Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah serta karunia-Nya hingga publikasi “Indeks Kesulitan Geografis Desa Kabupaten Ponorogo Tahun 2014” ini dapat diterbitkan. Dari penyusunan publikasi ini akan diperoleh gambaran umum mengenai tingkat kesulitan geografis desa pada wilayah administrasi yang berstatus desa di Kabupaten Ponorogo. Tingkat kesulitan geografis desa ditinjau dari komponen ketersediaan
pelayanan
dasar
pendidikan
dan
kesehatan,
ketersediaan
infrastruktur dan geografis wilayah desa, keberadaan sarana transportasi umum serta kemudahan akses berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan mencermati lebih lanjut angka-angka indeks tersebut akan diperoleh perbandingan tingkat aksesibilitas antar desa. Hal ini tentunya akan membantu Pemerintahan Kabupaten Ponorogo dalam penentuan skala prioritas pelaksanaan
program
pembangunan
khususnya
pembangunan
wilayah
pedesaan. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna perbaikan pada penyusunan publikasi selanjutnya. Serta kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini. Harapan kami publikasi ini bisa bermanfaat bagi pengguna data secara luas, tidak hanya terbatas untuk Pemerintah Kabupaten Ponorogo tetapi juga bagi para pengusaha, akademisi, dan pengguna data lainnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Ponorogo,
Desember 2014
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO
Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP. 19650812 199202 1 004 i
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
Ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I . PENDAHULUAN
1
1.1
LATAR BELAKANG
1
1.2
TUJUAN
2
1.3
KETERBATASAN DAN KEKUATAN STUDI
3
BAB II. METODELOGI
5
2.1
KONSEP DAN DEFINISI
5
2.2
DATA
14
2.3
PENGHITUNGAN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS
15
2.3.1 KETERSEDIAAN PELAYANAN DASAR
16
2.3.2 KONDISI INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
17
2.3.3 TRANSPORTASI
18
2.3.4 KOMUNIKASI
19
ii
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Halaman BAB III. GAMBARAN UMUM 3.1
PROFIL KABUPATEN PONOROGO
20
3.2
GAMBARAN UMUM
24
3.2.1 GAMBARAN UMUM PELAYANAN DASAR
24
3.2.2 GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR
26
3.2.3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI
28
3.2.4 GAMBARAN UMUM KOMUNIKASI
29
BAB IV . ULASAN SINGKAT 4.1
4.2
31
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH
31
4.1.1 KOMPONEN PELAYANAN DASAR
32
4.1.2 KOMPONEN INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
36
4.1.3 KOMPONEN TRANSPORTASI
40
4.1.4 KOMPONEN KOMUNIKASI
42
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS
44
BAB V. PENUTUP
49
5.1
KESIMPULAN
49
5.2
SARAN
50
LAMPIRAN
51
iii
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
DAFTAR TABEL
Halaman TABEL 4.1
DESA DENGAN TINGKAT AKSESIBILITAS TERTINGGI
TABEL 4.2
PENYEBARAN
FASILITAS
PENDIDIKAN
32
TINGKAT 33
DASAR DAN LANJUTAN PERTAMA TABEL 4.3
PENYEBARAN PUSKESMAS / PUSTU DAN BALAI 34 PENGOBATAN / POLIKLINIK
TABEL 4.4
DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN PELAYANAN 36 DASAR TERTINGGI
TABEL 4.5
KEBERADAAN
JALAN
ASPAL
/
BETON
DAN 37
PENERANGAN JALAN UTAMA DESA TABEL 4.6
KEBERADAAN PASAR DAN KIOS PENJUAL SARANA 38 PRODUKSI PERTANIAN
TABEL 4.7
KONDISI TOPOGRAFI DAN ALTITUDE DESA
38
TABEL 4.8
DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN INFRASTRUKTUR 40 TERTINGGI
TABEL 4.9
DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN TRANSPORTASI 42 TERTINGGI
TABEL 4.10
DESA
DENGAN
INDEKS
KESULITAN
GEOGRAFIS 45
TERTINGGI TABEL 4.11
DISTRIBUSI FREKUENSI IKG BERDASAR KELOMPOK
46
iv
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
DAFTAR GAMBAR
Halaman GAMBAR 3.1
PETA
SEBARAN
PENDUDUK
MENURUT
21
PETA SEBARAN SARANA PENDIDIKAN MENURUT
25
KECAMATAN GAMBAR 3.2
KECAMATAN GAMBAR 3.3
KOMPOSISI JALAN MENURUT KONDISI JALAN
27
GAMBAR 4.1
PETA SEBARAN IKG DESA MENURUT KELOMPOK
48
v
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN 1
IKG DESA KECAMATAN JENANGAN
51
LAMPIRAN 2
IKG DESA KECAMATAN NGRAYUN
52
LAMPIRAN 3
IKG DESA KECAMATAN BABADAN
53
LAMPIRAN 4
IKG DESA KECAMATAN JETIS
54
LAMPIRAN 5
IKG DESA KECAMATAN MLARAK
55
LAMPIRAN 6
IKG DESA KECAMATAN SAWOO
56
LAMPIRAN 7
IKG DESA KECAMATAN BALONG
57
LAMPIRAN 8
IKG DESA KECAMATAN SAMBIT
58
LAMPIRAN 9
IKG DESA KECAMATAN KAUMAN
59
LAMPIRAN 10
IKG DESA KECAMATAN NGEBEL
60
LAMPIRAN 11
IKG DESA KECAMATAN SOKOO
61
LAMPIRAN 12
IKG DESA KECAMATAN BADEGAN
62
LAMPIRAN 13
IKG DESA KECAMATAN PULUNG
63
LAMPIRAN 14
IKG DESA KECAMATAN SLAHUNG
64
LAMPIRAN 15
IKG DESA KECAMATAN SIMAN
65
LAMPIRAN 16
IKG DESA KECAMATAN SAMPUNG
66
LAMPIRAN 17
IKG DESA KECAMATAN JAMBON
67
LAMPIRAN 18
IKG DESA KECAMATAN PUDAK
68
LAMPIRAN 19
IKG DESA KECAMATAN BUNGKAL
69
LAMPIRAN 20
IKG DESA KECAMATAN SUKOREJO
70
vi
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pembangunan adalah memantapkan perekonomian bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Hal ini sejalan dengan rencana kerja pemerintah tahun 2014 yang menekankan pada penanganan isu strategis antara lain : Pemantapan Perekonomian Nasional, Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, dan Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat vital untuk kesuksesan pembangunan, karena selain pemerintahan desa terlibat atau bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai subyek pembangunan, juga sebagian besar penduduk Indonesia berada di wilayah pedesaan. Begitu pula kondisi di Kabupaten Ponorogo, berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 tercatat lebih dari 70 persen penduduknya berada di wilayah pedesaan. Mengingat lebih dari dua pertiga penduduknya berada di wilayah pedesaan, maka perlu disusun strategi pembangunan wilayah pedesaan agar pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya dengan optimal. Perlu dilakukan identifikasi potensi dan kendala desa sehingga dapat diketahui desa mana yang membutuhkan perhatian lebih guna mengejar ketertinggalan sehingga akan tercipta kesejahteraan rakyat yang merata dan berkeadilan. Salah satu kendala dalam pemerataan pembangunan adalah tingkat kesulitan geografis desa. Tingkat kesulitan geografis desa dapat di setarakan
1
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
dengan aksesibilitas desa, semakin tinggi tingkat kesulitan geografis desa maka semakin rendah aksesibilitas desa. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kesulitan geografis desa maka semakin tinggi aksesibilitas desa. Desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah akan
mengalami
kesulitan
dalam
pelaksanaan
program
pembangunan
dibandingkan dengan desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi. Kondisi ini akan menyebabkan desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah relatif akan mengalami ketertinggalan pencapaian hasil pembangunan. Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar untuk hasil output yang sama bila dibandingkan dengan desa yang mempunyai tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi. Dengan demikian, desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dibanding desa dengan tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi sehingga output yang dicapai akan sama untuk semua desa baik desa dengan aksesibilitas tinggi maupun desa dengan aksesibilitas rendah. Semua itu akan bermuara pada pemerataan kesejahteraan rakyat antar desa. Untuk kebutuhan pengelompokkan tipologi desa menurut tingkat kesulitan geografis diperlukan sebuah standar ukuran yang sama untuk semua desa. Diperlukan beberapa indikator yang sama untuk semua desa sehingga dapat ditentukan peringkat kesulitan geografis desa dari yang termudah sampai yang tersulit .
1.2 TUJUAN Tujuan dari publikasi ini adalah memberikan data dan informasi sebagai gambaran wilayah desa menurut tingkat kesulitan geografis dengan cara 2
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
mengidentifikasi kondisi geografis desa, ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur,
transportasi
dan
komunikasi
masing-masing
desa
untuk
menentukan indeks kesulitan geografis desa. Semakin besar indeks kesulitan geografis desa berarti semakin sulit wilayah desa tersebut di jangkau dan atau semakin tertinggal baik dari segi ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan komunikasi desa ke ibu kota kabupaten dibanding desa dengan indeks kesulitan geografis desa yang lebih kecil. Sehingga desa dengan indeks kesulitan geografis desa yang besar perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar.
1.3 KETERBATASAN DAN KEKUATAN STUDI Ketersediaan data yang lengkap sampai wilayah administrasi terendah merupakan sebuah kendala dalam penyusunan publikasi ini. Data dasar yang digunakan bersumber dari data Potensi Desa (PODES) yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ponorogo. Sayangnya kegiatan tersebut tidak rutin dilakukan setiap tahun, kegiatan ini hanya dilakukan menjelang kegiatan sensus, baik sensus penduduk, sensus pertanian maupun sensus ekonomi. Untuk melengkapi data dasar diperlukan data penunjang lainnya berupa data yang dikumpulkan langsung baik di tingkat kecamatan maupun desa. Disamping kelengkapan data, ketersediaan ragam data indikator yang mendukung penghitungan indeks geografis desa masih relatif masih terbatas. Kondisi ini tentunya menyebabkan jumlah indikator yang bisa ditampilkan pada publikasi ini menjadi sangat terbatas. Kekuatan publikasi ini terletak pada integrasi dan kompilasi data kewilayahan pada level desa. Dengan demikian diharapkan hasil indeks yang di peroleh dapat menggambarkan variasi aksesibilitas sampai pada satuan wilayah 3
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
administrasi terkecil (small area statistik). Sehingga variasi aksesibilitas antar desa di Kabupaten Ponorogo secara nyata dapat diketahui secara jelas, desa mana yang mempunyai aksesibilitas rendah dan desa mana yang mempunyai aksesibilitas tinggi.
4
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
BAB II METODOLOGI
2.1 KONSEP DAN DEFINISI Pengumpulan data pada publikasi ini dilakukan cara sensus (complete enumeration), pencacahan dilakukan melalui wawancara langsung oleh petugas pelaksana teknis kegiatan terhadap responden. Dalam hal ini responden di tingkat kecamatan adalah camat maupun staff yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan. Adapun untuk responden di tingkat desa adalah kepala desa maupun perangkat desa yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini antara lain sebagai berikut :
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa).
Kondisi topografi desa dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa, dibedakan menjadi : 1. Lereng adalah bagian dari gunung / bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung). 2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak diantara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah
5
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan. 3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang.
Kantor Kepala Desa adalah bangunan aset desa yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa yang tidak dimiliki oleh pribadi.
Ketinggian (altitude) kantor kepala desa dari permukaan laut adalah ketinggian kantor kepala desa dari permukaan laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan).
Lokasi wilayah desa terhadap hutan dibedakan ke dalam : 1. Di dalam hutan adalah desa yang seluruh wilayahnya terletak di tengah / dikelilingi hutan. 2. Di tepi / sekitar hutan adalah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. 3. Diluar hutan adalah desa yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan.
Bencana alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan / penghidupan
6
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk.
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan diakui / di sahkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat / ijazah. Lembaga pendidikan dalam hal ini tidak termasuk lembaga pendidikan baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktifitas belajar mengajar. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma.
Jenjang pendidikan SD / MI meliputi jenjang Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta.
