KATA PENGANTAR Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena atas perkenaanNya Buku Data dan Informasi Statistik Provinsi NTT Edisi Kedua dapat diterbitkan. Buku ini adalah hasil analisa dan rangkuman dari Berita Resmi Statistik (BRS) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT dan dikemas oleh Bappeda Provinsi NTT sebagai data dan informasi atas fakta dari data yang dapat dijadikan sebagai keterangan atau pemberitahuan berdasarkan keadaan yang terjadi. Keberhasilan pembangunan menjadi harapan dari semua masyarakat, oleh karena itu diharapkan data dan informasi statistik edisi kedua ini dapat dijadikan sebagai input bagi proses perencanaan pembangunan daerah sekaligus memberi input bagi segenap komponen pemerintah maupun masyarakat di Provinsi NTT dalam perencanaan dan perumusan berbagai kebijakan pembangunan di Provinsi NTT. Data ini masih terus berkembang sesuai dengan laporan/press release dari BPS Provinsi NTT dan oleh karena itu jika terdapat kekurangan dalam penyajian maka berbagai masukan dan saran, tetap menjadi harapan kami. Terima kasih. Kupang, Pebruari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NTT,
Ir. WAYAN DARMAWA, MT PEMBINA UTAMA MADYA NIP 19620505 198603 1 041
I.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI BULAN JANUARI 2014
Tabel 1. Nilai Tukar Petani NTT Per Subsektor Desember 2013 – Januari 2014 (2012=100) Bulan Persentase Subsektor
Desember
Januari Perubahahan
2013
2014
a. Indeks yang Diterima
105,67
106,36
0,65
b. Indeks yang Dibayar
109,00
109,68
0,62
96,95
96,98
0,03
a. Indeks yang Diterima
103,85
105,68
1,76
b. Indeks yang Dibayar
108,98
109,56
0,54
95,29
96,45
1,22
a. Indeks yang Diterima
105,02
104,72
-0,28
b. Indeks yang Dibayar
109,96
110,64
0,62
95,50
94,65
-0,90
a. Indeks yang Diterima
110,65
111,01
0,32
b. Indeks yang Dibayar
107,30
107,72
0,39
1. Tanaman Padi-Palawija
c. Nilai Tukar Petani 2. Hortikultura
c. Nilai Tukar Petani 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
c. Nilai Tukar Petani 4. Peternakan
c. Nilai Tukar Petani
103,12
103,05
-0,07
a. Indeks yang Diterima
109,51
110,95
1,31
b. Indeks yang Dibayar
107,97
108,60
0,59
c. Nilai Tukar Petani
101,43
102,17
0,72
a. Indeks yang Diterima
106,52
107,10
0,55
b. Indeks yang Dibayar
108,78
109,38
0,55
97,92
97,92
0,00
5. Perikanan
Gabungan/Nusa Tenggara Timur
c. Nilai Tukar Petani
a. Subsektor Padi & Palawija NTP subsektor padi dan palawija di Nusa Tenggara Timur mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen. Ini disebabkan indeks yang diterima petani naik sebesar 0,65 persen sedangkan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,62 persen. Naiknya indeks yang diterima petani lebih dipengaruhi oleh kenaikan subkelompok padi sebesar 1,39 persen, sedangkan naiknya indeks yang dibayar dominan dipengaruhi oleh kenaikan indeks sub kelompok biaya produksi & penambahan barang modal sebesar 0,78 persen. b.
Subsektor Hortikultura
Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura naik sebesar 1,22 persen, hal ini karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,76 persen sementara indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,54 persen. Kenaikan indeks diterima petani besar dipengaruhi oleh naiknya subkelompok buah-buahan sebesar 2,40 persen. Sementara kenaikan yang terjadi pada indeks yang dibayar dominan dipengaruhi oleh
kenaikan pada indeks subkelompok konsumsi rumahtangga sebesar 0,60 persen. c.
Subsektor Perkebunan Rakyat
NTP sub sektor perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,90 persen, hal ini karena terjadi penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,28 persen sedangkan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,62 persen. Pada indeks yang dibayar, indeks subkelompok konsumsi rumahtangga mengalami kenaikan sebesar 0,67 persen sedangkan indeks subkelompok BPPBM naik sebesar 0,36 persen. d.
Subsektor Peternakan
NTP subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,07 persen, hal ini disebabkan kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,32 persen, sedangkan indeks yang dibayar naik sebesar 0,39 persen. Kenaikan yang terjadi pada indeks terima dipengaruhi peningkatan pada sub kelompok ternak kecil sebesar 1,89 persen. Sementara, kenaikan yang terjadi pada indeks bayar petani dominan dipengaruhi oleh kenaikan indeks sub kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,54 persen. e.
Subsektor Perikanan
NTP subsektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen, hal ini disebabkan naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,31 persen, sementara kenaikan pada indeks yang dibayar petani sebesar 0,59 persen. Kenaikan pada indeks yang diterima petani didominasi oleh naiknya indeks terima sub kelompok penangkapan sebesar 1,64 persen, sedangkan kenaikan pada indeks bayar dipengaruhi terutama oleh kenaikan pada sub kelompok bppbm (biaya produksi dan penambahan barang modal) sebesar 0,65 persen.
Tabel 2. Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani per sub kelompok Pengeluaran serta Perubahannya Januari 2014 (2012=100)
No.
Kelompok/Sub Kelompok
1.
INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI 2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI 2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 2.1.1. Bahan Makanan
Indeks Gabungan Subsektor Desember Januari 2013 2014 106,52 107,10
Persentase Perubahan 0,55
108,78
109,38
0,55
109,90
110,56
0,60
111,64
112,48
0,75
2.1.2. Makanan Jadi
108,96
109,41
0,41
2.1.3. Perumahan
106,85
107,52
0,63
2.1.4. Sandang
110,40
110,74
0,31
2.1.5. Kesehatan
104,17
104,67
0,48
2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 2.2. BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN BARANG MODAL 2.2.1. Bibit
102,59
102,88
0,28
114,56
115,06
0,43
104,77
105,16
0,38
105,32
105,48
0,16
2.2.2. Obat-obatan dan Pupuk
104,27
104,36
0,09
2.2.3. Sewa Lahan, Pajak dan Lainnya 2.2.4. Transportasi
104,00
104,26
0,26
113,71
114,33
0,55
2.2.5. Penambahan Barang Modal
103,82
104,19
0,36
No.
