Lembaga yang ada di Republik Indonesia. Hal tersebut secara jelas tersirat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010, tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, dan saat ini sudah disusun Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 yang mencakup 8 (delapan) area perubahan yaitu: a. Manajemen Perubahan b. Penataan Peraturan Perundang-Undangan c. Penataan dan Penguatan Organisasi d. Penataan Tatalaksana e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur f. Penguatan Pengawasan g. Penguatan Akuntabilitas Kinerja h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah melakukan area perubahan tersebut kecuali pada area Penataan Peraturan Perundang-Undangan. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI hanya memberikan masukan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan marine oseanografi dan pesisir, sehingga Pusat Penelitian Oseanografi LIPI melakukan tujuh area perubahan. Fokus dapat dilakukan pada tiga area yaitu Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana dan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur yang dapat mendongkrak dan dapat mempengaruhi area perubahan lainnya. Sesuai dengan Peraturan LIPI No. 1 Tahun 2014, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 42
ramping dengan menghilangkan dua bidang penelitian dan membentuk lima kelompok penelitian. Untuk di luar UPT yang sudah memenuhi syarat membentuk kelompok penelitian adalah UPT LKBL Bitung dan UPT LKBIL Mataram. Secara keseluruhan Jabatan Struktural Puslit Oseanografi LIPI sebelumnya 12 sekarang menjadi 11, dengan penambahan satu struktur baru yaitu Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama. Saat ini sedang diusulkan peningkatan status UPT LKBIL Mataram menjadi eselon III, dan keempat UPT P. Pari, Bitung, Tual dan Biak usulan perubahan nomenklatur, tugas dan fungsi UPT. Penataan Tatalaksana terutama Prosedur, Intruksi Kerja maupun Data Pendukung lainnya terus menerus disusun dan disesuaikan dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi-fungsi dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI selalu dinamis dan disesuaikan dengan struktur organisasi sesuai dengan Perka LIPI No. 1 tahun 2014 yang telah bersertifikasi ISO 9001:2008. Selain itu terakreditasinya Laboratorium Pengujian dengan ISO 17025, dan Verifikasi ISM Code Permanen untuk Pengoperasian Kapal KR. BJ. VIII. Pembangunan atau pengembangan egovernment yaitu penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang/jasa (e-procurement). Penataan Sistem Manajemen Sumberdaya Aparatur sudah dilaksanakan sistem rekruitmen secara terbuka dan on line oleh tim Panselnas M.PAN dan RB. Usulan perencanaan pegawai sudah disusun selama lima tahun 2015-2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja, dan pengembangan serta peningkatan pendidikan disesuaikan dengan Program Rencana Implementatif Puslit Oseanografi LIPI 2015-2019. Saat ini sedang diusulkan revisi grade beberapa jabatan fungsional umum, terutama penyesuaian grading yang kurang tepat dengan merevisi Uraian Jabatan beberapa Jabatan Fungsional Umum. Pada area Penguatan Pengawasan Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting, Membentuk Satuan Tugas SPIP. Pada area perubahan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah dimulai dari penyusunan Rencana Implementatif 2015-2019, penyusunan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Penyusunan Penetapan Kinerja (PK), Pengisian Target Triwulanan, Pengisian Capaian Kinerja Triwulanan. Hasil kinerja satker berupa Penerbitan Publikasi Internasional terutama yang terindex SCOPUS/SCIMAGO/IS, Publikasi Nasional terakreditasi, Jumlah produk dan prototipe yang dihasilkan. Sebagai hasil evaluasi dan monitoring kegiatan penelitian berupa Laporan Triwulan (e-monev), Laporan Tahunan, Laporan Akhir, Laporan Kinerja (LKj). Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang telah dilakukan dan dipertahankan adalah Terakreditasi Laboratorium Pengujian Standar Internasional ISO 17025, penerapan Sistem Manajemen Mutu berstandar Internasional ISO 9001:2008, terlaksananya ISM-CODE, Website Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai media diseminasi berfungsi dengan baik, terselenggaranya kegiatan seminar, workshop dan pameran iptek.