Jenjang pendidikan SMP / MTs meliputi jenjang Sekolah Lanjutan Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, dalam hal ini adalah sarana kesehatan yang masih aktif / beroperasi.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah sebagai unit pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota) yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan / desa. Puskesmas memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya puskesmas berada di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari dua sampai tiga puskesmas di dalam satu kecamatan.
7
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Puskesmas pembantu (Pustu) adalah sarana kesehatan / bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa / kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah
yang
berfungsi
menunjang
dan
membantu
memperluas
jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan pelayanan berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan.
Poliklinik adalah sarana kesehatan / bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu.
Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri kesehatan.
Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan / bangunan yang digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek.
Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan / bangunan yang digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi.
Pos kesehatan desa (Poskesdes) atau yang lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa wilayah adalah sarana kesehatan / bangunan yang dibentuk di desa / kelurahan dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa / kelurahan. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga
8
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya dengan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola oleh bidan dan dibantu beberapa kader.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. Disamping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut.
Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa / kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air,
9
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa / kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari : aspal / beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu / papan yang biaanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya.
Jalan poros utama adalah jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, serta merupakan jalan strategis provinsi.
Jalan utama desa adalah jalan yang di anggap oleh sebagian besar penduduk desa / kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari / menuju kantor camat terdekat.
Penerangan jalan adalah lampu yang digunakan untuk penerangan jalan di malam hari sehingga pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara dapat melihat dengan lebih jelas jalan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan para pengguna jalan.
Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang / ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air.
Angkutan umum adalah salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif.
Trayek angkutan adalah lintasan / rute / jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang, dan atau orang dan barang yang
10
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap.
Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh warga.
Waktu tempuh yang dicacat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga.
Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Jika untuk menuju kantor bupati, warga menggunakan lebih dari satu modal transportasi maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga.
Komunikasi
adalah
proses
penyampaian
lambang-lambang
yang
mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro.
Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan orang lain melalui media, media TV, radio, surat kabar, dan lain-lain.
Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik.
Keluarga
yang
berlangganan
telepon
kabel
adalah
keluarga
yang
berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah.
11
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Sinyal telepon seluler / handphone adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile phone satelite.
Kantor kepala desa dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di kantor kepala desa tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dan sebagainya.
Warung
internet
(warnet)
adalah
tempat
yang
disediakan
untuk
menyelenggarakan pelayanan jasa internet.
Progam TV adalah progam yang dirancang / disusun oleh stasiun / pemancar TV, baik stasiun TVRI, TV daerah, maupun TV luar negeri. Progam TV yang dimaksud disini adalah progam TV baik menggunakan antena parabola / TV kabel ataupun tidak.
TV kabel atau cable television adalah sistem penyiaran acara televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air).
Antena parabola adalah sebuah antena berdaya jangkau tinggi yang digunakan untuk komunikasi radio, televisi dan data dan juga untuk radiolocation (RADAR), pada bagian UHF and SHF dari spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang energi (radio) elektromagnetik yang relatif pendek pada frekuensi-frekuensi ini menyebabkan ukuran yang digunakan untuk antena parabola masih dalam ukuran yang masuk akal dalam rangka tingginya unjuk kerja respons yang diinginkan baik untuk menerima atau pun memancarkan sinyal. Antena parabola berbentuk seperti piringan. Antena parabola dapat digunakan untuk mentransmisikan berbagai
12
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
data, seperti sinyal telepon, sinyal radio dan sinyal televisi, serta beragam data lain yang dapat ditransmisikan melalui gelombang. Fungsi antena parabola yang umum diketahui oleh masyarakat di Indonesia adalah sebagai alat untuk menerima siaran televisi satelit.
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa bangunan. Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas (campuran) ataupun secara khusus komoditas tertentu.
Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai, atap, dan dinding permanen.
Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen.
Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan, seperti pasar kaget (pasar yang muncul di lokasi yang bukan di peruntukkan pasar dan selesai dengan cepat).
Kios yang menjual sarana produksi pertanian (saprotan) adalah tempat penjualan pupuk, bibit, dan lain-lain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dibedaan menurut kepemilikan (KUD atau non-KUD).
Koperasi (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian) adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip : 1. Keanggotaannya sukarela dan terbuka.
13
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
2. Pengelolaannya dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Koperasi unit desa (KUD) adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.
2.2 DATA Pubikasi ini menggunakan data dari berbagai sumber data baik primer maupun sekunder. Sumber data yang utama berasal dari hasil Podes yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Ponorogo. Disamping itu juga dilakukan pengumpulan data penunjang dengan cara penggalian data di lapangan. Penggalian data di lapangan dilakukan dengan obyek kecamatan maupun kantor desa. Data podes yang merupakan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) digunakan untuk melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) digabungkan dengan master file desa sebagai penghubung untuk mencocokkan wilayah administrasi pada sumber data yang berbeda tersebut.
14
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
2.3 PENGHITUNGAN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk menentukan tipologi desa berdasarkan tingkat kesulitan untuk akses ke wilayah suatu desa. IKG pada dasarnya merupakan indeks yang disusun berdasarkan skoring yang dilakukan untuk masing-masing instrumen penilaian. Pemilihan instrumen ini dilakukan dengan mengacu pada empat komponen utama yaitu : 1. Ketersediaan pelayanan dasar; 2. Kondisi infrastuktur dan geografis desa; 3. Transportasi; dan 4. Komunikasi desa ke kabupaten/kota.
Dalam menjabarkan keempat komponen tersebut, diperlukan indikator yang dipilih dengan harapan dapat mewakili ketersediaan dan kondisi dari masing-masing komponen di atas. Masing-masing indikator diberikan skoring dengan nilai skor 0 atau 1. Penentuan nilai skoring 0 atau 1 berdasakan kepada kondisi masing-masing indikator pada desa yang bersesuaian, dimana untuk kondisi yang menggambarkan nilai positif atau tingkat aksesibilitas tinggi diberikan nilai skor 1, sedangkan kondisi yang menggambarkan tingkat aksesibilitas rendah diberikan nilai skor 0. Sehingga indeks yang nanti dihasilkan dari hasil skoring ini merupakan Indeks Keterbukaan Wilayah (IKW). Hasil skoring untuk masing-masing indikator dalam komponen digunakan untuk menghitung indeks untuk masing-masing komponen, dimana indeks akan bernilai 0 (buruk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan analisa biasanya dikalikan 100. Agar mudah dipahami, maka keempat komponen tersebut disusun menjadi indeks komposit yang digabung menjadi indeks tunggal. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut :
15
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
{𝑋(𝑖) −𝑀𝑖𝑛.𝑋(𝑖) }
1
𝐼𝐾𝑊 = 4 ∑4𝑖=1 𝐼(𝑖) dimana 𝐼(𝑖) = {𝑀𝑎𝑥.𝑋
(𝑖) −𝑀𝑖𝑛.𝑋(𝑖) }
dimana :
Berdasarkan
𝐼(𝑖)
: Indeks Komponen IKW ke-i (i =1,2,3,4)
𝑋(𝑖)
: Nilai indikator komponen IKW ke-i
𝑀𝑎𝑥. 𝑋(𝑖)
: Nilai Maksimum 𝑋(𝑖)
𝑀𝑖𝑛. 𝑋(𝑖)
: Nilai Minimun 𝑋(𝑖)
nilai
IKW
yang
diperoleh
(setelah
dikalikan
100
untuk
mempermudah analisis), kita dapat menghitung besaran nilai IKG dengan rumusan sebagai berikut : 𝐼𝐾𝐺 = 100 − 𝐼𝐾𝑊
Sedangkan untuk penghitungan masing-masing komponen indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :
2.3.1
Ketersediaan Pelayanan Dasar Ketersediaan pelayanan dasar merupakan salah satu komponen yang
cukup penting dalam penghitungan IKG. Pelayanan dasar pada prinsipnya merupakan hak-hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam konteks ini terdapat beberapa indikator yang dapat menggambarkan ketersedian pelayanan dasar secara umum yaitu pelayanan kesehatan dan pendidikan. Indikator pelayanan dasar yang dipilih adalah sebagai berikut:
16
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
a. Pendidikan Meliputi ketersediaan fasilitas pendidikan tingkat dasar 9 tahun yang dirinci menurut jenjang pendidikan yaitu tingkat dasar atau yang sederajat serta tingkat lanjutan pertama atau yang sederajat baik negeri maupun swasta. b. Kesehatan Meliputi ketersedian sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang ada. Indikator yang dipilih diantaranya keberadaan puskesmas baik dengan ataupun tanpa rawat inap atau puskesmas pembantu; keberadaan poliklinik / balai pengobatan; keberadaan tempat praktek dokter; keberadaan tempat praktek bidan; keberadaan poskesdes / polindes; keberadaan posyandu serta keberadaan bidan desa (BDD).
2.3.2
Kondisi Infrastruktur dan Geografis Desa Kondisi infrastruktur dan geografis desa sangat mempengaruhi tingkat
aksesibilitas ke desa tersebut. Semakin minim infrastruktur maka akan semakin sulit desa tersebut dijangkau. Selain itu kondisi geografis yang kurang mendukung, biasanya berupa daerah pegunungan atau lereng yang curam juga akan menurunkan tingkat aksesibilitas desa. Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kondisi infrastuktur dan geografis yang dipilih adalah sebagai berikut: a. Infrastruktur Meliputi jenis permukaan jalan yang terluas; kondisi jalan apakah dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun; dilewati poros jalan utama; keberadaan penerangan di jalan utama desa; keberadaan pasar baik berupa pasar permanen, semi permanen atau pasar tanpa bangunan; serta keberadaan kios yang menjual sarana produksi pertanian baik milik KUD maupun non-KUD. 17
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
b. Geografis desa Meliputi kondisi topografi wilyah desa; letak ketinggian kantor kepala desa; lokasi wilayah desa terhadap hutan; serta kejadian bencana alam (yang mengganggu kehidupan dan menyebabkan bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir.
2.3.3
Transportasi Transportasi merupakan komponen yang sangat vital dalam penentuan
aksesibilitas desa. Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum yang murah dan mudah bagi masyarakat sangat berperan dalam menentukan tingkat aksesibilitas suatu wilayah. Semakin mudah dan murah transportasi umum di suatu wilayah akan mendorong orang untuk melakukan aktifitas baik ekonomi, pendidikan maupun pariwisata yang pada muaranya akan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Indikator yang dipilih dalam komponen transportasi sebagian telah terwakili dalam komponen infrastruktur diantaranya kondisi jalan. Namun demikian beberapa indikator yang transportasi yang belum dimasukkan dalam komponen infrastuktur yang dipilih sebagai berikut : a. Angkutan Umum Meliputi keberadaan angkutan umum dengan trayek tetap yang melewati / melintasi desa; operasional angkutan umum utama; serta keberadaan operasional angkutan umum di siang dan malam hari. b. Akses ke Kantor Bupati (pusat pemerintahan) Menunjukkan tingkat aksesibilitas penduduk menuju pusat pemerintahan, dalam hal ini diwakili oleh kantor bupati. Indikator yang digunakan meliputi jarak tempuh ke kantor bupati; waktu tempuh ke kantor bupati; angkutan umum yang biasa digunakan penduduk ke kantor bupati serta perkiraan biaya transportasi yang digunakan untuk menuju ke kantor bupati. 18
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
2.3.4
Komunikasi desa ke kabupaten / kota Komunikasi desa ke kabupaten / kota merupakan salah satu komponen
dalam penentuan aksesibilitas desa. Kemudahan komunikasi dan penyampaian informasi akan mendukung kemajuan desa. Semakin lancar jalur komunikasi maka akan semakin tinggi aksesibilitas desa. Beberapa indikator dari komponen komunikasi desa ke kabupaten / kota yang dipilih sebagai berikut : a. Telepon Meliputi keberadaan keluarga pengguna telepon kabel; serta keberadaan sinyal telepon seluler / handphone yang kuat di wilayah desa tersebut. b. Internet dan televisi Meliputi keberadaan fasilitas internet di desa, baik fasilitas internet di kantor kepala desa maupun keberadaan warnet; serta penerimaan siaran televisi tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel.