Kelompok/Sub Kelompok
2.2.6. Upah Buruh Tani 3.
NILAI TUKAR PETANI
Indeks Gabungan Subsektor Desember Januari 2013 2014 102,43 102,93 97,92
97,92
Persentase Perubahan 0,49 0,00
II. TINGKAT KEMISKINAN NUSA TENGGARA TIMUR MARET 2008-SEPTEMBER 2013 Grafik 1 Tingkat Kemiskinan NTT Maret 2008-September 2013 Tingkat Kemiskinan NTT 30 25,65 23,31
25
23,03 21,23
20,48
20,88
20,41
20,03
20,24
Sept' 2011
Maret 2012
Sept 2012
Maret 2013
Sept 2013
20
15
10
5
0 Maret 2008
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011
Sumber: BPS NTT
Tingkat Kemiskinan NTT dari tahun 2008 sampai dengan keadaan September 2013 mengalami penurunan. Kenaikan hanya terjadi antara Maret 2013 sampai dengan September 2013. Peningkatan ini terjadi karena adanya pertambahan penduduk secara keseluruhan lebih cepat yaitu sebesar 85 ribu dibandingkan dengan pertambahan penduduk miskin (sebesar 8,86 ribu orang). Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode September 2012 – September 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 2,11 persen sementara daerah perdesaan mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Kota+Desa Nasional relevan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi NTT. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan
masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan. Pada periode September 2012-September 2013, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan mengalami penurunan yang lebih besar dibanding daerah perdesaan. Pada September 2012 nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di daerah perkotaan sebesar 2,588 persen turun menjadi 1,908 pada September 2013. Sementara nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,809 persen pada September 2012 turun menjadi 0,500 persen pada September 2013. Grafik 2 Perbandingan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota+Desa Nasional dan Provinsi NTT
Perbandingan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota+Desa Nasional dan Provinsi NTT 12,00 10,00
3,01 2,90
3,13
3,43
2,89
2,99
8,00
2,50
6,48
6,00
2,77
5,61
5,91 5,12
2,21
5,74 4,87
2,08
4,20
4,20
1,90
4,87
4,74 4,14
3,47
4,00 2,00 0,00
Nusa Tenggara Timur Sumber: BPS Nasional
2,08
Indonesia
1,89 3,04
Grafik 3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota+Desa Nasional dan Provinsi NTT Perbandingan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota+Desa Nasional dan Provinsi NTT
4,00 3,50 0,79
3,00
0,85
2,50
1,97 1,64
2,00
0,80
1,00
0,78
1,48
0,84
1,72
0,76
0,58
0,68
1,63
1,34
1,50
1,35
1,43
1,14
0,55
0,55
1,27
1,27
0,49
0,91
1,00
0,48
0,69
0,50 0,00
Sumber: BPS Nasional Nusa Tenggara Timur
Indonesia
Grafik 4 Perbandingan jumlah Penduduk Miskin NTT dan Nasional Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin NTT dan Nasional 45.000,00 40.000,00 35.000,00
1.206,5
1.400,0
1.273,9 1.166,0
38.394,00 37.339,40
1.152,1
1.171,2
1.163,6 39.295,34
36.146,90 36.802,10
1.098,3
1.200,0 1.013,1
37.168,30
30.000,00
1.012,9
986,502 1.000,29 1.009,15 1.000,0
34.963,26 32.529,97
25.000,00
1.014,1
31.023,39 30.018,93 29.890,14
20.000,00
28.594,60 28.553,93
800,0 600,0
15.000,00
400,0
10.000,00 200,0
5.000,00 -
0,0
Indonesia Sumber : BPS Nasional
Nusa Tenggara Timur
Perkembangan jumlah penduduk miskin NTT dan Nasional relevan dari tahun 2002-2009 sedangkan dari tahun 2010-2013 bersifat fluktuatif dan dari tahun 2012-2013 ada penambahan jumlah penduduk miskin NTT sebanyak 8.86 jiwa sedangkan penurunan penduduk miskin Nasional dari tahun 2012-2013 sebanyak 40.67 jiwa. Grafik 5 Perkembangan Garis Kemiskinan (Makanan dan Bukan Makanan) Nasional dan NTT
Perkembangan Garis Kemiskinan (Makanan & Bukan Makanan) Nasional dan NTT
600.000
292.951 259.520
500.000
233.740
243.729
198.553
203.607
211.726 200.262
400.000 300.000 108.889
118.554
122.775
138.574
151.997
200.000 86.993
97.387
102.695
98.263
114.982
166.697
126.389
182.636
139.731
156.191
175.308
222.507
251.080
100.000 0
Nusa Tenggara Timur
Indonesia
Sumber: BPS Nasional
Selama September 2012 sampai dengan September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 12,84 persen, yaitu dari Rp 222.507,- per kapita per bulan pada September 2012 menjadi Rp 251.080,- per kapita per bulan pada September 2013. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
III. INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI NTT BULAN JANUARI 2014 Tabel 3 Perkembangan Harga Barang dan Jasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur Januari 2014
Kelompok Pengeluaran
(1) U m u m
Laju Laju Inflasi inflasi Desember Januari Januari Januari tahun YOY Kalender 2014*) 2013 ***) 2013 2014 **) IHK
(2)
(3)
Inflasi
(4)
(5)
(6)
(7)
110,58 103,49 111,04
0,42
0,42
7,30
1 Bahan Makanan
106,12 104,74 107,38
1,19
1,19
2,52
2 Makanan Jadi, minuman, Rokok dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar 4 Sandang
115,54 105,27 115,61
0,06
0,06
9,82
111,26 103,52 112,00
0,67
0,67
8,20
108,62 103,48 108,95
0,30
0,30
5,29
5 Kesehatan
103,97 101,74 104,01
0,03
0,03
2,23
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
110,19 103,46 110,29
0,09
0,09
6,60
115,55 100,89 115,03
-0,45
-0,45 14,01
*) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Januari 2013
Inflasi sebesar 0,42 persen di Nusa Tenggara Timur pada Januari 2014 dipicu oleh naiknya indeks harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami kenaikan indeks terbesar, yakni sebesar 1,19 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang naik 0,67 persen dan kelompok sandang yang naik 0,30 persen. Pada Januari 2013 yang lalu Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi sebesar 1,38 pesen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi bulan Januari 2014 sekarang ini yang hanya sebesar 0,42 persen. Menurut kelompok pengeluaran, pemberi andil terbesar dalam pembentukan inflasi di Nusa Tenggara Timur bulan Januari 2014 adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,28 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,17 persen. Sedangkan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar 0,07 persen. Tabel 4 Indeks Harga Konsumen, Inflasi dan Andil Inflasi Nusa Tenggara Timur Januari 2014 Kelompok Pengeluaran
IHK
Umum
111,04
Perubahan Andil (%) (%) 0,42
Bahan Makanan
107,38
1,19
0,28
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang
115,61
0,06
0,01
112,00
0,67
0,17
108,95
0,30
0,01
Kesehatan
104,01
0,03
0,00
Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga
110,29
0,09
0,01
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
115,03
-0,45
-0,07
Menurut kelompok pengeluaran, pemberi andil terbesar dalam pembentukan inflasi di Nusa Tenggara Timur bulan Januari 2014 adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,28 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,17 persen. Sedangkan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar 0,07 persen. Perkembangan Harga Barang dan Jasa di Kota Kupang Januari 2014 Tabel 5 Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Kota Kupang Januari 2014, Tahun Kalender 2014 dan Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) IHK Kelompok Pengeluaran
Desem ber 2013
Januari 2013
Laju Inflasi Janua Januari tahun ri 2014 *) Kalend er **) 2014 Inflasi
Laju inflasi YOY ***)
110,84
103,43
111,3 9
0,50
0,50
7,70
106,53
105,05
107,9 9
1,37
1,37
2,80
2 Makanan Jadi, 115,24 minuman, Rokok dan Tembakau
105,38
115,2 6
0,02
0,02
9,38
3 Perumahan, 111,65 Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar
103,45
112,4 7
0,73
0,73
8,72
U m u m
1 Bahan Makanan
4 Sandang
108,95
103,55
109,4 2
0,43
0,43
5,67
5 Kesehatan
103,67
101,61
103,7 8
0,11
0,11
2,14
6 Pendidikan, 108,73 Rekreasi dan Olah raga
101,76
108,7 6
0,03
0,03
6,88
7 Transpor, 116,43 Komunikasi dan Jasa Keuangan
100,93
116,0 7
-0,31
-0,31
15,00
*) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Januari 2013
Berdasarkan hasil penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), pada bulan Januari 2014, Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,50 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 110,84pada bulan Desember 2013 menjadi 111,39pada Januari 2014. Laju inflasi tahun kalender (Januari2014) sebesar 0.50 persen dan inflasi “year on year” (Januari 2014 terhadap Januari 2013) sebesar 7,70 persen.