3.3.3. Kegiatan Diseminasi IPTEK Kegiatan diseminasi dari hasil riset kelautan merupakan salah satu rencana program yang perlu mendapat perhatian dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Kegiatan ini akan menjadi cermin bagi publik, untuk mengetahui dan melihat kebutuhan yang dapat diperoleh dari institusi tersebut. Sebagai institusi pemerintah, adalah wajar apabila Pusat Penelitian Oseanografi LIPI juga menjadi perhatian publik yang ingin mendapatkan pelayanan dan informasi yang dibutuhkan. Terkait dengan hal tersebut, maka Sub-bagian Jasa dan Informasi (Subag Jasinfo) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI diharapkan berada di garis terdepan untuk menjawab kebutuhan publik tersebut. Oleh karena itu, dimasa mendatang kinerja Sub-bag Jasinfo dituntut
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 43
untuk meningkatkan peran dan fungsi yang lebih luas, dan berkualitas, yakni melayani kebutuhan eksternal yang berdampak pada peningkatan daya saing institusi, baik di level nasional maupun internasional. Telah dicanangkan pada Rencana Implementasi kegiatan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI periode 2015-2019, bahwa kegiatan diseminasi dan pemasyarakatan hasil riset telah menjadi salah satu program yang diprio-ritaskan. Selain untuk mempromosikan lembaga, kegiatan desiminasi juga diharapkan dapat memperkuat kedudukan lembaga riset kelautan bagi stakeholder atau pemangku kepentingan. Kegiatan desiminasi tersebut juga sejalan dengan salah satu misi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, yakni “Mendukung peran LIPI dalam menjalankan fungsi pengembangan ilmu pengetahuan”. Kegiatan diseminasi dan pemasyarakatan hasil riset Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Menyebarluaskan informasi dan publikasi hasil riset kelautan yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 2. Melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung dengan masyarakat dan para penggiat industeri, sekaligus mengetahui yang menjadi kebutuhan publik. 3. Mempromosikan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, sehingga eksistensinya makin kokoh serta mampu bersaing pada level nasional dan internasional. Tabel 14. Road map rencana implementasi kegiatan diseminasi dan pemasyarakatan hasil riset 2015-2019 No.
Jenis Kegiatan
1.
Pengembangan Sistem Basisdata Keanekaragaman hayati laut dan dinamika laut
2.
Mengadakan workshop atau seminar nasional dan internasional
3.
Mengadakan Pameran dan Temu Bisnis
4.
Mengembangkan perpustakaan digital
5.
Meningkatkan kapasitas Jasinfo melalui pendidikan dan pelatihan
6.
Melakukan transformasi jurnal konvensional menjadi jurnal elektronik
7.
Mencetak dan mendiseminasikan laporan riset Puslit Oseanografi-LIPI kepada para stakeholder dan pihak yang terkait
2015
2016
Tahun 2017
Keterangan 2018
2019 Basis data dikembangkan tiap tahun untuk jenis-jenis keanekaragaman hayati laut seperti ikan, moluska, lamun, mangrove dan lainlain. Workshop atau seminar diusahakan sekali dalam se-tahun Pameran dan temu bisnis diadakan sekali dalam setahun Perpustakaan digital diusahakan siap waktu dua tahun Pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan dan berlangsung se-lama 5 tahun Transformasi ke jurnal elektronik diusahakan selesai dalam waktu 2 tahun Kegiatan ini dilakukan sekali dalam setahun
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 44
3.4.