19
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 PROFIL KABUPATEN PONOROGO Kabupaten Ponorogo yang juga dikenal sebagai tanah reog terletak di sebelah barat daya Kota Surabaya atau tepatnya berada pada koordinat 111°17’ – 111°52’ Bujur Timur dan 7° 49’ – 8°20’ Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1.371,78 km² dan berada pada ketinggian antara 143 sampai dengan 1.052 meter di atas permukaan air laut. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk di sebelah utara, Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek di sebelah timur, Kabupaten Pacitan di sebelah Selatan serta Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah Barat. Wilayah Kabupaten Ponorogo dilewati 16 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian. Sebagian besar lahan yang ada digunakan untuk area pertanian yaitu seluas 872,57 Km2, sedang sisanya adalah lahan hutan negara, pekarangan dan bangunan serta lainnya. Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan yang membawahi 26 kelurahan dan 281desa dengan 2.274 RW dan 6.869 RT. Pada Tahun 2013 jumlah total perangkat desa / kelurahan sebanyak 3.963 orang yang terdiri dari 306 Kepala Desa / Kelurahan, 222 Sekretaris Desa / Kelurahan, 891 Kaling / Kasun / Kamituwo dan 2.544 petugas urusan teknis desa. Sedangkan untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo didukung oleh 12.595 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan komposisi
20
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
PNS pria mencapai 55 persen (7.188 orang), dan sisanya PNS wanita (5.817 orang). Pendapatan daerah Kabupaten Ponorogo tahun 2013 mencapai 1,45 triliun rupiah dengan sumber terbesar berasal dari pendapatan transfer (90,1 persen). Peningkatan signifikan terjadi pada penerimaan pajak daerah yang naik 92,7 persen dibanding tahun 2012 karena mulai tahun 2013 terdapat pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten dengan tujuan untuk meningkatkan PAD. Realisasi belanja daerah tahun 2013 mencapai 1,4 triliun rupiah, naik 10,42 persen dibanding tahun 2012. Belanja terbesar diperuntukkan untuk belanja operasional (91,76 persen). Di sisi lain total belanja modal mengalami penurunan sebesar 42,68 persen dibanding tahun 2012.
Gambar 3.1. Peta sebaran kepadatan penduduk menurut kecamatan
21
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Dalam satu dekade terakhir periode 2000 hingga 2010 jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo meningkat 1,64 persen dengan sex ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan) 98,96 pada tahun 2000 dan 99,98 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pada dekade 2000 hingga 2010 secara rata-rata perkembangan jumlah penduduk perempuan lebih lambat dibanding perkembangan penduduk laki-laki. Sementara itu pada tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 863.890 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 431.382 jiwa dan penduduk perempuan 432.508 jiwa. Selama tiga tahun terakhir rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,33 persen per tahun dengan sex ratio sebesar 99,74 pada tahun 2013. Luas lahan sawah pada tahun 2013 mencapai 34.638 Ha (mengalami penurunan 162 Ha dibanding tahun 2012), yang terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 29.929 Ha, sawah irigasi setengah teknis seluas 625 Ha, sawah irigasi non teknis 2.334 Ha dan sawah tadah hujan seluas 1.750 Ha. Meski luas panen tanaman padi pada tahun 2013 meningkat 5,23 persen dibanding tahun 2012 namun produksinya menurun 0,2 persen dengan total produksi sebesar 426.800 ton. Serangan hama yang terjadi pada tahun 2013 menyebabkan produktivitas tanaman padi merosot pada angka 60,88 kuintal per hektar. Selain padi, tanaman palawija yang cukup potensial adalah ubi kayu dan jagung dengan produksi pada tahun 2013 masing-masing sebesar 536.007 ton dan 256.540 ton. Seluruh komoditi tanaman palawija kecuali jagung dan ubi jalar mengalami penurunan produksi dibanding tahun 2012. Komoditas yang turun paling tinggi adalah kacang tanah sebesar 39,14 persen dan kedelai sebesar 28,00 persen. Faktor panjangnya musim penghujan pada tahun 2013
22
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
menyebabkan pertumbuhan tanaman yang membutuhkan cuaca panas menjadi terganggu dan akhirnya berpengaruh pada produktivitasnya. Potensi tanaman perkebunan utama di Kabupaten Ponorogo adalah tebu, kelapa, tembakau, kakao, cengkeh dan beberapa jenis tanaman biofarmaka. Komoditas tebu, tembakau, kelapa dan cengkeh mengalami penurunan produksi dibanding tahun 2012. Produksi tebu turun 31,05 persen, tembakau ram turun 0,19 persen, kelapa turun 31,17 persen dan cengkeh turun 34,86 persen. Sementara untuk tanaman biofarmaka yang cukup dominan di Kabupaten Ponorogo adalah kunyit, jahe dan temulawak. Produksi jenis tanaman ini pada tahun 2013 meningkat tajam mencapai 10.045,58 ton jahe, 4.971,48 ton kunyit dan 1.409,70 ton temulawak. Selain tanaman perkebunan, Kabupaten Ponorogo juga merupakan penghasil tanaman buah-buahan yang cukup potensial seperti alpukat, nangka, pepaya, jeruk keprok, durian, mangga dan pisang. Untuk komoditi mangga, jeruk keprok, pepaya, durian dan alpukat produksinya meningkat dibanding tahun 2012. Namun untuk komoditi pisang, nangka dan melon pada tahun 2013 hasilnya tidak sebaik tahun sebelumnya. Sementara komoditi sayur-sayuran seperti wortel, cabe, petai, bawang daun dan bawang merah produksinya juga merosot dibanding tahun 2012. Bahkan produksi wortel dan petai masing-masing turun hingga 53,97 persen dan 48,04 persen. Secara keseluruhan total produksi sayur-sayuran di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013 mencapai 27.313 ton, menurun 20,92 persen dibanding tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten Ponorogo tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar 10,7 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 3,9 triliun rupiah. Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 32,48 persen meski dari 23
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
tahun ke tahun cenderung semakin menurun. Sementara sektor yang kontribusinya paling kecil adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,22 persen). PDRB per kapita (adhb) penduduk Kabupaten Ponorogo selama tahun 2013 sebesar 12,4 juta rupiah, naik 12,44 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 11 juta rupiah per tahun. Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 sebesar 5,67 persen, melambat
dibanding
tahun 2012 yang
mencapai 6,52 persen karena
melemahnya kinerja sektor pertanian. Sektor yang tumbuh paling cepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,2 persen.
3.2
GAMBARAN UMUM
3.2.1. Gambaran Umum Pelayanan Dasar Ketersediaan sarana maupun prasarana pendidikan baik berupa fisik maupun non fisik yang memadai merupakan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi, keahlian. Dengan demikian maka cita-cita menjadi bangsa yang maju tentu akan dapat dicapai, karena kemajuan suatu bangsa dapat diukur atau dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Menurut data Dinas Pendidikan, pada tahun 2013 sarana pendidikan tingkat dasar yang tersedia sebanyak 601 sekolah (baik negeri maupun swasta). Sedangkan untuk tingkat SLTP tersedia sarana pendidikan sebanyak 88 sekolah baik negeri maupun swasta. Sedangkan berdasarkan data Kantor Departemen Agama, pada tahun 2013 sarana pendidikan tingkat ibtidaiyah yang tersedia sebanyak 87 madrasah
24
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
baik negeri maupun swasta. Adapun untuk tingkat tsanawiyah tersedia sarana pendidikan sebanyak 78 madrasah baik negeri maupun swasta.
Gambar 3.2. Peta Sebaran Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2013
Salah satu indikator keberhasilan program pembangunan di bidang kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang bermutu menjadi sebuah keharusan, begitu pula yang dilakukan pemerintah Kabupaten
25
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Ponorogo dalam beberapa tahun terakhir terus melakukan pembenahan terhadap sarana kesehatan yang ada. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat bahwa jumlah fasilitas kesehatan menurut jenisnya sebagai berikut: rumah sakit sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 1 rumah sakit pemerintah dan 5 rumah sakit swasta, puskesmas sebanyak 31 unit, pustu sebanyak 57 unit, puskesmas keliling sebanyak 46 unit, balai pengobatan sebanyak 26 unit, posyandu 1.122 unit serta dokter praktek sebanyak 128 unit pelayanan.
3.2.2. Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Sarana infrastruktur khususnya infrastruktur perhubungan berperan penting sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Terutama dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya. Infrastruktur jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa, dan antara satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk untuk mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan data, panjang jalan di Kabupaten Ponorogo sepanjang 1.002,58 km yang terdiri dari 86,47 km jalan provinsi atau jalan poros utama dan 916,11 km jalan kabupaten. Jenis permukaan jalan provinsi semuanya aspal, sedangkan untuk jalan kabupaten terdiri dari 728,09 km jalan aspal, 142,02 km jalan kerikil serta 46 km jalan tanah. Kondisi jalan propinsi sepanjang 14,18 km berada pada kondisi baik, 39,35 km kondisi sedang, 28,64 km kondisi rusak serta 4,30 km berada pada kondisi rusak berat. Adapun jalan kabupaten sepanjang 26
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
450,01 km berada pada kondisi baik, 221, 35 km kondisi sedang, 152,42 kondisi rusak serta 92,33 km pada kondisi rusak berat.
Gambar 3.3. Komposisi jalan menurut kondisi jalan.
Infrastruktur perkonomian yang tidak kalah pentingnya dalam percepatan pembangunan adalah pasar. Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat vital dalam pembangunan khususnya bidang ekonomi. Pasar bagi konsumen merupakan fasilitas yang mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, sedangkan bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Disamping itu pasar mempunyai fungsi sebagai sarana distribusi yang akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Berdasarkan data podes, di Kabupaten Ponorogo terdapat infrastruktur bangunan pasar sejumlah 103 lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan perincian jumlah pasar dengan bangunan permanen sebanyak 52 lokasi,
27
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
jumlah pasar dengan bangunan semi permanen 35 lokasi serta jumlah pasar tanpa bangunan sebanyak 16 lokasi.
3.2.3. Gambaran Umum Transportasi Transportasi mempunyai peran vital dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini hampir semua aktifitas utamanya terkait pembangunan tentu memerlukan
transportasi.
Transportasi
berperan
penting
dalam
mengoakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Disamping itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat membuka aksesibilitas wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi masyarakat. Perkembangan sarana transportasi umum di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 bila dibandingkan tahun sebelumnya mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari data jumlah kendaraan wajib uji yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan. Jumlah mobil penumpang umum pada tahun 2013 sebanyak 63 unit, naik dibanding kondisi tahun sebelumnya sebanyak 62 unit. Jumlah bus umum mengalami peningkatan jumlah dari 383 unit pada tahun 2012 menjadi 306 unit pada tahun 2013. Begitu pula bus bukan umum mengalami peningkatan dari 120 unit pada tahun 2012 naik menjadi 129 unit pada tahun 2013. Mobil barang juga mempunyai fenomena yang tidak jauh berbeda dengan mobil penumpang. Dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan. Tercatat jumlah mobil barang umum sebanyak 669 unit pada tahun 2012 naik menjadi 838 unit pada tahun 2013. Begitupun jenis mobil barang bukan umum, naik menjadi 5.886 unit pada tahun 2013 dari sebelumnya 5.661 unit pada tahun 2012.
28
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
3.2.4. Gambaran Umum Komunikasi Sarana komunikasi serta kualitas pelayanannya saat ini dirasakan sangat penting, karena dengan tersedianya sarana komunikasi yang baik akan memperlancar segala aktivitas sosial, ekonomi maupun pemerintahan. Peranan komunikasi melalui teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet semakin besar dalam memberikan akses tanpa batas. Dengan menggunakan internet, berbagai macam transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa perlu beranjak dari tempat kita. Bahkan tidak ada lagi antrian berjam-jam di loket-loket pelayanan. Disamping itu juga dimanfaatkan dalam melakukan transaksi pembelian barang secara online tanpa harus ke pasar untuk bertemu dengan penjual. Akses internet saat ini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan telepon seluler / handphone, dengan syarat ketersediaan jaringan dan ditunjang harga gadget yang semakin terjangkau maka tidak mengherankan bila beberapa tahun terakhir internet sudah masuk ke semua kecamatan yang ada. Namun demikian masih juga dijumpai warnet di beberapa tempat bahkan sampai di wilayah pedesaan. Hal ini mengindikasikan animo masyarakat untuk mengakses internet cukup tinggi. Sebagai imbas perkembangan pada penggunaan telepon seluler, hal sebaliknya terjadi pada penggunaan telepon kabel. Menurut data dari PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Ponorogo, tercatat jumlah pelanggan telepon baik residensial maupun bisnis pada tahun 2013 sebanyak 11.616 pelanggan, menurun dibanding tahun 2012. Sementara jasa pelayanan pos utamanya pengiriman surat dalam negeri luar negeri terus mengalami penurunan. Agaknya layanan pos saat ini dirasa kurang bersaing dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Masyarakat cenderung menggunakan sarana short massages service 29
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
(SMS) untuk kepeluan berkirim kabar maupun sms banking untuk keperluan transaksi perbankannya.