Grafik 6 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Kupang Januari 2014 1,60 1,40
1,37
1,20 1,00 0,80
0,73
0,60 0,50
0,43
0,40 0,20
0,11 0,03
0,02
0,00 -0,20
-0.31
-0,40 Bhn Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Umum
Selama bulan Januari 2014, sebanyak hampir semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks harga yang mengakibatkan inflasi di Kota Kupang kecuali kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami penurunan indeks harga. Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks terbesar, yakni sebesar 1,37 persen, diikuti kelompok sandang yang naik sebesar 0,73 persen. Kelompok pengeluaran transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,31 persen. Tabel 6 Indeks Harga Konsumen, Inflasi dan Andil Inflasi Kota Kupang Januari 2014 Kelompok Pengeluaran Umum
IHK 111,39
Perubahan (%) 0,50
Andil (%)
Bahan Makanan
107,99
1,37
0,33
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
115,26
0,02
0,00
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang
112,47
0,73
0,19
109,42
0,43
0,02
Kesehatan
103,78
0,11
0,01
Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga
108,76
0,03
0,00
Transportasi, Komunikasi dan Jasa 116,07 -0,31 -0,06 Keuangan Kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar dalam pembentukan inflasi Kota Kupang bulan Januari 2014 adalah kelompok bahan makanan dengan andil sebesar 0,33 persen. Beberapa komoditas utama yang menyumbang andil inflasi terbesar di Kota Kupang antara lain ikan tongkol, kentang, sawi putih, ikan keor kuning, beras, pasir, besi beton, semen, sewa rumah, dan minyak goreng. Sedangkan komoditas utama yang menghambat laju inflasi di Kota Kupang antara lain tarif angkutan udara, cabe rawit, cabe merah, daging babi, gula pasir, ayam hidup, daun singkong, labu siam/jipang, ikan tembang dan sepatu. Perkembangan Harga Barang dan Jasa di Kota Maumere Januari 2014 Laju inflasi tahun kalender (Januari 2014) sebesar -0,08 persen dan inflasi “year on year” (Januari 2014 terhadap Januari 2013) sebesar 4,70 persen sebagaimana terlihat pada tabel 7.
Tabel 7 Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Kota Maumere Januari 2014, Tahun Kalender 2014 dan Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) IHK
Inflasi
Laju Infls Januari thn Desember Januari Januari 2014 Kldr **) 2013 2013 2014 *)
Kelompok Pengeluaran U m u m
Laju infls YOY ***)
108,85 103,88 108,76
-0,08
-0,08
4,70
1 Bahan Makanan
103,40 102,68 103,37
-0,03
-0,03
0,67
Jadi, 2 Makanan minuman, Rokok dan Tembakau
117,52 104,56 117,93
0,35
0,35
12,79
3 Perumahan, Listrik, Gas Bahan bakar
108,67 103,98 108,95
0,26
0,26
4,78
4 Sandang
106,47 103,01 105,86
-0,57
-0,57
2,77
5 Kesehatan
105,96 102,60 105,48
-0,45
-0,45
2,81
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga
119,78 114,60 120,31
0,44
0,44
4,98
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
109,79 100,64 108,22
-1,43
-1,43
7,53
Air, dan
*) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK bulan Januari 2014terhadap IHK bulan Januari 2013
Tabel 8 Indeks Harga Konsumen, Inflasi dan Andil Inflasi Kota Maumere Januari 2014 Perubahan Andil (%) (%) -0,08
Kelompok Pengeluaran
IHK
Umum
108,76
Bahan Makanan
103,37
-0,03
-0,01
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang
117,93
0,35
0,05
108,95
0,26
0,06
105,86
-0,57
-0,03
Kesehatan
105,48
-0,45
-0,02
Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
120,31
0,44
0,04
108,22
-1,43
-0,17
Pemicu deflasi bulan Januari 2014 di Kota Maumere adalah karena turunya indeks harga pada empat dari tujuh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 0,03 persen, kelompok sandang turun 0,57 persen, kelompok kesehatan turun 0,45 persen dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang juga turun sebesar 1,43 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,35 persen, kelompok perumahan, air,listrik, gas dan bahan bakar naik 026 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang naik sebesar 0,44 persen sebagaimana terlihat pada grafik 7.