Indikator Kinerja Kegiatan
Indikator kinerja kegiatan untuk masing-masing sub kegiatan utama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tersebut, secara rinci dan sistematis ditampilkan dalam Tabel 20. Tabel 15. Indikator Kinerja Kegiatan Utama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Tahun 2015-2019 Sasaran Strategis SS. 1 Terwujudnya LIPI sebagai institusi penelitian berkelas dunia yang mampu meningkatkan daya saing
IKP Rangking LIPI diantara lembaga riset dunia
Jumlah HKI terdaftar secara nasional
SS 2. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap dayasaing bangsa berbasis hasil penelitian dan layanan
SS.3 Meningkatnya rujukan ilmiah dan informasi iptek yang diakses masyarakat
hasil penelitian dan HKI yang dimanfaatkan yang berorientasi pada nilai ekonomi
Rangking LIPI diantara lembaga riset dunia sebagai penyedia rujukan ilmiah dan informasi iptek
IKK Jumlah KTI yang terindek SCIMAGO/ SCOPUS/ ISI Jumlah publikasi terbit di Jurnal Nasional Jumlah publikasi terbit di Jurnal Internasional Jumlah publikasi yang diunggah di intra LIPI Jumlah prototipe Jumlah jenis baru Jumlah HKI Non KTI yang dihasilkan Jumlah HKI non KTI yang didaftarkan Jumlah buku/panduan/modul kelautan Jumlah Pengguna pihak ke 3 yang secara langsung memanfaatkan hasil penelitian LIPI dan layanan untuk tujuan komersial Jumlah penelitian dan HKI yang dimanfaatkan Jumlah hasil penelitian dan HKI yang dimanfaatkan yang berorientasi pada nilai ekonomi Jumlah Pengguna pihak ke 3 yang secara langsung memanfaatkan hasil penelitian LIPI dan layanan untuk tujuan komersial Jumlah layanan bimbingan skripsi mahasiswa S1 Jumlah layanan bimbingan skripsi mahasiswa S2 Jumlah layanan bimbingan skripsi mahasiswa S3 Jumlah layanan bimbingan magang Jumlah "updating Web" pertahun Jumlah publikasi ilmiah yang dapat diakses secara online Jumlah akses pengunjung website Jumlah e jurnal yang dikelola Jumlah publikasi ilmiah yang dapat diakses secara online Jumlah kegiatan pameran iptek yang diselenggarakan atau yang diikuti. Jumlah kegiatan sosialisasi atau
2015
2016
2017
2018
2019
5
5
10
10
10
50
55
60
65
70
10
10
15
15
15
110
120
130
140
150
0 2 0
1 2 0
0 2 1
0 2 0
0 2 0
0
0
0
1
0
2
1
1
2
1
2
1
2
1
5
1
1
2
1
5
0
0
1
0
2
9
9
10
10
11
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
73
73
78
78
83
24
28
32
40
48
24
24
24
24
24
100
200
300
400
500
1
1
1
1
2
5
5
5
5
5
1
1
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 45
Sasaran Strategis
IKP
IKK diseminasi IPTEK yang terselenggara Jumlah pengunjung pameran IPTEK Jumlah brosur/buletin yang dihasilkan Jumlah penerima brosur/buletin yang dihasilkan Jumlah peserta kegiatan sosialisasi Jumlah kegiatan pelatihan kelautan yang diselenggarakan Jumlah peserta kegiatan pelatihan kelautan Jumlah kegiatan pembinaan kelautan yang terselenggara Jumlah peserta kegiatan pembinaan kelautan Jumlah pertemuan nasional yang diadakan Jumlah individu yang mengikuti kegiatan seminar/pertemuan nasional Jumlah pertemuan Internasional yang diadakan Jumlah individu yang mengikuti kegiatan seminar/pertemuan Internasional
SS.4 Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri
SS 5. Meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya Alam dan perlindungan lingkungan
SS 6. Meningkatnya rekomendasi kebijakan berbasis hasil penelitian
SS 7. Meningkatnya jejaring dan kerjasama ilmiah nasional dan internasional yang berkualitas dan saling
Industri yang melaksanakan kerjasama riset dan layanan ilmiah
Jumlah kebun raya daerah yang dibuka untuk umum Jumlah teknologi/ konsep/ model/ jenis produk yang bernilai tambah