30
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
BAB IV ULASAN SINGKAT
4.1
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan terhadap 281 wilayah
administrasi desa, ternyata didapat kesimpulan bahwa Desa Balong Kecamatan Balong dan Desa Kauman Kecamatan Kauman sebagai desa yang paling tinggi aksesibilitasnya dengan nilai IKW 91,15. Pada kedua desa tersebut mempunyai skor yang tinggi untuk keempat komponen, baik dari fasilitas pelayanan dasar, infrastruktur dan geografis, transportasi maupun komunikasi. Komponen komunikasi memiliki skor tertinggi di kedua desa tersebut, selain itu juga relatif lengkap dalam hal fasilitas dan infrastruktur, berada pada poros jalan utama juga memiliki jarak ke ibukota kabupaten pun relatif dekat. Beberapa desa lain yang mempunyai IKW cukup tinggi diantaranya Desa Slahung Kecamatan Slahung dengan IKW 88,93 dengan sumbangan utama pada komponen kelengkapan fasilitas pelayanan dasar dan komunikasi. Desa Ngrupit Kecamatan Jenangan serta Desa Beton dan Madusari di Kecamatan Siman, tercatat sebagai desa yang juga mempunyai IKW cukup tinggi dengan nilai diatas 88. Ketiganya tercatat cukup lengkap pada ketersediaan komponen komunikasi dan infrastruktur. Secara lengkap desa – desa yang memiliki tingkat aksesibilitas terbaik di Kabupaten Ponorogo dalam hal ini desa dengan nilai IKW di atas 88,00 disajikan pada tabel 4.1.
31
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Tabel 4.1. Desa dengan tingkat aksesibilitas tertinggi INDEKS
NO
KECAMATAN
KOMPONEN DESA Pelayanan Dasar
Infrastruktur
IKW Transportasi
Komunikasi
1.
Kauman
Kauman
88,89
90,00
85,71
100,00
91,15
2.
Balong
Balong
88,89
90,00
85,71
100,00
91,15
3.
Slahung
Slahung
100,00
70,00
85,71
100,00
88,93
4.
Jenangan
Ngrupit
88,89
80,00
85,71
100,00
88,65
5.
Siman
Beton
77,78
90,00
85,71
100,00
88,37
6.
Siman
Madusari
66,67
100,00
85,71
100,00
88,10
4.1.1
Komponen Pelayanan Dasar Pelayanan dasar yang dalam hal ini diwakili oleh ketersediaan fasilitas
dan pelayanan dibidang pendidikan dan kesehatan ternyata belum semua desa tersedia fasilitas pelayanan dasar khususnya bidang pendidikan. Tercatat dari 281 desa yang ada, sebanyak 2 desa (0,71%) tidak terdapat fasilitas sekolah baik tingkat SD ataupun MI, yaitu desa Nglarangan Kecamatan Kauman serta Desa Krisik Kecamatan Pudak. Adapun keberadaan sekolah lanjutan pertama baik SMP maupun MTs tercatat di 113 desa, atau sekitar 40,21%. Untuk lebih detail penyebaran fasilitas pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dari Tabel 4.2. terlihat terdapat 1 desa yang tidak terdapat fasilitas pendidikan baik SD/MI mauapun SMP/MTs yaitu Desa Nglarangan Kecamatan Kauman. Disamping itu terdapat 1 desa yang tidak tersedia fasilitas SD/MI tetapi tersedia SMP/MTs yaitu Desa Krisik Kecamatan Pudak. Adapun jumlah desa
32
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
yang hanya tersedia fasilitas SD/MI saja sekitar 167 desa, serta desa yang tersedia fasilitas SD/MI dan SMP/MTS sejumlah 112 desa. Hal ini secara umum menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan sudah cukup merata diantara desa yang ada. Minimal terdapat satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar kecuali pada 2 desa tersebut di atas, bahkan salah satunya masih tersedia sekolah jenjang pendidikan lanjutan pertama.
Tabel 4.2. Penyebaran Fasilitas Pendidikan Tingkat Dasar dan Lanjutan Pertama SD/MI Keberadaan Fasilitas Pendidikan 0. Tidak Ada
1. Ada
0. Tidak Ada
1
167
1. Ada
1
112
SMP/MTs
Dibidang kesehatan tercatat dari 281 desa yang menjadi obyek penelitian ternyata semua desa telah memiliki posyandu. Kondisi ini tetntu cukup mengembirakan dimana semua balita yang nota bene merupakan generasi penerus bangsa, minimal mendapatkan pelayanan pantauan kesehatan khususnya peningkatan berat badan secara teratur setiap bulan. Diharapkan apabila terjadi pertumbuhan balita yang kurang baik akan segera terdeteksi, karena dengan penimbangan rutin disertai pemberian makanan tambahan untuk balita di posyandu maka akan terdeteksi bila seorang balita tidak mengalami penambahan berat badan setiap bulannya. Sehingga angka gizi buruk yang mungkin dialami oleh balita khususnya di wilayah pedesaan akan dapat ditekan serendah mungkin, yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
33
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Keberadaan sarana kesehatan berupa puskesmas / pustu maupun balai pengobatan / poliklinik
sudah cukup memadai. Puskesmas maupun pustu
dengan layanan rawat inap maupun rawat jalan telah tersebar di 80 desa (28,47%), sedangkan keberadaan
balai pengobatan / poliklinik tersebar di 8
desa saja. Penyebaran puskesmas / pustu dan balai pengobatan / poliklinik secara lengkap disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel. 4.3. Penyebaran Puskesmas / pustu dan Balai pengobatan / Poliklinik Balai Pengobatan / Poliklinik Keberadaan Fasilitas Kesehatan 0. Tidak Ada 0. Tidak Ada
1. Ada
197
4
76
4
Puskesmas / Pustu 1. Ada
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat terlihat bahwa terdapat 197 desa yang tidak terdapat fasilitas kesehatan baik berupa puskesmas / pustu maupun balai pengobatan / poliklinik. Sedangkan 76 desa tercatat keberadaan fasilitas berupa puskesmas / pustu saja serta 4 desa yang hanya terdapat fasilitas balai pengobatan. Adapun Desa Slahung Kecamatan Slahung, Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Sukosari Kecamatan Babadan serta Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo tercatat sebagai desa yang memiliki ketersediaan fasilitas balai pengobatan / poliklinik maupun puskesmas / pustu. Keberadaan polindes / poskesdes belum menyentuh pada semua desa, tercatat masih terdapat sekitar 11,39% atau 32 desa yang belum memiliki fasilitas poskesdes / polindes. Namun demikian dari ke 32 desa tersebut sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa puskesmas / pustu, sehingga pelayanan dasar khusunya terhadap kesehatan ibu hamil sudah cukup baik. Bahkan
34
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
terdapat 48 desa yang tersedia fasilitas baik puskesmas / pustu maupun polindes / poskesdes secara bersama. Disamping ketersediaan sarana kesehatan dasar, penyebaran tenaga medis juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya. Tanpa adanya ketersediaan tenaga medis yang mencukupi maka ketersediaan fasilitas kesehatan tidak akan memberikan manfaat yang maksimal. Keberadaan tenaga bidan di desa (BDD) sudah hampir merata disemua desa, dimana hanya terdapat 3 desa yang tidak memiliki BDD yaitu Desa Bulak Kecamatan Balong, Desa Jrakah Kecamatan Sambit serta Desa Babadan Kecamatan Babadan. Keberadaan tempat praktek dokter terdapat di 36 desa, sedangkan keberadaan praktek bidan terdapat di 222 desa. Kombinasi tempat praktek bidan dan tempat praktek dokter tercatat sebanyak 55 desa yang tidak dijumpai tempat praktek dokter maupun bidan. Selain itu terdapat 190 desa yang terdapat praktek bidan namun tidak terdapat praktek dokter serta 4 desa yang terdapat praktek dokter namun tidak terdapat praktek bidan yaitu Desa Sambilawang dan Desa Padas di Kecamatan Bungal, Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan serta Desa Sukosari Kecamatan Babadan. Secara umum beberapa desa tercatat memiliki fasilitas pelayanan dasar yang sangat baik diantaranya Desa Slahung Kecamatan Slahung, Desa Kauman Kecamatan Kauman, Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Ngrupit Kecamatan Jenangan, Desa Ngunut dan Desa Sukosari Kecamatan Babadan, Desa Ngasinan Kecamatan Jetis, Desa Bungkal Kecamatan Bungkal serta Desa Pulung dan Desa Kesugihan Kecamatan Pulung. Kesepuluh desa tersebut memiliki indek komponen pelayanan dasar di atas 88,00. Desa – desa yang mempunyai skor pelayanan dasar tertinggi secara lengkap disajikan pada Tabel 4.4.
35
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Praktek Dokter
Praktek Bidan
1
1
1
1
1
1
1
1
1 100,00
2 KAUMAN
KAUMAN
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
3 BALONG
BALONG
1
1
1
1
0
1
1
1
1
88,89
4 JENANGAN
NGRUPIT
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
5 BABADAN
NGUNUT
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
6 JETIS
NGASINAN
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
7 BABADAN
SUKOSARI
1
1
1
1
1
0
1
1
1
88,89
8 BUNGKAL
BUNGKAL
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
9 PULUNG
PULUNG
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
KESUGIHAN
1
1
1
0
1
1
1
1
1
88,89
10 PULUNG
4.1.2
DESA
Bidan di Desa
Puskesmas/pustu
SLAHUNG
KECAMATAN
Posyandu
SMP / MTs
1 SLAHUNG
No
Poskesdes /Polindes
SD / MI
Balai Pengobatan / Poliklinik
SCORING
INDEKS KOMPONEN PELAYANAN DASAR
Tabel 4.4. Desa dengan Indeks Komponen Pelayanan Dasar Tertinggi
Komponen Infrastuktur dan Geografis Pada komponen infrastruktur dan geografis terdapat beberapa hal yang
cukup menarik untuk diamati diantaranya dari 281 desa yang ada masih terdapat 31 desa yang jenis permukaan jalan terluas bukan aspal / beton, serta masih ada dua desa yang pada saat tertentu khususnya ketika turun hujan kendaraan roda empat atau lebih tidak dapat melintasinya yaitu Desa Dayakan Kecamatan Badegan dan Desa Munggu Kecamatan Bungkal. Fasilitas penerangan jalan utama desa juga mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan aksesibilitas wilayah, dengan penerangan jalan
36
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
utama desa yang memadai diharapkan para tingkat keselamatan pengguna jalan khususnya dimalam hari semakin meningkat yang pada akhirnya akan memperlancar arus lalulintas dari dan ke desa tersebut. Masih terdapat sekitar 12 desa yang belum memiliki penerangan jalan utama desa atau sekitar 4,27 persen yang berada di Kecamatan Ngrayun sebanyak tujuh desa, Kecamatan Balong sebanyak 3 desa, Desa Jrakah Kecamatan Sambit, serta Desa Tumpuk Kecamatan Sawoo.