Grafik 7 Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Maumere Januari 2014 1,00 0,44
0,35
0,50
0,26
-0,03
-0,08
0,00 -0,57
-0,50
-0,45
-1,00 -1,43
-1,50 -2,00 Bhn Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Umum
Tabel 9 Indeks Harga Konsumen, Inflasi dan Andil Inflasi Kota Maumere Januari 2014 Kelompok Pengeluaran Umum Bahan Makanan
Perubahan (%) 108,76 -0,08 IHK
Andil (%)
103,37
-0,03
-0,01
Makanan Jadi, 117,93 Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, 108,95 Gas dan Bahan Bakar Sandang 105,86
0,35
0,05
0,26
0,06
-0,57
-0,03
Kesehatan
105,48
-0,45
-0,02
Pendidikan, Rekreasi dan 120,31 Olah raga Transportasi, Komunikasi 108,22 dan Jasa Keuangan
0,44
0,04
-1,43
-0,17
Kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar terhadap pembentukan
deflasi di Kota Maumere adalah kelompok transport,
komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,17 persen. Sedangkan kelompok yang memberikan andil inflasi terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,06 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi Kota Maumere antara lain komoditas ayam hidup, tarif angkutan udara, daun singkong, bayam, cabe rawit, ikan layang, cabe merah, nangka muda, pare dan daging ayam ras. Sedangkan komoditas dominan yang mengalami inflasi di Kota Maumere antara lain pisang, ikan selar, ikan kembung, tomat sayur, telur ayam ras, ikan tuna, wortel, pepaya, bimbingan belajar, dan ikan kerapu. Berbeda dengan tahun sebelumnya, Januari 2013 Kota Maumere mengalami inflasi sebesar1,95 persen, sedangkan Januari 2014 ini Kota Maumere justru mengalamideflasi sebesar 0,08 persen dapat dilihat pada grafik 8. Grafik 8. Perkembangan Inflasi Kota Maumere Januari 2013 – Januari 2014 3,50 3,00
2,83
2,50 2,00
2,01
1,95
1,54
1,50 1,00
0,82
0,50
0,43
0,31
0,15
0,00
-0,08
-0,17
-0,50 -0,92
-1,00
-1,20
-1,50
-1,57
-2,00 Jan'13
Feb'13
Mar'13
Apr'13
Mei'13
Jun'13
Jul'13
Agt'13
Sep'13
Okt'13
Nov'13
Des'13
Jan'14
Tabel 10 Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on year Di Maumere, Kupang dan Provinsi Nusa Tenggara Timur Januari 2014 (2012=100) Maumere
Kupang
NTT
1. Januari 2014
-0,08
0,50
0,42
2. Tahun Kalender
-0,08
0,50
0,42
3. Inflasi year on year
4,70
7,70
7,30
Inflasi
Pada bulan Januari 2014 ini Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,50 persen dan Kota Maumere mengalami deflasi sebesar sebesar 0,08 persen. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur (gabungan dua kota IHK) mengalami inflasi sebesar 0,42 persen. Inflasi Beberapa Kota di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Dari 23 kota sampel IHK Nasional di Kawasan Timur Indonesia pada bulan Januari 2014 ini, terdapat 19 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Kota Bau Bau sebesar 2,18 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Kendari sebesar 0,31 persen. Kota yang mengalami deflasi terbesar terjadi di Kota Sorong sebesar 0,17 persen dan terendah terjadi di Kota Manokwari sebesar 0,07 persen. Tabel 11 Indeks Haga Konsumen (IHK) Dan Inflasi Kota di Kawasan Timur Indonesia Januari 2014 (2012=100) Inflasi Inflasi Kota
IHK
Thn Kalender (%) 2013 (%)
BAU-BAU
111,84
2,18
2,18
Inflasi Inflasi Kota
IHK
Thn Kalender (%) 2013 (%)
MERAUKE
112,70
2,16
2,16
PALOPO
108,86
1,77
1,77
JAYAPURA
113,21
1,70
1,70
MATARAM
111,22
1,48
1,48
BIMA
113,44
1,27
1,27
DENPASAR
109,14
1,26
1,26
MAKASSAR
108,65
1,20
1,20
BULUKUMBA
116,06
1,13
1,13
TUAL
113,67
1,10
1,10
MANADO
109,30
1,06
1,06
PALU
111,58
1,03
1,03
AMBON
108,58
0,81
0,81
PARE-PARE
108,21
0,55
0,55
KUPANG
111,39
0,50
0,50
TERNATE
112,35
0,45
0,45
MAMUJU
108,75
0,41
0,41
GORONTALO
108,98
0,36
0,36
KENDARI
108,50
0,31
0,31
MANOKWARI
106,44
-0,07
-0,07
MAUMERE
108,76
-0,08
-0,08
Inflasi Inflasi Kota
IHK
Thn Kalender (%) 2013 (%)
WATAMPONE
108,28
-0,15
-0,15
SORONG
108,43
-0,17
-0,17
Inflasi Kota-kota Sampel IHK Nasional
Dari 82 kota sampel IHK Nasional, sebanyak 78 kota mengalami inflasi dan sisanya, 4 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 3,79 persen dan terendah terjadi di Kota Pontianak sebesar 0,04 persen.Deflasi terbesar terjadi di Kota Sorong, sebesar 0,17 persen dan terendah terjadi di Kota Manokwari sebesar 0,07 persen sebagaimana terlihat pada tabel 12. Tabel 12 Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi di 66 Kota Januari 2014 (2012=100) Kota
IHK
Inflasi
2013
PANGKAL PINANG
114,92
3,79
3,79
TANJUNG PANDAN
116,12
3,60
3,60
SIBOLGA
113,76
3,24
3,24
METRO
122,47
2,79
2,79
MEULABOH
114,40
2,67
2,67
TEMBILAHAN
115,63
2,58
2,58
LHOKSEUMAWE
108,99
2,42
2,42
TANJUNG
110,00
2,35
2,35
Kota
IHK
Inflasi
2013
BAU-BAU
111,84
2,18
2,18
MERAUKE
112,70
2,16
2,16
BUKITTINGGI
110,33
1,95
1,95
PADANG
114,76
1,89
1,89
BANDA ACEH
108,47
1,85
1,85
PALOPO
108,86
1,77
1,77
SINGKAWANG
109,14
1,71
1,71
JAYAPURA