Rekomendasi kebijakan yang berbasis hasil penelitian LIPI yang dimanfaatkan
kerjasama yang terlaksana dibandingkan total MOU yang dibuat
2015
2016
2017
2018
2019
300
300
300
300
300
1
1
1
1
1
500
500
500
500
500
50
50
2
2
2
2
3
40
40
40
40
70
5
5
5
25
25
25
1
1
1
1
1
55
56
56
56
56
1
1
1
0
0
10
20
20
20
20
Jumlah Industri yang melaksanakan kerjasama riset Jumlah Industri yang memanfaatkan pelayanan ilmiah Jumlah non industri yang memanfaatkan pelayanan jasa ilmiah
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
5
5
5
5
5
Jumlah Paket teknologi/ konsep/ model yang dihasilkan Jumlah Jenis Produk yang bernilai tambah Jumlah alat peraga kelautan Jumlah daerah yang dikembangkan sebagai daerah ekowisata baru
2
3
3
2
3
1
2
2
2
2
0
2 1
2 1
2 1
2 1
Jumlah Rekomendasi kebijakan yang berbasis hasil penelitian LIPI yang dihasilkan Jumlah Rekomendasi kebijakan yang berbasis hasil penelitian LIPI yang dimanfaatkan
3
4
2
2
2
0
1
1
1
1
Jumlah Dokumen MOU yang dibuat Jumlah MOU yang masih berjalan Jumlah Total Kerjasama berdasarkan MOU yang telah
5
4
4
4
4
3
2
2
2
2
9
7
7
7
7
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 46
Sasaran Strategis menguntungkan
SS 9. Meningkatnya peranan LIPI sebagai penyedia infrastruktur riset nasional
SS 10. Meningkatnya nilai RB
3.5.
2016
2017
2018
2019
Jumlah Peneliti yang menduduki posisi strategis dalam organisasi/pertemuan nasional/internasional.
5
5
5
5
5
Jumlah SDM peneliti yang mengikuti pelatihan teknis atau magang Jumlah SDM peneliti yang mengikuti diklat fungsional peneliti Jumlah Peneliti yang tercantum dalam KTI yang terbit di jurnal ilmiah terindeks global
5
5
5
5
5
20
20
20
20
20
4
4
7
7
7
50
50
50
50
50
15
18
20
20
23
15
15
15
15
16
18
18
18
18
18
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
3
3
3
3
3
20 35
20 35
20 35
20 35
20 35
5 1
0 0
0 0
0 0
0 0
6 2
6 2
6 2
6 0
6 0
IKK dibuat
Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi/ pertemuan nasional/ internasional SS 8. Meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia
2015
IKP
Peneliti LIPI terindeks global
Jumlah sarpras penelitian yang dipakai bersama dengan mitra
Nilai RB LIPI
Jumlah penambahan spesimen bidang flora, fauna, dan mikroba Jumlah sarpras penelitian yang dipakai bersama dengan mitra Jumlah mitra pemakai sarpras LIPI Nilai RB LIPI Jumlah dokumen perencanaan yang selesai tepat waktu (PK, Renja, RKT) Jumlah dokumen penganggaran terselesaikan (RKA-K/L, DIPA, POK) Jumlah dokumen pelaporan yang selesai tepat waktu (Laporan Tahunan, LAKIP) Jumlah dokumen laporan keuangan dan BMN yang selesai tepat waktu Kegiatan monitoring dan evaluasi (laporan triwulan) Sertifikasi ISO 9001:2008; Sertifikasi ISO 17025; ISM CODE Jumlah penerimaan CPNS Jumlah pegawai yg mengikuti pendidikan, kursus/training, dan fungsional-fungsional lainnya serta diklat teknis lainnya Jumlah Penataan organisasi UPT Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Jumlah Laporan pelaksanaan RB Penguatan Pengawasan
Kerangka Regulasi
Dalam pelaksanaan kegiatan dan penelitian terdapat peraturan perundang-undangan sebagai acuan dan dasar baik landasan pengelolaan keuangan, kepegawaian, pengadaan barang/jasa, diseminasi dan peraturan penelitian baik diantaranya sbb :
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 47
UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU No. 8 Tahun 1974 jo UU No. 43 Tahun 1999 ttg Pokok-Pokok Kepegawaian UU No. 5 Tahun 2014 ttg Aparatur Sipil Negara UU No. 43 Tahun 2000 ttg Pensiun pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran pasal 61 dan pasal 62 UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 135 dan pasal 136 PP No 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional PP No. 24 tahun 1978 tentang Cuti PNS PP No. 45/1990 tentang ijin Perkawinan dan Perceraian PP No. 97 Tahun 2000 jo PP No. 54 Tahun 2003 ttg Formasi PNS PP No. 98 Tahun 2000 jo PP No. 11 Tahun 2002 ttg Pengadaan PNS PP No. 100 Tahun 2000 jo PP No. 13 Tahun 2002 ttg Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural PP No. 53 Tahun 2010 ttg Disiplin PNS PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS PP No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal 1 dan Pasal 18 PP No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan Pasal 1 ayat 13 PP No. 51 Tahun 2012 tentang SDM Transportasi PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 Permen PPN No 5 tahun 2014 tentang Pedoman penyusunan dan Penelaahan Renstra Kementerian dan Lembaga 2015-2019 KUHD Buku Kedua BAB IV tentang Perjanjian Kerja Laut Pasal 395 s/d 452 g Jo. STBL. 1938 No. 518 PM No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal 3 s/d pasal 6; PM No. 70 Tahun 2013 ttg Pendidikan dan Pelatihan, Sertifikasi Serta Dinas Jaga Pelaut; PM No. 84 Tahun 2013 tentang Perekrutan Dan Penempatan Awak Kapal Kepmenhub No. KM.164/OT.002/PHB-80 Jo; Kepmenhub No. KM.20 Tahun 1988 Jo; Kepmenhub No. KM.35 Tahun 1993 Jo; Kepmenhub No. KM.67 Tahun 1999 Jo; Kepmenhub No. KM.63 Tahun 2002 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Pelabuhan. Dan beberapa peraturan lainnya yang terkait.
3.6. Kerangka Pendanaan Dalam upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran Puslit Oseanografi yang dilaksanakan melalui kegiatan, baik yang bersifat reguler maupun berupa dukungan terhadap prioritas, maka rencana pendanaan kegiatan untuk tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: A. Kegiatan Penelitian Oseanografi Rencana pendanaan untuk kegiatan penelitian Pusat Penelitian Oseanografi yang mencakup kegiatan penelitian tematik, penelitian IPTEKDA, serta kegiatan diseminasi hasil riset disajikan pada Tabel 21.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 48
Tabel 16. Rencana Pendanaan Kegiatan Penelitian Pusat Penelitian Oseanografi Tahun 2015-2019 No
Kegiatan/Output/Sub Output
1 2 3
Hasil Penelitian Bidang Oseanografi Kegiatan Technopark Penguasaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Laut Perairan Sulawesi Hasil Penelitian Sumber Daya Laut di Daerah Tual dan Sekitarnya Hasil Pengembangan Produk Alam Laut (Biak) Meningkatnya Pengetahuan SDM Oseanografi (Pulau Pari) Hasil Pengembangan Produk Alam Laut (Mataram)
4 5 6 7
2015 11.809.164 15.000.000
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018 13.800.000 14.628.000 15.505.680 15.000.000 30.000.000 30.000.000
2019 16.436.020 22.500.000
500.000
550.000
625.000
1.000.000
1.500.000
470.915
500.000
625.000
1.000.000
1.500.000
950.000
700.000
1.025.000
1.250.000
1.750.000
355.456
400.000
424.000
449.440
476.406
500.000
550.000
625.000
1.000.000
1.500.000
B. Kegiatan Data Informasi dan Penelitian Kerusakan Terumbu Karang Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan Coral Reef Rehabilitation and Management Program–Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) Project. Dana kegiatan ini bersumber dari dua sumber yaitu: 1. Pinjaman World Bank (WB) dengan nomor pinjaman: IBRD 8336-ID dan Hibah nomor: TF015470, effective date pinjaman dan hibah tersebut adalah 5 Juni 2014 dan closing date 30 Juni 2019. 2. Pinjaman Asian Development Bank (ADB) dengan nomor pinjaman : 3094-INO dan Hibah nomor : 0379 (EF)-INO, effective date pinjaman dan hibah untuk ADB adalah 24 Februari 2014 dan closing date 30 Juni 2019, kegiatan ini akan berlangsung selama 5 tahun. Adapun alokasi anggaran disajikan pada Tabel 22. Tabel 17. Rencana Pendanaan Kegiatan COREMAP-CTI (Data Informasi dan Penelitian Kerusakan Terumbu Karang)Tahun 2015-2019 No 1