Tabel 4.5. Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa Permukaan Jalan Terluas Aspal/Beton Keberadaan Infrastruktur Jalan 0. Tidak Penerangan Jalan Utama Desa
1. Tidak 2. Ada
1. Ya
7
5
24
245
Poros jalan utama yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Kabupaten Ponorogo dengan kabupaten tetangga melewati 49 desa. Kesemua desa yang dilewati poros jalan utama sudah memiliki penerangan jalan utama desa. Sedangkan 232 desa yang tidak dilalui poros jalan utama tercatat sebanyak 220 desa memiliki penerangan jalan utama desa, sedangkan sisanya 12 desa belum memiliki penerangan jalan utama desa. Keberadaan infrastruktur ekonomi pertanian tercatat sebanyak 84 desa atau sekitar 29,89 persen dari jumlah desa yang memiliki pasar baik berupa pasar permanen, semi permanen maupun pasar tanpa bangunan seperti pasar krempyeng. Disamping itu fasilitas yang menjual sarana produksi pertanian baik yang dikelola KUD ataupun non-KUD dapat dijumpai di 203 desa yang berarti mencakup sekitar 72,24 persen dari jumlah desa. Dengan kondisi ini diharapkan masyarakat khususnya petani yang merupakan penyokong perekonomian
37
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
terbesar di Kabupaten Ponorogo dimana share sektor pertanian terhadap PDRB Tahun 2013 sebesar 32,48 persen, dapat menjalankan proses produksinya dengan lancar. Dengan adanya ketersediaan bahan dan alat produksi sudah sampai ke level desa maka perekonomian akan tumbuh lebih cepat didaerah tersebut karena proses produksi dapat segera dilakukan.
Tabel 4.6. Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian Keberadaan Infrastruktur Ekonomi Pertanian Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian
Pasar 0. Tidak
0. Tidak 1. Ada
1. Ada
59
19
138
65
Daya dukung geografis wilayah desa di Kabupaten Ponorogo secara umum cukup baik. Tercatat sebanyak 206 desa atau sekitar 73,31 persen desa memiliki topografi desa sebagian besar berupa dataran. Sisanya sebanyak 75 desa memiliki topografi sebagian besar wilayah desa berupa lereng / puncak ataupun lembah. Adapun ketinggian rata-rata desa yang dalam hal ini diambil pada satu titik dimana kantor desa berada menyiratkan bahwa terdapat sekitar 80 desa yang memiliki ketinggian kantor desa di atas 200 meter di atas permukaan laut. Ini berarti kondisi sebagian besar desa berupa dataran rendah yang landai.
Tabel 4.7. Kondisi Topografi dan Altitude Desa Sebagian Besar Topografi Berupa Dataran Kondisi Geografis Desa 0. Tidak Ketinggian Kantor Desa < 200 mdpl
1. Ya
0. Tidak
64
16
1. Ya
11
190
38
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Secara umum beberapa desa terdeteksi memiliki fasilitas yang lengkap dalam komponen infrastruktur dan geografis dalam baik dari sisi infrastruktur jalan, infrastruktur ekonomi pertanian maupun dukungan geografis wilayah. Desa Madusari Kecamatan Siman, Desa Kapuran Kecamatan Badegan, Desa Nailan dan Jebeng Kecamatan Slahung, Desa Ploso Jenar Kecamatan Kauman, serta Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo memiliki kelengkapan fasilitas baik dari sisi ifrastuktur jalan, infrastruktur ekonomi pertanian maupun dukungan geografis wilayah. Pada keenam desa tersebut tercatat memiliki permukaan jalan terluas berupa aspal/beton, dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun, dilalui poros jalan utama, serta terdapat fasilitas pasar maupun kios sarana produksi. Disamping itu dukungan geografis wilayah cukup baik yaitu sebagian besar topografi desa berupa dataran, ketinggian desa dalam hal ini diwakili oleh ketinggian kantor desa kurang dari 200 meter di atas permukaan air laut, letak wilayah desa berada di luar hutan serta tidak ada kejadian bencana selama tiga tahun terakhir. Hasil scoring keenam desa tersebut untuk komponen infrastruktur dan geografis secara lengkap disajikan pada Tabel 4.8. Disamping ke enam desa tersebut di atas, terdapat 3 desa yang memiliki skoring tertinggi untuk komponen infrastruktur. Ke tiga desa tersebut memiliki kelengkapan fasilitas infrastruktur baik jalan maupun ekonomi pertanian, namun daya dukung geografis tidak sebagus ke enam desa yang mempunyai nilai indeks komponen infrastruktur dan geografis tertinggi tersebut. Daya dukung geografis yang dimaksud disini meliputi topografi wilayah, keberadaan wilayah di sekitar hutan, ketinggian wilayah desa serta kejadian bencana alam. Ketiga desa tersebut adala Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Somoroto Kecamatan Kauman serta Desa Badegan Kecamatan Badegan.
39
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Tabel 4.8. Desa dengan Indeks Komponen Infrastruktur Tertinggi
GEOGRAFIS
Altitude < 200mdpl
Diluar Wil. Hutan
Bencana Alam
1 SIMAN
MADUSARI
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
2 BADEGAN
KAPURAN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
3 SLAHUNG
NAILAN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
4 KAUMAN
PLOSOJENAR
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
5 SLAHUNG
JEBENG
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,00
No
KECAMATAN
DESA
6 SUKOREJO GANDUKEPUH
4.1.3
Keberadaan Pasar
Topografi Dataran
Keberadaan Kios Sarana Produksi Pertanian
Permukaan Jalan Terluas Aspal/beton Dapat Dilalui R4 Sepanjang Tahun Dilalui Poros Jalan Utama Penerangan Jalan Utama Desa
INFRASTRUKTUR
INDEKS KOMPONEN INFRASTRUKTUR & GEOGRAFIS
SCORING
Komponen Transportasi Komponen transportasi merupakan gambaran aksesibilitas desa ditinjau
dari ketersediaan angkutan umum untuk mencapai suatu wilayah. Semakin mudah, murah, tersedia setiap saat dan waktu tempuh yang pendek akan menggambarkan
semakin
terbukanya
aksesibilitas
suatu
wilayah.
Pada
umumnya keberadaan angkutan umum malam hari masih jarang di temui, biasanya hanya pada jalan poros utama saja di jumpai operasional angkutan umum yang beroperasi siang dan malam hari. Berdasarkan data tercatat dari 281 desa yang ada ternyata hanya 31 desa atau sekitar 11 persen desa yang dilalui angkutan umum dengan operasional angkutan siang dan malam hari. Bila diperluas kategori operasional
40
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
angkutan umum menjadi ketersediaan angkutan umum setiap hari ternyata terdapat 121 desa atau sekitar 43,1 persen desa yang dilalui angkutan umum setiap hari. Sehingga dapat dikatakan meskipun hampir separo desa terjangkau pelayanan angkutan umum setiap hari, namun keberadaan angkutan tersebut umumnya hanya melayani trayek pada siang hari. Berdasarkan kategori angkutan umum dengan trayek tetap, tercatat sebanyak 133 desa atau sekitar 47,3 persen desa dilalui angkutan umum dengan trayek tetap. Dari 133 desa yang dilalui angkutan umum trayek tetap sebanyak 107 desa hanya beroperasi di siang hari saja, serta sisanya 26 desa beroperasi siang dan malam hari. Sedangkan bila dilihat dari operasional angkutan setiap hari, terdapat
103 desa yang dilalui angkutan umum bertrayek tetap yang
beroperasi setiap hari, sedangkan 30 desa lainnya angkutan umum bertrayek tetap tidak beroperasi setiap hari. Kebiasaan masyarakat menggunakan angkutan umum untuk mencapai ibukota kabupaten hanya tercatat di 58 desa atau sekitar 20,6 persen dari desa yang ada, hal ini dimungkinkan karena waktu tempuh menggunakan angkutan umum yang relatif lama juga keterbatasan ketersediaan angkutan umum serta menjamurnya kepemilikan sepeda motor. Berdasarkan data yang ada ternyata sebagian besar desa (54,4 persen) memiliki waktu tempuh dari desa ke ibukota kabupaten lebih dari 30 menit. Desa Wonoketro, Winong, Josari dan Turi di Kecamatan Jetis tercatat sebagai desa-desa yang mempunyai skor tinggi di komponen transportasi. Hal ini selain didukung oleh jalur jalan poros utama yang notabene banyak tersedia angkutan umum, juga jarak ke ibukota kabupaten relatif tidak begitu jauh. Secara lengkap pada Tabel 4.9 disajikan beberapa desa yang mempunyai skor cukup menonjol di komponen transportasi.
41
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Tabel 4.9. Desa dengan Indeks Komponen Transportasi Tertinggi
Angkutan Umum Trayek Tetap
Operasional Angkutan Umum Setiap Hari
Operasional Angkutan Umum Siang dan Malam
Jarak tempuh Ke Ibukota Kabupaten
Waktu Tempuh Ke Ibukota Kabupaten
Angkutan Umum Biasa Digunakan Masyarakat
Biaya Transport Ke Ibukota Kabupaten
INDEKS KOMPONEN TRANSPORTASI
SCORING
1
JETIS
WONOKETRO
1
1
1
1
1
1
1
100,00
2
JETIS
WINONG
1
1
1
1
1
1
1
100,00
3
JETIS
JOSARI
1
1
1
1
1
1
1
100,00
4
JETIS
TURI
1
1
1
1
1
1
1
100,00
5
SIMAN
MADUSARI
1
1
1
1
1
0
1
85,71
6
SIMAN
BETON
1
1
1
1
1
0
1
85,71
7
JENANGAN NGRUPIT
1
1
1
1
1
0
1
85,71
8
KAUMAN
KAUMAN
1
1
0
1
1
1
1
85,71
9
BALONG
NGAMPEL
1
1
0
1
1
1
1
85,71
10
SLAHUNG
NAILAN
1
1
1
0
1
1
1
85,71
11
BALONG
BALONG
1
1
1
0
1
1
1
85,71
12
SLAHUNG
MENGGARE
1
1
1
0
1
1
1
85,71
13
SLAHUNG
SLAHUNG
1
1
1
0
1
1
1
85,71
14
SLAHUNG
BROTO
1
1
1
0
1
1
1
85,71
KECAMATAN
No
4.1.4
DESA
Komponen Komunikasi Sarana komunikasi yang saat ini berkembang cukup pesat dan telah
menjadi kebutuhan hidup bagi sebagian besar penduduk adalah telepon seluler atau handphone. Tak terkecuali di masyarakat pedesaan, teknologi ini sudah menjadi lumrah dikalangan masyarakat umum, disamping harga perangkat atau
42
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
gadget yang relatif terjangkau juga keberadaan sinyal handphone yang cukup kuat sudah menjangkau hampir semua desa yang ada (82,6). Tercatat tinggal 46 desa yang belum mendapatkan sinyal telepon seluler dengan baik, mayoritas berada di Kecamatan Ngrayun, Pudak dan Ngebel yang memiliki topografi berupa pegunungan. Bahkan pada lima kecamatan yang relatif dekat dengan ibukota kabupaten semua desa memiliki sinyal telepon seluler yang kuat. Pada kecamatan lainnya hanya terdapat beberapa desa yang masih memiliki sinyal telepon seluler yang lemah. Penggunaan telepon seluler yang luas dimasyarakat juga diikuti oleh akses internet meskipun tidak se pesat pengguna telepon seluler. Separo desa yang ada (140 dari 281 desa) telah menikmati keberadaan akses internet dikantor kepala desa maupun dari warung internet yang ada di wilayahnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan informasi pada masyarakat pedesaan sudah tidak dapat dibendung lagi. Disamping melalui internet akses informasi masyarakat pedesaan juga dapat dilihat dari penerimaan siaran televisi baik lokal, nasional maupun manca negara tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel. Tercatat tinggal 12 desa yang masih kurang bagus dalam penangkapan siaran televisi tanpa bantuan antena parabola maupun TV kabel. Keberadaan jaringan telepon kabel yang ditandai dengan adanya rumah tangga yang berlangganan telepon kabel terdapat pada 151 desa. Meskipun baru 53,7 persen jangkauan telepon kabel namun manfaatnya cukup dirasakan masyarakat dalam berkomunikasi. Meskipun beberapa tahun terakhir fungsinya tergeser oleh penggunaan telepon seluler namun penggunaan telepon kabel dalam beberapa waktu kedepan masih tetap eksis. Apalagi pada saat ini operator telepon kabel sudah mengintegrasikan penggunaan jaringan telepon kabel dengan jaringan internet yang semakin hari semakin banyak penggunanya. 43
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Beberapa desa tercatat mempunyai skor komunikasi yang kurang baik umumnya disebabkan oleh kondisi topografi wilayah yang mayoritas berupa pegunungan serta berada di sekitar hutan. Desa yang memiliki keterbatasan fasilitas komponen komunikasi diantaranya Desa Sendang dan Wonodadi di Kecamatan Ngrayun, Desa Senepo dan Tugurejo di Kecamatan Slahung, Desa Jrakah di Kecamatan Sambit serta Desa Pupus di Kecamatan Ngebel. Adapun desa-desa yang tercatat memiliki nilai skoring komponen komunikasi tertinggi atau dengan kata lain memiliki akses komunikasi yang baik dari segi akses telepon kabel, telepon seluler, internet maupun siaran televisi tercatat sebanyak 78 desa yang menyebar seluruh kecamatan serta berada pada ibukota kecamatan dan sekitarnya.