113,21
1,70
1,70
KUDUS
116,25
1,67
1,67
JAMBI
112,13
1,56
1,56
MATARAM
111,22
1,48
1,48
SAMARINDA
114,14
1,37
1,37
LUBUKLINGGAU
107,97
1,36
1,36
PADANGSIDIMPUAN
111,61
1,34
1,34
CILEGON
111,46
1,33
1,33
BALIKPAPAN
112,16
1,32
1,32
KEDIRI
112,09
1,28
1,28
BIMA
113,44
1,27
1,27
TANJUNG PINANG
112,41
1,26
1,26
DENPASAR
109,14
1,26
1,26
SERANG
111,98
1,25
1,25
JEMBER
110,65
1,24
1,24
Kota
IHK
Inflasi
2013
SURAKARTA
109,50
1,22
1,22
TANGERANG
114,82
1,22
1,22
PALANGKARAYA
110,26
1,21
1,21
MAKASSAR
108,65
1,20
1,20
SAMPIT
109,94
1,19
1,19
SURABAYA
110,47
1,18
1,18
BEKASI
110,36
1,15
1,15
BULUKUMBA
116,06
1,13
1,13
PEMATANG SIANTAR
114,27
1,12
1,12
BUNGO
110,45
1,11
1,11
TUAL
113,67
1,10
1,10
BANDUNG
109,87
1,09
1,09
PALEMBANG
109,07
1,07
1,07
SUKABUMI
111,29
1,07
1,07
MANADO
109,30
1,06
1,06
DKI JAKARTA
110,75
1,05
1,05
YOGYAKARTA
110,77
1,05
1,05
BENGKULU
113,52
1,03
1,03
PALU
111,58
1,03
1,03
MEDAN
112,62
1,00
1,00
PROBOLINGGO
112,23
0,95
0,95
TASIKMALAYA
109,20
0,91
0,91
Kota
IHK
Inflasi
2013
SEMARANG
110,39
0,90
0,90
MADIUN
109,71
0,85
0,85
SINGARAJA
114,67
0,83
0,83
PURWOKERTO
110,49
0,82
0,82
AMBON
108,58
0,81
0,81
CILACAP
112,90
0,79
0,79
SUMENEP
109,42
0,78
0,78
DEPOK
111,53
0,77
0,77
MALANG
111,03
0,76
0,76
TEGAL
107,62
0,75
0,75
BANDAR LAMPUNG
110,08
0,74
0,74
BOGOR
111,73
0,74
0,74
BATAM
109,53
0,73
0,73
PEKANBARU
110,92
0,69
0,69
CIREBON
110,11
0,68
0,68
BANJARMASIN
108,91
0,64
0,64
BANYUWANGI
111,04
0,59
0,59
PARE-PARE
108,21
0,55
0,55
KUPANG
111,39
0,50
0,50
TERNATE
112,35
0,45
0,45
DUMAI
110,67
0,43
0,43
TARAKAN
113,64
0,43
0,43
Kota
IHK
Inflasi
2013
MAMUJU
108,75
0,41
0,41
GORONTALO
108,98
0,36
0,36
KENDARI
108,50
0,31
0,31
PONTIANAK
111,78
0,04
0,04
MANOKWARI
106,44
-0,07
-0,07
MAUMERE
108,76
-0,08
-0,08
WATAMPONE
108,28
-0,15
-0,15
SORONG
108,43
-0,17
-0,17
PEDESAAN Tabel 13 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Januari 2014 (2012=100) Padi palaw ija Umum/ KRT 0,58 Bahan Makanan 0,71 Makanan Jadi 0,38 Perumahan 0,67 Sandang 0,47 Kesehatan 0,51 Pendidikan, Rekreasi, 0,33 dan Olahraga Transportasi dan 0,41 Komunikasi Kelompok
Hortikultura 0,60 0,74 0,46 0,65 -0,35 0,33 0,30 0,49
Subsektor Tanaman PeterPerkebuna nakan n Rakyat 0,67 0,54 0,92 0,66 0,46 0,41 0,54 0,61 0,07 0,30 0,53 0,48 0,20 0,29 0,43
0,44
Perikan an
NTT
0,56 0,61 -0,03 1,25 0,48 0,73 0,17
0,60 0,75 0,41 0,63 0,31 0,48 0,28
0,15
0,43
Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara umum di Propinsi Nusa Tenggara Timur, pada Januari 2014 di daerah perdesaan terjadi inflasi sebesar 0,60 persen yang dipengaruhi utamanya oleh kelompok Bahan Makanan. Selanjutnya bila ditinjau menurut masing-masing subsektor tampak bahwa semua subsektor mengalami inflasi, dimana petani di kelompok subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,67 persen. Tabel 14 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Periode Januari 2012 – Januari 2013 (2012=100) Kelompok Bulan
Bahan Makan an
Maka nan Jadi
Perumahan
Sanda ng
Pnddkan, Trans Keseha Rekreasi, & tan & Olhrga Kom
1,96 0,73 0,54 0,67 -0,07 -0,93 5,39 1,64 -0,49
0,54 -0,16 0,64 0,26 0,60 0,57 1,29 0,97 0,76
0,49 0,11 0,68 -0,10 0,15 0,55 1,45 0,82 0,41
0,84 0,40 0,32 -0,23 0,14 0,05 1,38 0,44 -0,07
0,75 0,09 0,21 -0,22 0,03 0,83 0,61 0,41 -0,10
0,08 0,18 -0,05 -0,04 0,00 0,78 1,72 0,21 0,28
0,62 -0,18 -0,16 0,01 0,49 0,72 8,50 1,16 0,24
1,34 0,42 0,50 0,38 0,10 -0,28 3,84 1,27 -0,09
-0,29 0,87
0,16 0,11
0,37 0,06
0,37 -0,17
0,00 0,16
-0,05 -0,08
0,09 0,00
-0,07 0,50
1,20
-0,07
0,08
1,08
0,16
0,23
0,07
0,65
0,75
0,41
0,63
0,31
0,48
0,28
0,43
0,60
Umum/ KRT
2013 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem ber Oktober Novemb er Desemb er 2014 Januari
Pada bulan Januari 2013 terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,34 persen, dimana inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Bahan Makanan sebesar 1,96 persen. Sedangkan pada bulan Januari 2014 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,60 persen, dengan inflasi tertinggi terjadi di kelompok Bahan Makanan sebesar 0,75 persen.
IV.
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR NTT
Tabel 15 Ekspor NTT Menurut Beberapa Kelompok Komoditas November –Desember 2013* NILAI (US$) KELOMPOK KOMODITAS NOVEMBER 2013
KENDARAAN
DAN
DESEMBER 2013*
% PERUBAHAN DESEMBER 2013* THD NOVEMBER 2013
261.912
442.769
69,05
IKAN DAN UDANG
241.539
210.845
(12,71)
GARAM,
275.250
164.966
(40,07)
210.025
125.494
(40,25)
72.658
58.253
(19,83)
450.690
551.817
22,44
1.512.074
1.554.144
2,78
BAGIANNYA
BELERANG,
KAPUR BAHAN BAKAR MINERAL MESIN
/
PERALATAN
LISTIK LAINNYA JUMLAH *AngkaSementara VOLUME DAN NILAI IMPOR BULAN DESEMBER 2013* Pada bulan Desember2013*nilai impor Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar US$2.062.127 dengan volume sebanyak 3.108,39 ton.