Kegiatan/Output/Sub Output Data Informasi dan Penelitian Kerusakan Terumbu Karang
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018
2015 40.840.000
40.300.000
44.300.000
42.000.000
2019 10.600.000
C. Kegiatan Layanan Jasa Iptek Bidang Oseanografi (PNBP) Kegiatan ini merupakan diantaranya untuk menampung kegiatan kerjasama PNBP Puslit Oseanografi dengan instansi/industry. Adapun perencanaan anggaran untuk kegiatan ini disajikan pada Tabel 23. Tabel 18. Rencana Pendanaan Kegiatan Layanan Jasa Iptek Bidang Oseanografi (PNBP)Tahun 2015-2019 No 1
Kegiatan/Output/Sub Output Layanan Jasa Iptek Bidang Oseanografi (PNBP)
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018
2015 8.710.559
8.710.559
8.710.559
8.710.559
2019 8.710.559
D. Kegiatan Layanan Perkantoran (Belanja Pegawai dan Operasional Perkantoran) Kegiatan ini bertujuan untuk terlaksananya pembayaran gaji pegawai dan administrasi kegiatan dan operasional perkantoran guna mendukung tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI)
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 49
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sehingga terwujudnya Layanan Perkantoran yang baik dalam rangka menghasilkan praktek good governance. Tabel 19. Rencana Pendanaan Kegiatan Layanan Perkantoran (Belanja Pegawai dan Operasional Perkantoran) Tahun 2015-2019 No 1
Kegiatan/Output/Sub Output Layanan Perkantoran (Belanja Pegawai dan Operasional Perkantoran)
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018
2015 75.768.177
81.035.000
85.870.000
2019
93.090.000
118.000.000
E. Kegiatan pengembangan Sarana dan Prasarana Tabel 20. Rencana Pendanaan Kegiatan pengembangan sarana dan Prasarana Tahun 2015-2019 No
Kegiatan/Output/Sub Output
1 2
Peralatan dan Mesin Rehabilitasi Gedung Laboratorium dan Marine Natural Historical Museum Pembangunan Kapal Penelitian dan peralatannya Revitalisasi peralatan Kapal dan Laboratorium Pendirian stasiun penelitian Wilayah Barat Indonesia Pengadaan fasilitas riset kelautan wilayah barat
3 4 5 6
2015 7.000.000
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018 -
2019 -
-
-
-
5.000.000
65.000.000
49.800.000
-
10.000.000
280.000.000
275.000.000
-
-
10.000.000
25.000.000
15.000.000
15.000.000
-
-
25.000.000
-
25.000.000
-
-
20.000.000
20.000.000
20.000.000
3.7. Kerangka Kelembagaan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI Bagian keempat Pasal 69 Pusat Penelitian Oseanografi mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang Oseanografi. Dalam pasal 70 memuat tentang fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian di bidang oseanografi. b. Penelitian di bidang Oseanografi c. Pengelolaan koleksi dan basis data keanekaragaman hayati laut sebagai referensi nasional d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian di bidang oseanografi; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat Penelitian Oseanografi terdiri : a. Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian terdiri atas : 1. Sub Bidang Pengelolaan hasil Penelitian ; dan 2. Sub Bidang Diseminasi dan Kerja Sama b. Bidang Sarana Penelitian terdiri atas : 1. Sub Bidang Sarana Teknis; dan 2. Sub Bidang Peralatan Penelitian
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 50