4.2
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS Berdasarkan hasil penghitungan indeks kesulitan geografi desa, maka
Desa Jrakah di Kecamatan Sambit tercatat sebagai desa dengan indeks tertinggi dengan nilai 84,17. Hal ini mengindikasikan bahwa Desa Jrakah merupakan wilayah desa yang paling sulit jangkauan wilayah geografisnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa dimensi kesulitan wilayah geografis merupakan
penggabungan
komponen
ketersediaan
pelayanan
dasar,
ketersediaan infrastruktur wilayah, geografis, transportasi dan komunikasi. Beberapa desa yang tercatat memiliki IKG cukup tinggi diantaranya Desa Pupus di Kecamatan Ngebel dengan IKG sebesar 78,61 dengan sumbangan utama pada komponen kesulitan transportasi dan komunikasi serta ketersediaan pelayanan dasar yang baru mencapai 30 persen. Desa Sendang Kecamatan Ngrayun dengan IKG sebesar 77,26 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana komunikasi serta ketersediaan infrastruktur dan transportasi 44
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
masih cukup rendah yaitu dikisaran 15 persen. Desa Senepo Kecamatan Slahung dengan IKG sebesar 75,04 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana komunikasi serta ketersediaan infrastruktur dan transportasi masih cukup rendah yaitu dikisaran 30 persen. Desa Talun Kecamatan Ngebel dan Desa Wates Kecamatan Jenangan dengan IKG sebesar 74,86 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana transportasi serta ketersediaan infrastruktur komunikasi masih cukup rendah yaitu dikisaran 25 persen. Enam desa yang mempunyai IKG tertinggi disajika secara lengkap pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis tertinggi INDEKS
NO
KECAMATAN
KOMPONEN DESA Pelaya -nan Dasar
Infrastruktur
Transportasi
Komunikasi
IKW
IKG
1.
SAMBIT
JRAKAH
33,33
30,00
0,00
0,00
15,83
84,17
2.
NGEBEL
PUPUS
55,56
30,00
0,00
0,00
21,39
78,61
3.
NGRAYUN
SENDANG
66,67
10,00
14,29
0,00
22,74
77,26
4.
SLAHUNG
SENEPO
55,56
30,00
14,29
0,00
24,96
75,04
5.
NGEBEL
TALUN
55,56
20,00
0,00
25,00
25,14
74,86
6.
JENANGAN
WATES
55,56
20,00
0,00
25,00
25,14
74,86
Untuk memudahkan dalam analisis maka nilai IKG dikelompokkan ke dalam empat kelompok dengan pembagian kelompok berdasarkan pada range IKG tersebut. Pengelompokan ini digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan besarnya IKG yang cukup variatif
45
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
antar desa, sehingga pada range IKG tertentu akan diperlakukan sama untuk setiap desa. Untuk batas kelompok berdasarkan metode tersebut didapatkan pengelompokan sebagai berikut : a. Kelompok 1 dengan nilai : IKG ≤ 26,00 b. Kelompok 2 dengan nilai : 26,00 < IKG ≤ 44,00 c. Kelompok 3 dengan nilai : 44,00 < IKG ≤ 62,00 d. Kelompok 4 dengan nilai : IKG > 62,00
Untuk desa-desa yang masuk kelompok 1 merupakan desa-desa yang relatif kecil tingkat kesulitan geografisnya, sedangkan desa-desa yang masuk kedalam kelompok 4 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis tertinggi. Adapun kelompok 2 dan 3 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis medium, cenderung sulit untuk kelompok 3 dan cenderung mudah untuk kelompok 2.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi IKG berdasar kelompok PERSEN
PERSEN KUMULATIF
45
16.0
16.0
2 : 26,00 < IKG ≤ 44,00
120
42.7
58.7
3 : 44,00 < IKG ≤ 62,00
91
32.4
91.1
4 : IKG > 62,00
25
8.9
100.0
KELOMPOK 1 : IKG ≤ 26,00
FREKUENSI
Berdasarkan hasil pengolahan data IKG yang ada didapatkan distribusi frekuensi untuk masing-masing kelompok seperti pada Tabel 4.11. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa terdapat 45 desa atau sekitar 16 persen yang masuk
46
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
dalam kategori kelompok 1. Sedangkan yang masuk ke dalam kelompok 2 yang merupakan kelompok dengan jumlah terbesar meliputi 120 desa atau sekitar 42,7 persen, kelompok 3 sebanyak 91 desa atau sekitar 32,4 persen. Adapun kelompok yang paling perlu mendapatkan perhatian lebih karena tingkat kesulitan geografis yaitu pada kelompok 4 yang juga merupakan kelompok dengan jumlah paling sedikit
yaitu 25 desa atau sekitar 8,9 persen. Pada
kelompok ini umumnya berada pada daerah dataran tinggi seperti sebagian wilayah Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel dan Sawoo. Namun demikian beberapa kecamatan seperti Jenangan, Sambit, Badegan, Pulung, Slahung, Sampung dan Bungkal memiliki antara satu sampai dua desa yang masuk dalam kategori ini, yang umumnya pada desa tersebut memiliki topografi wilayah yang cukup tinggi. Berdasarkan visualisasi gambar 4.1 terlihat bahwa desa yang masuk kedalam kategori kelompok 4 umumnya merupakan desa yang berada di perbatasan serta semakin jauh dari pusat pemerintahan yang digambarkan dengan simbol berwarna merah. Adapun kelurahan yang dberikan simbol warna putih nampak mengumpul di sekitar pusat pemerintahan. Adapun kelompok 2 dan kelompok 3 berada di pinggiran dari wilayah Kabupaten Ponorogo. Sedangkan kelompok 1 yang paling baik dalam aksesibilitas umumnya berada di sekitar ibukota kabupaten. Berdasarkan gambaran dan paparan di atas maka nampak secara jelas bahwa kondisi geografis wilayah yang umumnya berupa daerah lereng atau bukit dan di dukung jarak ke ibukota kabupaten yang semakin jauh, bahkan mungkin akses ke ibukota kecamatan pun memerlukan perjuangan yang tidak ringan serta ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang kurang memadai menjadi penyebab utama desa-desa pada wilayah perbatasan umumnya masuk ke dalam kelompok 4. 47
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
Gambar 4.1. Peta Sebaran IKG Desa Menurut Kelompok
Kabupaten Magetan
Kabupaten Wonogiri Prov. Jateng
Kabupaten Madiun
Kabupaten Trenggalek
Kabupaten Pacitan
Sumber : Peta Wilayah Kerja BPS, 2012
48
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN Indeks Kesulitan Geografis yang menggambarkan tingkat aksesibilitas
dan ketersediaan infrastruktur serta pelayanan dasar
di tingkat desa di
Kabupaten Ponorogo tahun 2014 dalam hal ini untuk 281 wilayah dengan status desa berkisar antara 8,85 sampai 84,17. Indeks terkecil adalah Desa Kauman Kecamatan Kauman serta Desa Balong Kecamatan Balong dengan nilai indek kesulitan geografis yang sama yaitu sebesar 8,85 diikuti Desa Slahung Kecamatan Slahung dengan nilai indeks sebesar 11,07. Ketiga desa tersebut merupakan desa yang dianggap “lebih maju” dibandingkan desa-desa yang lain di wilayah Kabupaten Ponorogo. Sedangkan angka Indeks terbesar adalah Desa Jrakah Kecamatan Sambit yang merupakan desa baru hasil pemekaran wilayah dari Desa Gajah Kecamatan Sambit dengan nilai indek kesulitan geografis sebesar 84,17. Desa Jrakah selama ini dikenal sebagai wilayah yang cukup sulit dijangkau selain topografi dataran tinggi juga wilayahnya dikelilingi hutan. Berikutnya Desa Pupus Kecamatan Ngebel dengan nilai indeks sebesar 78,61 serta Desa Sendang Kecamatan Ngrayun dengan nilai indeks sebesar 77,26 dimana kedua desa tersebut juga merupakan daerah topografi tinggi serta berada disekitar wilayah hutan. Ketiga desa tersebut tercatat berada wilayah terluar Kabupaten Ponorogo yang umumnya dianggap “terpencil” dibandingkan desa-desa yang lain di wilayah Kabupaten Ponorogo.
49
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
5.2
SARAN Berdasarkan hasil penghitungan Indeks Kesulitan Geografis Desa yang
sudah dilakukan di atas seyogyanya dalam setiap kegiatan pelaksanaan program pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur kewilayahan di berikan bobot yang berbeda diantara desa-desa yang ada. Pembobotan ini diberikan karena titik start desa dalam kegiatan tersebut berbeda. Misalkan Desa Kauman Kecamatan Kauman serta Desa Jrakah Kecamatan Sambit tentunya harus diberikan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan analogi bahwa Desa Kauman start di line up pertama sedangkan Desa Jrakah start di line up terakhir, rasanya kurang fair kalau diberikan perlakuan yang sama, yang pada akhirnya Desa Jrakah akan selalu lebih tertinggal dibandingka Desa Kauman. Dengan pembedaan perlakuan yang tentunya dengan memberikan perhatian lebih serta prioritas ke desa yang mempunyai Indeks Kesulitan Geografis tinggi diharapkan semua desa pada akhirnya akan mencapai garis finis secara bersama. Kondisi ini yang tentunya sangat diharapkan masyarakat yaitu terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya di Kabupaten Ponorogo.