Tabel 16 Impor NTT Menurut Negara Asal Desember 2013* NEGARA ASAL
NILAI IMPOR (US $)
(1)
(2)
KOREA SELATAN
1.348.200
SINGAPURA CHINA
693.626 20.301
JUMLAH
2.062.127
Pada bulanDesember2013*komoditasimpor Provinsi Nusa Tenggara Timur berasaldariKoreasebesarUS $ 1.348.200, Singapurasebesar US $ 693.626, dan Cina sebesar US $ 20.301. Kelompok komoditas terbesar yang diimpor pada bulan Desember 2013* adalah Komoditas Bahan Bakar Mineral (Aspal) dengan nilai impor sebesar US$ 2.041.826. Tabel 17 Impor NTT Menurut Kelompok Komoditas Desember 2013* KELOMPOK KOMODITAS
NILAI IMPOR (US $)
(1)
(2)
BAHAN BAKAR MINERAL [ASPAL] (27) MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK (84) JUMLAH *Angka Sementara
2.041.826 20.301 2.062.127
Tabel 18 NeracaPerdangangan (Ekspor-Impor)NTTTahun 2010 – 2013 PERIODE
NILAI EKSPOR(US$)
NILAI IMPOR(US$)
SELISIH (US$)
2010
35.937.370
50.563.346
14.625.976
2011
26.806.053
14.072.322
12.733.731
2012
44.656.884
73.742.304
29.176.420
2013
21.236.947
27.055.314
-5.818.367
Januari
1.006.431
1.430.727
- 424.296
Februari
1.713.416
1.309.446
403.970
Maret
2.714.245
738.603
1.975.642
April
2.104.035
2.465.252
- 361.217
Mei
2.719.751
1.955.559
764.192
Juni
1.887.540
1.037.588
849.952
Juli
1.341.467
687.376
654.091
Agustus
1.578.510
1.047.854
530.656
September
1.876.977
61.888
1.815.089
Oktober
1.228.357
2.276.281
-1.047.924
November
1.512.074
11.982.613
10.470.539
Desember *)
1.554.144
2.062.127
-507.983
V. PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI NTT TRIWULAN IV TAHUN 2013 Tabel 19 Persentase Penyerapan Tenaga Kerja, Kontribusi Nilai Produksi Terhadap Total Nilai Produksi, dan Produktivitas Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar Sedang Pada Trw III dan IV Tahun 2013
Jenis No Industri
Produktivitas Kontribusi (Rp.Juta) Penyerapan Nilai 2013 Tenaga Produksi Kerja (%) Trw (%) Trw IV III
(1) 1
(2) Industri Makanan
(3) 46,61
(4) 73,84
(5) (6) 10,73 26,86
2
Industri Minuman
31,20
14,74
6,93
8,01
3
Industri Furnitur
22,19
11,42
8,93
8,72
100,00
100,00
8,76
16,95
Jumlah
Pada triwulan IV ini produktivitas tenaga kerja sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang di NTT mengalami kenaikan sebesar 93,49 persen yaitu dari 8,76 juta per tenaga kerja pada triwulan III menjadi 16,95 juta rupiah per tenaga kerja pada Triwulan IV tahun 2013. Jika dilihat menurut jenis Industri Manufaktur, maka produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah pada sektor Industri Manufaktur Makanan yaitu sebesar Rp.26,86 juta per tenaga kerja, disusul Industri Manufaktur Furnitur yaitu sebesar Rp.8,72 juta per tenaga kerja, dan Industri Manufaktur Minuman sebesar Rp. 8,01 juta per tenaga kerja dalam kurun waktu triwulan IV tahun 2013.
INDUSTRI MIKRO DAN KECIL Tabel 20 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan IV Tahun 2013 Pertumbuhan (persen) Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
(3)
1
10
Industri Makanan
-4.05
0.07 -7.16
0.07
2
11
Industri Minuman
4.57
1.30
28.3 1
1.30
3
12
Industri Pengolahan Tembakau
7.62
0.87 -3.79
0.87
4
13
Industri Tekstil
-6.58 -1.45 -2.49 -1.45
5
14
Industri Pakaian Jadi
-4.78
19.6 3
3.50
6
16
Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang 14.75 -4.48 2.95 dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
-4.48
7
17
Industri Kertas dan Barang dari Kertas
-0.68
8
18
Industri Percetakan dan Reproduksi -5.72 -0.22 -5.72 Media Rekaman 10.07
9
20
Industri Bahan Kimia dan Barang dari -5.52 -8.94 -5.52 Bahan Kimia 11.58
10
21
Industri Farmasi, Produk Obat Kimia
No
Triwulan IV q-toq
c-toc
yon-y
Tahu n 2013
(4)
(5)
(6)
(7)
0.00
-
3.50
-0.68 7.62
-
-
-
Pertumbuhan (persen) No
Kode KBLI
Triwulan IV
Jenis Industri
q-toq
c-toc
yon-y
Dan Obat Tradisonal
10.00
18.2 8
16.2 9
Tahu n 2013 18.28
11
23
Industri Barang Galian Bukan Logam
9.67
-4.32 -7.22 -4.32
12
25
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
3.54
14.6 6
13
31
Industri Furnitur
4.68
-1.87 -9.89 -1.87
14
32
Industri Pengolahan Lainnya
-4.97
4.35
IMK (Industri Mikro dan Kecil)
2.47
-1.76 -2.54 -1.76
8.36
0.48
Tabel 21 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2013 dan Triwulan IV-2013 Menurut Variabel Pembentuknya ITK Triwulan III 2013 107,75
ITK Triwulan IV 2013 108,04
konsumsi
105,22
106,21
Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buahbuahan, dll.) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, rekreasi)
113,05
108,09
Indeks Tendensi Konsumen
108,18
107,54
Variabel Pembentuk Pendapatan rumahtangga Kaitan inflasi dengan makanan sehari-hari
14.66
4.35
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 Nilai ITK di NTT pada triwulan IV-2013 sebesar 107,54, artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ITK NTT lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ITK Nasional yang mencapai 109,64 atau selisih 2,10 poin dan menduduki peringkat 27. Faktor pendorong utama penyebab meningkatnya kondisi ekonomi konsumen di NTT adalah meningkatnya pendapatan rumahtangga kini (nilai indeks sebesar 108,04), rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan meningkatnya konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan keempat tahun 2013, ditandai dengan peningkatan nilai indeks komoditi bahan makanan sebesar 109,45; dan makanan jadi (106,30). Secara keseluruhan tingkat konsumsi komoditi makanan meningkat dengan nilai indeks sebesar 108,95. Sementara itu untuk komoditi bukan makanan meningkat dengan nilai indeks sebesar 106,67 dengan rincian perumahan (listrik, gas, dan bahan bakar) nilai indeks sebesar 113,46; pakaian (106.26); rekreasi (102.30); (transportasi (115,82); komunikasi (108,70). Secara gabungan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan meningkat dengan nilai indeks sebesar 108,09. Pada triwulan keempat tahun 2013, tingkat persepsi ekonomi konsumen menurun dibandingkan triwulan ketiga tahun 2013 yang mencapai 108,18. Demikian juga dengan persepsi ITK triwulan IV yang diperkirakan pada triwulan III yang mencapai 110,42. Hal ini karena pengaruh menurunnya tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan. Secara nasional, kondisi perekonomian di semua wilayah Indonesia pada triwulan IV-2013 mengalami perbaikan. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Bali dengan nilai indeks sebesar 115,03, diikuti DKI (nilai ITK sebesar 113,55) dan Maluku (nilai ITK sebesar 113,15). Sebaliknya, 3 (tiga) provinsi yang memiliki ITK terendah masing-masing adalah Provinsi