c. Bagian Tata Usaha terdiri atas : 1. Sub Bagian Keuangan 2. Sub Bagian Kepegawaian; dan 3. Sub Bagian Umum Selain itu Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mempunyai lima UPT terdiri atas : 1. UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut, Mataram sesuai dengan SK Kepala LIPI No. 1013/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002. Saat ini sedang diusulkan peningkatan status menjadi eselon IIIa. 2. UPT Loka Pengembangan Kompetensi Sumberdaya Manusia Oseanografi, Pulau Pari sesua dengan SK Kepala LIPI No. 1013/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002. 3. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi Utara sesuai dengan SK Kepala LIPI No. 1008/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002. 4. UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak, Irian Jaya sesuai dengan SK Kepala LIPI No. 1009/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002. 5. UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual, Maluku Tenggara sesuai dengan SK Kepala LIPI No. 1010/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002. Keempat UPT lainnya sedang diusulkan nomenklatur dan perubahan tugas dan fungsi UPT. Selain secara struktur organisasi, Pusat Penelitian mempunyai Kelompok Penelitian sebagai berikut termasuk UPT yaitu sebagai berikut : 1. Keanekaragaman Hayati Laut dan Konservasi 2. Potensi Sumberdaya dan Kesehatan Ekosistem Laut 3. Pencemaran dan Bioremediasi 4. Oseanografi dan Perubahan Iklim Global 5. Budidaya dan Bioprospeksi Biota Laut 6. Konservasi Sumber Daya Laut di UPT LKBL Bitung. 7. Budidaya dan Bioprospektif Biota Laut di UPT LPBIL Mataram. Dan memiliki 12 Laboratorium sbb : 1. Laboratorium Botani Laut 2. Laboratorium Zoologi Laut 3. Laboratorium Genetika Molekuler 4. Laboratorium Mikrobiologi Laut 5. Laboratorium Oseanografi Fisika 6. Laboratorium Oseanografi Kimia 7. . Laboratorium Geologi Laut 8. Laboratorium Oseanografi Terapan 9. Laboratorium Plankton dan Produktivitas Primer 10. Laboratorium Produk Alam Laut 11. Laboratorium Budidaya 12. Laboratorium Biogeokimia
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 51
BAB IV PENUTUP Rencana Implementasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI periode 2015-2019 telah menentukan arah kebijakan dan kegiatan untuk lima tahun kedepan dalam rangka mencapai visi tahun 2020. Visi tahun 2020 telah dijabarkan secara rinci, yang dikemas dalam lima misi dan dipandu dengan empat pilar penelitian utama. Program kegiatan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI selama periode 2015-2019 telah dipersiapkan dengan seksama dan dianalisis dengan Balance Score Card (BSC). Oleh karena itu, eksistensi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dimasa mendatang diharapkan dapat bersanding dengan institusi riset lain, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Program yang telah dipersiapkan dengan matang tersebut harus didukung dengan manajemen yang baik. Reformasi Birokrasi melalui penataan dan implementasi manajemen yang optimal, efektif dan efisien dalam berbagai kegiatan, diharapkan mampu membawa dampak positif dalam pengembangan penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Reformasi Birokrasi tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu sistem pengelolaan yang baik yang mengedepankan prinsip keterbukaan, kebersamaan, profesionalisme, akuntabel dan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat. Mekanisme penyusunan program strategis diharapkan mampu meraih kepercayaan masyarakat kepada Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Terciptanya kompetensi peneliti dan non peneliti yang berkualitas dapat mewujudkan visi lembaga.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 52