50
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
LAMPIRAN
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 1. IKG Desa di Kecamatan Jenangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
201.001 MRICAN
66,67
60,00
71,43
100,00
74,52
25,48
1
201.002 PLALANGAN
55,56
80,00
71,43
100,00
76,75
23,25
1
201.003 NGLAYANG
66,67
60,00
42,86
75,00
61,13
38,87
2
201.004 JENANGAN
77,78
70,00
42,86
100,00
72,66
27,34
2
201.005 JIMBE
66,67
50,00
57,14
100,00
68,45
31,55
2
201.006 NGRUPIT
88,89
80,00
85,71
100,00
88,65
11,35
1
201.007 PINTU
66,67
80,00
57,14
75,00
69,70
30,30
2
201.008 SEDAH
66,67
80,00
42,86
75,00
66,13
33,87
2
201.009 PANJENG
66,67
80,00
14,29
75,00
58,99
41,01
2
201.010 SRATEN
55,56
80,00
28,57
50,00
53,53
46,47
3
201.011 SEMANDING
77,78
60,00
28,57
75,00
60,34
39,66
2
201.012 TANJUNG SARI
55,56
70,00
42,86
100,00
67,10
32,90
2
201.013 PARINGAN
77,78
50,00
42,86
50,00
55,16
44,84
3
201.014 WATES
55,56
20,00
0,00
25,00
25,14
74,86
4
201.015 KEMIRI
55,56
50,00
28,57
50,00
46,03
53,97
3
INDEKS KOMPONEN
51
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 2. IKG Desa di Kecamatan Ngrayun
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
202.001 BAOSANKIDUL
77,78
40,00
42,86
25,00
46,41
53,59
3
202.002 WONODADI
77,78
20,00
42,86
0,00
35,16
64,84
4
202.003 SENDANG
66,67
10,00
14,29
0,00
22,74
77,26
4
202.004 MRAYAN
77,78
30,00
42,86
25,00
43,91
56,09
3
202.005 BINADE
66,67
40,00
0,00
25,00
32,92
67,08
4
202.006 BAOSANLOR
77,78
40,00
42,86
100,00
65,16
34,84
2
202.007 NGRAYUN
77,78
50,00
42,86
75,00
61,41
38,59
2
202.008 TEMON
77,78
30,00
42,86
75,00
56,41
43,59
2
202.009 SELUR
66,67
40,00
42,86
25,00
43,63
56,37
3
202.010 CEPOKO
66,67
50,00
14,29
25,00
38,99
61,01
3
202.011 GEDANGAN
77,78
10,00
0,00
25,00
28,19
71,81
4
INDEKS KOMPONEN
52
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 3. IKG Desa di Kecamatan Babadan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
203.001 CEKOK
55,56
80,00
57,14
100,00
73,17
26,83
2
203.002 JAPAN
66,67
70,00
42,86
100,00
69,88
30,12
2
203.003 GUPOLO
44,44
80,00
42,86
100,00
66,83
33,17
2
203.004 POLOREJO
66,67
80,00
42,86
100,00
72,38
27,62
2
203.005 BARENG
44,44
80,00
28,57
100,00
63,25
36,75
2
203.006 NGUNUT
88,89
80,00
42,86
100,00
77,94
22,06
1
203.007 SUKOSARI
88,89
90,00
28,57
100,00
76,87
23,13
1
203.008 LEMBAH
55,56
80,00
28,57
100,00
66,03
33,97
2
203.009 PONDOK
66,67
90,00
28,57
100,00
71,31
28,69
2
203.010 BABADAN
55,56
90,00
42,86
100,00
72,10
27,90
2
203.011 PURWOSARI
66,67
90,00
28,57
100,00
71,31
28,69
2
203.012 TRISONO
55,56
80,00
0,00
100,00
58,89
41,11
2
INDEKS KOMPONEN
53
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 4. IKG Desa di Kecamatan Jetis
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
204.001 NGASINAN
88,89
90,00
57,14
75,00
77,76
22,24
1
204.002 KUTUKULON
55,56
90,00
71,43
100,00
79,25
20,75
1
204.003 KUTUWETAN
44,44
90,00
71,43
50,00
63,97
36,03
2
204.004 KRADENAN
44,44
80,00
14,29
75,00
53,43
46,57
3
204.005 MOJOMATI
44,44
80,00
28,57
50,00
50,75
49,25
3
204.006 COPER
66,67
90,00
28,57
100,00
71,31
28,69
2
204.007 MOJOREJO
44,44
90,00
0,00
50,00
46,11
53,89
3
204.008 KARANGGEBANG
55,56
70,00
14,29
75,00
53,71
46,29
3
204.009 JETIS
55,56
90,00
57,14
100,00
75,67
24,33
1
204.010 TEGALSARI
66,67
80,00
57,14
75,00
69,70
30,30
2
204.011 WONOKETRO
66,67
90,00
100,00
75,00
82,92
17,08
1
204.012 JOSARI
55,56
80,00
100,00
75,00
77,64
22,36
1
204.013 TURI
66,67
80,00
100,00
75,00
80,42
19,58
1
204.014 WINONG
44,44
90,00
100,00
75,00
77,36
22,64
1
INDEKS KOMPONEN
54
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 5. IKG Desa di Kecamatan Mlarak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
205.001 TUGU
55,56
90,00
28,57
50,00
56,03
43,97
2
205.002 CANDI
55,56
60,00
28,57
50,00
48,53
51,47
3
205.003 TOTOKAN
55,56
60,00
28,57
50,00
48,53
51,47
3
205.004 NGRUKEM
55,56
80,00
28,57
75,00
59,78
40,22
2
205.005 SIWALAN
55,56
90,00
42,86
100,00
72,10
27,90
2
205.006 JORESAN
66,67
80,00
57,14
100,00
75,95
24,05
1
205.007 NGLUMPANG
77,78
80,00
42,86
100,00
75,16
24,84
1
205.008 GONTOR
66,67
80,00
42,86
100,00
72,38
27,62
2
205.009 GANDU
66,67
80,00
57,14
100,00
75,95
24,05
1
205.010 JABUNG
66,67
80,00
42,86
100,00
72,38
27,62
2
205.011 BAJANG
77,78
80,00
57,14
100,00
78,73
21,27
1
205.012 MLARAK
77,78
80,00
42,86
75,00
68,91
31,09
2
205.013 SERANGAN
55,56
70,00
28,57
75,00
57,28
42,72
2
205.014 SUREN
44,44
60,00
28,57
50,00
45,75
54,25
3
205.015 KAPONAN
55,56
70,00
28,57
75,00
57,28
42,72
2
INDEKS KOMPONEN
55
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 6. IKG Desa di Kecamatan Sawoo
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
50,00
31,39
68,61
4
60,00
42,86
50,00
57,66
42,34
2
55,56
50,00
28,57
50,00
46,03
53,97
3
206.004 TEMPURAN
66,67
40,00
0,00
25,00
32,92
67,08
4
206.005 SRITI
66,67
40,00
14,29
25,00
36,49
63,51
4
206.006 TEMON
66,67
50,00
28,57
25,00
42,56
57,44
3
206.007 SAWOO
66,67
70,00
57,14
100,00
73,45
26,55
2
206.008 PRAYUNGAN
77,78
80,00
57,14
100,00
78,73
21,27
1
206.009 TUGUREJO
55,56
70,00
14,29
100,00
59,96
40,04
2
206.010 GROGOL
66,67
70,00
42,86
75,00
63,63
36,37
2
206.011 KETRO
55,56
70,00
14,29
75,00
53,71
46,29
3
206.012 KORI
55,56
70,00
14,29
50,00
47,46
52,54
3
206.013 BONDRANG
55,56
70,00
0,00
50,00
43,89
56,11
3
206.014 NGINDENG
44,44
60,00
0,00
50,00
38,61
61,39
3
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
206.001 TUMPUK
55,56
20,00
206.002 PANGKAL
77,78
206.003 TUMPAKPELEM
56
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 7. IKG Desa di Kecamatan Balong
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
207.001 PANDAK
55,56
50,00
14,29
50,00
42,46
57,54
3
207.002 BULUKIDUL
55,56
70,00
14,29
50,00
47,46
52,54
3
207.003 BULAK
33,33
70,00
14,29
50,00
41,90
58,10
3
207.004 NGENDUT
44,44
60,00
0,00
50,00
38,61
61,39
3
207.005 KARANGPATIHAN
66,67
60,00
14,29
50,00
47,74
52,26
3
207.006 SUMBEREJO
66,67
70,00
14,29
25,00
43,99
56,01
3
207.007 NGUMPUL
77,78
80,00
14,29
75,00
61,77
38,23
2
207.008 NGRAKET
66,67
90,00
14,29
75,00
61,49
38,51
2
207.009 DADAPAN
55,56
60,00
14,29
50,00
44,96
55,04
3
207.010 SINGKIL
55,56
80,00
57,14
100,00
73,17
26,83
2
207.011 KARANGAN
77,78
80,00
28,57
100,00
71,59
28,41
2
207.012 BAJANG
55,56
70,00
0,00
75,00
50,14
49,86
3
207.013 BALONG
88,89
90,00
85,71
100,00
91,15
8,85
1
207.014 JALEN
66,67
60,00
14,29
100,00
60,24
39,76
2
207.015 KARANGMOJO
55,56
70,00
57,14
100,00
70,67
29,33
2
207.016 SEDARAT
55,56
60,00
14,29
50,00
44,96
55,04
3
207.017 PURWOREJO
55,56
70,00
14,29
50,00
47,46
52,54
3
207.018 TATUNG
44,44
80,00
14,29
75,00
53,43
46,57
3
207.019 MUNENG
44,44
50,00
28,57
75,00
49,50
50,50
3
207.020 NGAMPEL
44,44
70,00
85,71
100,00
75,04
24,96
1
INDEKS KOMPONEN
57
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 8. IKG Desa di Kecamatan Sambit
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
50,00
39,44
60,56
3
60,00
0,00
75,00
53,19
46,81
3
55,56
80,00
0,00
50,00
46,39
53,61
3
208.004 MAGUWAN
55,56
80,00
0,00
75,00
52,64
47,36
3
208.005 NGLEWAN
55,56
70,00
0,00
50,00
43,89
56,11
3
208.006 BEDINGIN
55,56
70,00
0,00
50,00
43,89
56,11
3
208.007 BANCANGAN
55,56
80,00
28,57
75,00
59,78
40,22
2
208.008 CAMPUREJO
66,67
80,00
42,86
75,00
66,13
33,87
2
208.009 CAMPURSARI
77,78
80,00
57,14
100,00
78,73
21,27
1
208.010 BULU
66,67
90,00
28,57
100,00
71,31
28,69
2
208.011 SAMBIT
66,67
90,00
42,86
100,00
74,88
25,12
1
208.012 BESUKI
55,56
80,00
28,57
100,00
66,03
33,97
2
208.013 WILANGAN
66,67
70,00
0,00
75,00
52,92
47,08
3
208.014 BANGSALAN
55,56
80,00
0,00
75,00
52,64
47,36
3
208.015 KEMUNING
55,56
80,00
0,00
50,00
46,39
53,61
3
208.016 JRAKAH
33,33
30,00
0,00
0,00
15,83
84,17
4
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
208.001 GAJAH
77,78
30,00
208.002 WRINGINANOM
77,78
208.003 NGADISANAN
58
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 9. IKG Desa di Kecamatan Kauman
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
209.001 TEGALOMBO
66,67
90,00
28,57
75,00
65,06
34,94
2
209.002 NONGKODONO
66,67
90,00
42,86
100,00
74,88
25,12
1
209.003 SUKOSARI
55,56
80,00
0,00
50,00
46,39
53,61
3
209.004 NGRANDU
66,67
80,00
28,57
75,00
62,56
37,44
2
209.005 NGLARANGAN
44,44
80,00
42,86
75,00
60,58
39,42
2
209.006 BRINGIN
66,67
80,00
57,14
100,00
75,95
24,05
1
209.007 PENGKOL
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
209.008 GABEL
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
209.009 CILUK
55,56
80,00
0,00
50,00
46,39
53,61
3
209.010 SEMANDING
66,67
70,00
14,29
100,00
62,74
37,26
2
209.011 TOSANAN
66,67
80,00
28,57
75,00
62,56
37,44
2
209.012 MARON
55,56
90,00
42,86
75,00
65,85
34,15
2
209.013 SOMOROTO
77,78
90,00
57,14
100,00
81,23
18,77
1
209.014 PLOSOJENAR
55,56
100,00
71,43
100,00
81,75
18,25
1
209.015 CARAT
66,67
90,00
71,43
100,00
82,02
17,98
1
209.016 KAUMAN
88,89
90,00
85,71
100,00
91,15
8,85
1
INDEKS KOMPONEN
59
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 10. IKG Desa di Kecamatan Ngebel
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
210.001 NGROGUNG
77,78
30,00
28,57
75,00
52,84
47,16
3
210.002 SAHANG
44,44
30,00
28,57
25,00
32,00
68,00
4
210.003 WAGIRLOR
55,56
50,00
28,57
50,00
46,03
53,97
3
210.004 TALUN
55,56
20,00
0,00
25,00
25,14
74,86
4
210.005 GONDOWIDO
55,56
30,00
0,00
75,00
40,14
59,86
3
210.006 PUPUS
55,56
30,00
0,00
0,00
21,39
78,61
4
210.007 NGEBEL
66,67
40,00
28,57
50,00
46,31
53,69
3
210.008 SEMPU
44,44
40,00
28,57
25,00
34,50
65,50
4
INDEKS KOMPONEN
60
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 11. IKG Desa di Kecamatan Sooko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