Riau dengan nilai indeks sebesar 105,06, diikuti Kalimantan Selatan (nilai ITK sebesar 105,74) dan Bengkulu (nilai ITK sebesar 106,00). Tabel 22 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2014 Menurut Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk
ITK Triwulan IV 2013
ITK Triwulan I 2014
Perkiraan pendapatan rumahtangga mendatang
111,63
105,13
Rencana pembelian barang-barang tahan lama (TV, VCD/DVD player, Radio, Tape/Compo, komputer, HP, mebelair, kompor/tabung gas, kulkas, mesincuci, oven/microwave, AC, perhiasanberharga, kendaraanbermotor) Indeks Tendensi Konsumen
108,45
101,68
110,42
103,90
Nilai ITK NTT pada Triwulan I-2014 diperkirakan sebesar 103,90, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan Triwulan IV-2013 (nilai ITK sebesar 107,54). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan I-2014 juga didorong oleh peningkatan pendapatan rumahtangga mendatang (nilai indeks sebesar 105,13) dan rencana pembelian barang-barang tahan lama (nilai indeks sebesar 101,68). Pada triwulan pertama 2014 perkiraan ITK NTT sebesar 103,90 dan pada tataran nasional berada pada urutan 32 dengan selisih indeks sebesar 2,96 point. Pada triwulan pertama perkiraan ITK nasional sebesar 106,84, sebanyak 17 provinsi mempunyai indeks dibawah nasional dan 16 provinsi
lainnya mempunyai indeks di atas nasional. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, kondisi ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga mendatang dan rencana pembelian barang-barang tahan lama. Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Bali dengan nilai indeks sebesar 109,40, DKI (nilai ITK sebesar 109,39) dan Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 109,09), sedang provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK terendah adalah Provinsi Aceh dengan nilai indeks sebesar 103,80 diikuti NTT (nilai ITK sebesar 103,90) dan Kalimantan Selatan (nilai ITK sebesar 104,16). PDRB Tabel 23 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI/LAPANGAN USAHA Triw IV Tri III 2013
Sektor Ekonomi/
trhdp
Lapangan Usaha
Tri II 2013
No.
(Q to Q)
2013 Terhadap Triw III 2013 (Q to Q)
Triw
Sumber
Sumber
Pertum
Pertumb
Terhadap
buhan
uhan
Triw IV
Triw IV
Triw IV
2012
2013
2013
(Y on Y)
(Q to Q)
(Y On Y)
IV2013
1. Pertanian
-0,87
1,24
2,82
0,41
0,96
2. PertambangandanPenggali an 3. IndustriPengolahan
6,06
1,86
4,10
0,03
0,06
6,30
2,83
3,48
0,04
0,05
4. Listrikdan Air Bersih
6,92
5,04
7,02
0,02
0,03
5. Konstruksi/Bangunan
3,82
2,18
4,39
0,14
0,28
6. Perdagangan, Hotel danRestoran 7. PengangkutandanKomunik asi
5,19
2,36
8,82
0,44
1,58
6,68
2,02
6,20
0,15
0,46
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
9,28
5,51
9,89
0,23
0,41
6,81
3,38
6,65
0,91
1,79
Tabel 24 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI/LAPANGAN USAHA Triw IV
Triw IV2013
Triw III 2013
Sektor Ekonomi/ No. Lapangan Usaha
2013
Sumber
Sumber
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Triw IV 2013
Triw IV 2013
Terhad Terhadap TriwII 2013 (Q to Q)
Terhadap Triw III 2013 (Q to Q)
ap Triw IV 2012
(Q to Q)
(Y On Y)
(Y on Y)
1. Pertanian
-0,87
1,24
2,82
0,41
0,96
2. PertambangandanPe nggalian 3. IndustriPengolahan
6,06
1,86
4,10
0,03
0,06
6,30
2,83
3,48
0,04
0,05
4. Listrikdan Air Bersih
6,92
5,04
7,02
0,02
0,03
5. Konstruksi/Bangunan
3,82
2,18
4,39
0,14
0,28
6. Perdagangan, Hotel danRestoran 7. PengangkutandanKo munikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
5,19
2,36
8,82
0,44
1,58
6,68
2,02
6,20
0,15
0,46
9,28
5,51
9,89
0,23
0,41
6,81
3,38
6,65
0,91
1,79
3,71
2,37
5,62
2,37
5,62
PDRB
Kinerja perekonomian NTT yang digambarkan oleh perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan IV tahun 2013 meningkat sebesar 2,37 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi. Sektor pertanian pada triwulan IV tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 1,24 persen, setelah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,87 persen pada triwulan III tahun 2013. Pertumbuhan sektor pertanian Provinsi NTT triwulan IVdidukung oleh terjadinya pertumbuhan pada subsektor kehutanan sebesar 5,16 persen, tanaman perkebunan sebesar 5,13 persen, peternakan sebesar 3,73 persen dan perikanan sebesar 2,45 persen. Subsektor pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan yang mengalami kontraksi sebesar -1,84 persen.Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi alam NTT yang mengandalkan hujan sebagai sumber air untuk pertanian. Sektor
keuangan-persewaan-jasa
perusahaan
pada
triwulan
IV
mengalami pertumbuhan sebesar5,51 persen,sektor listrik dan air bersih tumbuh 5,04 persen,sektor jasa-jasa tumbuh 3,38 persen. Sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan di bawah 5 persen. TABEL 25 PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI/LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 (Milyar Rupiah) SEKTOR EKONOMI/