LAMPIRAN Lampiran 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Tahun 2015-2019 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kegiatan/Output/Sub Output PENELITIAN OSEANOGRAFI Hasil Penelitian Bidang Oseanografi Kegiatan Technopark Penguasaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Laut Perairan Sulawesi Hasil Penelitian Sumber Daya Laut di Daerah Tual dan Sekitarnya Hasil Pengembangan Produk Alam Laut (Biak) Meningkatnya Pengetahuan SDM Oseanografi (Pulau Pari) Hasil Pengembangan Produk Alam Laut (Mataram) Data Informasi dan Penelitian Kerusakan Terumbu Karang Layanan Jasa Iptek Bidang Oseanografi (PNBP) Layanan Perkantoran (Belanja Pegawai dan Operasional Perkantoran) Peralatan dan Mesin Rehabilitasi Gedung Laboratorium dan Marine Natural Historical Museum Pembangunan Kapal Penelitian dan peralatannya Revitalisasi peralatan Kapal dan Laboratorium Pendirian stasiun penelitian Wilayah Barat Indonesia Pengadaan fasilitas riset kelautan wilayah barat
Alokasi Anggaran (Dalam ribuan rupiah) 2016 2017 2018
2015
2019
11.809.164 15.000.000
13.800.000 15.000.000
14.628.000 30.000.000
15.505.680 30.000.000
16.436.020 22.500.000
500.000
550.000
625.000
1.000.000
1.500.000
470.915
500.000
625.000
1.000.000
1.500.000
950.000
700.000
1.025.000
1.250.000
1.750.000
355.456
400.000
424.000
449.440
476.406
500.000
550.000
625.000
1.000.000
1.500.000
40.840.000
40.300.000
44.300.000
42.000.000
10.600.000
8.710.559 75.768.177
8.710.559 81.035.000
8.710.559 85.870.000
8.710.559 93.090.000
7.000.000 -
-
5.000.000
65.000.000
8.710.559 118.000.00 0 49.800.000
-
10.000.000
-
10.000.000 -
280.000.00 0 25.000.000 25.000.000
275.000.00 0 15.000.000 -
15.000.000 25.000.000
-
-
20.000.000
20.000.000
20.000.000
-
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 53
Lampiran 2: Matriks Kerangka Regulasi
UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU No. 8 Tahun 1974 jo UU No. 43 Tahun 1999 ttg Pokok-Pokok Kepegawaian UU No. 5 Tahun 2014 ttg Aparatur Sipil Negara UU No. 43 Tahun 2000 ttg Pensiun pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran pasal 61 dan pasal 62 UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 135 dan pasal 136 PP No 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional PP No. 24 tahun 1978 tentang Cuti PNS PP No. 45/1990 tentang ijin Perkawinan dan Perceraian PP No. 97 Tahun 2000 jo PP No. 54 Tahun 2003 ttg Formasi PNS PP No. 98 Tahun 2000 jo PP No. 11 Tahun 2002 ttg Pengadaan PNS PP No. 100 Tahun 2000 jo PP No. 13 Tahun 2002 ttg Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural PP No. 53 Tahun 2010 ttg Disiplin PNS PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS PP No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal 1 dan Pasal 18 PP No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan Pasal 1 ayat 13 PP No. 51 Tahun 2012 tentang SDM Transportasi PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 Permen PPN No 5 tahun 2014 tentang Pedoman penyusunan dan Penelaahan Renstra Kementerian dan Lembaga 2015-2019 KUHD Buku Kedua BAB IV tentang Perjanjian Kerja Laut Pasal 395 s/d 452 g Jo. STBL. 1938 No. 518 PM No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal 3 s/d pasal 6; PM No. 70 Tahun 2013 ttg Pendidikan dan Pelatihan, Sertifikasi Serta Dinas Jaga Pelaut; PM No. 84 Tahun 2013 tentang Perekrutan Dan Penempatan Awak Kapal Kepmenhub No. KM.164/OT.002/PHB-80 Jo; Kepmenhub No. KM.20 Tahun 1988 Jo; Kepmenhub No. KM.35 Tahun 1993 Jo; Kepmenhub No. KM.67 Tahun 1999 Jo; Kepmenhub No. KM.63 Tahun 2002 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
Rencana Implementasi 2015 - 2019 | 54