211.001 NGADIROJO
66,67
40,00
28,57
25,00
40,06
59,94
3
211.002 KLEPU
55,56
40,00
28,57
50,00
43,53
56,47
3
211.003 SURU
77,78
60,00
57,14
75,00
67,48
32,52
2
211.004 SOOKO
77,78
50,00
42,86
75,00
61,41
38,59
2
211.005 BEDOHO
55,56
20,00
28,57
50,00
38,53
61,47
3
211.006 JURUG
66,67
50,00
42,86
75,00
58,63
41,37
2
INDEKS KOMPONEN
61
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 12. IKG Desa di Kecamatan Badegan
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
25,00
27,64
72,36
4
50,00
0,00
75,00
50,69
49,31
3
55,56
50,00
0,00
50,00
38,89
61,11
3
212.004 KARANGJOHO
66,67
70,00
0,00
50,00
46,67
53,33
3
212.005 TANJUNGREJO
55,56
60,00
0,00
50,00
41,39
58,61
3
212.006 BANDARALIM
44,44
80,00
28,57
75,00
57,00
43,00
2
212.007 KAPURAN
66,67
100,00
28,57
75,00
67,56
32,44
2
212.008 WATUBONANG
55,56
80,00
28,57
75,00
59,78
40,22
2
212.009 BITING
55,56
90,00
28,57
50,00
56,03
43,97
2
212.010 BADEGAN
66,67
90,00
28,57
75,00
65,06
34,94
2
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
212.001 DAYAKAN
55,56
30,00
212.002 KARANGAN
77,78
212.003 TANJUNGGUNUNG
62
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 13. IKG Desa di Kecamatan Pulung
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
50,00
38,89
61,11
3
50,00
28,57
75,00
49,50
50,50
3
44,44
60,00
0,00
75,00
44,86
55,14
3
213.004 WAGIRKIDUL
55,56
50,00
28,57
50,00
46,03
53,97
3
213.005 SINGGAHAN
66,67
70,00
14,29
75,00
56,49
43,51
2
213.006 PATIK
55,56
50,00
28,57
75,00
52,28
47,72
3
213.007 PULUNG
88,89
60,00
42,86
100,00
72,94
27,06
2
213.008 PULUNG MERDIKO
66,67
60,00
42,86
75,00
61,13
38,87
2
213.009 SIDOHARJO
66,67
60,00
42,86
75,00
61,13
38,87
2
213.010 WOTAN
44,44
50,00
42,86
100,00
59,33
40,67
2
213.011 PLUNTURAN
55,56
50,00
28,57
25,00
39,78
60,22
3
213.012 POMAHAN
55,56
50,00
14,29
75,00
48,71
51,29
3
213.013 KESUGIHAN
88,89
60,00
28,57
100,00
69,37
30,63
2
213.014 SERAG
55,56
50,00
28,57
100,00
58,53
41,47
2
213.015 WAYANG
55,56
40,00
14,29
50,00
39,96
60,04
3
213.016 BANARAN
44,44
40,00
0,00
50,00
33,61
66,39
4
213.017 BEKIRING
44,44
30,00
0,00
50,00
31,11
68,89
4
213.018 MUNGGUNG
66,67
50,00
14,29
100,00
57,74
42,26
2
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
213.001 KARANGPATIHAN
55,56
50,00
213.002 TEGALREJO
44,44
213.003 BEDRUG
63
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 14. IKG Desa di Kecamatan Slahung
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
35,16
64,84
4
14,29
0,00
24,96
75,04
4
70,00
85,71
100,00
88,93
11,07
1
55,56
50,00
71,43
50,00
56,75
43,25
2
214.005 BROTO
55,56
60,00
85,71
50,00
62,82
37,18
2
214.006 MENGGARE
55,56
80,00
85,71
75,00
74,07
25,93
1
214.007 KAMBENG
66,67
90,00
42,86
100,00
74,88
25,12
1
214.008 WATES
77,78
20,00
14,29
50,00
40,52
59,48
3
214.009 NGILO-ILO
55,56
50,00
28,57
25,00
39,78
60,22
3
214.010 DURI
66,67
70,00
0,00
75,00
52,92
47,08
3
214.011 NGLONING
55,56
70,00
42,86
100,00
67,10
32,90
2
214.012 PLANCUNGAN
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
214.013 JEBENG
55,56
100,00
71,43
100,00
81,75
18,25
1
214.014 GALAK
66,67
90,00
71,43
100,00
82,02
17,98
1
214.015 TRUNENG
44,44
60,00
71,43
75,00
62,72
37,28
2
214.016 SIMO
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
214.017 MOJOPITU
55,56
80,00
14,29
75,00
56,21
43,79
2
214.018 GUNDIK
66,67
80,00
42,86
75,00
66,13
33,87
2
214.019 NAILAN
55,56
100,00
85,71
100,00
85,32
14,68
1
214.020 GOMBANG
55,56
80,00
28,57
75,00
59,78
40,22
2
214.021 JANTI
55,56
80,00
14,29
75,00
56,21
43,79
2
214.022 CRABAK
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
214.001 TUGUREJO
77,78
20,00
42,86
214.002 SENEPO
55,56
30,00
214.003 SLAHUNG
100,00
214.004 CALUK
64
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 15. IKG Desa di Kecamatan Siman
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
215.001 DEMANGAN
77,78
90,00
57,14
75,00
74,98
25,02
1
215.002 NGABAR
66,67
90,00
71,43
100,00
82,02
17,98
1
215.003 MADUSARI
66,67
100,00
85,71
100,00
88,10
11,90
1
215.004 BETON
77,78
90,00
85,71
100,00
88,37
11,63
1
215.005 SEKARAN
55,56
70,00
42,86
75,00
60,85
39,15
2
215.006 BRAHU
44,44
70,00
71,43
75,00
65,22
34,78
2
215.007 KEPUH RUBUH
55,56
70,00
71,43
50,00
61,75
38,25
2
215.008 SAWUH
55,56
80,00
71,43
75,00
70,50
29,50
2
215.009 JARAK
55,56
70,00
42,86
50,00
54,60
45,40
3
215.010 TRANJANG
55,56
80,00
42,86
100,00
69,60
30,40
2
215.011 PIJERAN
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
215.012 MANUK
55,56
70,00
57,14
100,00
70,67
29,33
2
215.013 SIMAN
66,67
80,00
71,43
100,00
79,52
20,48
1
215.014 PATIHAN KIDUL
55,56
90,00
57,14
100,00
75,67
24,33
1
215.015 RONOSENTANAN
55,56
70,00
42,86
50,00
54,60
45,40
3
215.016 TAJUG
55,56
80,00
71,43
75,00
70,50
29,50
2
INDEKS KOMPONEN
65
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 16. IKG Desa di Kecamatan Sampung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
216.001 GELANGKULON
55,56
70,00
42,86
50,00
54,60
45,40
3
216.002 KARANG WALUH
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
216.003 GLINGGANG
55,56
80,00
42,86
75,00
63,35
36,65
2
216.004 CARANG REJO
55,56
80,00
14,29
75,00
56,21
43,79
2
216.005 TULUNG
55,56
70,00
28,57
75,00
57,28
42,72
2
216.006 KUNTI
66,67
80,00
0,00
50,00
49,17
50,83
3
216.007 PAGERUKIR
55,56
30,00
0,00
50,00
33,89
66,11
4
216.008 POHIJO
66,67
60,00
0,00
50,00
44,17
55,83
3
216.009 JENANGAN
55,56
60,00
0,00
50,00
41,39
58,61
3
216.010 NGLURUP
55,56
60,00
0,00
75,00
47,64
52,36
3
216.011 SAMPUNG
77,78
70,00
14,29
75,00
59,27
40,73
2
216.012 RINGIN PUTIH
66,67
80,00
14,29
75,00
58,99
41,01
2
INDEKS KOMPONEN
66
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 17. IKG Desa di Kecamatan Jambon
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
217.001 BLEMBEM
66,67
70,00
71,43
75,00
70,77
29,23
2
217.002 SRANDIL
55,56
80,00
71,43
75,00
70,50
29,50
2
217.003 PULOSARI
66,67
90,00
57,14
75,00
72,20
27,80
2
217.004 BULU LOR
44,44
80,00
14,29
50,00
47,18
52,82
3
217.005 KREBET
66,67
80,00
14,29
75,00
58,99
41,01
2
217.006 JAMBON
77,78
90,00
42,86
100,00
77,66
22,34
1
217.007 MENANG
55,56
90,00
71,43
100,00
79,25
20,75
1
217.008 JONGGOL
55,56
60,00
14,29
25,00
38,71
61,29
3
217.009 POKO
55,56
70,00
14,29
50,00
47,46
52,54
3
217.010 BRINGINAN
44,44
80,00
0,00
50,00
43,61
56,39
3
217.011 SENDANG
66,67
70,00
0,00
75,00
52,92
47,08
3
217.012 KARANG LOKIDUL
66,67
70,00
14,29
75,00
56,49
43,51
2
217.013 SIDOHARJO
66,67
70,00
14,29
50,00
50,24
49,76
3
INDEKS KOMPONEN
67
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 18. IKG Desa di Kecamatan Pudak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
218.001 BANJARJO
66,67
50,00
14,29
25,00
38,99
61,01
3
218.002 PUDAK WETAN
55,56
50,00
14,29
75,00
48,71
51,29
3
218.003 BARENG
66,67
30,00
14,29
25,00
33,99
66,01
4
218.004 TAMBANG
55,56
30,00
14,29
25,00
31,21
68,79
4
218.005 KRISIK
55,56
30,00
14,29
50,00
37,46
62,54
4
218.006 PUDAK KULON
44,44
40,00
14,29
50,00
37,18
62,82
4
INDEKS KOMPONEN
68
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 19. IKG Desa di Kecamatan Bungkal
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0,00
25,00
27,36
72,64
4
40,00
14,29
50,00
42,74
57,26
3
66,67
40,00
14,29
75,00
48,99
51,01
3
219.004 NAMBAK
55,56
70,00
28,57
75,00
57,28
42,72
2
219.005 KALISAT
77,78
80,00
14,29
100,00
68,02
31,98
2
219.006 MUNGGU
44,44
20,00
14,29
75,00
38,43
61,57
3
219.007 PAGER
44,44
40,00
14,29
50,00
37,18
62,82
4
219.008 BELANG
55,56
70,00
14,29
100,00
59,96
40,04
2
219.009 BUNGKAL
88,89
70,00
42,86
100,00
75,44
24,56
1
219.010 KETONGGO
44,44
70,00
14,29
75,00
50,93
49,07
3
219.011 KUNTI
55,56
70,00
28,57
75,00
57,28
42,72
2
219.012 BANCAR
66,67
70,00
42,86
100,00
69,88
30,12
2
219.013 PADAS
55,56
60,00
14,29
75,00
51,21
48,79
3
219.014 BUNGU
55,56
70,00
14,29
75,00
53,71
46,29
3
219.015 KUPUK
55,56
70,00
14,29
100,00
59,96
40,04
2
219.016 BEDIWETAN
44,44
70,00
42,86
75,00
58,08
41,92
2
219.017 BEDIKULON
44,44
70,00
14,29
100,00
57,18
42,82
2
219.018 KWAJON
55,56
70,00
14,29
75,00
53,71
46,29
3
219.019 SAMBILAWANG
66,67
70,00
14,29
75,00
56,49
43,51
2
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
INDEKS KOMPONEN
(1)
(2)
(3)
(4)
219.001 PELEM
44,44
40,00
219.002 KORIPAN
66,67
219.003 BEKARE
69
Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014
KODE
DESA
PELAYANAN DASAR
INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS
TRASPORTASI
KOMUNIKASI
INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW)
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)
KELOMPOK IKG
Lampiran 20. IKG Desa di Kecamatan Sukorejo
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
220.001 MOROSARI
55,56
70,00
42,86
75,00
60,85
39,15
2
220.002 SRAGI
55,56
80,00
42,86
50,00
57,10
42,90
2
220.003 KALIMALANG
55,56
90,00
71,43
75,00
73,00
27,00
2
220.004 KARANGLOLOR
66,67
90,00
71,43
75,00
75,77
24,23
1
220.005 GOLAN
55,56
70,00
42,86
75,00
60,85
39,15
2
220.006 GANDUKEPUH
55,56
100,00
71,43
100,00
81,75
18,25
1
220.007 NAMBANGREJO
55,56
80,00
42,86
100,00
69,60
30,40
2
220.008 LENGKONG
66,67
90,00
42,86
75,00
68,63
31,37
2
220.009 NAMPAN
55,56
80,00
28,57
75,00
59,78
40,22
2
220.010 SUKOREJO
77,78
80,00
42,86
100,00
75,16
24,84
1
220.011 BANGUNREJO
55,56
90,00
0,00
75,00
55,14
44,86
3
220.012 SIDOREJO
55,56
80,00
0,00
75,00
52,64
47,36
3
220.013 GELANGLOR
66,67
90,00
14,29
75,00
61,49
38,51
2
220.014 KRANGGAN
44,44
80,00
42,86
75,00
60,58
39,42
2
220.015 SERANGAN
77,78
80,00
14,29
75,00
61,77
38,23
2
220.016 PRAJEGAN
66,67
80,00
0,00
75,00
55,42
44,58
3
220.017 GEGERAN
66,67
90,00
0,00
50,00
51,67
48,33
3
220.018 KEDUNG BANTENG
66,67
90,00
28,57
75,00
65,06
34,94
2
INDEKS KOMPONEN
70