Harga Berlaku
Harga Konstan 2000
LAPANGAN USAHA
Tr III 2013
TrIII 2013
No
1. Pertanian 2. Pertambanga ndanPenggali 3. IndustriPengo an lahan
Tr IV 2013
3.647,1 3.716,31 1.258,9 141,81 146,28 51,259 8 156,86 164,39 52,85
TrIV 2013 1.274,6 52,201 54,34
4. Listrikdan Air Konstruksi/Ba 5. Bersih 6. 7. 8. 9.
ngunan Perdagangan, Hotel Pengangkutan danRestoran danKomunika Keuangan, si Persewaan, Jasa-jasa dan PDRB Jasa Perusahaan
46,96
50,12
17,20
18,07
752,48
786,41
241,43
246,69
1.957,5 2.034,58 695,83 9 601,60 617,34 284,88 463,81 503,38 157,96 2.758,3 2.884,82 1.013,2 10.526,9 10.903,6 3.773,66 69 3 6
712,28 290,63 166,66 1.047,5 3.863,05 1
Pada triwulan III tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 10.526,69 milyar, kemudian pada triwulan IV tahun 2013naik menjadi Rp. 10.903,63 milyar. Atas harga konstan 2000, PDRB triwulan III tahun 2013 adalah sebesar Rp. 3.773,66 milyar dan pada triwulan IV tahun 2013 naik menjadi Rp. 3.863,01 milyar. Sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku terbesar pada triwulan IV tahun 2013 adalah sektor Pertanian sebesar Rp. 3.716,31 milyar; kemudian sektor Jasa-jasa sebesar Rp. 2.884,82 milyar; disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp. 2.034,58 milyar; sektor Bangunan/Konstruksi Rp. 786,41 milyar; sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp. 617,34 milyar; serta sektor Keuangan, Persewaan, danJasa Perusahaan sebesar Rp. 503,38 milyar. Sektor ekonomi lainnya masing-masing menghasilkan nilai tambah bruto dibawah Rp. 170 milyar. Sedangkan nilai tambah bruto dari perhitungan atas dasar harga konstan 2000, keenam sektor di atas yang memberikan nilai tambah bruto terbesar urutannya sedikit berbeda dimulai dari sektor Pertanian sebesar Rp. 1.274,61 milyar; sektor Jasa-jasa Rp. 1.047,55 milyar; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp. 712,28 milyar; sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp. 290,63 milyar; sektor Bangunan/Konstruksi Rp. 246,69 milyar; serta sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Rp. 166,66 milyar.
Tabel 26 STRUKTUR PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI/LAPANGAN USAHA TRIWULAN IV TAHUN 2012 DAN TRIWULAN IV 2013 (Persentase) N o
Triwulan IV
SEKTOR EKONOMI/ LAPANGAN USAHA
2012
2013
1. Pertanian
34,64
34,08
2. PertambangandanPenggalian
1,39
1,34
3. IndustriPengolahan
1,50
1,51
4. Listrikdan Air Bersih
0,43
0,46
5. Konstruksi/Bangunan
7,34
7,21
17,93
18,66
7. PengangkutandanKomunikasi
5,62
5,66
8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan
4,48
4,62
26,67
26,46
100,00
100,00
6. Perdagangan, danRestoran
9. Jasa-jasa PDRB
Hotel
dan
Tabel 27 PDRB MENURUT PENGELUARAN TRIWULAN IV TAHUN 2013 LAJU PERTUMBUHAN KOMPONEN-KOMPONEN PDRB PENGELUARAN (Persen) TrwIV TrwIV 2013 2013 Sumber Terhadap Terhadap Pertumbuhan No.
JenisPengeluaran
Trw III 2013
Trw IV 2012
(q-to-q)
(y-on-y)
Rumah
2,43
1,70
1,41
2. Konsumsi Lembaga Non Profit
3,21
0,52
0,02
3. Konsumsi Pemerintah
5,56
4,10
0,98
4. PMTB
2,42
6,37
1,08
5. Ekspor Barang dan Jasa
1,85
3,32
1,00
6. Impor Barang dan Jasa
5,12
2,74
1,80
14,36
39,78
2,93
1. Konsumsi tangga
7. Perubahan Stok/Inventori
Trw IV 2013 (y-on-y)
Sebagaimana diketahui apabila ditinjau dari sisi pengeluaran atau permintaan, PDRB NTT dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal atau Investasi, dan Ekspor Netto serta Perubahan Stok/ Inventori.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil (atas dasar harga konstan 2000) meningkat sebesar 2,43 persen pada triwulan IV tahun 2013 (3,09 triliun rupiah) dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (3,01 triliun rupiah). Peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut terjadi karena peningkatan pada komoditas makanan sebesar 2,38 persen dan pada komoditas bukan makanan sebesar 2,59 persen. Demikian pula pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku naik sebesar3,43 persen dari 7,66 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi sebesar 7,92 triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013. Pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan IV tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III tahun 2013 yang disebabkan oleh meningkatnya belanja barang dan jasa oleh pemerintah. Besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2000 naik sebesar persen5,56 persen atau dari 0,86 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi 0,91triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013. Sementara atas dasar harga berlaku naik sebesar 7,62 persen atau dari 2,56 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi 2,75 triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013. Tabel 28 PDRB MENURUT PENGELUARAN TRIWULAN III DAN TRIWULAN IV TAHUN 2013 (Miliar Rupiah) HargaBerlaku No. JenisPengeluaran
(1)
(2)
1. Konsumsi Rumah tangga
HargaKonstan
TrwIII
TrwIV
TrwIII
TrwIV
2013
2013
2013
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
7.661,48
7.924,10
3.014,68
3.087,95
2. Konsumsi Lembaga Non
421,18
438,11
159,63
164,76
3. Konsumsi Pemerintah
2.558,65
2.753,65
858,02
905,74
4. PMTB
2.147,36
2.322,70
645,09
660,71
Barang 5. Ekspor dan Jasa
1.931,79
2.024,05
1.117,30
1.138,02
Barang 6. Impor dan Jasa
4.600,24
4.990,59
2.350,21
2.470,58
406,46
431,61
329,14
376,41
10.526,69
10.903,63
3.773,66
3.863,01
Profit
7. Perubahan Stok/Inventori PDRB
Ekspor barang dan jasa pada triwulan IV tahun 2013 atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 1,85 persen disbanding triwulan III tahun 2013, yakni dari 1,12 triliun rupiah menjadi1,14triliun rupiah. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012, nilai ekspor barang dan jasa atas dasar konstan 2000 untuk triwulan IV tahun 2013 naik sebesar 3,32 persen. Sedangkan ekspor barang dan jasa atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2013 naik dari 1,93 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi 2,02 triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013, atau mengalami peningkatan sebesar 4,78 persen.
Tabel 29 ANDIL KOMPONEN PENGELUARANTERHADAP PDRB TRIWULAN III DAN TRIWULAN IV TAHUN 2013 (Persen) HargaBerlaku No
JenisPengeluaran
HargaKonstan
TrwIII
TrwIV
TrwIII
TrwIV
2013
2013
2013
2013
1. Konsumsi tangga
Rumah
72,78
72,67
79,89
79,94
2. Konsumsi Non Profit
Lembaga
4,00
4,02
4,23
4,27
3. Konsumsi Pemerintah
24,31
25,25
22,74
23,45
4. PMTB
20,40
21,30
17,09
17,10
18,35
18,56
29,61
29,46
43,70
45,77
62,28
63,95
3,86
3,96
8,72
9,74
100.00
100,00
100,00
100,00
5. Ekspor Jasa
Barang
dan
6. ImporBarangdanJasa (-) 7. Perubahan Inventori PDRB
Stok
/
Impor barang dan jasa atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan sebesar5,12 persen atau dari 2,35 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi 2,47 triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013. Sementara itu nilai impor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari 4,60 triliun rupiah pada triwulan III tahun 2013 menjadi 4,99 triliun rupiah pada triwulan IV tahun 2013 atau naik sebesar 8,49 persen. Apabila
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012, nilai impor barang dan jasa atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh sebesar 2,74 persen.